Anda di halaman 1dari 21

Senin, 29 Agustus 2022

Nama : Alisha Zahraini Siregar

NIM : 215160107111057

Kelompok : 7 / G

Fasilitator : drg. Trining Widodorini, M.Kes

[Blok 5] Skenario II : Gigiku berlubang-lubang


Perempuan berusia 35 tahun, datang ke klinik gig karena ingin
menambal gigi depannya yang berlubang dan berwatma kehitaman. Gigi
tersebut belum pernah terasa sakit selama ini, ia ingin gigi tersebut ditambal
dengan bahan yang sewarna gigi, agar tampak bagus, rapi dan tidak terlihat
berlubang lagi. Pemeriksaan klinis: gigi 11, 12 vitalitas (+), perkusi (-),
karies media pada sisi mesial yang melihatkan sudut incisal. Dokter gigi
kemudian merancang desain preparasi, membuat bevel üntuk menambah
retensi, lalu melakukan penumpatan.

List Learning Issues :


1. Dasar pemilihan bahan restorasi komposit pada gigi anterior
a. Indikasi dan kontra indikasi
b. Kelebihan dan kekurangan
c. Jenis
2. Prinsip preparasi restorasi pada gigi anterior
3. Desain preparasi kavitas
a. Preparasi konvensional
b. Preparasi modifikasi
c. Preparasi konvensional dengan bevel
4. Dasar pertimbangan pemilihan warna
a. Cara menentukan warna pada pasien
b. Dimensi warna
5. Etsa dan bonding
a. Definisi
b. Fungsi
c. Cara aplikasi
d. Tujuan
6. Prosedur penumpatan dari resin komposit
a. Aplikasi dari resin komposit
b. Finishing restorasi

Paparan Learning Outcomes :


1. Dasar pemilihan bahan restorasi komposit pada gigi anterior
a. Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi :
 Restorasi kelas I, II, III, IV, V, dan VI
 Fondasi atau ccorebuildups
 Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin
preventif)
 Prosedur estetis tambahan
a. Partial veneers
b. Full veneers
c. Modifikasi kontur gigi
d. Penutupan atau peratapan diastema
 Semen (untuk restorasi tidak langsung)
 Restorasi sementara
 Periodontal splinting

Kontra indikasi :
 Restorasi posterior dengan beban kunyah besar
 Insidensi karies tinggi
 OH buruk
 Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism
b. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan :
 Estetik baik
 Kekuatan cukup
 Tidak menimbulkan arus galvanis
 Biokompatibel
 Dapat bertahan minimal 3 tahun, sekitar 3-10 tahun
 Tidak membuang banyak jaringan

Kekurangan :
 Pasca restorasi biasanya sensivitas tinggi
 Memerlukan kemampuan sensivitas yang tinggi
 Mahal
 Microleage
 Waktu lebih banyak
 Menyerap air sehingga harus isolasi dengan baik. Jika
terkontaminasi restorasi mudah lepar
c. Jenis
Berdasarkan bahan pengisinya :
1) Komposit konvensional
Bahan pengisinya bubuk quartz. Permukaan menjadi
kasar, disebabkan abrasi selektif dari matriks resin lunak yang
mengelilingi partikel filler yang keras. Sifat-sifat mekanik baik,
jarang terjadi fraktur. Permukaan dapat mengikat plak, sukar
dipoles. Mempunyai kecenderungan berubah warna. Indikasi
untuk tumpatan dengan tekanan kunyah besar (kelas IV dan II).
2) Komposit partikel kecil
Pemolesan dan finishing lebih baik dari konvensional.
Sifat-sifat mekanik dan fisik yang paling baik ditemukan pada
komposit ini. Pengerutan pada saat polimerisasi sama atau
bahkan lebih kecil disbanding konvensional. Kandungan bahan
pengisinya kaca yang mengandung logam berat-bersifat
radiopak. Permukaan resin menjadi lebih halus karena
partikelnya kecil dan termampatkan dan resistensinya terhadap
pengunyahan baik. Indikasi untuk tumpatan pada daerah yang
terkena tekanan besar dari abrasi (kelas IV dan II).
3) Komposit hibrid
Mempunyai permukaan halus dan estetik tapi mempunyai
kekuatan yang baik. Komposisi terdiri dari 2 macam bahan
pengisi mengandung silica koloidal dan partikel dari kaca yang
mengandung logam berat. Untuk tumpatan anterior dan gigi
posterior.

Berdasarkan cara berpolimerasi :


1) Dengan bantuan sinar tampak (light cure)
2) Tanpa bantuan sinar dengan cara kimiawi

2. Prinsip preparasi restorasi pada gigi anterior


 Outline form
Outline form adalah garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang
terdapat di permukaan gigi. Suatu outline form adalah :
a. Mencakup seluruh permukaan email yang terlihat karies, mulai
dari tahap dekalsifikasi sampai penetrasi email.
b. Mencakup seluruh email yang dikenali perkembangan karies
kea rah lateral pada dentin dan oleh backward decay. Tidak ada
undermined enamel dinding kavitas.
c. Memperluas tepi preparasi pada permukaan gigi sehingga
terletak pada daerah yang self cleansable. Prinsip ini disebut
extension for prevention atau cutting for immunity.
d. Bagi kebanyakan preparasi intrakoronal, kavitas diperluas ke
arah pulapa dan/atau aksial untuk mencakup dentino-enamel
junction sedangkan pada dentin penetrasi dilakukan sampai
kedalaman 0,5 mm.
e. Pada kavitas proksimal, perluasan ke arah gingiva yaitu 0,5 – 1
mm apical dari krista gingiva yang sehat.
 Resistence form
Resistence form suatu kavitas adalah bentuk yang dibuat
sedemikian rupa pada kavitas untuk mencegah pecahnya tumpatan
atau sisa jaringan gigi. Yang perlu diperhatikan :
a. Bila karies sudah mendekati tepi gigi, maka dinding tipis
tersebut harus dibuang agar tidak pecah.
b. Bila karies di dalam gigi lebih lebar dari di permukaan
(undermined caries), maka jaringan email dibuang sampai
daerah yang didukung oleh jaringan dentin yang sehat
 Retention form
Retention form suatu kavitas adalah bentuk retensi yang member
bentuk pada kavitas sehingga tambalan mempunyai pegangan yang
kuat dan tidak bergeser dari tempatnya apabila gigi digunakan
untuk mengunyah bentuk retensi pada kavitas di permukaan oklusal
dapat dicapai dengan:
a. Memperdalam dasar kavitas sedikit ke dalam dentin
b. Membuat sudut antara dinding dengan dasar kavitas. Retensi
pada tumpatan plastis adalah dengan membuat bagian dalam
kavitas lebih luas daripada di permukaan.
c. Pada kavitas di permukaan proksimal, gingival wall tegak lurus
dengan sumbu gigi.
d. Pada inlay metal, retensi semakin baik jika sudut keterbukaan
dari dinding tegak kavitas semakin kecil, semakin panjang, dan
kawasan dinding kavitas dibuat seluas mungkin.
 Convenience form
Maksud convenience form adalah untuk mempermudah
pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan. Caranya
adalah dengan memperluas preparasi kavitas, pemilihan alat yang
memudahkan pekerjaan, penarikan gusi atau separasi gigi yang
bertetangga agar dapat dilihat dan dicapai oleh alat.
 Membuang karies yang masih tertinggal
Apabila masih ada karies yang tertinggal, terutama pada dasar
kavitas, maka karies ini dibuang dengan hati-hati.
 Finishing of enamel margin
Untuk penumpatan amalgam diperlukan tepi kavitas yang tumpul
dan email di tepi kavitas harus bebas dari daerah tak terdukung.
Pada inlay diperlukan bevel di sepanjang tepi enamel.
 Toilet cavity
Seluruh debris pada kavitas yang telah selesai dipreparasi harus
dicuci bersih dengan semprotan air dan kemudian dikeringkan.

3. Desain preparasi kavitas


a. Preparasi konvensional
Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin
komposit pada dasarnya sama seperti preparasi menggunakan
tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan
dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang
sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut
90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi
konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi
groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda.
Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya
dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga
menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5. Indikasi utama untuk
preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit adalah (1)
preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1 dan 2
sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini
akan memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada retensi
groovenya. Desain ini memberikan perlindungan yang baik antara
komposit dan permukaan dentin atau sementum dan memberikan
retensi pada material komposit di dalam gigi. Pada restorasi
komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan
bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi
konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun
bur karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain
preparasi yang sama seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya
lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi retensi
sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil preparasi yang
kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain
konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual. Bentuk marginal butt
joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan amalgam
wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi
bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul,
sehingga masih belum dapat membentuk dinding yang konvergen.
Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar,
peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun
dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal.
Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer
ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching
bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative pada smear
layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit.
Penggunaan istrument putar tergantung keinginan operator,
yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya.
Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada
amalgam dan restorasi komposit, banyak operator
lebihmenggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi
kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau untuk
membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk
struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional
harus dilakukan dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual
dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada permukaan
oklusal ketika sealant diperlukan.
b. Preparasi modifikasi
Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk
dinding maupun kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah
mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok antara
teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi
modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan
margin dan kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan
(ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan yang
lain. Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan
sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit
pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut.
Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis
preparasi ini, yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa
dengan beveled preparation, struktur gigi yang dibuang sedikit.
c. Preparasi konvensional dengan bevel
Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan
preparasi gigi bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti
box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel pada margin enamel.
Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan
menggunakan diamond atau stone bur. Preparasi beveled
conventional ini didesain untuk suatu gigi dimana gigi tersebut
sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi restorasi
tersebut akan diganti dengan menggunakan resin komposit.
Preparasi dengan desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas klas
III, IV, dan V.
Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin
komposit adalah perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih
baik. Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan
email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,
mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada
bagian marginal. Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat
restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi sehingga
tampak lebih estetik.
Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini
biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior
atau permukaan lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi
konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana perlekatannya
memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga
tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini
akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional
jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior.

4. Dasar pertimbangan pemilihan warna


a. Cara menentukan warna pada pasien
Berbagai alat pencocok warna gigi didesain untuk memudahkan
teknisi dandokter gigi dalam menentukan warna gigi. Alat pertama
yang ditemukan untuktujuan tersebut adalah “filter colorimeter ”.
1. Colorimeter
Filter colorimeter umumnya menggunakan tiga atau
empat fotodioda yangmemiliki filter koreksi spektral. Alat
ini bekerja seperti mesin scanningseperti spectrophotometer
dan spectroradiometer karena keterbatasan matamanusia
dalam mencocokkan warna.
2. Kamera digital sebagai filter colorimeter
Teknologi kamera digital juga digunakan sebagai
pencocok warna. Setelah itudikombinasikan dengan analisis
colorimetric seperti ShadeRite Dental VisionSystem , dan
ShadeScan , atau dikombinasikan dengan SpectroShade.

3. Spectrophotometer dan spectroradiometer


Spectrophotometer dan spectroradiometer adalah
instrumen yang didesainuntuk mendapatkan warna yang
paling akurat. Hal yang membedakan antara
spectrophotometer dan spectroradiometer adalah
spectrophotometer memiliki sumber cahaya yang stabil.
Alat ini berupa instrumen scanning yangmemiliki detektor
fotodioda yang merekam setiap panjang gelombang
yangditerima. Vita EasyShade adalah contoh dari
spectrophotometer.

4. Shade guide
Shade guide pertama kali diperkenalkan tahun 1931
oleh Clark, berdasarkan pengukuran visual gigi manusia
yang dicatat dalam Munsell Color System . Diawal tahun
1970, Sproull mengusulkan bahwa shade guide yang
idealharuslah memiliki tabulasi warna yang terdistribusikan
dan tersusun dengan baik. Pada pertengahan tahun 1990,
Miller menyadari bahwa bahan dari shade guide haruslah
sama dengan bahan dari restorasi yang akan dibuat,
danketebalannya tidak boleh lebih dari veneer porselen.Saat
ini shade guide sudah banyak diproduksi dalam berbagai
merek, beberapa contohnya seperti Vita 3D-Master shade
guide, Vita Classical shade guide, dan Chromascop.

Saat ini, penentuan warna dengan shade guide adalah


teknik yang paling praktis yang dapat dilakukan di klinik,
namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Gigi pasien harus diamati pada posisi sejajar dengan
mata pengamat,sehingga bagian retina yang paling
sensitif terhadap warna dapat bekerjamaksimal.
 Perbandingan warna harus dilakukan pada beberapa
kondisi pencahayaan.Umumnya pasien diarahkan
untuk dilihat warna giginya ke tempat dekatcahaya
alami (seperti dekat jendela), setelah sebelumnya
dilihatmenggunakan pencahayaan lampu atau
pencahayaan fluorescent.
 Gigi yang akan dibandingkan warnanya haruslah
dalam keadaan bersih.
 Warna yang cerah dari dinding, pakaian, atau lipstik
sebaiknya dihindari,karena beberapa warna dapat
merefleksikan cahaya sehingga pengukuranwarna
jadi kurang akurat.
 Pengukuran warna harus dilakukan secepat mungkin,
dengan contohwarna dari shade guide disandingkan
di sebelah gigi tersebut.
 Verifikasi warna dengan pasien atau asisten dokter
gigi perlu dilakukanuntuk mengkompensasi
kemungkinan defek visual dari mata dokter
gigisebagai pengamat akibat mata lelah.
 Pengambilan fotografi bila perlu, untuk keperluan
laboratorium atauevaluasi keberhasilan perawatan
setelah selesainya restorasi.
b. Dimensi warna
1) Hue
Hue adalah kualitas yang membedakan satu jenis warna
dengan warnalainnya. Hue merupakan gambaran dari panjang
gelombang dominan yangmewakili suatu warna. Hue
dinyatakan dengan A, B, C, atau D pada VitaClassic shade
guide.
2) Value
Value atau kecerahan, adalah banyaknya cahaya yang
dipantulkan dari sebuahobjek. Munsell mendeskripsikan value
dalam skala putih ke abu. Objek yang cerah memiliki jumlah
abu lebih sedikit, dan objek dengan value yang rendahmemiliki
jumlah abu yang banyak dan akan tampak lebih gelap.

3) Chroma
Chroma adalah saturasi, atau intensitas kekuatan dari hue.
Maka peningkatankroma akan mempengaruhi perubahan value.
Jika kroma meningkat, valuemenurun. Peningkatan nomor pada
Vita Classic shade guide menunjukkan peningkatan chroma.

5. Etsa dan bonding


a. Definisi
Bahan adhesif di bidang kedokteran gigi pertama kali
diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Michael Buonocore. Saat itu ia
mengetsa permukaan enamel menggunakan asam kemudian
menempatkan bahan restorasi berbahan resin diatas permukaan
yang menjadi kasar setelah di etsa tadi. Kemudian monomer resin
akan membasahi permukaan yang telah dietsa, mengalir ke dalam
pit yang terbentuk setelah dietsa, dan menciptakan suatu retensi.
Maka etsa dapat diartikan sebagai suatu proses menggunakan
larutan asam kuat untuk mengikis permukaan gigi (Buonocore,
1955).
Bonding merupakan sarana untuk mengikat dua bahan yang
berdampingan, misalnya, dental hard tissue, metal, composite, atau
ceramic, dan memberikan ketahanan terhadap pemisahan antar
bahan tersebut. Bahan yang digunakan untuk menyebabkan bonding
disebut adhesive, sedangkan bahan dimana bonding diaplikasikan
disebut adheren (Anusavice, 2013)
b. Fungsi
Etsa berfungsi untuk menghilangkan permukaan mineral gigi
dan membentuk mikroporus yang membuat permukaan enamel
menjadi kasar sehingga resin komposit dapat berpenetrasi kedalam
permukaan gigi dan membentuk resin tag.

Bonding agent dibagi tiga komponen:


i. Etchant : menghilangankan smear layer, demineralisasi dentin
peritubular dan intertubular
ii. Primer : - menghubungkan dentin yang bersifat hidrofilik
dengan bahan adesif yang hidrofobik
- menginfiltrasi dentin peritubular dan intertubular yang
mengalami demineralisasi
- meningkatkan ikatan terhadapt resin dengan
membentuk lapisan pada perm dentin yang basah
iii. Adhesive : - membentuk zona interdifusi reson-dentin (lapisan
hibrid) dengan ketebalan 1-5 µm
- membentuk resin tag
- menyediakan lap methacrylate yang nantinya berikatan
dengan komposit.
Dental bonding system memiliki tiga fungsi utama yaitu: (1)
menyediakan resistensi terhadap pemisahan substrat adheren dari
restorative material, (2) mendistribusikan tekanan kunyah ke
seluruh permukaan, (3) mampu menyediakan seal untuk mencegah
terjadinya microleakage, menurunkan postoperative sensitivity,
marginal staining dan karies sekunder (Anusavice, 2013).
c. Cara aplikasi
Prosedur etsa asam:
1) Gigi diisolasi dengan cotton roll atau rubber dam
2) Asam fosfat 37 % diaplikasikan pada email dandentin
menggunakan sikat halus atau kuas,selama 15 detik.
3) Email dan dentin dicuci dengan air bertekananagar jaringan
mineral gigi yang larut dan sisaasam hanyut bersama air. Waktu
pencucianefektif yang dianjurkan adalah 15 detik.
4) Email dan dentin dikeringkan dng semprotanangin selama 15
detik. Mengeringkan denganmenggunakan kapas atau cotton
pellet dapatmenyebabkan serat kapas tertinggal dan
akanmenyumbat porus hasil pengetsaan.
5) Permukaan email yang telah dietsa terlihatkusam dan terlihat
seperti kapur
Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya
sistem adhesif dapat dibagi atasempat kategori yaitu :
1. Total-etch adhesive system
Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa, antara
lain :
a. Three-step total-etch adhesive
Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap
etching/conditioning, dilanjutkan dengan tahap priming , dan
terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif.
Bahan primer danadhesif berada dalam keadaan terpisah ( two-
bottle component ). Bahan ini merupakan sistemadhesif
generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan
menggunakan asamphosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik.
Untuk mencegah kolaps, permukaan harus dibuatlembab.
Namun, pelembaban dentin sulit dilakukan dengan benar karena
menyebabkanperlekatan yang terbentuk lebih rendah dari
perlekatan ideal jika dentin terlalu basah atauterlalu kering.
b . Two-step total-etch adhesive
Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan
( single-bottle component atau one-bottle system ), sehingga
terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap etching dan rinsing
yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.
15 Bahan inimerupakan sistem adhesif generasi ke-5.
Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaandengan asam
phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai 20 detik.
2. Self-etch adhesive system
Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang
dietsa. Bahan etsa dan primer digabung menjadi satu (konsep self-
etch primer ), antara lain :
a. Two-step self-etch adhesive
Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch
primer , kemudian dilanjutkan dengantahap aplikasi resin
adhesif. Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-6.
Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan
larutan aqueous berisi phenyl-P 20% didalam HEMA 30%.
Keuntungannya adalah resiko kolapsnya kolagen dapat
dieliminasi.Kerugiannya adalah larutan harus diperbaharui
secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat
dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel
dengan tepat, kurangdapat diramalkan dibandingkan dengan
larutan asam phosphor, karena asam yang digunakanlebih
lemah.
b. One-step self-etch adhesive (all in one)
Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu
kemasan, sehingga hanya terdiri darisatu tahap aplikasi. Bahan
ini merupakan sistem adhesif generasi ke-7. One-step self-etch
adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan
untukrestorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan
aplikasi one-step self-etch adhesive adalah untuk memudahkan
prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah
yangdibutuhkan dalam prosedur bonding . Smear layer tidak
disingkirkan, sehingga potensisensitivitas post-operative (pada
sistem total-etch ) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke
dalam tubulus dentin dapat dikurangi. Selain itu, air adalah
komponen yang esensial dalamsistem ini dalam mengadakan
ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi,
jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen
yang terdemineralisasi (pada sistem adhesif total-etch ) dapat
dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan rinsing juga
dieliminasi.Maka dari itu, 2 tidak hanya mempermudah proses
perlekatan denganmengeliminasi langkah, tetapi juga
mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-
etch .
d. Tujuan
 Kegunaan melakukan etsa asam pada jaringan gigi untuk
mendapatkan retensi tanpa perlu membuang jaringan sehat gigi
lebih banyak
 Asam fosfat dengan konsentrasi 30-50% (paling banyak
digunakan di klinik)
1. Sifat larutannya stabil
2. Mudah didapat
3. Iritasi terhadap jaringan yang rendah
 Bonding agents : untuk memberikan perlekatan yang cukup pada
enamel dan dentin

6. Prosedur penumpatan dari resin komposit


a. Aplikasi dari resin komposit
1) Kavitas kelas 1
 Basahkan permukaan gigi yang akan dietsa
 Beri etsa menggunakan microbrush, foam sponge, atau
applicator tip. Penggunaan lamanya etsa bergantung cara
penggunaan dari pabrik
 Gunakan komposit dengan ketebalan 1-2 mm lalu curing
selama 20 hingga 40 detik. Lakukan langkah ini hingga
cavitas tertutup.
 Lakukan countouring 3 menit setelah material mengeras.
 Contouring mengggunakan round Carbide bur atau blade
finishing bur.
2) Kavitas kelas 2
 Basahkan permukaan gigi yang akan dietsa
 Beri etsa menggunakan microbrush, foam sponge, atau
applicator tip. Penggunaan lamanya etsa bergantung cara
penggunaan dari pabrik
 Penggunaan matrix harus berhati-hati karena sulit untuk
mendapat kontak proksimal yang baik
 Sebelum menggunakan komposit, matrix band harus
berkontak dengan gigi sebelahnya. Matrix digunakan
sebelum etsa
 Gunakan komposit dengan kedalaman 1-2 mm lalu curing
selama 20-40 detik. Lakukan tahap ini berulang untuk
mencegah pengkerutan
 Lakukan countouring 3 menit setelah material mengeras
 Contouring menggunakan round carbide bur atau blade
finishing bur
3) Kavitas kelas 3
 Penggunaan etsa bergantung pada ketentuan pabrik
 Gunakan microbrush untuk melakukan etsa
 Penggunaan matriks berguna agar gingival cavorsurface
tidak fraktur karena insersi
 Gunakan komposit dengan kedalaman 1-2 mm lalu curing
selama 20-40 detik. Lakukan tahap ini berulang untuk
mencegah pengkerutan
 Lakukan countouring 3 menit setelah material mengeras
 Contouring menggunakan round carbide bur atau blade
finishing bur.
4) Restorasi kelas 4
 Gunakan strip polyester sebagai matrix
 Aplikasikan komposit dan disinari dengan light cured sama
seperti pada kelas 3
5) Restorasi kelas 5
 Gunakan strip polyester sebagai matrix
 Aplikasikan komposit dan disinari dengan light cured sama
seperti pada kelas 3.
b. Finishing restorasi
Finishing meliputi shaping , contouring , dan penghalusan
restorasi.Sedangkan polishing digunakan untuk membuat
permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera
setelah komposit aktivasi sinartelahmengalami polimerisaasi atau
sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain:
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades,
seperti 12 atau 12b atau specific resin carving instrument yang
terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs,
berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point
dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit :


1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan
ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk
membentuk permukaan proksimal dari resin komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari
resin komposit pada aspek distal3.
3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan
untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin
komposit.
4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan
untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi.
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing
atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak
proksimal.

Daftar Pustaka
Dewiyani, S. (2017). Restorasi gigi anterior menggunakan teknik direct komposit. Sari.

https://pdfcoffee.com/prinsip-preparasi-kavitas1-pdf-free.html

https://www.academia.edu/15726523/Prosedur_Klinik_Penumpatan_Resin_Komposit

https://www.academia.edu/35389385/Restorasi_Komposit_Per_Step

https://www.scribd.com/embeds/182943331/content?start_page=1&view_mode=scroll
&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://www.scribd.com/embeds/353529731/content?start_page=1&view_mode=scroll
&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://www.scribd.com/embeds/359750008/content?start_page=1&view_mode=scroll
&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Istikharoh, F. (2018). Dental Resin Komposit: Teori, Instrumentasi, dan Aplikasi.


Universitas Brawijaya Press.

Suprastiwi, E., Nursasongko, B., Putranto, A. W., Maharti, I. D., Citra Kusumasari, Iffi
Aprillia, & Megantoro, A. (2018). Standar Prosedur Operasional; Restorasi
Resin Komposit. Buku Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai