Supervisor:
drg. Bambang Tri Hartomo, M.Si.
Disusun oleh:
Anung Saptiwulan
G4B016044
I. PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Komponen ini akan
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kerentanan seseorang
untuk kehilangan gigi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia
(Wahjuni dan Mandanie, 2017).
Kehilangan gigi dapat merubah jaringan pada rongga mulut jika gigi yang
hilang tidak segera diganti. Pasien akan merasa kesulitan seperti mengunyah
makanan, hal ini dikarenakan adanya gigi yang supraerupsi, miring atau terjadi
pergeseran. Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan pembuatan
gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat. Gigi yang hilang dapat digantikan oleh
gigi tiruan sehingga dapat mengembalikan estetika serta kondisi fungsional
pasien (Rahmayani dkk., 2017).
Secara garis besar, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua, yaitu gigi
tiruan sebagian lepasan (partial denture) dan gigi tiruan penuh (full denture atau
complete denture). Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) yaitu untuk
menggantikan beberapa gigi, area edentulous, dan untuk estetika yang lebih baik,
sedangkan indikasi gigi tiruan penuh (GTP) yaitu untuk pasien edentulous dan
gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan serta tidak dapat menyokong GTSL
(Adnan, 2016).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah,
berbicara, memberikan dukungan untuk otot wajah, dan meningkatkan
penampilan wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan tetap dan gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan
lepasan/removable denture (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dibagi
menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan
tetap/fixed yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen (Wahjuni dan
Mandanie, 2017).
Menurut Carr dkk. (2011) dalam Maulida (2019), GTSL dapat dikelompokkan
menjadi beberapa macam berdasarkan beberapa hal antara lain:
1. Berdasarkan jaringan pendukungnya:
a. tooth supported : dukungan berupa gigi asli
b. mucosa supported : dukungan berupa mukosa ujung bebas
c. mucosa and tooth supported :dukungan berupa mukosa ujung bebas dan
gigi asli
Gambar 1. Macam dukungan gigi (Maulida, 2019)
2. Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy (Gunadi,
dkk., (2012) dalam Hanifah (2017)) yaitu:
a. Klas I
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral Free end).
b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja
(unilateral free end).
c. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi
yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free end).
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
Sumber: Hanifah (2017)
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median.
e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli dapat
dipakai sebagai penahan.
Sumber: Hanifah (2017)
a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
berkontak langsung dengan permukaan gigi abutment, dan dapat berupa
cengkeram atau kaitan presisi. klamer yang digunakan biasanya berbentuk C
( C klamer), adapun fungsinya adalah untuk mencegah pergerakan gigi tiruan
ke arah oklusal dan mencegah tekanan oklusal yang berlebih pada jaringan
dibawahnya.
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas protesa ke
arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini diperoleh dengan
cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya
tadi bekerja. Retensi tidak langsung dapat berupa lengan pengimbang,
sandaran/rest (bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang oklusal atau
incisal gigi pegangan yang memberikan dukungan vertikal terhadap gigi
tiruan, contoh : oklusal rest yang menjauhi garis fulkrum) (Maulida, 2019).
2. Basis / Plat Akrilik
Merupakan pendukung atau landasan gigi tiruan sebagian lepasan yang
terbuat dari resin akrilik. Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin, atau
kombinasi metal-resin.Fungsinya :
a. mendukung gigi (elemen) tiruan
b. meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya
c. memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan
3. Gigi Pengganti / Artificial Teeth
Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli
yang hilang.
4. Konektor
Konektor dibagi menjadi dua, yaitu Mayor konektor yang merupakan
bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian gigi
tiruan yang terletak pada satu sisi rahang dengan sisi rahang lainnya.
Konektor ini menghubungkan dua sadel kanan dan kiri.. Minor konektor yang
merupakan penghubung antara mayor konektor dengan bagian-bagian lain
pada kerangka gigi tiruan seperti cangkolan (Maulida, 2019).
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien:
1 Nama Ny. C
2 Usia 58 tahun
3 alamat Purbalingga
B. Anamnesa
CC Pasien datang ke RSGMP Unsoeddengan keinginan untuk dibuatkan gigi
tiruan pada giginya yang telah hilang
PI Area edentuolus dalam keadaan baik
PDH Pernah menggunakan gigi tiruan rahang atas
PMD Tidak ada keluhan
FH Tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
SH Karyawan swasta
C. Pemeriksaan Klinis
a Keadaan Umum: Compos mentis
b Sikap Mental: Philosophical mind
c Esktra Oral:
1 Bentuk wajah : Ovoid
2 Profil muka : Lurus atau datar
3 Pupil : Normal, simetri
4 Tragus : Normal, simetri
5 Hidung : Normal, nose respiration
6 Bibir : Normal, kompeten, tebal, simetri
7 Sendi rahang : Smooth, tidak ada kelainan
d Intra Oral :
1 Saliva : Kuantitas dan kualitas baik dan normal
2 Lidah : Kelas 1 wright dengan mobilitas pasif
3 Refleks muntah : Rendah
4 Mukosa mulut : Normal
5 Kebiasaan : Tidak ada
buruk
6 Vestibulum : Sedang
7 Prosesus : Bentuk ovoid, ketinggian sedang, tahanan jaringan
alveolaris RA tinggi, permukaan rata
8 Prosesus : Bentuk ovoid, ketinggian sedang, tahanan jaringan
alveolaris RB sedang pada area edentulous, permukaan rata
9 Relasi rahang : normognatik
1 Frenulum : Sedang pada labialis superior dam lingualis,
0 rendah pada bukalis superior kanan dan kiri, bukalis
inferior kanan dan kiri, dan labilais inferior
1 Palatum : Bentuk kuadratik, kedalaman sedang, tidak ada
1 torus palatinus, dan keadaan palatum mole normal
1 Tuberositas : Sedang
2 maksilaris
1 Ruang : Sedang
3 retomilohioid
1 Bentuk : Oval
4 lengkung
rahang
1 Oklusi : normal
5
D. Diagnosa
Partial edentulous pada gigi 26, 34, 35, 46 dan 47.
Rahang atas
1. klasifikasi kennedy kelas III, karena daerah yang tidak bergigi terletak diantara
gigi yang masih ada dibagian posterior satu sisi atau unilateral
2. klasifikasi applegate kennedy kelas VI, karena area yang kehilangan gigi terletak
diantara dua gigi yang masih ada dan gigi tetangganya masih kuat untuk
menerima beban kunyah.
Rahang bawah:
1. klasifikasi kennedy kelas III modifikasi 1, karena area yang tidak bergigi terletak
diantara gigi yang masih ada dibagian posterior bilateral
2. klasifikasi applegate kennedy kelas VI modifikasi 2P, karena area gigi yang
hilang bilateral dan terletak diantara dua gigi yang masih ada serta gigi
penyangga masih dapat menerima beban kunyah
1. Rencana Perawatan
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berbahan basis protesa akrilik untuk rahang
atas dan rahang bawah.
2. Dokumentasi Klinis
Gambar 3.1. Foto intraoral Rahang atas Gambar 3.2. Foto intraoral rahang bawah
Gambar 3.3. Foto klinis tampak depan Gambar 3.4. Foto klinis tampak samping
3. Desain Gigi Tiruan
1. Cengkeram half jackson pada gigi 25, 27, 33, 36, 45, dan 48. Pemilihan
cengkeram half jackson dikarenakan bentuk saddle gigi tiruan paradental dan
masih kuat untuk digunakan sebagai penyangga, sehingga dukungan yang gigi
tiruan yang akan dibuat dukungannya berasal dari gigi.
2. Perluasan basis akrilik di bagian lingual sampai di atas retromylohyoid dan bagian
bukal area edentulous. Basis berguna untuk meneruskan tekanan kunyah ke
mukosa dan tulang alveolar di bawahnya, selain itu juga untuk memberi retensi
dari protesa, karena adanya gaya adhesif antara basis dengan mukosa yang
dibatasi dengan media air ludah
Gambar 3.5. DesainPeranti Rahang Atas Gambar 3.6. Desain Piranti Rahang Bawah
Keterangan:
: gigi asli
: plat akrilik
: gigi anasir
: cengkeram half jackson
4. Langkah Kerja Pembuatan Gigi Tiruan
1. Pencetakan dan pembuatan model kerja dan model studi
Pencetakan rahang merupakan bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung
geligi tiruan. Setelah dicor, maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang atau
model rahang (Thressia, 2019). Menurut Silalahi dkk. (2017), ada dua macam
teknik pencetakan untuk membuat model kerja gigitiruan sebagian lepasan yaitu
dengan cetakan non fungsional (mukostatik) dan cetakan fungsional
(mukokompresi). Tujuan dari pencetakan mukostatik adalah mencetak bagian
anatomi linggir dan jaringan sekitarnya untuk tempat protesa tanpa distorsi
jaringan lunak. Pencetakan mukodinamik adalah suatu metode pencetakan yang
dapat mencetak daerah mukosa otot yang bergerak untuk perluasan gigi tiruan
tanpa menyebabkanpelepasan gigi tiruan tersebut. Bahan cetak yang digunakan
pada kedua teknik ini berbeda, untuk pencetakan mukostatik digunakan bahan
cetak dengan viskositas rendah sedangkan pada pencetakan mukodinamik dipilih
bahandengan viskositas tinggi seperti alginate. Teknik pencetakan pada kasus
Kelas VI Applegate Kennedy yaitu menggunakan cetakan mukostatik dengan
bahan alginat dan menggunakan stock tray yang bertujuan untuk mencetak
keadaan rongga mulut dalam keadaan statis atau tanpa adanya tekanan. Model
kerja dibuat dari gips tipe III (dental stone) yang merupakan replika anatomis
dalam rongga mulut pasien yang dapat digunakan sebagai acuan dalam tahap
pembuatan gigitiruan sebagian lepasan (Sari dan Sumarsongko, 2016).
2. Surveyor model kerja dan block out
Langkah-langkah melakukan survey yaitu pertama-tama dilakukan pemiringan
model rahang (tilting cast), kemudian dilakukan pengukuran retensi dengan
menggunakan alat undercut gauge yang besarnya 0.01-0.03 inci. Selanjutnya
memilih final arah pemasangan yang harus memenuhi empat syarat yaitu aspek
bidang bimbing, retensi, hambatan dan estetik. Setiap gerong yang akan dilewati
bagian kaku kerangka protesa harus ditutupi dengan cara blocking out dengan
menggunakan malam. Rilif dianjurkan untuk keadaan tertentu seperti lereng
jaringan yang miring dan pada semua bagian gingival yang harus dilindungi dari
kemungkinan terjadinya penekanan berlebih kerangka protesa. Rilif dilakukan
dengan pemasangan selapis tipis malam pada permukaan model kerja, diatas
malam baru dipasang konektor atau bagian lain. Rekaman hubungan model kerja
dengan surveyor (recording) dengan tripoding (tripodization), pemberian tanda
garis pada tiga sisi berlainan pada model, pemberian tanda goresan pada tiga sisi
berlainan pada model, dan pemasangan pin yang disemen (Ady, 2016).
Daerah yang tidak menguntungkan di block out dengan gips. Gips diaduk
hingga rata kemudian block out pada daerah defek yang ber-undercut pada model
kerja dengan adukan gips, dibuat merata, rapih dan haluskan pada daerah yang
dianggap memiliki undercut. Blockout dilakukan pada tahap surveying dalam
penentuan desain dan arah pasang GTSL. Daerah yang akan di block yaitu seluruh
undercut pada gigi dan jaringan lunak yang akan menghalangi pemasangan dan
pelepasan gigi tiruan yaitu dibawah garis survei/lingkaran terbesar (Ady, 2016).
3. Pembuatan cengkeram
Pembuatan half jackson pada gigi 25, 27, 34, 37, 45, dan 48 dengan
menggunakan kawat 0,7 mm (untuk gigi anterior dan premolar) dan kawat 0,8
mm (untuk gigi posterior)
11. Kontrol
Setelah pemasangan GTSL selama 1 minggu, pasien dimintadatang untuk
kontrol. Pada saat kontrol sebaiknya dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
Pada pemeriksaan subjektif sebaiknya ditanyakan apakah pasien memiliki
keluhan terhadap pemakaian gigi tiruan, apakah adanya gangguan maupun rasa
sakit. Pemeriksaan objektif yang perlu diamati adalah apakah ada lesi, peradangan
pada lokasi jaringan yang dikeluhkan, mencatat keadaan gigi abutment dan
jaringan pendukungnya, serta mengamati keadaan gigi tiruan, posisi cengkeram,
retensi, stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan (Hanifah, 2017).
BAB IV
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
1. DISKUSI
A. RAHANG ATAS
Pada kasus ini pasien kehilangan gigi rahang atas yaitu 26. Pembuatan
GTSL ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan pasien. Berdasarkan
langan gigi, maka pada kasus tersebut termasuk dalam klasifikasi Kennedy kelas III
dan Applegete Kennedy Kelas VI. Klasifikasi ini merupakan indikasi pembuatan
protesa gigi tiruan dengan dukungan gigi karena kehilangan gigi minimal dan gigi
tiruan dibatasi oleh gigi asli yang masih kuat digunakan sebaga penyangga.
Gigi yang digunakan sebagai dukungan adalah gigi 25, dan 27 yang diberi direct
retainer berupa cengkeram half jackson. Indirect retainer berupa plat akrilik setinggi
cingulum pada gigi anterior dan gigi tiruan open face pada gigi anterior. Konektor
utama adalah plat akrilik palatal untuk rahang atas.
B. RAHANG BAWAH
Pada kasus ini pasien kehilangan gigi rahang bawah yaitu 34, 35, 46 dan 47.
Pembuatan GTSL ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan dan estetik
pasien. Berdasarkan gigi yang hilang, maka kasus tersebut termasuk dalam
klasifikasi Applegete Kennedy Klas VI modifikasi 2P dan merupakan indikasi
pembuatan protesa gigi tiruan lepasan dengan dukungan gigi.
Gigi yang digunakan sebagai dukungan adalah gigi 33 dan 35, 45 dan 48 yang
diberi direct retainer berupa half jackson. Penempatan half jackson untuk gigi
anterior memiliki estetika yang kurang baik karena ujung dari kawat dapat terlihat
ketika pasien tersenyum. Indirect retainer berupa plat akrilik setinggi cingulum pada
gigi anterior dan gigi tiruan closed face pada bagian posterior karena meggunakan
buccal flange. Konektor utama adalah plat akrilik lingual rahang bawah.
2. PEMBAHASAN
Dokter gigi bertanggungjawab penuh dalam mendesain GTSL karena
lebih memahami kondisi biologis rongga mulut pasien dan faktor lain yang
berhubungan dengan desain GTSL Kondisi Edentulus sebagian dengan
klasifikasi applegate-kennedy klas III dan VI modifikasi 2P dengan kondisi gigi
penyangga yang masih baik dalam laporan kasus ini adalah pembuatan GTSL
menggunakan bahan akrilik dan cengkersm kawat. Kelebihan dari penggunaan
GTSL dari bahan akrilik yaitu warna menyerupai gingiva, mudah direparasi bila
patah tanpa mengalami distorsi, mudah untuk dilakukan pembersihan, mudah
dimanipulasi, kekuatannya baik, harganya terjangkau serta tahan lama, sedangkan
kekurangan bahan akrilik adalah, mudah fraktur, menimbulkan porositas jika
penyimpanan tidak diperhatikan, dapat mengalami perubahan bentuk, toleransi
terhadap jaringan kurang baik, dan dapat menimbulkan alergi. Penggunaan
cengkeram kawat memiliki keuntungan antara lain lentur, sehingga mengurangi
daya torsi pada gigi penyangga, retensinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
cengkeram dapat dibuat dengan diameter lebih kecil tanpa resiko mudah patah
yang memberi efek estetik lebih baik, penutupan permukaan gigi lebih sedikit
dibanding dengan cengkeram tuang, indikasi pemakaian lengan retentive
cengkeram kawat lebih luas, dan teknik pembuatan lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA