Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TAHAPAN PEMBUATAN RESTORASI GIGI SULUNG

Oleh :
TRISKA SUCITRA SYAHRUL
1710070110039

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2020
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai tahapan
pembuatan restorasi gigi sulung sebagai salah satu syarat guna memenuhi proses
pembelajaran di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah.
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati kami
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang
terhormat ibu drg. Puji Kurnia.,MDSc.,SP.KGA selaku dosen pengampu Blok
XIX.
Akhir kata Saya mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, 22 Maret 2020

Penulis,

ii
0

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................
2.1 Restorasi Gigi..................................................................................................................2
2.2 Macam - Macam Restorasi
Gigi........................................................................2
2.3 Macam – Macam Tumpatan
Gigi.......................................................................7
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Tumpatan
Gigi..........................................14
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................17
3.1
Kesimpulan...................................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................18

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerusakan gigi yang
cukup tinggi, yang digambarkan oleh indeks DMF-T yaitu sebesar 4,6 berarti tiap
100 orang penduduk Indonesia memiliki 460 buah kerusakan gigi. Pada saat gigi
terus mengalami kerusakan sehingga perlunya penggunaan cara perawatan yang
salah satunya yaitu restorasi gigi. Dan salah satu kerusakan gigi yang memerlukan
perawatan restorasi yaitu adalah karies.
Restorasi gigi termasuk dalam ilmu Konservasi Gigi. Restorasi gigi adalah
hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan mengembalikan bentuk,
fungsi, dan penampilan gigi. Restorasi terbagi dari 2 jenis yaitu, restorasi plastis
(direct restoration) dan restorasi rigid (indirect restoration).
Dalam restorasi gigi ada 3 macam tumpatan yaitu, tumpatan sementara,
tumpatan semipermanen, dan tumpatan permanen. Macam-macam bahan restorasi
gigi diantaranya restorasi plastis, bahannya yaitu: resin komposit, amalgam, Glass
Ionomer Cement. Sedangkan restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi
ektrakoronal, intrakoronal, dan interadikuler.
Upaya dari kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,
pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi
termasuk pencegahan dan perawatan. Namun, sebagian orang masih mengabaikan
kondisi gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting,
padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan.
2

BAB II
Pembahasan
2.1 Restorasi Gigi
Restorasi (tumpatan) adalah istilah generik yang digunakan untuk menyebut
tambalan, inlay, mahkota, jembatan, implan, atau protesa lepasan yang
menggantikan jaringan gigi yang hilang dan merestorasi bentuk fungsi, atau
estetik.
2.2 Macam-macam Restorasi Gigi
2.2.1 Restorasi Plastis
Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas,
dan setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat
mengeras.
2.2.2 Restorasi Rigid
Restorasi rigid yaitu restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan yang
rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan bahan perantara
golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal,
intrakoronal dan interadikuler.
1.    Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau complete
crown. Complete crown  merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan
mahkota klinis dari suatu gigi asli.
Terdapat berbagai jenis complete crown, diantaranya:
A. All metal crown
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari logam
campur yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar rahang atas
dan bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat, tekanan kunyah
besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan karies cervikal, dekalsifikasi, dan
enamel hipoplasi. Kontraindikasinya yaitu sisa mahkota gigi tidak cukup terutama
pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien dengan OH buruk
sehingga restorasi mudah tarnish, gusi sensitif terhadap logam. 
B. All ceramic crown (mahkota porselen)
3

Teknologi porselen gigi merupakan bidang ilmu paling cepat


perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi. Porselen gigi umumnya
digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak ataupun patah dikarenakan faktor
estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian, perubahan kimiawi yang
lambat, dan konduktifitas panas yang rendah. Terlebih lagi, porselen mempunyai
kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur gigi.
Komposisi porselen gigi konvensional adalah keramik vitreus (seperti kaca)
yang berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas (KO2.Al2O3.6SiO2)
atau feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2) atau keduanya. Pigmen, bahan opak dan
kaca ditambahkan untuk mengontrol temperatur penggabungan,
temperatur sintering, koefisien ekspansi thermal, dan kelarutan. Feldspar yang
digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi harus
ditambahkan pigmen untuk mendapatkan corak dari gigi-gigi asli atau warna dari
bahan restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi-gigi tetangganya.
Mahkota porselen mempunyai nilai estetik tinggi, tidak mengalami korosi,
tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanya mahal dan kekuatan rendah
dibandingkan dengan mahkota metal-porselen. Indikasinya membutuhkan estetik
tinggi, Tooth discoloration, malposisi, gigi yang telah dirawat endodonsi dengan
pasak dan inti. Kontraindikasinya yaitu indeks karies tinggi, distribusi beban di
oklusal tidak baik, dan bruxism.
C. Porcelain fused to metal
Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir pasca
perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan ganda, yaitu dari
segi kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam sebagai substruktur mahkota
jaket porselen fused to metal akan mendukung lapisan porselen di atasnya
sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari bahan porselen, memiliki kerapatan
tepi dan daya tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan memberikan
penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang direstorasi
dengan mahkota porselen fused to metal tingkat keberhasilan perawatannya tinggi.
4

2. Restorasi Intrakoronal
A. Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian
cuspatau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya biasanya tidak
begitu luas. Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai
lebih dari 1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang
tersisa sudah lemah.
B. Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi
posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah dibandingkan
dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan
resin komposit.
Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan
permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada
restorasi resin berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit. 
C.  Inlay dan Onlay Komposit (indirect)
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect (tidak
langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk tambalan
inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan keramik, sebab kekerasan
bahan keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal
atau kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan
operator. Sedangkan resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan
efektif, lebih murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat
dibuang hanya dengan menggunakan hand instrument. Indikasinya: menggantikan
tambalan lama (amalgam) dan atau yang rusak dengan memperhatikan nilai
estetik terutama pada restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak
sempurna atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila pembuatan
mahkota bukan merupakan indikasi. Keuntungan restorasi secara indirect resin
komposit dibanding restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi
akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat dihindari.
Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan pembentukan kontur
anatomis lebih mudah.Sedangkan kekurangan restorasi secara indirect resin
5

komposit adalah adanya ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting


cement). Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna dari
semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut.
D.  Indirect Komposit Inlay dengan Fibers
Untuk gigi dengan restorasi yang besar denngan sedikit enamel tersisa,
fibers dapat digunakan sebagai bahan dasar pada veneer komposit. Pertimbangan
paling penting untuk mencapai daya tahan klinis yang lama pada resin inlay yang
dibuat melalui tahap laboratosis adalah penguatan gigi. Untuk menguatkan resin
komposit, penambahan fibers digabungkan ke dalam matriks resin, selama
pembuatan dan sebelum proses curing.
E.   Mahkota ¾
Disebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi, hanya 3
permukaan yang ditutup oleh mahkota. Bagian yang tidak tertutup oleh mahkota
adalah bagian labial atau bukal. Mahkota sebagian terutama dipakai sebagai
retainer jembatan. Preparasinya memerlukan pembuangan jaringan gigi yang jauh
lebih sedikit dibandingkan untuk mahkota penuh. Mahkota tiga per empat dapat
merupakan retainer yang baik pada gigi jika:
1. Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis, maupun
estetis.
2. Cukup tebal untuk membuat parit– parit proksimal untuk memberi retensi.
3. Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
4. Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
5. Gigi-gigi yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah incisivus
sentral, premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua rahang bawah. Pada
gigi ini terdapat permukaan           proksimal   yang cukup lebar untuk dibuat parit
sebagai  retensi.
6. Sebagai retainer untuk short span bridge. 
3. Restorasi Intradikuler
A. Mahkota Pasak
Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun anterior yang
cukup parah akan menimbulkan masalah retensi, permasalahan ini dapat
ditanggulangi dengan menggunakan pasak. Pada kebanyakan kasus gigi sudah
6

dirawat saluran akar, khususnya pada gigi-gigi dengan saluran akar tunggal yang
lurus. Keadaan ini sebaiknya harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum
melakukan pengisian saluran akar, sehingga dapat digunakan teknik pengisian
yang memungkinkan untuk membantu retesi.
Pasak adalah suatu prosedur untuk membangun kembali suatu gigi yang
bertujuan menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu mahkota. Pasak seperti
jangkar untuk menempatkan mahkota. Pasak ditempatkan di dalam akar gigi yang
telah dilakukan perawatan saluran akar. Terdiri dari poros dan post/tonggak yang
disementasi pada saluran akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer
crown atau cast gold crown. Indikasinya:gigi pasca perawatan endodontia,
memperbaiki inklinasi gigi. Kontraindikasinya: jaringan yang mendukung gigi
tidak cukup, OH buruk, dinding saluran akar tipis, resorpsi procesus alveolaris
lebih dari 1/3.Pasak juga bisa dilakukan pada gigi posterior. 
B. Mahkota pasak fiber reinforced composite.
Pemilihan jenis pasak yang digunakan penting untuk mendapatkan retensi
yang maksimal dengan menghilangkan seminimal mungkin struktur jaringan gigi.
Akhir-akhir ini, jenis pasak yang digunakan untuk retensi gigi yang telah dirawat
saluran akar telah mengalami perubahan dari bahan yang kaku (pasak metal dan
zirconium) menjadi bahan yang memiliki karakteristik mekanis menyerupai
dentin (pasak fiber dan resin komposit), karena kegagalan restorasi dengan retensi
intraradikuler dapat terjadi karena fraktur pasak, kehilangan retensi dan fraktur
mahkota serta akar, sehingga gigi akhirnya harus diekstraksi.
Pasak metal digunakan untuk menahan inti, menggantikan struktur gigi
yang hilang dan ditutup dengan mahkota penuh, tanpa memperhatikan estetik.
Sejalan dengan meningkatnya segi estetik, restorasi pasak dan inti sewarna gigi
menjadi pilihan untuk restorasi gigi non vital . Pasak fiber dapat dilekatkan pada
dentin saluran akar dengan menggunakan semen resin. Pasak fiber terbuat dari
seratserat karbon, kuarsa, silica, zirkonia atau kaca dalam satu matriks epoksi
resin. Secara kimia, pasak fiber sesuai dengan bahan dasar resin yang digunakan
untuk sementasi yaitu BisGMA.
Pasak ini terbuat dari serat berdiameter 7-10 mikrometer dan dikelilingi oleh
matriks resin polimer yang umumnya berupa resin epoksi. Bahan inti dan semen
7

resin dapat berikatan dengan pasak jenis ini. Scanning electron microscope (SEM)


menunjukkan pembentukan lapisan resin tagshybrid. Bonding yang baik akan
meminimalkan efek ungkitan di dalam saluran akar sehingga dapat digunakan
pasak dengan ukuran lebih pendek dan diameter lebih kecil.
Pasak fiber, semen resin, bahan inti resin komposit, dan dentin memiliki
modulus elastisitas yang hampir sama, sehingga meningkatkan keberhasilan
restorasi, dibandingkan dengan pasak dan inti metal. Pasak fiber memiliki
modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin yaitu, 20 GPa (modulus
elastisitas dentin = 18 GPa, pasak metal prefabricated = 200 GPa dan pasak
keramik=150 GPa), sehingga pasak fiber lebih lentur daripada pasak metal,
mempunyai sifat biokompatibel terhadap dentin dan tahan terhadap korosi, serta
mudah diambil dari saluran akar bila terjadi kegagalan dalam perawatan saluran
akar.
Keuntungan pasak fiber adalah dapat diindikasikan untuk saluran akar yang
lebar, dinding saluran akar yang tipis misalnya pada akar yang belum terbentuk
sempurna.selain itu, pasak fiber juga memiliki keuntungan dari segi estetik,
karena pasak ini memiliki warna sesuai dengan warna gigi, sehingga tidak
menimbulkan bayangan warna keabu-abuan pada gigi yang telah direstorasi.
Hal ini tidak hanya berperan pada gigi anterior tetapi juga pada gigi
posterior. Preparasi saluran akar pasak dilakukan hingga kira-kira tersisa 4,5 mm
gutta percha pada bagian apical, lalu pasak fiber disementasi dengan
menggunakan semen resin. Setelah itu kavitas ditutup dengan tumpatan resin
komposit hingga penuh dan kelebihan pasak fiber dipotong sebatas permukaan
oklusal.
2.3 Macam-macam Tumpatan Gigi
Macam-macam tumpatan meliputi:
1.Tumpatan Sementara:
Contoh:
a. Fletcher
b. Gutta percha
c. Semen seng fosfat
d. Semen oksida seng eugenol
8

2.Tumpatan Semipermanen:
Contoh:
Silikat
3.Tumpatan Permanen:
Contoh:
a. Amalgam
b. Inlay logam
c. Tumpatan gold foil
2.3.1 Tumpatan Sementara
Tumpatan sementara adalah tumpatan tidak tetap yang digunakan pada
karies profunda ketika karies sudah dekat sekali dengan atap pulpa. Sterilisasi
kavitas tidak hanya dilakukan secara mekanisme saja, tetapi juga secara kimia
dengan memakai obat-obatan. Kemudian kavitas atasnya ditutup dengan tumpatan
sementara yang nantinya akan dibongkar lagi.
Guna tumpatan sementara:
1. Memberi kesempatan pada obat-obatan yang diletakkan di bawahnya untuk
bekerja (sterilisasi beberapa waktu pada kavitas yang disebut rust therapy).
2. Menunggu kemungkinan adanya reaksi pulpa.
3. Memberi kesempatan pada obat di bawahnya untuk menstimulasikan
pembuatan dentin reparatif.   
4. Supaya penderita tidak terlalu lama di kursi atau membuka mulut bila di dalam
mulut terdapat  beberapa karies. 
5. Untuk menutup kavitas selama tumpatan cor belum selesai.
Komposisi bahan tumpatan sementara:
a. Fletcher
Fletcher adalah bahan tumpatan sementara yang terdiri atas bubuk dan
cairan. Bubuk dan cairan kita campur di atas glassplate dengan spatel semen
menghasilkan suatu campuran berbentuk adonan yang lama kelamaan akan
mengeras.
9

Fletcher terdiri atas:


Bubuk:                                                            Cairan: 
- Zn sulfat   112 bagian                                 - Alkohol                  196 gram       
- Zn oxide   100 bagian                                 - Aquadest                65 gram
- Mastix      7,5 bagian                                  - Gummie arabicum  25 gram
                                                                      - Fenol                       1 tetes
Kegunaan bahan fletcher:
1. Sebagai campuran sementara yang termudah dan termurah namun rapuh.
2. Bebeuk fletcher (ZNO) sering digunakan sebagai bahan campuran semen OSE.
3. Untuk mencetak mahkota sementara.
b. Gutta percha
Gutta percha merupakan lateks koagulasi cairan getah murni yang dapat
mengeras dan berasal dari pohon jenis sapotacheae yang dapat dipadatkan,
terdapat di semenanjung Malaysia dan pulau-pulau sekitarnya pada daerah tropis.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran gigi
membuktikan bahwa gutta percha point merupakan bahan yang paling ideal dan
sering digunakan sebagai bahan pengisian saluran akar.
Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan
peridekuler dengan semen saluran akar (siler) yang dapat menginduksi
pembentukan jaringan keras (respons osteogeik) dan dapat merangsang penutupan
apeks. Untuk mendapatkan kualitas bahan pengisi saluran akar yang baik dan
memiliki sifat plastis, gutta percha dalam pembuatannya selalu dikombinasikan
dengan wax, oksida seng, dan kalsium hidroksida. Untuk mendapatkan bahan
yang hermetis perlu diketahui sifat material gutta percha point.
Pada perawatan saluran akar yang memakai gutta percha point bertujuan untuk
mempertahankan gigi selama mungkin dalam rongga mulut dan dapat memadat
dengan baik. Susunan gutta percha terdiri atas gutta percha, kalsium karbonat,
silika, dan beberapa bahan sulfat.
Sifat gutta percha:
1. Tidak berbau.
2. Tidak mempunyai rasa.
3. Elastis.
10

4. Tidak merupaka konduktor.


5. Tidak mengiritasi atau merangsang jaringan lunak.
6. Dalam mulut yang kurang bersih lama-lama akan menjadi porus dan hancur.
7. Larut dalam bahan karbon bisulfida, kloroform, benzene, yang dididihkan,
minyak terpentin, xylol, minyak eucalyptus.
8.  Tidak larut dalam asam lemak dan basa yang padat.
9.  Menjadi lunak bila dipanaskan dan keras kembali bila didinginkan.
10.Tahan terhadap beban seberat 25 kg/cm.
Gutta percha tersedia dalam bentuk gutta percha point, gutta percha stick, gutta
percha plate dengan warna merah muda, putih dan putih keabu-abuan. Menurut
suhu pelunakannya, gutta percha dibagi menjadi:
1. Low heat softening: Melunak di bawah suhu 200º F, dipakai sebagai bahan
tumpatan  sementara dan mengandung 1 bagian gutta percha dan 4 bagian oksida
seng.
2. Medium heat : Melunak pada suhu 200-212º F, mengandung bagian gutta
percha dan 6 bagian oksidasi seng.
3.High heat                 : Melunak pada suhu 210-220º F.
Kelebihan gutta percha sebagai bahan tambalan:
1. Tidak bersifat konduktor.
2. Mudah pengerjaannya.
3. Mempunyai warna yang harmonis.
4. Mempunyai daya elastisitas yang baik.
5. Bila perlu mudah dikeluarkan/diambil dari kavitas.
Kekurangan gutta percha sebagai bahan tambalan:
1. Crussing resistensinya rendah.
2. Dalam mulut bereaksi dengan sulfida. Oleh karena itu, dalam mulut dengan
higiene oral yang buruk, gutta percha dapat hancur.
3. Pada pendinginan, aka mengalami kontraksi sehingga dapat lepas dari dinding
kavitas.
4. Tidak dapat dipoles.
 Kegunaan gutta percha:
1. Sebagai bahan tumpatan sementara.
11

2. Sebagai bahan untuk melakukan separasi lambat pada gigi.


3. Sebagai bahan penutup sementara untuk obat-obatan pada perawatan
endodonitk.
4. Sebagai bahan pengisi saluran akar hihi.
5. Untuk mengukur kedalaman poket periodontium.
c. Semen seng fosfat
Semen ini digunakan sebagai tambalan sementara, bahan basis, dan pelapik.
Selain itu, juga   digunakan untuk bahan perekat, yakni sebagai perekat jembatan,
mahkota, tuangan emas, inlay, band dan pasak inti serta perawatan lesi karies
dalam klinik.
d. Semen oksida seng eugenol
Semen oksida seng eugenol (OSE) adalah semen tipe sedatif yang lembut.
Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, dan berguna sebagai basif
insulatif (penghambat). Bahan ini sering digunakan sebagai tumpatan sementara.
Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini merupakan salah satu
kelebihan jenis semen tersebut, kelebihan lainnya adalah kemampuan semen
untuk meminimalkan kebocoran mikro, dan memberikan perlindungan terhadap
pulpa. Bahan ini paling sering digunakan ketika merawatb lesi karies yang besar.
2.3.2 Tumpatan Semipermanen
Tumpatan silikat sering digunakan untuk penambalan gigi anterior, karena
warnanya menyerupai warna gigi. Tumpatan silikat dapat larut dalam cairan mulut
walaupun lebih kuat dari tumpatan sementara. Oleh karena itu, tumpatan silikat
disebut juga sebagai tumpatan semipermanen.
2.3.3 Tumpatan Permanen
Tumpatan permanen merupakan tumpatan tetap setelah dilakukan
perawatan terhadap gigi yang mengalami karies atau bahkan setelah dilakukan
perawatan saraf. Ada bermacam-macam tumpatan permanen, antara lain
amalgam, inlay logam, tumpatan gold foil,tumpatan resin, dan lain-lain.
a.       Amalgam
Amalgam kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara
mencampurkan merkuri cair dengan zat-zat padat yang merupakan perpaduan dari
perak, timah, tembaha, dan kadang seng, paladium, indium, dan selenium.
12

Kombinasi dari logam padat tersebut disebut dengan amalgam alloy. Sangat


penting untuk dapat membedakan antara amalgam kedokteran gigi dan amalgam
alloy.
Amalgam kedokteran gigi merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak,
tembaga, dan timah,dan mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc, dan
elemen-elemen lain untuk  meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis amalgam
itu sendiri.
Indikasi utama bahan restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal
posterior. Restorasi dental amalgam ini sangat baik karena secara teknik tidak
sensitif, dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur,
dan tahan lama.
Bahan tambal amalgam dipergunakan sejak awal abad 19 dibuat dari
campuran koin perak spanyol/meksiko degan air raksa. Standardisasi amalgam
merupakan standardisasi pertama yang dibuat American Dental Association
(ADA) tahun 1919, sehingga disebut ADA Spefications No.1.
Komposisi dan Fungsi Masing-Masing Komponen:
1.      Perak (Ag) 67-74%
a.    Elemen utama dalam reaksi
b.    Menaikkan setting expansion
c.    Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d.    Memperputih alloy
e.    Menaikkan strength
f.     Menurunkan creep
2.      Timah (Sn) 25-28%
a.    Mengontrol reaksi antara silver&mercury
b.    Mengurangi strength & hardness
c.    Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi
3.      Tembaga (Cu) 0-6%
a.    Menaikkan hardness & strength
b.    Menaikkan setting expansion
4.      Seng (Zn) 0-2%
a.    Dalam jumlah kecil, tidak memengaruhi setting reaction & sifat amalgam
13

b.    Zinc menyebabkan tertundanya ekspansi jika campuran amalgam


terkontaminasi oleh uap lembab selama manipulasi
c.    Mencegah masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan
5.      Air raksa (Hg) 0-3%
Kadang-kadang ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-amalgamisasi pada
logam paduan.

b.      Komposit

Komposit adalah suatu campuran dari dua material atau lebih, masing-
masing materialnya memberikan kontribusi pada sifat resin komposit. Ada 3
komponen utama pada resin komposit, yaitu:
a) Matriks resin organik
b) Bahan pengisi anorganik (filler)
c) Bahan pengikat (coupling agent)
Macam-macam resin komposit:
1.       Komposit Fowable:
-         Komposit dengan viskositas rendah.
-         Perlu aktivasi sinar.
-         Terutama untuk lesi servikal, restorasi untuk gigi decidiu, restorasi kecil
dan bebas dari tekanan pengunnyahan.
-          Dimethacrylate resin & bahan pengisi anorganik dengan ukuran 0,4-3 µm.
Volume bahan pengisi: 42-53%.
-         Mempunyai modulus elastisitas rendah.
-         Pengkerutan polimerisasi tinggi karena bahan pengisi sedikit.
-         Aplikasinya langsung dari sryinge karena mempunyai viskositas rendah.
2.       Komposit Packable
-         Diindikasikan: kabitas kelas I, II & VI (Mesial Oklusal Distal).
-         Perlu aktivasi sinar.
-         Dimethacrylate resin & bahan pengisi (volume 66-70%).
14

c.       Glass Ionomer Cement

Semen ionomer kaca adalah bahan tambal sewarna gigi yang komponen
utamanya terdiri dari likuid yang merupakan gabungan air dengan polyacid (Asam
poliakrilat, maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk berupa fluoroaluminosilicate
glass.

Bahan ini bersifat antikariogenik oleh karena mampu melepaskan flourida,


mempunyai thermal compatibility dengan enamel gigi, serta mempunyai
biokompatibilitas yang baik.
Indikasi glass ionomer cement adalah:
         1.      Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa prevarasi kavitas.
         2.      Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal.
         3.      Restorasi gigi decidiu.
         4.      Restorasi lesi karies kelas V.
        5.      Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaannya dari
lingual atau palatinal belum   melibatkan bagian labial.
Glas ionomer cement memiliki beberapa tipe, yaitu:
-  Tipe 1: Luting                            -  Tipe 6: Core build up
-  Tipe 2: Restorasi                        -  Tipe 7: Flouride release
-  Tipe 3: Lining/base                    -  Tipe 8: ART
-  Tipe 4: Fissure sealent               -  Tipe 9: Decidiu restorastion
-  Tipe 5: Orthodontic cement
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Bahan Tumpatan Gigi
1.   Amalgam
Kelebihan:
-     Merupakan bahan restorasi tertua dan cukup terkenal di masyarakat luas oleh
karena kekuatan, daya tahan, dan harganya yang relatif murah.
Kekurangan:
-         
Penggunaan amalgam perak tidak dianjurkan untuk perempuan hamil atau
ditunda. Alasannya karena ketidak pastian mengenai toksisitas Hg dari tambalan
amalgam si ibu terhadap embrio.
15

2.   Resin komposit


Kelebihan:
-     Lebih estetis.
-     Mempertahankan struktur gigi (conservative approach).
-  Berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup margin restorasi
dan memperkuat sisa struktur gigi dan
-     Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adaptasi dan membedakan antara
restorasi, lesi karies dan struktur gigi sehat.
Kekurangan:
-     Terjadi penngkerutan saat polimerisasi.
-     Terjadinya lesi karies sekunder.
-     Dapat mengabsorbsi air (hydrolytic breakdown).

3.    Glass Ionomer Cement


Kelebihan:
-     Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula dengan
email dan dentin.
-      Dapat melepaskan flouride.
-      Memiliki stabilitas dimensi tinggi.
-      Mempunyai sifat biokompatibilitas.
Kekurangan:
-      Mudah terpengaruh oleh air.
-      Mudah terjadi dehidrasi.
-       Kurang kuat melekat pada porselein dan emas murni.
-      Manipulasi dan teknik memasukkan ke dalam cavitas cukup sulit.
-      Perbandingan ukuran bubuk  dan cairan kurang tepat.
-     Warna kurang stabil atau tidak persis sama dengan  gigi.
-     Mudah berubah bentuk.
4.      Gutta percha
           Kelebihan:
-     Tidak bersifat konduktor.
-     Mudah pengerjaannya
16

-     Mempunyai warna yang harmonis.


-     Mempunyai daya elastisitas yang baik.
-    Bila perlu mudah dikeluarkan/diambil dari kavitas
Kekurangan:
-    Crussing resistensinya rendah.
-   Dalam mulut bereaksi dengan sulfida. Oleh karena itu, dalam mulut dengan
higiene oral yang buruk, gutta percha dapat hancur.
-     Pada pendinginan, aka mengalami kontraksi sehingga dapat lepas dari dinding
kavitas.
-     Tidak dapat dipoles.
17

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      Restorasi gigi dapat terbagi dua jenis restorasi plastis (direct restoration)
dan restorasi rigid (indirect restoration).
2.      Terbagi tiga macam tumpatan, yaitu: tumpatan sementara, tumpatan
semipermanen dan tumpatan permanen.
3.      Masing-masing bahan memiliki komposisi, kelebihan dan kekurangan yang
berbeda.
3.2  Saran 
Dengan berbagai macamnya bahan tumpatan yang ada sekarang ini membuat
para dokter gigi mempunyai banyak pilihan cara merestorasi gigi berlubang,
rusak, patah dan yang hilang sekalipun. Kondisi mulut dan kesehatan umum
pasien mempengaruhi jenis bahan tambalan yang dipilih, dari segi penampilan,
keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana bahan tambalan akan
diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk
memepersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam
memilih jenis bahan tambalan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Hayashi, M., Tsuchitani, Y., Kawamura, Y., Miura, M., Takeshige, F., dan Ebisu,
S.. Eight-Year Clinical Evaluation of Fired Ceramics Inlay. Operative
Dentistry. 2000.25:473-481
Kidd, E.A.M. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Ed.6. 2000.
Jakarta: Widya Medika
Wulansari, R., Siswandi, Y.L.s., dan Soedharmadi, S.D. Penggunaan Pasak Fiber
pada Gigi Molar Pertama Kiri Mandibula Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah
Kedokteran Gigi, 2007. 14 (2):199-202
Ganap, I.M., Retnowati, E., Junita A.G.2007. Pemilihan Restorasi Gigi Insisivus
Sentralis Maksila Pasca Perawatan Saluran Akar. Majalah Kedokteran
Gigi 14(2): 127-132

Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th


ed.). Missouri: Mosby.
Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran
Gigi. Jakarta : EGC.
http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIA-
TERAPAN/pdi705_slide_restorasi_gigi_anak.pdf
http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/download/28/24
https://www.dictio.id/t/apa-saja-bahan-bahan-material-yang-dapat-digunakan-
untuk-restorasi-gigi/120325
https://www.scribd.com/document/242993060/Jenis-Bahan-Restorasi-Pada-Gigi-
Sulung
http://media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf
http://fkg.ub.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/UN10F14-43-HK0102a-005-SOP-
Requirement-Klinik-IKGA.pdf

Anda mungkin juga menyukai