Anda di halaman 1dari 7

RESUME KASUS

OVERLAY

Dosen Pembimbing:
drg. Rinawati Satrio, M.Si

Disusun Oleh:
Adinda Yoko Prihartami
G4B017020

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2019
TINJAUAN PUSTAKA

Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan fungsional dan estestis


struktur anatomi gigi yang hilang akibat karies, fraktur, atrisi, abrasi, abfraksi, atau
erosi. Restorasi dapat dilakukan secara direct atau indirect. Restorasi indirect
digunakan untuk kehilangan struktur gigi yang meluas sedangkan restorasi direct
umumnya digunakan pada kehilangan struktur gigi yang lebih kecil dimana kavitas
yang terbentuk masih dapat menghasilkan retention form. Restorasi indirect dibagi
menjadi restorasi intrakoronal (inlay, onlay) dan ekstrakoronal (Garg dan Garg, 2013).
Material yang digunakan pada restorasi indirect intrakoronal dapat berupa resin
komposit, metal, keramik atau metal-keramik. Bahan metal dapat digunakan pada
restorasi gigi posterior yang memiliki beban kunyah besar. Kelebihan material ini
adalah ketahanan terhadap tekanan oklusal dan abrasi yang baik namun kekurangannya
ialah estetis yang kurang baik. Bahan keramik memiliki estetik yang baik namun
ketahanannya terhadap kompresi dan abrasi lebih rendah dibandingkan dengan logam.
Resin komposit dapat digunakan pada gigi yang tidak memiliki beban kunyah terlalu
besar. Material ini memudahkan saat pemasangan, penyesuaian oklusal atau kontur
(Fatmawati, 2011).
Secara umum indikasi restorasi indirect intrakoronal yaitu pada karies meluas
pada gigi posterior, apabila kesulitan memperoleh kontak proksimal dan kontur yang
baik, restorasi pasca perawatan endodontik, gigi posterior dengan tekanan oklusal berat
dan atrisi. Sedangkan kontraindikasinya adalah pasien dengan oral hygiene buruk,
pasien yang tidak memungkinkan untuk datang lebih dari satu kali kunjungan, pada
pasien muda karena memiliki ruang pulpa yang lebar, pada karies yang melibatkan lebih
dari tiga permukaan gigi sehingga membutuhkan restorasi ekstrakoronal. Berdasarkan
bentuknya restorasi indirect intrakoronal dikelompokan menjadi inlay, onlay, dan
overlay (Garg dan Garg, 2013).
1. Inlay
Inlay biasanya digunakan apabila terdapat kesulitan untuk memperoleh kontur,
titik kontak, atau oklusi pada restorasi direct. Inlay juga diindikasikan pada gigi
yang akan di restorasi ulang setelah restorasi direct yang lepas atau fraktur.
Komposit, metal, atau keramik dapat digunakan sebagai bahan restorasi inlay.
Indikasi inlay menurut Stephen dkk. (2017) ialah:
a. Gigi vital
b. Kerusakan mencapai <1/3 lebar bukolingual atau kavitas yang meluas mesial-
oklusal-distal tanpa keterlibatan cusp
c. Kehilangan titik kontak
2. Onlay
Onlay umumnya digunakan untuk merestorasi gigi posterior pasca perawatan
saluran akar untuk melindungi tonjol gigi. Restorasi ini juga digunakan pada gigi
dengan morfologi oklusal yang telah mengalami perubahan karena restorasi
sebelumnya, karies, atau penggunaan mekanis sehingga restorasi inlay dengan dua
permukaan tidak akan adekuat lagi. Indikasi onlay menurut Stephen dkk. (2017)
adalah sebagai berikut.
a. Gigi vital atau pasca perawatan saluran akar
b. Kerusakan kavitas 1/3 sampai < 2/3, lebar bukolingual. Contonya pada kavitas
mesial oklusal atau distal oklusal disertai keterlibatan cusp.
c. Restorasi karies interproksimal gigi posterior (kavitas mesial dan distal)
d. Kehilangan titik kontak.
Tahapan perawatan inlay/onlay terdiri dari preparasi gigi, pencetakan, lab
procesing, dan sementasi (Garg dan Garg, 2013).
3. Overlay
Overlay merupakan restorasi indirect pada gigi posterior yang menutupi seluruh
permukaan oklusal gigi. Overlay umumnya digunakan pada kavitas mesial-oklusal-
distal yang meluas sehingga risiko fraktur tinggi atau pada gigi posterior pasca
perawatan endodontik. Indikasi overlay adalah:
a. Gigi vital atau non-vital
b. Kerusakan kavitas 1/3 sampai < 2/3, lebar bukolingual. Contonya pada kavitas
mesial oklusal atau distal oklusal disertai keterlibatan lebih dari 2 cusp.
c. Kehilangan titik kontak (Stephen, 2017).
Tahapan perawatan overlay menurut Polosel (2014) terdiri dari build-up,
preparasi gigi, pencetakan, lab procesing, dan sementasi.
LAPORAN KASUS

A. Pemeriksaan Subjektif
1. CC : Pasien datang mengeluhkan gigi belakang sebelah kanan berlubang
2. PI : Pasien tidak merasakan sakit, gigi tersebut telah dirawat
saluran akar 1 minggu yang lalu
3. PMH : T.A.K
4. PDH : Pasien telah dilakukan perawatan saluran akar di RSGM
5. FH : T.A.K
6. SH : Pasien seorang mahasiswi

B. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan ekstraoral: T.A.K
2. Pemeriksaan intraoral: Gigi 46 pasca perawatan saluran akar. Palpasi (-), perkusi
(-), vitalitas (-), mobilitas (-).
3. Diagnosa: Nekrosis pulpa gigi 46
4. Rencana perawatan: Restorasi indirect intrakoronal berupa overlay dengan
bahan porcelain-fused-to-metal
5. Tahapan perawatan
a. Build-up menggunakan resin komposit
b. Preparasi
Bentuk preparasi overlay dapat bervariasi seusai kondisi klinis namun
harus memenuhi beberapa kriteria yaitu tidak adanya undercut, tidak adanya
finishing line yang tajam, dan harus memperoleh retention and resistance
form. Retention form yang baik yaitu bentuk dari preparasi kavitas yang
tahan terhadap pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan
daya angkat yang berupa dinding berbentuk taper divergen 5 o ke oklusal.
Resistance form yang baik yaitu bentuk preparasi kavitas harus sedemikian
rupa sehingga sisa gigi masih cukup kuat untuk menahan beban kunyah
(Ferraris, 2017; Garg dan Garg, 2013).
1) Bidang oklusal
Preparasi diawali dari fosa sentral menggunakan wheel/fissure diamond
bur 1,5-2 mm hingga bebas dengan gigi antagonisnya. Pada bagian
dalam kavitas kelas 1 di preparasi dengan dinding aksial divergen 2-5
kearah oklusal dengan kedalaman minimal 2 mm menggunakan flat end
tapered cylindrical bur.
2) Bidang proksimal, bukal, dan lingual
Preparasi proksimal, bukal, lingual sebanyak 1,5-2 mm mengelilingi gigi
(ketebalan sesuai dengan bahan yang digunakan) hingga setengah
mahkota klinis. Preparasi dibentuk sesuai dengan finishing line yaitu
chamfer menggunakan round end tapered cylindrycal bur. Bevel dibuat
pada seluruh pertemuan bidang oklusal dengan bidang bukal, proksimal,
dan lingual dengan sudut 30o.

Gambar 1. Preparasi mengelilingi gigi


Sumber: Polesel (2014)

3) Finishing
Semua sudut yang tajam dibulatkan serta permukaan gigi dihaluskan
dengan finishing diamond bur.

Gambar 2. Bentuk akhir preparasi


Sumber: Garg dan Garg (2013)
c. Mencetak
Pencetakan dilakukan dengan bahan elastomer yaitu:
1) Heavy body/ Putty type sebagai cetakan pertama untuk membuat
individual tray.
2) Light body sebagai cetakan kedua, untuk mendapatkan detail cetakan yang
tajam.
Setelah mendapatkan cetakan negatif, selanjutnya diisi dengan gips tipe IV
untuk mendapatkan cetakan positif.
d. Selanjutnya processing lab, yaitu cetakan positif dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan model malam dan casting.
e. Try-in
1) Kavitas dibersihkan
2) Overlay dicoba dimasukkan dan dikeluarkan dari kavitas. Letaknya pada
kavitas harus stabil dan tidak goyang, hubungan tepi harus baik, tidak ada
trauma tekanan oklusi dengan gigi antagonis dan pada bagian proksimal
tidak ada overhanging.
f. Insersi
1) Bersihkan overlay dengan alkohol dan kavitas juga didisinfeksi.
2) Manipulasi GIC tipe I (luting cement) di atas mixing paper dengan
konsistensi yang tepat. Aplikasi GIC pada bagian dalam overlay
kemudian overlay dimasukkan pada kavitas sambil di tekan perlahan.
Perhatikan sisi-sisi pertemuan restorasi dengan gigi menggunakan ujung
sonde, apakah terdapat celah atau permukaan yang tidak rata. Bersihkan
sisa bahan luting.
g. Instruksikan pasien untuk menghindari makan/menggigit keras selama 24
jam dan kontrol pasca 7 hari.
Daftar Pustaka

Garg, N., Harg, A., 2013, Textbook of Operative Dentistry, Jaypee Brothers, New Delhi.
Fatmawati, D.W.A., 2011, Macam-Macam Restorasi Rigid Pasca Perawatan
Endodontia, Stomatognatic Journal, 8(2): 96-102.
Ferraris, F., 2017, Posterior Indirect Adhesive Restorations: Preaparatio Designs and
Clinical Protocol, International Journal of Aesthetic Dentistry, 12(4): 482-501.
Polesel, A., 2014, Restoration of The Endodontically Treated Posterior Tooth, Giornale
Italiano di Endodonzia, 28(1): 2-16.
Stephen, J. S., Nesbit, S.P., 2017, Diagnosis and Treatment Planning in Dentistry,
Elsevier, Missoursi.

Anda mungkin juga menyukai