BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan
Loke
(1999)
mengungkapkan bahwa
digunakan
untuk
memetakan
resistivitas
bawah
batuan
yang
terisi
air
sangat
mudah
detail
untuk
melakukan
pendataan
serta
maupun
keseluruhan
pemunculan
ditentukan
oleh
dan
penyebarannya,
lapisan-lapisan
batuan
yang
yang
dimanfaatkan
sehingga
kebutuhan
akan
air
dapat
terpenuhi.
1.2
TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian survey bawah
rangkaian
pengukuran
geolistrik,
yang
kedalaman
Pengukuran
pemboran
Geolistrik
Metode
berdasarkan
Resistivity
hasil
dengan
secara
permukaan
horizontal
dari
hasil
maupun
vertical
interpretasi
di
bawah
geolistrik
dalam
Dapat
menjadi
acuan
kegiatan
pekerjaan
RUANG LINGKUP
Pengukuran geolistrik yang dilakukan di lokasi rencana TPA
dan
pemodelan
penampang
resistivitas
bawah
data
dan
rangkaian
dituangkan
hasil
pengolahan
pengukuran
dalam
analisis
data
geolistrik,
dan
dari
yang
kesimpulan
air
bawah
permukaan
berdasarkan
hasil
interpretasi geolistrik.
BAB II
PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.1
WAKTU PENGUKURAN
5
input
data
lapangan
dan
sketsa
lokasi
2.2
LOKASI PENGUKURAN
Titik Sounding
Desa Totoli
Kecamatan
Banggai
Kabupaten Majene
2.3
GL_01
GL_02
GL_03
GL_04
GL_05
GL_06
GL_07
GL_08
0715256
0715241
0715271
0715309
0715355
0715304
0715172
0715178
PERALATAN
Peralatan
yang
digunakan
selama
pengukuran
dan
Foto 2.1
Peralatan Geolistrik tahanan jenis yang terdiri dari :
Resistivitimeter Naniura NRD 22S, Roll Kabel ; (2 x 500 m, 2
x 100 m), Power Suplay (accu kering 2 x 12 volt), Patok
(Potensial 2 buah, arus 2 buah) dan Palu
Lokasi
Penyelidikan
2.4
METODE PENGUKURAN
Resistansi :
V
(ohm)
I
.............
(1)
Resistivitas :
E
J
.................
(2)
Konduktivitas :
(m)
1
(m)-1
.............
(3)
Dengan:
L
A
(ohm)
............
(4)
menjadi
tiga
macam,
yaitu
konduksi
secara
10
mengenai
aliran
listrik
di
dalam
bumi
....................................
(5)
J E
tidak
ada
J.dA J dV 0
S
arus
sehingga
dan
V
E
yang
jika didalam
mengalir
(V 0
J
maka
yang
11
2V
1 2 V
1
V
1
2V
r
sin
0
2
2
2
2
r
r r
r sin
r sin 2
. (6)
Dengan asumsi bumi bersifat homogen isotropis, maka
persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
2V
2 V
0 .
2
r r
r
(7)
V(r)
C1
C 2 (8)
r
2.5
C1
.
r
12
2
atau I 4 r
J
I 4 r 2 r
V
4 C1
r
..
(9)
Sehingga
C1
I
4
V(r)
...
I
4 r
dan
4 r
V
I
(10)
I
2 r
.......
2.5.3
atau
2 r
V
I
(11)
permukaan bumi.
Beda potensial yang terjadi antara elektroda MN yang
diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda AB adalah :
13
V VM VN
I 1
1
1
1
2 AM BM
AN BN
1
1
1
1
2
AN BN
AM BM
K
atau
.
V
I
atau
V
I
.................................................
(12)
1
1
1
1
K 2
AN BN
AM BM
dengan
konfigurasi
Schlumberger,
pemasangan
elektrodanya adalah :
14
Sehingga
S K S
dengan
KS
V
I
L2 l 2
2l
........
(14)
Metode pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity)
dengan menggunakan susunan elektroda Metode Schlumberger
dengan bentangan kabel AB/2 sampai dengan 300 - 900 meter.
Metode
ini
menempatkan
elektroda
potensial
MN
pada
bentangan
elektroda
potensial
MN
dan
Dengan :
= koefisien geometris
15
Tabel 2.2
Tipe
batuan/Tanah
1
0
10
0
100
0
1000
0
10000 100000
0
0
Lempung/Napal
Tanah liat
tanah lempung
tanah pasiran
tanah lepas
pasir
sungai/kerikil
Kapur
batugamping
Batupasir
Basalt
batuan kristalin
16
Tabel 2.3
Tipe air
air meteorik dari hujan
30 - 100
30 - 500
10 - 100
>1
air laut
0.2
> 1,8
> 0,65
elektroda
yang
dipergunakan
adalah
konfigurasi Schlumberger.
2.7
PENGOLAHAN DATA
1.
2.
3.
grafik
pengukuran,
pengukuran
kemudian
(log-log)
untuk
dilakukan
setiap
penghalusan
titik
data
dilakukan
konturing
sehingga
diperoleh
6.
7.
Pemodelan resistivitas
menggunakan
inversi
metode
beda,
sehingga
(finite
Penampang-penampang
memprediksi
kondisi
saturasi
ini
air
ditafsirkan
pada
untuk
masing-masing
BAB III
GEOLOGI UMUM
DAERAH PENYELIDIKAN
dan
semak
belukar,
tersusun
atas
material
terumbu
dan
tufa
yang
mengalami
20
kumpulan
batugamping
terumbu
tidak
terlihat
berwarna
dan
berukuran
lempung
sampai
pasir
yang
dimana
pada
geologi
batugamping
terumbu
regional
sepanjang
terdapat
daerah
pesisir majene dan juga batu Napal tufaan yang lebih tua
dan berada dibawah batugamping terumbu, Batuan ini
tersebar pada bagian barat
21
Daerah
penyelidikan
termasuk
dalam
area
dimaksimalkan
pada
saat
musim
hujan
untuk
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan dan interpretasi data geolistrik tahanan
jenis dibuat dalam bentuk Penampang Resistivitas Semu Bawah
Permukaan yang kemudian menjadi dasar penentuan posisi titik
bor di daerah tersebut. Hasil dan pembahasan masing-masing
lokasi pengukuran di Daerah Rencana TPA
Majene dapat
lapisan
didasarkan
hasil
inverse
23
4.1
LINE_01 (GL_07GL_02GL_06)
Jarak antara titik duga GL_07 dan GL_02 adalah 75 m, jarak
antara titik duga GL_02 dan GL_06 adalah 65 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 140 m berada
pada posisi 65 205 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 0,05 1791,30 m
Berdasarkan hasil korelasi antara ketiga titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.1) : Diperoleh 5 lapisan,
kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai
berikut :
a. Lapisan 1 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (71,6
Batugamping
terumbu
(fresh/massiv)
Gambar
4.1
Geolistrik
Tahanan
Jenis
25
4.2
LINE_02 (GL_08-GL_01-GL_04)
Jarak antara titik duga GL_08 dan GL_01 adalah 85 m, jarak
antara titik duga GL_01 dan GL_04 adalah 75 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 160 m berada
pada posisi 60 220 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 1,24 409,57 m
Berdasarkan hasil korelasi antara ketiga titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.2) : Diperoleh 3 lapisan,
kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai
berikut :
a. Lapisan
Batugamping
terumbu
(fresh/massiv)
Gambar
4.2
4.3
Geolistrik
Tahanan
Jenis
LINE_03 (GL_03-GL_05)
Jarak antara titik duga GL_03 dan GL_05 adalah 90 m,
sehingga panjang total antara kedua titik duga adalah 90
m berada pada posisi 100 190 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 5,67 423,43 m
27
Berdasarkan
hasil
korelasi
antara
kedua
titik
duga
terumbu
(fresh/massiv)
28
Gambar
4.3
4.4
Geolistrik
Tahanan
Jenis
LINE_04 (GL_06-GL_04-GL_05)
Jarak antara titik duga GL_06 dan GL_04 adalah 60 m, jarak
antara titik duga GL_04 dan GL_05 adalah 70 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 130 m berada
pada posisi 80 210 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 6,24 4178,5 m
Berdasarkan hasil korelasi antara ketiga titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.4) : Diperoleh 4 lapisan,
29
30
Gambar
4.4
4.5
Geolistrik
Tahanan
Jenis
LINE_05 (GL_02-GL_01-GL_03)
Jarak antara titik duga GL_02 dan GL_01 adalah 50 m, jarak
antara titik duga GL_01 dan GL_03 adalah 60 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 110 m berada
pada posisi 330 440 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 0,36 5615,7 m
31
Berdasarkan
hasil
korelasi
antara
ketiga
titik
duga
32
4.6
LINE_06 (GL_07-GL_08)
Jarak antara titik duga GL_07 dan GL_08 adalah 80 m,
sehingga panjang total antara kedua titik duga adalah 80
m berada pada posisi 100 180 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 0,87 567,33 m
Berdasarkan hasil korelasi antara kedua titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.6) : Diperoleh 4 lapisan,
33
34
4.7
Geolistrik
Tahanan
Jenis
POTENSI AIRTANAH
Potensi airtanah pada TPA Majene dapat diketahui
bagian
35
36
dimana air
pada
kedalaman
ini
yang
umumnya
E / 15
TITIK BOR
Berdasarkan penampang resistivitas bawah permukaan,
37
Titik Bor
GL_02
9607482
Kedalaman
(m)
0.0
-0.6
-1.3
-3.9
-7.0
-10.8
-15.7
-21.7
-29.3
-38.7
-50.5
-65.3
-83.7
-106.8
-135.6
-171.6
Resistivi
ty
7.513
7.513
7.513
51.08
206.38
570.99
991.25
572.49
104.13
18.39
9.974
22.4
85.15
144.3
56.34
5.82
GL_02
Simb
ol
Litologi
Batugamping Terumbu (lapuk)
Tufa/Napal (aquifer)
38
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Dari data pengukuran dan pengolahan data yang kemudian
2.
Kondisi
daerah
survei
memungkinkan
39
3.
4.
(pelapukan
(fresh/massiv),
tinggi),
tufa/napal
batugamping
(aquifer)
dan
terumbu
tufa/napal
(aquifer/asin payau).
5.
mengarah
dari
arah
Tenggara
ke
Barat
laut
(lampiran 7).
5.2
SARAN
Untuk lokasi titik bor yang direkomendasikan di daerah
lubang bor yang sudah ada untuk memeriksa secara lebih detail
susunan litologi secara vertikal dan kondisi konstruksi sumur bor
yang bisa memberikan hasil debit maksimum.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
42