Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang berasal dari

jaringan pembentuk gigi (Neville et al., 2002). Pertumbuhan tumor ini

lambat, bersifat invasif, lokal dan biasanya pasien tidak menyadari sampai

ditemukan pembesaran pada rahangnya. Secara histopatologis, tumor ini

memperlihatkan tanda sebagai tumor yang jinak, sedangkan secara klinis

bersifat agresif dan destruktif (Widianto et al., 2013). Tumor ini memiliki

tingkat rekurensi yang tinggi jika tidak dilakukan perawatan

secara adekuat. Tingkat rekurensi ameloblastoma yang tinggi

serta penyebarannya yang ekspansif dan infiltratif

memberikan kesan malignansi (Lutfianto et al., 2012).

Ameloblastoma merupakan tumor yang paling umum dijumpai di

Afrika dan Asia serta paling banyak kedua di selatan dan utara Amerika.

Tumor ini memiliki tiga subtipe makroskopik yang berbeda yaitu solid atau

multikistik, unikistik dan perifer (Bueno et al., 2007). Angka prevalensi

ameloblastoma tipe solid konvensional atau multikistik sekitar 86% dari

seluruh kasus, tipe unikistik sekitar 13% dari seluruh kasus, dan tipe periferal

atau ekstraoseus sekitar 1% dari seluruh kasus (Neville et al., 2002).

Ameloblastoma solid atau multikistik adalah lesi tumor yang paling umum

terjadi. Tipe ini memiliki kecenderungan untuk lebih agresif daripada tipe

1
2

yang lain dan mempunyai insidensi rekurensi yang lebih tinggi (Gümgüm,

Hosgören, 2005).

Insidensi ameloblastoma berdasarkan studi epidemiologis yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 0,6 - 5,6 kasus baru tiap 1 juta

penduduk per tahun di Swedia, Afrika Selatan, dan Nigeria. Menurut

penelitian Reichart (1995), prevalensi ameloblastoma pada populasi ras

Kaukasoid lebih rendah dibanding ras Mongolia di Asia (China, India,

Jepang, Melayu, dan Thailand) yaitu ras Kaukasoid 24,8% dan ras Mongolia

38,4%. Di Indonesia, penelitian mengenai ameloblastoma masih jarang

dilakukan. Menurut studi retrospektif yang dilakukan di Jakarta menunjukkan

bahwa tipe histologis terbanyak yang ditemukan adalah tipe pleksiform yaitu

31,8%, kemudian tipe folikular yaitu 25,8% dan tipe pleksiform-folikular

(campuran) yaitu 24,2% (Rusdiana et al., 2011).

Angka kejadian ameloblastoma tinggi dan dijumpai pada semua

kalangan usia (Nagata, 2013). Tumor ini sering terjadi pada usia dewasa,

dominannya ditemukan pada dekade keempat dan kelima ke kehidupan.

Rentang usia dari insiden ini luas, dari anak-anak hingga geriatrik dan dapat

terjadi pada laki-laki maupun perempuan (Soames dan Southam, 1993).

Ameloblastoma 80% terjadi di mandibula dan sisanya 20% di maksila.

Daerah yang paling banyak terkena pada mandibula adalah regio molar ketiga

(Gümgüm, Hosgören, 2005). Sumber lain menyebutkan bahwa

ameloblastoma sering terjadi pada mandibula sebanyak 93,4% dan pada

maksila sebanyak 6,6%. Lokasi yang paling sering adalah di daerah ramus

mandibula yaitu sebanyak 67%, kemudian regio mentalis sebanyak 20%, dan
3

parasimfisis mandibula sebanyak 6,7%, sedangkan pada maksila anterior dan

posterior masing-masing sebanyak 3,3% (Hasan, 2010).

Pemeriksaan klinis ameloblastoma menunjukkan adanya

pembengkakan dengan berbagai ukuran yang mengakibatkan deformitas

wajah, warna jaringan tumor sama dengan jaringan sekitarnya, konsistensinya

dapat lunak maupun keras, tidak terdapat rasa nyeri dan parastesi, serta tidak

terdapat ulserasi pada mukosa sekitar jaringan tumor (Lutfianto et al, 2012).

Pemeriksaan radiografi menunjukan gambaran radiolusen multilokular atau

unilokular dengan tepi berbatas tegas radiopak dan terlihat gambaran seperti

soap bubble atau honeycomb (Widianto et al., 2013). Ekspansi tulang kortikal

biasanya terjadi pada sisi bukal lingual dan palatal. Selain itu juga disertai

dengan resorpsi akar gigi yang berbatasan dengan tumor (Ritchie, 1990).

Pertumbuhan ameloblastoma dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah infeksi rongga

mulut, pencabutan gigi dan trauma pada gigi atau rahang (Sudiono, 2001).

Faktor internalnya adalah tumor supresor gen (TSG) dan onkogen (gen c-myc

dan gen ras). Onkogen merupakan mutasi dari proto-onkogen. Proto-onkogen

adalah gen yang meningkatkan pertumbuhan sel dalam keadaan yang

terkontrol. TSG bertindak sebagai perusak sel, mengkode protein yang

menghambat pertumbuhan sel dan mencegah sel menjadi ganas. Salah satu

yang berperan sebagai gen penekan tumor adalah p16 (Asmuddin, 2004).

p16 juga disebut dengan MTS1 (multiple tumor suppresor 1),

CDKN2 (cyclin dependent kinase inhibitor 2), dan p16INK4a. Gen p16 ini

terletak pada kromosom 9 lokus p21 sehingga sering disingkat 9p21 (Li et al,
4

2011). Fungsi p16 adalah sebagai penghambat interaksi antara cyclin D

dengan cyclin dependent kinase (CDK) 4 dan 6 serta menghalangi siklus

pembelahan sel dalam kontrol poin fase G1 (Olimid, 2014). Kompleks cyclin

D dengan CDK 4 atau 6 memicu terjadinya fosforilasi protein retinoblastoma

(pRb) sehingga menyebabkan lepasnya ikatan E2F dari pRb (Sukmajaya,

2011). P16 merupakan marker fase siklus sel dan digunakan untuk

mempelajari kondisi patofisiologis, seperti diferensiasi abnormal sel dan

prognosis tumor (Artese et al., 2008).

Penelitian mengenai ekspresi p16 telah beberapa kali dilakukan,

antara lain pada ameloblastik karsinoma (Park et al., 2010), pada kista

odontogenik (Artese et al., 2008), dan pada odontogenic keratocyst dan

unikistik ameloblastoma (Ravazi et al., 2013). Berdasarkan latar belakang

yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

ekspresi gen p16 pada ameloblastoma yang sering ditemukan yaitu tipe

folikular dan pleksiform.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ekspresi p16 pada ameloblastoma tipe folikular


2. Bagaimana ekspresi p16 pada ameloblastoma tipe pleksiform
3. Bagaimana ekspresi p16 pada epitel normal rongga mulut

C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Mendeskripsikan ekspresi p16 pada ameloblastoma tipe

folikular dan tipe pleksiform

2. Tujuan Khusus
5

a. Mendeskripsikan ekspresi p16 pada ameloblastoma tipe folikular


b. Mendeskripsikan ekspresi p16 pada ameloblastoma tipe pleksiform
c. Mendeskripsikan ekspresi p16 pada epitel rongga mulut

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi dan menambah informasi penting dalam

upaya mengungkap korelasi ekspresi gen p16 khususnya mengenai

pertumbuhan ameloblastoma.
b. Menjadi dasar pertimbangan dalam tindakan penatalaksanaan

ameloblastoma, membantu dalam diagnosis atau deteksi penyakit

tumor khususnya ameloblastoma dengan pengujian imunohistokimia

dengan menganalisis ekspresi gen p16 pada ameloblastoma.


c. Menjadi landasan ilmiah untuk pelaksanaan dan pengembangan

penelitian selanjutnya mengenai ekspresi gen p16 dalam

mempelajari pertumbuhan lokal ameloblastoma.


2. Manfaat Praktis
a. Sebagai dasar penelitian lanjutan guna memahami sifat biologis

ameloblastoma.
b. Pengembangan untuk mengetahui tatalaksana ameloblastoma secara

dan mencegah terjadinya rekurensi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian sejenis yang sudah dilakukan dan berhubungan

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai berikut (Tabel

1.1).

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Judul Peneliti Perbedaan Hasil
1 Immunohistochemi Seyed Penxelitian ini Ekspresi tertinggi
cal comparison of Mohammad mengkaji ekspresi Cyclin D terlihat pada
cyclin D1 and P16 Razavi, cyclin D1 dan p16 suprabasal keratocyst
in Hamid pada odontogenik dan periferal UA
odontogenic Poursadeghi keratocyst dan (P<0,05). Ekspresi
6

keratocyst and , Atousa ameloblastoma p16 tertinggi pada


unicystic Aminzadeh, unikistik basal dan suprabasal
ameloblastoma 2012 menggunakan keratocyst serta
pengecatan bagian tengah UA
immunohistokimia (P>0,05)
2. The evaluation of Daniel Alin Penelitian ini Imunoreaksi p16
p16 and Ki67 Olimid et mengkaji mengenai terlihat pada 90,9%
immunoexpression al, 2014 imunoekspresi p16 kasus, skor tertinggi
in ameloblastoma dan Ki67 pada pada folikular dan
ameloblastik intraluminal.
karsinoma
3. Expression Of Sima Penelitian ini P16, CDK6, CCND1
CCND1, p16 And Ataollahi mengkaji aktivitasbanyak terekspresi
CDK6 Eshkoor, ekspresi dari pada sitoplasma.
In Human Basal 2007 CCND1, p16 dan Protein CCND1 dan
Cell CDK6 pada p16 pada jaringan
Carcinoma karsinoma sel BCC yang berbeda
basal manusia lebih banyak daripada
jaringan normal
4. Ekspresi p53 pada Cahya Penelitian ini Terdapat perbedaan
ameloblastoma Yustisia mengkaji ekspresi bermakna (P<0,05)
(Penelitian Hasan, protein p53 serta antara imunoekspresi
Imunohisto- 2010 melihat korelasi p53, dan tedapat
kimiawi) antara ekspresi korelasi yang
protein p53 dengan bermakna (P<0,05)
berbagai tipe antara imunoekspresi
ameloblastoma. p53 dengan berbagai
tipe histologis
ameloblastoma

Anda mungkin juga menyukai