Oleh :
Fidelis Dyaskara
Khoirunnisah
Randy Rizki Kurniawan
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam proses perhitungan sumberdaya di
Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, milik Koperasi
Kodap Sirkah Jaya yaitu dengan melakukan pengamatan di lapangan, sedangkan
metode penaksiran cadangan digunakan metode Block Model. Tahapan-tahapan
dalam metode penelitian sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Persiapan dengan pengumpulan data - data sekunder yang telah ada, mencari
bahan– bahan pustaka yang menunjang dan berkaitan dengan perhitungan sumber
daya tambang, serta mempersiapkan peralatan untuk di lapangan. Pengamatan di
lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi -
kondisi di lapangan seperti singkapan Endapan Alluvium serta Andesit dan
pengecekan ulang terhadap data sekunder untuk lebih meyakinkan penyebaran
Endapan Pasir.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer berupa pengukuran nilai tahanan jenis atau
resistivitas masing – masing batuan dengan pendekatan Geofisika, metode
Geolistrik. Adanya sumber arus listrik (I) yang di injeksikan ke dalam bumi.
Respon yang diberikan bumi kemudian diterima dalam bentuk potensial listrik
(V).
3. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan peta topografi, pengeplotan data primer
atau data lapangan, pembuatan peta penyebaran Endapan Pasir, pembuatan
penampang tegak, dan melakukan analisis perhitungan.
4. Laporan
Laporan dibuat setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengolahan data
dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas, penerapan metode Block Model,
pengaruh sumber daya terhadap umur tambang, sehingga dapat diperoleh
2
kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan yang
diteliti.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
Gambar 2.1
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah
Untuk mencapai lokasi penelitian (Gambar 2.1) dari pusat kota Kediri dapat
ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 24 menit.
4
2.2. Peta Survei Geolstrik
Gambar 2.2
Peta Lintasan Pegujian Geolistrik
5
2.3. Metode Yang digunakan
Pendugaan estimasi sumberdaya sirtu dilakukan dengan cara
pengukuran geolistrik resistivity 2D yang dapat menggambarkan variasi
tahanan jenis baik secara vertikal maupun horizontal. Batuan di alam ini dapat
dianggap sebagai medium listrik seperti pada kawat penghantar listrik
sehingga mempunyai tahanan listrik (resistivity). Tiap-tiap medium (lapisan
batuan) mempunyai sifat kelistrikan berbeda. Adapun nilai resistivitas dari
beberapa contoh batuan dapat dilihat pada Tabel 2.1 yang menunjukkan harga
tahanan jenis dari alluvium sebesar (10 – 800) Ohm.m.
Tabel 2.1
Nilai Resistivitas Berbagai Tipe Batuan
6
BAB III
DASAR TEORI
7
Tujuan utama pengukuran tahanan jenis adalah untuk mengetahui pola
lapisan-lapisan batuan berdasarkan nilai tahanan jenisnya baik secara vertikal
maupun horisontal. Apabila arus listrik diinjeksikan kebawah permukaan
melalui elektroda dengan susunan tertentu, maka setelah arus diinjeksikan dan
mengalir pada media yang tidak sama, maka potensial yang diterima akan
bervariasi.
Gambar 3.1
Garis Arus dan Distribusi Potensial
8
selain peralatan yang digunakan merupakan peralatan multi chanel juga waktu
yang dibutuhkan untuk kegiatan pengukuran sangat lama.
Dalam beberapa keadaan geologi, survei penggambaran elektrik 2
dimensi ini dapat memberikan hasil yang berguna untuk melengkapi informasi
yang dihasilkan oleh metode geofisika yang lain dengan memberikan
gambaran bawah permukaan yang cukup akurat dan sesuai dengan keadaan
bawah permukaan yang sebenarnya. Hal inilah yang membedakan metode 2
dimensi ini dengan metode yang lain.
Gambar 3.2
Tiga Model Dalam Pengukuran Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan
Jenis
9
homogen, bidang equipotensial (bidang yang mempunyai besar potensial yang
sama) berbentuk setengah bola. Dalam pengukuran Geolistrik Resistivity,
diasumsikan bahwa tiap lapisan dalam bumi bersifat homogen isotropis,
walaupun umumnya komposisi batuan di alam lebih bersifat heterogen baik
secara vertikal maupun horizontal sehingga nilai resistivitas di setiap titik
memilki besar yang berbeda. Dengan kata lain, bidang equipotensial yang
muncul bisa sangat tidak beraturan.
Tinjauan suatu medium homogen isotropis jika medium tersebut dialiri
arus listrik searah I (diberi medan listrik E), maka elemen arus dI yang melalui
elemen luas dA dengan kerapatan arus J adalah :
dI = J. dA .............................................................................................. (3.1)
J = E .........................................................................................................
(3.2)
E = - V ......................................................................................................
(3.3)
Sehinggapersamaan( 3.2 ) menjadi
J= V .............................................................................................. (3.4)
Keterangan :
J = Densitas arus ( ampere / m2 )
= Konduktivitas
E = Kuat medan listrik ( volt /
m ) d = Diferensial V =
Potensial
Jika tidak ada sumber arus (current source) atau sumur arus (current sink) pada
suatu volume yang dilingkupi oleh suatu permukaan A maka .J = 0 sehingga
10
2V = 0.................................................................................................. (3.7)
................................ (3.9)
Dimana A dan B adalah konstanta. Arus keluar secara radial dari titik
arus sehingga arus yang keluar melalui permukaan ½ bola dimana luas A =
2r2 dengan jari-jari radalah
I = J . A = 2 r 2.J .......................................................................... (3.11)
Hukum ohm pada medium yang diperluas menyatakan hubungan antara
intensitas medan listrik E atau gradien potensial dengan rapat arus :
E= ……..……..………………..……………………………...…. (3.12)
maka :
J=
J= …..………..……………………………………………. (3.13)
Sehingga konstanta A didapatkan dengan mensubtitusikan pers. (3.13) ke pers.
(3.11) :
A= ………………………………….……………....…………… (3.14)
Dengan demikian potensial pada suatu titik jarak r dari sumber arus dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Vr = …………………………………….…………….………… (3.15)
11
Jika pada permukaan bumi tersebut dialiri arus listrik melalui satu buah
elektroda arus (I), perhitungan potensial listrik (V) suatu titik berjarak r dari
elektroda arus dapat digunakan rumus pada persamaan (3.15). sekarang jika
pada permukaan bumi tersebut ada 2 sumber arus yang berlawanan
polaritasnya maka besarnya potensial dititik P1 adalah :
Keterangan :
r1 = Jarak titik P1 kesumber arus positif C1
r2 = Jarak titik P1 ke sumber arus negatif
C2
Jika dua buah titik yaitu P1 dan P2 yang terletak di dalam bumi maka
besarnya beda potensial antara dua titik P1 dan P2 adalah :
V= VP1 - V P2
V=
Keterangan :
12
harga a kecil sampai harga a besar. Batas pembesaran spasi elektroda ini
tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Faktor Geometri untuk
Konfigurasi Wenner adalah :
2. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini diambil dari nama Conrad Schlumberger yang merintis
metoda geolistrik pada tahun 1920-an. Pada konfigurasi Schlumberger
sering diubah penamaan dari C1, C2 menjadi A, B dan P1, P2 menjadi M
, N. Faktor Geometri untuk Konfigurasi Schlumberger adalah :
Gambar 3.3
Konfigurasi elektroda (a) Wenner (b) Shlumberger
13
Keterangan :
I : Arus listrik (mA) pada Transmitter
V : Beda potensial (mV) pada Receive
na : Spasi elektroda arus (Meter)
N : Spasi elektroda potensial (Meter)
A dan B : elektroda arus,
M dan N : elektroda potensial
Gambar 3.4
Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner – Schlumberger
14
Keterangan :
I : Arus listrik (mA) pada Transmitter
V : Beda potensial (mV) pada Receive
na : Spasi elektroda arus (Meter)
N : Spasi elektroda potensial (Meter)
A dan B : elektroda arus,
Keterangan :
ρ = tahanan jenis semu
Kw –S = faktor geometris (konfigurasi Wenner - Schlumberger)
15
asumsi bahwa lapisan bumi merupakan medium homogen isotropis. Perumusan
faktor geometris tersebut di atas juga berlaku untuk kasus bumi berlapis-lapis.
Hal ini disebabkan karena faktor geometri hanya mencerminkan pengaruh dari
letak elektroda potensial terhadap elektroda arus,sedangkan pengaruh keadaan
medium berlapis- lapis atau tidak, tercermin pada beda potensial (∆V).
16
BAB IV
PERALATAN SURVEI DAN PROSEDUR PENGUKURAN
Gambar 4.1
Alat resistivitymeter merk IRES T300F
17
2. Gulung kabel arus modif 2D panjang 240 m spasi 10m sebanyak 2 buah
dan meteran 240 m sebanyak 1 buah (Gambar 4.2).
Gambar 4.2
Gulungan kabel dan meteran 240m
Gambar 4.3
ACCU NS40Z
4. Elektroda arus sebanyak 24 buah terbuat dari stainless steel dan
elektroda potensial sebanyak 2 buah yang terbuat dari tembaga. Hammer
atau palu sebanyak 3 buah (Gambar 4.4).
Gambar 4.4
Elektroda potensial dan arus serta palu
18
5. Multimeter sebanyak 1 buah yang digunakan sebagai receiver untuk
pengukuran potensial (Gambar 4.5).
Gambar 4.5
Multimeter Digital
6. Global Positioning System (GPS) sebanyak 1 buah untuk mengukur
ketinggian dan posisi (Gambar 4.6).
Gambar 4.6
GPS Garmin 64s
Gambar 4.7
Handy Talky
19
4.2 Proses Pengambilan Data Geolistrik
Dalam kegiatan pengambilan data di lapangan terdapat tiga tahapan, yaitu:
1. Penentuan titik pengukuran dilapangan dan penentuan arah lintasan.
Sebelum melakukan kegiatan pengukuran, kondisi lapangan perlu untuk
dipahami guna menentukan posisi yang tepat untuk titik-titik pengukuran.
Dalam tahapan ini faktor geologi dan topografi sangat berpengaruh terhadap
kegiatan di lapangan. Topografi yang sesuai adalah topografi yang
memungkinkan untuk mendapatkan bentangan yang mendatar.
Penentukan arah lintasan harus melakukan pertimbangan sebagai berikut :
20
dipasang dengan jarak teratur dan sudah ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan konfigurasi yang digunakan, dengan tujuan untuk memberi
tanda titik-titik penempatan elektroda arus dan potensial. Patok-patok ini
harus ditempatkan sesuai dengan lintasan dan diusahakan agar tidak ada
batuan keras disamping titik-titik tersebut.
3. Pengambilan data.
Bentangkan kabel arus dan potensial sesuai dengan lintasan pada desain
survei sesuai konfigurasi Wenner – Shclumberger.Kemudian tancapkan
elektroda sesuai dengan perpindahan elektroda dan panjang lintasan yang
telah ditentukan sebelumnya. Setelah semua elektroda terpasang dan alat
sudah siap digunakan, lakukan proses pengambilan data untuk masing-
masing lintasan dan titik dengan menginjeksikan arus. Setelah arus
diinjeksikan, maka akan didapatkan nilai V, I dan ρ kemudian dilakukan.
Lakukan kontrol data, apabila data yang didapatkan cukup baik, dapat
langsung melanjutkan pengukuran dengan memindahkan elektroda ke titik
selanjutkan. Apabila data yang didapatkan dianggap kurang baik, dapat
melakukan pengecekan pada kabel yang terhubung ke alat dan atau
melakukan pengecekan terhadap masing-masing elektroda sebelum
melakukan pengukuran ulang. atat data yang telah didapatkan. Pencatatan
ini dapat dilakukan pada tabulasi data yang telah dicetak atau dapat langsung
dimasukkan ke dalam Ms. Excel. Setelah pengukuran selesai, lakukan
packing alat yang meliputi penggulungan kabel dan meteran, mematikan alat
dan memasukkan alat ke tempatnya dengan baik dan benar sesuai dengan
SOP Alat. Setelah itu lanjutkan pengukuran ke lintasan selanjutnya hingga
selesai.
21
Tahapan Pengambilan Data
22
3. Untuk pembacaan berikutnya sama dengan poin satu hingga tiga. Sebelum
pengiriman arus, angka dibagian penerima harus selalu nol besarnya arus
dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan (volt) ke posisi yang lebih
tinggi (posisi 2 atau 3), tapi selama pembacaan potensial masih cukup baik,
tidak perlu menaikkan arus, hal ini bertujuan untuk menghemat daya
(baterai).
4. Pengukuran dilakukan dengan posisi elektroda potensial tetap dengan jarak
a = 10 m, sedangkan elektroda arus bergerak menjauhi elektroda potensial
dengan n = 1,2,3 dan seterusnya, hingga mencapai titik ujung line.
5. Setelah pengukuran dilakukan beberapa kali dengan posisi elektroda
potensial tetap, maka selanjutnya elektroda potensial dipindahkan ke posisi
titik selanjutnya dengan jarak yang sama sebelumnya, sedangkan elektroda
arus berpindah seperti pada point lima.
Beberapa hal yang harus diingat dalam pengukuran resistivity yang
mengakibatkan RMS error yang tinggi antara lain:
1. Penetrasi arus yang kurang
Suksesnya metode resistivity tergantung dari penginjeksian arus dilokasi
yang akan dipetakan. Jika lapisan teratas memiliki resistivity yang tinggi,
maka akan sangat sulit untuk menyalurkan aliran arus ke seluruh lokasi
tanah. Masalah yang lain ketika tanah lapisan atas mempunyai harga
tahanan jenis yang sangat kecil maka arus mungkin akan terjebak dilapisan
teratas, jadi tidak banyak informasi yang didapatkan dari lapisan terbawah.
Selain itu alat ini sumber energinya hanya dari aki sehingga arus yang
dihasilkan tidaklah terlalu besar solusinya adalah dengan melakukan
pengecekan terhadap arus aki tersebut sehingga dalam pengukuran.
2. Kurangnya kontak antara elektroda dengan tanah
Kurangnya kontak antara elektroda dengan tanah dapat terjadi karena
kondisi tanah atau batuan yang terlalu kering sehingga sehingga tidak bisa
menghantarkan arus dengan baik. Maka potensial yang ditangkap oleh
elektroda potensial akan tidak stabil. Hal tersebut dapat diatasi dengan
23
membasahi tanah atau batuan yang ada disekitar elektroda potensial.
Kemudian juga bisa disebabkan oleh batang elektroda yang digunakan
sebagai arus dan potensial tertancap kurang dalam.
3. Kesalahan pada kabel yang diinjeksi
Kabel dan elektroda arus dan potensial yang dipasang bersamaan untuk
mendapatkan harga resistivitas dari n awal sampai n terakhir perlu untuk
diperhatikan untuk mendapatkan n yang direncanakan. Apabila terjadi
kekeliruan pada n awal maka akan terjadi kesalahan pada nilai resistivity
untuk yang selanjutnya. Pengecekan secara rutin pada awal pengukuran
dilakukan dengan membandingkan antara pengukuran pada titik awal
dengan titik selanjutnya agar selisih dari V tersebut stabil dan tidak
mencolok. Bisa juga disebabkan oleh kemungkinan yang lain yaitu arus
mengenai suatu batuan keras atau mengenai lapisan yang berbeda dengan
lapisan sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengukuran berulang hingga
3 kali. Anomali yang tinggi dibandingkan pengukuran sebelumnya tetap
dicatat dan diberi tanda untuk melakukan koreksi setelah sampai di
basecamp.
4. Kerusakan alat
Kerusakan alat di lapangan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu
penghubungkan kabel yang tidak sesuai, kabel yang terkelupas dan saling
bersinggungan sehingga menimbulkan konslet dan sebagainya. Maka
dilakukan pengecekan peralatan dan perlengkapan sebelum berangkat ke
lapangan.
24
BAB V
HASIL PENYELIDIKAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA
Gambar 5.1
Penampang Resistivitas Lintasan 1
Line 1 dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 1 memiliki skala resistivitas mulai dari 4,33-5994
ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
5.1.2. Lintasan 2
Gambar 5.2
Penampang Resistivitas Lintasan 2
25
Line 2 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m.
Pada penampang resistivitas lintasan 2 memiliki skala resistivitas mulai dari
2,70–10172ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium
dan andesit.
5.1.3. Lintasan 3
Gambar 5.3
Penampang Resistivitas Lintasan 3
Line 3 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 3 memiliki skala resistivitas mulai dari 2,98-
6186ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
5.1.4. Lintasan 4
Gambar 5.4.
Penampang Resistivitas Lintasan 4
Line 4 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 4 memiliki skala resistivitas mulai dari 1,27-10576
ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
26
5.1.5. Lintasan 5
Gambar 5.5.
Penampang Resistivitas Lintasan 5
Line 5 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 5 memiliki skala resistivitas mulai dari 2,75-5049
ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
5.1.6. Lintasan 6
Gambar 5.6.
Penampang Resistivitas Lintasan 6
Line 6 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 6 memiliki skala resistivitas mulai dari 1,90-
47391ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan
andesit.
27
5.1.7. Lintasan 7
Gambar 5.7.
Penampang Resistivitas Lintasan 7
Line 7 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 7 memiliki skala resistivitas mulai dari 0,945-
1560ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
5.1.8. Lintasan 8
Gambar 5.8.
Penampang Resistivitas Lintasan 8
Line 8 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 8 memiliki skala resistivitas mulai dari 0,357-
192ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
28
5.1.9. Lintasan 9
Gambar 5.9.
Penampang Resistivitas Lintasan 9
Line 9 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 9 memiliki skala resistivitas mulai dari 1,98-
326ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.
5.1.10. Lintasan 10
Gambar 5.10
Penampang Resistivitas Lintasan 10
Line 10 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 10 memiliki skala resistivitas mulai dari 0,595-
394ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan alluvium dan andesit.
29
5.2. Perhitungan Estimasi Sumberdaya
Perhitungan estimasi sumberdaya endapan sirtu dilakukan dengan
menggunakan model 3D solid dari setiap lintasan menggunakan bantuan Software
Geosoft. Metode estimasi yang digunakan adalah block model menghasilkan estimasi
sumberdaya berupa volume materialnya. Dari gambar 5.1, terlihat warna biru, toska,
hingga hijau. Masing-masing warna tersebut memiliki nilai resistivitas masing -
masing. Dari gambar tersebut dapat diketahui nilai resistivitas, koordinat, elevasi,
serta volumenya.
Gambar 5.11
Permodelan 3D Sumberdaya Alluvium
Tabel 5.1
Estimasi Sumberdaya Alluvium
30
Tabel 5.2
Perhitungan Sumberdaya Alluvium
Volume (m3) Tonase (ton/m3)
8.937.208 18.768.136,8
Gambar 5.12
Permodelan 3D Sumberdaya Andesit
Tabel 5.3
Estimasi Sumberdaya Andesit
31
Tabel 5.4
Perhitungan Sumberdaya Andesit
Volume (m3) Tonase (ton/m3)
1.108.576 2.882.297,6
32
LAMPIRAN
33
LAMPIRAN A
PETA TOPOGRAFI DAN LINTASAN GEOLISTRIK