Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi geligi memiliki banyak fungsi bagi setiap orang diantaranya untuk

mengunyah, berbicara, dan meningkakan penampilan. Gigi geligi yang tidak

dirawat maka semakin lama akan menyebabkan timbulnya kerusakan kemudian

tanggal. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal,

ataupun trauma. Kehilangan gigi akan menyebabkan perubahan secara anatomis,

fisiologis, dan fungsional, bahkan dapat mempengaruhi aktivitas sosial dan

keadaan psikologis. Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi pula

kerentanan seseorang kehilangan gigi. Persentase kehilangan gigi di Indonesia

pada usia 35-44 tahun sebesar 0,4% dan pada usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar

17,6%. (Jatuadomi dkk, 2016).

Perawatan gigi tiruan bertujuan untuk mengganti kehilangan gigi sehingga

dapat mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, membantu

mempertahankan gigi yang masih tersisa, dan mempertahankan jaringan lunak

mulut agar tetap sehat, serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Gigi tiruan

secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu gigi tiruan tetap dan lepasan.

Gigi tiruan tetap/fixed adalah gigi tiruan yang disemenkan pada gigi pasien secara

permanen (tidak dapat dilepas pasang oleh pasien), sedangkan gigi tiruan

lepasan/removable denture adalah gigi tiruan yang dapat dilepas pasang sendiri

oleh pasien. Gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan lengkap dan

gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) menggantikan satu atau

beberapa gigi yang hilang yang didukung oleh gigi, mukosa, atau kombinasi gigi
dan mukosa. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan ini dilakukan apabila kondisi

rongga mulut tidak dapat dirawat dengan gigi tiruan cekat misalkan pada kasus

sebagian besar kehilangan gigi, selain itu GTSL juga merupakan alternatif

perawatan kehilangan gigi dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan

dengan gigi tiruan cekat (Wahjuni dan Mandanie, 2017).

Secara umum, komponen gigi tiriuan sebagian lepasan terdiri dari basis,

konektor, dan penahan. Basis merupakan bagian gigi tiruan yang terletak diatas

mukosa sebagai tempat elemen gigi tiruan diletakkan. Beberapa syarat basis gigi

tiruan yang harus dimiliki yaitu dapat beradaptasi dengan jaringan, tidak

mengiritasi jaringan, kuat menahan fraktur atau distorsi saat penggunaan, estetis

baik, mudah dibersihkan, memiliki konduktivitas termal yang baik. Bahan-bahan

yang dapat digunakan sebagai basis diantaranya resin akrilik, kerangka logam,

dan nilon termoplastik (Agustina, 2016).

Akrilik diindikasikan untuk pasien yang alergi terhadap logam, memiliki

estetis yang baik, warnanya menyerupai gingiva, ringan, harga relatif murah,

tahan terhadap fraktur, mudah direparasi, dan cukup stabil terhadap panas.

Kekurangannya adalah penyerapan airnya tinggi dan menimbulkan porositas

sehingga mempermudah menyebabkan retensi mikroba. Logam dindikasikan

untuk pasien dengan dukungan gigi dan jarak antar lengkungnya tidak memadai.

Kerangka logam lebih baik dibandingkan akrilik, karena dapat dibuat lebih

sempit, tipis, rigid, dan kuat. Kekurangan kerangka logam yaitu secara estetis

kurang baik dan proses pembuatannya lebih rumit sehingga biayanya lebih mahal

(Wahjuni dan Mandanie, 2017). Nilon termoplastik dapat diindikasikan pada


pasien yang alergi terhadap akrilik. Bahan ini lebih fleksibel, lebih tipis,

ketahanan fraktur tinggi, warna menyerupai gingiva dan tidak memerlukan kawat

retensi sehingga secara estetis lebih baik dibandingkan akrilik. Kekurangannya

yaitu pengerutan, perubahan dimensi, penyerapan air tinggi, dan sulit untuk

direparasi (Naini, 2012)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang

menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang pada rahang atas maupun bawah

dan dapat dilepas pasang oleh pasien. Perawatan dengan GTSL ini sangat

dibutuhkan karena apabila gigi tidak diperbaiki maka akan menimbulkan beberapa

kondisi seperti migrasi dan rotasi gigi sebelahnya, penurunan efisiensi daya

kunyah, ekstrusi gigi antagonisnya, dan gangguan sendi temporomandibular.

Syarat GTSL diantaranya adalah mampu memenuhi tujuan pembuatan GTSL,

tidak menimbulkan kerusakan pada gigi yang tersisa dan jaringan pendukung,

dapat dilepas pasang oleh pasien, mudah dibersihkan, mudah diperbaiki, stabil,

dan retentif (Wahjuni dan Mandanie, 2017).

Kehilangan gigi pada beberapa kasus dikelompokkan menjadi beberapa

kelas. Hal ini untuk memudahkan komunikasi antar paktisi klinis dalam

menentukan keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gig tiruan. Beberapa

klasifikasi yang digunakan untuk menentukan jumlah gigi yang hilang dan

berbagai variasinya antara lain Beckett, Godfrey, Swenson, Friedman, Wilson,

Skinner, Applegate dan lain-lain. Syarat-syarat suatu klasifikasi antara lain harus

memenuhi (Gunadi dkk., 2012):

1. Menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tak bergigi


2. Memungkinkan perbedaan antara GTSL yang didukung oleh gigi atau

didukung mukosa atau pun kombinasi

3. Dapat menjadi petunjuk pembuatan desain gigi tiruan

4. Dapat diterima secara luas

Kalsifikasi yang sederhana misalnya klasifikasi Kennedy dan Applegate

Kennedy. Klasifikasi Kennedy membagi keadaan tak bergigi menjadi 4 kelas yaitu

(Gunadi dkk., 2012):

1. Kelas I: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih

ada dan berada pada dua sisi rahang (bilateral)

2. Kelas II: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada dan hanya pada salah satu rahang saja (unilateral)

3. Kelas III: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada bagian

posterior atau anterior dan unilateral

4. Kelas IV: daerah tak bergigi terletak pada anterior dari gigi yang masih

ada dan melewati garis tengah rahang

Klasifikasi Applegate Kennedy membagi keadaan tak bergigi menjadi 6

kelas yaitu (Gunadi dkk., 2012):

1. Kelas I: Daerah yang tak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy

(bilateral free end). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan

biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

2. Kelas II: Daerah yang tak bergigi sama dengan kelas II Kennedy

(unilateral free end)


3. Kelas III: Daerah yang tak bergigi paradental dengan kedua gigi

tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan

secara keseluruhan (abutment).

4. Kelas IV: Daerah tak bergigi sama dengan kelas IV Kennedy, daerah tidak

bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median.

5. Kelas V: Daerah tak bergigi para dental, dimana gigi tetangga anterior

tidak dapat dipakai sebagai gigi penyangga atau tak mampu menahan gaya

kunyah.

6. Kelas VI: Daerah yang tak bergigi para dental dengan kedua gigi

penyangga dapat digunakan sebagai penahan.

Selain klasifikasi tersebut, Applegate Kennedy juga memberikan

modifikasi untuk daerah takk bergigi tambahan. Misalnya tambahan terletak pada

anterior, maka penyebutannya kelas…modifikasi A, sedangkan untuk daerah

posterior maka penyebutannya modifikasi P. Penambahan ruang yang lebih dari

satu maka penyebutannya ditambahkan angka misalnya kelas…modifikasi 1A

atau 2A, untuk posterior 1P atau 2P dan seterusnya (Gunadi dkk., 2012).

Peranti gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) memiliki beberapa komponen

untuk mengembalikan fungsi gigi yang sebenarnya dan masing-masing memiliki

fungsi yang berbeda. Komponen tersebut diantaranya penahan, elemen gigi,

sandaran oklusal, konektor, dan basis. Berikut penjelasan dari masing-masing

komponennya (Gunadi dkk., 2012).

1. Penahan (retainer)
Penahan merupakan bagian yang berfungsi untuk memberi retensi

sehingga mampu menahan protesa tetap pada tempatnya. Menahan gaya-

gaya yang dapat terjadi saat kondisi istirahat atau saat melakukan

fungsinya seperti gaya gravitasi, gaya oklusal, dan lateral. Penahan dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu

a. Penahan langsung (direct retainer): penahan yang langsung berkontak

dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa cengkeraman.

Cengkeram dapat digolongkan menjadi 3 berdasarkan.

1) konstruksi: cengkeram tuang, kawat, dan kombinasi

2) desain: cengkeram sirkumferensial dan batang

3) arah datangnya lengan: oklusal dan gingival

Beberapa bagian dari cengkeram diantaranya badan cengkeram (body),

lengan cengkeram (arm), bahu cengkeram (shoulder), ujung lengan

(terminal), sandaran (rest), konektor minor (minor connector)

b. Penahan tak langsung bekerja pada basis untuk melawan gaya yang

dapat melepas protesa ke arah oklusal dan berkerja pada basis. Retensi

diperoleh dari garis fulkrum tempat gaya tadi bekerja. Misalnya

dukungan ruggae dan perluasan basis.

2. Sandaran (rest)

Sandaran merupakan bagian yang bersandar pada permukaan gigi

penyangga yang berfungsi untuk memberikan dukungan vertikal pada

protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal premolar,

molar, atau lingual anterior. Sandaran pada gigi posterior dapat berupa
sandaran oklusal, sandaran internal, sandaran onlay, dan sandaran kail,

sedangkan pada gigi anterior dapat berupa sandaran singulum, sandaran

insisal, sandaran restorasi, dan bahu lingual sirkumferensial.

3. Konektor

Konektor pada masing-masing rahang dibedakan menjadi 2 yaitu.

a) Konektor utama (major connection): komponen yang berfungsi untuk

menghubungkan bagian GTSL pada satu sisi rahang ke bagian sisi

lainnya.

b) Konektor minor (minor connection): komponen tambahan yang

berfungsi untuk menghubungkan konektor utama dengan bagian lain.

Misalnya penahan langsung yang dihubungkan ke konektor utama

dengan konektor minor.

4. Elemen gigi tiruan

Elemen gigi tiruan merupakan bagian GTSL yang akan menggantikan gigi

asli. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memlilih gigi tiruan

yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen gigi

tiruan.

5. Basis

Basis gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar

gigi yang telah hilang. Basis berfungsi untuk mendukung elemen gigi

tiruan, menyalurkan tekananan oklusal ke jaringan pendukung gigi atau

lingir sisa, memberi stimulasi jaringan yang berada dibawah gigi tiruan,

serta meningkatkan estetis. Basis gigi tiruan dibagi menjadi 2 yaitu.


a. Basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle): basis ini

merupakan span yang dibatasi gigi asli, lalu tekanan oklusal secara

langsung diteruskan pada gigi geligi penyangga melalui kedua

sandaran oklusal.

b. Basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free

end): basis yang berdekatan dengan gigi penyangga akan mendapat

dukungan dari gigi tersebut sedangkan basis yang jauh akan didukung

oleh jaringan linger sisa dibawah gigi tiruan. Dukungan jaringan

diperlukan supaya tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan

yang lebih luas sehingga menghasilkan tekanan yang kecil.


BAB III

LAPORAN KASUS

Pasien perempuan berusia 50 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Unsoed dengan keluhan ingin dibuatkan gigi palsu lepasan karena beberapa

gigi bawahnya yang hilang. Pasien merasa kesulitan pada saat mengunyah

makanan. Sebelumnya pasien telah menjalankan perawatan praprostetik berupa

pembersihan karang gigi. Pasien seorang guru dan tidak memiliki riwayat

penyakit sistemik.

A. Identitas Pasien

1. Nama : Ny. Rum Martina

2. Usia : 50 tahun

3. Alamat: Ledug

B. Pemeriksaan Subjektif

1. Chief Complain : Pasien ingin dibuatkan gigi palsu lepasan karena

beberapa gigi bawahnya hilang.

2. Present Illness : Pasien merasa kesulitan saat mengunyah makanan

3. Post Medical History : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

4. Post Dental History : Pasien melakukan pembersihan karang gigi satu

bulan yang lalu

5. Social History : Pasien adalah seorang guru

6. Family History : Tidak ada kelainan.


C. Pemeriksaan Objektif

1. Pemeriksaan Ekstraoral

a. Bentuk Wajah : Bulat

b. Profil muka : Cembung

c. Pupil : Simetris kanan dan kiri

d. Tragus : Simetris kanan dan kiri

e. Hidung : Simetris, pernafasan melalui hidung lancar

f. Bibir Atas : Simetris, normal

g. Bibir Bawah : Simetris, normal

h. Sendi rahang : Tidak ada kelainan

i. Kelainan Lain : Tidak ada kelainan

2. Pemeriksaan Intraoral

a. Pemeriksaan Umum

1) Saliva

a) Kuantitas : Normal

b) Konsistensi : Normal

2) Lidah

a) Ukuran : Normal

b) Posisi : Normal, Posisi Wright kelas I

c) Mobilitas : Normal

3) Refleks Muntah : Rendah

4) Gigitan : Ada, stabil, dengan hubungan rahang

ortognati
5) Mukosa Mulut : Tidak ada kelainan

6) Kebiasaan buruk :Bruxism

7) Vestibulum

a) Rahang Atas : Sedang

b) Rahang Bawah : Sedang

8) Prosesus Alveolaris

Rahang Atas :

a) Bentuk : Oval

b) Tahanan Jaringan : Rendah

c) Bentuk Permukaan : Bagian anterior dan posterior rata

d) Ketinggian : Sedang

Rahang Bawah :

a) Bentuk : Oval

b) Tahanan Jaringan : Sedang

c) Bentuk Permukaan : bagian posterior kanan rata dan posterior

kiri tajam

d) Ketinggian : Sedang.

Relasi Rahang : Normal.

9) Frenulum

a) Labialis Superior : Sedang

b) Bukalis Superior Kanan : Sedang

c) Bukalis Superior Kiri : Sedang

d) Labialis Inferior : Sedang


e) Bukalis Inferior Kanan : Sedang

f) Bukalis Inferior Kiri : Sedang

g) Lingualis : Sedang

10) Palatum

a) Bentuk : Oval

b) Kedalaman : Dalam

c) Torus Palatinus : Tidak ada

d) Palatum Molle : House Kelas I.

11) Tuberositas Maksilaris / Alveolaris : Kecil.

12) Ruang Retromilohioid : Sedang.

13) Bentuk Lengkung Rahang

a) Rahang Atas : Oval

b) Rahang Bawah : Oval

14) Lainnya :

Pasien mengalami kehilangan gigi pada elemen 37, 36, 44, 46 dan

47

D. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.

E. Sikap Mental

Filosofis
F. Model Studi

Sisi Kanan Sisi Kiri

Rahang Atas Rahang Bawah

G. Diagnosa

Rahang Bawah : Kelas II modifikasi 2P.

H. Rencana perawatan

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan bahan akrilik.


I. Desain gigi tiruan

1. Jenis dukungan : Dukungan kombinasi dan dukungan gigi

2. Gigi penyangga : 35, 45, 48

3. Retainer : Direct retainer berupa cengkram 3 jari pada gigi

35 dan 48, serta Half Jackson pada gigi 45 (rahang bawah)

4. Plat dasar : Akrilik.

5. Anasir : Gigi 37, 36, 44, 46, dan 47

J. Tahapan perawatan

1. Penentuan klasifikasi daerah tak bergigi pada kasus. Kehilangan gigi

pada rahang bawah termasuk dalam klasifikasi Applegate-Kennedy

Kelas II modifikasi 2P.

2. Penentuan dukungan sadel pada kasus.

Dukungan yang digunakan pada kasus ini adalah dukungan kombinasi

atau tooth and mucosa borne yaitu dukungan yang didapatkan dari gigi

dan mukosa. Dukungan kombinasi ini untuk kondisi yang berujung


Pemilihan gigi penyangga yang digunakan gigi vital, gigi non-vital

pasca perawatan endodontik, gigi karies yang telah ditumpat, dan gigi

berakar ganda. Gigi penyangga yang digunakan pada kasus ini adalah

gigi 35, 45, dan 48.

3. Penentuan komponen gigi tiruan sebagian lepasan yang digunakan

pada kasus. Retensi yang digunakan pada kasus ini berupa direct

retainer (cengkram) berupa cengkram 2 jari pada gigi 35, cengkeram 2

jari pada gigi 48, dan Half Jackson pada gigi 45. Anasir gigi yang

digunakan pada elemen gigi 36, 37, 44, 46,47. Anasir ini berguna

untuk menggantikan gigi yang telah hilang.

K. Penatalaksanaan

Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan gigi tiruan

sebagian lepasan antara lain (Tamin, 2012).

1. Perawatan pra prostetik

Sebelumnya sudah dilakukan perawatan pra prostetik berupa scaling

pada semua regio pada rahang atas dan bawah.

2. Pengisian rekam medis prostodonsia

Rekam medis prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan

subjektif, pemeriksaan objektif, diagnosis, rencana perawatan sudah

diisi sebelumnya. Kemudian pasien diinformasikan mengenai rencana

perawatan yang akan dilakukan berupa pembuatan gigi tiruan sebagian

lepasan, dan pasien telah membaca dan menyetujui informed consent.

3. Pencetakan
Pencetakan dilakukan menggunakan cetakan mukostatik dengan bahan

alginat menggunakan sendok cetak. Hal ini bertujuan untuk mencetak

keadaan rongga mulut dalam keadaan statis.

4. Pembuatan model kerja

Model kerja berupa cetakan gigi anatomis dalam rongga mulut pasien

yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan gigi tiruan

sebagian lepasan).

4. Survei dan block out

Survei dilakukan menggunakan alat dental surveyor. Fungsi

melakukan survei antara lain:

a) Panduan menentukan arah pemasangan (path of insertion) dengan

baik

b) Menentukan lokasi dan besarnya daerah undercut pada permukaan

gigi.

c) Menentukan kesejajaran bidang

d) Menentukan penutupan daerah undercut yang tidak diinginkan

6. Pembuatan lempeng dan galangan gigit

Lempeng dan galangan gigit terbuat dari malam merah. Lempeng gigit

dibuat mengikuti outline gigi tiruan. Galangan gigit berfungsi untuk

menentukan tinggi bidang oklusal, catatan awal hubungan antar rahang

pada arah vertikal dan horizontal, serta perkiraan jarak interoklusal.

7. Penetapan gigit
Penetapan gigit digunakan sebagai kunci oklusi agar didapat gigitan

yang sesuai. Penetapan tinggi gigit yang tepat dapat diperoleh dengan

cara galangan gigit rahang atas dimasukkan terlebih dahulu hingga ada

kontak antara galangan dan gigi lawan, kemudian catat kontak antara

gigi lawan yang dapat digunakan sebagai panduang oklusi.

8. Klamer

Klamer digunakan sebagai direct retainer pada gigi tiruan sebagian

lepasan. Syarat pembuatan klamer pada gigi tiruan sebagian lepasan

yaitu

a. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut atau dibawah

garis survei pada bagian bukal, palatal dan lingual.

b. Ujung dari klamer tidak boleh menekan dan menyentuh gigi

sebelah.

c. Lengan dari klamer tidak boleh menyentuh gingiva.

d. Ujung dari klamer tidak boleh tajam agar tidak menyebabkan

trauma.

9. Penyusunan anasir gigi

Pada penyusunan anasir gigi, seleksi elemen gigi anterior dan posterior

harus memperhatikan ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna dan

bahan dari elemen anasir. Panduan dalam penyusunan anasir gigi

antara lain.

a. Gigi geligi harus disusun tepat pada puncak ridge.


b. Gigi geligi yang disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya,

serta gigi antagonis, sehingga diperoleh oklusi gigi yang baik antar

gigi asli dengan anasir gigi tiruan atau antar anasir gigi tiruan.

10. Kontur akhir

Kontur akhir dilakukan untuk membentuk kontur gigi dan mukosa

mulut sehingga menyerupai anatomis asli jaringan lunak yang

menyangga gigi geligi.

11. Percobaan gigi tiruan dan selectif grinding

Percobaan gigi tiruan terlebih dahulu dicobakan pada pasien, pada

proses ini yang harus diperhatikan yaitu.

a. Retensi

Retensi diperiksa dengan cara menggerakan pipi dan bibir pasien.

Penempatan occlusal rest harus sesuai dengan rest seat dan lengan

retentif klamer terletak pada bagian undercut gigi penyangga.

b. Stabilisasi

Stabilisasi diperiksa pada saat rongga mulut berfungsi. Bagian

basis tidak boleh terlalu lebar hingga melukai mukobukofold, dan

protesa tidak boleh mengganggu proses pengunyahan, penelanan,

fonetik dan ekspresi.

c. Oklusi

Oklusi diperiksa dengan bantuan articulating paper. Bagian yang

mengalami premature contact harus dilakukan selective grinding.

Pengasahan pada gigi tidak boleh mengurangi tinggi cusp gigi dan
disesuaikan kontak dari gigi antagonis asli maupun anasir gigi

tiruan.

12. Hasil kasar akrilik

Hasil kasar akrilik didapatkan setelah gigi tiruan setelah di kontur

kemudian dilakukan proses packing. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan yaitu.

a. Akrilik tidak boleh terdapat porus.

b. Tidak boleh ada bagian yang kasar dan tajam pada pemukaan gigi

tiruan yang menghadap mukosa.

c. Kontur gingiva termasuk servikal gigi tetap dipertahankan

bentuknya.

d. Akrilik dibersihkan dari sisa-sisa gips yang menempel.

13. Insersi

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain saat melakukan insersi

pada pasien yaitu, oklusi sentrik, artikulasi rahang, kenyamanan

pasien, estetik dan fungsi fonetik. Selain itu operator juga harus

mengajarkan cara memasang dan melepas gigi tiruan, serta perawatan

pada gigi tiruan sebagian lepasan kepada pasien. Intruksi yang

diberikan pada pasien antara lain.

a. Gigi tiruan sebagian lepasan dibersihkan dengan menggunakan

sikat berbulu halus dan sabun cair setelah pemakaian.

b. Gigi tiruan dilepas pada malam hari agar jaringan otot dibawahnya

dapat istirahat.
c. Gigi tiruan sebagian lepasan direndam dengan air bersih dalam

suhu kamar saat dilepas.

d. Pada awal pemakaian gigi tiruan sebaiknya makan makanan yang

lembut. Jika tidak ada keluhan dan sudah terbiasa, maka boleh

makan makanan yang biasa.

e. Instruksikan pasien untuk mengunyah dengan kedua sisi rahang

secara bersamaan.

f. Jika pasien merasa tidak nyaman, sakit, gangguan bicara, gigi

tiruan tidak stabil, rusak pada kawat maupun bagian lain pada gigi

tiruan dapat segera menghubungi operator.

14. Kontrol

Kontrol dilakukan seminggu setelah insersi, saat kontrol dapat

diperiksa adanya keluhan baik secara subjektif maupun objektif seperti

rasa sakit atau longgarnya gigi tiruan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., 2016, Hubungan Temporomandibular Disorder dengan Traumatik


Oklusi dan Pemakaian pada Pasien Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
di RSGMP FKG USU, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., 2012,
Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1, EGC, Jakarta.

Jatuadomi, Gunawan, P.N, SIagian, K.V, 2016, Alasan Pemakaian Gigi Tiruan
Lepasan pada Pasien Poliklinik Gigi di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado, Jurnal e-Gigi, 4(1): 40-45.

Naini, A., 2012, Perbedaan Stabilitas Warna Bahan Basis Gigi Tiruan Resin
Akrilik dengan Resin Nilon Termoplastis terhadap Penyerapan Cairan,
Stomatognatic J.K.G Unej, 9(1): 28-32.

Tamin, H. Z., Zulkarnain, M., dan Ariyani, 2012, Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan, Medan: Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Sumatera Utara.
Wahjuni, S., Mandanie, S.A., 2017, Fabrication Of Combined Prosthesis With
Castable Extracoronal Attachments (Laboratory Procedure), Journal of
Vocational Health Studies, 1(2): 75-81.

Anda mungkin juga menyukai