Anda di halaman 1dari 35

ESTIMASI SUMBERDAYA MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK (RESISTIVITY 2D) PADA KOPERASI KODAP


SIRKAH JAYA, KECAMATAN SEMEN, KABUPATEN KEDIRI,
PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh :
Fidelis Dyaskara
Khoirunnisah
Randy Rizki Kurniawan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Koperasi Kodap Sirkah Jaya merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang pertambangan yang berencana melakukan kegiatan
penambangan sirtu pada lahan seluas 31,24Ha. Rencana penambangan
berlokasi di Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
Sebelum melakukan kegiatan penambangan, perusahaan perlu melakukan
mengetahui sumberdaya dengan melakukan estimasi sumberdaya. Penaksiran
sumberdaya didapatkan melalui perhitungan dan analisis terhadap data – data
eksplorasi berupa data hasil pengukuran geolistrik.
Untuk melakukan perhitungan sumberdaya diperlukan metode yang
sesuai dengan kondisi topografi, geologi, dan genesa pada daerah penelitian.
Dengan memperhatikan hal tersebut maka dalam perhitungan sumber daya di
lokasi penelitian digunakan metode Block Model sehingga didapatkan hasil
yang representatif.

1.2. Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengestimasi sumber daya
di wilayah seluas 31,24Ha milik Koperasi Kodap Sirkah Jaya yang terletak di
Kecamatan Semen,Kabupaten Kediri, Provinsi JawaTimur.

1
1.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam proses perhitungan sumberdaya di
Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, milik Koperasi
Kodap Sirkah Jaya yaitu dengan melakukan pengamatan di lapangan, sedangkan
metode penaksiran cadangan digunakan metode Block Model. Tahapan-tahapan
dalam metode penelitian sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Persiapan dengan pengumpulan data - data sekunder yang telah ada, mencari
bahan– bahan pustaka yang menunjang dan berkaitan dengan perhitungan sumber
daya tambang, serta mempersiapkan peralatan untuk di lapangan. Pengamatan di
lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi -
kondisi di lapangan seperti singkapan Endapan Alluvium serta Andesit dan
pengecekan ulang terhadap data sekunder untuk lebih meyakinkan penyebaran
Endapan Pasir.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer berupa pengukuran nilai tahanan jenis atau
resistivitas masing – masing batuan dengan pendekatan Geofisika, metode
Geolistrik. Adanya sumber arus listrik (I) yang di injeksikan ke dalam bumi.
Respon yang diberikan bumi kemudian diterima dalam bentuk potensial listrik
(V).
3. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pekerjaan peta topografi, pengeplotan data primer
atau data lapangan, pembuatan peta penyebaran Endapan Pasir, pembuatan
penampang tegak, dan melakukan analisis perhitungan.
4. Laporan
Laporan dibuat setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengolahan data
dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas, penerapan metode Block Model,
pengaruh sumber daya terhadap umur tambang, sehingga dapat diperoleh

2
kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan yang
diteliti.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberi masukan kepada perusahaan mengenai hasil penelitian yang
diperoleh, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan
proses selanjutnya.
2. Sebagai faktor pendukung untuk perencanaan kedepannya agar lebih
efisien dengan adanya manfaat dari informasi potensi sumberdaya yang
memadai sehingga dapat menaksir umur tambang dan digunakan sebagai
acuan dalam pengusahaan yang lebih lanjut sehingga dapat ditambang
secara optimal.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Perusahaan milik Koperasi Kodap Sirkah Jaya merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pertambangan. Salah satu rencana lokasi kegiatan
penambangannya adalah tambang Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri,
Provinsi Jawa Timur. Survey tinjau dilakukan pada satu wilayah seluas
31,24Ha.

Gambar 2.1
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah
Untuk mencapai lokasi penelitian (Gambar 2.1) dari pusat kota Kediri dapat
ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 24 menit.

4
2.2. Peta Survei Geolstrik

Gambar 2.2
Peta Lintasan Pegujian Geolistrik

5
2.3. Metode Yang digunakan
Pendugaan estimasi sumberdaya sirtu dilakukan dengan cara
pengukuran geolistrik resistivity 2D yang dapat menggambarkan variasi
tahanan jenis baik secara vertikal maupun horizontal. Batuan di alam ini dapat
dianggap sebagai medium listrik seperti pada kawat penghantar listrik
sehingga mempunyai tahanan listrik (resistivity). Tiap-tiap medium (lapisan
batuan) mempunyai sifat kelistrikan berbeda. Adapun nilai resistivitas dari
beberapa contoh batuan dapat dilihat pada Tabel 2.1 yang menunjukkan harga
tahanan jenis dari alluvium sebesar (10 – 800) Ohm.m.
Tabel 2.1
Nilai Resistivitas Berbagai Tipe Batuan

6
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Metode Geolistrik


Geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang bersifat aktif artinya
memerlukan adanya sumber arus listrik (I) yang di injeksikan ke dalam bumi.
Respon yang diberikan bumi kemudian diterima oleh alat ukur dalam bentuk
potensial listrik (V) (Gambar 3.1). Berdasarkan hukum ohm yang diketahui
maka dapat dihitung harga tahanan (R).
Metode yang diuraikan dikenal dengan nama geolistrik tahanan jenis
atau disebut juga metode resistivitas yaitu dengan mengalirkan arus listrik ke
dalam bumi melalui 2 buah elektroda arus, kemudian beda potensial yang
timbul diukur melalui 2 buah elektroda potensial. Dalam penjalaran arus listrik
di dalam tanah, aliran-aliran elektron dari arus tersebut akan mengalami
hambatan. Hambatan ini didalam geolistrik didefinisikan sebagai tahanan jenis
(resistivity) listrik dengan satuan Ohm.m. Besaran tahanan jenis inilah yang
menjadi target utama dalam pengukuran geolistrik. Dari pengukuran tersebut
untuk jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga
hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur. Dari persamaan
matematis bisa diturunkan rumus resistivity bumi dengan asumsi :
- Bahwa bumi berlapis secara horisontal.
- Tiap-tiap lapisan bersifat homogen isotropis, yang berarti tak ada lapisan
lain selain bidang batas antara tanah dan udara. (Udara mempunyai tahanan
jenis tak terhingga sehingga arus hanya akan mengalir kedalam bumi).
- Pemisahan lapisan yang satu dengan yang lain merupakan bidang batas
antara dua resistivitas yang berbeda.

7
Tujuan utama pengukuran tahanan jenis adalah untuk mengetahui pola
lapisan-lapisan batuan berdasarkan nilai tahanan jenisnya baik secara vertikal
maupun horisontal. Apabila arus listrik diinjeksikan kebawah permukaan
melalui elektroda dengan susunan tertentu, maka setelah arus diinjeksikan dan
mengalir pada media yang tidak sama, maka potensial yang diterima akan
bervariasi.

Gambar 3.1
Garis Arus dan Distribusi Potensial

Dalam geolistrik dikenal beberapa metode, antara lain metode


resistivity 1 dimensi, 2 dimensi dan 3 dimensi (Gambar 3.2). Metode resistivity
1 dimensi merupakan metode dasar geolistrik yang memberikan
penggambaran bawah permukaan secara vertikal. Metode resistivity 2 dimensi
merupakan metode yang memberikan penggambaran bawah permukaan secara
vertikal dan horisontal sekaligus, yang dapat memberikan hasil penggambaran
bawah permukaan yang lebih menyerupai keadaan bawah permukaan yang
mendekati keadaan sebenarnya, dalam hal ini metode ini akan memberikan
gambaran perlapisan bawah permukaan secara 2 dimensi dan interpretasinya.
Kemudian metode resistivity 3 dimensi merupakan metode penyempurnaan
dari metode-metode sebelumnya. Dalam metode ini, selain penampang tiap
lintasan juga diperoleh jarak antar penampang yang sama dengan spasi
elektroda. Namun metode ini belum banyak digunakan saat ini, dikarenakan

8
selain peralatan yang digunakan merupakan peralatan multi chanel juga waktu
yang dibutuhkan untuk kegiatan pengukuran sangat lama.
Dalam beberapa keadaan geologi, survei penggambaran elektrik 2
dimensi ini dapat memberikan hasil yang berguna untuk melengkapi informasi
yang dihasilkan oleh metode geofisika yang lain dengan memberikan
gambaran bawah permukaan yang cukup akurat dan sesuai dengan keadaan
bawah permukaan yang sebenarnya. Hal inilah yang membedakan metode 2
dimensi ini dengan metode yang lain.

Gambar 3.2
Tiga Model Dalam Pengukuran Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan
Jenis

Berdasarkan pada tujuan penyelidikan, metode resistivitas dibedakan


menjadi dua yaitu mapping dan sounding. Metode geolistrik resistivitas
mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi
resistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Oleh karena itu, pada
metode ini digunakan jarak spasi elektroda yang tetap untuk semua titik datum
di permukaan bumi. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan bumi secara vertikal.

3.2 Potensial Listrik Antara Elektroda Arus Ganda di Permukaan Bumi


Pengukuran resistivitas akan memberikan hasil yang baik pada kondisi
geologi berupa perlapisan batuan yang horizontal, bersifat homogen dan
isotropis. Garis-garis arus yang memancar dari dua buah titik sumber
(elektroda) dapat dianggap berbentuk radial, sehingga untuk medium yang

9
homogen, bidang equipotensial (bidang yang mempunyai besar potensial yang
sama) berbentuk setengah bola. Dalam pengukuran Geolistrik Resistivity,
diasumsikan bahwa tiap lapisan dalam bumi bersifat homogen isotropis,
walaupun umumnya komposisi batuan di alam lebih bersifat heterogen baik
secara vertikal maupun horizontal sehingga nilai resistivitas di setiap titik
memilki besar yang berbeda. Dengan kata lain, bidang equipotensial yang
muncul bisa sangat tidak beraturan.
Tinjauan suatu medium homogen isotropis jika medium tersebut dialiri
arus listrik searah I (diberi medan listrik E), maka elemen arus dI yang melalui
elemen luas dA dengan kerapatan arus J adalah :
dI = J. dA .............................................................................................. (3.1)
J =  E .........................................................................................................
(3.2)
E = - V ......................................................................................................
(3.3)
Sehinggapersamaan( 3.2 ) menjadi
J= V .............................................................................................. (3.4)
Keterangan :
J = Densitas arus ( ampere / m2 )
= Konduktivitas
E = Kuat medan listrik ( volt /
m ) d = Diferensial V =
Potensial

Jika didalam medium tidak ada arus


Maka
 J . dA = 0…..................................................................................... ..(3.5)
s

Jika tidak ada sumber arus (current source) atau sumur arus (current sink) pada
suatu volume yang dilingkupi oleh suatu permukaan A maka .J = 0 sehingga

.J= -. ( V ) = 0 …...................................................................... (3.6)

10
2V = 0.................................................................................................. (3.7)

Karena anggapan bahwa bumi homogen isotropis maka bumi mempunyai


simetri bola, sehingga potensial (V) merupakan fungsi dari (r) saja, jika ditulis V
= Vr, sehingga persamaan dalam koordinat bola:

2V = ] ................................................................................ (3.8)


Integrasi dua kali berturut – turut terhadap persamaan (3.8)
menghasilkan:

................................ (3.9)

V= dr = - + B ...... ........................................................... (3.10)

Dimana A dan B adalah konstanta. Arus keluar secara radial dari titik
arus sehingga arus yang keluar melalui permukaan ½ bola dimana luas A =
2r2 dengan jari-jari radalah
I =  J . A = 2 r 2.J .......................................................................... (3.11)
Hukum ohm pada medium yang diperluas menyatakan hubungan antara
intensitas medan listrik E atau gradien potensial dengan rapat arus :
E= ……..……..………………..……………………………...…. (3.12)

maka :

J=

J= …..………..……………………………………………. (3.13)
Sehingga konstanta A didapatkan dengan mensubtitusikan pers. (3.13) ke pers.
(3.11) :

A= ………………………………….……………....…………… (3.14)
Dengan demikian potensial pada suatu titik jarak r dari sumber arus dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Vr = …………………………………….…………….………… (3.15)

11
Jika pada permukaan bumi tersebut dialiri arus listrik melalui satu buah
elektroda arus (I), perhitungan potensial listrik (V) suatu titik berjarak r dari
elektroda arus dapat digunakan rumus pada persamaan (3.15). sekarang jika
pada permukaan bumi tersebut ada 2 sumber arus yang berlawanan
polaritasnya maka besarnya potensial dititik P1 adalah :

Keterangan :
r1 = Jarak titik P1 kesumber arus positif C1
r2 = Jarak titik P1 ke sumber arus negatif
C2
Jika dua buah titik yaitu P1 dan P2 yang terletak di dalam bumi maka
besarnya beda potensial antara dua titik P1 dan P2 adalah :

V= VP1 - V P2

V=

Keterangan :

r3 = Jarak titik P2 kesumber arus positif C1 r4

= Jarak titik P2 ke sumber arus negatif C2

Terdapat banyak aturan penempatan elektroda (konfigurasi elektroda)


yang digunakan dalam metode resistivitas. Beberapa konfigurasi elektroda pada
penerapan metode resistivitas diantaranya antara lain:
1. Konfigurasi Wenner
Konfigurasi ini diambil darinama Frank Wenner yang mempelopori
penggunaannya di Amerika Serikat. Dalam hal ini, elektroda arus dan
elektroda potensial mempunyai jarak yang sama yaitu C1P1= P1P2 = P2C2
= a. Jadi jarak antar elektroda arus adalah tiga kali jarak antar elektroda
potensial. Jarak spasi elektroda diperbesar secara bertahap, mulai dari

12
harga a kecil sampai harga a besar. Batas pembesaran spasi elektroda ini
tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Faktor Geometri untuk
Konfigurasi Wenner adalah :

2. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini diambil dari nama Conrad Schlumberger yang merintis
metoda geolistrik pada tahun 1920-an. Pada konfigurasi Schlumberger
sering diubah penamaan dari C1, C2 menjadi A, B dan P1, P2 menjadi M
, N. Faktor Geometri untuk Konfigurasi Schlumberger adalah :

Dimana a = AB/2 dan b = MN/2, pengukuran dilakukan dengan AB yang


berbeda-beda dan MN tetap.
Gambar untuk kedua konfigurasi elektroda dapat dilihat pada Gambar
3.3, dimana a sebagai spasi elektoda.

Gambar 3.3
Konfigurasi elektroda (a) Wenner (b) Shlumberger

13
Keterangan :
I : Arus listrik (mA) pada Transmitter
V : Beda potensial (mV) pada Receive
na : Spasi elektroda arus (Meter)
N : Spasi elektroda potensial (Meter)
A dan B : elektroda arus,
M dan N : elektroda potensial

3.3 Konfigurasi Elektroda Wenner – Schlumberger


Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan gabungan dari 2 metode
yaitu Wenner (alpha) dan schlumberger (Gambar 3.4). Wenner digunakan
sebagai mapping 2 dimensi dengan jangkauan kedalaman yang relatif dangkal
dan Schlumberger merupakan konfigurasi yang digunakan untuk resistivity
sounding 1 dimensi dengan jangkauan pengukuran yang sangat dalam. Dengan
menggabungkan kedua metode ini maka diharapkan mendapatkan cara yang
lebih praktis, mapping 2 dimensi dengan jangkauan pengukuran yang lebih
dalam dibandingkan metode lainnya.
Pada konfigurasi Wenner - Schlumberger, elektroda arus dan elektroda
potensial diletakkan seperti terlihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4
Susunan Elektroda Konfigurasi Wenner – Schlumberger

14
Keterangan :
I : Arus listrik (mA) pada Transmitter
V : Beda potensial (mV) pada Receive
na : Spasi elektroda arus (Meter)
N : Spasi elektroda potensial (Meter)
A dan B : elektroda arus,

Sumber: Look M.H (2004)


Gambar 3.5
Pengukuran Resistivity-2 Dimensi konfigurasi Wenner – Schlumberger

Nilai K pada konfigurasi Wenner - Schlumberger, digunakan persamaan :


Kw-s = π . na(n+1)................................................................................ (3.21)
Maka nilai tahanan jenis semu untuk konfigurasi Wenner-Schlumberger
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

ρ = Kw-s (V / I) ............................................................................... (3.22)

Keterangan :
ρ = tahanan jenis semu
Kw –S = faktor geometris (konfigurasi Wenner - Schlumberger)

Berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa faktor geometri


tergantung pada letak elektroda arus maupun elektroda potensial, berdasarkan

15
asumsi bahwa lapisan bumi merupakan medium homogen isotropis. Perumusan
faktor geometris tersebut di atas juga berlaku untuk kasus bumi berlapis-lapis.
Hal ini disebabkan karena faktor geometri hanya mencerminkan pengaruh dari
letak elektroda potensial terhadap elektroda arus,sedangkan pengaruh keadaan
medium berlapis- lapis atau tidak, tercermin pada beda potensial (∆V).

3.4 Sifat Kelistrikan Batuan


Berdasarkan ketentuan umum dari sifat kelistrikan batuan yaitu besarnya
tahanan jenis yang dinyatakan dalam nilai tahanan jenis, dimana hubungan
antara besarnya nilai tahanan jenis semu dengan macam batuan dapat dianalisa
sebagai berikut :
• Batuan sedimen lepas mempunyai nilai tahanan jenis yang lebih rendah
dari pada batuan sedimen kompak.
• Batuan beku mempunyai nilai tahanan jenis yang lebih tinggi. Tetapi
pada suatu lapisan batuan dengan kandungan air yang lebih besar, nilai
tahanan jenisnya lebih rendah, dan bila salinitas (kandungan garam)
dalam air lebih besar,
maka nilai tahanan jenisnya akan menurun drastis.
• Tidak terdapat suatu kesamaan umum antara macam batuan dengan nilai
tahanan jenisnya.
• Tahanan jenis lapisan dapat berbeda secara mencolok, tidak saja antara
lapisantetapi juga dalam satu lapisan batuan yang sama.
Untuk mengidentifikasi lapisan batuan dapat menggunakan tabel
tahanan jenis secara umum seperti Tabel 2.1 sebagai pedoman di daerah
penelitian.

16
BAB IV
PERALATAN SURVEI DAN PROSEDUR PENGUKURAN

Tahap awal yang dilakukan dari proses pengambilan data geolistrik


adalah dengan berdasarkan pada informasi geologi yang telah ada untuk
mengetahui daerah mana saja yang dianggap prospek untuk dilakukan
pengukuran.
4.1 Alat dan perlengkapan Geolistrik
Untuk pengukuran dalam metode ini digunakan alat IRES T300F dengan
menggunakan metode wenner - shclumberger. Berikut akan dijelaskan secara
detail mengenai alat yang digunakan pada waktu pengukurannya serta
kegunaan alat tersebut :
1. IRES T300F yang digunakan sebagai transmitter atau alat pengirim arus 1
buah (Gambar 4.1).

Gambar 4.1
Alat resistivitymeter merk IRES T300F

17
2. Gulung kabel arus modif 2D panjang 240 m spasi 10m sebanyak 2 buah
dan meteran 240 m sebanyak 1 buah (Gambar 4.2).

Gambar 4.2
Gulungan kabel dan meteran 240m

3. ACCU mobil NS40Z (12V, 35A) sebanyak 1 buah (Gambar 4.3).

Gambar 4.3
ACCU NS40Z
4. Elektroda arus sebanyak 24 buah terbuat dari stainless steel dan
elektroda potensial sebanyak 2 buah yang terbuat dari tembaga. Hammer
atau palu sebanyak 3 buah (Gambar 4.4).

Gambar 4.4
Elektroda potensial dan arus serta palu

18
5. Multimeter sebanyak 1 buah yang digunakan sebagai receiver untuk
pengukuran potensial (Gambar 4.5).

Gambar 4.5
Multimeter Digital
6. Global Positioning System (GPS) sebanyak 1 buah untuk mengukur
ketinggian dan posisi (Gambar 4.6).

Gambar 4.6
GPS Garmin 64s

7. Handy Talky sebanyak 2 buah (Gambar 4.7).

Gambar 4.7
Handy Talky

19
4.2 Proses Pengambilan Data Geolistrik
Dalam kegiatan pengambilan data di lapangan terdapat tiga tahapan, yaitu:
1. Penentuan titik pengukuran dilapangan dan penentuan arah lintasan.
Sebelum melakukan kegiatan pengukuran, kondisi lapangan perlu untuk
dipahami guna menentukan posisi yang tepat untuk titik-titik pengukuran.
Dalam tahapan ini faktor geologi dan topografi sangat berpengaruh terhadap
kegiatan di lapangan. Topografi yang sesuai adalah topografi yang
memungkinkan untuk mendapatkan bentangan yang mendatar.
Penentukan arah lintasan harus melakukan pertimbangan sebagai berikut :

a) Pemilihan lintasan didasarkan pada keadaan topografi yang relatif datar


dan keberadaan bahan galian di lapangan sehingga lintasan dianggap
dapat mewakili keberadaan bahan galian di lapangan.
b) Apabila menemui tebing ataupun lembah, selama masih memungkinkan
untuk dilewati harus tetap dilakukan pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran.
c) Arah lintasan diusahakan lurus, tetapi apabila kondisi medan tidak
memungkinkan, maka bentangan diperbolehkan tidak lurus tapi
diusahakan sejajar dan tidak terlalu melenceng jauh.
d) Lintasan pengukuran harus bersih dari tumbuh-tumbuhan ataupun
batuan agar tidak terjadi hambatan pada waktu penarikan kabel. Karena
jika terjadi gesekan antara kabel dengan tumbuh-tumbuhan atau batuan
pada saat menarik kabel, maka besar kemungkinan kabel akan rusak
sehingga menghambat proses pengambilan data, selain itu jika terhalang
tumbuh- tumbuhan lintasan pengukuran yang dibuat sering kali tidak
bisa lurus. Titik lubang penempatan elektroda harus bener-benar bersih
dari batuan, tumbuh- tumbuhan, akar tumbuhan dan lain-lain, hal ini
dilakukan untuk menghindari perubahan nilai potensial.
2. Penempatan titik pengukuran.
Setelah penentuan titik pengukuran selesai, kemudian dilakukan
pemasangan patok pada titik-titik pengukuran geolistrik. Patok-patok ini

20
dipasang dengan jarak teratur dan sudah ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan konfigurasi yang digunakan, dengan tujuan untuk memberi
tanda titik-titik penempatan elektroda arus dan potensial. Patok-patok ini
harus ditempatkan sesuai dengan lintasan dan diusahakan agar tidak ada
batuan keras disamping titik-titik tersebut.
3. Pengambilan data.
Bentangkan kabel arus dan potensial sesuai dengan lintasan pada desain
survei sesuai konfigurasi Wenner – Shclumberger.Kemudian tancapkan
elektroda sesuai dengan perpindahan elektroda dan panjang lintasan yang
telah ditentukan sebelumnya. Setelah semua elektroda terpasang dan alat
sudah siap digunakan, lakukan proses pengambilan data untuk masing-
masing lintasan dan titik dengan menginjeksikan arus. Setelah arus
diinjeksikan, maka akan didapatkan nilai V, I dan ρ kemudian dilakukan.
Lakukan kontrol data, apabila data yang didapatkan cukup baik, dapat
langsung melanjutkan pengukuran dengan memindahkan elektroda ke titik
selanjutkan. Apabila data yang didapatkan dianggap kurang baik, dapat
melakukan pengecekan pada kabel yang terhubung ke alat dan atau
melakukan pengecekan terhadap masing-masing elektroda sebelum
melakukan pengukuran ulang. atat data yang telah didapatkan. Pencatatan
ini dapat dilakukan pada tabulasi data yang telah dicetak atau dapat langsung
dimasukkan ke dalam Ms. Excel. Setelah pengukuran selesai, lakukan
packing alat yang meliputi penggulungan kabel dan meteran, mematikan alat
dan memasukkan alat ke tempatnya dengan baik dan benar sesuai dengan
SOP Alat. Setelah itu lanjutkan pengukuran ke lintasan selanjutnya hingga
selesai.

21
Tahapan Pengambilan Data

4.3 Prosedur untuk pengambilan data lapangan geolistrik


Prosedur dari pengambilan data lapangan untuk metode geolistrik yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Arus dimulai dari yang kecil (saklar volt) diposisi 1 tekan tombol start.
Besarnya arus akan muncul di display. Pada saat membaca nilai arus ini,
tombol hold ditekan lalu dibaca nilai potensialnya. Setelah nilai potensial
dibaca, tombol hold ditekan lagi maka nilai potensial akan hilang.
2. Nilai tegangan dan arus ditulis dalam tabel yang sudah tersedia kemudian
dihitung besarnya tahanan jenis (rho). Untuk memudahkan perhitungan,
besarnya tegangan dibuat dalam satuan mV dan arus dalam mA.

22
3. Untuk pembacaan berikutnya sama dengan poin satu hingga tiga. Sebelum
pengiriman arus, angka dibagian penerima harus selalu nol besarnya arus
dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan (volt) ke posisi yang lebih
tinggi (posisi 2 atau 3), tapi selama pembacaan potensial masih cukup baik,
tidak perlu menaikkan arus, hal ini bertujuan untuk menghemat daya
(baterai).
4. Pengukuran dilakukan dengan posisi elektroda potensial tetap dengan jarak
a = 10 m, sedangkan elektroda arus bergerak menjauhi elektroda potensial
dengan n = 1,2,3 dan seterusnya, hingga mencapai titik ujung line.
5. Setelah pengukuran dilakukan beberapa kali dengan posisi elektroda
potensial tetap, maka selanjutnya elektroda potensial dipindahkan ke posisi
titik selanjutnya dengan jarak yang sama sebelumnya, sedangkan elektroda
arus berpindah seperti pada point lima.
Beberapa hal yang harus diingat dalam pengukuran resistivity yang
mengakibatkan RMS error yang tinggi antara lain:
1. Penetrasi arus yang kurang
Suksesnya metode resistivity tergantung dari penginjeksian arus dilokasi
yang akan dipetakan. Jika lapisan teratas memiliki resistivity yang tinggi,
maka akan sangat sulit untuk menyalurkan aliran arus ke seluruh lokasi
tanah. Masalah yang lain ketika tanah lapisan atas mempunyai harga
tahanan jenis yang sangat kecil maka arus mungkin akan terjebak dilapisan
teratas, jadi tidak banyak informasi yang didapatkan dari lapisan terbawah.
Selain itu alat ini sumber energinya hanya dari aki sehingga arus yang
dihasilkan tidaklah terlalu besar solusinya adalah dengan melakukan
pengecekan terhadap arus aki tersebut sehingga dalam pengukuran.
2. Kurangnya kontak antara elektroda dengan tanah
Kurangnya kontak antara elektroda dengan tanah dapat terjadi karena
kondisi tanah atau batuan yang terlalu kering sehingga sehingga tidak bisa
menghantarkan arus dengan baik. Maka potensial yang ditangkap oleh
elektroda potensial akan tidak stabil. Hal tersebut dapat diatasi dengan

23
membasahi tanah atau batuan yang ada disekitar elektroda potensial.
Kemudian juga bisa disebabkan oleh batang elektroda yang digunakan
sebagai arus dan potensial tertancap kurang dalam.
3. Kesalahan pada kabel yang diinjeksi
Kabel dan elektroda arus dan potensial yang dipasang bersamaan untuk
mendapatkan harga resistivitas dari n awal sampai n terakhir perlu untuk
diperhatikan untuk mendapatkan n yang direncanakan. Apabila terjadi
kekeliruan pada n awal maka akan terjadi kesalahan pada nilai resistivity
untuk yang selanjutnya. Pengecekan secara rutin pada awal pengukuran
dilakukan dengan membandingkan antara pengukuran pada titik awal
dengan titik selanjutnya agar selisih dari V tersebut stabil dan tidak
mencolok. Bisa juga disebabkan oleh kemungkinan yang lain yaitu arus
mengenai suatu batuan keras atau mengenai lapisan yang berbeda dengan
lapisan sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengukuran berulang hingga
3 kali. Anomali yang tinggi dibandingkan pengukuran sebelumnya tetap
dicatat dan diberi tanda untuk melakukan koreksi setelah sampai di
basecamp.
4. Kerusakan alat
Kerusakan alat di lapangan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu
penghubungkan kabel yang tidak sesuai, kabel yang terkelupas dan saling
bersinggungan sehingga menimbulkan konslet dan sebagainya. Maka
dilakukan pengecekan peralatan dan perlengkapan sebelum berangkat ke
lapangan.

24
BAB V
HASIL PENYELIDIKAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA

5.1. Hasil Pengukuran dan Interpretasi Data


5.1.1. Lintasan 1

Gambar 5.1
Penampang Resistivitas Lintasan 1
Line 1 dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 1 memiliki skala resistivitas mulai dari 4,33-5994
ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

5.1.2. Lintasan 2

Gambar 5.2
Penampang Resistivitas Lintasan 2

25
Line 2 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m.
Pada penampang resistivitas lintasan 2 memiliki skala resistivitas mulai dari
2,70–10172ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium
dan andesit.

5.1.3. Lintasan 3

Gambar 5.3
Penampang Resistivitas Lintasan 3
Line 3 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 3 memiliki skala resistivitas mulai dari 2,98-
6186ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

5.1.4. Lintasan 4

Gambar 5.4.
Penampang Resistivitas Lintasan 4
Line 4 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 4 memiliki skala resistivitas mulai dari 1,27-10576
ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

26
5.1.5. Lintasan 5

Gambar 5.5.
Penampang Resistivitas Lintasan 5
Line 5 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 5 memiliki skala resistivitas mulai dari 2,75-5049
ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

5.1.6. Lintasan 6

Gambar 5.6.
Penampang Resistivitas Lintasan 6
Line 6 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 6 memiliki skala resistivitas mulai dari 1,90-
47391ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan
andesit.

27
5.1.7. Lintasan 7

Gambar 5.7.
Penampang Resistivitas Lintasan 7
Line 7 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 7 memiliki skala resistivitas mulai dari 0,945-
1560ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

5.1.8. Lintasan 8

Gambar 5.8.
Penampang Resistivitas Lintasan 8
Line 8 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 8 memiliki skala resistivitas mulai dari 0,357-
192ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

28
5.1.9. Lintasan 9

Gambar 5.9.
Penampang Resistivitas Lintasan 9
Line 9 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 9 memiliki skala resistivitas mulai dari 1,98-
326ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan lapisan alluvium dan andesit.

5.1.10. Lintasan 10

Gambar 5.10
Penampang Resistivitas Lintasan 10
Line 10 dibuat dengan panjang line 240 m dan spasi antar elektroda 10 m. Pada
penampang resistivitas lintasan 10 memiliki skala resistivitas mulai dari 0,595-
394ohm.m. Daerah tersebut diduga sebagai keberadaan alluvium dan andesit.

29
5.2. Perhitungan Estimasi Sumberdaya
Perhitungan estimasi sumberdaya endapan sirtu dilakukan dengan
menggunakan model 3D solid dari setiap lintasan menggunakan bantuan Software
Geosoft. Metode estimasi yang digunakan adalah block model menghasilkan estimasi
sumberdaya berupa volume materialnya. Dari gambar 5.1, terlihat warna biru, toska,
hingga hijau. Masing-masing warna tersebut memiliki nilai resistivitas masing -
masing. Dari gambar tersebut dapat diketahui nilai resistivitas, koordinat, elevasi,
serta volumenya.

Gambar 5.11
Permodelan 3D Sumberdaya Alluvium

Tabel 5.1
Estimasi Sumberdaya Alluvium

30
Tabel 5.2
Perhitungan Sumberdaya Alluvium
Volume (m3) Tonase (ton/m3)
8.937.208 18.768.136,8

Total sumberdaya didapatkan sebesar 8.937.208m 3 dan tonase sebesar


18.768.136,8ton/m3.
Untuk bentuk permodelan 3D pada komoditas andesit pada wilayah
pertambangan dapat dilihat pada Gambar 5.12 di bawah ini

Gambar 5.12
Permodelan 3D Sumberdaya Andesit

Tabel 5.3
Estimasi Sumberdaya Andesit

31
Tabel 5.4
Perhitungan Sumberdaya Andesit
Volume (m3) Tonase (ton/m3)
1.108.576 2.882.297,6

Total sumberdaya didapatkan sebesar 1.108.576m 3 dan tonase sebesar


2.882.297,6ton/m3.

32
LAMPIRAN

33
LAMPIRAN A
PETA TOPOGRAFI DAN LINTASAN GEOLISTRIK

Anda mungkin juga menyukai