Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Disusun oleh:
Farah Nurul Hasnah
21/489558/KG/12592

Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Endang Wahyuningtyas, MS., Sp.Pros(K).

BAGIAN ILMU PROSTODONSIA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem stomatognasi adalah kesatuan fungsi organ yang berperan dalam proses
mengunyah, berbicara dan menelan. Salah satu komponen sistem stomatognasi adalah gigi-
geligi. Kehilangan elemen gigi, baik sebagian atau seluruhnya, perlu untuk segera dibuatkan
gigi tiruan pengganti karena dapat menimbulkan berbagai gangguan pada individu tersebut.
Kehilangan gigi dapat menyebabkan penurunan tulang alveolar, migrasi gigi (tipping, ekstrusi,
dan rotasi), pembesaran tuberositas, penurunan dimensi vertikal, penurunan fungsi mastikasi,
estetik buruk, gangguan bicara, dan meningkatkan risiko penyakit sistemik (Sakar, 2015).
Prostodonsia merupakan ilmu kedokteran gigi yang mempelajari rehabilitasi sistem
pengunyahan dengan penggantian satu atau lebih gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya.
Gigi tiruan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Gigi
tiruan lepasan merupakan gigi tiruan yang dapat dilepas pasang oleh pasien secara mandiri,
dan terdiri dari gigi tiruan sebagian (GTS) dan gigi tiruan lengkap (GTL). Sedangkan gigi
tiruan cekat merupakan gigi tiruan yang dipasangkan secara permanen sehingga tidak dapat
dilepas dengan mudah oleh pasien atau dokter gigi.
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang dan dapat dipasang lepas sendiri oleh pasien. Gigi tiruan sebagian
mendapat dukungan dari gigi asli yang masih tinggal, mukosa mulut, atau dukungan kombinasi
dari mukosa dan gigi. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan bertujuan untuk mengembalikan
fungsi pengunyahan, fungsi bicara, estetika, dan memelihara jaringan dalam rongga mulut yang
masih tinggal (Padmanabhan & Rangarajan, 2017)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)merupakan salah satu jenis gigi tiruan yang bertujuan
untuk menggantikan beberapa gigi yang hilang dan jaringan pendukungnya yang dapat
dilepas pasang oleh pasien (Rangarajan & Padmanabhan, 2017). Gigi tiruan sebagian
lepasan mendapatkan dukungan dari jaringan di bawahnya dan gigi yang masih ada pada
rongga mulut yang digunakan sebagai gigi pegangan/abutment (Carr&Brown,2016).
B. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi GTSL menurut Rangarajan & Padmanabhan (2017), antara lain;
1. Pasien kooperatif
2. Kondisi umum dan kebersihan mulut baik
3. Gigi yang masih ada di rongga mulut dalam keadaan baik dna memenuhi syarat sebagai
gigi pegangan/abutment
4. Keadaan prosesus alveolaris baik
Kontroindikasi GTSL antara lain:
1. Pasien dengan kebersihan mulut buruk
2. Pasien dengan keterbatasan gerak sehingga sulit untuk melepas pasang protesa
3. Pasien dengan epilepsi karena dapat tertelan saat pasien mengalami kejang
C. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan berguna untuk menentukan diagnosis, rencana
pekerjaan, dan sebagai media komunikasi dengan sesama profesi (Rangarajan &
Padmanabhan, 2017)
1. Sistem klasifikasi Kennedy
Sistem klasifikasi Kennedy dibuat berdasarkan hubungan daerah tidak bergigi dengan
gigi abutment (Johnson dkk, 2011)
a. Kelas I: daerah tidak bergigi berada di posterior dari kedua sisi rahang (bilateral)
atau disebut bilateral free end
b. Kelas II: daerah tidak bergigi berada di posterior dari salah satu sisi rahang
(unilateral) atau disebut unilateral free end

c. Kelas III: daerah tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada dibagian
anterior dan posterior

d. Daerah tidak bergigi terletak di anterior dan melewati garis median

2. Sistem klasifikasi Kennedy dengan modifikasi Applegate


Klasifikasi Kennedy tidak memperhitungkan kedudukan gigi abutment dan
kapasitasnya dalam mendukung protesa. Mengingat kedua hal tersebut penting dalam
menentukan perawatan daerah tak bergigi (apakah menggunakan gigi tiruan lepasan
atau cekat), Applegate melakukan modifikasi terhadap klasifikasi Kennedy, yaitu pada
klas III, V, dan VI, yaitu:
a. Kelas I: klasifikasi daerah tidak bergigi sama dengan Kelas I Kennedy
b. Kelas II: klasifikasi daerah tidak bergigi sama dengan Kelas II Kennedy
c. Kelas III: keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi
mampu memberi dukungan pada protesa secara keseluruhan

d. Kelas IV: klasifikasi daerah tidak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy
e. Kelas V: daerah tidak bergigi paradental dimana gigi anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi abutment

f. Kelas VI: daerah tidak bergigi paradental dengan gigi di anterior dan posteriornya
dapat digunakan sebagai gigi abutment

(Owen, 2000)
3. Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan letak klamer menurut Miller
a. Klas I : menggunakan dua buah klamer dengan letak klamer lurus berhadapan dan
tegak lurus median line.
b. Klas II : menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line.
c. Klas III : menggunakan tiga buah klamer, yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan suatu
segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
d. Klas IV : menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa
sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus,
merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.
4. Klasifikasi berdasarkan letak direct retainer oleh Cummer
a. Klas I: 2 buah klamer terletak diagonal dan berada pada sisi yang berlawanan satu
sama lain.
b. Klas II: 2 buah klamer terletak sejajar dan berada pada sisi yang berlawanan satu
sama lain. Jika dihubungkan dengan garis lurus maka garis tersebut tegak lurus
dengan median line.
c. Klas III: 2 buah klamer atau lebih berada pada sisi yang sama (unilateral).
d. Klas IV: 3 atau 4 klamer membentuk bidang segitiga atau persegi empat pada
rahang
(Sorratur, 2006)
D. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Basis gigi tiruan
Basis gigi tiruan umumnya dibuat dari resin akrilik dengan fiber untuk memberikan
kesan alami. Basis gigi tiruan bersandar pada mukosa dan memberikan perlindungan
dan stabilitas pada gigi tiruan serta menjadi tempat melekatnya gigi artifisial dan
berfungsi untuk mendukung gigi tiruan sebagian dan meneruskan tekanan oklusal ke
jaringan di bawahnya.
2. Gigi artifisial
Gigi artifisial terbuat dari resin akrilik maupun porselen yang berfungsi untuk
menggantikan gigi asli yang hilang. Gigi artifisial memiliki beragam ukuran dan
warna. Pemilihan warna dan ukuran gigi tiruan harus memperhatikan faktor-faktor
seperti jenis kelamin pasien, bentuk gigi, lebar gigi dan pencahayaan saat
mencocokkan warna.
3. Retainer
Retainer atau klamer berkontak dengan gigi abutment dan mencegah pergerakan gigi
tiruan. Posisi gigi tiruan dikontrol oleh retainer dan hubungannya terhadap gigi yang
tinggal dan jaringan pendukungnya. Desain retainer di antaranya adalah tipe
sirkumferensial (klamer mengelilingi dan beradaptasi dengan kontur gigi abutment)
dan tipe batang (meluas dari arah gingiva ke oklusal). Retainer dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Direct retainer
Berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga dan dapat berupa
cengkeram atau kaitan presisi. Penahan langsung menahan terlepasnya gigi tiruan
secara langsung, dapat berupa lengan retentive.
b. Indirect retainer
Penahan tidak langsung menahan gigi tiruan secara tidak langsung, dapat berupa
lengan pengimbang, sandaran. Sandaran yaitu bagian dari cangkolan yang
bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi pegangan yang memberikan
dukungan vertikal terhadap gigi tiruan.
4. Konektor
Konektor berfungsi untuk menyatukan beragam bagian gigi tiruan menjadi satu unit,
dan mendistribusikan tekanan. Konektor dibagi menjadi konektor mayor dan minor.
Konektor mayor menghubungkan kuadran kanan dan kiri dari gigi tiruan sedangkan
konektor minor menghubungkan konektor mayor dengan unit lain dari gigi tiruan
seperti klamer dan sandaran.
5. Sandaran
Sandaran merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang berkontak dengan gigi
untuk memberikan dukungan horizontal dan vertikal. Sandaran diposisikan sedekat
mungkin dengan bagian tengah gigi sehingga mampu mengarahkan gaya fungsional
ke aksis gigi. Sandaran dapat terletak pada bagian oklusal, insisal, maupun permukaan
lingual.
(Phinney & Halstead, 2017)
E. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan
Penentuan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan, perlu diperhatikan beberapa faktor,
yaitu (Gunandi dkk., 2013):
1. Retensi
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan sebagian lepasan untuk melawan gaya pemindah
yang cenderung memindah protesa ke arah oklusal dalam keadaan statis. Hal-hal yang
mampu memberikan retensi pada gigi tiruan sebagian lepasan di antaranya: retainer,
oklusi, tegangan permukaan, adhesi antara fitting surface dan jaringan lunak di
bawahnya.
2. Stabilisasi
Stabilisasi adalah kemampuan gigi tiruan sebagian lepasan untuk melawan gaya
perpindahan gigi tiruan dalam arah horizontal dan dinilai dalam keadaan berfungsi. Gigi
yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang mempunyai
retensi belum tentu mempunyai stabilisasi
3. Estetika
Estetika gigi tiruan sebagian lepasan dapat dicapai dengan cara:
a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat
b. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna gigi dan posisi
tiap giginya
c. Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien
F. Tahap Pembuatan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan. Desain yang baik dapat
mencegah terjadinya kerusakan jaringan mulut akibat kesalahan yang tidak sehausnya
terjadi dan yang tak dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Gunadi dkk. (2013) terdapat
empat tahap dalam pembuatan desain gigi tiruan sebagian yaitu:
a. Tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
Daerah tak bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal
panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan berpengaruh terhadap rencana
pembuatan desain gigi tiruan, termasuk bentuk sadel, konektor, maupun
dukungannya.
b. Tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua dukungan yang
diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan atau menyangga gaya
oklusal yang diterima protesa. Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan dapat
diperoleh dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti
keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang
akan dipasangi gigi tiruan.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup (paradental) dan
daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental,
yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa (kombinasi),
sedangkan untuk sadel berujung bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, atau gigi
dan mukosa (kombinasi).
c. Tahap III: menentukan jenis penahan (retainer)
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan indirect
retainer. Penentuan jenis retainer yang akan dipilih perlu memperhatikan faktor
seperti:
1. Dukungan sadel, hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram yang
akan dipakai dan gigi penyangga yang ada.
2. Stabilisasi gigi tiruan, hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi
pendukung yang ada dan akan dipakai.
3. Estetika, hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi gigi
penyangga.
d. Tahap IV: menentukan jenis konektor
Untuk gigi tiruan sebagian resin, konektor yang dipakai berbentuk plat,
sedangkan pada gigi tiruan sebagian kerangka logam bentuk konektor bervariasi dan
dipilih sesuai dengan indikasinya. Gigi tiruan kerangka logam terkadang
menggunakan lebih dari satu konektor berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Pengalaman pasien
2. Stabilisasi
3. Bahan gigi tiruan
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ratnawati
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman
No. RM : 227109

B. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang ke klinik atas keinginannya sendiri untuk dibuatkan
gigi palsu

Chief Complaint (CC) : Pasien mengeluhkan banyak gigi yang hilang dan ingin dibuatkan

gigi palsu

Prenest Illness (PI) : Kurang lebih 10 tahun yang lalu gigi pasien mulai goyang dan
kemudian terlepas dengan sendirinya. Gigi geligi yang lepas diawali
dengan terlepasnya gigi rahang bawah. Gigi rahang atas juga ikut
terlepas. Pasien belum pernah memeriksakan keluhannya kedokter
gigi dan belum pernah menggunakan gigi tiruan.

Past Dental Health : Pasien pernah mencabutkan gigi dan membersihkan karang gigi.
(PDH)

Past Medical History : Pasien tidak ada alergi makanan dan obat, tidak memilik penyakit
(PMH) sistemik, tidak sedang menjalani pengobatan, tidak memiliki riwayat
rawat inap dan tidak memilki riwayat operasi.

Family History (FH) : Ayah dan ibu tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik
C. Pemeriksaan Obyektif
1. Keadaan Umum
Jasmani : sehat, tidak ada kelainan
Rohani : baik, kooperatif dan komunikatif
2. Pemeriksaan Ekstraoral
Muka : Lonjong, simetris
Profil : Lurus
Bibir : Tipis
3. Pemeriksaan Intraoral
Frenulum Labialis Superior : Normal
Frenulum Labialis Inferior : Normal
Frenulum Lingualis : Normal
Keadaan gigi-geligi :
Jumlah gigi :8
Warna : A2
Bentuk : membulat (oval)
Palatum : U, normal, tidak ada torus
Mukosa : tidak ada kelainan
Lidah : Normal, aktivitas normal
Alveolus : Rahang bawah rendah

Pemeriksaan Elemen Gigi :


Foto Intraoral

Foto Ekstraoral

D. Klasifikasi
RB : Kelas I Applegate-Kennedy
Kelas III Kennedy Modifikasi 1
BAB IV

RENCANA PERAWATAN

A. Persiapan Rongga Mulut


Persiapan dalam mulut yaitu persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum dibuatkan gigi
tiruan sebagian, meliputi:
1. Perawatan bedah (surgical treatment), misalnya pencabutan gigi yang tidak mungkin
lagi dipertahankan.
2. Perawatan periodontal (periodontal treatment), misalnya pemeriksaan gigi, gusi, dan
tulang pendukung.
3. Perawatan konservasi (conservative treatment), misalnya restorasi gigi karies yang
dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat sandaran
oklusal.

B. Perawatan dan Prosedur Kerja Laboratorium

1. Kunjungan I
a. Anamnesis, pemeriksaan obyektif, dan indikasi.
b. Membuat studi model RA dan RB
Alat : sendok cetak perforated stock tray no. 2
Bahan cetak : alginat
Metode mencetak : mukodinamik
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan dulu ke mulut pasien. Pasien
dilatih supaya bernafas melalui hidung dan bersikap tenang atau rileks sewaktu
dicetak.
Pencetakan rahang atas :
1. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa, mulut pasien setinggi siku
operator dan dataran oklusal RA sejajar lantai.
2. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien.
3. Sendok cetak RA yang sudah terisi adonan alginat dimasukkan ke mulut
pasien dengan menempelkan bagian posterior dulu pada palatum, lalu sedikit
demi sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat.
4. Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan ” U ”.
5. Selama setting, sendok cetak dijaga agar kedudukannya tidak berubah
6. Setelah alginat mengeras, sendok cetak dilepas dari mulut pasien sehingga
didapatkan hasil cetakan gigi RA.
7. Hasil cetakan negatif kemudian diisi dengan stone gips, lalu diboxing.
Pencetakan RB:
1. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa, mulut pasien setinggi bahu
operator dan dataran oklusal RB sejajar lantai.
2. Operator berdiri di depan samping kanan pasien.
3. Sendok cetak RB yang sudah terisi alginat dimasukkan ke mulut pasien
dengan menempelkan bagian posterior terlebih dulu, kemudian sedikit demi
sedikit ditekan ke arah anterior.
4. Fiksasi sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah agar
posisi sendok tidak berubah. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya
sebentar kemudian turun dan lidah agak menjulur (relaks) untuk
mendapatkan cetakan frenulum lingualis.
5. Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan “U”.
Metode mencetak mukodinamik pasien di intuksikan untuk :
a. Menggerakan rahang bawah ke kanan dan kiri untuk mencetak buccal
flange.
b. Mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum bukalis inferior.
c. Mengucapkan “u” untuk mendapatkan cetakan frenulum labialis inferior.
6. Setelah alginat mengeras, sendok cetak dilepas dari mulut pasien sehingga
didapatkan hasil cetakan gigi gigi RB.
7. Hasil cetakan negatif kemudian diisi dengan stone gips, lalu diboxing.
c. Membuat desain gigi tiruan
Desain Gigi Tiruan Sebagian Akrilik
1. Tahap 1 : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
Rahang Bawah :
Gigi yang hilang pada rahang bawah yaitu gigi 37, 36, 35, 45, 46 dan 47
Kelas I Applegate-Kennedy
IP : Gigi tiruan sebagian lepasan desain bilateral dengan perluasan basis
distal
2. Tahap 2 : Menentukan macam dukungan dari tiap sadel
RB : dukungan kombinasi gigi (gigi 33 dan 34) dan mukosa
3. Tahap 3 : Menentukan penahan
Penahan langsung
RB : Penahan langsung menggunakan Cengkeram C dengan modifikasi
sandaran oklusal pada mesial gigi 33 dan 43
Penahan tak langsung
RB : Plat anterior setinggi cingulum pada gigi anterior
4. Tahap 4 : Menentukan macam konektor
RB : konektor berupa plat lingual resin akrilik

2. Kunjungan II
a. Membuat model kerja
Alat : sendok cetak perforated stock tray no. 2
Bahan cetak : alginat
Metode mencetak : mukodinamik
Pasien dicetak dengan menggunakan alat, bahan, dan cara yang sama pada saat
pembuatan model studi.
b. Pembuatan Klamer dan base plate
Bahan : Kawat diameter 0,7 mm untuk gigi anterior
Alat : Tang pipih, tang bulat, tang ½ bulat
Pembuatan C klamer modifikasi sandaran oklusal dilakukan pada gigi penyangga,
yaitu gigi 33 dan 43 pada rahang bawah. Model rahang yang sudah terpasang
klamer kemudian dibuatkan base plate dengan tepi base plate posterior dibuat
buccal flenge.

3. Kunjungan III
a. Try in base plate
Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini yaitu pemeriksaan retensi dan
stabilisasi. Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan.
Sedangkan, stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika
fungsi pengunyahan berlangsung. Retensi yang baik diperoleh jika base plate
tidak lepas dari tempatnya saat pasien diam. Retensi dicek fengan menggerakkan
mukosa dan bibir. Stabilisasi dicek dengan menekan salah satu sisi base plate pada
RB.
b. Pembuatan bite rim
Jika retensi dan stabilisasi base plate telah baik lalu base plate dihaluskan dan di
atasnya dibuat bite rim dari wax. Bite rim berfungsi untuk mendapatkan tinggi
gigitan pada oklusi sentrik yang akan dipindahkan ke articulator. Ukuran bite rim
posterior memiliki lebar 6 mm yaitu 3 mm untuk bagian lingual dan 3 mm untuk
bagian bukal.
c. Pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR)
Pasien duduk di dental chair dengan dataran oklusal. Baseplate dengan bite rim
dipasang ke dalam mulut pasien. Penentuan dataran oklusal sesuai apabila
occlusal guide plane sejajar dengan garis chamfer. Penentuan Maxillo-
Mandibular Relationship (MMR) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Base plate dan base rim dipasang ke dalam mulut pasien. Pasien
diinstruksikan untuk oklusi hingga gigi rahang bawah masuk ke dalam bite
rim
- Vertikal dimensi saat posisi istirahat (VDRP) dengan Metode Willis, yaitu
pengukuran jarak pupil ke sudut mulut sama dengan jarak hidung ke dagu
(PM=HD). Pengecekan VDRP sudah tepat dengan menginstruksikan pasien
untuk mengucapkan huruf “m”.
- Vertikal dimensi oklusi (VDO) = Vertikal dimensi rest posisi (VDRP) - free
way space {PM = HD – (2-4) mm}. Pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan menelan dan dilakukan pengukuran. Pasien diminta menggigit malam
pada bite rim sampai jarak HD = jarak PM - 2 mm. Free way space 2 mm
didapat dengan cara mengurangi bite rim RB. Ketepatan free way space ini
diperiksa secara mekanik (diukur). Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan
fonetik dengan pengucapan huruf-huruf tertentu yang pengucapannya
memerlukan space, misalnya huruf “s” (mississipi). Pemeriksaan dimensi
vertikal oklusi yaitu dengan pengucapan huruf “m”. Kemudian diperiksa
estetisnya, yang dikurangi bite rim RB.
- Relasi sentrik atau centric relation record adalah suatu relasi mandibula
terhadap maksila pada suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi paling
posterior processus condiloideus pada fossa glenoidale. Penentuan relasi
sentrik dilakukan dengan cara:
• Pasien diminta untuk membuka dan menutup mulut hingga pasien merasa
terbiasa dengan oklusi tersebut agar mandibula menutup ke posisi normal.
• Menambahkan satu lembar malam lunak pada bite rim yang berdahapan
langsung dengan gigi asli setelah mendapatkan relasi sentrik.
• Pasien diminta untuk menggigit sambal menelan ludah (oklusi sentrik)
sehingga akan menjadi penanda oklusi sentrik
d. Pemasangan pada Artikulator
Bahan : Gips plaster dan karet
Alat : Spatula, Rubber bowl, Artikulator
Cara pemasangan model kerja pada artikulator:
1. Model rahang atas dan bawah dioklusikan kemudian dikaret.
2. Ambil karet lagi kemudian dilingkarkan pada artikulator setinggi pin
artikulator sebagai panduan dataran oklusal setinggi karet.
3. Ujung pin menyentuh tepi luar dari gigi anterior rahang atas tepat pada garis
tengah rahang
4. Rahang atas ditanam terlebih dahulu, baru kemudian rahang bawah.
e. Pemasangan gigi artifisial
Pada kasus ini akan dipasang gigi 37, 36,35, 45, 46, 47. Pemasangan gigi artifisial
diperlukan pertimbangan kesesuaian bentuk, ukuran, warna dan bahan gigi yang
akan dipasang dengan gigi asli yang masih tinggal. Penentuan warna gigi artificial
sesuai dengan warna gigi asli dengan shade guide. Berikut merupakan hal yang
diperhatikan saat pemilihan warna:
- Shade guide diletakkan dalam rongga mulut pasien dan disesuaikan warna
dengan gigi asli dan keseluruhan profil wajah pasien.
- Pencahayaan menggunakan matahari langsung, hindari menggunakan lampu
dental unit.
- Warna – warna terang disekitar wajah perlu ditutup karena berisiko
mengganggu penilaian warna, seperti lips stick, baju yang terang dan lain- lain
Gigi artifisial disusun pada model kerja yang terpasang pada articulator untuk
mendapatkan oklusi yang memuaskan dengan gigi asli yang masih tertinggal
untuk mendapatkan derajat oklusi yang sesuai dan memenuhi kebutuhan estetik.
Wax contouring sesuai dengan bentuk processus alveolaris dan tepi gingiva.

4. Kunjungan IV
Evaluasi saat try in:
a. Retensi
Retensi gigi tiruan yang adekuat yaitu gigi tiruan rahang atas tidak lepas dari
lingir tanpa perekat selama 15 menit sedangkan rahang bawah tidak lepas dari
lingir saat pasien menjilat bibir atas.
b. Stabilisasi
Pemeriksaan stabilisasi dilakukan dengan tekanan jari pada permukaan oklusal
dan lateral gigi tiruan.
c. Oklusi
Pemeriksaan oklusi dengan meletakkan kertas artikulasi diantara gigi rahang atas
dan rahang bawah saat oklusi sentrik kemudian instruksikan pasien untuk
melakukan gerakan mengunyah. Pemeriksaan oklusi digunakan untuk
mengetahui premature kontak yang dapat menyebabkan traumatik oklusi. Dalam
keadaan normal terlihat warna tersebar secara merata pada permukaan gigi.
Permukaan gigi yang tercetak tebal dikurangi hingga warna gigi merata dengan
metode selective grinding. Selanjutnya, lakukan hal tersebut dalam keadaan
eksentrik oklusi.
d. Estetis
Estetis pasien dilihat dengan memperhatikan profil muka pasien.
e. Fonetik
Pemeriksaan dengan mengucapkan huruf “s, t, d, n, ch, j” yang didapatkan dari
kontur palatal. Fonasi pasien tersebut ditentukan oleh vertical dimensi pasien dan
kontur dari gigi tiruan. Selanjutnya pengucapan huruf “f dan v” digunakan untuk
mengecek posisi incisivus sentralis yang tepat. Selanjutnya dilakukan prosesing
gigi tiruan sebagian resin akrilik ujung bebas.

5. Kunjungan V
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien, yang perlu
diperhatikan antara lain: retensi, stabilisasi, oklusi, dan kenyamanan pasien.
a Pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara
pengasahan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
b Retensi
Kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan
gigi tiruan ke arah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara
memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai
retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak
terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi.
c Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan
berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara
menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan
tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
d Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik. Caranya dengan memakai
kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien
diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan
dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang
tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata
pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan
dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak
terjadi traumatik oklusi.
Instruksi yang disampaikan kepada pasien setelah gigi tiruan dipakai adalah:
1. Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut. Selalu memakai gigi tiruan, hanya
dilepas saat tidur dan akan dibersihkan dengan tujuan membiasakan pasien
menggunakan gigi tiruan.
2. Pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa
waktu (2x24 jam) agar pasien terbiasa.
3. Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus dijaga.
4. Pada malam hari atau pada saat protesa tidak digunakan, protesa dilepas atau
direndam dalam air dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak berubah
ukurannya.
5. Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket.
6. Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan, pasien harap segera kontrol.
7. Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi yang pertama kali.
6. Kunjungan IV
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan saat kontrol meliputi:
1. Pemeriksaan subyektif
Hal-hal yang dilakukan dalam pemeriksaan subyektif adalah mengenai keluhan rasa
sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi tiruan dan mengenai keluhan adanya
gangguan dalam fungsi bicara.
2. Pemeriksaan obyektif
a. Oklusi, stabilitas, dan retensi gigi tiruan
b. Keadaan rongga mulut dan jaringan lunak
c. Kondisi gigi abutment dan jaringan pendukungnya
d. Keadaan base plate GTSL (fitting surface dan tepi gigi tiruan) dan posisi
cengkeramnya
BAB V
DISKUSI
Pasien kasus ini, rahang atas pasien kehilangan seluruh gigi dan rahang bawah
kehilangan gigi 37, 36, 35, 45, 46 dan 47. Berdasarkan daerah tidak bergigi (sadel), rahang
bawah pasien termasuk dalam klasifikasi Klas I Applegate-Kennedy. Rahang bawah pasien
termasuk indikasi protesa berupa gigi tiruan sebagian lepasan akrilik dengan desain bilateral
dan perluasa basis distal (Carr&Brown,2016).
Gigi tiruan sebagian lepasan mendapat dukungan kombinasi yaitu dukungan dari
alveolar ridge yang tersisa beserta dengan mukosa yang menutupi dan dukungan gigi 33 dan
43. Jenis penahan dibagi menjadi penahan langsung dan penahan tidak langsung. Penahan
langsung menggunakan C klamer dengan modifikasi sandaran oklusal pada gigi 33 dan 43,
sedangkan penahan tidak langsung berupa perluasan basis plat akrilik ke distal dan plat akrilik
setinggi cingulum pada gigi anterior. Berdasarkan letak dan jumlah klamer yang digunakan,
gigi tiruan sebagian lepasan termasuk dalam klasifikasi kelas I Miller yaitu dua buah klamer
terletak lurus berhadapan dan tegak lurus dengan median line (Jones 2009). Konektor mayor
yang digunakan pada gigi tiruan sebagain lepasan menggunakan plat akrilik lingual dengan
perluasan basis ke distal. Gigi tiruan ini pada bagian posterior dibuat sayap bukal (buccal
flange) (Ardan, 2011).
Basis gigi tiruan menggunakan bahan resin akrilik karena akan memberikan ketebalan
pada gigi tiruan. Ketebalan tersebut diperlukan pada individu dengan kehilangan tulang
alveolar yang berlebih. Resin akrilik akan mengembalikan kontour wajah dan mengisi
vestiulum bukal sehingga mencegah makanan terperangkap di bawah gigi tiruan. Gigi artifisial
terbuat dari resin akrilik dengan warna, bentuk dan ukuran sesuai dengan gigi asli (Jones,2009).
Gigi tiruan yang telah jadi dipasangkan kepada pasien dan dilakukan pemeriksaan
retensi, stabilisasi dan oklusi. Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya
pemindah yang cenderung memindahkan gigi tiruan kea rah oklusal. Retensi yang adekuat
yaitu apabila gigi tiruan tidak terlepas setelah dipasang ke dalam mulut pasien. Stabilisasi
merupakan ketahanan gigi tiruan terhadap gaya yang menyebabkan perpindahan tempat
Stabilisasi dapat dilihat pada saat gigi tiruan berfungsi, sepetri pada saat mastikasi. Stabilisasi
diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian.
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan di
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan gerakan mengunyah.
Bila terdapat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan dengan
metode selective grinding (Gunadi dkk., 2013).
BAB VI
PROGNOSIS

Hasil perawatan diperkirakan baik karena kesehatan umum pasien baik, jaringan
pendukung sehat dan pasien kooperatif dan komunikatif.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Dr. drg. Endang Wahyuningtyas, MS., Sp.Pros(K)


DAFTAR PUSTAKA

Ardan R., 2011, Periodontal Ligament Acts to Support Mastification Force, Dentofacial,

10(1):60-64.

Carr, A.B. and Brown, D.T., 2016. Major and minor connectors. McCracken’s Removable

Partial Prosthodontics. 13th ed. St. Louis, Mo: Elsevier.

Gunadi, H.A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Margo, A., Setiabudi, I., 2013, Buku Ajar Ilmu

Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, jilid 2, Hipokrates, Jakarta

Johnson, T., Patrick, D.G., Stokes, C.W., Wildgoose, D.G., Wood, D., 2011, Basics of Dental

Technology: A Step By Step Approach, Wiley-Blackwell, WestSussex.

Jones, J.D., Garcia, L.T., 2009, Removable Partial Dentures, 2nd ed., University of Cape

Town Press Ltd., Lansdowne.

Owen, C.P., 2000, Fundamentals of Removable Partial Dentures, 2 nd ed., University of

Cape Town Press Ltd., Lansdowne.

Phinney, D.J. dan Halstead, J.H., 2004, Delmar’s Dental Assisting: A Comprehensive

Approach, 2nd ed., Thomson Learning Inc.,

Rangarajan, V. dan Padmanabhan, T.V., 2017, Textbook of Prosthodontics, 2st ed., Jaypee

Brothers Medical Publishers, New Delhi

Sakar, O., 2016, Removable Partial Dentures, 1st Ed., Springer, New York

Soratur, S.H., 2006, Essentials of Prosthodontics, Jaypee, New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai