Glass ionomer cement (GIC) konvensional diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent
GIC merupakan material kedokteran gigi yang self-adhesive, berbahan dasar air dan mengeras dengan
reaksi asam-basa antara bubuk calcium fluoroaluminosilicate (FAS) glass dan cairan aqueous
solution of polyacrylic acid (Standar ISO → semen poliakrilat) atau polikarboksilat
Tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan fluor dari semen silika, dan kemampuan
melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen polikarboksilat
Untuk mencapai retorasi yang tahan lama dan retentif, beberapa kondisi berikut harus dipenuhi:
1. permukaan gigi yang akan direstorasi harus bersih dan kering → untuk adhesi
2. harus melapisi semua permukaan,
3. semen yang berlebih harus dibersihkan,
4. permukaan harus selesi tanpa pengeringan yang berlebihan,
5. perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk menghindari retak dan disolusi,
dehidrasi atau paparan saliva secara dini. Kondisi tersebut sama untuk aplikasi varnish, kecuali
tidak diperlukan finishing untuk bagian permukaan
6. Finishing permukaan restorasi GIC harus dilakukan tanpa pengeringan berlebihan untuk memastikan
kelangsungan hidupnya.
Campuran ionomer kaca yang baru dipreparasi bersifat higroskopis, artinya ia menyerap air dari lingkungan
sekitarnya. Setelah penempatan, permukaan GIC harus ditutup dengan matriks plastik selama sekitar 5
menit untuk melindungi material dari mendapatkan atau kehilangan air selama set awal. Air mengencerkan
kation dan anion pembentuk matriks, menghancurkan kemampuan untuk membentuk matriks terhidrasi.
Saat matriks dilepas, permukaan harus segera dilindungi dengan varnish yang disertakan dengan GIC atau
dengan petrolatum sementara sisa GIC dihilangkan dari margin. Finishing ditingkatkan jika semen mengeras
untuk menurunkan risiko dehidrasi dan kecenderungan craze permukaan, yang akan membuat restorasi
lebih buram/opaque. . Sebelum pasien dipulangkan, restorasi GIC tipe II harus dilapisi dengan varnish,
karena semen yang terbuka masih rentan terhadap dehidrasi hingga benar-benar matang selama beberapa
minggu. Jika prosedur yang direkomendasikan ini tidak diikuti, permukaan pasti akan menjadi berkapur atau
craze
INDIKASI
1. Restorasi estetik gigi anterior untuk lesi kelas V dan kelas III (III lebih diutamakan yang
pembukaannya arah lingual) pada dewasa → karena estetik dapat diterima sehingga cocok
untuk gigi anterior, tekanan mekanis yang rendah jadi cocok dan pada gigi yang menerima
tekanan tidak terlalu besar
Kemampuan glass ionomer cement untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin,
menyebabkan glass ionomer cement saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi
erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukup untuk menahan abrasi akibat
sikat gigi
2. Restorasi pada lesi erosi/abrasi pada servikal → minimal preparasi kavitas
3. Restorasi gigi desidui → beban kunyah tidak berat
Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya
karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
4. perawatan gigi anak yang mempunyai resiko karies tinggi (atau di mana karies cenderung
terjadi lagi)→ mengingat sifatnya yang melepaskan fluoride
5. Lesi karies pada akar
6. Pasien kurang kooperatif dan hipersalivasi → ahan pengisi dalam situasi klinis di mana isolasi
merupakan masalah
7. Sebagai bahan perekat/luting cement
Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan
dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan
kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien
dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang memerlukan kekuatan
dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.
8. Sebagai basis & liner → karies dalam mencapai dentin → dentin terdemineralisasi pada dasar
kavitas untuk diremineralisasi
9. Sebagai base dibawah tambalan komposit resin pada kasus kelas I,II,III,& IV serta MOD
Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan
member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member
perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal.
Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme
bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, glass ionomer cement digunakan sebagaibahan
sub bonding.
mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer
dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi.
Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm
dan sisanya diisi amalgam.
Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies
melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer
dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets
12. GIC diperkuat dgn logam seperti semen cermet dpt digunakan utk membangun inti mahkota
yg telah mengalami kerusakan mahkota yg parah
13. Digunakan sebagai pit and fissure sealant
Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan
fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.
20. Restorasi margin mahkota yang terdapat karies pada bagian subgingival
23. Core kecil dimana masih tersisa sedikitnya 50% struktur gigi
26. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen
menyekat kembali dentin yang fraktur dalam waktu yang singkat
EBOOK CRAIG’S
• Lesi di servikal
• Restorasi kelas V pada orang dewasa dimana estetik tidak terlalu penting
• Root caries
• Untuk pasien dengan risiko karies tinggi
KONTRAINDIKASI
1. Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi atau restorasi gigi
yang memiliki area dengan beban kunyah yang besar → kelas II dan kelas I posterior
2. Lesi klas IV (memerlukan bahan yg kuat) atau fraktur insisal dan kelas VI
3. Lesi yg melibatkan area luas pd email labial yg mengutamakan estetika
4. Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
5. Restorasi gigi posterior sebagai pengganti restorasi amalgam
6. gigi dengan kehilangan banyak email labial / bukal
7. Restorasi kelas II yang melibatkan marginal ridge
8. Gigi dengan kehilangan enamel labial/bukal yang cukup banyak
9. Restorasi tumpatan dengan penekanan oklusal yang bersifat merusak
KELEBIHAN
1. Memiliki biokompatibilitas yang baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh)
2. Pelepasan fluoride dari semen silikat, sedangkan semen polikarboksilat mempunyai
kemampuan melekat secara kimia pada struktur gigi
3. Fluoride dalam kandungan GIC memiliki kemampuan antikariogenik
Penanganan terbaik untuk kasus karies difokuskan pada metode yang dapat meningkatkan
proses remineralisasi jaringan keras gigi, upaya penanggulangannya adalah dengan
menumpat gigi yang mengalami karies menggunakan bahan restorasi. Pemilihan bahan
dengan sifat agresi minimal ke struktur gigi dan kariostatik, adhesif serta biokompatibel harus
dijadikan prioritas saat dibutuhkannya suatu restorasi, salah satu bahan restorasi yang
memiliki sifat tersebut merupakan glass ionomer cement
Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di
bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain
4. kemampuan untuk mendapatkan fluoride saat terpapar sumber luar (contohnya: aplikasi
topikal, obat kumur)
5. Bonding adhesive baik pada enamel dan dentin → melekat secara kimia → Retensi cukup
tinggi
Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah
secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi
tidak perlu dipreparasi terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain.
Preparasi perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat ‘memegang’ bahan
tambal.
Bonding terbentuk karena ada gugus karboksil pada polyacid yang berinteraksi dengan
kalsium dalam enamel dan dentin, tetapi perlekatan paling tinggi ada pada enamel karena
lebih banyak memiliki ion inorganic. Proses perlekatan ini melibatkan proses kelasi dari
gugus karboksil dari polyacid dengan kristalapatit enamel dan dentin.
Bahan restorasi yang dapat melekat pada enamel dan dentin secara fisikokimiawi. Ion-ion
kimia bahan berikatan dengan ion kalsium gigi. Karena sifat adhesif yang baik terhadap
enamel dan dentin, maka bahan ini dianggap dapat mengatasi kebocoran tepi
6. Preparasi minimal dan waktu kerja yang singkat
7. koefisien ekspansi termal/muai sama dengan struktur gigi → menurunkan kebocoran tepi
8. dimensi yang stabil dan proses pengkerutan yang minimal pada saat setting, sehingga dapat
menghasilkan penutupan tepi yang baik
9. sifat fisik yang stabil dan kekuatan perlekatan yang baik terhadap dentin
10. mempunyai estetik yang baik dibandingkan bahan restorasi berbahan metal
11. Tingkat sensitivitasnya lebih rendah dibandingkan resin komposit
12. Warna yang sewarna dengan gigi dan translusen baik
13. Mudah dimanipulasi
KEKURANGAN
1. Kekuatan GIC lebih rendah dan rentan terhadap keausan dibandingkan dengan komposit,
karena itu GIC tidak dianjurkan untuk merestorasi gigi dengan beban besar → menumpat
oklusal gigi posterior
Sifat mekanisnya yang rendah, yaitu: kekuatan fraktur, ketahanan abrasinya, dan kekasaran
yang rendah
sifat mekanis yang buruk seperti rapuh, mudah aus, kekerasan rendah, dan kurang bisa
ditempatkan pada area yang memiliki tekanan yang besar
2. Compressive dan tensile strength lebih rendah dari komposit dan amalgam
3. Estetik lebih rendah dari komposit
4. Kebocoran tepi → PENGGUNAAN VARNISH
GIC konvensional memiliki tingkat penyerapan air yang tinggi pada awal setting time-nya
sehingga mudah terbentuk suatu kebocoran tepi akibat silica hydrogel yang terbentuk pada
adonan GIC selama proses manipulasi. Silica hydrogel merupakan suatu molekul yang
mudah larut apabila terjadi kontak dengan cairan. Apabila kelarutan ini terjadi dapat
menyebabkan integritas material tersebut menurun dan menyebabkan kebocoran tepi yang
terjadi menjadi semakin besar.
Celah tepi adalah perlekatan yang tidak terbentuk antara bahan tumpatan dan gigi sehingga
bakteri, sisa makanan atau saliva dapat masuk.11 Celah ini menyebabkan timbulnya masalah
baru, seperti sensitivitas, iritasi pulpa, perubahan warna gigi, karies sekunder, dan akhirnya
dapat mengakibatkan lepasnya tumpatan
Pengaplikasian varnish akan menghindarkan material restorasi GIC konvensional dari kontak
dini dengan cairan yang ada di rongga mulut seperti saliva sehingga integritasnya dapat
dijaga hingga material tersebut dapat berpolimerisasi dengan sempurna dan menurunkan
tingkat kebocoran tepi yang terjadi. Kebocoran tepi pada GIC konvensional, dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yang pertama adalah terbentuknya gap atau celah yang dihasilkan dari
proses kontaminasi cairan pada awal proses setting time dan mencegah terjadinya dehidrasi
material selama proses setting material GIC.
5. Wear resistance yang rendah dibandingkan material restorasi lain seperti komposit dan
amalgam
Wear resistance yang rendah menyebabkan material tersebut mudah terjadi abrasi yang dapat
menimbulkan kebocoran tepi.
6. Sensitif terhadap air pada proses pengerasan → karena memiliki tingkat penyerapan air yang
tinggi saat terjadinya reaksi awal
7. Working time pendek dan setting time panjang
8. Mudah retak
9. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain
KOMPOSISI
Komposisi GIC terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk GIC adalah calcium fluoroaluminosilicate
(FAS) glass yang larut dalam cairan asam. Bubuk dapat terurai oleh asam karena adanya ion Al3+
yang dapat mudah masuk ke jaringan silica. Mengabungkan keunggulan sifat translusen dan
pelepasan ion fluor dari semen silikat serta biokompatibilitas dan sifat adhesif dari semen
polikarboksilat
a. Kalsium Fluorida Berfungsi untuk meningkatkan opasitas dan mengatur pelepasan fluor.
b. Alumina Berfungsi untuk meningkatkan opasitas dan kekuatan kompresi.
c. Fluoride Berfungsi untuk antikariogenesis, meningkatkan translusens, kekuatan,
menghambat pembentukan plak serta memperpanjang waktu kerja.
d. Fosfat Aluminium Berfungsi untuk meningkatkan translusens.
e. Quartz/silika Berfungsi untuk meningkatkan transparansi / translusensi
f. Stronsium Berfungsi untuk mengatur radioopasitas.
Perbandingan alumina dengan silika adalah kunci reaktivitasnya dengan asam poliakrilat. Barium, strontium,
atau oksida logam dengan nomor atom yang lebih tinggi ditambahkan ke glass untuk meningkatkan
radiopasitas
Ukuran partikel bubuk berkisar antara 4-50 mikrometer, dimana tergantung dari tujuan aplikasi klinis
• Partikel yang lebih besar (partikel kasar) → sekitar 50 mikrometer digunakan untuk berbagai
indikasi restorative material (translusensi)
• Partikel yang lebih kecil (halus) → sekitar 15 mikrometer digunakan untuk luting & lining
cement
2. Cairan (Liquid) → larutan poliasam → asam poliakrilat 50% digunakan, tetapi cairan seperti itu
kental dan memiliki umur simpan yang pendek karena gelasi. Saat ini, cairan adalah kopolimer dari asam
itakonik, maleat, atau trikarboksilat
a. Asam Tartarat (5-15%)
Berfungsi untuk mengontrol reaksi pengerasan → meningkatkan waktu kerja, mempersingkat
setting time (waktu pengerasan)
Translusens, kekuatan, membantu keluarnya ion-ion dari glass, mempercepat kation dari
partikel bubuk, menurunkan viskositas, memperpanjang umur simpan sebelum pembentuk gel
cairan terjadi
b. Polifosfat (40-55%)
Polifosfat terdiri atas acrylic acid , itaconic acid, maleic acid, phosphonic acid. Polifosfat
berfungsi untuk memperpanjang waktu kerja dan melekat pada struktur gigi tanpa perlakuan
khusus.
Poliasam → memberikan kemampuan GIC untuk melekat pada struktur gigi tanpa perlakuan
khusus
c. Oksida logam Berfungsi untuk mempercepat setting time.
GIC khusus yang dikenal sebagai ionomer kaca yang dapat diatur dengan air diformulasikan dengan freeze-
dried polyacrylic acid solid dan bubuk glass, yang dicampur dengan air atau larutan encer yang mengandung
asam tartarat. GIC jenis ini memiliki waktu kerja yang lama karena diperlukan waktu tambahan untuk
melarutkan asam poliakrilat yang sudah dikeringkan dalam air dan memulai reaksi asam basa.
Air memainkan beberapa peran penting dalam setting keseluruhan. Pertama, menyediakan transportasi ion
yang dibutuhkan untuk reaksi setting asam-basa dan pelepasan fluorida. Kedua, sebagian air juga terikat
secara kimiawi dalam kompleks himpunan dan memberikan stabilitas pada bahan restoratif. Air juga
memberikan plastisitas selama tahap manipulatif.
SIFAT
• Biokompatibel
Jaringan periodontal juga memilii respon yang baik terhadap GIC, selain itu GIC juga dapat
mengurangi biofilm subgingiva dibandingkan dengan restorasi resin komposit. PH awal GIC
yang rendah dapat menyebabkan sensitivitas pada sementasi mahkota
• Dapat melepaskan Flouride → antikariogenik
• Compressive strength lebih rendah
• Memiliki perlekatan yang baik pada daerah servikal dibanding resin komposit
• Tidak mudah larut
• Melekat secara kimiawi dengan enamel dan dentin
• Resisten terhadap plak
• Memiliki warna dan translusen yang baiK
• Tidak perlu membuang jaringan yang banyak karena preparasi dibentuk tergantung kavitas
• Ketebalan tidak boleh < 1 mm hanya sebatas enamel dan dentin
• Sulit membentuk retensi pada enamel karena perlekatan hanya baik pada lapisan dentin
• Lebih rapuh
• Sensitive terhadap air
• mengurangi sensitifitas pada gigi
• perlekatan dengan struktur gigi tanpa membutuhkan bonding agent
• toksisitas yang rendah
• GIC memiliki resistensi terhadap cairan-cairan yang ber pH asam
• GIC memiliki sifat menyerap air yang lebih besar
SIFAT FISIK
SIFAT MEKANIK
sifat mekanis yang buruk seperti rapuh, mudah aus, kekerasan rendah, dan kurang bisa ditempatkan
pada area yang memiliki tekanan yang besar
1. Kelarutan rendah
2. Initian setting time = 4 menit
3. Complete setting reaksi berulang dalam 24 jam sehingga GIC harus terhindar dari saliva
selama periode ini → setelah penempatan bahan restorasi dan perbaikan kontur, permukaan
harus dilindungi dari kontaminasi dengan varnish
ESTETIK
ANTIKARIOGENIK
Melepaskan fluoride secara perlahan untuk memberikan efek antikariogenik dengan cara mekanisme
fisikokimia dan biologis
GIC kurang kaku dan lebih rentan terhadap deformasi elastis. Elastisitas yang lebih tinggi (modulus elastisitas
yang lebih rendah) membuat GIC kurang diminati, tegangan tarik yang lebih besar dapat berkembang di
mahkota yang didukung oleh GIC di bawah pembebanan oklusal.
Restorasi GIC lebih rentan terhadap keausan dibandingkan komposit saat menjalani uji abrasi sikat gigi in
vitro dan simulasi uji keausan oklusal. Ketangguhan retakan/ Fracture toughness. merupakan ukuran energi
yang dibutuhkan untuk menyebabkan perambatan retak yang menyebabkan fraktur, adalah sifat lain yang
berhubungan dengan bahan restorasi. GIC restoratif tidak sekuat komposit berbasis resin.
KLASIFIKASI
Menurut Wilson dan Mclean (1988) GIC di klasifikasikan sebagai berikut. 1. Tipe I : Luting 2. Tipe
II : Restoratif Tipe II.1 : Restoratif estetik (autocure resin-modified) Tipe II.2 : Restoratif reinforced /
Bis-reinforced filling materials 3. Tipe III : Lining atau base
Menurut Smith/Wright (1994) GIC di klasifikasikan sebagai berikut. 1. Tipe I : Luting cement 2.
Tipe II-a : Aesthetic filling material Tipe II-b : Reinforced resin filling material 3. Tipe III : Fast
setting lining cement 4. Tipe IV : Fissure sealing cement 5. Tipe V : Orthodontic cement 6. Tipe VI :
Core build up material
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota, jembatan, veneer dan lainnya.
Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam
mulia dan porselen. Memiliki translusensi yang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan
tinggi. SIK yang diberikan pada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya
sensitifitas gigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya kebocoran mikro
(micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit atau onlay.
• Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga digunakan untuk
mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari
iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras. GIC tipe II sebagai bahan tumpatan
gigi memiliki sifat antara lain, sifat fisik keras, kekuatan tekan relatif tinggi, daya tahan terhadap
fraktur dan keausan rendah.
1. Tipe II-1 yaitu estethic → restorasi estetis, gigi anterior (kelas III, V)
2. tipe II-2 yaitu reinforced → mementingkan fisik, restorasi gigi posterior (kelas I) dan inti
pasak → RMGIC
Contoh GIC sebagai bahan restorasi : GC Fuji II (bahan restorasi kelas II dan kelas V) dan GC Fuji
IX
ada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit sebagai pengganti
enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat untuk kemudian menjadi reseptor bonding
pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran
mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel.
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan dengan konsistensi
cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit.
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit. Namun SIK juga
memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion
Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu,
SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan
sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti
antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif.
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat kemudahan SIK dalam jelas
penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisien ekspansi termal. Logam yang
mengandung SIK (misalnya cermet, Ketac perak, Espe GMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan
amalgam telah populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk
menangani daripada logam yang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang
menganggap SIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwa gigi
harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK.
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK dibandingkan
dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa meta-analisis yang
telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang,
menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada
kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang
dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih
tinggi dari kompomer atau komposit yang mengandung fluor.
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan di negara-negara
dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui
oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana (seperti pahat dan
excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies
dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK
memberikan kekuatan beban fungsional.
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan kunyah dan usia gigi.
Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan keuntungan
restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk
menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal
ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan
tinjauan klinis lebih lanjut.
SEDIAAN
Bentuk powder/liquid
• Bubuk biasanya disediakan di dalam botol dan dikeluarkan dengan sendok pengukur sesuai
dengan besar kavitas
• Cairan disediakan dalam vial dengan ujung pipet untuk mengeluarkan, di mana hanya
mengeluarkan satu tetes setiap aplikasinya, Setiap tetes liquid yang mengandung gelembung
udara, harus dibuang
• Kedua komponen diaduk dengan spatula diatas paper pad atau dry glass slab
Bentuk kapsul
• Powder& liquid dikemas dlm bentuk kapsul, yg kemudian dicampur dgn menggunakan
mixing machine
Bentuk pasta
• Dalam bentuk dua pasta yg dikemas dlm dua syringe berbeda, yg kemudian dicampur dgn
teknik hand mixing
• Memiliki ukuran partikel yg halus & memiliki setting time selama 3 menit
MANIPULASI
Handmixing
Digunakan pada semua tipe GIC, diman dibutuhkan teknik yg baik untuk mencegah terjadinya
under/cover dispensing. Prinsipnya adalah untuk membasahi permukaan dari partikel glass
a. Powder diletakkan pada glass slab/paper pad dengan spatula bubuk dibagi menjadi 2 bagian
yang sama banyak.
b. Letakkan satu tetes liquid disebelah powder
c. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan udara dari
bagian ujungnya, lalu dengan posisi vertical teteskan 1 tetes liquid pada glass slab bila perlu
botol ditekan sedikit tetapi cairan jangan tertekan keluar
d. Cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5 cm
e. Pertama campur ½ bagian dari powder ke dalam cairan selama 5 sampai 15 detik
f. Gerakan melipat atau memutar sehingga partikel-partikel powder secara perlahan terbasahi
g. Sisa bubuk kemudian segera ditambahkan dan dicampur
h. Aduk dengan kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu kesatuan massa sampai
diperoleh tampilan yang seragam dan mengkilap
i. Pengadukan harus selesai dalam 20-30 detik tergantung jenis glass ionomer yang dipakai
j. Hasil yang baik adalah licin seperti permen karet dan glossy
Machine mixing
• Harus diperhatikan intruksi pabrik, dimana mixing time berbeda-beda, tergantung dari
intruksi pabrik
Paste mixing
• Dua pasta diletakkan pada lempeng kaca/ kertas dingin &kering, dan dilakukan teknik
handmixing
• Campurkan material pasta secara cepat dgn menggunakan spatula selama 10-15 detik
• Letakkan ke dlm kavitas dgn menggunakan disposable syringe
• Bentuk pasta biasa digunakan untuk luting cements, lining cements, endodontik dan
orthodontic
Kriteria Pasien
1. Kavitas didaerah servikal (kls 5) supra gingiva
2. Menggunakan matriks cervikal
PERSIAPAN AWAL
1. Cek dental unit secara keseluruhan (lampu, kompresor, high speed, low speed, kursi pasien, kursi
operator, saliva ejector dan kebersihannya).
2. Semprotkan desinfektan pada dental unit
3. Selama bekerja pada penderita, mahasiswa diwajibkan menggunakan baju klinik, masker dan
sarung tangan yang sesuai dengan ukuran masing-masing.
4. Peralatan wajib yang akan digunakan untuk praktikum harus dalam keadaan steril, pada meja
dental unit.
POSISI OPERATOR
1. Posisi operator selama bekerja, pada sisi sebelah kanan belakang untuk melakukan perawatan pada
geligi rahang atas dan pada posisi kanan depan untuk melakukan perawatan pada geligi rahang
bawah.
2. Kursi dental unit dapat dinaikkan/diturunkan/ditengadahkan sesuai posisi yang diperlukan, serta
diatur setinggi siku operator.
3. Selama bekerja posisi badan operator tegak.
4. Bila mengerjakan geligi rahang atas maka kursi diturunkan dan posisi penderita ditengadahkan
30o setinggi siku operator dan posisi operator di sebelah kanan belakang.
5. Bila mengerjakan geligi rahang bawah maka rahang bawah penderita disejajarkan dengan lantai
setinggi siku operator dan posisi operator di sebelah kanan depan.
6. Posisi operator selama perawatan sebaiknya dengan posisi duduk di kursi operator.
• Membuat outline form pada batas luar dari kavitas yang dapat berbentuk oval atau
trapezium.
• Retensi tambahan dapat dibuat dengan inverted bur atau wheel bur dengan diameter 1
mm
9. Liner → Aplikasikan liner dengan bahan dasar Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang
terbuka. Liner dapat berupa pasta (base-catalyst) atau dengan penyinaran → Untuk kasus di
mana ketebalan dentin sisa dari pulpa kurang dari 0,5 mm
10. Dentin Conditioner → Aplikasikan Dentin Conditioner yaitu asam sitrat dengan konsentrasi
15% menggunakan microbrush steril selama 10-20 detik pada permukaan kavitas, kemudian
dicuci dan dikeringkan (tidak boleh terlalu kering dan harus tetap tidak terkontaminasi oleh air
liur atau darah)
Perhatikan bahwa jaringan dentin tidak terkontaminasi (tetap dalam keadaan moist). Bilas
dengan air agar reaksi pengerasan GIC terjadi (pertukaran ion membutuhkan air). Jika kering
maka GIC akan mengambil air dari tubuli dentin (sensitivitas pasca penumpatan). Dentin
kondisioner merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan perlekatan bahan glass
ionomer dan dentin, dengan cara menghilangkan smear layer dentin bagian luar untuk
membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan
dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat
mengiritasi jaringan pulpa.
11. Penumpatan
• Letakkan powder dan liquid di atas paper pad dengan perbandingan 1:1 (sesuai aturan
pabrik), kemudian diaduk dengan menggunakan spatula plastik dengan gerakan melipat
sampai homogeny
• Oleskan selapis tipis varnish atau petrolatum di atas permukaan tumpatan dengan
microbrush atau cotton pellet
Untuk menghindari bahan tumpatan kontak langsung dengan saliva dan mencegah
dehidrasi saat tambalan tersebut dalam proses pengerasan, untuk melindungi pulpa dari
iritasi kimia bahan-bahan yang berkontak dengannya, untuk mencegah water in atau
water out.
12. Pasien diinstruksikan untuk kembali setelah 1-2 minggu untuk kontrol. Yang perlu diperiksa
pada saat kontrol adalah :
❑ Vitalitas gigi
✓ Tes Termal
• Dingin = menggunakan cotton pellet yang diberi ethyl chloride pada 1/3
tengah bukal (jangan mengenai gingiva) → hilang bila rangsangan dihilangkan
= gigi vital, tidak hilang atau semakin sakit = irreversible, tidak ada sensasi =
nonvital
• EPT/electric pulp test = dengan bantuan listrik, ujung dari alat ini berikan
pasta gigi terlebih dahulu kemudian diletakkan di bagian depan gigi. Tes
dilakukan sebanyak 3 kali dari tingkat yang low, mild, dan high. Katode
ditempal pada bukal gigi, anode pada vestibulum rongga mulut
Gingiva normal
REAKSI PENGERASAN
IKATAN ORGANIK → ikatan hydrogen/jembatan ion metal antara grup polikarboksil dengan
molekul kolagen pada dentik
Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk GIC, asam mulai melarutkan glass, melepaskan ion kalsium,
aluminium, natrium, dan fluor (Ion natrium dan fluor dari kaca tidak berpartisipasi dalam cross-link semen
hanya aluminium dan kalsium karena ion natrium dapat menggantikan ion hidrogen dari gugus karboksilat,
dan ion fluor terdispersi dalam fase cross-link (matriks) dari set semen). Air berfungsi sebagai media reaksi.
Material setting sebagai hasil dari metallic salt bridges atau ikatan hidrogen antara ion Al+++ dan
Ca++ dari glass dan asam dari polimer saat dicampur. Reaksi berjalan perlahan, membentuk formasi
cross-linked gel matrix di awal setting dan pertukaran ion aluminium (terjadi pertukaran ion kalsium
digantikan oleh ion aluminium) menguatkan cross-linking pada akhir setting.
Initial set dicapai dalam 3 sampai 4 menit dari pencampuran tetapi reaksi ionik berlanjut selama setidaknya
24 jam atau lebih sehingga pematangan (maturation) dicapai lebih lama.
Ion fluor terletak didalam matriks yang dilepaskan dari bubuk kaca pada saat pencampuran bubuk
dan cairan. reaksi setting dimulai dengan pelepasan ion fluor dari bubuk dan ion kalsium dan
aluminium untuk membangun matriks semen sebagai ion, garam dan gel.
Tiga tahap dlm reaksi pengerasan GIC → terjadi pada saat pencampuran bubuk dan cairan
1. Dissolution/Fase I
Pada tahap ini, saat terjadi pencampuran powder dan liquid, ion-ion hidrogen terbentuk dari ionisasi
asam poliakrilat dalam air. Ion hidrogen akan bereaksi dengan partikel-partikel glass yang
menyebabkan pelepasan ion-ion kalsium, aluminium, dan fluor dan membentuk sebuah gel (Silica-
based hydogel) di sekitar partikel-partikel glass.
2. Gelation/hardening/Fase II
Pada tahap ini, ion-ion Ca2+ dan Al3+ dari silica hydrogel berikatan dengan polianion pada gugus
polikarboksilat semen yang memulai terbentuk pada saat pH meningkat (4-10 menit setelah mixing).
Gugus polikarboksilat berikatan silang secara ionic dengan rantai polianion yang menyebabkan
semen mulai mengeras.
Kalsium polikarboksilat mulai terbentuk pada 5 menit pertama sedangkan alumunium karboksilat
yang memiliki ikatan lebih stabil dan kuat terbentuk setelah 24 jam. Sehingga, awalnya pengerasan
cenderung rapuh, namun sifat fisiknya akan mulai meningkat bersamaan dengan terjadinya
pembentukan alumunium polikarboksilat.
3. Hydration of salt/Fase III
Pada tahap ini terjadi hidrasi pada gel (silica-based hydrogel) dan gugus polikarboksilat yang
menyebabkan peningkatan sifat-sifat fisik semen. Fase ini terjadi selama beberapa bulan
Bagian partikel kaca yang tidak larut dilapisi oleh gel kaya silika yang terbentuk di permukaan partikel kaca.
Jadi, semen set terdiri dari partikel kaca yang tidak larut dengan lapisan gel silika yang tertanam dalam
matriks amorf kalsium terhidrasi dan polisalin aluminium yang mengandung fluorida.
Ion karboksilat dari polimer bereaksi dengan ion logam ini untuk membentuk jembatan garam, menghasilkan
gelasi dan setting. Selama initial setting, ion kalsium terikat lebih cepat ke rantai poliakrilat; pengikatan ion
aluminium terjadi pada tahap selanjutnya. Kekuatan semen bertambah seiring waktu. Produk yang sangat
penting dari reaksi setting adalah pelepasan ion fluorida dari matriks glass. Proses pelepasan fluorida ini
dipertahankan dan terjadi dalam waktu lama. Penting untuk dipahami bahwa pelepasan ion fluorida ini
merupakan hasil dari reaksi setting dan proses pertukaran ion dalam semen. Dalam proses ini fluorida dari
glass digantikan oleh karboksilat dan air.
DENTIN KONDISIONER
Kondisioner dapat didefinisikan sebagai suatu bahan (biasanya berupa bahan asam). Istilah
kondisioner digunakan untuk membedakan dari teknik etsa yang digunakan untuk bonding resin
komposit. Tujuan penggunaan kondisioner pada restorasi SIK adalah untuk mengangkat smear layer
dan bahan-bahan yang mengontaminasi (seperti pelikel organik saliva, plak, darah) yang dapat
mengurangi kekuatan ikatan antara SIK dengan struktur gigi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan kondisioner menyebabkan peningkatan kekuatan ikatan, terutama untuk dentin dan
menurunkan kebocoran tepi.
Smear layer sendiri didefinisikan sebagai debris, kalsifikasi alami yang dihasilkan dari instrumentasi
dentin, email atau sementum, atau merupakan kotoran (bahan kontaminasi) yang menghalangi
interaksi bahan restorasi dengan struktur gigi.
Dalam rongga mulut, permukaan gigi terkontaminasi oleh suatu pelikel organik saliva dengan
tegangan permukaan sekitar 28 dynes/cm yang menghalangi kelembapan yang adhesif. Demikian
juga instrumentasi dari struktur gigi selama preparasi kavitas menghasilkan smear layer dengan
energi permukaan bebas yang rendah, mengurangi adhesi antara bahan adhesif dan struktur gigi.
Morfologi, komposisi, dan ketebalan smear layer ditentukan perluasan besarnya oleh tipe instrumen
yang digunakan, metode irigasi yang digunakan, dan sisi dentin yang dibentuk (Gambar 3).
Komposisi smear layer ini mencerminkan struktur dari dentin di bawahnya, terutama berisi hancuran
dari hidroksiapatit dan kolagen yang telah mengalami perubahan, bercampur dengan saliva, bakteri,
dan debri permukaan lainnya hasil pengasahan. Ketebalan smear layer bervariasi dari 0,5–5,0 µm.
Smear layer menutupi tubulus dentin dengan pembentukan smear plug. Smear layer ini porous dan
dapat ditembus melalui saluran submikron sehingga memungkinkan cairan dentin lewat. Meskipun
demikian, adanya smear layer ini menyebabkan penurunan permeabilitas dentin sebesar 86%. Smear
layer juga mempunyai pengaruh yang besar pada ikatan adhesi yang terbentuk antara gigi dan bahan
restorasi. Oleh karena itu, permukaan gigi harus dibersihkan dan sebelumnya dilakukan perlakuan
awal untuk meningkatkan energi permukaan bebas sehingga → menaikkan kelembaban permukaan
gigi → pelekatannya lebih mudah . Kekuatan ikatan antara SIK dengan struktur gigi bergantung
kepada bahan yang digunakan sebagai kondisioner, konsentrasi kondisioner, durasi aplikasi
kondisioner, dan metode aplikasi kondisioner.
Ada dua tipe kondisoner yang beredar dan dapat digunakan, yaitu
1. pertama, asam kuat (asam fosfat dan asam sitrat). Asam ini memecahkan lapisan debri
(smear layer) pada dentin dan membuka tubulus dentin. Asam lainnya adalah asam
maleat 10% yang digunakan untuk melarutkan jaringan organik dan anorganik, tetapi
kurang kuat dibandingkan asam fosfat dan asam sitrat.
2. Tipe kondisioner yang kedua adalah asam lemah (seperti asam poliakrilat) yang
digunakan hanya untuk melarutkan smear layer tanpa mendemineralisasi dentin.
Asam kuat bukan merupakan kondisioner yang baik untuk SIK karena menyebabkan
pelepasan kalsium yang diperlukan dalam adhesi SIK dengan struktur gigi. Efek
demineralisasi pada dentin yang dihasilkan oleh asam kuat yang diaplikasikan pada
dentin juga dapat menyebabkan melebarnya tubulus dentin sehingga bakteri dapat
masuk dan menyebabkan inflamasi.
Mount (1984) menganjurkan bahwa kondisioner yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: isotonik, mempunyai pH antara 5,5–8,0, tidak toksik terhadap dentin, pulpa dan jaringan
gingiva, sesuai dengan sifat kimia dari semen, larut dalam air dan mudah dihilangkan/ diangkat,
secara kimia tidak mendemineralisasi email dan dentin, dan dapat meningkatkan ikatan secara kimia.
Penelitian terhadap asam sitrat, asam poliakrilat, asam tannat, dan dodisin, ditemukan bahwa
kekuatan ikatan SIK terhadap struktur gigi yang terbaik adalah pada penggunaan asam poliakrilat
sebagai kondisioner. Ada dua keuntungan tambahan bila digunakan asam poliakrilat ini sebagai
kondisioner dentin. Pertama karena asamnya sama dengan yang digunakan untuk SIK sendiri maka
bila terdapat sedikit sisa cairan asam poliakrilat tidak akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Kedua,
asam poliakrilat ini akan meningkatkan energi permukaan struktur gigi sehingga meningkatkan
kelembapan permukaan gigi terhadap semen dan mengaktifkan ion-ion kalsium dan fosfat dalam
struktur gigi sehingga struktur gigi lebih memungkinkan mengalami pertukaran ion dengan SIK.
Penggunaan asam poliakrilat secara klinis sebagai kondisioner pada permukaan kavitas dapat
dilakukan dengan mengaplikasikan asam poliakrilat 10% dalam waktu yang relatif singkat. Asam
poliakrilat merupakan asam yang relatif lemah yang melarutkan smear layer dan bila dibiarkan lebih
dari 20 detik kemungkinan terjadi demineralisasi dentin dan email yang masih tersisa dan membuka
tubulus dentin. Untuk mendapatkan ikatan yang baik antara SIK terhadap struktur email dan dentin
gigi tetap, smear layer dan bahan kontaminasi pada permukaan dapat dihilangkan dengan asam
poliakrilat 10% selama 10–15 detik, diirigasi dengan air, dikeringkan dengan tekanan udara ringan,
tidak terlalu kering dan harus tetap tidak terkontaminasi oleh air liur atau darah.
MEKANISME PERLEKATAN
Karakteristik penting dari SIK adalah kemampuannya berikatan secara fisiko-kimia dengan struktur
gigi, terbentuk dengan adanya adhesi antara SIK dan struktur gigi melalui mekanisme pertukaran
ion. Adesi bahan SIK terhadap gigi dipengaruhi oleh struktur kimia gigi. Struktur kimia terpenting
dari gigi yaitu hidroksi apatite, banyak terdapat pada enamel, pada dentin sedikit. Komponen enamel
terdiri dari 96 % bahan anorganik, sisanya bahan organik dan air. Bahan anorganik berupa mineral –
mineral diantarnya kalsium, fosfat. Kandungan bahan anorganik pada enamel lebih besar daripada
dentin → Daya adesi pada enamel lebih besar daripada dentin, hal ini karena kandungan anorganik
pada enamel lebih besar daripada dentin.
Adhesi adalah pelekatan satu bahan dengan bahan lainnya. Permukaan bahan yang melekat disebut
adherent
XMekanisme adhesi pada SIK terjadi berdasarkan difusi dan fenomena adsorpsi yang dimulai oleh
ketika bahan berkontak dengan jaringan gigi.
• Difusi merupakan hasil dari ikatan antara molekul-molekul yang bergerak. Polimer dari
masing-masing sisi dari interface dapat menyeberangi dan bereaksi dengan molekul- molekul
pada sisi yang lain. Pada akhirnya, interface akan hilang dan dua bagian akan menjadi satu.
• Adsorption mencakup semua jenis ikatan kimia antara adhesif dan adherent termasuk ikatan
primer (ikatan ion dan kovalen) dan ikatan sekunder (ikatan hidrogen dan interaksi dipolar).
Mekanisme adhesi SIK dengan struktur jaringan keras gigi sangat kompleks. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa pada tahap awal terjadi ikatan hidrogen karena adanya interaksi polar antara
struktur gigi dan bahan SIK yang baru diaplikasikan. Ikatan hidrogen ini akan digantikan oleh ikatan
kimia yang lebih kuat, yakni ikatan ion. IKATAN ION terjadi antara ion-ion polikarboksil [COO-]
dari asam pada bahan SIK (larutan) dengan ion kalsium [Ca2+] pada hidroksiapatit email dan
dentin (Ikatan antara semen dengan enamel selalu lebih besar daripada ikatan semen dengan dentin,
mungkin karena kandungan anorganiknya enamel yang lebih banyak dan homogenitasnya lebih
besar). Ion aluminium fosfat yang bermuatan negatif [PO4 3-] dan ion kalsium yang bermuatan
positif [Ca2+] berpindah dari struktur gigi (hidroksiapatit) dan masuk ke dalam semen,
menghasilkan lapisan di antara SIK dan struktur gigi. Lapisan ini dinamakan PERTUKARAN
ION, mempunyai ketebalan beberapa mikrometer. Lapisan pertukaran ion ini berisi ion-ion kalsium
dan fosfat dari struktur gigi dan ion-ion aluminium, silika, fluor, kalsium, dan strontium dari SIK.
Bahan SIK mengandung fluor, yang dapat terlepas dari bahan sehingga berikatan secara kimia
dengan hidroksiapatite dalam gugus email membentuk fluorapatite yang lebih tahan terhadap asam.
Adhesi yang terjadi antara SIK dengan struktur gigi merupakan fenomena yang dinamis karena
poliasam pada SIK bersifat hidrofilik dan dapat mempertahankan ikatan dengan adanya kelembapan
sehingga pada kondisi klinis, terputusnya satu ikatan tidak menyebabkan kegagalan karena ikatan
dapat terbentuk kembali. Ini berarti bahwa meskipun kekuatan ikatan SIK secara in vitro lebih
rendah bila dibandingkan dengan teknik bonding resin, tetapi SIK lebih dapat bertahan lama dalam
situasi klinis.
Hubungan interfasial yang baik sangat diperlukan untuk adhesi. Persyaratan penting untuk
mendapatkan hubungan interfasial yang baik adalah kedua bahan yang berikatan harus berkontak
rapat. Di samping kontak yang rapat, pembasahan (wetting) bahan adhesif yang cukup hanya akan
diperoleh bila tegangan permukaan bahan adhesif lebih rendah dari energi permukaan bebas dari
struktur gigi.
Energi permukaan atau tegangan permukaan adalah energi yang dimiliki oleh atom dan molekul
yang berada pada permukaan zat padat atau cairan. Sedangkan pembasahan adalah istilah yang
menunjukkan derajat penyebaran dari suatu tetesan cairan pada permukaan benda padat. Menurut
teori wetting dan energi bebas permukaan, adhesi email lebih mudah dicapai daripada adhesi ke
dentin. Hal ini disebabkan oleh karena kandungan utama email, yakni hidroksiapatit, memiliki energi
permukaan yang tinggi, sementara dentin terdiri dari dua material yang berbeda, yakni hidroksiapatit
dan kolagen yang mempunyai energi permukaan yang rendah. Secara struktural yang lebih penting
untuk adhesi adalah volume yang ditempati oleh komponen dentin, yakni bahan organik (25%) dan
air (25%) yang perbandingan keduanya sama dengan bahan anorganik (50%). Unsur pokok dentin
juga tidak seimbang distribusinya pada intertubular dan peritubular dentin sehingga jaringan dentin
ini heterogen, sedangkan email homogen dalam struktur dan komposisinya. Komposisi email yang
matang berdasarkan volumenya, bahan anorganik (86%), bahan organik (2%), dan air (12%)
Semua asam karboksilat memiliki gugus fungsi organik umum yang dilambangkan dengan COOH. Dengan
adanya air, gugus COOH mengalami ionisasi parsial untuk menghasilkan anion karboksilat COO−