Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN DESAIN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

NAMA : DENTY MARETASARI

NIM : G4G013015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2016
PENDAHULUAN

A. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu

atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka

pasang oleh pasien. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable partial

denture (The Glossary of Prosthodontic, 2005). Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan

antara lain memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik,

meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada

agar tetap sehat.

B. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Metode klasifikasi dari Kennedy merupakan klasifikasi sebagian lengkung rahang

tidak bergigi yang paling banyak diterima saat ini, ditemukan pertama kali oleh dr.

Edward Kennedy pada akhir tahun 1925 (McGarry, 2002). Klasifikasi Kennedy

membagi semua lengkung rahang yang tidak bergigi sebagian menjadi empat

golongan besar berdasarkan sadel dan free end. Selain itu daerah tidak bergigi juga

dibedakan dalam tipe yang terbentuk sebagai daerah modifikasi.

Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut (McGarry, 2002):

Kelas I : Daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian posterior

dari gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior (Bilateral free

end)

Kelas II : Daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari gigi asli

yang masih tinggal (Unilateral free end)

Kelas III : Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal pada

bagian anterior dan posterior (Bounded sadddle)


Kelas IV : Tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah), letak

daerah tidak bergigi pada daerah anterior saja. Tetapi masih ada gigi di

posterior.

C. Bagian-bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Bagian dari GTSL adalah (Gunaidi, 1982):

1. Retainer/penahan

Retainer merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi memberi

retensi sehinga menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2

kelompok:

a. Retainer langsung (direct retainer)

Yaitu bagian dari gigi tiruan yang berkontak langsung dengan permukaan gigi

abutment dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi.

b. Retainer tidak langung (indirect retainer)

Yaitu bagian dari gigi tiruan yang memberikan retensi untuk melawan gaya

yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis.

Retensi tidak langsung ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi

berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak

langsung berupa lengan pengimbang, sandaran/rest.

2. Basis/Plat Akrilik

Merupakan penyangga atau landasan gigi tiruan sebagian lepasan yang terbuat

dari resin akrilik. Fungsinya untuk mendukung gigi (elemen tiruan), meneruskan

tekanan oklusal ke jaringan dibawahnya, dan memberikan retensi dan stabilitas

kepada gigi tiruan. Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin atau kombinasi

metal-resin.
3. Gigi Pengganti (Artificial Teeth)

Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang hilang.

D. Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan merupakan salah satu tahap

penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah

gigi tiruan. Dalam pembuatan desain gigi tiruan dikenal empat tahap yaitu:

1. Tahap pertama: menentukan kelas dari masing-masing daerah tidak bergigi

(sadel).

2. Tahap kedua: menentukan macam dukungan dari setiap sadel. Dukungan bagi gigi

tiruan sebagian lepasan merupakan semua dukungan yang diterima dari jaringan

mulut untuk melawan atau menahan atau menyangga daya oklusal yang diterima

protesa. Bentuk daerah tidak bergigi ada dua macam, yaitu:

a. Sadel tertutup (paradental)

Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi,

dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa (kombinasi).

b. Sadel berujung bebas (free end)

Untuk sadel berujung bebas dukungan bisa berasal dari mukosa, atau gigi dan

mukosa (kombinasi).

Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh dengan

memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti keadaan jaringan

penyangga, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasangi

gigi tiruan.

3. Tahap ketiga: menentukan jenis penahan (retainer)


Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu pertama direct retainer yang

berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga, dapat berupa cengkeram

atau kaitan presisi. Kedua yaitu, indirect retainer yang memberikan retensi untuk

melawan gaya yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada

basis. Untuk menentukan jenis retainer yang akan dipilih, maka perlu

diperhatikan faktor dari dukungan sadel, stabilisasi gigi tiruan dan estetika.

4. Tahap keempat: menentukan jenis konektor. Konektor pada tiap rahang terbagi

menjadi:

a. Konektor utama (major connector)

Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian

protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi

lainnya. Untuk protesa resin, konektor yang dipakai biasanya plat.

b. Konektor minor atau tambahan (minor connector)

Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan

konektor utama dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung atau

sandaran oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor

minor.

Dalam menentukan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan perlu diperhatikan

beberapa faktor, yaitu (Jepson, 2004):

1. Retensi

Merupakan kemampuan gigi tiruan untuk melawan daya pemindah yang

cenderung memindah protesa ke arah oklusal, yang dapat memberikan retensi

adalah: lengan retentive, klamer, occlusal rest, kontur dan landasan gigi, adhesi,

tekanan atmosfer dan surface tension.

2. Stabilisasi
Merupakan kemampuan gigi tiruan untuk melawan daya pemindah alam arah

horizontal. Dalam hal ini semua bagian cengkeram berfungsi kecuali bagian

terminal/ ujung lengan retentive. Stabilisasi telihat apabila dalam keadaan

berfungsi. Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan

gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.

3. Estetika

Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam posisi

bagaimanapun juga. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien,

meliputi warna gigi dan inklinasi/ posisi setiap gigi. Kontur gingiva harus sesuai

dengan keadaan pasien. Dan perlekatan gigi diatas ridge.

Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:

1. Cengkeram paradental

Cengkeram yang berfungsi selain sebagai dari retensi dan stabilisasi protesa,

juga sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi

penjangkarannya. Jadi,cengkeram paradental harus mempunyai bagian yang

melalui bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik kontak antara gigi

penjangkaran dengan gigi tetangganya.

Macam-macam cengkeram paradental adalah:

a. Cengkeram 3 jari

Terdiri dari lengan bukal dan lingual, body, bahu, oklusal rest, bagian retensi

dalam akrilik. Indikasi: gigi molar dan premolar.

Gambar 1. Cengkeram 3 jari


b. Cengkeram Jackson

Disain cengkeram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik

kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal

di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik. Indikasi: Gigi molar,

premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian mesial dan distalnya.

Bila gigi penjangkaran terlalu cembung, seringkali cengkeram ini sulit masuk

pada waktu pemasangan protesa.

Gambar 2. Cengkeram jackson.

c. Cengkeram ½ jackson paradental

Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual

dan terus keretensi akrilik. Indikasi: gigi molar dan premolar gigi terlalu

cembung sehingga cengkeram jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang

baik di anatar 2 gigi.

Gambar 3. Cengkeram setengah jackson.

d. Cengkeram S

Disain cengkeram ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik

kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah masuk
ke dalam akrilik. Indikasi: Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar

letak cengkeram tidak mengganggu oklusi.

Gambar 4. Cengkeram S.

e. Cengkeram Kippmeider

Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas cingulum. Indikasi:

hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum harus baik. Fungsi: hanya untuk

menerusan beban kunyah dan stabilisasi.

f. Cengkeram Rush Angker

Disainnya mulai dari oklusal di aproksimal (daerah mesial/distal) terus ke arah

lingual ke bawah, masuk dalam akrilik. Indikasi: molar, premolar yang

mempunyai titik kontak yang baik. Fungsi: hanya untuk meneruskan beban

kunyah protesa ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada pembuatan splin.

Gambar 5. Cengkeram Rush Angker.

g. Cengkeram roach

Disainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak aproksimal, turun ke bukal

dan lingual terus ke aproksimal di daerah diastema, masuk dalam akrilik.

Indikasi: gigi molar dan premolar yang mempunyai kontak yang baik.
2. Cengkeram gingival

Cengkeram yang fungsinya hanya untuk retensi dan stabilisasi protesa. Jadi,

karena tidak berfungsi untuk meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke

gigi penjangkaran, maka cengkeram ini tidak mempunyai bagian yang melalui

bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas permukaan oklusal. Kontraindikasi

penggunaan cangkolan gingiva yaitu gigi yang terlalu miring ke bukal atau

lingual, gerong jaringan yang terlalu besar atau vestibulum bukal yang terlalu

dangkal. Bentuk cengkeram Kawat Gingiva:

a. Cengkeram Meacock

Gambar 6. Cengkeram meacock

b. Cengkeram Panah Anker, sudah jadi disoldir dengan kerangka logam

Gambar 7. Cengkeram Panah Anker

c. Cengkeram Penahan Bola

Gambar 8. Cengkeram Penahan Bola


d. Cengkeram C

Gambar 9. Cengkeram C.

Syarat – syarat pemilihan gigi abutment yang digunakan sebagai pegangan klamer

adalah :

1. Gigi pilar harus cukup kuat.

a. Akarnya panjang

b. Masuk kedalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar

c. Makin banyak akar makin kuat

d. Gigi pilar tidak boleh goyang

e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.

2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.

3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris, gigi

yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.

4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.


ANALISA KASUS

No. Rekam medik 01.43.13

CC : Pasien 18 tahun datang untuk dibuatkan gigi tiruan.

PI : Tidak ditemukan

PMH : Tidak ditemukan

PDH : Sebelumnya sudah pernah dicabut gigi dan dibersihkan karang gigi

FH : Tidak ditemukan

SH : Ibu Rumah Tangga

Pada pasien ditemukan missing teeth

RB: gigi 36 dan 46

Pada kasus ini gigi yang digunakan sebagai gigi abutmen yang digunakan sebagai

pegangan klamer adalah 15,23,27,35, dan 46. Fungsi cengkeram: untuk retensi, stabilisasi,

dan meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran.

Kondisi gigi geligi pasien mengalami resesi gingiva di seluruh gigi sehingga

menggunakan cengkram gingiva yaitu cengkram C pada distal 15, distal 23, distal 27, distal

35 dan distal 46. Peletakan cengkram sepertiga atau setengah ujung lengan retentive berada di

daerah gerong atau undercut, dan ujungnya kira-kira 1-2mm diatas tepi gusi. Kontak

cengkram dengan permukaan gigi harus kontak berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai