Anda di halaman 1dari 71

A.

JUDUL

Analisis Akurasi Resistivity Geolistrik Naniura terhadap Korelasi Data

Sekunder Lubang Bor Site Cobra PT. Titan Wijaya Group Bengkulu .

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pertambangan adalah suatu kegiatan yang dimulai dari kegiatan

penyelidikan umum terhadap bahan galian. Secara umum tahapan kegiatan

pertambangan terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi,

Perencanaan tambang, Persiapan/kontruksi, Penambangan, Pengolahan,

Pemasaran dan Reklamasi.

Setiap kegiatan pertambangan dimulai dengan kegiatan eksplorasi.

Eksplorasi dilakukan secara bertahap mulai dari survey pendahuluan,

eksplorasi pendahuluan, eksplorasi lanjutan, dan diakhiri dengan studi

kelayakan.

Kegiatan ekplorasi pendahuluan terdiri dari 2 metode, yaitu metode

geofisika dan metode geokimia. Metode geofisika lebih cenderung dipilih

karena penggunaannya yang relatif praktis dan biaya yang murah. Salah satu

metode yang sering digunakan adalah metode geolistrik. Metode geolistrik

memberikan gambaran secara 2D dan 3D berdasarkan nilai resistivitas tanah

dan batuan di bawah permukaan tanah. Metode geolistrik ini memberikan

gambaran visual dengan tingkat akurasi yang tertentu.

Kegiatan eksplorasi selanjutnnya adalah eksplorasi detail. Kegiatan ini

dilakukan dengan melakukan kegiatan pemboran sebagai metode menentukan

1
sifat lithologi batuan, perhitungan cadangan, dan gambaran korelasi stratigrafi

di bawah permukaan tanah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah

mendapatkan gambaran yang lebih riil mengenai kondisi bawah tanah yang

sebenarnya. Akan tetapi, kelemahan kegiatan pemboran ini adalah biaya yang

relatif besar dalam pengoperasiannya. Jumlah data yang diperoleh akan

berbanding signifikan dengan biaya yang keluarkan. Pertimbangan biaya ini

menjadi suatu masalah utama dalam usaha penyelidikan lanjutan sehingga

seringkali kegiatan eksplorasi tidak mendapatkan data yang kurang

memuaskan dan tingkat keyakinan geologi akan cenderung rendah.

Oleh karena itu, untuk membuat suatu keputusan mengenai

pertimbangan rencana pemboran yang efektif dengan mengetahui tingkat

akurasi alat geolistrik “Naniura” dalam kegiatan eksplorasi maka penulis

melakukan penelitian mengenai eksplorasi yang berjudul Analisis Akurasi

Resistivity Geolistrik Naniura terhadap Korelasi Data Lubang Bor

Sekunder Site Cobra PT Titan Wijaya Group Bengkulu

C. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah yang

ada dalam penelitian ini adalah perbandingan nilai akurasi pengolahan data

alat resistivity geolistrik Naniura dengan data sekunder hasil pemboran dalam

rencana bukaan Site Cobra PT. Titan Wijaya Group Bengkulu .

D. BATASAN MASALAH

2
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan

masalah dalam penelitian adalah :

1. Penelitian hanya dilakukan di Site Cobra PT Titan Wijaya Group.

2. Penelitian ini tidak memperhitungkan segi ekonomi (biaya).

3. Penelitian ini tidak berlaku untuk jenis Alat Resistivity yang lain

E. PERUMUSAN MASALAH

Hal-hal yang perlu dikaji dan diteliti serta menjadi perumusan masalah

adalah sebagai berikut :

1. Memberikan dan menyajikan secara teknis aktivitas eksplorasi geolistrik

dengan didapatkan output berupa penampang 3D hasil bacaan geolistrik

dengan kedalam tertentu menggunakan software Res3DINV.

2. Membandingkan hasil geolistrik dengan data sekunder hasil pemboran

pada perencanaan pembukaan Site Cobra PT. Titan Wijaya Group

3. Mengetahui berapa besar letak error dari bacaan geolistrik berdasarkan

nilai koordinat dan volume batuan.

4. Membuat suatu persamaan secara statistik mengenai persentase akurasi

bacaan alat geolistrik Naniura.

F. TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan tingkat akurasi pembacaan resistivity geolistrik terhadap

kondisi sebenarnya.

3
2. Meningkatkan keyakinan geologi melalui metoda geolistrik sehingga

dapat mengurangi kuantitas pengeboran dan biaya yang dikeluarkan dapat

dioptimalkan seminimal mungkin.

3. Menjadi modal koreksi efektivitas alat sehingga dapat menjadikan

pertimbangan pemilihan alat geolistrik bagi perusahaan .

G. MANFAAT PENELITIAN

1. Dapat memberikan informasi dan saran pada perusahaan dalam

merencanakan rencana pembukaan site baru pada sisa cadangan batubara

yang tersedia.

2. Mengaplikasikan teori yang telah didapatkan dari bangku perkuliahan

mengenai pembacaan sounding geolistrik dan korelasi stratigrafi pada data

bor lapangan.

H. KAJIAN TEORI

1. Geolistrik

Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk

menyelidiki keadaan bawah permukaan  dengan menggunakan sifat-sifat

kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain.

tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical  constant,

kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat

menyimpan potensial dan lain-lain.

4
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi

geolistrik. Metoda - metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada

metoda yang dapat dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada

juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis. Salah satu keunikan

lain dari metoda geolistrik adalah terpecah-pecaah menjadi bermacam-

macam  mazhab (aliran atau school) yang berbeda satu dengan yang lain. 

Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus

listrik (beda I) buatan kedalam tanah melalui batang elektroda arus ,

kemudian mengukur  beda potensial  (beda V) pada elektroda lain. Hasil

pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang dilalui oleh

arus listrik dapat diketahui dengan Hukum Ohm yaitu :

V
R=
I

Dimana ;

R = tahanan (ohm/mohm)

V= beda potensial listrik (volt/mvolt)

I = beda arus listrik dalam amper/mampe).

Dengan memanfaatkan nilai tahanan jenis ini maka aplikasi metoda

geolistrik telah digunakan pada  berbagai bidang ilmu yaitu :

1. Regional Geology untuk mengetahui struktur, stratigrafi dan

sedimentasi.

2. Hidrogeologi/Geohidrologi untuk mengetahui muka  air tanah, akuifer,

stratigrafi , intrusi air laut.

5
3. Geologi Teknik untuk mengetahui struktur, startigrafi, permeabilitas dan

porositas batuan, batuan dasar ,      pondasi , kontruksi bangunan teknis.

4. Pertambangan untuk mengetahui endapan plaser, stratigrafi, struktur,

penyebaran endapan mineral.

5. Archeology untuk mengetahui dasar candi, candi terpendam, tanah

galian lama.

6. Panas bumi (geothermal) mengetahui kedalaman, penyebaran, low

resistivity daerah panas bumi.

7. Minyak untuk mengetahui struktur, minyak, air dan kontak air dan

minyak serta porositas , water content (well logging geophysic).

1.1 Sejarah PerkembanganGeolistrik

Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrik merupakan

perkembangan yang paling unik dari seluruh geofisika eksplorasi. Unik

karena dalam perkembangannya metoda ini terbagi - bagi dalam

beberapa mazhab (school), padahal sumber dasar teori sama. Perbedaan

tersebut terletak pada :

a. Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda, interpretasi).

b. Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat dapat digunakan untuk

mazhab apapun, akan tetapi perbedaan konfigurasi elektroda yang

dipakai mempengaruhi daya penetrasi alat.

c. Data processing

6
Penggunaan sifat-sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi sudah

dikenal peradaban manusia lebih dari dua abad yang lalu. Pelopor yang

mula-mula memakai cara geofisika untuk maksud eksplorasi adalah :

 Gray dan Wheeler thn. 1720, melakukan pengukuran terhadap

batuan dan mecoba membakukan tebal konduktivitas batuan.

 Watson thn 1746, menemukan ,bahwa tanah merupakan

konduktor dimana potensial yang diamati pada titik-titik diantara dua

elektroda arus yang dipotong sejarak 2 mil , bervarisai akibat adanya

perbedaan kondisi geologi setempat.

 Robert W. Fox thn. (1789 - 1877) , dapat disebut sebagai Bapak

Metoda Geolistrik , karena beliau yang pertama kali mempelajai

hubungan sifat-sifat listrik dengan keadaan geologi, temperatur,

terrestrial electric dan geothermal. Fox mempelajari sifat-sifat

kelistrikan tersebut di tambang-tambang Corn wall, Inggris.

 Perkembangan dilanjutkan secara bertahap : thn.1871

oleh W.Skey, thn. 1847oleh Charles Matteucci., thn. 1882 oleh Cart

Barus, thn. 1891 oleh Brown, thn. 1897 oleh Bernfield, thn

1912 oleh Gottchalk, thn. 1914 oleh R.C. Wells dan  George Ottis.

 Perkembangan agak berbeda setelah Conrad

Schlumberger dan R.C. Welldimana geolistrik berkembang di dua

benua, dengan cara dan sejarah yang berbeda. Akan tetapi di ujung

perkembangan tersebut kedua mazhab ini bertemu lagi, terutama dalam

7
menggunakan konsep matematika yang sama yang diterapkan pada

teori interpretasi masing-masing.

 Perkembangan peralatan dimulai dari peralatan geolistrik di

dalam truk sampai pada alat geolistrik sebesar tas kecantikan.

 Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke

20 yaitu dengan dibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh Orellana

E. dan Mooney H.M.,1966, Bhattacharya P.K. dan Patra H.P., 1968,

Rijkkswaterstaat, The Netherland, 1975, Zohdy, A.A.R.,1975.

 Perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis

dengan pembuatan perangkat lunak dari melakukan "matching curve"

sampai perangkat lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX dan

IP2Win

8
2. Mazhab Perancis (French School)

Mazhab ini mula-mula berkembang dari hasil study Conrad

Schlumberger (1878 - 1936). Sebagai orang yang serba bisaa

(geologist, physicist, mining engineer) , Conrad Schlumberger

merupakan peletak dasar baru dalam menggunakan aspek

kelistrikan. Untuk menyelidiki keadaan geologi bawah permukaan ,

beliau menggunakan"aspect dynamic" dari arus listrik yang

diinjeksikan kedalam bumi, serta mengamati akibat terhadap sifat

kelistrikan batuan sekelilingnya. Beliau juga sudah membayangkan

akibat dari suatu medan listrik terhadap media yang homogen dan

membandingkan dengan media yang non homogen. Berdasarkan

study Conrad Schlumberger membuat peta isopotensial yang

dilakukan pada endapan pirit di Sain Bel (phone) pada tahun 1918.

Laporan penyelidikan Conrad Schlumberger terlihat dibawah ini.

9
Sejak itu sekolah Perancis mengembangkan banyak metoda,

baik konfigurasi elektroda dan metoda eksplorasi. Semenjak Marcel

Schlumberger ikut dalam kelompok Schlumberger, tekanan study

sekolah Perancis lebih ditekankan kepada pengukuran geolistrik di

lubang bor. Sehingga sampai sekarang dapat dikatakan merupakan

satu-satunya perusahaan keluarga yang mempunyai hampir

monopoli untuk penyelidikan geofisika lubang bor di seluruh dunia.

Ide yang sama juga dikembangkan oleh Wenner secara

terpisah, pada saat bersamaan menemukan konsep yang sama. Hasil

Wenner ini merupakan dasar dari perkembangan mazhab Amerika

(1915) 

3. Mazhab Amerika (American School)

Studi geolistrik di Amerika Serikat dimulai dari hasil study

R.C. Wells dan dikembangkan oleh Wenner dari U.S. Beureau of

Standart. Ide Wenner dikembangkan dari patent yang diusulkan oleh

Fred Brown,1883, yang mengusulkan suatu alat dan cara eksplorasi

10
geolistrik. Tahun 1927, Mc.Clatvckey mendapatkan patent untuk alat

dan cara eksplorasi yang lebih baik dan serta lebih sempurna. Pada

mazhab Amerika ini, perkembangan juga bertahap dengan melalui

percobaan-percobaan. Beberapa nama yang perlu dicatat disini

adalah

Kelly S.F., Mc. Collum , Logan, H.R. Cohklin, Gish, Rooney, Eve &

Keus, Cook dan van Nostrad. Selain mazhab Perancis dan Amerika,

masih banyak lagi mazhab yang kecil yaitu mazhab Inggris, Rusia,

Swedia, Norwegia, Jepang, dan lain – lain.

4. Perkembangan dari Perang Dunia Kedua Sampai Sekarang

Sejak penemuan metoda ekksplorasi , sampai Perang Dunia I

dan II, interpretasi hasil pendugaan geolistrik masih dilakukan

dengan cara coba-coba antara lain merubah cycles, log, linier dan

metode empiris lain seperti Moore dan Barnes. Pada tahun 1980

dengan perkembangan elektronika mengakibatkan perubahan

peralatan geolistrik dan penafsiran geolistrik dengan perangkat lunak

(RESINT 53 , IP2Win).

Dasar teori interpretasi secara matematis mula-mula

dikembangkan oleh Hummell di Jerman dan King di Inggris. Selama

orang lain masih sibuk mencari dan memanfaatkan empiris mazhab

Perancis membentuk enam riset yang terdiri dari Mailet,

Stefaanessco, Konstintzin dll. Hasil kerja tim mengembangkan suatu

11
teori matematis yang mendapatkan paten tanggal 25 September

1925, untuk fungsi-fungsi ideal, lapisan-lapisan horizontal. Hasil

kerja tim inilah yang sekarang merupakan landasan baru bagi

interpretasi modern. Di Amerika kejadian ini dijawab oleh Gosh dan

Rooney 26 Septembaer 1925, beda satu hari dan juga mencoba

menjawab persoalan matemaatis dari lapisan-lapisan horizontal

terhadap batuan yang berbeda.

Tahun 1933 L.B. Slichter, mencoba menerangkan aspek tadi

dengan pemecahan mendasar secara berangsur-angsur. Pertama

memecahkan dulu fungsi matematis dari lapisan horizontal yang

dikenal sebagai fungsi Kernel. Tahap kedua adalah mencoba

menurunkan distribusi lapisan dengan menggunakan fungsi Kernel.

Tahun 1968, Koefoed memoles fungsi Kernel dengan raised

Kernel Function.

Tahun 1964, J.C.van Dam menurunkan metoda pembuatan

kurve baku dari fungsi matematis dan efek cermin.

Perkembangan yang paling revolusioner adalah penurunan

fungsi transform oleh Gosh, yang diajukan pada tesis doktor. Gosh

memanfaatkan sifat dari Wenner Filter (minimum least square filter).

Gosh dapat memecahkan masalah yang sejak dulu tidak/belum dapat

dipecahkan oleh pendahulunya. Untuk itu Gosh muncul

dengan Direct Interpretation Method atau Transform Method.

12
Pada masa sekarang ini perkembangan geolistrik maju pesat

dengan beberapa modifikasi elektoda.  Modifikasi elektroda

berkembang untuk menjawab tantangan keadaan lingkungan

(environmental ) dan study keteknikan (enginereeng

study). Perkembangan geolistrik dapat menafsirkan keadaan bawah

permukaan dengan membuat penampang 2 dimensi atau 3 dimensi

2. Tujuan pemboran eksplorasi

Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan

merekam data geologi yang ditembus lubang bor. Deskripsi inti bor dan

pemetaan permukaan bertujuan untuk mendapatkan  data dan informasi

tentang kondisi massa batuan yang akan digunakan untuk mendukung

proses karakterisasi massa batuan .Data ini berupa rekaman catatan hasil

pengamatan pada conto batuan, khususnya litologi serta gejala geologi

lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah

2.1 Serbuk bor (Cuttings)

Conto ini adalah hasil kerukan dari matabor yang kemudian

dibawa oleh air pembilas ke permukaan. Setap kemajuan selang

kedalaman tertentu suatu conto yang diambil mewakili selang

kedalaman tertentu dan dicatat. Conto ini dibersihkan dan

dideskripsikan. Hasil deskripsi conto ini tidak akurat mengingat ;

a. Conto tersebut harus menempuh jarak dari kedalaman sampai ke

permukaan, sedang dalam waktu yang sama matabor sudah maju lebih

dalam lagi. Kedalaman yang diwakili conto itu harus dikoreksi atau

13
disetel terhadap data lain, seperti laju kecepatan pemboran atau log

talikawat

b. Conto tersebut sering tercampur dengan serbuk dari selang

kedalaman yang ada di atasnya, sehingga kadangkala diketemukan

lebih dari 2 jenis litologi yang berasal kedalaman yang berbeda. Untuk

ini persen berbagai jenis litologi ini harus dicatat untuk mengetahui

litologi mana merupakan guguran dan mana yang dari kedalaman asli.

Untuk ini dapat pula dilakukan pembandingan dengan hasil tafsiran

litologi dari log talikawat maupun data lain seperti laju kecepatan

pemboran

c. Conto ini merupakan serbuk, keratan atau hancuran dari batuan,

sehingga hanya deskripsi tekstur dan susunan mineral yang dapat

diamati, sedangkan gejala-gejala geologi seperti struktur, kekompakan

dan lain-lain tidak teramati

Pengamatan litologi dari serbuk pemboran adalah bersifat baku

dalam eksplorasi minyak dan gasbumi, dan juga dilakukan pada

pemboran eksplorasi batubara terutama pada selang kedalaman yang

tidak dilakukan pengintian. Adakalanya dalam eksplorasi batubara tidak

dilakukan pengintian yang disebut openhole, sehingga data geologi

didapatkan dari penafsiran log talikawat/geofisika dan dibantu dari

pengamatan conto ini. Namun pada pemboran eksplorasi cebakan

mineral tidak lazim dilakukan karena lebih mengandalkan pada

14
pengamatan conto inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai

kedalaman akhir.

2.2 Drill Core

Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batubara data geologi

biasanya didasarkan atas pengamatan dan pendeskripsian conto inti

bor.Pengintian Penuh (Full Coring). Pengambilan inti dilakukan secara

penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir pemboran. Ini yang biasa

dilakukan dalam eksplorasi untuk cebakan mineral.

Pengintian Setempat (Spot Coring). Pemboran dilakukan sebagai

lubang terbuka (open hole) yang kemudian diikuti dengan pengintian

hanya dilakukan pada selang kedalaman tertentu yang diinginkan,

misalnya beberapa meter di atas zone cebakan dan beberapa meter

dibawahnya. Untuk ini sering diperlukan lapisan petunjuk stratigrafi

berdasarkan log geofisika dari sumur terdekat yang sengaja dibor sebagai

pilot drill hole, untuk operasi ini sering dilakukan pilot and part-coring

Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan

menggunakan alat tertentu, dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli

dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk

mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan

atau jalur-jalur mineralisas

Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi pengambilan inti

pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman dapat diwakili oleh

panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan kemungkinan gugurnya

15
bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam bumbung inti (core

barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan dalam persen

(% core recovery), dengan mengukur panjang conto inti yang diperoleh

dan membandingkannya dengan panjang bumbung. Perolehan inti yang

buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau keadaan

batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan

struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki

seperti triple tube core-barrel.

2.4 Perlakuan Inti Bor

Inti bor dicuci dan dikeringkan, kemudian dipatahkan meter demi

meter. Setelah dipatahkan setiap meter maka batang-batang inti disimpan

dalam peti kayu/aluminium yang dirancang khusus, dan disusun

sedemikian rupa sehingga atas bawahnya jelas, serta kedalamannya

diperlihatkan dengan tanda-tanda yang ditulikan dengan spidol pada

penyekat antar inti. Waktu dilakukan pengamatan harus hati-hati untuk

menempatkan setiap conto dalam urutan, arah dan susunan yang sama

Batang inti yang akan dianalisa di laboratorium, seperti selang yang

termineralisasi inti batuan ini dibelah (split) menjadi 2 (1 dipakai untuk

essay, 1 untuk dokumentasi). Conto inti untuk analisa laboratorium harus

diambil dari inti yang telah dibelah ini. Penanganan conto inti ini harus

dijaga supaya tidak terkontaminasi, terutama yang diperuntukan assay

mineralisasi logam. Dalam hal batubara conto inti untuk dianalisa di

laboratorium harus segera dibungkus dengan kertas parafin yang kedap

16
udara, untuk menjada kelembaban aslinya (moiture content). Untuk setiap

conto yang akan dianalisa di laboratorium perlu dicatat kode nama/nomor

lubang bor dan kedalamannya

2.4 Penyimpanan Conto (Sample Storage)

Demikian pula tentang penyimpanan conto (sample) hasil pemboran,

diberi kolom-kolom sesuai dengan pengambilan sample sehingga kelak

bila diadakan pemerian ulang tidak akan terjadi kericuhan

Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat

penting, karena lumpur pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka

serbuk pengeboran tidak terangkat ke permukaan maka dapat

menyebabkan buntunya saluran pengeboran dan akhirnya dapat

menyebabkan terjepitnya pipa bor

b. Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses

pendinginan dan pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh

diabaikan sebab jika proses ini diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya

biit atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang bor, terlebih lagi

jika kita menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan

pelumasan yang tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan

bit

c. Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka

tekanan formasi dapat terkontrol dengan baik, oleh karena itu

17
perbandingan antara lumpur dengan air harus seimbang, lumpur tidak

boleh terlalu kental atau terlalu encer

d. Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor

yang baik dapat membantu penyanggan dinding sehingga keruntuhan

dinding dapat kita hindari

e. Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi

yang ada kita dapat membuat lumpur bor yang dapat mengering pada

dinding lubang bor sehingga dapat mengurangi longsor pada dinding bor

f. Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk

suspensi bila sirkulasi atau pemboran dihentikan sementara; pada proses

pengeboran jika terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan sirkulasi lumpur

terpaksa harus dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap serbuk bor

yang mengendap sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk

pengeboran dalam bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita

gunakan kurang baik kemungkinan material pemberat dan serbuk bor

mengendap cukup besar dan kemungkinan terjepitnya rangkaianpun

menjadi besar pula

g. Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung

oleh menara/rig; pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik,

misalnya lumpur bor yang digunakan terlalu encer hal ini akan

menyebabkan proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi

lumpur bor sebagai pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh

18
rig juga akan berkurang, oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus

benar-benar diperhatikan.

Deskripsi geoteknik inti bor biasanya bersamaan dengan kegiatan

sampling geoteknik. Kegiatan sampling bertujuan untuk mendapatkan

sampel tidak terganggu untuk kemudian diuji di laboratorium agar

diperoleh sifat fisik dan mekanik batuan utuh. Agar sampel yang diambil

dapat mewakili kondisi alamiahnya, maka harus diperhatikan prinsip-

prinsip sebagai berikut :

a. Sampel diambil pada kedalaman yang dapat mewakili kondisi batuan,

b. Pengeboran menggunakan triple tube core barrel,

c. Sampel tidak banyak kontak dengan udara luar selama packing di

lokasi pengeboran dan handling di laboratorium, sampel dikemas

sedemikian hingga, menjaga kondisi alamiahnya, dan terlindung dari

guncangan selama handling dan pengiriman ke laboratorium.

2.6 Core Barrel

Core barrel merupakan tabung conto inti/core yang dimasukkan

kedalam bor untuk menangkap dan menyimpan core selama pengeboran.

Tabung dilengkapi dengan alat penahan dan penjepit mencegah

jatuhnya core.

Tabung Penginti (Core Barrel) merupakan alat yang digunakan

untuk menangkap inti bor (core). Panjang tabung penginti (Core Barrel)

adalah 2,06 m dan berdiameter 5,2 cm. Pada bagian dalam tabung penginti

19
(core barrel) terdapat split tube yang panjangnya 1,6 m berfungsi untuk

mengunciinti bor (core).

Pengeboran pada setiap lokasi akan dilaksanakan dengan distribusi

dan kedalaman yang disesuaikan dengan kondisi geologi tekniknya. Tetapi

jika dibutuhkan pengeboran dapat dilakukan lebih dalam lagi bila terjadi

keraguan pengambilan sampel, misalnya terjadinya ketidakseragaman

jenis tanah. Pengambilan contoh inti pemboran dilakukan dengan peralatan

tabung penginti “single”, ”double” ataupun ”triple” core barrel, tergantung

kebutuhannya. Yang membedakannya adalah tabung pelapis luarnya saja,

contohnya pada pengambilan tanah, tanah pada bagian tengah core barrel

tidak akan terganggu (undisturbed) sedangkan pada bagian pinggiran core

barrelnya akan terjadi disturbed sample. Mata bor yang digunakan juga

tergantung pada kondisi tanah yang akan dibor. Untuk type soil akan

digunakan mata bor Tungsten atau Steel Bit dan untuk type batuan

digunakan Diamond Bit.

Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan

menggunakan alat tertentu, dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli

dari sampel didalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk

mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan

atau jalur-jalur mineralisasi. Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam

operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman

dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan

kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam

20
bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery)

dinyatakan dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang

sampel inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan panjang

bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya

jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai

indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung

inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel.

2.7 Jenis-Jenis Core Barrel

a. Single tube core barrel

Single tube core barrel merupakan jenis tabung core barrel single

yang menampung core sekaligus mengalirkan fluida atau lumpur dari atas

menuju bawah untuk membantu proses pemboran.

b.Double tube core barrel

Double tube core barrel merupakan jenis tabung core barrel yang

mempunyai 2 tabung, dimana tabung yang didalam berfungsi hanya untuk

menampung core hasil kegiatan pemboran, sedangkan fluida/lumpur untuk

kegiatan pemboran dialirkan melalui celah-celah antara tabung pertama

dan tabung kedua.

2.8 Penentuan Titik Bor

Proses Pemboran diawali dengan melakukan proses study

regional dimana didalamnya untuk mengetahui geologi struktur, stratigrafi

serta bagaimana geomorfologi yang ada didalamnya, setelah itu

21
dilakukan mapping yaitu proses pembuatan peta singkapan beserta struktur

geologinya, kemudian dilakukan planning pemboran didalamnya

mencakup penentuan titik, mengenai berapa jarak interval, kedalaman

yang harus dilakukan proses pemboran serta luasan wilayah yang akan

dilakukan pemboran. Setelah dilakukan planning dan telah ditentukan titik

yang akan dibor pada skema model maka dilakukan proses penentuan titik

bor dilapangan, kemudian melakukan survey layout dan ploting dilokasi

pemboran yaitu melakukan preparasi pemboran dimana proses ini

mencakup proses dilakukanya persiapan lokasi, yaitu dengan

pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air),  apabila daerah pemboran berada

di daerah lereng dan bergelombang maka dilakukan perataan tanah

sehingga daerah titik pemboran rata dan tidak mengganggu jalannya

proses pemboran dan juga termasuk keamanan/safety pada daerah tersebut

diperhatikan.

Setelah semua tahapan dan semua persiapan tempat pemboran

selesai maka alat-alat pengeboran dan alat pendukung lainya di setting di

tempat tersebut sehingga jalan pengeboran dapat berlangsung dengan

lancar,  setelah semua persiapan selesai maka sesuai dengan planning awal

apakah pemboran akan dilakukan dengan metode full

core/coring maupun open hole dan apakah pemboran dilakukan dengan

model miring atau vertikal

2.9 Cara Menentukan Titik Bor Yang Akan Ditentukan

22
Tahapan awal yang dilakukan oleh wellsite geologist dalam proses

pemboran adalah menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses

pemboran. Menentukan titik bor ini diintrusikan oleh wellsite

geologist kepada driller berdasarkan data peta topografi dan

datasurvey yang meliputi letak, nomor titik bor, dan elevasinya atas

persetujuan geoevaluator site.

Dalam penentuan titik bor terkadang terdapat ketidak sesuaian antara

data survei pada data topografi dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hal

tersebut, maka wellsite geologistdituntut untuk memperbaiki penentuan

titik bor tersebut. Apabila penentuan titik bor selesai, maka wellsite

geologist memberikan suratperintah dimulainya pengeboran. Kemudian

langkah-langkah dalam mencari titik koordinat titik bor antara lain :

a. Masukan seluruh data titik koordinat (titik bor) yang akan dicari.

b.Kemudian tentukan terlebih dahulu satu-persatu titik bor yang akan

dicari koordinatnya lokasinya.

c. Pada menu GPS klik waypoint titik bor yang akan dicari kemudian

pilih Go to.

d. Ikuti rute trackanak panah yang diperintahkan oleh GPS sampai tiba di

titik bor yang dituju.

e. Setelah sampai dititik bor tersebut maka GPS akan memberikan

isyarat bunyi sebagai tanda bahwa pada lokasi dicari atau klik mark.

f. Selanjutnya memberikan tanda yang sudah didapat dengan

menggunakan pita,hole name, tanggal/bulan/tahun, dan nama wellsitenya.

23
Setelah lokasi titik bor sudah dipasang, kemudian tinggal membuat

rencana untuk membuat akses moving menuju lokasi titik bor yang sudah

ditandai lokasi koordinatnya.

2.10 Strategi Penentuan Titik Bor

Adapun jarak antara lubang bor yang satu dengan yang lain telah

ditetapkan atau di plot oleh tim pengukuran dengan diberi tanda patok.

Proses aktifitas pengeboran pada awalnya dilakukan dengan jarak atau

spasi 500 m, kemudian bila hasilnya diharapkan ada maka spasinya lebih

diperkecil hingga 100 m. Pada jarak atau spasi 100 m ini, analisa kadar

dari hasil pemboran baik dilihat secara megaskopis atau uji laboraturium

terindikasi kadarnya tinggi maka dilanjutkan terus hingga pada spasi 12,5

m.

Temuan dilokasi, aktifitas pemboran yang dikerjakan baru pada jarak

atau spasi 50 m yaitu pada daerah transit, sedangkan pada lokasi mornopo

(MBT/Mining Blok Test) yang telah ditambang untuk perbandingan

analisis kadar hasil pemboran dengan kadar hasil penambangan awalnya

dikerjakan pemboran dengan spasi 12.5 m.

Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target atau

pengalaman sebelumnya terhadap endapan yang sejenis dari sejumlah

kegiatan pemboran dilokasi tersebut. Lokasi pemboran dan orientasi titik

bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama.

Apabila pemboran awal tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti

maka target lain harus dicoba dan masih dalam wilayah kontrak perusahan.

24
Suatu endapan paling tidak sudah didefinisikan arah kemenerusan dan

zona mineralisasinya. Spasi lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi

dan arah kemenerusan tipe. Pada rencana kerja pemboran yang dibuat,

telah ditentukan Blok-blok mana yang didahulukan untuk kegiatan

pemboran selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan hasil analisis kadar pada

pemboran spasi sebelumnya, sebagai contoh pada  Mornopo.

2.11 Pemboran Geotek Dibagi Dalam 2 Tipe Pemboran

Pemboran geotek dibagi dalam 2 tipe pemboran, yaitu :

a.       Pemboran Open Hole

Inti dari pemboran ini adalah untuk mengambil kualitas ore yang

akan diambil sampelnya. Pemboran ini juga hanya mengambil

lapisan ore tersebut, mengabaikan batuan lainnya. Teknisnya, sudah

diperkirakan ore misal berada di kedalaman 64 - 70 m, maka antara

0 – 62 m hanya akan diambil serbuk (lumpur) pemborannya. Lalu di

kedalaman 72 m berhenti coring.

b.      Pemboran Coring

Pemboran ini dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan/ketahanan

tanah di area tersebut, maka sampel yang diambil untuk keperluan

Lab Geotek atau Lab AMD. Pengeboran biasanya dilakukan sedalam

maksimal 100 m.

25
Titik pemboran Open Hole maupun Coring ini biasanya sudah

ditentukan oleh Geologist area tersebut, karena Goelogist lebih mengerti

kemana penyebaran urutan batuan tersebut.

2.12 Pengertian Logging

Logging merupakan suatu sistem perekaman data bawah permukaan

pada sumur yang sedang dibor atau sedang berproduksi guna menemukan

berbagai macam karakteristik formasi.

Proses loggingdilakukan pada saat pemboran sesaat sesudah pipa-

pipa pemboran dan mata bor ditarik ke permukaan. Pada alat yang sudah

disambung  meliputi alat gamma ray, alat resistivitas, alat densitas dan alat

netron yang lazim digunakan dalam pengambilan data bawah permukaan.

Sebelum disambung alat-alat tersebut dikalibrasi terlebih dahulu termasuk

alat-alat radioaktif diantaranya alat densitas, alat netron biasanya dikoreksi

terlebih dahulu pada radioaktif yang akan digunakan. Alat-alat ini

disambung dengan menggunakan penyambung khusus kemudian di

operasikandengan cara mengulurkan rantai khusus dari puncak menara ke

papan luncur kemudian disambung pada pangkal rangkaian alat-alat

logging yang akan di dioperasikan dan sekaliguspada pangkal rangkaian

alat-alat loggingtersebut disambung dengan kabel yang digulung pada

drum yang berasal dari dalam unit melalui sheave wheel.Pembacaan kabel

langsung direkam oleh system  yang dikendalikan langsung oleh engineer

26
logging Alat-alat ini kemudian ditarik perlahan-lahan yang dikendalikan

dari winch operation oleh operator.

Saat alat-alat logging diturunkan ke dalam lubang bor (log down),

system membaca seberapa panjang kabel yang  masuk ke dalam sumur.

Setiap satu kali putaran drum untuk melepaskan kabel adalah sedalam 2

kaki. Sesudah sampai pada dasar lubang bor, panjang kabel yang masuk

dibandingkan dengan catatan kedalaman lubang bor. Apabila kondisi

ujung alat lebih dangkal dari kedalaman pemboran berarti diperkirakan

terjadi caving.

Saat alat logging ditarik ke atas (log up) yang dikendalikan oleh

operator melalui winch operation  pada saat itu dimulai pembacaan

formasi oleh alat –alat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Hal ini

bertujuan agar bisa mengkontrol panjang kabel didalam lubang bor jika

alat tersangkut (stuck) karena kabel bersifat elastis. Pembacaan formasi

oleh alat-alat logging dilakukan sesuai dengan kedalaman yang

ditargetkan.

2.13 Jenis-Jenis Log Mekanik

2.14 Log Caliper

Caliper log adalah alat untuk mengukur diameter dan bentuk suatu

lubang bor. Alat ini memiliki 2, 4 atau lebih lengan yang dapat membuka

di dalam lubang bor. Pergerakan lengan-lengan ini pada lubang akan

diubah menjadi signal elektrik oleh potentiometer. Dalam sebuah lubang

bor, diameter bersifat heterogen dari atas hingga dasar karena adanya efek

27
tekanan dari lapisan batuan yang berbeda-beda akibat gaya tektonik.

Kondisi ini yang menjadikan perbedaan dalam jumlah lengan caliper. Pada

lubang yang lebih oval, dua lengan caliper akan saling mengunci pada

sumbu terpanjang dari oval, sehingga akan memberikan hasil diameter

yang lebih besar dibandingkan seharusnya. Akibatnya, diperlukan caliper

dengan lengan yang lebih banyak.

Hasil logging caliper diplot pada suatu track yang menggunakan

ukuran drilling bit sebagai perbandingan atau dengan menggambarkan

selisih hasil pembacaan caliper terhadap ukuran bit diameter. Pada grafik

logging, dapat ditemukan titik tertentu yang mengindikasikan volum dari

lubang bor. Informasi berguna dalam mengestimasi jumlah lumpur

pemboran di dalam lubang bor dan jumlah semen yang dibutuhkan untuk

casing lubang. Dalam memenuhi kebutuhan ini, terdapat perhitungan

matematis untuk memperolehnya.

Secara umum, caliper logging dapat digunakan untuk kebutuhan

sebagai berikut : (a) membantu interpretasi litologi bawah permukaan; (b)

indikator zona permeabilitas dan porositas akibat adanya mudcake; (c)

menghitung tebal mudcake; (d) menghitung volume lubang bor; (e)

menghitung kebutuhan semen untuk casing; (f) indikasi kualitas lubang

bor; dan (g) membantu menentukan formasi terkonsolidasi dan kedalaman

pemasangan casing, dan lain sebagainya.

2.15 Log Permeabilitas

28
Log yang digunakan untuk mengidentifikasi lapisan permeabel

adalah:

a.      Log Spontaneous Potential (SP)

Prinsip penggunaan log SP adalah untuk menghitung resistivitas air

formasi dan mengindikasikan permeabilitas. Ini bisa digunakan untuk

memperkirakan volume serpih, mengindikasikan fasies, beberapa hal yang

berkaitan dengan korelasi.

b.      Gamma Ray

Log GR merekam radioaktivitas alami formasi, radioaktiv tersebut adalah

uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K) yang hadir pada batuan. Ketiga

elemen ini selalu memancarkan GR. GR memiliki kemampuan penetrasi

beberapa inchi ke dalam batuan.

Photon cahaya ini menumbuk sebuah photocathode (caesium antimony/silver

magnesium) setiap photon menumbuk photoncathodemelepaskan sejumlah

elektron. Selanjutnya diperkuat oleh medan listrik, sehingga menimbulkan arus

kecil yang dilewatkan resistor sehingga menimbulkan pulsa tegangan.

Log GR diskalakan dalam API unit (APIU). 1 (satu) APIU adalah 1/200

merupakan respon dari hasil kalibrasi standar.

2.16 Log Resistivitas

Log Resistivitas adalah metoda untuk mengukur sifat batuan dan

fluida pori (baca: minyak, gas dan air) disepanjang lubang bor dengan

mengukur sifat tahanan kelistrikannya.

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan

29
biasanya dibuat dalam skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai

dengan 2000 Ohm Meter.

Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan,

fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu.

Log resistivitas digunakan untuk :

a.       Menentukan resistivitas formasi yang sebenarnya untuk

menghitungsaturasi air (kandungan air).

b.      Membedakan daerah air garam dan minyak.

c.       Estimasi diameter invasi

d.      Korelasi formasi

Metode alat resistivitas ini dibagi 2 (dua):

a.   Alat konduktivitas / alat Induksi

Alat ini dioperasikan dengan mempertahankan tegangan konstan dan arus

yang berubah berbanding lurus dengan sifat konduktivitas formasi.

b.   Alat resitivitas / laterallog (modifikasi alat resistivitas menjadi alat

power)

Alat ini dioperasikan dengan mempertahankan arus selalu konstan, dengan

tegangan yang berubah berbanding lurus dengan sifat resistivitas formasi.

Cara kerja

Mengalirkan arus dari elektroda  (pada alat) ke formasi dan diterima

kembali ke permukaan.Untuk mengukur deep dan shallow laterolog dari

30
elektroda yang sama digunakan frekuensi yang berbeda. (35 Hz deep dan

280 Hz shallow).

Berdasarkan radius investigasi, zona pengukuran resistivitas dapat

dikelompokkan sebagai berikut : (Gambar 3.1)

a.   Flushed zone      :  1 -6 in, diukur dengan tool MLL, SFL, MSFL

b.   Shallow zone     :   0.5 – 1.5 ft, diukur dengan tool LLS

c.   Medium zone     :   1.5 - 3 ft, diukur dengan tool ILM dan LLM

d.   Deep zone          :  lebih dari 3 ft, diukur dengan tool ILD daan LLD

Gambar.Sayatan suatu lubang bor yang menunjukkan zona terusir,

zona peralihan dan zona tidak terusir serta sejumlah parameter petrofisik

yang penting (Schlumberger, 1985/1986)

2.17 Log Porositas

Porositas merupakan variabel ketiga yang harus diketahui untuk

menentukan harga saturasi air (Sw). Pengukuran porositas dilakukan

dengan berbagai macam log, yaitu:

a.      Log densitas

Prinsip kerja log ini adalah alat densitas menggunakan cesium sebagai

sumber radioaktif, sehingga memancarkan sinar radioaktif secara terus

menerus. Cesium ini diletakkan di padyang dibungkus dengan logam berat

sehingga pancaran radioaktif hanya ke arah tertentu, yaitu ke formasi.

31
Sebagian besar radioaktif diserap oleh formasi, sebagian dipantulkan ke

detector dan dihitung. Formasi yang padat menyerap banyak gamma

ray, sehingga pada formasi yang padat, detector hanya menhasilkan

hitungan yang sedikit.

b.       Log Sonic

Tool Sonic mengukur beda waktu kedatangan (dalam sec/ft) antara

kecepatan gelombang suara

padatransmitter dengan recerveir. Pada transmitter pulsa listrik dirubah ke

mekanik (berbunyi “clicks”). Untuk menghasilkan

gelombang compressionaldi dalam kolom mud.Untuk standar

monopol sonic source, gelombang ini menyebar ke segala arah dengan

sama rata. Ketika gelombang mencapai dinding, ada yang dipantul dan ada

yang dirambatkan yang berupa gelombang compressional dan shear.

Gelombang yang dirambat ini akhirnya kembali ke receiver dan

diubah menjadi pulsa listrik lagi.

2.18 Pola-Pola Log (Log Patterns)

Pola-pola log biasanya menunjukan energi pengendapan yang berubah, yaitu

berkisar antara dari energi tinggi (batupasir) sampai rendah (serpih).

a.    Coarsening upward atau Funnel shape

      Adalah bentuk corong yang menunjukkan energi pengendapan yang bertambah

ke arah atas.

b.    Blocky Pattern atau Cylinder Shape

32
      Adalah bentuk silinder yang secara tidak langsung menunjukkan energi yang

relatif  konstan selama pengendapan yang kontinyu.

c.   Fining upward atau Bell shape

      Adalah bentuk bel atau lonceng yang menunjukkan energi pengendapan yang

berkurang ke arah atas.

d.    Crescentic Pattern

      Adalah pola log berbentuk bulan sabit yang pada mulanya

menunjukkan coarsening upward yang diikuti finning upward.

Gambar 4.2.  Bentuk kurva wireline log (Pettijohn, Potter, and Seiver 1987)

33
2.19 Dasar Teori Petrofisik

Perhitungan petrofisik disesuaikan dengan kondisi formasi pada daerah telitian.

Dalam penelitian ini digunakan metode Indonesia equationdalam

Asquith  and Gibson (1982).dengan asumsi bahwa untuk Indonesia

equation akan lebih tepat digunakan untuk formasi shaly sand.Hal ini

disebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian metode Indonesia

equationberasal dari Indonesia.

a.       Koreksi gamma ray

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung nilai t. dengan

menggunakan rumus dari Schlumberger (1991).

b.      Perhitungan volume serpih (V shale)

Manghitung indeks gamma ray          

Indeks gamma ray dihitung dengan menggunakan rumus dari Asquith and Gibson

(1999).

34
               

                                                    

                                                   

Volume serpih dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan

Asquith and Gibson (1999).

     Untuk Batuan-batuan yang tidak terkonsolidasi dihitung sebagai berikut : Vsh

= 0.083 (2(3.7 x GR) – 1.0)

c.       Interpretasi log porositas

         Menghitung porositas netron

 Koreksi netron terhadap lingkungan

 Koreksi netron terhadap serpih (shale)

Koreksi netron terhadap kandungan serpih dapat dihitung dengan rumus dari

Harsono (1994).

 Menghitung Porositas netron sesungguhnya, menggunakan rumus :

35
         Menghitung porositas dari log densitas

 Koreksi lingkungan

  Koreksi terhadap kandungan serpih

 Menentukan porositas densitas sebenarnya

Menentukan porositas densitas menggunakan rumus berdasarkan

AsquithandGibson (1982).

         Menghitung porositas dari porositas netron dan porositas densitas.

36
d.      Perhitungan saturasi air (Sw)

Menghitung Sw mengguna rumur Archie untuk formasi yang clean sand.

e.       Perhitungan Cadangan Hidrokarbon

Untuk perhitungan cadangan volumetrik data-data yang digunakan dalam

perhitungan besarnya cadangan dengan metode ini adalah  porositas, kejenuhan

air, ketebalan lapisan batuan reservoir, luas batuan reservoir, formation volume

factor (FVF).

Untuk menghitung cadangan dengan metode volumetrik ada tiga cara untuk

menghitung Volume batuanreservoir yang mengandung fluida hidrokarbon dari

peta net oil pay, yaitu metodetrapezional. Setelah didapatkan Volume, maka

selanjutnya menghitung original oil in place (OOIP).

37
Dimana :

N         =    volume cadangan awal hidrokarbon (STB)

7758        =    faktor konversi dari acre feet ke barrel

Boi      =    formation volume factor (STB/ bbls)

5. METODOLOGI PENELITIAN

a. Lokasi Penelitian

PT. Trubaindo Coal Mining Menempati areal seluas ± 329 ha

untuk jalan angkut batubara, jembatan, dan lokasi pelabuhan beserta

seluruh fasilitasnya yang berada dalam wilayah administratif

Kecamatan Damai, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan

Melak.Seluruhnya berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat,

Provinsi Kalimantan Timur.

Lokasi PT. Trubaindo Coal Mining berbatasan dengan lima

Kecamatan denganbatas-batas sebagai berikut :

1) Bagian selatan berbatasandengan Kampung Jelmu Sibak.

2) Bagian barat berbatasan dengan HPH PT. Timerdana, HPH PT.

Dayak Besar Vincent, HPH PT. Harianti Timber, HPH PT.

Hamparan Meredian, dan Sungai Perak.

3) Bagian timur berbatasan denganKampung Muara Kedang dan

Kampung Ponak.

38
4) Bagian utaraberbatasan dengan Kampung Dempar, Bunyut dan

Muara Pahu.

Letak geografis lokasi kuasa pertambanganPT. Trubaindo Coal

Mining(BANPU) berada pada 0º 27’ 44’’ LS – 0º 51’ 41’’ LS dan

115º 30’ 00’’ BT – 115º 51’ 41’’ BT.

Gambar 1 Peta lokasi PT. Trubaindo Coal Mining Skala 1 : 20.000.000

Sumber : PT. TCM, 2005

39
b. Kesampaian Daerah Penelitian

Untuk sampai ke area kerja PT. Trubaindo Coal Mining dapat

ditempuhmelalui tiga cara, yakni menggunakan perjalanan sungai,

darat dan udara.

1) Dari Balikpapan, dapat ditempuh dengan bus atau mobil menuju

Samarinda, dari Samarinda dapat di tempuh melalui jalan sungai di

menyusui sungai Mahakam. Selanjutnya berhenti di dermaga

Kecamatan Melak. Waktu yang diperlukan untuk mencapai

dermaga Melak dari Samarinda selama ±18 jam. Selanjutnya dari

Kecamatan Melak menuju lokasi tambang, memerlukan waktu ±2

jam dengan menggunakan mobil.

2) Jalur udara menggunakan pesawat jurusan Balikpapan – Melak

dapat ditempuh ± 1jam. Kemudian perjalanan kedua jalur tersebut

dilanjutkan dari Melak menuju Adong selama ± 1,5 – 2 jam.

Sedangkan melalui jalur darat dapat menggunakan mobil atau bus

langsung dari Balikpapan menuju Adong dengan waktu ± 7 – 9 jam.

c. Geomorfologi

Secara fisiografi pulau Kalimantan bagian timur termasuk

dalam mandala Meratus sampai Samarinda dengan arah sumbu selatan

– barat daya hingga utara – timur laut (Van Bemmelen, 1949). Dibagian

selatan dibatasi oleh laut Jawa dan di utara oleh pegunungan

Mangkaliat. Mandala ini dibagi dalam dua satuan, yaitu :

a. Punggungan Meratus di selatan

40
b. Antikinorium Samarinda utara.

Dari barat ke timur cekungan Kutai dibagi menjadi tiga zona

geomorfologi yang memanjang dari utara ke selatan. Zona-zona itu

terdiri dari :

a. Bagian barat adalah tinggian Kutai

b. Bagian tengah antiklinorium Samarinda

c. Bagian timur adalah kompleks antiklinorium delta Mahakam.

Topografi yang pada kondisi yang bergelombang sampai

berbukit terjal, merupakan faktor pembatas didalam pelaksanaan

rehabilitasi lahan, terutama pengaruh erosi. Dengan tingkat kemiringan

lahan yang tinggi, ditambah kondisi permukaan tanah yang terbuka dan

lapisan permukaan adalah lapisan bahan induk, dimana persen

porositas jauh lebih kecil bisa dibandingkan dengan solum tanah,

apabila datang hujan lebat maka akan terjadi erosi limpasan permukaan

yang sangat cepat dan besar.

Daerah morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga

satuan, yaitu :

a.Satuan morfologi daratan

b. Satuan morfologi perbukitan bergelombang

c.Satuan morfologi perbukitan agak curam

Satuan morfologi dataran meliputi 50% yang menempati

daerah penelitian dan terletak disepanjang sungai Muara Lawa yang

membelah daerah penelitian dari utara ke selatan.

41
Satuan morfologi perbukitan bergelombang meliputi 20% yang

menempati di bagian barat daerah penelitian dan kemiringan lereng

yang landai. Dan satuan morfologi perbukitan agak curam meliputi

30% menempati bagian timur daerah penelitian, membentuk

punggungan berarah utara – selatan daerah penelitian dan membentuk

lembah seperti huruf “V”.

d. Struktur Geologi Regional

Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Cekungan

Kutai yang terbentuk pada lingkungan pengedapan delta yang merupakan

proses akumulasi pada muara sungai yang dapat terjadi di pantai

maupun di danau dimana Cekungan Kutai diawali dengan pola

sendimentasi Transgresi laut dari timur-barat yang berlangsung sejak

eosin-oligosen. Cekungan kutai mempunyai pola umum struktur lipatan-

lipatan berupa antiklin dan sinklin.Evaluasi struktur cekungan kutai

dimulai pada cekungan kutai pada kala Oligosen akhir yang ditandai

dengan adanya orogen Kuching yang membentuk lipatan-lipatan dari

pada cekungan Kutai.Lipatan-lipatan ini tersebar dari pegunungan

Meratus hingga semenanjung Mangkaliat. BATES (1996) OTT (1987)

mengemukakan bahwa penganggkatan tinggian Kuching berhubungan

langsung dengan gaya-gaya kompresi barat laut – tenggara, hasil dari

subduksi di Laut Cina Selatan.Akibat pengangkatan ini menyebabkan

terjadinya lipatan kompresi berumur Miosen pada cekungan Kutai

sebelah barat. Pengangkatan di tinggian Kuching yang terus berlangsung

42
kurangnya stabilitas gaya berat pada lereng yang miring kearah timur di

cekungan bagian tengah, sehingga, cekungan bagian barat tetap stabil

akibat ketidakstabilan dan adanya fluida lempung pada batuan dasar

cekungan menyebabkan terjadinya pelengseran yang cepat, yang

merupakan faktor penting dalam pembentukan antiklinorium Samarinda.

Saat terjadinya pelengseran kearah timur ini terjadi daya tahan gravitasi

pada saat naik melawan kedudukan batuan dasar dari cekungan bagian

timur yang miring kearah barat.

Akibat gerak dari lengseran kearah timur, maka tampak intensitas

dan kompeksitas perkembangan struktur secara umum semakin

berkurang, oleh karena itu besar kemiringan batuan kearah timur

cekungan Kutai semakin berkurang.

e. Struktur Daerah Telitian

Struktur utama pada area konsesiPT. Trubaindo Coal Mining

didominasi oleh lipatan yang berhubungan dengan sesar geser utama.Dua

sinklin utama memisahkan formasi pembawa batubara ke dalam dua area

utama yaitu North Block dan South Block.

a. Lokasi Blok Utara (North Block)

Terletak di sepanjangsinklin Dingin dengandip 10o-15oke arah

utara sepanjang sayap sinklin dengan dip15o-20o.

Deposit batubara tersebarsepanjang strike ke utara dan barat dari studi

area cadangan.

b. Lokasi Blok Selatan (South Block)

43
Berada di sinklin Perak yang meloncat dari arah utarake selatan batas

konsesi PT. Trubaindo Coal Mining dengan PT. Bharinto

Ekatama.Sinklin Perak merupakan struktur sinklin penuh dengan

poros terbentang sepanjang arah Northeast-Southwest.

Seambatubara berada di puncak sinklin dan pada kedua sayapnya. Di

area puncak sinklin, yaitu Dayak Besar sayap sinklin bagian selatan

memiliki dipyang lebih rendah dibandingkan dengan sayap sinklin

bagian utara. Sayap sinklin selatan meliputi area Nage yang meluas

dari arah Dayak Besar, kemudian berlanjut ke area Biangan lebih ke

selatan.

Sayap sinklin selatan memiliki kecuraman dengan sudut dip yang

ekstrim dari seam batubara (50o-75o). Sudut dip dari South Block Area

sangat landai, yaitu 8o-10o, pada bagian dekat puncak sinklin

kemudian secara perlahan-lahan menjadi dip yang lebih curam ke

kedua sayap sinklin. 25o-30okecuraman dip ditunjukkan di batas kedua

sayap sinklin.

f. Topografi

Topografi tambang PT. Trubaindo Coal Mining sangat

bervariasi.Ada yang berupa cekungan – cekungan, daratan landai,

perbukitan-perbukitan kecil yang relatif landai, serta perbukitan

besar.Ketinggian topografi daerahnya relatif bervariasi yang berkisar

antara 15 - 120 m di atas permukaan air laut.Di daerah cekungan-

cekungan banyak ditemui aliran sungai yang menuju ke arah Utara.

44
g. Statigrafi Regional

Sedimentasi di cekungan Kutai telah diendapkan sejak awal

Tersier dan mengisi cekungan terus menerus dari barat ke arah timur.

Ketebalan sedimen paling maksimum (pusat pengendapan)

mengalami perpindahan ke arah timur secara menerus menurut waktu

dan ketebalan maksimum dari sedimen pada akhir sedimen pada

akhir Miosen hingga Recent terletak ada bagian lepas pantai dari

cekungan (Billman dan Kartaadipura, 1974) paket sedimen terbentuk

pada sebuah seri pengendapan. Pengendapan ini berkembang menjadi

group dari formasi pada regresi laut ke arah timur.

Urutan regresif di cekungan Kutai mengandung lapian-lapisan

klastik deltaik hingga paralik mengandung banyak lapisan-lapisan

batubara dan lignit, sehingga merupakan kompleks delta yang terdiri

dari siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan

paparan delta (delta plain) yang terdiri dari endapan rawa (marsh),

endapan alur sungai (channel), point bar, tanggul-tanggul sungai

(natural levees) dan creavase splay. Ditempat yang lebih dalam

diendapkan sedimen laut diatas endapan paparan delta.Disusul

adanya regresi dan sedimen paparan delta diendapkan kembali diatas

endapan delta front dan pro delta.Siklus-siklus endapan delta ini

terlihat jelas di cekungan Kutai dari Eosen sampai Tersier Muda

progradasi dari barat ke timur.

45
Menurut Samuel dan Muchsin (1975), "tektonik cekungan

kutai terpisah dari cekungan Tarakan oleh punggungan Mangkaliat

dibagian utara, dibagian barat dibatasi oleh tinggian Kuching

berumur Pra-Tersier yang merupakan inti dari benua

Kalimantan".Cekungan ini terpisah dari cekungan Barito di bagian

selatan oleh punggungan Paternoster.Di bagian timur, cekungan ini

terbuka sampai selat Makassar dimana sedimen-sedimen ter-

transport dan diendapkan.Adanya gerakan pemisahan dari

Kalimantan dan Sulawesi pada akhir Kapur hingga Paleogen Awal

menyebabkan terbentuknya cekungan Kutai.Cekungan Kutai pada

kala Eosen Awal – Oligosen Awal diendapkan satu sikuen transgresif

selanjutnya mulai kala Oligosen Akhir pengendapan berkembang ke

timur dan secara umum dalam fase regresif.

Berdasarkan penelitian, geologi daerah telitian termasuk

formasi pamaluan yang didominasi oleh batupsair. Batuannya terdiri

atas perselingan batu lempung serpihan, batupasir kuarsa sangat halus

mengandung muskovit berstruktur silang siur dan laminasi sejajar

dan oksida besi, batulanau dan serpih lempungan, bersisipan batubara

tebal.

Formasi dari yang termuda hingga yang tertua adalah sebagai

berikut :

a. Alluvial

46
Ciri litologi yang ada yaitu pasir lumpur, kerikil, dan kerakal.

Lapisan ini berumur Pliose –Holosen dengan lingkungan

pengedapan fluvial lacustrine yang terletak diatas Formasi

Kampung Baru.

b. Formasi Kampung Baru

Ciri litologi batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih,

batulanau dan lignit.Singkapan sangat jarang karena tertutup oleh

soil, formasi ini diendapkan dilingkungan delta, pada kala Miosen

Akhir – Plistosen.

c. Formasi Balikpapan

Ciri litologi batupasir kuarsa dan batu lempungdengan sisipan

batu lanau, serpih dan batubara.Pada batuan batupasir kuarsa ini

berkembang sikuen menghalus keatas dari batu pasir

konglomeratan, batu pasir halus berubah menjadi

batulempung.Batulempung diatasnya secaraumum lanauan

dengan batas tegas.Kadang-kadang pada bagian atas sikuen

terendapkan batubara.Formasi ini diendapkan dilingkungan delta,

pada kala Miosen Tengah – Miosen Akhir.

d. Formasi Pulau Balang

Ciri litologi terdiri dari batupasir (greywacke), batupasir kuarsa,

batugamping, batulempung dengan sisipan batubara. Formasi ini

dapat dibedakan dari formasi lainnya karena perlapisannya sangat

bagus dan relatif lebih resisten terhadap pelapukan dibandingkan

47
formasi-formasi lain. Formasi ini diendapkan dilingkungan delta,

pada kala Miosen Awal – Miosen Tengah.

e. Formasi Bebuluh

Ciri litologi terdiri dari batugamping dengan sisipan batugamping

pasiran dan serpih. Kandungan foraminifera besar yang dijumpai

pada batugamping menunjukkan umur Miosen Awal hingga

Bawah Tengah dilingkungan neritik. Diatas batugamping Formasi

Bebuluh diendapkan Formasi Pulaubalang.

f. Formasi Pamaluan

Ciri litologi terdiri dari batupasir dengan sisipan batulempung,

serpih, batubara,batugamping dan batulanau.Diendapkan pada

kala Miosen Awal hingga Bawah Tengah (N5 – N6) dilingkungan

neritik, Formasi Pamaluan tersingkap pada daerah yang luas,

menempati daerah topografi rendah.Dari litologi penyusun

Formasi Pamaluan terlihat bahwa bagian bawah Formasi ini

dalam lingkungan delta plain dengan terdapatnya

batubara.Kemudian terjadi transgresi lingkungan berubah

menjadi pantai dengan diendapkan pasir pantai dan kemudiaan

laut dangkal dengan diendapkan batugamping Formasi

Bebuluh.Formasi Pamaluan mempunyai hubungan menjari

dengan Formasi Bebuluh.

48
49
Gambar 2 Peta Geology PT. Trubaindo

50
Sumber : Mine GeologyDept. PT. Trubaindo Coal Mining

51
Gambar 3 Starigrafi Umum PT. Trubaindo Coal Mining

Sumber : Mine Geology Dept. PT. Trubaindo Coal Mining

52
h. Iklim dan Curah Hujan

Lokasi PT. Trubaindo Coal Mining memiliki iklim tropis dengan

musim hujan dan musim kemarau saling bergantian sepanjang

tahun.Suhu rata-rata maksimum berkisar antara 310C – 330C dengan

suhu minimum rata-rata230C – 240C.Temperatur udara rata-rata ini

berbanding lurus dengan penyinaran matahari, dimana penyinaran

matahari dan kelembaban udara merupakan unsur iklim yang

berpengaruh terhadap curah hujan. Rata-rata curah hujan bulanan tahun

2003 sampai dengan tahun 2013 adalah 2.912 mm dengan curah hujan

tertinggi pada bulan April tahun 2007 yaitu 837 mm dan curah hujan

terendah pada bulan Juni dan Juli tahun 2004sebesar 0 mm.

Tabel 5 Data Curah Hujan di PT. TCM Tahun 2003 – 2013

53
Sumber :MinePlanDept. PT.Trubaindo Coal Mining

54
900
800
700
600
2003
Curah Hujan

500
2004
400 2005
2006
300 2007
200
100
-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

a. Grafik Data Curah Hujan di PT. TCM Tahun 2003 – 2007

600

500

400
2008
Curah Hujan

2009
300 2010
2011
2012
200
2013

100

-
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

b. Grafik Data Curah Hujan di PT. TCM Tahun 2008- 2013

55
Gambar 4 Grafik Curah Hujan di PT. TCMTahun 2003 – 2013

Sumber : Mine Plan Dept. PT. Trubaindo

i. Jenis Data Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian

a. Data Primer, mencakup pengamatan langsung dan mengukuti kegiatan

pengelolaan air asam tambang.

b. Data sekunder, mencakup data-data curah hujan, serta literature lainnya

yang dirasa perlu.

j. Teknik Pengambilan Data

Dalam melaksanakan penelitian ini, dilakukan pengambilan data

primer dimana pada penambilan data tersebut dilakukan langsung

dilapangan melalui proses pengamatan langsung dan mengikuti kegiatan

pengelolaan air asam tambang. Dan pengambilan data sekunder mencakup

data-data dan literature yang berhubungan dengan penelitian

56
k. Kerangka Konseptual

Mulai

Orientasi Lapangan

Studi Literatur

Pengambilan Sampel

Pengujian ditinjau dari

Parameter Kimia Parameter Fisika

Pengolahan Data

Analisis Perhitungan Hasil Pengujian Laboratorium


yang dirujuk kepada Peraturan Pemerintah No. 02
tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran lingkungan

Kesimpulan

Selesai

l. Teknik Analisis Data

57
Berdasarkan jenis data yang diperoleh maka teknik analisis data

menggunakan data kuantitatif, yaitu dengan mengolah kemudian di

sajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk mempersentasikan hasil

perolahan data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik

deskriptif dan persentasi. Menurut Sugiyono (2012:13): “Data kuantitatif

merupakan suatu karakteristik dari suatu variabel yang nilai-nilainya

dinyatakan dalam bentuk numerical.”

m. Perencanaan Sistem Pengelolaan Air Asam Tambang

Dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari kegiatan

pertambangan (aspek biogeofisik), Dampak terhadap badan air:

a. Kuantitas – misalnya turunnya muka air tanah atau debit sungai

b. Kualitas – baik secara fisik (misalnya meningkatnya kekeruhan)

maupun

secara kimia (meningkatnya konsentrasi unsur/senyawa berbahaya bagi

biota atau manusia)

a. Dampak terhadap lahan – karena kegiatan penggalian dan penimbunan

b. Dampak terhadap udara – menurunnya kualitas udara karena debu

c. Dampak terhadap biota (karena pembersihan lahan)

d. Salah satu dampak yang sangat penting adalah dampak terhadap badan

air, terutama dari aspek kualitas air.

58
Menurut Rudi Sayoga Gautama (2012) Air asam tambang – AAT

(acid mine drainage - AMD atau air asam batuan – acid rock drainage -

ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi dan

sering ditandai dengan nilai Ph yang rendah di bawah 5) sebagai hasil dari

oksidasi mineral sulfide yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara

dengan kehadiran air.

Kegiatan penambangan, yang kegiatan utamanya adalah penggalian,

mempercepat proses pembentukan AAT karena mengakibatkan terpajannya

mineral sulfida ke udara, air dan mikroorganisme.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota

perairan, baik secara langsung karena tingkat keasaman yang tinggi

maupun karena peningkatan kandungan logam di dalam air (air yang

bersifat asam mudah melarutkan logam-logam).

Risiko yang dihadapi oleh pertambangan terhadap AAT tidak saja

pada masa operasi tetapi yang lebih penting adalah pada masa

pascatambang. Jika mengacu pada Undang-undang No. 4 tahun 2009

tentang pertambangan mineral dan batubara serta Undang-undang No.

32tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

pelaku usaha pertambangan harus bertanggung jawab terhadap berbagai

dampak lingkungan yang ditimbulkannya.

59
Gambar 7 Air Asam Tambang Pasca Penambangan, Sumber Penulis

Bila terjadi kasus AAT pada pascatambang, bisa membuat pelaku

usaha pertambangan bertanggungjawab selamanya atau harus

mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk melakukan penggalian dan

penimbunan kembali (re-mining).

Pencegahan terbentuknya AAT lebih baik dari pada mengolahnya

(prevention is better than treatment) karena:

a. Lebih andal untuk jangka panjang

b. Meminimalkan risiko

Langkah pertama dari pencegahan – identifikasi batuan yang

berpotensi membentuk asam dan yang tidak berpotensi membentuk asam –

“karakterisasi”. Dengan mengetahui sebaran jenis-jenis batuan berdasarkan

karakteristiknya dalam pembentukan AAT – dapat disusun perencanaan

pencegahan yang baik. Hal ini perlu dilakukan sejak tahap eksplorasi,

perencanaan & perancangan, konstruksi, penambangan, dan pascatambang.

60
Seperti yang telah disampaikan di bagian awal, bahwa sekali AAT sudah

terbangkitkan akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Prinsip utama pengelolaan AAT → sedapat mungkin mencegah

terbentuknya AAT sebagai upaya preventif Tetapi pada kenyataannya

pada kegiatan penambangan terbuka hal tersebut tidak dapat mencegah

secara total terjadinya AAT yang terbentuk di dalam pit (baik di dinding

atau pit wall maupun di dasar atau pit floor) tidak akan mungkin dicegah –

perlu ditangani (mitigasi).

Upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah terbentuknya AAT di

daerah penimbunan batuan penutup – rencana pengelolaan overburden

(overburden management plan).

Prinsip dasar pencegahan pencemaran adalah menerapkan suatu proses

perencanaan dan perancangan untuk mencegah, menahan, atau

menghentikan proses-proses hidrologi, kimia, mikrobiologi, atau

termodinamika yang menyebabkan pencemaran pada lingkungan

perairan,pada atau sedekat mungkin dengan lokasi dimana terjadinya

penurunan kualitas air (reduksi pada sumber) atau menerapkan upaya-

upaya fisik untuk mencegah atau menahan transpor dari kontaminan ke

badan air (antara lain dengan recycling, pengolahan/treatment dan/atau

mengamankan timbunan).

Melalui upaya segregasi dapat dipisahkan antara material PAF dan

NAF Metode yang umum diterapkan dalam penimbunan overburden

61
adalah encapsulation dan layering. Encapsulation dan layering adalah

menempatkan material PAF dan NAF sedemikian untuk menghindari

terjadinya pembentukan AAT (mencegah oksidasi mineral sulfida dan/atau

aliran air)

Gambar 5 Metode Penanganan Pemisahan PAF dan NAF, Sumber

Pengelolaan Air Asam Tambang Oleh Prof. Dr. Rudy Sayoga Gautama

Pengolahan AAT diperlukan untuk agar memenuhi baku mutu lingkungan

sebelum dilepaskan ke badan perairan alami. Walaupun metode pencegahan telah

dilakukan dengan baik, pembentukan air asam tambang yang telah terjadi perlu

dilakukan pengelolaan.

Pengolahan AAT dapat digolongkan menjadi:

a. Pengolahan aktif (active treatment)

b. Pengolahan pasif (passive treatment)

c. Pengolahan ditempat (in situ treatment)

62
Pengolahan aktif adalah dengan melakukan pemberian kapur pada

kompartemen disetiap settling pond yang tersedia pada lokasi penambangan.

63
Gambar 6 Desain dan Proses Pengolahan Air Limbah di Kolam

Pengendapan (Settling pond), Sumber PT. Trubaindo Coal Mining

Gambar 7 Instalasi Pemberian Kapur, Sumber Penulis

Pengolahan air asam tambang secara pasig merupakan proses pengolahan

yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau perawatan oleh manusia secara

regular. Suatu sistem pengolahan air yang memanfaatkan sumber energi yang

tersedia secara alami seperti gradien topografi, energy metabolisme mikroba,

64
fotosintesis dan energy kimia dan membutuhkan perawatan secara reguler tetapi

jarang untuk beroperasi sepanjang umur rancangannya (Pulles et al, 2004, dalam

GARD Guide, 2009).

Gambar 7 Pemantauan Harian Pada Titik Penaatan Untuk Mamantau Air

Asam Tambang, Sumber Penulis

65
6. JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada tanggal 24

Juni 2014 sampai 24 Agustus 2014, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

Waktu Pelaksanaan Minggu Ke-


No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
               
1 Orientasi Lapangan
Pengumpulan Referensi dan                
2
Data
               
3 Pengolahan Data
               
4 Konsultasi dan Bimbingan
Penyusunan dan Pengumpulan                
5
Draft Laporan

66
Daftar Pustaka

H. Sumantri, Dr. Arif, S.K.M., M.Kes. 2010, Kesehatan Lingkungan. Kencana

Prenada Media Group. Jakarta

Peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 2 tahun 2011 yang mengatur tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya

Mineral. 2010. Manajemen Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah. Bandung

Nama, Bp. 2011. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Pertambangan. Padang :

Universitas Negeri Padang. Tidak dipublikasikan.

http://www.geologi.ft.undip.ac.id/index.php/berita/tesis-dan-jurnal/1254-air-asam-

tambang-produk-penambangan-batubara-serta-penanganannya.html

67
http://green.kompasiana.com/limbah/2010/07/20/bahaya-air-asam-tambang

http://miner-padang.blogspot.com/2011/12/air-asam-tambang.html

https://ilmulingkunganuns.files.wordpress.com/2012/09/3-air-asam-tambang-prof-

rudy-sayoga.pdf

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Analisis Kualitas Air Pada Daerah Tambang Batubara PT. Trubaindo Coal

Mining Kecamatan Muara Lawa Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan

Timur

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

68
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Teknik Pertambangan

Oleh :

NURUL FIERASELLA HARMADANI

BP. 2011/1102410

Konsentrasi : Pertambangan Umum

Program Studi : S1 Teknik Pertambangan

Jurusan : Teknik Pertambangan

69
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PADANG

2015

IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN

TUGAS AKHIR MAHASISWA

I. Judul : Analisis Kualitas Air Pada Daerah Tambang Batubarra

PT. Trubaindo Coal Mining Kecamatan Muara Lawa

Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur

II. Pengusul

Nama / NIM : Nurul Fierasella Harmadani 2011 / 1102410

Semester : VIII (Delapan)

Fakultas / Jurusan : Teknik / Pertambangan

Institusi : Universitas Negeri Padang

III. Lokasi Keja Praktek : PT. Trubaindo Coal Mining, Kalimantan Timur

70
Padang, 17 Januari 2015

Pengusul 1

Nurul Fierasella Harmadani

1102410/2011

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Jurusan Teknik Pertambangan a.n Pimpinan Perusahaan

Drs. Bambang Heriyadi, MT

NIP.19641114 1989103 1 002

71

Anda mungkin juga menyukai