Oleh :
TRISKA SUCITRA SYAHRUL
1710070110039
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai tahapan
pembuatan restorasi gigi sulung sebagai salah satu syarat guna memenuhi proses
pembelajaran di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah.
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati kami
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang
terhormat ibu drg. Puji Kurnia.,MDSc.,SP.KGA selaku dosen pengampu Blok
XIX.
Akhir kata Saya mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis,
ii
0
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerusakan gigi yang
cukup tinggi, yang digambarkan oleh indeks DMF-T yaitu sebesar 4,6 berarti tiap
100 orang penduduk Indonesia memiliki 460 buah kerusakan gigi. Pada saat gigi
terus mengalami kerusakan sehingga perlunya penggunaan cara perawatan yang
salah satunya yaitu restorasi gigi. Dan salah satu kerusakan gigi yang memerlukan
perawatan restorasi yaitu adalah karies.
Restorasi gigi termasuk dalam ilmu Konservasi Gigi. Restorasi gigi adalah
hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk,
fungsi, dan penampilan gigi. Restorasi terbagi dari 2 jenis yaitu, restorasi plastis
(direct restoration) dan restorasi rigid (indirect restoration).
Dalam restorasi gigi ada 3 macam tumpatan yaitu, tumpatan sementara,
tumpatan semipermanen, dan tumpatan permanen. Macam-macam bahan restorasi
gigi diantaranya restorasi plastis, bahannya yaitu: resin komposit, amalgam, Glass
Ionomer Cement. Sedangkan restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi
ektrakoronal, intrakoronal, dan interadikuler.
Upaya dari kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,
pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi
termasuk pencegahan dan perawatan. Namun, sebagian orang masih mengabaikan
kondisi gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting,
padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan.
2
BAB II
Pembahasan
2.1 Restorasi Gigi
Restorasi (tumpatan) adalah istilah generik yang digunakan untuk menyebut
tambalan, inlay, mahkota, jembatan, implan, atau protesa lepasan yang
menggantikan jaringan gigi yang hilang dan merestorasi bentuk fungsi, atau
estetik.
2.2 Macam-macam Restorasi Gigi
2.2.1 Restorasi Plastis
Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas,
dan setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat
mengeras.
2.2.2 Restorasi Rigid
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang
rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara
golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal,
intrakoronal dan interadikuler.
1. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau complete
crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan
mahkota klinis dari suatu gigi asli.
Terdapat berbagai jenis complete crown, diantaranya:
A. All metal crown
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam
campur yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar rahang atas
dan bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat, tekanan kunyah
besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan karies cervikal, dekalsifikasi, dan
enamel hipoplasi. Kontraindikasinya yaitu sisa mahkota gigi tidak cukup terutama
pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien dengan OH buruk
sehingga restorasi mudah tarnish, gusi sensitif terhadap logam.
B. All ceramic crown (mahkota porselen)
3
2. Restorasi Intrakoronal
A. Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian
cuspatau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak
begitu luas. Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai
lebih dari 1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang
tersisa sudah lemah.
B. Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi
posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan
dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan
resin komposit.
Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan
permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada
restorasi resin berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.
C. Inlay dan Onlay Komposit (indirect)
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect (tidak
langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk tambalan
inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik, sebab kekerasan
bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal
atau kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan
operator. Sedangkan resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan
efektif, lebih murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat
dibuang hanya dengan menggunakan hand instrument. Indikasinya: menggantikan
tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan memperhatikan nilai
estetik terutama pada restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak
sempurna atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila pembuatan
mahkota bukan merupakan indikasi. Keuntungan restorasi secara indirect resin
komposit dibanding restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi
akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat dihindari.
Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan pembentukan kontur
anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara indirect resin
5
dirawat saluran akar, khususnya pada gigi-gigi dengan saluran akar tunggal yang
lurus. Keadaan ini sebaiknya harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum
melakukan pengisian saluran akar, sehingga dapat digunakan teknik pengisian
yang memungkinkan untuk membantu retesi.
Pasak adalah suatu prosedur untuk membangun kembali suatu gigi yang
bertujuan menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu mahkota. Pasak seperti
jangkar untuk menempatkan mahkota. Pasak ditempatkan di dalam akar gigi yang
telah dilakukan perawatan saluran akar. Terdiri dari poros dan post/tonggak yang
disementasi pada saluran akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer
crown atau cast gold crown. Indikasinya:gigi pasca perawatan endodontia,
memperbaiki inklinasi gigi. Kontraindikasinya: jaringan yang mendukung gigi
tidak cukup, OH buruk, dinding saluran akar tipis, resorpsi procesus alveolaris
lebih dari 1/3.Pasak juga bisa dilakukan pada gigi posterior.
B. Mahkota pasak fiber reinforced composite.
Pemilihan jenis pasak yang digunakan penting untuk mendapatkan retensi
yang maksimal dengan menghilangkan seminimal mungkin struktur jaringan gigi.
Akhir-akhir ini, jenis pasak yang digunakan untuk retensi gigi yang telah dirawat
saluran akar telah mengalami perubahan dari bahan yang kaku (pasak metal dan
zirconium) menjadi bahan yang memiliki karakteristik mekanis menyerupai
dentin (pasak fiber dan resin komposit), karena kegagalan restorasi dengan retensi
intraradikuler dapat terjadi karena fraktur pasak, kehilangan retensi dan fraktur
mahkota serta akar, sehingga gigi akhirnya harus diekstraksi.
Pasak metal digunakan untuk menahan inti, menggantikan struktur gigi
yang hilang dan ditutup dengan mahkota penuh, tanpa memperhatikan estetik.
Sejalan dengan meningkatnya segi estetik, restorasi pasak dan inti sewarna gigi
menjadi pilihan untuk restorasi gigi non vital . Pasak fiber dapat dilekatkan pada
dentin saluran akar dengan menggunakan semen resin. Pasak fiber terbuat dari
seratserat karbon, kuarsa, silica, zirkonia atau kaca dalam satu matriks epoksi
resin. Secara kimia, pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin yang digunakan
untuk sementasi yaitu BisGMA.
Pasak ini terbuat dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh
matriks resin polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen
7
2.Tumpatan Semipermanen:
Contoh:
Silikat
3.Tumpatan Permanen:
Contoh:
a. Amalgam
b. Inlay logam
c. Tumpatan gold foil
2.3.1 Tumpatan Sementara
Tumpatan sementara adalah tumpatan tidak tetap yang digunakan pada
karies profunda ketika karies sudah dekat sekali dengan atap pulpa. Sterilisasi
kavitas tidak hanya dilakukan secara mekanisme saja, tetapi juga secara kimia
dengan memakai obat-obatan. Kemudian kavitas atasnya ditutup dengan tumpatan
sementara yang nantinya akan dibongkar lagi.
Guna tumpatan sementara:
1. Memberi kesempatan pada obat-obatan yang diletakkan di bawahnya untuk
bekerja (sterilisasi beberapa waktu pada kavitas yang disebut rust therapy).
2. Menunggu kemungkinan adanya reaksi pulpa.
3. Memberi kesempatan pada obat di bawahnya untuk menstimulasikan
pembuatan dentin reparatif.
4. Supaya penderita tidak terlalu lama di kursi atau membuka mulut bila di dalam
mulut terdapat beberapa karies.
5. Untuk menutup kavitas selama tumpatan cor belum selesai.
Komposisi bahan tumpatan sementara:
a. Fletcher
Fletcher adalah bahan tumpatan sementara yang terdiri atas bubuk dan
cairan. Bubuk dan cairan kita campur di atas glassplate dengan spatel semen
menghasilkan suatu campuran berbentuk adonan yang lama kelamaan akan
mengeras.
9
b. Komposit
Komposit adalah suatu campuran dari dua material atau lebih, masing-
masing materialnya memberikan kontribusi pada sifat resin komposit. Ada 3
komponen utama pada resin komposit, yaitu:
a) Matriks resin organik
b) Bahan pengisi anorganik (filler)
c) Bahan pengikat (coupling agent)
Macam-macam resin komposit:
1. Komposit Fowable:
- Komposit dengan viskositas rendah.
- Perlu aktivasi sinar.
- Terutama untuk lesi servikal, restorasi untuk gigi decidiu, restorasi kecil
dan bebas dari tekanan pengunnyahan.
- Dimethacrylate resin & bahan pengisi anorganik dengan ukuran 0,4-3 µm.
Volume bahan pengisi: 42-53%.
- Mempunyai modulus elastisitas rendah.
- Pengkerutan polimerisasi tinggi karena bahan pengisi sedikit.
- Aplikasinya langsung dari sryinge karena mempunyai viskositas rendah.
2. Komposit Packable
- Diindikasikan: kabitas kelas I, II & VI (Mesial Oklusal Distal).
- Perlu aktivasi sinar.
- Dimethacrylate resin & bahan pengisi (volume 66-70%).
14
Semen ionomer kaca adalah bahan tambal sewarna gigi yang komponen
utamanya terdiri dari likuid yang merupakan gabungan air dengan polyacid (Asam
poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk berupa fluoroaluminosilicate
glass.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Restorasi gigi dapat terbagi dua jenis restorasi plastis (direct restoration)
dan restorasi rigid (indirect restoration).
2. Terbagi tiga macam tumpatan, yaitu: tumpatan sementara, tumpatan
semipermanen dan tumpatan permanen.
3. Masing-masing bahan memiliki komposisi, kelebihan dan kekurangan yang
berbeda.
3.2 Saran
Dengan berbagai macamnya bahan tumpatan yang ada sekarang ini membuat
para dokter gigi mempunyai banyak pilihan cara merestorasi gigi berlubang,
rusak, patah dan yang hilang sekalipun. Kondisi mulut dan kesehatan umum
pasien mempengaruhi jenis bahan tambalan yang dipilih, dari segi penampilan,
keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana bahan tambalan akan
diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk
memepersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam
memilih jenis bahan tambalan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hayashi, M., Tsuchitani, Y., Kawamura, Y., Miura, M., Takeshige, F., dan Ebisu,
S.. Eight-Year Clinical Evaluation of Fired Ceramics Inlay. Operative
Dentistry. 2000.25:473-481
Kidd, E.A.M. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Ed.6. 2000.
Jakarta: Widya Medika
Wulansari, R., Siswandi, Y.L.s., dan Soedharmadi, S.D. Penggunaan Pasak Fiber
pada Gigi Molar Pertama Kiri Mandibula Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah
Kedokteran Gigi, 2007. 14 (2):199-202
Ganap, I.M., Retnowati, E., Junita A.G.2007. Pemilihan Restorasi Gigi Insisivus
Sentralis Maksila Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran
Gigi 14(2): 127-132