Anda di halaman 1dari 14

TELAAH KASUS

RESTORASI INDIRECT ONLAY PADA GIGI 14


DENGAN DIAGNOSIS GIGI NON VITAL PASKA
PERAWATAN ENDODONTIK

Oleh :
Velya Apro
2041412046

Pembimbing :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
I. Literature Review
Keberhasilan jangka panjang gigi yang dirawat endodontik tergantung pada
keterampilan dokter gigi dan pemilihan restorasi pasca endo yang tepat. Gigi yang dirawat
secara endodontik lebih sering tidak dapat dipertahankan karena kegagalan rekonstruktif
daripada karena kegagalan memenuhi tujuan perawatan endodontik. Restorasi
postendodontik diperlukan untuk mencegah fraktur pada struktur gigi yang tersisa, untuk
mencegah reinfeksi saluran akar dan untuk mengganti struktur gigi yang hilang. Gigi yang
dirawat endodontik lebih rentan terhadap fraktur daripada gigi vital yang tidak direstorasi dan
juga tidak memiliki translusensi seperti aslinya, sehingga memerlukan perawatan restoratif
khusus.
Perbedaan antara gigi yang dirawat endodontik dan gigi vital meliputi:
 Perubahan struktural/arsitektur perubahan
 Perubahan pada dentin karakteristik fisik/kehilangan kelembaban
 Perubahan estetika.

Gambar 1. Akibat restorasi Postendodontik yang buruk (1).

Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan sebelum merencanakan restorasi untuk gigi


yang dirawat endodontik:
• Jumlah struktur gigi yang ada
• Gaya oklusal dan posisi anatomis gigi
• Persyaratan restoratif
• Persyaratan estetika.
Ingrid Peroz et al (2005) telah mengklasifikasikan rencana restorasi gigi yang dirawat
endodontik tergantung pada jumlah dinding yang tersisa di sekitar preparasi kavitas akses.
• Kelas I: Empat dinding yang tersisa di sekitar preparasi kavitas akses. Jika semua
dinding aksial kavitas tetap dengan ketebalan lebih dari 1 mm, maka hanya restorasi
kavitas akses jika cukup, asalkan gigi tidak mengalami gaya oklusal yang tidak
semestinya.

Gambar 2. Jika ada dua sampai empat dinding rongga di sekitar preparasi akses,
pasak, tidak diperlukan. Hanya restorasi atau inti build up diikuti oleh mahkota
yang ditunjukkan crown

• Kelas II dan III: Dua atau tiga sisa dinding di sekitar preparasi kavitas akses. Ketika
dua atau tiga dinding rongga tetap ada, tiang umumnya tidak diperlukan dan inti yang
diikuti oleh mahkota diindikasikan dalam kasus tersebut.
• Kelas IV: Satu dinding yang tersisa di sekitar preparasi kavitas akses. Penggunaan
post diindikasikan dalam kasus di mana hanya satu dinding rongga yang tersisa.

Gambar 3. Jika hanya ada satu dinding di sekitar preparasi akses, penggunaan
tiang diikuti dengan mahkota diindikasikan
• Kelas V: Tidak ada dinding yang tersisa di sekitar preparasi kavitas akses

Gambar 4. Jika tidak ada dinding kavitas yang tersisa di sekitar preparasi akses,
diberi pasak, inti dan mahkota
Pada gigi anterior, tidak ada perbedaan kerentanan fraktur pada gigi post endodonti
dan tidak. Tetapi, pada gigi posterior prosedur endodontik terbukti mengurangi kekakuan gigi
sebesar 5%, namun, adanya restorasi oklusal terbukti dapat mengurangi kekakuan sebesar
20% dan adanya restorasi mesio-occluso-distal mengurangi kekakuan gigi sebesar 63% (2).
Molar dapat direstorasi dengan restorasi komposit direct di kavitas akses jika ridge marginal
masih utuh atau secara indirect diberikan restorasi onlay/overlay, indirect komposit atau
porselen.

Gambar 5. Gaya yang menyebabkan fraktur cusp dimana cusp coverage tidak
digunakan dan marginal ridge terganggu

II. Restorasi Indirect


Restorasi komposit posterior direct tidak bekerja secara optimal terutama bila terdapat
lesi yang besar. Dalam kasus ini, restorasi inderect dalam bentuk inlay dan onlay telah
menunjukkan reproduksi kontak dan kontur yang lebih baik, kekuatan yang lebih besar,
kekerasan dan penyusutan polimerisasi yang lebih sedikit (3). Restorasi onlay adalah restorasi
yang memberikan proteksi oklusal yang paling besar dan merupakan restorasi yang optimal
jika kehilangan struktur giginya sangat luas. Onlay merupakan restorasi yang menutupi satu
atau lebih kuspid dengan menggabungkan prinsip restorasi ekstrakoronal dan intrakoronal
(4). Keuntungan penggunaan onlay antara lain kemampuan memperkuat struktur gigi yang
tersisa, dapat mengurangi shrinkage yang terjadi pada saat polimerisasi, dapat membentuk
kontur dan kontak yang lebih akurat, biokompatibel, keadaan fisik lebih baik, tidak
terkontaminasi saliva pada saat pengerjaan serta mudah dikoreksi bila terjadi kerusakan.
Sedangkan kerugiannya adalah, biaya dan waktu bertambah serta dibutuhkan keterampilan
khusus dalam prosesnya di laboratorium untuk mendapatkan restorasi yang akurat (5). Onlay
paling diindikasikan dan secara umum digunakan sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal.
Perlindungan yang diberikan merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi posterior
yang telah melemah akibat karies ataupun restorasi terdahulu. Restorasi ini didesain untuk
mendistribusikan tekanan oklusal gigi sebagai cara meminimalkan kemungkinan fraktur di
kemudian hari (4).
Indikasi onlay
• Karies meluas ke proksimal pada gigi posterior, termasuk bukal dan lingual
• Pasien dengan OH baik
• Restorasi post-endo indikasikan onlay untuk menguatkan struktur gigi yang tersisa
dan distribusi tekanan kunyah
• Gigi dengan perluasan restorasi eg: fraktur
• Menjaga dan mengembalikan kontak interproksimal dan kontur serta untuk koreksi
dataran oklusal
• Gigi penyangga diindikasi onlay untuk GT sebagian
• Gigi posterior dengan beban kunyah tinggi dan atrisi
Kontraindikasi onlay
• Pasien dengan indeks karies tinggi
• Umur gigi untuk tetap vital rendah eg: gigi dengan keterlibatan periodontal pada
orang tua
• Terdapat perluasan karies di facial, lingual dan 2 permukaan, diindikasikan crown
• Pasien ekonomi rendah, karena biayanya mahal
Indikasi onlay komposit indirek adalah pada kavitas yang luas, dibutuhkan estetik
lebih baik, karena warna dapat disesuaikan dengan gigi alami, sesuai dengan keinginan
pasien. Sedangkan kontra indikasinya adalah pasien tidak boleh memiliki kebisaan
parafungsi, ketidakmampuan menciptakan lingkungan yang kering, kesukaran mencapai
daerah subgingiva yang dalam (3). Restorasi onlay dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan jika dokter gigi memiliki peralatan yang memadai (CAD/CAM). Namun
penggunaan onlay sementara dapat menjadi alternatif jika harus dilakukan pengiriman ke lab.
Keuntungan Inderect Komposit (3):
 Lebih sedikit waktu di kursi yang diperlukan karena fabrikasi laboratorium
 Jauh lebih tahan aus daripada restorasi komposit direct
 Menunjukkan sedikit penyusutan polimerisasi, sehingga mengurangi kebocoran mikro
dan sensitivitas pasca operasi
 Meningkatkan sifat fisik
 Lebih biokompatibel dengan respon jaringan yang lebih baik.
 Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan pembentukan kontur anatomi
lebih mudah (6)
 Pemolesan ekstraoral mudah dilakukan.
Kekurangan Inderect Komposit (3):
 Membutuhkan lebih banyak kunjungan
 Sangat sensitif terhadap teknik dan bergantung pada bahan luting yang digunakan
 Pemulihan membutuhkan keterampilan operator tingkat tinggi
 Ada kebutuhan untuk restorasi sementara,
 Lebih mahal daripada restorasi direct.
Desain preparasi onlay, antara lain, adalah sebagai berikut :
a. Preparasi 2 mm dari groove central ke dalam lantai pulpa
b. Pengurangan permukaan oklusal sebesar 1,5 mm.
c. Dinding gingival ke oklusal divergen sebesar 2-5º dari lantai pulpa sebagai retensi.
d. Pembuatan step oklusal sebesar 0,5 mm sebagai retensi.
e. Pembuatan counterbevel sebesar 30º pada tepi fasial dan lingual.
Gambar 7. Desain preparasi Komposit Onlay (5,6)

Pada kasus ini digunakan semen berbahan dasar resin karena kemampuannya
berikatan dengan struktur gigi maupun restorasi, memiliki ketahanan terhadap abrasi,
memiliki solubilitas yang rendah dan sifat mekanis yang lebih baik. Semen resin self
adhesive dual cure merupakan bahan yang direkomendasikan untuk penyemenan restorasi
onlay indirek. Pengetsaan awal dan diaplikasi bonding dilakukan pada kavitas kemudian
dilakukan penyinaran. Aplikasi semen dilakukan pada permukaan dalam onlay dan pada
kavitas (5).

Telaah Kasus

A. Pemeriksaan Objektif
Gigi yang digunakan untuk perawatan saluran akar adalah gigi 14
B. Diagnosis
Gigi 14 non vital pasca perawatan saluran akar.
C. Rencana Perawatan
Restorasi akhir Onlay pada gigi 14
D. Prognosis
Dari pemeriksaan objektif dan radiografis yang dilakukan, disimpulkan bahwa
prognosa baik karena :
 Struktur jaringan gigi yang tersisa cukup untuk direstorasi akhir.
 Sisa jaringan pendukung cukup untuk menopang gigi dan restorasi akhir.
E. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Diagnostic Set Cotton roll
Cotton pellet
Diamond Bur:
Semen adhesive resin
 Bur Silindris
Dental floss
 Bur Fissure/Long Fissure
Caviton
 Bur Tapered
Alginate
Sendok Cetak/Stock Tray Gips Stone Type IV
Rubber Bowl + Spatulla Articulating Paper

F. PROSEDUR KERJA
1. Preparasi Gigi 14 dengan preparasi onlay di oklusal
a. Preparasi kavitas oklusal
Perluas outline oklusal sepanjang groove sentral menggunakan bur diamond
tapered untuk menghasilkan bentuk divergen dari dinding fasial-lingual dari
penampakan gingivo-oklusal. Besar sudut divergenitas gingiva-oklusal yang
direkomendasikan untuk onlay yakni sebesar 2-5 derajat.

Gambar 8. Posisi bur saat preparasi daerah oklusal


b. Pengurangan oklusal
Buat grooves pada cusp fungsional dengan kedalaman 1,3 mm. Buat grooves
dengan kedalaman 0,8 mm pada cusp non-fungsional. Lakukan pengurangan
oklusal mengikuti pedoman grooves yang telah dibuat. Ketebalan preparasi untuk
restorasi onlay berbahan komposit adalah 1,5 mm-2 mm.
c. Pembuatan bevel cavo surface oklusal.
Sudut cavo surface margin dibuat < 900
1) Buat inner bevel pada gigi dengan menggunakan cylindrical diamond bur
2) Buat outer bevel pada gigi dengan menggunakan cylindrical diamond bur

Gambar 9. Pembuatan bevel


d. Pembuatan akhiran preparasi
Pembuatan akhiran preparasi berupa chamfer, 1 mm di bawah bidang oklusal

Gambar 10. Akhiran preparasi


e. Pembulatan sudut
f. Pengecekan hasil preparasi
Pengecekan hasil preparasi dilakukan untuk memastikan :
 Terbentuknya kavitas yang divergen sekitar ± 2-5 derajat di dinding fasial-
lingual dari arah gingiva-oklusal.
 Sisi yang saling menghubungkan dan ujung/sudut yang terbentuk harus dibuat
membulat untuk mencegah daerah yang tajam yang memberikan tekanan
internal pada preparasi. Ini dilakukan untuk mencegah potensi fraktur.
 Permukaan preparasi harus halus dengan sudut membulat tanpa bevel
marginal, pastikan margin gingiva terletak pada enamel.
2. Pencetakan hasil preparasi
a. Cocokkan warna mahkota gigi pasien (berhubungan dengan estetik) sebagai acuan
warna crown yang akan dibuatkan. Kirim hasil cetakan gigi dan catatan
interoklusal pasien ke laboratorium untuk pembuatan crown.
b. Lakukan pencetakan pada rahang atas dan pencetakan rahang bawah dengan
alginat.

Gambar 11. Hasil Pencetakan


c. Lakukan pengecoran dengan menggunakan gips stone.
d. Buat catatan interoklusal gigi pasien.
Tujuannya untuk mendapatkan relasi hubungan rahang bawah terhadap rahang atas
dan sebagai pedoman oklusi sentrik pada model kerja.
Syarat catatan interoklusal :
 Setidaknya 1/3 bagian gigi yang dipreparasi tergambar
 Mencakup gigi tetangga
 Gigi antagonis harus tergambar
Tahapan pembuatan catatan interoklusal:
 Ambil selembar malam kemudian panaskan di atas lampu spriritus hingga
lunak.
 Lipat malam seperti bentuk lengkung rahang gigi dengan lebar 5-7 mm dan
tebal 3-5 mm. Potong malam yang berlebih
 Bentuk malam tersebut mengikuti bentuk lengkung permukaan oklusal gigi
pasien.
 Tempatkan wax tersebut (selagi lunak) diatas permukaan insisal gigi rahang
bawah pasien kemudian instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi
geliginya dalam posisi oklusi sentrik.
 Wax pada bagian bukal ditekan dengan jari sehingga didapatkan indentasi
permukaan.
 Setelah mengeras, wax dilepaskan dan diperiksa kelengkapannya, simpan
dalam suhu kamar.
 Pembuatan onlay sementara
 Hasil cetakan dan catatan interoklusal dikirim ke Laboratorium
3. Try-in
Tahap try-in dilakukan dengan menginsersikan onlay pada gigi yang telah dipreparasi
tanpa menggunakan semen. Pada tahap ini, perhatikan:
 Retensi
 Adaptasi batas akhiran/ kerapatan tepi restorasi: tidak boleh ada celah antara gigi
dengan bahan restorasi. Dicek dengan sonde
 Kesesuaian warna
 Proksimal gigi: berkontak ringan dengan gigi sebelahnya, dicek dengan
menggunakan dental floss
 Bentuk anatomi dan kontur gigi
 Oklusi dengan gigi antagonis menggunakan articulating paper
 Artikulasi

Gambar 11. Try in Onlay

4. Sementasi onlay
a. Kavitas diirigasi dan keringkan.
b. Aplikasi silane pada fitting surface onlay
c. Aplikasikan etsa pada gigi yang telah dipreparasi , bilas setelah 15 detik.
Aplikasikan bonding, lightcure selama 20 detik.
Gambar 12. Aplikasi Etsa
d. Aduk semen resin sesuai petunjuk pabrik, aplikasikan pada fitting surface onlay
e. Insersi onlay pada gigi, tekan sesuai sumbu gigi
f. Letakkan gulungan kapas di permukaan oklusal onlay dan oklusikan dengan
antagonisnya sampai semen mengeras
g. Kelebihan semen dibersihkan dengan ekskavator sebelum semen mengeras
sempurna.
5. Lakukan kontrol 1 minggu setelah pemasangan onlay.

DAFTAR PUSTAKA

1. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontics. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical; 2014.

2. Eliyas S, Jalili J, Martin N. Restoration of the root canal treated tooth. Nat Publ Gr.
2015;53–62.

3. Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. India: Jaypee Brothers
Medical; 2015. 43 p.

4. Haslinda, Nugroho JJ. Restorasi onlay Porselen pada Gigi Molar Pertama Rahang Atas
Pasca Perawatan Endodontik. Makassar Dent J. 2014;3(3).

5. Asmah N. Restorasi onlay komposit indirek pada gigi molar kedua rahang bawah
kanan. Dent J. 2012;(Vol. 1 No. 6 (2012): Vol 1 No 6, Desember 2012).

6. Warna D, Fatmawati A, Ilmu B, Fakultas K, Gigi K, Jember U. Macam-macam


restorasi rigid pasca perawatan endodontia.

Anda mungkin juga menyukai