I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami konfigurasi Schlumberger.
2. Dapat memahami keunggulan dan kelemahan dari konfigurasi
Schlumberger.
3. Dapat melakukan pengukuran dan pengambilan data (akuisisi data) dengan
konfigurasi elektroda Schlumberger.
4. Dapat menghitung nilai resistivity dan dapat menggambarkan kurva
matching sederhana pada kertas millimeter block.
5. Dapat menganalisa data hasil pengukuran di lapangan (sudah sesuai atau
belum dengan apa yang diharapkan).
2
Metode geolistrik resistivity dikembangkan pada awal tahun 1900-an tetapi yang
lebih luasnya digunakan sejak 1970-an, dikarenakan ketersediaan komputer untuk
memprosesdan menganalisis data. Teknik ini digunakan secara luas dalam
pencarian sumber air tanah yang cocok dan juga memonitor tipe polutan air tanah;
dalam survei keteknikan untuk menemukan rongga bawah permukaan, patahan
dan celah, permaforst, mineshafts, dll.; dan dalam arkeologi untuk memetakan
luasan area dari sisa pondasi yang terkubur dari bangunan bersejarah, dan masih
banyak aplikasi yang lainnya. Metode geolistrik resistivity juga digunakan secara
luas dalam downhole logging. Resistivitas listrik adalah sifat fisika fundamental
dan diagnostik yang dapat ditentukan dengan teknik yang luas dan bervariasi,
termasuk induksi elektromagnetik (Reynold,1997).
Metode tahanan jenis pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda potensial.
Dan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda
dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga tahanan jenis lapisan dibawah
3
titik ukur (sounding point). Metode ini lebih efektif dan cocok di gunakan untuk
eksplorasi yng sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di
kedalaman lebih dari 1000 kaki atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang
digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak di gunakan dalam bidang
engineering geology seperti penentuan kedalaman basement (batuan dasar),
pencarian reservoir (tandon) air, dan eksplorasi geothermal (panas bumi).
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal
beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis, antara lain metode Schlumberger,
metode Wenner dan metode Dipole Sounding. Pada metode tahanan jenis
konfigurasi Schlumberger, bumi diasumsikan sebagai bola padat yang mempunyai
sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, maka seharusnya resistivits yang
terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung atas spasi
elektroda, = KV / I . Namun pada kenyataannya bumi terdiri atas lapisan-
lapisan dengan yang berbeda-beda sehingga potensial yang terukur merupakan
pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut (Wuryantoro, 2007).
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta
tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu
(Apparent Resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang
terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik. Bilasatu set hasil pengukuran tahanan jenis
semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada
grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis
semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik.
Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah
permukaan. dan kurva bantu sebagai acuan untuk mencari resisitivitas dan
kedalaman daerah penelitian (Telford, 1990).
4
Mulai
Persiapan akuisisi
lapangan
Selesai
Gambar 3.2.1 Diagram Alir Penelitian
6
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu adalah praktikum mengenai pengukuran sounding
dan konfigurasi schlumberger. Pengukuran sounding itu sendiri merupakan
teknik pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh variasi resistivitas
secara vertikal. Untuk pengukuran secara sounding, konfigurasi yang paling
cocok yaitu adalah konfigurasi schlumberger karena konfigurasi sclumberger
ini merupakan konfigurasi yag sensitif ke arah vertikal. Pengukuran pada
konfigurasi schlumberger ini hampir sama dengan Wenner, namun jarak
elektroda arus dapat diubah tidak sama dengan jarak elektroda potensial. Nilai
eksentrisitas dari konfigurasi ini dapat berkisar antara 1/3 atau 1/5. Apabila
elektroda arus yang dipindah sudah melewati batas eksentrisitas, perlu
dilakukan shifting pada elektroda potensial agar nilai yang didapatkan masih
bisa terbaca.
3,14 ( + 1)
8
Selain nilai dari faktor geometri, dari nilai-nilai arus serta potensial yang
dihasilkan maka nantinya dapat kita cari nilai dari resistivitas semu yang
terukur dengan menggunakan rumus :
=
Selanjutnya yaitu setelah kita mendapatkan nilai dari resistivtas semu yang
terukur, nilai-nilai resistivitas tersebut kita rata-ratakan. Untuk merata-ratakan
nilai dari resistivitas tersebut, kita lihat terlebih dahulu nilai dari masing-
masing resistivitas. Jika antar resistivitas memiliki perbedaan yang sangat
jauh, maka nilai resistivitas yang jauh tersebut tidak kita pakai, contohnya
yaitu pada nilai resistivitas pada pengukuran AB/2 sebesar 6m dan jarak antar
elektroda nya yaitu 0,5m. nilai dari resistivitas yang dihasilkan yaitu
1055,315, lalu 516,373, lalu 496,5125. Dapat kita lihat bahwa resistivitas
pertama memilki nilai yang sangat jauh berbeda dengan nilai resistivitas
kedua dan ketiga, maka untuk mendapatkan harga resistivitas rata-rata nya
dapat kita cari dengan menggunaka nilai resistivitas kedua dan ketiga.
Contohnya yaitu :
516,373 + 496,5125
=
2
Maka akan dihasillkan nilai rata-rata dari resistivitas semu nya, nilai dar
resistivitas yang lain juga dapat kita cari dengan merata-ratakan seperti
contoh diatas sehingga dihasilkan rata-rata dari semua resistivitas semu.
Setelah nilai dari rata-rata resistivitas semu telah dihasilkan, maka selanjutnya
kita mencari nilai dari fault (gap) dari harga resistivitas semu rata-rata yaitu
dengan cara mengurangkan nilai resistivitas rata-rata pada nilai AB/2 yang
sama. Gap ini dihasikan karena adanya perubahan jarak elektroda pada saat
pengukuran, misal yang semula memakai jarak elektroda sebesar 0,5m
berubah menjadi 5m. Pada gap pertama yaitu dicari dengan mengurangkan
resistivitas rata-rata yang berada pada AB/2 15m, dan pada nilai gap kedua,
dapat dicari dengan mengurangkan harga resistivitas semu rata-rata pada
AB/2 bernilai 75m. setelah nilai dari fault (gap) dari resistivitas semu telah
didapatkan, maka selanjutnya kita mencari nilai dari koreksi resistivitas semu
yang memiliki gap. Setelah nilai dari koreksi resistivitas telah berhasil dicari,
maka selanjutnya yaitu membuat grafik hubungan antara AB/2 dengan
resistivitas semu. Grafik pertama yang kita buat yaitu adalah grafik antara
AB/2 dan resistivitas semu dengan skala logaritmik yang belum terkoreksi
(dapat dilihat pada lampiran), lalu grafik selanjutnya yaitu grafik antara AB/2
dan resistivitas semu yang telah terkoreksi dengan menggunakan skala
logaritmik (dapat dilihat pada lampiran), lalu grafik gabungan antara AB/2
dan resistivitas yang menggunakan skala logaritmik (dapat dilihat pada
9
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Konfigurasi sclhumberger merupakan konfigurasi pada metode geolistrik
yang memiliki sensitifitas untuk pengukuran secara vertikal atau pengukuran
secara sounding dengan jarak AM dan NB tetap sedangkan jarak MN berubah.
2. Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan
pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif
jauh, Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan
untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan,
yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas.
3. Dalam melakukan akuisisi data lapangan menggunakan konfigurasi
sclhumberger dapat dilakukan dengan menggunakan alat geolistrik yaitu
Naniura Resistivitymeter yang memiliki elektroda arus serta potensial yang
tersusun sesuai dengan konfigurasi sclhumberger. Kemudian dilakukan
pengkalibrasian nilai yang akan digunakan. Setelah itu menginjeksi arus dan
mencatat hasil yang diperoleh.
4. Data yang diperoleh dari lapangan dibuat grafik menggunakan microsoft excel
untuk mendapatkan grafik hubungan resisitivitas dan AB/2. Selanjutnya
mengkoreksi data yang terjadi gap pada grafik. Setelah selesai, maka didapat
grafik hubungan nilai resisitivitas dan nilai AB/2 hasil dari akuisisi lapangan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Halik; Gusfan dan Widodo S, Jojok, 2008, Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger Di Kampus Tegal Boto
Universitas Jember, Media Teknik Sipil.
LAMPIRAN
13
1000
100
10
1
1.0 10.0 100.0 1000.0
AB/2
1000
100
10
1
1.0 10.0 100.0 1000.0
AB/2
14
1000
Resistivity ()
100
10
1
1.0 10.0 100.0 1000.0
AB/2
Before Corrected After Corrected Gap of Changing a
1200
1000
800
600
400
200
0
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0
AB/2
Before Corrected After Corrected Gap of Changing a
15