1. Fisiografi
Dalam rangka pelaksanaa proyek SSGMEP, dalam bulan Juli – Agustus 1990
telah dilaksanakan penafsiran citra SAR lembar Sungaipenuh & Ketaun, sebagai
bagian dari latihan kerja proyek tersebut dibawah bimbingan Dr.D.Greenbaum dari
BGS.
Citra SAR yang dipergunakan merupakan bagian dari liputan yang tersedia
untuk seluruh Sumatera, yang dibuat pada tahun 1998 oleh PT Georeka Nusantara
untuk BAKOSURTANAL, dengan sekala 1 : 250.000 . Pencitraan ini dilaksanakan
dengan mempergunakan X-Band, system STAR-1 Intera Technologies, yang
menghasilkan liputan beresolusi 12 m pada daerah selebar 46 km, mengarah ke
selatan pada jalur Timur – Barat. Tumpang tindih sebesar 60% antara jalur yang
bersebelahan menghasilkan liputan setereoskopik penuh. Data yang ada , baik yang
berupa masing – masing strip setereoskopis maupun mosaic digital, telah
dipergunakan. Seluruh lembar meliputi terliputi oleh delapan jalur radar dengan
sekala 1 : 250.000.
Mutu citra tersebut umumnya baik sampai sedang, walaupun setempat
disebagian pegunungan Barisan, akibat topografinya menyebabkan adanya
bayangan radar yang luas. Disamping itu karena citra tersebut merupakan hasil
cetak potret dan bukannya hasil tulisan laser, maka mutu ronannya berkurang,
sehingga penentuan batas geologi antara unit – unit berelief rendah dan klasifikasi
daerah – daerah dengan relief rendah, menjadi lebih sulit. Namun demikian citra
tesebut merupakan suatu perbaikan besar bila dibandingkan dengan potret udara
konvensional, dan terbukti sangat sesuai untuk mencetak gejala struktur geologi
didaerah berhutan lebat.
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
3. Klasifikasi Citra dan Stratigrafi
Pada Citra SAR dapat diamati empat buah satuan morfologi , yaitu ; Kerucut
Gunungapi, Berona kelabu tua, Pola saliran memancar dan berstruktur kawah.
Contoh antara lain G.Pandan, G.Mesurai, G.Hulunilo, G.Sumbing, G.Medanm
G.Raya dan G.Jebongso.
Daerah pegunungan, topografi kasar, berona kelabu muda – tua, dibagian
timur laut Lembar dan di pegunungan Barisan banyak terdapat kelurusan yang kuat
dangan penyaliran berkerapatn sedang.
Daerah lerang, berona kelabu muda – sedang, pola aliran sejajar tanggung
berkerapatan sedang, kelurusan berarah Barat Laut – Tenggara dan tekstur sedang
– kasar tersebut terutama dibagian Selatan dan Barat.
Daerah rata, berona kelabu muda dengan tekstur sedang, penyaliran berkerapatan
sedang, pada umumnya terdapat di bagian Barat Laut Lembar, disepanjang pantai
dan disekeliling Danau Kerinci.
Beberapa satuan batuan dikenali dari citra SAR, dan umumnya terdapat
kesesuaian antara peta geologi potret dan peta geologi . Namun ada juga
perbedaan – perbedaan yang memerlukan pengecekan lapangan, terutama sebaran
satuan potret udara I2, Js2 dan Qv1 serta sentuhan Tv2/Ts1.
Satuan yang diduga batuan malihan , hanya terbatas diujung Timur Laut
Lembar dan dianggap mewakili formasi – formasi berumur Paleozaikum Akhir dan
Mesozoikum Awal.
Batuan beku tersebar luas dan didimonasi oleh Batuan Gunungapi Kenozoikum ;
Batuan Plutonik terutama dibagian tengah daerah ini, berarah Barat Laut –
Tenggara, hamper sejajar dengan arah sesar utama Pegunungan Barisan.
Persesaran tersebar luas di daerah ini, terutama berarah Barat Laut – Tenggara,
setempat dengan sesar – sesar kecil berarah Timur Laut – Barat Daya.
Pengecualian hanya pada sesar pandan yang berarah hampir Utara – Selatan
disudut tenggara Lembar.
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
(Rincian Satuan – satuan geologi potret Lembar Sungaipenuh & Ketaun)
Satuan SAR Ciri - Ciri Geologi Potret Penafsiran Geologi Usulan Satuan Geologi
Nama Batuan
Sedimen
Qa Tekestur sangat halus sampai halus, Sedimen tak mengeras Aluvium (Qa)
rona kelabu, topografi rata ,terletak di
alliran - aliran sungai utama.
Qs Sedimen tak mengeras Endapan Rawa (Qa)
Tekstur halus, timbulan rendah, sampai
sangat rendah, rona gelap.
Qs2 Rona kelabu muda, tekstur sedang, Batuan sedimen berbutir Formasi Bintunan (Qtb)
permukan melandai, penyaliran sejajar. halus - kasar
Qs1 Rona kelabu muda, tekstur sedang licin, Batuan sedimen berbutir Formasi Pengasih (Qtp)
penyaliran dendrit - tanggung halus - kasar
berkerapatan rendah, topografi
menggelombang & kelurusan BL -
Tenggara
Ts3 Rona kelabu tua, tekstur kasar sedang, Batuan sedimen berbutir Formasi Kumun (Tmk)
penyaliran sejajar - tanggung kasar .
berkerapatan sedang, kelurusan
berarah BL - Tenggara, nisbi tahan
terhadap erosi
Ts2 Rona kelabu tua, tekstur kasar, Batuan sedimen berbutir Formasi Lemau (Tml)
penyeliran sejajar - tanggung kasar - sedang
berkerapatan sedang, kelurusan
berarah BL - Tenggara dan TL - BD
Ts1 Rona kelabu mudah sampai tua, tekstur Batuan sedimen berbutir Formasi Seblat (KJp)
sedang, penyaliran dendritik - tanggung sedang - kasar
berkerapatan sedang, kelurusan kuat
berarah BL - Tenggara, ketahanan
terhadap erosi sedang, permukaan
menggelombang
Js2 Rona kelabu muda sampai tua, tekstur Batuan sedimen berbutir Formaso Peneta (Kjp)
kasar, penyaliran dendrit - tanggung sangat halus
berkerapatan tinggi, morfologi berbukit,
keselurusan berarah BL - Tenggara,
ketahanan terhadap erosi sedang
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
Js1 Rona kelabu tua, tekstur kasar, Batuan sedimen mengeras Formasi Asai (Ja)
penyaliran berkerapatan sedang, tahan
terhadap erosi, tanah berbukit,
keselurusan berarah BL – tenggara
Qv1-10 Rona kelabu muda, tekstur sedang Batuan gunungapi, Batuan gunungapi
sebagian kasar, hampir seluruhnya didominasi aliran lava dan kuarter (Qv, Qhv, Qtv).
penyaliran memancar kerkerpatan /atau lahar
sedang, umunya tahan terhadap erosi
Tv2 Rona kelabu mudah, sampai tua, tekstur Batuan sedimen berbutir Formasi Hulusimpang
kasar, penyaliran sejajar - tanggung kasar dan batuan gunungapi (Tomh)
berkerapatan sedang, kelurusan kuat
berarah BL - tenggara, tanah bergunung
sampai kasar
Tv1 Rona mudah dan tekstur licin, Batuan vulkaniklastika Formasi Banda (Tb)
penyaliran sejajar - tanggung berbutir kasar - halus
berkerapatan sedang - tinggi, kelurusan
berarah BL - tenggara, tanah curam
Pv Rona mudah dan tekstur licin dengan Lava gunungapi pejal Formasi Palepat (Pp)
pola penyaliran dendrit, kelurusan
berarah BL - tenggara dan tahan
terhadap erosi , membentuk tanah kasar
dan curam
T5 Rona kelabu, tekstur sedang, penyaliran Batuan beku pluton pejal Granit tantan (TJgdt)
memancar berkerapatan tinggi, sangat
tahan terhadap erosi, topografi berbukit
T4 Batuan plutonik terkekarkan Granodiorit nagam
Rona kelabu, tekstur kasar, penyaliran (Tpegdn)
memancar berkerapatan sedang,
sangat tahan terhadap erosi
T3 Rona kelabu, tekstur sedang, penyaliran Batuan plutonik terpecah Stok Diorit & Dasitan
berkerapatan sedang, sangat tahan (Tmdi/Tmda)
terhadap erosi, tanah berbukit tak
teratur
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
T2 Rona kelabu muda tekstur licin, bentuk - Batuan plutonink sangat Pluton granodiorit
bentuk tahan, tanah berbukit pejal (Tpgd)
T1 Rona kelabu muda, tekstur licin, Batuan pluto pejal Granit (Tpgr)
penyaliran memancar kerapatan tinggi,
sangat tahan terhadap erosi dan
membentuk topografi berbukit
Urutan Pra- Tersier di lembar Sungaipenuh & Ketaun Meliputi batuan malihan
derajat rendah berumur Perem dan Jura – Kapur yang telah mengalami deformasi
sedang. Batuan malihan derajat rendah terdiri dari batuan Gunungapi – Meta
Formasi Palepat yang berumur perem, batuan Sedimen – Meta Formasi Asai yang
berumur Jura Tengah, dan batuan termalih lemah Formasi Peneta yang berumur
Jura Akhir – Kapur Awal. Hubungan stratigrafi antara kedua satuan batuan sedimen
– meta tersebut tidak jelas, setempat sentuhannya berupa tektoniktetapi
singkapannya tidak bagus. Keduanya dicirikan oleh adanya batuan malihan
berderajat lebih tinggi dari Formasi Asai yang lebih tua. Dapatditafsirkan bahwa
pemalihan Formasi Peneta hanya terjadi setempat disebankan oleh panas atau
kataklastika, sedangkan pada satuan yang lebih tua berupa dinamotermal regional ;
bukti petrografi rinci belum diperoleh.
Formasi Palepat terdiridari batuan Gunungapi – Meta bersusunan Andesit
sampai Basal dengan sisipan batuan Sedimen. Satuan ini pertama kali dipelajari
oleh Zwierzycki (1935) dan diberi nama Lapisan Airkuning, yang bersama dengan
lapisan – lapisan Karing dan Salamuku membentuk “Seri Jambi Karbon” . nama
yang dipakai sekarang diajukan oleh Rosidi drr (1976). Berdasarkan melimpahnya
flora dan fauna yang dikandungnya, seri ini diusulkan berumur Karbon sampai
Perem (Zwierzycki, 1935, Jongmans, 1937;Marks, 1956). Penelitian ulang bukti –
bukti planologi yang ada oleh Asma drr. (1975), Beauvais drr. (1984) dan Fontaine &
Gafoer (1989) menyimpulkan bahwa satuan tersebut berumur Perem Awal. Namun
suwarna & Suharsono (1984) mengusulkan bahwa Formasi Palepat berlanjut
sampai Perem Tengah, seperti yang diamati oleh Simanjundjuntakdrr.(1991)
didaerah Muarabungo. Oleh karena itu umur Formasi Palepat adalah awal Perem
Tengah.
Batuan Gunungapi Formasi Palepat dan batuan sejenis Formasi Silungkang dari
Kelompok Peusangan yang luas yang diendapkan serentak (Cameron drr.,1980),
oleh Katili (1973,1981) ditafsirkan sebagai busur (kepulauan) Gunungapi dan
merupakan bukti dari penunjaman kearah Timur Laut dibawah Sumatera pada
pertengahan Perem Akhir. Namun Suparka & Sukendar (1981) menyimpulkannya
sebagai batuan gunungapi tepian benua yang mungkin merupakan erupsi celah.
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
Batuangunungapi Pp di daerah yang diselidiki diterobos oleh Granit Tantan yang
berumur Trias Akhir – Jura.
Formasi Asai terdiri dari sedimen – meta marin yang menyerupai flysch, dan
berdasarkan bukti fosil yang ditemukan Fontaine & Beauvais (1984) disimpulkan
berumur Jura Tengah. Formasi ini rupanya bersentuhan secara tektonik dengan
Formasi Peneta dan diterobos oleh Granodiorit Nagan. Umur pemalihan formasi ini
ditafsirkan sebagai pertengahan Jura Akhir.
Formasi Peneta terdiri dari endapan paparan laut dangkal yang mungkin
merupakan bagian dari kumpulan tanah muka yang diendapkan didekat tepi benua
Jura Akhir, ke arah daratan dari busur Gunungapi Woyla – Gumai.
Pada umumnya batuan Pra – Tersier menunjukkan beberapa bukti adanya
pemalihan dan deformasi, tetapi struktur sedimen asli dan fosil – fosil tetap
tersimpan baik. Batuan ini hanya tersingkap dibagian Timur Laut Lembar, dan
penafsiran sekarang yang yang belum terbukti menyatakan bahwa ini berlanjut
kerah barat mendasari batuan sedimen di Cekungan Bengkulu, Waluapun disepakati
bahwa kenyataannya mungkin tidak demikian.
(Tabel Urutan Pra – Tersier, di Lembar Sungai Penuh & Ketaun)
Satuan Umur Kode Litologi Tebal Sebaran Keterangan
dikorelasaikan
dengan Fm.
Siulak di
LB.Painan
Anggota KJpm Batugamping - Meta berselingan dengan 250 Meter S.Cangko di Endapan
J u r a
FORMSI Pp Batuan gunungapi - meta, lava dan tuf Minimum Ujung sudut Mungkin busur
PALEPAT bersusunnan andesitan-basalan. 200 Meter TL Lembar Gunungapi
Lava, hijau tua, tekstur afanitik-porfiritik, atau tepi
fenokris utama sabagaian terubah menjadi benua,
campuran klorit dan serisit. Mineral dikorelasikan
Awal Perem Tengah
B. Urutan Tersier
Batuan Tersier tersingkap di tiga daerah ; di Cekungan Bengkulu, Cekungan
Antargunung dan Pegunungan Barisan. Dua yang pertama didominasi oleh batuan
sedimen dan yang terakhir oleh batuan gunungapi.
Satuan terbawah yang tersingkap dicekungan benngkulu adalah Formasi
Seblat yang terdiri dari endapan turbidit laut. Satuan ini diendapkan pada tahap
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
transgresi utama dicekungan tersebut yang berlanjut sampai Miosen Tengah.
Terdapatnya komponen Tufaan yang banyak didalam Formasi Seblat menunjukkan
adanya kegiatan gunungapi serentang dalam Zona Busur Magmatik Pegunungan
Barisan saat itu, yaitu Formasi Hulusimpang. Analisis foraminifera kecil dari serpih
hitam – kelabu Formasi Seblat di daerah Curup di Lembar Bengkulu yang
bersebelahan, menunjukkan umur awal Miosen Tengah. Bukti fosil dari tempat lain
di dalam cekungan ini menunjukkan kisaran umur dari Oligosen Akhir sampai
Miosen Tengah (Darwin, 1982 ).
Bagian atas formasi ini dianggap mewakili puncak tahapan transgresi utama
di Cekungan Bengkulu, dan secara luas dapat dikorelasikan dengan Formasi Gumai
di Cekungan Sumatera Selatan. (Pardede drr..,1984).
Formasi Seblat ditindih takselaras oleh Formasi Lemau yang berumur akhir
Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Formasi Lemau terdiri dari sedimen epiklastik
dan vulkanoklastik yang diendapkan pada lingkungan peralihan antara laut dangkal
dan pluviatil, dan setara Formasi Airbenakat di Cekungan Sumatera Selatan.
Dilembar Bengkulu yang terletak bersebelahan, Formasi Lemau ditindih selaras oleh
Formasi Simpangaur yang berumur Miosen Akhir – Pliosen. Walaupaun satuan
tersebut dapat dikenali diujung tenggara daerah ini, tetapi tidak cukup bagus untuk
dinyatakan terpisah dalam peta geologi. Formasi Lemau ditindih tidak selaras oleh
endapan sungai Formasi Bintunan yang berumur Plio – Plistosen dan oleh Batuan
Gunungapi dari satuan Rio – Andesit & Andesit – Basal. Umur Formasi BIntunan
didasarkan pada korelasi dengan satuan yang mengandung Batuapung lain seperti
Formasi Kasai dan Formasi Maur.
Urutan Cekungan Antargunung disekitara Danau Kerinci terdiri dari tiga
satuan. Formasi Bandan yang tersingkap terpisah di utara danau dan tersusun oleh
bahan – bahan vulkaniklastika bersifat Tufaan. Di lembar ini batuan yang mendasari
formasi tersebut tidak tersingkap, tertutupi oleh batuan Gunungapi Qv dan tidak
mengandung fosil, sehingga umurnya tidak diketahui.
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
(Urutan Tersier, di Lembar Sungai Penuh & Ketaun : Cekungan Bengkulu)
Satuan Umur Kode Litologi Tebal Sebaran Keterangan
FORMASI Tml Bagian bawah meliputi Breksi ±400 m Di bagian barat Takselaras
LEMAU dengan sisipan Batupasir Lembar di lerang menindih Fm.
Tufaan, Tuf dan Batubara. Bukit barisan, di Seblat dan
Bagian atas terdiri dari Sungai - Sungai Fm.Hulusimpan
Miosen Tengah - Miosen AkhIr
BATUAN Qtv Lava, Tuf Kacuk, Tuf ± 350 Di bagian tengah- Menindih tidak
GUNUNG API mengelas dan breksi Cm timur Lembar, selaras Fm.
RIO ANDESIT gunungapi ; umumnya tersebar Hulusimpang,
Batuapung. sepanjang jalur setempat
Lava, meliputi riolit, dasit dan sesar Dikit Seblat. bersisipan
andesit; terutama afanitik dengan Qtb, dan
tetapi andesit juga porfiritik bagian dasar
dengan fenokris plagioklas tertindih oleh
PlIo - PlIstosen
C. Batuan Terobosan
Umur Granodiorit Tantan ditetapkan 200 ± 10 Juta tahun, Berdasarkan
mineral Rb/Sr (Fontaine, hubungan pribadi), yaitu Trias Akhir – Jura Awal.
Pentarikan K/AR terhadap mineral biotit dan hornblenda Granodiorit Nagan
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
menghasilkan umur 54.4 ± 0.5 Juta Tahun dan 51.5 ± 0.7 Juta tahun ; rata – rata
53.5 juta tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa umur terobosan tersebut adalah
Eosen Awal. Grano – Diorit Nagan ini sangat khas, karena merupakan satu –
satunya terobosan Paleogen didalam suatu jalur regional yang tersusun oleh
granitoid yang berumur Mesozoikum Akhir. Batuan tersebut mungkin suatu
terobosan yang lebih tua, dimana umur K/Ar-nya mencerminkan peristiwa
kataklastika lebih mudah daripada umur penerobosannya, yang rupanya pada Kapur
Akhir.
Satu – satunya hasil pentarikan K/Ar terhadap Granodiorit Lengkup menghasilkan
umur 3.48 ± 0.5 Juta tahun, menunjukkan umur Pliosen untuk terobosan tersebut,
krna itu umur tersebut mungkin bukanlah umur penerobosan pluton, melainkan umur
katklastik yang menggambarkan gerakan di Sistem Sesar Sumatera pada Plio –
Plistosen. Lokasi percontoh yang ditarik pada peta geologi sangat berdekatan
dengan jejak Sesar Dikit Utama. Umur penerobosan yang lebih mungkin ialah
Miosen Tengah, tetapi hal ini masi perlu dipastikan. Logika tersebut dapat diterapkan
pada pentarikan K/Ar sebesar 3.5 Juta tahun (rata – rata dari dua pentarikan)
terhadap batuan Granodiorit Sungaipenuh yang tealah mengalami tektonika kuat
dan terdaunkan menyerupai genesa. Percontohan yang ditarik dari pluton tersebut
sengajah dipilih sedemikian rupa, untuk memperoleh pentarikan peristiwa tektonika
yang menyebbabkan terjadinya perdaunan yang kuat pada batuan Granit. Sangat
diharaphan bahwa umur Granodiorit Langkup, terutama karena keduanya terletak
disepanjang sistem sesar yang sama. Umur termuda yang didapat dari daerah yang
diselidiki ialah 0.1 Juta tahun , dari andesit porfiri Qv (PUSLITBANG GEOLOGI).
(Rincian batuan Terobosan , Lembar Sungaipenuh & Ketaun)
Satuan Umur Kode Litologi Tebal
GRANIT ? Tpgr Granit biotit Contoh yang ditarik menunjukkan umur K/Ar 3.5
Pliosen Juta tahun, rata-rata dari dua umur, singkapan
granit sangat tertektonikkan dan kemungkinan
umur tersebut "reset". Umur terobosan yang
diusulkan ialah Miosen Tengah, perlu diteliti
kebenarannya .
Miosen Tmdi Diorit (Kuarsa) Hornblenda Bagian dari kerabat pluto regional yang terdapat
Tengah porfiritik di seluruh Pegunungan Barisan, menerobos
Formasi Hulusimpang dan diduga ada kaitannya
dengan permineralan emas epitermal yang
umumnya terdapat di batuan gunungapi Toms.
GRANODIORIT ? Tpegdn Granodiorit biotit-horenblenda Menerobos Formasi Asai yang berumur Jura
NAGAN Eosen Tengah dan dipotong oleh sistem sesar regional
Awal yang berarah BL- Tenggara. Data umur K/Ar
yang ada menunjukkan 54.4 ± 0.5 dan 51.5 ±
0.7 Juta Tahun, dapat mencerminkan tektonika
Paleogen Awal dan dalam tata letak regional
mungkin lebih menunjukkan umur terobosan
Kapur Akhir, tetapi hal ini belum terbukti.
GRANIT Trias TRJgdt Granit biotit berubah menjadi Menerobos Formasi Palepat yang berumur
TANTAN Akhir - gronodiorit, putih-kelabu, Perem dan menyentuh-sesar dengan Formasi
Jura setempat porfiritan dangan Penetaan yang berumur Jura Akhir - Kapur Awal
Awal fenokris felspar -Na dan .
Felspar-K . Umur mineral Rb/Sr 200 ± 10 Juta Tahun yang
beku diumumkan mungkin menunjukkan umur
terobosan, tetapi belum dibuktikan.
di BL Danau
Kerinci.
BREKSI Qhv Batuan gunungapi : breksi, lava ±400 M Tersebar dibagian Menindih
GUNUNGAPI & tuf bersusun andesitan- tengah - TL takselaras QTv
&TUF basalan. Lembar. Kerucut dan satuan
Breksi, kelabu kehitaman, Gunungapi G. Mesozoikum.
terpilah buruk, kepingan Sumbing, G. Kegiatan
menyudut berukuran 0,5-150 Hulunilo dan G. solfatar sering
cm. Mesurai. dijumpai.
PlIstosen
D. Pemalihan
Pemalihan regional hanya mempengaruhi batuan Pra-Tersier. Formasi
Palepat telah mengalami pemalihan regional kadar rendah dan pemalihan sentuh
setempat. Secara regional Formasi Palepat dapat disebandingkan, paling tidak
sebagian, dengan Formasi Silungkang (Silitonga & Kastowo,1975) yang merupakan
bagian dari Kelompok Peusanga (Cameron drr.,1980). Kelompok Peusangan
bersama dengan Kelompok Tapanuli membentuk lempeng benua mikro Mergui
(Pulunggono & Cmeron, 1984) yang terdapat di seluruh inti tengah Sumatera.
Kelompok Peusangan lebih sedikit mengalami deformasi daripada Kelompok
Tapanuli yang lebih tua, dan inilah sebabnya Cameron Drr. (1980) mengusulkan
adanya peristiwa orogenesa Perem Tengah yang diikuti oleh terobosan Granit dan
Pemalihan Regional, yang telah mempengaruhi salah satu Kelompok, tatapi
Kelompok yang lain tidak. Umur, derajat pemalihan dan korelasi Formasi Palepat
dengan Formasi Silungkang dari Kelompok Peusangan, akan menyimpulkan bahwa
orogenesa “pras-Peusangan” itu berumur Perem paling awal atau bahkan Permo –
Karbon.
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
Umur pemalihan yang nyata – nyata mempengaruhi Formasi Palepat tidak diketahui
; kemungkinan berumur Permo – Trias, dihubungkan dengan pertumbukan Lempeng
Mergui dengan Lempeng Malaya Timur di sepanjang garis Raud – Bentong
(Metcalfe, 1990). Kemungkinan lain, mungkin berhubungan dengan plutonisma Trias
Akhir – Jura Awal, yang diikuti oleh perubahan dan pemalihan kadar rendah, yang
rupanya mempengaruhi Formasi Palepat di Lembar Muarabungo (Simandjuntak
drr.,1981). Atau, pemalihan tersebut mungkin berumur Jura Awal seperti diusulkan
oleh Clarke drr.(1982).
Formasi Asai dan Formasi Peneta memperlihatkan bukti – bukti telah
mengalami pemalihan kadar rendah, berupa penghabluran ulang mineral lempung
yang berjajar di dalam belahan – belahannya ; yang didalam Formasi Asai
menghasilkan Sekis dan Sedimen – Meta Filita. Hal tersebut ditafsirkan sebagai
hasil pemallihan dinamotermal berdasarkan ditemukannya kesekisan yang tumbuh
beragam. Sebaliknya pemalihan di Formasi Peneta disebabkan oleh pengaruh
termal da /atau kataklastika setempat. Bukti adanya pemalihan regional kadar
rendah didalam Formasi Asai di Lembar ini dan Lembar – Lembar di sebelahnya,
namun tidak mempengaruhi batuan – batuan yang lebih muda, memberikan dugaan
adanya pemalihan yang berumur bagian tengah Jura Akhir, daripada yang berumur
Jura Awal.
6. Tatanan Tektonik
7. Sejarah Geologi
Batuan tertua tersingkap deli Lembar Sungaipenuh & Ketaun ialah batuan
gunungapi meta Formasi Plepat yang berumur Perem, yang meliputi lava dan tuf
bersusunan desitan-basalan. Satuan gunungapi ini telah ditafsirkan sebagai hasil
daerah penunjaman Paleozoikum Akhir yang miring ke timur laut di bawah sumatera
(katili, 1971,1981), yang membentuk bagian dari sistem parit busur ganda yang
saling berlawanan, yang berlangsung pada saat itu (Hutchison, 1973); atau lelehan
setempat di lingkungan tepi benua (Suparka & Sukendar 1981). Model yang pertama
diacudisini , sejalan dengan evolusi tektonik lempeng umum pulau sumstera seperti
diusulkan oleh Cameron drr. (1980)
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
Formasi Palepat telah mengalami pemalihan regional kadar rendah sekitar
pertengahan Perem Akhir dan Jura Awal ; tetapi penentuan saat yang tepat masih
menjadi perdebatan walaupun umur Mezosoikum Awal telah dipilih dari model
regional.
Setelah masa penurunan dan genangan lau, Formasi Asai berlingkungan laut
berumur Jura Tengah, terdiri dari sedimen – meta yang menyerupai flysch. Periode
pemalihan yang terbatas pada Jura Akhir kemudian diikuti oleh pengendapat
Formasi Peneta berumur Jura Akhir – Kapur Awal, yang sangat mungkin terjadi di
lingkungan laut dangkal sampai peralihan. Susunan urutan Mesozoikum Awal
tersebut ditafsirkan sebagai bagian dari tanah muka hingga busur kepulauan
dan/atau urutan cekungan tepi yang terdapat setempat – setempat di seluruh
sumatera : “Ranah Woyla” (Pulunggono & Cameron, 1984).
Penunjaman “kerak samudera Woyla”, yang sebagian di wakili oleh susunan
batuan kerak samudera di Pegunungan Gumai dan Garba, memicu pembentukan
busur pluton berumur Jura Akhir di sepanjang tepi benua Sumatera. Penunjaman
tersebut diakhiri dan kegiatan magma terhenti pada saat akrasi Ranah Woyla 125
juta tahun yang lalu gafoer drr.,1992), meliputi busur Gunungapi lautan dan ofiolit
(dan setara dengan Ranah Woyla tersebut diatas) sampai bongkah benua. Selama
akrasi, urutan batuan kerak bumi kemungkinan mengalami perubahan dan
perobekan di dalam, dan kepingan – kepingan ofiolit terperas keatas, terperangkap
dan tersebar luas di sepanjang sesar – sesar sejajar busur utama dari daerah yang
rusak.
Setelah peristiwa akrasi kapur tengah tersebut diatas, terbentuklah busur
pluton pascaorogen berumur Kapur Akhir di seluruh Sumatera bagian tengah dan
barat. Magma granitoi dialih tempatkan di dalam bongkah benua, termasuk Ranah
Woyla yang terkratonkan, terparitkan di sepanjang sesar dalam yang tersebar luas
secara regional, dan sejajar dengan batas benua. Sesar – sesar berarah barat laut –
tenggara dari jalur Sesar Bukit Barisan Timur , mungkin merupakan bagian dari
sistem sesar ini, yang terbentuk di bongkahan tanah muka selama masa akrasi
Ranah Woyla tersebut. Bila demikian halnya, Granodiorit Nagan mungkin dapat
merupakan bagian dari busur pluton berumur Kapur Akhir, dan umur K/Ar yang
menunjukkan Eosen Akhir yang di peroleh dari terobosan tersebut, sesungguhnya
merupakan umur dari kataklastika yang di tetapkan. Dalam hal ini sangat manarik
untuk diperhatikan bahwa terobosan Nagan merupakan hal yang unik, karena
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
merupakan satu satu – satunya trobosan berumur Paleogen di daerah yang dikuasai
oleh pluton Mesozoikum .
Paleogen Awal merupakan masa yang tenang, hampir tanpa catatan
pengendapan di seluruh daratan Sumatera, dan kegiatan magma kecil terjadi
sewaktu – waktu di sepanjang Busur Barisan yang sedang timbul.
Setelah pengangkatan pada Mesozoikum Akhir – Kenozoikum Awal, maka
pada Miosen Tengah terjadi lagi suatu penunjaman, dan cekungan – cekungan
Sumatera menjadi terbuka yang disebabkan oleh pemekaran busur belakang.
Persesaran bongkah yang memotong sesar – sesar Barat laut – tenggara dan Timur
laut – Barat daya, yang disebabkan oleh pemempatan yang berarah Utara –
Selatan, telah menyebabkan terjadinya beberapa cekungan sedimen berbentuk
memanjang yang di pisahkan dari tinggian batuan alas oeh sesar – sesar. Maka
terbentuklah Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan Bengkulu yang terdapat di
daerah yang diselidiki di tefsirkan sebagai cekungan “Pull – Apart” yang lembat laun
berubah menjadi cekungan busur muka berumur Plio – Plistosen (Hall 1991; Gafoer
drr.,1992).
Pendalaman cekungan yang terus terjadi berlangsung sejak kira – kira
Oligosen Akhir, dan mengakibatkan terjadinya genangan laut yang mencapai
puncaknya pada Miosen Tengah. Sedimen turbidit diendapkan di dalam cekungan
Bengkulu yaitu Formasi Seblat, sebagian berasal dari bahan – bahan yang
diendapkan oleh geantiklin barisan yang sedang timbul. Formasi Hulusimpang dari
Lajur Barisan telah diendapkan pada Oligosen Akhir di lingkungan laut dangkal
sampai daratan. Peristiwa ini menadai fasa utama pertama dari kegiatan gunungapi
regional Busur Barisan dan dapat dikorelasikan dengan “Formasi Andesit Tua” (Van
Bemmelen, 1949) yang sebelumnya ditafsirkan berumur Miosen Awal .
Pada Misoen Tengah pegunungan barisan tersebut terangkat dan seluruh
geantiklin menjadi batuan gunungapi. Pertama kali kegiatan tersebut bersifat
andesitan, tetapi kemudian disusul oleh letusan tuf asam yang hebat, lava dan
batuan vulkanoklastika yang telah berlanjut tanpa henti sejak saat itu dan bercampur
dengan rempah – rempah basa.
Pengendapat di Cekungan Sumatera Selatan dan cekungan Bengkulu berlangsung
dalam lingkungan susutlaut pada Miosen Tengan sampai Miosen Akhir ; dan
Formasi Lemau, walaupun masih bersifat lautan, telah diendapkan di perairan yang
lebih dangkal, yang pada Pliosen Awal menyebabkan terjadinya lingkungan
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi
peralihan. Pengangkatan yang terjadi pada Pliosen Tengah – Akhir menyebabkan
terjadinya ketakselarasan setempat, yang disusul oleh pristiwa orogenesa utama
pada Plio – Plistosen yang menghasilkan persesaran renggut menganan regional di
sepanjang sistem Sesar Sumatera di pegunungan Barisan. Penandapan diakhiri
dengan pengendapan Formasi Bintuniyang bersifat Batuapung, takselaras diatas
Formasi Lemau dan kegiatan gunungapi yang disertai oleh pengangkatan
menyeluruh terjadi lagi di Busur Barisan, bersama – sama dengan penunjaman
ulang disepanjang sistem parit Busur Sumatera (QTv, Qhv, Qv). Pengendapan
Holosen terdapat sebagian aluvium dan endapan rawa.
Laporan Geologi Untuk Sertifikasi Desain
PLTA Kerinci Merangin Provinsi Jambi