Anda di halaman 1dari 21

Bab I

SKENARIO
Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke dokter gigi untuk menambalkan
gigi samping kiri atas yang berlubang besar. Pada anamnesis tidak pernah ada sakit
spontan, dan tes vialitas (+). Didapatkan diagnosa pulpitis reversible pada gigi 25
dengan karies media pada daerah proksimal yang meluas dari bukal ke palatal. Dokter
gigi memutuskan untuk melakukan perawatan dengan restorasi Indirek pada gigi
tersebut, dengan bahan komposit indirek. Setelah dokter gigi melakukan preparasi,
dilakukan pencetakan untuk membuat model kerja, kemudian gigi tersebut ditutup
dengan bahan yang menutupi kavitas. Pasien diminta datang keesokan harinya untuk
dilakukan insersi restorasi.

Bab II
KATA SULIT
1. Anamnesis
: Mengetahui riwayat pasien berdasarkan ingatan pasien
2. Tes vitalitas
: Tes untuk mengetahui apakah gigi tersebut vital atau tidak
dengan menggunakan alat bantu berupa stimulus elektrik, thermal atau mekanis
pada mahkota gigi
3. Restorasi indirek
: Bertindak melalui perantara
4. Insersi restorasi
: Tindakan menanam untuk memicu pengembalian ke
keadaan semula (sehat/posisi normal)

Bab III
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bagaimana cara menentukan tes vitalitas (+)/(-)?


Bagaimana seorang dokter gigi mendiagnosa pulpitis reversible?
Bagaimana ciri-ciri karies media dan jenis kariesnya?
Apa saja bahan restorasi indirek?
Apa saja teknik rektorasi indirek?
Apa bahan yang digunakan untuk menutupi kavitas?
Bagaimana kriteria bahan untuk menutupi kavitas?
Bagaimana prosedur insersi restorasi?
Mengapa insersi restorasi dilakukan pada kunjungan selanjutnya?

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Bab IV
HIPOTESIS

Perempuan usia 25
tahun

Gigi samping kiri atas berlubang


besar

Anamnesis :
sakit tidak
spontan

Tes vitalitas
(+)Perempua

Diagnosa gigi 25

Pulpitis reversible

Karies Media

Preparasi Indirek

Cetak Model Kerja

Menutup Kavitas

Insersi Restorasi

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Bab V
LEARNING ISSUE
1. Restorasi Indirek
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Prosedur
d. Indikasi dan kontraindikasi
2. Tumpatan sementara
a. Definisi
b. Bahan
c. Prosedur
d. Indikasi dan kontraindikasi
3. Bahan restorasi Indirek
a. Pertimbangan pemilihan bahan
b. Jenis dan sifat
c. Prosedur
Bab VI
LEARNING OUTCOMES
1. Restorasi Indirek
a. Definisi
Merupakan teknik untuk membuat restorasi di luar mulut dengan
menggunakan cetakan dari gigi yang dipreparasi
b. Klasifikasi
a) Inlay
Merupakan restorasi yang sebagian besar dikerjakan diluar mulut yang
kemudian disemenkan pada preparasi untuk menggantikan satu csp atau
lebih cusp tetapi tidak untuk semua cusp.
Umumnya digunakan untuk gigi yang berkebutuhan khusus seperti gigi
yang lemah karena karies, gigi yang cenderung fraktur bila tidak diberi
pelindung dan gigi yang sulit dibuat retensi.
b) Onlay
Merupakan restorasi gigi yang lebih luas meliputi satu cups atau lebih cusp
c) Full Crown
Merupakan restorasi yang menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan
gigi yang dipreparasi.
Restorasi ini biasa digunakan untuk gigi yang mengalami kerusakan
sehingga tidak bisa ditambal tetapi gigi tersebut masih vital
d) Mahkota pigura
Merupakan mahkota tuang dimana bagian bukal dan labialnya diberi facing
yang sama dengan warna gigi. Fasing tersebut mirip dengan veneers.
e) Veneer
permukaan gigi yang dilapisi oleh bahan yang menyerupai gigi;
diindikasikan pada gigi yang mengalami perubahan warna sehingga tidak
sama dengan gigi asli atau gigi sebelahnya
f) Mahkota pasak
Diberikan pada gigi yang sudah mengalami perawatan saluran akar serta
sebagian besar mahkota klinis sudah rusak dan retensi berasal dari saluran
akar

c. Prosedur

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

1. Inlay
Kunjungan I
a. Preparasi kavitas
- Membuang semua jaringan karies atau bahan tumpatan yang lama
- Preparasi dengan membentuk dinding kavitas 3-5o divergen ke oklusal
- Seluruh dinding kavitas dan dasar kavitas dihaluskan dengan sudut
kavitas dibuat membulat
- Tidak dilakukan pembuatan bevel pada permukaan oklusal
- Dibutuhkan ketebalan minimal 2 mm agar di dapat kekuatan dari
bahan komposit
b. Pembuatan inlay (secara direct/ indirect)
c. Insersi inlay komposit
d. Teknik sementasi
- Persiapan inlay
- Persiapan kavitas
- Aplikasi semen resin
e. Penyelesaian (finishing) dan pemolesan
Kunjungan II
a. Tumpatan sementara dibuka
b. Membersihkan kavitas dan mengeringkan
c. Uji coba ke pasien. Memperhatikan adaptasi (Adaptasi kerapatan tepi
antara jaringan gigi dengan inlay, kontak premature, dll)
d. Jika sudah pas, dilakukan penyemenan > inlay dibersihkan dengan
aquadest
e. Inlay dilakukan dikavitas
f. Membersihkan sisa semen yang berlebihan
g. Finishing dan polishing > disemenkan dengan GIC luting (type I) dan zinc
phospate
2. Onlay
a. Pemasangan isolator karet
b. Akses ke karies
Untuk memperolehakses ke dentin karies. Alat yang digunakan: bur fisur
tungsten carbide kuncup-pendek dengan kekuatan tinggi.
c. Menentukan luas karies
Setelah akses diperoleh, kavitas bisa dilebarkan sampai dicapau pertautan
email-dentin yang sehat.
d. Keyway
Dapat mempengaruhi retensi onlay dan ketahanan terhadap kemungkinan
bergesernya restorasi. Keyway dibuat dengan kemiringan sekitar 6-10 o
terhadap sumbu gigi dengan menggunakan bur fisur kuncup dan dijaga
agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Setelah dibuat keyway, kavitas
dikeringkan untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dan bahwa
kavitasnya membuka dengan sumbu yang benar.
e. Pembuatan boks aproksimal
Kavitas didalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara
yang sama untuk preparasi amalgam dengan jalan membuang dentin
karies pada DEJ. Preparasi dibuat miring 10o terhadap sumbu gigi dengan
bur fisur tungsten carbide kecepatan tinggi.
f. Pembuangan karies dalam
Karies mungkin tertinggal di dinding aksial dan paling baik dibuang dengan
bur ukuran medium dalam kecepatan rendah. Jika karies telah dibuang,
periksa kembali untuk memastikan tidak adanya undercut. Jika masih ada
undercut, maka undercut tersebut ditutup dengan semen pelapik pada

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan


yang dikehendaki.
g. Pembuatan bevel
Garis sudut aksio pulpa hendaknya di bevel. Hendaknya bevel tidak
diluaskan lebih ke dalam karena akan mengurangi retensi dari suatu
restorasi. Tepi luar bevel harus halus dan kontinu untuk mempermudah
penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya beradaptasi dengan
baik dengan gigi.
3. Crown
Keadaan yang memerlukan mahkota penuh adalah gigi yang telah mempunyai
restorasi besar tapi dipertanyakan mutunya atau yang terkena kariesyang
sangat luas.
a. Preparasi oklusal
Pengambilan ini bisa dilakukan dengan roda intan yang ujungnya bulat dan
runcing. Jumlah pengambilan yang sama diperlukan pada gigi-gigi
posterior, dengan minimal pengambilan 1 mm apapun keadaannya. Dan
pengambilan daerah oklusal harus sesuai dengan morfologi oklusal.
b. Pengambilan daerah bukal dan lingual
Intan yang ujungnya bundar dan runcing digunakan untuk tujuan ini. Garis
penyelesaian gingival telah ditetapkan sebelumnya untuk kebutuhan
retensi, pada restorasi yang rusak atau karies.
c. Garis penyelesaian
Harus diletakkan di gingival terhadap titik kontak dan juga pada email
yang sehat. Apabila inti amalgam atau restorasi adalah bagian preparasi,
maka diharapkan agar garis penyelesaian dari restorasi tuang berakhir di
gingival dari restorasi. Dinding proksimal harus berhubungan satu sama
lain dengan cara yang sama seperti pada bukal dan lingual untuk
mendapatkan resistensi optimal.
d. Pembuatan bevel
Seluruh sudut atau segi yang tajam harus dibulatkan. Untuk penghalusan,
adalah baik sekali apabila bur dijalankan pada kecepatan rendah untuk
menghindari pemotongan berlebih.
e. Pengecekan jarak antar oklusal
Pertimbangan harus diberikan terhadap jarak apabila pasien melakukan
gerakan eksentrik, dan preparasi harus cukup guna memungkinkan restorasi
berfungsi memuaskan dalam seluruh gerakan.
f. Penempatan alur pada permukaan bukal dan biasanya ini merupakan alur
bukal anatomis
Alur ini bermanfaat karena sangat membantu dalam memberikan orientasi
positif selama penempatan restorasi.alur ini membatasi kemungkinan rotasi
dari mahkota gigi selama pemasangan, karena alur akan menjadi pedoman
atau kunciutama di dalam proses pemasangan.
d. Indikasi dan Kontraindikasi
1. INLAY
Indikasi :
Menggantikan tambaan yang lama
Kavitas kecil yang melebar ke proksimal
Mengembalikan estetik pada gigi posterior
Memerlukan kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga
Menghindari deposit makanan
Karies yang lebar dan dangkal
Kontraindikasi :

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Pada gigi yang masih muda, dimana mineralisasi dentin belum


sempurna
Untuk perawatan saluran akar yang tidak bisa menahan restorasi
yang besar
Kavitas kecil yang bisa direstorasi hanya dengan amalgam
frekuensi karies tinggi
OH pasien jelek

2. ONLAY
Indikasi :
Kerusakan posterior masih terdapat dinding lingual maupun bukal
Karies interproksimal gigi posterior dan fraaktur tonjol
Abrasi gigi posterior yang luas
Mengganti gigi posterior yang rusak
Posterior yang mengalami tekanan yang kuat
Kontraindikasi :
Pasien dengan ekonomi yang kurang
Harapan hidup gigi yang rendah
3. VENEER
Indikasi :
Fraktur sebagian mahkota
Mahkota mengalami perubahan warna
Kelainan bentuk gigi
Gigi atrisi, abrasi dan erosi yang berat
Kontraindikasi :
Pasien OH buruk
Gigi tambalan yang besar
Pasien dengan usia < 10 tahun karena tanduk pulpa tinggi
Mahkota klinis pendek
4. FULL CROWN
Indikasi :
Merupakan pilihan terakhir
Karies yang sangat luas
Mahkota klinis pendek
Kontraindikasi :
Pasien dengan OH buruk
5. MAHKOTA PASAK
Indikasi :
Gigi yang tidak dapat ditumpat
Kehilangan cups
Jaringan periodontal rusak
Akar gigi masih bagus karena untuk retensi
Gigi antagonis bagus agar tidak mengiritasi
Retensi bagus karena akan menerima beban berat
Kontraindikasi :
Karies pada gigi yang belum meluas pada pit dan fisure
Terjadi kerusakan jaringan periodontal

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Tidak ada gigi antagonis


Kondisi gigi crowded
Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota
Resorbsi processus alveolaris > 1/3
Akar pendek
Kelainan jaringan periapikal
Diniding saluran akar tipis

2. Tumpatan Sementara
a. Definisi
Tumpatan sementara merupakan suatu bahan yang digunakan untuk
menutup kavitas dan bersifat sementara. Tumpatan ini digunakan pada kasus
yang tidak bisa dilakukan perawatan satu kali kunjungan, misalnya pada
perawatan saluran akar (saat lubang gigi sedang dirawat tidak dapat dibiarkan
terbuka, namun belum dapat dilakukan restorasi akhir), untuk perawatan
sementara menunggu pulpa sembuh dan atau menunggu pembuatan
restorasi permanen (contoh : inlay/onlay)
b. Bahan
a. ZINC OXIDE EUGENOL CEMENT

Gambar 2. Contoh produk semen Seng Oksida Eugenol


Sumber: http://www.pspdentalco.com/cements.html
Zinc oxide eugenol cement sering digunakan sebagai tumpatan sementara
karena lebih sedikit menyebabkan iritasi pada pulpa, tidak mudah larut oleh
cairan dalam rongga mulut dan menghasilkan marginal seal yang lebih baik
Komposisi :

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Sumber: Manappillil dalam wahyudi T. 2005


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8548/1/000600106.
pdf

Keuntungan :
- efek meredakan pada pulpa
- sealing yang baik dalam jangka pendek
Kerugian :
- kekuatan lemah
- setting time lama
- kekuatan compressive yang lemah

b. ZINC PHOSPHATE CEMENT

Gambar 7. Contoh produk semen Seng Phosphate


Sumber : http://tokosakura.com/index.php?act=viewProd&productId=1300
http://www.fuzing.com/vli/003015117261/Dental-Zinc-PhosphateCement
Terdapat dua tipe pada zinc phosphate cement. Tipe pertama digunakan untuk
penyemenan sedangkan tipe yang kedua digunakan untuk basis dan lutting.

Keuntungan :
- kekuatan compressive yang tinggi
- ketebalan lapisan tipis
Kerugian :
- PH awal yang rendah
- Kurangnya adhesi ke struktur gigi
- Kurangnya efek antikariogenik
- Larut dalam air

c. CALCIUM HYDROXIDE
Mempunyai Ph alkaline yang tinggi. Ph alkaline ini membantu menetralkan
asam yang diproduksi oleh mikroorganisme dan komponen asam yang
mengiritasi dasar dan bahan restorasi. Calcium hydroxide juga memiliki sifat
antibakteri.
d. SEMEN RESIN
Berguna untuk penyemenan pada tumpatan sementara di gigi estetik
Mempunyai kekuatan compressive yang rendah
e. SEMEN SILIKOFOSFAT

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Semen silikofosfat merupakan salah satu semen yang sanggup melepas


ion (Ion Leachenable Glass), khususnya fluoride yang mampu mencegah
terbentuknya karies sekunder, hal ini yang membuat semen silikofosfat masih
di pergunakan di kedoteran gigi. Semen ini merupakan hybrid, kombinasi dari
bubuk semen zink fosfat dengan semen silikat dan sering disebut dengan
semen silikofosfat (Baum dalam Hermanto, L.FM. 2007).

Fungsi :
a. Bahan perekat untuk restorasi, bahan tambalan sementara dan
tambalan gigi desidui, bahan perekat fixed restoration, bahan band
orthodontics.
b. Bahan pembuatan die (Combe dalam Hermanto, L.FM. 2007).

Komposisi :
1) Komposisi Bubuk
a. Aluminosilicate glass
b. Seng okside
c. Magnesium okside
2) Komposisi Cairan
a. Asam fosfat (phosphoric acid)
b. Air
c. Seng dan aluminium salt (Aldelina, N.L. 2011)
Salah satu semen silikofosfat yang paling terkenal terdiri atas 90%
bubuk semen silikat dan 10% bubuk semen seng fosfat. Pada umumnya
semen silikofosfat berisi 12% - 25% flourida. Reaksi penyatuan bubuk dan
cairan dapat di gambarkan sebagai berikut:
Seng Oxide/aluminosilicate glass + phosphoric acid
Seng aluminosilicate phosphate gel

f. PINS RETAINED
Pemasangan pin dapat digunakan sebagai tumpatan sementara yang
ekonomis untuk gigi yang prognosisnya belum diketahui
g. GIC

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

Gambar 13. Contoh produk Semen Ionomer Kaca


Sumber: http://solutions.3mindia.co.in/wps/portal/3M/en_IN/3M-ESPE-Asia/dentalprofessionals/products/category/cement/ketac-cem-easymix/
Mendukung control karies walaupun jumlah dan frekuensi dari refined
carbohydrate dalam diet relative tidak berubah
Membentuk fluoroapatite yang kelarutannya lebih kecil dari
hydroxyapatite
Menghambat demineralisasi
Memperbaiki remineralisasi
Menghambat metabolisme bakteri
Menghambat pembentukan plak

Komposisi Bubuk

Komposisi Cairan

h. CAVIT

Cavity Liner
Merupakan lapisin tipis semen yang digunakan untuk melindungi

pulpa.
Cavity Varnish
Digunakan untuk menghalangi masukan iritasi dari semen atau
bahan restorasi lain, dan untuk mengurangi penetrasi cairam mulut
pada interface restorasi dan gigi ke dalam dentin yang berada
dibawahnya. Bahan ini memiliki ikatan dengan struktur gigi dan tidak
boleh digunakan dengan semen adesif yang bertujuan untuk
meningkatan bond strength ke gigi dan ke restorasi.
Keuntungan :

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

10

1. Terdapat 3 variasi CAVIT, CAVIT-W dan CAVIT-G dengan tingkat surface


hardness yang berbeda
2. Melekat kuat dengan dentin, mudah diaplikasikan
3. Proses cutting cepat dan void free
4. Pemuaian terjadi sedikit, memastikan bahwa material memiliki margin
yang tersegel dengan baik
5. Strukturnya kuat dan tidak dapat ditembus obat-obatan

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

11

i.

FLETCHER
Fletcher adalah bahan tumpatan sementara yang terdiri atas bubuk
dan cairan. Fletcher terdiri dari:

j.

Bubuk
o Zn Sulfat 112 bagian
o Zn oxide 100 bagian
o Mastix
7,5 bagian
Cairan
o Alkohol
196 gram
o Aquadest
65 gram
o Gummie arabicum
25 gram
o Fenol
1 tetes
Alat yang digunakan
o Glassplate yang tebal dan dingin
o Spatel baja antikarat

GUTTA PERCHA

Gutta percha merupakan lateks koagulasi cairan getah murni yang


dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis sapotacheae yang dapat
dipadatkan. Gutta percha point telah terbukti sebagai bahan yang paling
ideal dan sering digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar. Gutta
percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan
periradikuler dengan semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi
pembentukan jaringan keras (respons osteogenik) dan dapat merangsang
penutupan apeks. Pada perawatan saluran akar, gutta percha memiliki
fungsi untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga
mulut dan dapat memadat dengan baik.
Sifatnya adalah tidak berbau, tidak mempunyai rasa, elastis, tidak
merupakan konduktor, tidak mengiritasi atau merangsang jaringan lunak,
dan apabila terdapat didalam mulut dengan kebersihan mulut yang kurang
baik dapat menjadi porus dan hancur, larut dalam bahan karbon bisulfida,
kloroform dan benzene. Gutta percha tersusun atas gutta percha, kalsium
karbonat, silika, dan beberapa bahan sulfat.

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

12

Prosedur
Manipulasi ZINC OXIDE EUGENOL
Campuran antara powder dengan liquid membentuk pasta dengan
komposisi seimbang agar didapat adonan berbentuk dempul,
Semakin banyak powder, maka semakin kuat semen dan konsistensinya
semakin kental.Powder dan liquid dicampur hingga didapat konsistensi
yang diinginkan.
Prosedur mixing : Reaksi ZOE tidak eksotermik maka tidak dibutuhkan
mixing slab yang dingin. Mixing dapat dilakukan diatas disposable
mixing pad dari pabrik atau dengan glass slab. Penggunaan glass slab
direkomendasikan untuk semen dengan modifikasi EBA-Alumina.
Pencampuran powder ke liquid tidak perlu secara incremental,
sejumlah powder langsung dicampur dengan liquid, diaduk kemudian
sejumlah kecil powder ditambahkan sampai mixing selesai.
Pencampuran semen modifikasi EBA-Alumina : powder dan liquid
ditakar sesuai dengan instruksi pabrik, dicampur selama 30 detik dan
diasah selama 60 detik sehingga mencapai konsistensi krim.

Manipulasi ZINC PHOSPHATE CEMENT

1. Letakkan bubuk dan cairan sesuai takaran diatas glassplate


2. Bagi bubuk menjadi 4 bagian
3. Campurkan bubuk dan cairan dengan spatula semen
menggunakan gerakan memutar selama 30 detik
4. Diamkan selama 15 detik, tarik bagian bubuk selanjutknya dan
aduk sampai mendapat konsistensi dempul
5. Aplikasikan pada dasar kavitas dengan plastis filling instrument
atau sonde dan ditekan dengan semen stopper
Manipulasi SEMEN SILIKOFOSFAT
a. Pemanipulasian manual
Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml.
Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab
yang tebal dan dingin, juaga menggunakan spatula dari bahan
plastik atau cobalt chromium.

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

13

Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar (circular) selama 1


menit.
Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk
mendapatkan konsistensi yang di inginkan dan baik.
b. Pemanipulasian mekanis
1. Dengan menggunakan alat amalgamator.
2. Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam
satu wadah dan terpisah dengan sekat.
3. Sekat ini dapat hancur denag adanya tekanan dari amalgamator.
4. Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga
pada prSeng Oksida Eugenols pencampuran terjadi panas yang
mengakibatkan waktu kerja berkurang (Obrien dalam Hermanto,
L.FM. 2007).

Manipulasi GIC

1. Kocok bubuk yang ada dikemasan supaya rata


2. Ambil bubuk dengan sendok yang tersedia di dalam kemasan, lalu
letakkan di glass slab. Bagi menjadi 2 bagian sama rata.
3. Teteskan liquid pada glass slab, lalu aduk setengah bubuk dengan liquid.
Lakukan gerakan melipat menggunakan spatula GIC
4. Tambahkan bubuk bagian kedua setelah yang pertama homogen. Lalu
aduk kembali secara keseluruhan adonan homogen dan seperti pasta.
Pengadukan kira-kira selama 30-60 detik
5. Masukkan GIC kedalam kavitas menggunakan filling plastic instrumen.
Working time selama 2 menit.

Manipulasi CAVIT

1. Permukaan cavit sangat keras menjadikan cocok digunakan untuk restorasi


sementara di bagian oklusal dan temporary post attachment
2. Cavit-W final hardness lebih rendah dan adhesi lebih kuat cocok untuk
perawatan endodontic

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

14

3. Cavit-G ideal untuk preparasi inlay karena dapat seluruhnya dipindahkan


tanpa menggunakan bur
c. Indikasi dan kontraindikasi
1. GIC
Indikasi :
Restoratif gigi yang mengalami erosi
Sebagai basis
Sebagai pelapik kavitas
Sementasi
Bonding untuk tambalan komposit
Restorasi gigi decidui
Kontraindikasi :
Pulp capping
2. ZINC OXIDE EUGENOL
Indikasi :
Meredakan rasa sakit
Basis insulatif
Sementasi inlay, crown, dan bridge
Karies dentin
Kontraindikasi :
Kasus gangren pulpa
3. POLIKARBOKSILAT
Indikasi :
Sementasi
Sebagai basis
Sebagai lapik pelekat
Kontraindikasi :
Perawatan pulpa
Kasus gangren pulpa
4. SILIKOFOSFAT
Indikasi :
Sebagai basis
Sementasi untuk mulut yang memiliki karies tinggi
Kontraindikasi :
Gangren pulpa
3. Bahan Restorasi Indirek
a. Pertimbangan Pemilihan Bahan
a) Harus mudah digunakan dan tahan lama
b) Kekuatan tensil cukup

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

15

c) Tidak larut oleh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di salam
rongga mulut
d) Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival
e) Mudah dipotong dan dipoles
f) Derajat keausan sama dengan email
g) Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder
h) Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin
i) Daya penyerapan airnya rendah
j) Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi
k) Radiopaq
a. Non-toxic atau tidak beracun
b. Tidak larut dalam saliva dan cairan lainnya, yang bila dimasukkan
mulut tidak mengiritasi pulpa dan jaringan lainnya
c. Sifat-sifat mekanis harus memenuhi syarat untuk tujuan penggunaan
bahan tersebut
d. Perlindungan jaringan pulpa dari pengaruh bahan restorasi lainnya:
a. Penghambat panas atau tidak bersifat konduktor
b. Pelindung kimia, yakni dapat mencegah penetrasi zat kimia
yang dapat merusak pulpa
c. Penghambat arus listrik untuk menghindari efek galvanis
e. Kuat terhadap tekanan kunyah atau tekanan yang lainnya

b. Jenis dan Sifat


1. Metal
2. Emas
3. Komposit
4. Porselen
5. Logam tuang
Sifat
1. Metal : sifatnya opak, memiliki densitas tinggi,digunakan dalam
bentuk alloy
2. Porcelain fused to metal : penggabungan dari kebaikan sifat
memiliki logam dengan sifat estetik porcelain yang baik
3. Komposit : setting terjadi selama 20-6- detik, resin komposit
resisten terhadap warna disebabkan oleh oksidasi tapi sensitive
pada penodaan
4. Porselain : kekuatan transverse, koefisien dari ekspansi termal,
kesesuaian antara warna porselen dengan warna gigi
5. Logam tuang : Merupakan campuran dari 2 atau lebih logam. Bahan
yang dapat digunakan pada logam tuang yaitu alloy emas, alloy
cobalt-chromium, alloy perak-palladium, alloy aluminium-tembaga,
stainless steel, alloy nickel-chromium, dan alloy nickel-titanium.
Sifat: biokompatibel, mudah dicairkan, dicor, dan dipoles.
Mengalami penyusutan yang sedikit ketika memadat, mempunyai
ketahanan abrasi yang baik, kekuatannya tinggi, tahan terhadao
tekanan dan korosi.
6. Porselen fused to metal : Restorasi yang menggabungkan

sifat baik dari logam dan porselen.


Sifat: memiliki kekuatan dari logam dan sifat estetik dari
porselen.
LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

16

c. Prosedur

Tahap pekerjaan resin komposit:


1.
2.
3.
4.

Pemasangan isolator karet


Warna resin harus dipilih denga menggunakan penuntun warna
Preparasi sama seperti inlay logam
Tepi cavosurface gingiva harus dibevel untuk meningkatkan mekanisme
bonding etsa dan menghilangkan kelemahan email
5. Bevel cavosurface tidak perlu dibuat sebab ada batang email yang bisa
dietsa
6. Sudut garis internal harus dibulatkan untuk mengurangi stres, pada onlay
pengasahan tonjol minimal harus 1,5 mm
7. Sistem inlay direk: mengaplikasikan media separasi (misalnya gliserin
atau larutan agar) ke gigi yang dipreparasi. Tambalan gigi kemudian
dibentuk, disinar dan diambil dari kavitas inlay. Inlay kasar ini kemudian
disinar lagi selama 6 menit atau dipanaskan samapi 1000C selama 7 menit.
8. Sistem inlay indirect: menggunakan cetakan dan kemudian model
dikerjakan di laboratorium. Selain pengerasan dengan sinar konvensional
dan panas, pemprosesan laboratorium menggunakan pemanasan dan
tekanan (1400C atau 2840F/85 psi selama 10 menit) untuk polimerisasinya.
Pemanasan dan tekanan ini biasanya digunakan untuk resin pasimikro
yang homogen, yang dianggap mempunyai kandungan pasi lebih tinggi,
pori-porinya lebih sedikit, dan stabilitas warnanya lebih baik daripada versi
yang diaktifkan sinar.
9. Jika preparasi sudah mendekati pulpa perlu diaplikasikan selapis Ca(OH) 2
yang cepat mengeras pada daerah didekat pulpa. Semua dentin harus
ditutup dengan pelapik semen ionomer kaca yang berfungsi sebagai
pelindung pulpa dan untuk adhesi bagi resin.
10. Kemudian kavitas dietsa
Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan
bahan dapat lebih dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar
gelembung udara antara kedua bahan tidak masuk karena jika ada
gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah dietsa,
asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel
dikeringkan. Tanda keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel
yang berwarna putih salju. Enamel ini harus dijaga agar tetap kering
sampai resin diletakkan, tujuannya untuk membentuk ikatan yang baik.
Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar
dapat menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi
kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera
dibersihkan, enamel dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik
(lebih singkat dari waktu etsa awal).
11. Teknik Primer
Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang
dipreparasi dengan menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan
menentukan lama aplikasi bahan primer serta lama penyinaran. Apabila
sudah dilapisi dengan primer maka dentin seharusnya mengkilap secara
rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi lapisan
primer lagi.
12. Penempatan Adhesif

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

17

Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka


bonding adhesive diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan
untuk mengaplikasikan bahan adhesive semua bagian atau struktur gig
yang telah di etsa dan di primer. Harus diperhatikan agar bahan adhesive
tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah diaplikasikan, bahan
adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah polimerisasi
material komposit akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive
tersebut.
13. Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument
tangan atau syringe. Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi
klas V karena light-curing mempunyai banyak kelebihan dibanding selfcuring. Diusapakan campuran komposit self-cured pada preparasi dengan
menggunakan instrument tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat
dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya prosedur ini dilakukan dua
kali supaya preparasi terisi penuh atau lebih. Kemudian eksesnya
dibersihkan dimulai dari gingival cavosurface margin dengan
menggunakan eksplorer NO. 2 atau dengan menggunakan blade pada
instrument komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak
dipreparasi, gingival dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika
komposit mulai mengeras, maka konturing harus dihentikan.
Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V
disebabkan oleh working time yang lebih lama dan kontur yang dapat
dikontrol sebelum terjadi polimerisasi. Hal ini sangat berguna pada
restorasi dengan preparasi yang besar atau pada preparasi dengan
merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi dapat
merusakan struktur gigi.
14.
Finishing
meliputi
shaping,
contouring,
dan
penghalusan
restorasi.Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan
restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit
aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah
pengerasan awal.

Tahap pekerjaan restorasi rigid porselen:


Kunjungan Pertama
1. Tumpatan amalgam dibongkar
2. Kavitas dibersihkan
3. Preparasi kavitas
Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies
dengan menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan
kecepatan tinggi. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar adalah
untuk mencegah terbentuknya undercut.

Menentukan Luas Karies


Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal

sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar
boks arah bukopalatal.

Desain Preparasi Kavitas

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

18

Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding


vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal
dan lingual pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100. Jika sudut
kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada pada keadaan yang terlalu
banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut lebih dari 100,
retensinya bermasalah.

Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus

fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar
keyway diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan melebar
kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan dengan
mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan
untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya
sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak
tepat, maka ketidaktepatan itu harus diperbaiki.

Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian

ini kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan
dengan cara yang sama dengan jalan membuang dentin karies pada daerah
pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah
dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan pahat pemotong tepi
gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10 derajat dengan bur fisur
runcing.

Gigi

tetangga

dilindungi

dengan

lempeng

matriks

untuk

melindunginya dari kemungkinan terkena bur. Menjaga agar sumbu bur sejajar
dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal yang sangat penting
sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan yang sama.
Pelebaran

ke

arah

gingiva

hanya

dilakukan

seperlunya

saja

sekedar

membebaskan pertautan email-dentin dari karies, demikian juga halnya dalam


arah bukolingual. Setiap email yang tak terdukung dentin sehat, hendaknya
dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.

Pembuangan Karies Dalam


Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies

telah terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut.


Undercut padadaerah pertautan email-dentin seharusnya telah dibersihkan.
Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial, maka undercut tersebut
biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup dengan semen pelapik
pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan
yang dikehendaki.

Bevel

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

19

Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur


fisur. Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi pola
malam yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya
diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan
seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel
tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi restorasi akan berkurang.
Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk memudahkan penyelesaian
restorasi dan supaya tepi tumpatannya beradapatsi baik dengan gigi. Bevel
biasanya

tidak

dibuat

didinding

aproksimal

karena

akan

menciptakan

undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi
yang paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel.
Bevel gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan
yang biasanya merupakan hal yang paling kritis.
1. Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
- Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali
kunjungan.
- Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan
berkali-kali kunjungan
2. Restorasi sementara
Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat
sementara, seperti zinc oksid eugenol.
Kunjungan Kedua
3. Tumpatan rigid sementara dibongkar
4. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air
atau separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi.
Kemudian tempatkan matriks band, wedge atau cincin penahan untuk
menghasilkan kontak proksimal yang baik.
5. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan
menggunkan bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan
batas margin yang baik dan sistemis.
6. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
7. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan
pada gigi tersebut.
8. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan
dengan eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang
kelebihan di aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan
pernis copalite untuk mengurangi pelarutan semen selama jam-jam
pertama pengerasan. Setelah itu, Permukaan oklusal harus dipoles
dengan pasta pumis yang diletakkan pada bur sikat, diikutu oleh
whiting yang diletakkan pada berbagai sikat.

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

20

Teknik pekerjaan porcelain fused to metal:


Secara umum bentuk preparasi gigi pada restorasi rigid harus
mempunyai ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum
mengikuti anatomi gigi yang terlibat untuk memperoleh retensi dan
resistensi yang optimal.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dinding kavitas tegak atau divergen 3-5o.


Tidak ada undercut.
Internal line angle tajam.
Eksternal line angle membulat.
Retensi dovetail, istmus 1/3 atau < 1/3 antar puncak tonjol.
Ketebalan restorasi 2,5 mm.

LAPORAN PBL SK 3 BLOK 5

21

Anda mungkin juga menyukai