Anda di halaman 1dari 42

Laporan Hasil Penyelidikan

Geofisika (Tahanan Jenis)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan

untuk memperkirakan keberadaan akuifer air tanah dalam,


penentuan batuan dasar adalah metoda geolistrik tahanan
jenis (Resistivity). Metoda ini merupakan salah satu metoda
geofisika yang dapat memberikan gambaran susunan dan
kedalaman lapisan batuan, dengan mengukur sifat kelistrikan
batuan. Selanjutnya

Loke

(1999)

mengungkapkan bahwa

survey geolistrik metoda resistivitas mapping dan sounding


menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas
baik arah lateral maupun arah vertikal.
Metode Geolistrik Tahanan Jenis atau lebih dikenal sebagai
metode resistivitas, merupakan salah satu metode geofisika yang
biasa

digunakan

untuk

memetakan

resistivitas

bawah

permukaan. Metode ini cukup baik dikaitkan dengan keberadaan


saturasi air di bawah permukaan. Hal ini dimungkinkan karena
lapisan tanah dan

batuan

mengalirkan arus listrik

yang

terisi

air

sangat

mudah

atau bersifat konduktif. Lapisan tanah

konduktif seperti ini biasanya memiliki harga resistivitas tertentu


(berharga rendah). Dengan menampilkan penampang resistivitas
1

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

bawah permukaan, maka dapat diprediksikan lapisan-lapisan


tanah atau batuan yang tersaturasi air. Hal ini cukup bermanfaat
untuk memprediksikan lokasi dan kedalaman tempat akuifer air
tanah terdapat.
Metode geolistrik tahanan jenis cukup baik dikaitkan
dengan keberadan saturasi air di bawah permukaan. Hal ini
dimungkinkan karena lapisan tanah dan batuan yang terisi air
sangat mudah mengalirkan arus listrik atau bersifat konduktif.
Lapisan tanah konduktif seperti ini biasanya memiliki harga
resistivitas tertentu (berharga normal). Lapisan dengan nilai
resistivitas normal yang diprediksikan mengandung freshwater
(bernilai 10 300 m). Dengan menampilkan penampang
resistivitas bawah permukaan, maka dapat diprediksikan lapisanlapisan tanah atau batuan yang tersaturasi air. Hal ini cukup
bermanfaat untuk menentukan lokasi titik bor dan kedalaman
pemboran airtanah di lokasi tersebut.
Penyelidikan airtanah secara geolistrik ini merupakan
penyelidikan

detail

untuk

melakukan

pendataan

serta

menginventarisir tentang keberadaan air tanah, baik potensi,


kondisi

maupun

keseluruhan

pemunculan

ditentukan

oleh

dan

penyebarannya,

lapisan-lapisan

batuan

yang
yang

bertindak sebagai lapisan akuifer atau sifat batuan lain yang


merupakan indikasi akan keberadaan airtanah, seperti struktur
2

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

dan kondisi geologi lainnya. Sehingga dari penyelidikan geolistrik


ini dapat ditindaklanjuti dengan melakukan pemboran eksplorasi
untuk

dimanfaatkan

sehingga

kebutuhan

akan

air

dapat

terpenuhi.

1.2

TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian survey bawah

permukaan dengan metode geolistrik tahanan jenis ini adalah


sebagai berikut :

Menentukan resistivitas bawah permukaan di daerah


survey dengan melakukan perhitungan dan pemodelan
dari data hasil pengukuran geolistrik di masing-masing
lokasi survei.

Memberikan data dan hasil pengolahan data dari


keseluruhan

rangkaian

pengukuran

geolistrik,

yang

kemudian dituangkan dalam analisis dan kesimpulan.

Memberikan informasi titik duga pemboran air tanah


dan

kedalaman

Pengukuran

pemboran

Geolistrik

Metode

berdasarkan
Resistivity

hasil
dengan

metode pengukuran Schlumberger yang akan diolah


dalam bentuk penampang satu atau dua dimensi

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

berdasarkan program dengan menggunakan software


Res2Dinv.

Memberikan gambaran dan struktur lapisan tanah di


bawah permukaan, terutama lapisan yang keras sebagai
batuan dasar.

Memberikan informasi tentang penyebaran air tanah


baik

secara

permukaan

horizontal
dari

hasil

maupun

vertical

interpretasi

di

bawah

geolistrik

dalam

bentuk penampang dua dimensi yang dikompilasi dalam


bentuk peta.

Dapat

menjadi

acuan

kegiatan

pekerjaan

selanjutnya, khususnya proyek pengeboran eksplorasi


air tanah.
1.3

RUANG LINGKUP
Pengukuran geolistrik yang dilakukan di lokasi rencana TPA

Majene Daerah Deteng Deteng Desa Totoli Kecamatan Banggai


Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Barat.
Pengolahan data hasil pengukuran lapangan dilakukan di
Studio Kerja (Base Camp) yang meliputi perhitungan harga
resistivitas

dan

pemodelan

penampang

resistivitas

bawah

permukaan lintasan pengukuran untuk masing-masing lokasi


daerah survey.

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Hasil yang ingin dicapai dalam pelaksanaan survey ini,


berupa :
a. Informasi tentang zonasi dan lapisan air tanah (akuifer) di
lintasan pengukuran geolistrik baik air permukaan maupun
air tanah dalam.
b. Memberikan
keseluruhan
kemudian

data

dan

rangkaian

dituangkan

hasil

pengolahan

pengukuran
dalam

analisis

data

geolistrik,
dan

dari
yang

kesimpulan

tentang lokasi survey.


c. Memberikan informasi titik pengeboran air tanah dan
kedalaman pemboran eksplorasi air tanah berdasarkan hasil
Pengukuran Geolistrik Metode Resistivity dengan metode
pengukuran Schlumberger yang akan diolah dalam bentuk
penampang berdasarkan program dengan menggunakan
software Res2Dinv.
d. Memberikan informasi lapisan bawah permukaan mulai
lapisan yang lapuk sampai lapisan fresh/massiv dan arah
pergerakan

air

bawah

permukaan

berdasarkan

hasil

interpretasi geolistrik.

BAB II
PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA

2.1

WAKTU PENGUKURAN
5

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Kegiatan pelaksanaan survey pengukuran geolistrik di


daerah ini dilakukan dengan tiga tahap pekerjaan, yaitu :
2.1.1 Survey Awal
Dilakukan di awal pekerjaan untuk menentukan lokasi
tempat pengukuran geolistri berdasarkan kondisi topografi/
morfologi, geologi, vegetasi dan informasi mengenai kondisi
sumur dangkal maupun sumber air baku masyarakat di sekitar
lokasi daerah survey.
2.1.2 Pengambilan Data
Pelaksanaan pengambilan data lapangan dilakukan setelah
tahapan survey awal, yang berlangsung selama dua hari, mulai
tanggal 8 sampai dengan 9 September 2015 Dengan titik duga
GL_01, GL_02, GL_03, GL_04, GL_05, GL_06, GL_07 dan GL_08.
2.1.3 Pengolahan dan Analisis Data
Pelaksanaan

input

data

lapangan

dan

sketsa

lokasi

pengukuran maupun data-data lainnya yang berkaitan dilakukan


di base camp setiap pulang dari lokasi pengukuran, sedangkan
pengolahan dan analisis dilakukan setelah tahap kegiatan
lapangan selesai dilaksanakan.

2.2

LOKASI PENGUKURAN

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Lokasi pengukuran geolistrik dilakukan di lokasi rencana


TPA Majene Daerah Deteng Deteng Desa Totoli Kecamatan
Banggai Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Barat, seperti yang
terlihat pada tabel dibawah :
Tabel 2.1 Lokasi Pengukuran Geolistrik di Rencana TPA Majene
Lokasi

Titik Sounding

Desa Totoli
Kecamatan
Banggai
Kabupaten Majene

2.3

GL_01
GL_02
GL_03
GL_04
GL_05
GL_06
GL_07
GL_08

Koordinat (WGS 84)


X
Y
9607540
9607482
9607581
9607521
9607578
9607472
9607482
9607554

0715256
0715241
0715271
0715309
0715355
0715304
0715172
0715178

PERALATAN
Peralatan

yang

digunakan

selama

pengukuran

dan

pengambilan data di lapangan adalah :

Satu unit Resistivitimeter Naniura NRD 22S

Global Positioning System Map (GPS Map) Garmin 76


CSx

Kompas Brunton dan Palu Geologi

Kamera Foto Digital

Buku Catatan Lapangan dan alat tulis menulis

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Foto 2.1
Peralatan Geolistrik tahanan jenis yang terdiri dari :
Resistivitimeter Naniura NRD 22S, Roll Kabel ; (2 x 500 m, 2
x 100 m), Power Suplay (accu kering 2 x 12 volt), Patok
(Potensial 2 buah, arus 2 buah) dan Palu

Lokasi
Penyelidikan

Gambar 2.1 Peta tunjuk lokasi penyelidikan

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

2.4

METODE PENGUKURAN

2.4.1 Pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis


Dalam metode geolistrik ini digunakan definisi-definisi :
R

Resistansi :

V
(ohm)
I

.............

(1)

Resistivitas :

E
J

.................

(2)

Konduktivitas :

(m)

1
(m)-1

.............

(3)
Dengan:

V = potensial listrik (volt)


I = kuat arus (ampere)
E = medan listrik (N/C)
J = rapat arus listrik (A/m2)

Untuk sebuah silinder konduktor dengan resistivitas , panjang L


dan luas penampang A, maka hambatannya adalah:
R

L
A

(ohm)

............

(4)

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Gambar 2.2 Penampang silinder konduktor

2.4.2 Sifat Kelistrikan Batuan


Aliran arus listrik di dalan batuan atau mineral dapat
digolongkan

menjadi

tiga

macam,

yaitu

konduksi

secara

elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara


dielektrik. Konduksi elektronik terjadi jika batuan atau mineral
mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan
dalam batuan tersebut oleh elektron-elektron bebas. Konduksi
elektrolitik terjadi jika batuan atau mineral bersifat porus dan
pori-pori tersebut terisi oleh cairan-cairan elektrolitik. Pada
konduksi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit. Sedang
konduksi dielektrik terjadi jika batuan atau mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik yatiu terjadi polarisasi saat
bahan dialiri arus listrik.
Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: konduktor baik (10-8 <

10

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

< 1) m, konduktor pertengahan (1 < < 107) m, dan isolator


( > 107) m.
2.4.3 Aliran Listrik dalam Bumi
Pembahasan

mengenai

aliran

listrik

di

dalam

bumi

didasarkan pada asumsi bahwa bumi merupakan medium


homogen isotropik. Disini akan kita amati potensial listrik
disekitar titik arus di dalam bumi dan di permukaan bumi.
Tinjau suatu medium homogen isotropis. Jika medium
tersebut dialiri arus listrik searah I (karena diberi medan listrik E),
maka elemen arus I yang melalui elemen luas A dengan
kerapatan arus J adalah :
I j A

....................................

(5)

J E

Menurut hukum Ohm :


medium

tidak

ada

J.dA J dV 0
S

arus

sehingga

dan

V
E

yang

jika didalam

mengalir

(V 0
J

maka

yang

dikenal sebagai hukum kekekalan muatan atau dapat ditulis


menjadi 2 V 0 yang merupakan persamaan Laplace.
Dalam koordinat bola operator Laplacian berbentuk :

11

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

2V

1 2 V
1

V
1
2V
r

sin

0
2
2
2
2
r

r r
r sin
r sin 2

. (6)
Dengan asumsi bumi bersifat homogen isotropis, maka
persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :

2V
2 V

0 .
2
r r
r

(7)

Sehingga penyelesaian dari persamaan Laplace ini adalah :

V(r)

C1
C 2 (8)
r

Dengan C1 dan C2 konstanta sembarang. Nilai kedua konstanta


tersebut ditentukan dengan menerapkan syarat batas yang
harus dipenuhi potensial V(r) yaitu pada r = (jarak yang sangat

jauh), V() = 0 sehingga C2 = 0 dan V(r)

2.5

C1
.
r

DISTRIBUSI ARUS LISTRIK

2.5.1 Titik Arus di dalam Bumi

12

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Arus listrik keluar secara radial dari titik arus dengan


jumlah arus yang keluar melalui permukaan bola dengan jari-jari
r adalah :

2
atau I 4 r

J
I 4 r 2 r

V
4 C1
r

..

(9)
Sehingga
C1

I
4

V(r)

...

I
4 r

dan

4 r

V
I

(10)

2.5.2 Titik arus di permukaan bumi


Untuk titik arus di permukaan maka besarnya arus I adalah
sama dengan luas setengah bola yaitu 2 r 2 sehingga :
V(r)

I
2 r

.......

2.5.3

atau

2 r

V
I

(11)

Dua titik arus yang berlawanan polaritasnya di

permukaan bumi.
Beda potensial yang terjadi antara elektroda MN yang
diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda AB adalah :

13

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

V VM VN

I 1
1
1
1

2 AM BM
AN BN

1
1
1
1
2



AN BN
AM BM
K

atau
.

V
I

atau

V
I

.................................................

(12)

1
1
1
1
K 2



AN BN
AM BM

dengan

yang merupakan koreksi konfigurasi elektroda potensial dan


arus.

2.6 KONFIGURASI PENGAMBILAN DATA


2.6.1. Schlumberger Sounding
Untuk

konfigurasi

Schlumberger,

pemasangan

elektrodanya adalah :

Gambar 2.3 Konfigurasi Pengukuran Shlumberger

14

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Sehingga

S K S

dengan

KS

V
I

L2 l 2
2l

........

(14)
Metode pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity)
dengan menggunakan susunan elektroda Metode Schlumberger
dengan bentangan kabel AB/2 sampai dengan 300 - 900 meter.
Metode

ini

menempatkan

elektroda

potensial

MN

pada

bentangan-bentangan jarak tertentu, sedangkan elektroda arus


AB selalu dipindahkan sesuai dengan bentangan jarak yang
dipilih (sesuai table pengukuran).
Penempatan

bentangan

elektroda

potensial

MN

dan

elektroda arus AB diutamakan memenuhi syarat bahwa jarak


MN/2 adalah 1/5 jarak AB/2. Bentangan elektroda arus selalu
berubah untuk setiap pengukuran, maka harga tahanan jenis
semu diperoleh dari rumus:
a = K . V/I
dan K = / 4a (L2 a2)

Dengan :

a = tahanan jenis semu (Ohm-m)


V

= beda potensial (Volt)

= beda arus yang digunakan (Ampere)

= jarak bentangan MN (m)

= jarak bentangan AB (m)

= koefisien geometris

15

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Gambar 2.4. Ilustrasi susunan elektroda-elektroda dengan Metode


Schlumberger dalam pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis
(Todd, 1980)

Tabel 2.2

Hubungan nilai Tahanan Jenis dan Jenis Batuan (Sumber


:Vingoe. P, 1972)

Tipe
batuan/Tanah

Tahanan Jenis (m)


1

1
0

10
0

100
0

1000
0

10000 100000
0
0

Lempung/Napal
Tanah liat
tanah lempung
tanah pasiran
tanah lepas
pasir
sungai/kerikil
Kapur
batugamping
Batupasir
Basalt
batuan kristalin

16

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Tabel 2.3

Hubungan Nilai Tahanan Jenis Dan Tipe Air


Tahanan Jenis
(m)

Tipe air
air meteorik dari hujan

30 - 100

air permukaan dalam batuan


beku

30 - 500

air permukaan dalam batuan


sedimen

10 - 100

airtanah dalam batuan

>1

air laut

0.2

air untuk rumah tinggal

> 1,8

air untuk irigasi

> 0,65

Sistematika kerja dalam pengukuran geolistrik tahanan jenis,


antara lain :
a. Dalam penguikuran geolistrik, dapat dibuat lintasan
dengan panjang bentangan setiap titik sounding 300
900 m
b. Konfigurasi

elektroda

yang

dipergunakan

adalah

konfigurasi Schlumberger.
2.7

PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data hasil pengukuran geolistrik dilakukan di


Studio Kerja dan Kantor dengan urut-urutan pengolahan data
geolistrik adalah sebagai berikut :
17

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

1.

Data yang diperoleh dari pengukuran berupa harga


besar arus (I) dan beda potensial (V) setiap titik pengukuran

2.

Harga resistivitas semu dihitung dari faktor konfigurasi


pengukuran dan perbandingan harga beda potensial (V) dan
kuat arus (I) pengukuran

3.

Harga resistivitas semu hasil perhitungan di plot dalam


bentuk

grafik

pengukuran,

pengukuran
kemudian

(log-log)

untuk

dilakukan

setiap

penghalusan

titik
data

(smoothing) sehingga diperoleh harga resistivitas semu hasil


penghalusan untuk setiap lokasi titik pengukuran
4.

Harga resistivitas semu tersebut dipetakan terhadap


kedalaman semu (setengah panjang bentangan kabel, AB/2),
kemudian

dilakukan

konturing

sehingga

diperoleh

penampang harga resistivitas semu terhadap kedalaman


semu untuk setiap lintasan pengukuran
5.

Penampang resistivitas semu di atas digunakan untuk


menginterpolasi data resistivitas semu ideal dengan asumsi
perlapisan bawah permukaan antar titik pengukuran saling
berhubungan.

6.

Hasil interpolasi dijadikan input data untuk melakukan


pemodelan lapisan resistivitas tanah bawah permukaan
dengan bantuan komputer.
18

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

7.

Pemodelan resistivitas
menggunakan

inversi

bawah permukaan dilakukan

metode

beda,

sehingga

(finite

difference) untuk setiap lintasan akan diperoleh penampang


model perlapisan resistivitas listrik lapisan tanah/batuan di
bawah permukaan.
8.

Penampang-penampang
memprediksi

kondisi

saturasi

ini
air

ditafsirkan
pada

untuk

masing-masing

lapisan, sehingga diperoleh gambaran kondisi air tanah


bawah permukaan di sepanjang lintasan pengukuran.

BAB III
GEOLOGI UMUM
DAERAH PENYELIDIKAN

3.1. PENYELIDIKAN GEOLOGI


3.1.1 GEOMORFOLOGI
19

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Secara umum dapat dijelaskan bahwa geomorfologi


daerah penelitian dan sekitarnya terdiri dari 2 satuan
morfologi, yaitu satuan morfologi bergelombang lemah dan
satuan Pedataran pantai. Satuan morfologi ini terbentuk
oleh tenaga endogen dan eksogen, dan merupakan penciri
dari batuan penyusunnya.
Satuan morfologi pedataran menempati kawasan
pemukiman dan perkebunan masyarakat desa majene.
Tingkat pelapukan sangat tinggi karena resistensi batuan
sangat rendah, mempunyai relief yang relatif landai,
vegetasi jarang sampai sedang ditumbuhi oleh pohon
kelapa dan tanaman produktif milik masyarakat serta
rumput

dan

semak

belukar,

berukuran pasir yang


batugamping

tersusun

atas

material

berasal dari hasil pelapukan dari

terumbu

dan

tufa

yang

mengalami

transportasi ke daerah ini.

3.1.2 STRUKTUR GEOLOGI

Kondisi struktur geologi secara regional pada daerah


lokasi penyelidikan adalah berupa struktur sesar juga
terdapat struktur minor kekar . Pada area penyelidikan

20

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

dengan luas kurang lebih 3 ha yang batuannya terdiri


dari

kumpulan

batugamping

terumbu

tidak

terlihat

struktur batuan secara langsung hal ini dipengaruhi oleh


tingkat pelapukan yang cukup tinggi.
3.1.3 LITOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Batuan yang tersebar pada daerah penyelidikan
berupa batugamping terumbu dengan ciri ciri

berwarna

putih tulang, tekstur berpori, berukuran kerikil sampai


bongkahan, berkomposisikan kalsium karbonat , terumbu
karang dan cangkang kerang laut yang sudah mengalami
pemfosilan. Pada bagian permukaan secara umum terdiri
dari top soil dengan ketebalan 0-2.5 m dengan warna
hitam

dan

berukuran

lempung

sampai

pasir

yang

merupakan hasil pelapukan dari batugamping terumbu.


Hasil pemetaan batuan diatas diperkuat dengan peneliti
terdahulu
penyebaran

dimana

pada

geologi

batugamping

terumbu

regional
sepanjang

terdapat
daerah

pesisir majene dan juga batu Napal tufaan yang lebih tua
dan berada dibawah batugamping terumbu, Batuan ini
tersebar pada bagian barat

sampai bagian utara daerah

Majene. ( Djuri dan Sudjatmiko, 1974 ; Geologi regional


majene Sulawesi selatan ).
3.2. TATA GUNA LAHAN

21

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Daerah

penyelidikan

termasuk

dalam

area

perkebunan kelapa dan juga sebagai pertanian jangka


pendek berupa umbi umbian .
Perkebunan pada daerah ini sangat mengandalkan
air hujan sebagai sumber air. Apabila musim kemarau
maka wilayah ini tidak bisa menghasilkan sehingga hanya
akan

dimaksimalkan

pada

saat

musim

hujan

untuk

menanam tanaman jangka pendek.

22

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan dan interpretasi data geolistrik tahanan
jenis dibuat dalam bentuk Penampang Resistivitas Semu Bawah
Permukaan yang kemudian menjadi dasar penentuan posisi titik
bor di daerah tersebut. Hasil dan pembahasan masing-masing
lokasi pengukuran di Daerah Rencana TPA

Majene dapat

dijelaskan sebagai berikut.


Pengukuran geolistrik di lokasi rencana TPA Majene Daerah
Deteng Deteng Desa Totoli Kecamatan Banggai Kabupaten
Majene Propinsi Sulawesi Barat dilakukan sebanyak 8 (delapan)
titik sounding yaitu titik GL_01, GL_02, GL_03, GL_04, GL_05,
GL_06, GL_07 dan GL_08 panjang bentangan kabel setiap titik
sounding di lokasi ini adalah 300 - 900 meter dengan kedalaman
tembus efektif adalah 52.4 - 172 meter. Tabel pengukuran data
lapangan dapat dilihat pada Lampiran B.
Interpretasi/dugaan

lapisan

didasarkan

hasil

inverse

geolistrik kemudian dituangkan dalam bentuk penampang dua


dimensi yang diolah dari hasil korelasi dua sampai tiga titik duga
geolistrik untuk memudahkan dalam interpretasi. Selain aspek
fisis (tahanan jenis), kondisi geologi menjadi pertimbangan
dalam analisis.

23

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

4.1

LINE_01 (GL_07GL_02GL_06)
Jarak antara titik duga GL_07 dan GL_02 adalah 75 m, jarak
antara titik duga GL_02 dan GL_06 adalah 65 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 140 m berada
pada posisi 65 205 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 0,05 1791,30 m
Berdasarkan hasil korelasi antara ketiga titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.1) : Diperoleh 5 lapisan,
kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai
berikut :
a. Lapisan 1 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (71,6

246,5 m), Posisi 65 130

meter : ketebalan 4 41 meter, kedalaman lapisan


hingga 1 meter. Posisi 120 205 meter : ketebalan 9
21 meter, kedalaman lapisan hingga 1 meter.
b. Lapisan 2 Batugamping terumbu (pelapukan tinggi)
tahanan jenis (0,05 71,6 m), Posisi 65 205 meter
: ketebalan 7 30 meter, kedalaman lapisan 1 42
meter.
c. Lapisan

Batugamping

terumbu

(fresh/massiv)

tahanan jenis (246,5 1791,3 m), Posisi 65 70


24

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

meter : ketebalan 4 15 meter, kedalaman lapisan


hingga 5 meter. Posisi 120 170 meter : ketebalan
13 30 meter, kedalaman lapisan hingga 20 meter.
d. Lapisan 4 Tufa/Napal (aquifer) tahanan jenis (2,7
20,4 m), Posisi 65 105 meter : ketebalan 0 4
meter, kedalaman lapisan hingga 47 meter.
e. Lapisan 5 Tufa/Napal (aquifer/asin-payau) tahanan
jenis (0,05 20,4 m), Posisi 185 205 meter :
ketebalan 0 14 meter, kedalaman lapisan hingga 42
meter.
Penampang hasil inversi lintasan Line_01 di lokasi ini dapat
dilihat pada Gambar 4.1

Gambar
4.1

Penampang hasil pengukuran


(Resistivity) Lintasan Line_01

Geolistrik

Tahanan

Jenis

25

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

4.2

LINE_02 (GL_08-GL_01-GL_04)
Jarak antara titik duga GL_08 dan GL_01 adalah 85 m, jarak
antara titik duga GL_01 dan GL_04 adalah 75 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 160 m berada
pada posisi 60 220 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 1,24 409,57 m
Berdasarkan hasil korelasi antara ketiga titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.2) : Diperoleh 3 lapisan,
kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai
berikut :
a. Lapisan

Batugamping

terumbu

(fresh/massiv)

tahanan jenis (300 409,57 m), Posisi 60 80


meter : ketebalan 1 8 meter, kedalaman lapisan
hingga 1 meter. Posisi 75 100 meter : ketebalan 1
8 meter, kedalaman lapisan hingga 51 meter.
b. Lapisan 2 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (88,3 300 m), Posisi 60 125
meter : ketebalan 4 12 meter, kedalaman lapisan 1
meter. Posisi 60 220 meter : ketebalan 18 31
meter, kedalaman 11 35 meter.
c. Lapisan 3 Batugamping terumbu (pelapukan tinggi)
tahanan jenis (1,24 88,3 m), Posisi 60 220 meter
: ketebalan 11 25 meter, kedalaman lapisan hingga
26

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

1 - 14 meter. Posisi 195 220 meter : ketebalan 1


20 meter, kedalaman lapisan hingga 41 meter.
Penampang hasil inversi lintasan Line_02 di lokasi ini dapat
dilihat pada Gambar 4.2

Gambar
4.2

4.3

Penampang hasil pengukuran


(Resistivity) Lintasan Line_02

Geolistrik

Tahanan

Jenis

LINE_03 (GL_03-GL_05)
Jarak antara titik duga GL_03 dan GL_05 adalah 90 m,
sehingga panjang total antara kedua titik duga adalah 90
m berada pada posisi 100 190 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 5,67 423,43 m

27

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Berdasarkan

hasil

korelasi

antara

kedua

titik

duga

diperoleh hasil inversi (Gambar 4.3) : Diperoleh 4 lapisan,


kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai
berikut :
a. Lapisan 1 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (81,4

225 m), Posisi 100 180

meter : ketebalan 1 30 meter, kedalaman lapisan


hingga 1 meter. Posisi 170 190 meter : ketebalan 6
10 meter, kedalaman lapisan hingga 9 meter.
b. Lapisan 2 Batugamping terumbu (pelapukan tinggi)
tahanan jenis (5,67 81,4 m), Posisi 100 190
meter : ketebalan 9 26 meter, kedalaman lapisan 1
30 meter.
c. Lapisan 3 Batugamping

terumbu

(fresh/massiv)

tahanan jenis (225 423,43 m), Posisi 180 190


meter : ketebalan 4 22 meter, kedalaman lapisan
hingga 16 meter.
d. Lapisan 4 Tufa/Napal (aquifer) tahanan jenis (2,7
20,4 m), Posisi 65 105 meter : ketebalan 0 4
meter, kedalaman lapisan hingga 47 meter.
e. Lapisan 5 Tufa/Napal (aquifer) tahanan jenis (5,67
29,5 m), Posisi 100 165 meter : ketebalan 1 24
meter, kedalaman lapisan hingga 27 meter.

28

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Penampang hasil inversi lintasan Line_03 di lokasi ini dapat


dilihat pada Gambar 4.3

Gambar
4.3

4.4

Penampang hasil pengukuran


(Resistivity) Lintasan Line_03

Geolistrik

Tahanan

Jenis

LINE_04 (GL_06-GL_04-GL_05)
Jarak antara titik duga GL_06 dan GL_04 adalah 60 m, jarak
antara titik duga GL_04 dan GL_05 adalah 70 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 130 m berada
pada posisi 80 210 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 6,24 4178,5 m
Berdasarkan hasil korelasi antara ketiga titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.4) : Diperoleh 4 lapisan,

29

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai


berikut :
a. Lapisan 1 Batugamping terumbu (pelapukan tinggi)
tahanan jenis (6,24 118,05 m), Posisi 80 210
meter : ketebalan 12 50 meter, kedalaman lapisan
hingga 1 meter.
b. Lapisan 2 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (118,05 345 m), Posisi 80 90
meter : ketebalan 3 24 meter, kedalaman lapisan
hingga 17 meter. Posisi 110 180 meter : ketebalan
5 11 meter, kedalaman 11 meter. Posisi 195 210
meter : ketebalan 2 30 meter, kedalaman 6 meter.
c. Lapisan 3 Batugamping terumbu (fresh/massiv)
tahanan jenis (345 4178,5 m), Posisi 120 170
meter : ketebalan 7 34 meter, kedalaman lapisan
hingga 16 meter.
d. Lapisan 4 Tufa/Napal (aquifer) tahanan jenis (6,24
34,9 m), Posisi 80 100 meter : ketebalan 4 8
meter, kedalaman lapisan hingga 43 meter. Posisi
200 210 meter : ketebalan 1 7 meter, kedalaman
lapisan hingga 44 meter.

30

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Penampang hasil inversi lintasan Line_04 di lokasi ini dapat


dilihat pada Gambar 4.4

Gambar
4.4

4.5

Penampang hasil pengukuran


(Resistivity) Lintasan Line_04

Geolistrik

Tahanan

Jenis

LINE_05 (GL_02-GL_01-GL_03)
Jarak antara titik duga GL_02 dan GL_01 adalah 50 m, jarak
antara titik duga GL_01 dan GL_03 adalah 60 m sehingga
panjang total antara ketiga titik duga adalah 110 m berada
pada posisi 330 440 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 0,36 5615,7 m

31

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Berdasarkan

hasil

korelasi

antara

ketiga

titik

duga

diperoleh hasil inversi (Gambar 4.5) : Diperoleh 5 lapisan,


kedalaman hingga 171,6 meter, dengan rincian sebagai
berikut :
a. Lapisan 1 Batugamping terumbu (pelapukan tinggi)
tahanan jenis (14,5 92,5 m), Posisi 330 440
meter : ketebalan 6 33 meter, kedalaman lapisan
hingga 0 meter.
b. Lapisan 2 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (92,5 288 m), Posisi 405 440
meter : ketebalan 2 33 meter, kedalaman lapisan
hingga 0 meter. Posisi 330 410 meter : ketebalan 4
63 meter, kedalaman lapisan hingga 7 meter.
c. Lapisan 3 Batugamping terumbu (fresh/massiv)
tahanan jenis (288 5615,7 m), Posisi 355 395
meter : ketebalan 27 96 meter, kedalaman lapisan
hingga 11 meter.
d. Lapisan 4 Tufa/Napal (aquifer) tahanan jenis (14,5
92,5 m), Posisi 330 355 meter : ketebalan 42 71
meter, kedalaman lapisan hingga 102 meter.
e. Lapisan 5 Tufa/Napal (aquifer/asin-payau) tahanan
jenis (0,36 14,5 m), Posisi 420 440 meter :
ketebalan 3 120 meter, kedalaman lapisan hingga
46 meter.

32

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Penampang hasil inversi lintasan Line_05 di lokasi ini dapat


dilihat pada Gambar 4.5

Gambar Penampang hasil pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis


(Resistivity) Lintasan Line_05
4.5

4.6

LINE_06 (GL_07-GL_08)
Jarak antara titik duga GL_07 dan GL_08 adalah 80 m,
sehingga panjang total antara kedua titik duga adalah 80
m berada pada posisi 100 180 meter pada penampang.
Dari hasil pengukuran didapatkan rentang resistivitas semu
() dari lapisan tanah/batuan antara 0,87 567,33 m
Berdasarkan hasil korelasi antara kedua titik duga
diperoleh hasil inversi (Gambar 4.6) : Diperoleh 4 lapisan,
33

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

kedalaman hingga 52,4 meter, dengan rincian sebagai


berikut :
a. Lapisan 1 Batugamping terumbu (pelapukan sedang)
tahanan jenis (102

219 m), Posisi 100 180

meter : ketebalan 2 21 meter, kedalaman lapisan


hingga 1 meter. Posisi 165 180 meter : ketebalan 3
22 meter, kedalaman lapisan hingga 26 meter.
b. Lapisan 2 Batugamping terumbu (fresh/massiv)
tahanan jenis (219 567,33 m), Posisi 100 110
meter : ketebalan 2 18 meter, kedalaman lapisan 7
meter. Posisi 135 180 meter : ketebalan 4 9
meter, kedalaman lapisan 1 meter.
c. Lapisan 3 Batugamping terumbu (pelapukan tinggi)
tahanan jenis (47,6 102 m), Posisi 100 180
meter : ketebalan 4 20 meter, kedalaman lapisan
hingga 10 - 30 meter.
d. Lapisan 4 Tufa/Napal (aquifer) tahanan jenis (0,87
47,6 m), Posisi 100 160 meter : ketebalan 1 25
meter, kedalaman lapisan hingga 31 meter.

34

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Penampang hasil inversi lintasan Line_06 di lokasi ini dapat


dilihat pada Gambar 4.6

Penampang hasil pengukuran


(Resistivity) Lintasan Line_06

4.7

Geolistrik

Tahanan

Jenis

POTENSI AIRTANAH
Potensi airtanah pada TPA Majene dapat diketahui

berdasarkan nilai resistity dan batuan yang berfungsi sebagai


aquifer. Berdasarkan hasil interpretasi dari beberapa line hasil
pengukuran geolistrik dan pengambilan data geologi di lapangan
maka dapat diketahui potensi airtanah berada pada satuan batu
Napal Tufa dengan nilai resistivity rendah berada tiga

bagian

35

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

berbeda yang umumnya berada pada kedalaman berbeda beda


sebagai berikut :
1. Potensi 1, Berada pada bagian utara pada lokasi rencana
TPA majene tepatnya pada sepanjang line 03 dan sebagian
pada line 05 bagian utara . Potensi airtanah berada pada
kedalaman 47 52.4 m
2. Pontensi 2, Berada pada bagian barat sampai barat daya
tepatnya berada sepanjang line 06 dan sebagian dari line
01 pada bagian barat . potensi airtanah ini berada pada
kedalaman 38 171 m.
3. Potensi 3, Berada pada bagian selatan sampai bagian timur
dari TPA Majene tepatnya berada pada bagian selatan line
04 dan sebagian berada pada bagian timur line 01. Potensi
airtanah berada pada kedalaman 44 52.4 m
Dari ketiga potensi airtanah diatas dapat dilihat lebih
detail pada peta Potensi airtanah TPA majene.
4.8

ARAH ALIRAN AIRTANAH


Arah aliran airtanah pada lokasi TPA Majene sangat

dipengaruhi oleh kedudukan atau arah perlapisan batu napal tufa


dan kandungan air dalam tanah serta keadaan topografi .
Berdasarkan dari korelasi dari geolistrik dan Jenis batuan pada

36

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

setiap kedalaman maka secara umum arah aliran airtanah


terbagi 2 zona yaitu sebagai berikut :
1. Zona 1 berada dari permukaan sampai kedalaman 45 m
umunya airtanah mengalir dari timur ke bagian utara dan
sebagian arah aliran dari selatan kearah barat laut . Arah
aliran ini sangat dipengaruhi oleh Batugamping yang padat
dengan yang sudah mengalami pelapukan dan bentuk
topografi permukaan.
2. Zona 2 berada pada kedalaman 45- 171 m

dimana air

mengalir mengikuti perlapisan batuan Napal tufa yang


mendominasi

pada

kedalaman

ini

yang

umumnya

mengalir dari arah tenggara ke utara barat laut. Kedudukan


batu napal tufa secara regional pada daerah tersebut yaitu
N 225

E / 15

dimana arah kemiringan perlapisan batuan

Napal tufa N 315

( barat laut). Pola aliran airtanah dapat

dilihat pada peta Arah aliran airtanah terlampir.


4.9

TITIK BOR
Berdasarkan penampang resistivitas bawah permukaan,

secara umum titik sounding pengukuran geolistrik GL_02 di lokasi


penyelidikan diduga mengandung air di atas meteran 50 meter
(table 4.2).

37

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

Berdasarkan data yang diperolah maka direkomendasikan titik


pemboran sebagaimanan tertera pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Rekomendasi titik pemboran
N
o

Titik Bor

GL_02

Koordinat UTM (Datum : WGS


84)
X
Y
715241

9607482

Tabel 4.2 Log Resistivitas GL_02

Kedalaman
(m)
0.0
-0.6
-1.3
-3.9
-7.0
-10.8
-15.7
-21.7
-29.3
-38.7
-50.5
-65.3
-83.7
-106.8
-135.6
-171.6

Resistivi
ty
7.513
7.513
7.513
51.08
206.38
570.99
991.25
572.49
104.13
18.39
9.974
22.4
85.15
144.3
56.34
5.82

GL_02
Simb
ol

Litologi
Batugamping Terumbu (lapuk)

Batugamping Terumbu (fresh/massiv)

Tufa/Napal (aquifer)

38

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

BAB V
PENUTUP

5.1

KESIMPULAN
Dari data pengukuran dan pengolahan data yang kemudian

menghasilkan penampang resistivitas semu bawah permukaan,


maka dapat disimpulkan :
1.

Secara umum potensi kedalaman airtanah


antara 38,7 171,6 meter. Ketebalan freshwater antara
132,9 meter.

2.

Kondisi

daerah

survei

memungkinkan

pemboran air tanah dapat dilakukan hingga kedalaman lebih


dari 171,6 meter

39

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

3.

Secara umum litologi lapisan akuifer yang


menyusun daerah penyelidikan yaitu batuan Tufa/Napal.

4.

Hasil interpretasi geolistrik tahanan jenis di


daerah penyelidikan diduga terdiri dari 5 (lima) lapisan
batugamping terumbu (pelapukan sedang), batugamping
terumbu

(pelapukan

(fresh/massiv),

tinggi),

tufa/napal

batugamping

(aquifer)

dan

terumbu
tufa/napal

(aquifer/asin payau).
5.

Arah aliran airtanah di daerah rencana TPA


majene

mengarah

dari

arah

Tenggara

ke

Barat

laut

(lampiran 7).

5.2

SARAN
Untuk lokasi titik bor yang direkomendasikan di daerah

survei, disarankan dapat dilakukan pengeboran pada areal titik


duga GL_02. Setelah pemboran pilot hole dilaksanakan di lokasi
ini, sebaiknya

dilakukan dulu pengukuran elektrikal logging di

lubang bor yang sudah ada untuk memeriksa secara lebih detail
susunan litologi secara vertikal dan kondisi konstruksi sumur bor
yang bisa memberikan hasil debit maksimum.

40

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

DAFTAR PUSTAKA

HAGI, 1983, Seminar PIT HAGI , Pertemuan Ilmiah Tahunan


Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Bandung.
Hartanyo, E. dan Sismanto, 1998, Interpretasi Resistivitas
Sounding Schlumberger dengan Inversi Grafis,
Prosiding HAGI, PIT 23 Yogyakarta.
IAGI, 1994., Seminar PIT IAGI, Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Jakarta.

41

Laporan Hasil Penyelidikan


Geofisika (Tahanan Jenis)

M.I.Tahjudin Taib, 2001, Panduan Workshop Eksplorasi


Geofisika (Teori dan aplikasi),
Laboratorium
Geofisika , Teknik Geofisika ITB.
M.I.Tahjudin Taib, 2002, Resistivity Prospecting, Laboratorium
Geofisika dan Vulkanologi ITB.
Puradimaja D.A, dan Irawan D.E., 2002, Pola Pengembangan
dan Penguasaan Air Bersih di Sulawesi, Seminar
Seperempat Abad Pendidikan Geologi UNHAS, Makassar.
Telford, W.M., Geldart., L.P, R.E., and Keys,.DA., 1976, Applied
Geophysics, Cambride University press, Cambridege.
Telford W.M., L.P Geldart, dan Sheriff R.E, 1990, Applied
Geophysics, Second Edition, Cambridge University
Press, Cambridge.
Vingoe. P, 1972, Hubungan Nilai Tahanan Jenis Dan Jenis
Batuan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, 2007., Pemetaan
Sumber Air Bersih Kabupaten Kotabaru.

42

Anda mungkin juga menyukai