EVALUASI STABILITAS
BENDUNGAN (STATIK &
PSEUDOSTATIK)
SEPTEMBER 2015
11/09/2015
11/09/2015
11/09/2015
I PENDAHULUAN
II.DATA GEOTEKNIK &
PARAMETER DESAIN
III.ANALISA STABILITAS
LERENG STATIK (TANPA GEMPA)
IV.ANALISA STABILITAS
LERENG PSEUDOSTATIK
DENGAN GEMPA
V.ANALISA STABILITAS LERENG
DINAMIK DENGAN GEMPA
I.PENDAHULUAN
Secara Geologis : perpot.2 jalur gempa (Lingkar
Pasifik) & Lintas Asia
Bendungan : Irigasi,Pengairan,Pengendalian
banjir,Pembangkit Tenaga Listrik,
Penyediaan Air Baku,Pariwisata.
Bendungan Urugan : rentan terhadap Gempa bumi.
Diperlukan desain Bendungan Statik & Dinamik
Pertimbangan aspek aspek desain,pelaksanaan,
operasi,pemeliharaan,resiko
keruntuhan akibat gempa,banjir,
dan longsoran.
11/09/2015
b.
11/09/2015
11/09/2015
11/09/2015
11/09/2015
---------(1)
= kuat geser
= tegangan total
c = kohesi total
= sudut geser dalam total
= n h
Tegangan efektif :
= c + (-u) tan () ..(2)
= kuat geser efekti
= tegangan total
u = tekanan air pori
= sudut geser dalam efektif
Uji Triaksial UU
Uji tak terkonsolidasi & tak terdrainase (UU)
tekanan pori yang terjadi waktu penggeseran
Tidak diukur
tak diketahui
11/09/2015
Uji Triaksial CU
Uji Terkonsolidasi Tak terdrainase (CU)
tekanan pori terjadi waktu penggeseran
Diukur
menghasilkan c and
lebih cepat dari CD (cara yang diinginkan untuk
memperoleh c and )
Uji Triaksial CD
Uji Terkonsolidasi Terdrainase (CD)
menghasilkan c and
Gunakan c dan untuk analisis kondisi drainase
penuh (e.g., kestabilan jangka panjang,
pembebanan sangat lambat)
10
11/09/2015
11
11/09/2015
f c tan
Sudut geser
Kohesi
12
11/09/2015
Bidang Longsor
Udik
1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi
4 = Fondasi
1.
Kondisi
Selesai pembangunan
1. Jadwal pembangunan
2. Hub.tek air pori dan wkt
Lereng udik / hilir
Koef.gempa 50% kond.tanpa
kerusakan
Kuat
geser
FK
tanpa
gempa
FK dg
gempa
1. Efektif
1,30
1,20
1,40
1,20
Hanya pd urugan
tanpa data lab. dan
dg/tanpa pengawasan
instrumen
1,30
1,20
Tanpa instrumen
1,30
1,20
2. Total
13
11/09/2015
Muka air
maksimum
Hilir
Garis freatik
1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi
4 = Fondasi
27
Kondisi
Kuat
geser
2.
Aliran langgeng.
1. Elev M.A. Normal
sebelah udik
2. Elev M.A. Min di hilir
Lereng udik dan hilir
Gempa K= 100% tanpa
kerusakan
3.
Pengoperasian waduk
1. Efektif
1. Elev MA.maks di udik
2. Elev MA. Min di hilir
1. Efektif
FK
tanpa
gempa
FK dg
gempa
Dari analisis
rembesan
1,50
1,30
1,30
1,10
1,30
14
11/09/2015
Muka air
maksimum
Hilir
1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi
4 = Fondasi
29
Muka air
maksimum
Hilir
Garis freatik
1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi
30
15
11/09/2015
Muka air
normal
Hilir
Air waduk
diturunkan
1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi
31
4.
Kondisi
Kondisi darurat:
1. Pembuntuan
sistem drainase
2. Surut cepat krn
penggunaan air
berlebihan
3. Surut cepat
keperluan darurat
Kuat
geser
FK
tanpa
gempa
FK dg
gempa
1. Efektif
Surut cepat dr
El. ma. maks
sp El. Terendah bangunan
pengeluaran
1,20
32
16
11/09/2015
FK =
m
< 1, longsor
> 1, stabil
Faktor Dalam
(s) menurun
FK menurun
Faktor Luar
m meningkat
FK menurun
1. Kondisi awal :
- mat lunak akibat perubahan kadar air
- struktur geologi & geometri
2. Proses pelapukan :
- hidrasi & absorbsi mineral lempung
- retakan & susutan lempung, - erosi buluh, dispersif
3. Perubahan tekanan air pori dan perubahan volume :
- keadaan jenuh, - muka air tanah naik
4. Perubahan sistem pembebanan :
- tegangan pada lempung OC dan HOC
1. Tegangan horisontal turun :
- erosi kaki lereng, - galian, - pembongkaran sheet pile, dll.
2. Tegangan vertikal meningkat :
- air hujan tertahan, - timbunan, - berat bangunan
3. Tegangan siklik :
- gaya gempa, - gaya vibrasi mesin
17
11/09/2015
18
11/09/2015
19
11/09/2015
20
11/09/2015
Fellenius
- Gaya-gaya yang bekerja di antara setiap irisan diabaikan
- Gaya normal pada dasar irisan diperoleh dengan memproyeksikan semua gaya tegak lurus
terhadap dasar irisan
- FK yang diperoleh bisa underestimate
- Kurang teliti untuk bidang kelongsoran dalam dengn tekanan air pori tinggi (on the safe side)
- Gaya-gaya normal efektif pada beberapa irisan besarnya dapat menjadi negatif
- Perhitungan cukup sederhana dan hanya untuk bidang longsor berbentuk busur lingkaran
- Hanya memadai untuk tanah atau batuan lunak
21
11/09/2015
Lanjutan ..
2.
Simplified Bishop
- Gaya-gaya yang bekerja di antara setiap irisan diabaikan
- Gaya normal pada dasar irisan diperoleh dengan memproyeksikan semua gaya pada irisan
secara vertikal
- FK cukup teliti dan hanya berlaku untuk bidang longsor berbentuk busur
- Perlu prosedur iteratif, namun konvergensi cepat tercapai
- Kurang teliti, bila bagian bidang longsor mempunyai kemiringan yang curam dekat kaki
- Memadai untuk tanah dan batuan lunak
Cara Fellenius
44
22
11/09/2015
Segmen
h (m)
b (m)
(0)
(kN/m3)
W =hb
Wcos
Wsin
ul
Wcos-ul
1
2
3
4
5
6
7
8
23
11/09/2015
Tabel 3 Contoh
analisis stabilitas
setiap segmen
(metode Fellenius)
24
11/09/2015
KETELITIAN
FELLENIUS & BISHOP
Dari Rumus : S = c + ( cos2 u) tan
Untuk tekanan air pori (u) dan sudut yang besar
akan memberikan hasil yang tidak masuk akal
Ketidak telitian juga akibat u yang diproyeksikan
ke arah sb y dan (-u) yang diproyeksikan tegak
lurus bidang longsor
Sedangkan Bishop memproyeksikan gaya-gaya
yang bekerja pada irisan secara vertical, jadi tidak
terpengaruh
25
11/09/2015
Lanjutan
3.
Janbu
- Perlu asumsi terhadap gaya-gaya interslices
- Perlu proses iterasi sampai konvergensi tercapai
- Cocok untuk bidang longsor berbentuk sebarang (bukan busur lingkaran)
- Cocok untuk analisis tegangan total dan efektif untuk tanah atau batuan
Lanjutan
4. Morgenstern & Price
- Cara ini sekaligus cara keseimbangan antara gaya-gaya dan momen yang bekerja
dengan
memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja antara irisan (interslices)
- Inklinasi gaya samping dianggap berbeda-beda secara linier untuk setiap irisan
- Sesuai dengan bidang longsor bukan busur lingkaran
- Sesuai untuk tanah dan batuan, untuk tegangan-tegangan total dan efektif
- Perlu pengalaman dalam mengasumsi fungsi gaya-gaya samping
26
11/09/2015
Lanjutan .
5.
Spencer
- Gaya-gaya antar irisan dianggap paralel
- Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya dan momen; cara ini cukup teliti
- Sesuai untuk bidang longsor berbentuk busur atau non-busur; perlu bantuan komputer
27
11/09/2015
Lanjutan
6.
Cara Wedge/blok
- Sesuai untuk bidang longsor bukan busur (biplanar atau triplanar)
- Cocok untuk batuan atau tanah dengan profil tertentu
- Perlu perhatian terhadap penentuan inklinasi gaya-gaya
antar wedge/blok, terutama pada bidang longsor dalam
dengan tekanan air pori yang tinggi
Karakteristik
Program
Mstabl , Mstab,
Slope-w, Stabl-g ,
SB-slope, Stablgm
Stabl-g
Slope-w
Spencers (1967)
28
11/09/2015
Bahan
Fondasi Tanah
Lunak
OCR=1-3
2.
cu
Total
Metode Uji
Efektif
Metode Uji
u dan
Lapangan sondir,
SPT, geser baling
Lab. Triaxial UU
Kondisi normal = , c
Lab.TCU/CD
Fondasi Keras
u dan cu
Lapangan SPT,
Sondir,
pressuremeter
Lab Triaxial UU
Kondisi normal = , c
Bidang perlapisan,
bidang longsoran, sesar,
bid pelapukan r, cr
Lab.TCU/CD
Lab. Triaxial
CU/CD atau
direct shear
CD
Urugan inti
kedap air
u dan cu
Lab. Triaxial UU
Kondisi normal = , c
Lab.TCU/CD
Urugan pasir
kerikil
u dan cu
Lab Triaxial
/Direct shear UU
Kondisi normal = , c
Lab.TCU/CD
Atau direct
shear CD
Urugan Batu
u dan cu
Lab Triaxial
/Direct shear UU
Kondisi normal = , c
Lab.TCU/CD
Atau direct
shear CD
Metode
Prosedur
Kegunaan
Keterangan
Garis freatik
Casagrande. Pavlosky,
Cedergen
Grafis dengan
jaring alir
Cedergen.
Model analog
(ERNA)
Media dimodelkan
menggunakan resistor. Ada
kesamaan antara aliran listrik
dan aliran air. Pengaruh
anisotropi bisa dilakuakn
Numerik
Elemen hingga
Hilf
29
11/09/2015
Program
Kemampuan
Keterangan
Plaxis 7.2.
Rembesan dapat
dilakukan dalam
program
Sigma-w
Rembesan
dilakukan dengan
Seep-w
Kondisi Drawdown
30
11/09/2015
Investigasi di lapangan;
Tinggi bendungan;
Aspek keamanan
31
11/09/2015
32
11/09/2015
33
11/09/2015
KRONOLOGIS LONGSORAN
34
11/09/2015
35
11/09/2015
36
11/09/2015
37
11/09/2015
38
11/09/2015
Mahkota longsoran
Aliran air
39
11/09/2015
40
11/09/2015
Kondisi spillway
41
11/09/2015
Lanjutan rekomendasi..
1)
2)
42
11/09/2015
PERBAIKAN DARURAT
43
11/09/2015
2)
3)
44
11/09/2015
Back Analysis
Back analisis dilakukan dengan memasukkan parameter Cr =
0 dan r secara coba-coba. Hasilnya diperoleh sudut geser
dalam residual (r) = 12,5.
Dari hasil pengujian laboratorium menggunakan reversal
direct shear (PT. Jasapatria Gunatama, 2009), diperoleh Cr =
0 dan r = 12,4, 13,8 dan 16,1 ( 3 contoh pengujian).
Untuk perhitungan selanjutnya digunakan Cr = 0 dan r =
12,5
0.971
18
16
Tinggi (m)
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
45
11/09/2015
Kondisi
Kuat geser
Tekanan pori
FK tanpa
gempa
FK dengan
gempa
2.
Aliran langgeng.
1. Elev. M.A normal
sebelah udik
2. Elev M.A minimum di
hilir
Lereng udik dan hilir
Gempa K= 100% tanpa
kerusakan
1. Efektif
Dari analisis
rembesan.
1.50
1.30
3.
Pengoperasian waduk
1. Elev. MA.maksimum di
udik
2. Elev. MA. Minimum di
hilir
1. Efektif
1.30
1.10
1.30
Parameter tanah
Lapisan
sat
(kN/m2)
c
(kPa)
(derajat)
Timbunan
(Back Analysis)
17
12,5
Batu Lempung
19
19,50
19,8
Batu Pasir
19
35
Bronjong
22
45
46
11/09/2015
Tinggi (m)
15
13
11
9
7
5
3
1
-1
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
1.118
18
16
Tinggi (m)
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
Counterweight ditinggikan 2 m
1.118
18
16
Tinggi (m)
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
47
11/09/2015
Tinggi (m)
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
Tinggi (m)
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
Tinggi (m)
Tinggi (m)
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Jarak (m)
48
11/09/2015
3)
4)
49
11/09/2015
KESIMPULAN
1)
2)
3)
4)
50
11/09/2015
4.1 PENDAHULUAN
A. Kerusakan akibat gempa bumi :
a) Kerusakan Primer
b) Kerusakan Sekunder
a) Kerusakan Primer
Tingkat kerusakan karena goncangan kuat
bergantung pada intensitas, frekuensi, dan
magnitudo gempa, mekanisme sumber
gempa, lokasi proyek dari sumber gempa
(seperti jarak, azimuth), dan struktur
bangunannya sendiri (misalnya perioda
alami).
51
11/09/2015
b) Kerusakan Sekunder
Bangunan yang mengalami kerusakan
sekunder, disebabkan oleh gaya inersia
karena goncangan permukaan tanah dan
peralihan tetap tanah akibat sesar
(misalnya longsoran yang meruntuhkan
jembatan atau viaduk).
52
11/09/2015
Kerusakan Sekunder
Goncangan kuat pada tanah (misalnya
pasir jenuh), dapat menyebabkan
penurunan kuat geser tanah atau
kekakuan, sehingga terjadi penurunan
atau penyebaran lateral fondasi dan
keruntuhan bendungan urugan tanah.
Oleh karena itu, kerusakan sekunder pada
sistem infrastruktur perlu dipertimbangkan.
Kerusakan Sekunder
Likuifaksi (Hilangnya kekuatan geser pada
pasir lepas jenuh)
Sumber kerusakan sekunder lainnya
akibat gempa meliputi limpahan bahan
kimiawi, kerusakan saluran air kotor, dan
kehilangan persediaan air minum.
53
11/09/2015
54
11/09/2015
55
11/09/2015
56
11/09/2015
57
11/09/2015
58
11/09/2015
59
11/09/2015
Klasifikasi Tingkat
Kerusakan
I (rendah)
II ( moderat)
PGA 0,25g
Tidak terdapat sesar aktif dalam jarak 10 km dari
lokasi
III (tinggi)
PGA 0,25g
Sesar aktif lebih dekat dari 10 km dari lokasi
IV (ekstrim)
Tinggi
Moderat
Rendah
>100
(6)
100-1,25
(4)
1,00-0,125
(2)
< 0,125
(0)
> 45
(6)
45-30
(4)
30-15
(2)
< 15
(0)
Kebutuhan
evakuasi
(jumlah orang) (FRe)
> 1000
(12)
1000-100
(8)
100-1
(4)
0
(0)
Tingkat kerusakan
hilir (FRh)
Sangat
tinggi
(12)
Moderat
(4)
Tidak ada
(0)
Kapasitas
(FRk)
(106m3)
Tinggi (m)
(FRt)
Ekstrim
Tinggi
(10)
Agak
ting
gi
(8)
60
11/09/2015
Kelas risiko
(0-6)
I (Rendah)
(7-18)
II (Moderat)
(19-30)
III (Tinggi)
(31-36)
IV (Ekstrim)
Persyaratan tanpa
kerusakan
T
(tahun)
Metoda
Analisis
Metoda
Analisis
IV
N=50-100
100 200
ad 0,1 g
Koef
Gempa
10.000
(MDE)
III
N=50-100
50 100
ad 0,1 g
Koef
Gempa
5000
(MDE)
II
N=50-100
50-100
ad 0,1 g
Koef
Gempa
3000
(MDE)
I
N=50-100
50-100
ad 0,1 g
Koef
Gempa
1000
(MDE)
Catatan :
1) Untuk bendungan besar dengan kondisi geologi setempat yang khusus, maka Peta Zona Gempa dalam
bab IV tidak bisa digunakan, dan perlu dilakukan studi gempa tersendiri.
2) Analisis dinamik dapat dilakukan dengan analisis ragam sambutan gempa atau sejarah waktu
percepatan gempa.
61
11/09/2015
62
11/09/2015
Jenis Bangunan
Bangunan Pengairan
Permanen seperti:
Bangunan sadap;
Bangunan silang;
tanggul penutup;
tanggul banjir;
tembok penahan;
lain-lain.
Bangunan Pengairan
Semi Permanen:
Kelas Risiko
dg Masaguna
Periode Ulang
T (tahun)
Metoda Analisis
V
N=20-50
20-50
Ba
Tidak perlu
dianalisis
VI
Catatan :
Ba = Untuk bangunan pengairan dengan H 15m, analisis dilakukan dengan metoda koefisien gempa
dengan persamaan (7) dan (8). Bila H > 15m analisis harus menggunakan kelas risiko IV pada Tabel
3.3.
63
11/09/2015
1.Pendekatan deterministik
Analisis bahaya gempa deterministik (Deterministic
Seismic Hazard Analysis = DSHA) digunakan jika
akan memperhitungkan skenario gempa untuk
mengevaluasi magnitudo dari parameter goncangan
gempa (umumnya percepatan puncak di permukaan
tanah dan respons spektrum percepatan) di suatu
lokasi terhadap pengaruh semua sumber gempa
aktif yang dekat dengan Bendungan dan berpotensi
menimbulkan goncangan kuat di permukaan tanah.
Analisis tidak hanya dilakukan untuk satu sumber
gempa, tetapi dilakukan juga untuk beberapa sumber
gempa dengan magnitudo, intensitas dan jarak yang
berlainan. Hasil yang memberikan tingkat kerusakan
tertinggi, akan digunakan sebagai parameter desain.
64
11/09/2015
2.Pendekatan probabilistik
Analisis bahaya gempa dengan
pendekatan probabilistik (Probabilistic
Seismic Hazard Analysis = PSHA),
digunakan jika akan mempertimbangkan
ketidakpastian jarak dan waktu kejadian
gempa dan jika sumber gempa jauh dari
lokasi bendungan.
65
11/09/2015
Gambar 4.1 Peta zona gempa Indonesia dengan menggunakan persamaan atenuasi Fukushima &
Tanaka, 1990 (Najoan, 2004)
66
11/09/2015
San = Sa5 x Cn
..
(4.6)
San
Sa5
Cn
67
11/09/2015
68
11/09/2015
69
11/09/2015
70
11/09/2015
71
11/09/2015
ad
g
K = 1 x Kh
........................(6.2)
........................(6.3)
dimana:
F : gaya gempa mendatar (kN);
W : berat (ton);
Kh : koef gempa dasar yang tergantung periode ulang T;
ad : percepatan gempa terkoreksi oleh pengaruh jenis tanah (gal);
1 : koreksi pengaruh free field, untuk bendungan
tipe urugan =0,7; untuk bendungan beton dan pasangan batu =1;
K : koefisien gempa terkoreksi untuk analisis stabilitas;
g : gravitasi (= 980 cm/det2).
. (6.4)
dimana:
Ko : koefisien gempa desain terkoreksi di permukaan tanah;
2 : koreksi pengaruh jenis struktur, untuk bend. tipe urugan =0,5;
Kh : koefisien gempa dasar yang tergantung periode ulang T.
Koefisien gempa pada kedalaman Y dari puncak bendungan
berbeda-beda. Untuk analisis stabilitas, peninjauan dilakukan pada
Y = 0,25 H; 0.50 H; 0,75 H dan H (H adalah tinggi bendungan)
dengan menggunakan Kh pada perioda ulang sesuai dengan
persyaratan.
72
11/09/2015
73
11/09/2015
Fk tanpa
gempa
Ky
a) Y/H = 1
4,411
b) Y/H = 0,75
2,637
c) Y/H = 0,5
d) Y/H = 0,25
T = 5000 thn
K
(100 thn)
FK
(FK izin = 1,2)
K
(5000 thn)
FK
FK izin = 1
0,41
0,125
2,730
0,217
1,647
0,33
0,138
1,662
0,240
1,245
2,071
0,285
0,151
1,388
0,264
1,068
2,019
0,26
0,181
1,242
0,316
0910
a) Y/H = 1
1,332
0,130
0,125
1,013
0,217
0,790
1. Udik (U/S)
2. Hilir (D/S)
b) Y/H = 0,75
1,461
0,183
0,138
1,092
0,240
0,894
c) Y/H = 0,5
1,580
0,230
0,151
1,180
0,264
0,964
d) Y/H = 0,25
2,174
0,380
0,181
1,460
0,316
1,135
74
11/09/2015
160
150
140
130
BENDUNGAN DARMA
longsoran up-stream Y/H = 0,25
120
110
2.020
100
TINGGI(M)
90
80
70
60
50
40
AIR
30
TIMBUNAN BATU
TIMBUNAN TANAH
20
AIR
PONDASI
RANDOM
10
0
-10
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
PANJANG (M)
160
150
140
130
BENDUNGAN DARMA
longsoran down-stream Y/H = 0,75
120
110
100
TINGGI(M)
90
0.666
80
70
60
50
40
AIR
30
T IMBUNAN BAT U
T IMBUNAN T ANAH
20
AIR
PONDASI
RANDOM
10
0
-10
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
PANJANG (M)
75
11/09/2015
Y/H=0.75
1.4
Fk
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Beban gempa
76
11/09/2015
77
11/09/2015
78
11/09/2015
79
11/09/2015
80
11/09/2015
unmax n (0)San
.. (7.12)
81
11/09/2015
Cari nilai G/Gmax pada (rata)ek dan hitung G dan Vs yang baru
serta ditulis dalam Gb dan Vsb.
Periksa ketelitian taksiran Vs dengan persamaan
((VsVb)/Vs) x 100%. Bila taksiran lebih besar dari
5%, ulangi langkah 4 dan 5 dengan menggunakan
taksiran Vs = Vb. Sedangkan bila taksiran kurang
atau sama dengan 5% dengan hasil perhitungan,
lanjutkan dengan langkah 6.
max = [ 2,56 Sa12 + 1,12 Sa22 + 0,74 Sa32 ] 0,5
............. (C.10)
82
11/09/2015
Bila Vsmax dan berat volume tanah diketahui, dapat dihitung nilai Gmax.
83
11/09/2015
4,5E+05
4,0E+05
(kN/m2)
5,0E+05
3,5E+05
3,0E+05
2,5E+05
2,0E+05
1,5E+05
1,0E+05
5,0E+04
0,0E+00
0
10
20
30
40
50
60
70
NSPT
Imai-Yoshimura(semua jenis tanah)
dimana:
G
: modulus geser tergantung kepadatan relatif (psf);
Gmax : modulus geser maksimum tergantung kepadatan relatif (psf);
K2
: konstanta tergantung regangan geser dan kepadatan relatif;
K2max : konstanta maksimum pada =10-4% dan kepadatan relatif;
m : tegangan efektif rata-rata (psf);
v : tegangan vertikal efektif (psf);
Ko
: tekanan tanah dalam keadaan diam.
84
11/09/2015
85
11/09/2015
86
11/09/2015
4.5.2.2
87
11/09/2015
Tinggi bendungan
H15m
Tinggi bendungan
H>15m
ad 0,25g
ad > 0,25g
ad 0,25g
ad > 0,25g
Ea
Ea
Ea
Tidak ada
Ea
Ea
Ea
Tidak ada
Eb
Eb
Eb
Eb
Eb
Eb
Eb
Eb
Ea
Ea
Ea
Tidak ada
Ec
Ec
Ec
Tidak ada
Eb
Eb
Eb
Eb
Ec
Ec
Ec
Ec
Catatan :
Ea = analisis menggunakan cara koefisien gempa dengan persamaan (6.2) dan (6.3)
Eb = analisis menggunakan cara koefisien gempa termodifikasi dengan persamaan (6.2), (6.5) dan (6.6).
Ec =analisis dilakukan secara bertahap; dimulai dengan menggunakan cara koefisien gempa
termodifikasi. Bila FK 1,00 perlu dilanjutkan dengan analisis deformasi permanen menggunakan
cara Makdisi-Seed dengan syarat deformasi tidak melebihi 50% dari tinggi jagaan. Bila masih tidak
memenuhi, perlu dilanjutkan dengan analisis respons dinamik menggunakan cara elemen hingga.
Perhitungan/Analisis
Data yang diperlukan dalam perhitungan analisis
dinamik bendungan terdiri dari data geometri bendungan
(tinggi, h), data material (,c), data umum elevasi, data
gempa (besaran gempa M, periode ulang T, percepatan
gempa dasar ad, koefisien gempa kritis Ky, kedalaman
pusat lingkaran gelincir z).
Dalam penentuan deformasi permanen dengan metode
Makdisi & Seed tersedia dua buah grafik, yaitu grafik
hubungan antara Kmax/max dengan Y/H dan
hubungan antara Ky/Kmax dengan Uk = U/(Kmax x g x
T0).
Parameter yang diuraikan, max adalah parameter yang
dihitung secara iteratif dengan menggunakan cara Seed
& Martin.
88
11/09/2015
89
11/09/2015
Program
Kemampuan
Keterangan
Plaxis 8.2.
Rembesan dapat
dilakukan dalam
program
Sigma-w
Rembesan
dilakukan dengan
Seep-w
Likuifaksi
Proses transformasi setiap material padat
menjadi cair (pasir lepas & jenuh).
Peningkatan tekanan pori dari tanah pasiran
menyebabkan reduksi kekuatan
geser,bahkan hilang sehingga menyerupai
cairan kental (viscous fluid)
Diikuti oleh timbulnya penurunan
tanah,didihan pasir,puntiran,retakan dll.
90
11/09/2015
Likuifaksi (lanjutan)
Resiko :
a)Keruntuhan daya dukung setempat
b)Penurunan berlebihan
c)Amblesan
Perkiraan Likuifaksi :
a)Umur & asal Geologi
b)Kadar butiran halus dan Indeks Plastisitas
c)Penjenuhan
d)Kedalaman
e)Perlawanan penetrasi tanah ( N SPT 30-60)
91
11/09/2015
92
11/09/2015
Penyelidikan geoteknik:
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
a)
b)
c)
Desain bendungan :
1)
2)
Rubah geometri
Waktu pembangunan
Rembesan tetap (steady seepage)
Surut cepat
Jangka panjang
Tidak
Ya
FK> FKmin
Tidak
FK>1
FK<FKmin
Tidak
Rubah geometri
Ya
Selesai
Analisis dinamik
93
11/09/2015
10-02
94
11/09/2015
H...a...t...u...r
N...u...h...u...n
95