Anda di halaman 1dari 95

11/09/2015

EVALUASI STABILITAS
BENDUNGAN (STATIK &
PSEUDOSTATIK)
SEPTEMBER 2015

11/09/2015

11/09/2015

11/09/2015

I PENDAHULUAN
II.DATA GEOTEKNIK &
PARAMETER DESAIN
III.ANALISA STABILITAS
LERENG STATIK (TANPA GEMPA)
IV.ANALISA STABILITAS
LERENG PSEUDOSTATIK
DENGAN GEMPA
V.ANALISA STABILITAS LERENG
DINAMIK DENGAN GEMPA

I.PENDAHULUAN
Secara Geologis : perpot.2 jalur gempa (Lingkar
Pasifik) & Lintas Asia
Bendungan : Irigasi,Pengairan,Pengendalian
banjir,Pembangkit Tenaga Listrik,
Penyediaan Air Baku,Pariwisata.
Bendungan Urugan : rentan terhadap Gempa bumi.
Diperlukan desain Bendungan Statik & Dinamik
Pertimbangan aspek aspek desain,pelaksanaan,
operasi,pemeliharaan,resiko
keruntuhan akibat gempa,banjir,
dan longsoran.

11/09/2015

II.DATA GEOTEKNIK & PARAMETER DESAIN


A. Data Geoteknik
a.

Evaluasi Data Investigasi :


Pengumpulan data dasar dan pengujian (kaliberasi) data
terkumpul.
Investigasi
-Pemetaan topografi dan geologi permukaan
-Penyelidikan bahan bangunan :
. Persyaratan kepadatan & kuat geser tanah
. Persyaratan rembesan,gradasi butir & permeabilitas
. Persyaratan penurunan atau deformasi

b.

Penentuan Penampang Geoteknik yang tepat.


Penampang dibuat di sepanjang as longsoran atau
penampang lain yang dikehendaki.

b. Penentuan Penampang Geoteknik yang


tepat (lanjutan).
Pada penampang geoteknik diperlihatkan
urutan lapisan tanah dan batuan,sifat fisik dan
teknik dari lapisan tanah dan batuan.
Penampang geoteknik dapat diperoleh dengan
cara korelasi lapisan dari beberapa titik-titik
bor yg sangat ditentukan oleh kondisi geologi
setempat, jarak titik penyelidikan, metode
penyelidikan,cara dan kecermatan pelaksana
penyelidikan.

11/09/2015

B. Parameter Tanah Desain


Bergantung pada beberapa kondisi Bendungan yaitu
a.Kondisi masa Konstruksi
b.Kondisi Aliran Langgeng
c.Kondisi Operasional
d.Kondisi Darurat
Penentuan parameter desain bergantung pada pemilihan
metoda yang akan digunakan (ada 2 metode).
a.Metode tegangan Efektif
b.Metode tegangan total

B. Parameter Tanah Desain (lanjutan)


Parameter tanah desain yang diperlukan :
Berat volume tanah n
Berat volume jenuh sat (fondasi dan tubuh
bendungan)
Kuat geser tubuh dan fondasi bendungan :
sudut geser dalam ( dan ), kohesi (c dan c)
Koefisien permeabilitas k

11/09/2015

B. Parameter Tanah Desain (lanjutan)


1.

Metode kuat geser efektif


Analisa dengan metode kuat geser efektif
memperhitungkan perubahan tekanan air pori selama
konstruksi yang merupakan fungsi dari waktu.
Material tubuh bendungan atau fondasi dapat
menimbulkan peningkatan tekanan air pori berlebih
selama penimbunan.
2. Metode kuat geser total
Analisis dengan metode kuat geser total tidak
memperhitungkan tekanan air pori dalam uji
laboratorium yang mendekati kondisi di lapangan.
Kuat geser total yang digunakan dalam analisis harus
berada dalam rentang tegangan normal yang sesuai
dengan di lapangan.

Sumber dan Data Kuat Geser


1) Hampir semua jenis tanah material bahan
urugan dapat digunakan, kecuali tanah yang
mengandung zat organik atau zat yang mudah
larut.
2) Umumnya bahan dibedakan dalam 3 jenis,
yaitu batu, pasir kerikilan dan tanah
lempungan (kedap air).
3) Konstruksi bendungan disesuaikan dengan
karakteristik bahan yang terpilih, kondisi
lapangan (topografi, geologi dan meteorologi),
dan pola pelaksanaan, serta peralatan yang
digunakan.

11/09/2015

Sumber dan Data Kuat Geser (lanjutan)


4) Pengujian lapangan dan laboratorium dilakukan untuk
memperoleh parameter kuat geser yang diperlukan
dalam analisis stabilitas bendungan.
5) Uji kuat geser di lapangan dapat dilakukan terhadap
material fondasi dan tubuh bendungan dengan uji geser
baling. Tujuannya adalah untuk mengukur langsung kuat
geser tanpa drainase (undrained) dari tanah lempung
lunak yang jenuh air.

Sumber dan Data Kuat Geser (lanjutan)

Uji kuat geser di laboratorium dilakukan terhadap contoh


tanah tak terganggu dan yang terganggu dari material
fondasi dan tubuh bendungan.

Penentuan parameter kuat geser merupakan bagian


terpenting dan tersulit dari analisis stabilitas. Kesulitan
itu antara lain dalam memperoleh contoh uji yang dapat
mewakili, menjaga contoh uji agar tetap tak terganggu,
sesuai kondisi pembebanan di lapangan, dan
menghindari kesalahan pengujian.

11/09/2015

Kuat Geser pada Stabilitas Lereng


Berat volume tanah n dan sat (fondasi dan tubuh bendungan)
Kuat geser tubuh dan fondasi bendungan dan , c dan c
Tegangan total :
= c + tan ()

---------(1)

= kuat geser
= tegangan total
c = kohesi total
= sudut geser dalam total
= n h

Tegangan efektif :
= c + (-u) tan () ..(2)
= kuat geser efekti
= tegangan total
u = tekanan air pori
= sudut geser dalam efektif

Uji Triaksial UU
Uji tak terkonsolidasi & tak terdrainase (UU)
tekanan pori yang terjadi waktu penggeseran
Tidak diukur
tak diketahui

= 0; i.e., selubung keruntuhan


mendekati horisontal bila jenuh

analisis dalam istilah total diperoleh cu and u


sangat cepat
Gunakan cu and u untuk menganalisis
situasi tak terdrainase (mis. kestabilan jangka
pendek, pembebanan cepat )

11/09/2015

Uji Triaksial CU
Uji Terkonsolidasi Tak terdrainase (CU)
tekanan pori terjadi waktu penggeseran
Diukur

menghasilkan c and
lebih cepat dari CD (cara yang diinginkan untuk
memperoleh c and )

Uji Triaksial CD
Uji Terkonsolidasi Terdrainase (CD)

Tidak ada tekanan pori ekses waktu pengujian

Dapat beberapa hari!


Tidak praktis

menghasilkan c and
Gunakan c dan untuk analisis kondisi drainase
penuh (e.g., kestabilan jangka panjang,
pembebanan sangat lambat)

10

11/09/2015

HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL UU DAN CU

HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL CU, LINGKARAN MOHR DAN P-Q


DIAGRAM

11

11/09/2015

Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb

f c tan

Sudut geser

Kohesi

f adalah tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh


tanah tanpa keruntahan dengan tegangan normal sebesar .

C.KONDISI PEMBEBANAN & FAKTOR


KEAMANAN
Kondisi Selesai Pembangunan (udik & hilir)
Kondisi Aliran Langgeng (udik & hilir)
Kondisi Pengoperasian waduk saat surut
cepat (udik)
Kondisi darurat karena pembuntuan filter
(hilir) dan kondisi darurat karena kebutuhan
darurat.

12

11/09/2015

Kondisi Selesai Pembangunan


Hilir

Bidang Longsor

Udik

1 = Urugan batu

2 = Inti kedap air

3 = Urugan transisi

4 = Fondasi

FK minimum kondisi selesai


pembangunan
No

1.

Kondisi

Selesai pembangunan
1. Jadwal pembangunan
2. Hub.tek air pori dan wkt
Lereng udik / hilir
Koef.gempa 50% kond.tanpa
kerusakan

Kuat
geser

Tek air pori

FK
tanpa
gempa

FK dg
gempa

1. Efektif

Perhit tek air pori dari


urugan dan pondasi
dihitung mggunakan
data lab dan pengawasan instrumen

1,30

1,20

Sama, tapi tanpa


instrumen

1,40

1,20

Hanya pd urugan
tanpa data lab. dan
dg/tanpa pengawasan
instrumen

1,30

1,20

Tanpa instrumen

1,30

1,20

2. Total

13

11/09/2015

Kondisi Aliran Langgeng


Muka air
normal

Muka air
maksimum
Hilir
Garis freatik

1 = Urugan batu

2 = Inti kedap air

3 = Urugan transisi

4 = Fondasi

27

FK minimum kondisi aliran langgeng


No.

Kondisi

Kuat
geser

2.

Aliran langgeng.
1. Elev M.A. Normal
sebelah udik
2. Elev M.A. Min di hilir
Lereng udik dan hilir
Gempa K= 100% tanpa
kerusakan

3.

Pengoperasian waduk
1. Efektif
1. Elev MA.maks di udik
2. Elev MA. Min di hilir

1. Efektif

Tek air pori

FK
tanpa
gempa

FK dg
gempa

Dari analisis
rembesan

1,50

1,30

Surut cepat dari


El. MA normal sp
MA minimum

1,30

1,10

Surut cepat dari


MA maks sp MA
minimum

1,30

14

11/09/2015

Kondisi Pengoperasian Surut Cepat


Muka air
normal

Muka air
maksimum

Hilir

1 = Urugan batu

2 = Inti kedap air

3 = Urugan transisi

4 = Fondasi

29

Kondisi Darurat Pembuntuan Filter


Muka air
normal

Muka air
maksimum

Hilir
Garis freatik

1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi

2 = Inti kedap air


4 = Fondasi

30

15

11/09/2015

Kondisi Darurat Masalah Keamanan


Muka air
maksimum

Muka air
normal

Hilir

Air waduk
diturunkan

1 = Urugan batu
3 = Urugan transisi

2 = Inti kedap air


4 = Fondasi

31

FK minimum kondisi darurat


No

4.

Kondisi

Kondisi darurat:
1. Pembuntuan
sistem drainase
2. Surut cepat krn
penggunaan air
berlebihan
3. Surut cepat
keperluan darurat

Kuat
geser

Tek air pori

FK
tanpa
gempa

FK dg
gempa

1. Efektif

Surut cepat dr
El. ma. maks
sp El. Terendah bangunan
pengeluaran

1,20

32

16

11/09/2015

Penyebab Ketidakstabilan Lereng

FK =
m
< 1, longsor
> 1, stabil

Faktor Dalam
(s) menurun
FK menurun

Faktor Luar
m meningkat
FK menurun

1. Kondisi awal :
- mat lunak akibat perubahan kadar air
- struktur geologi & geometri
2. Proses pelapukan :
- hidrasi & absorbsi mineral lempung
- retakan & susutan lempung, - erosi buluh, dispersif
3. Perubahan tekanan air pori dan perubahan volume :
- keadaan jenuh, - muka air tanah naik
4. Perubahan sistem pembebanan :
- tegangan pada lempung OC dan HOC
1. Tegangan horisontal turun :
- erosi kaki lereng, - galian, - pembongkaran sheet pile, dll.
2. Tegangan vertikal meningkat :
- air hujan tertahan, - timbunan, - berat bangunan
3. Tegangan siklik :
- gaya gempa, - gaya vibrasi mesin

III. Analisis Stabilitas Lereng Statik


1.

Tegangan efektif menggunakan c dan dari


pengujian Triaksial CU.
Nilai tekanan air pori ditentukan dari air freatik yang
gayanya bekerja tegak lurus bidang longsor dengan
arah menuju titik pusat lingkaran kelongsoran.

Analisis tegangan efektif ini digunakan pada kondisi :


- jangka panjang (steady seepage) atau draw
down, tekanan air pori dihitung dari air freatis.
- untuk tanah lempungan yang kompresibel, dimana
selama pembebanan terjadi proses disipasi
tekanan air pori (drainasi).

17

11/09/2015

Analisis Stabilitas Lereng Statik (lanjutan)


2.

Tegangan total menggunakan c hasil pengujian


undrained di laboratorium dimana ~ 0
Cara ini digunakan pada kondisi:
- pada tanah normally consolidated clay (tanah
terkonsolidasi normal) yang disipasi tekanan air
porinya kecil.
- timbunan yang dilaksanakan dengan cepat tanpa
memperhitungkan disipasi tekanan air pori.

Metode Analisis Stabilitas Lereng


Bendungan (secara umum).
Analisa Stabilitas Lereng dapat dibedakan atas :
1.Metode Keseimbangan Batas ( Limit
Equilibrium Method)
2.Metode Analisa Batas (Limit Analysis Method)
3.Metode Elemen Hingga (Finite Elemen Method)
1 aman ; atau
S , aman
S < , tidak stabil

18

11/09/2015

1.Analisis Stabilitas Cara Keseimbangan Batas

Adalah cara analisis yang paling praktis


dalam desain Bendungan.
Beberapa cara yang sering digunakan dapat
diperiksa pada tabel.
Hasil analisis biasanya dinyatakan dalam faktor
keamanan (FK), yang dinyatakan sbb:
dengan:
=S
/ geser
1 aman
; atau
FK = S FK
/=
kuat
tanah
/ tegangan
S geser
, aman yang trejadi.
S < , tidak stabil

BIDANG LONGSOR MELALUI KAKI, LERENG DAN FONDASI

POSISI BIDANG LONGSOR

19

11/09/2015

BEBERAPA JENIS BIDANG LONGSOR NON-SIRKULAR

LINGKARAN KELONGSORAN KRITIS

20

11/09/2015

FORMULASI MATEMATIK STABILITAS


LERENG
Digunakan 3 cara,yaitu :
a) Cara Fellenius
b) Modified Bishop 1, dengan bidang longsoran
berupa lingkaran.
c) Modified Bishop 2, dengan bidang longsoran
berupa baji (wedge).
41

BEBERAPA METODA PERHITUNGAN


1.

Fellenius
- Gaya-gaya yang bekerja di antara setiap irisan diabaikan

- Gaya normal pada dasar irisan diperoleh dengan memproyeksikan semua gaya tegak lurus
terhadap dasar irisan
- FK yang diperoleh bisa underestimate
- Kurang teliti untuk bidang kelongsoran dalam dengn tekanan air pori tinggi (on the safe side)
- Gaya-gaya normal efektif pada beberapa irisan besarnya dapat menjadi negatif
- Perhitungan cukup sederhana dan hanya untuk bidang longsor berbentuk busur lingkaran
- Hanya memadai untuk tanah atau batuan lunak

21

11/09/2015

Lanjutan ..

2.

Simplified Bishop
- Gaya-gaya yang bekerja di antara setiap irisan diabaikan
- Gaya normal pada dasar irisan diperoleh dengan memproyeksikan semua gaya pada irisan
secara vertikal
- FK cukup teliti dan hanya berlaku untuk bidang longsor berbentuk busur
- Perlu prosedur iteratif, namun konvergensi cepat tercapai
- Kurang teliti, bila bagian bidang longsor mempunyai kemiringan yang curam dekat kaki
- Memadai untuk tanah dan batuan lunak

Cara Fellenius

44

22

11/09/2015

Segmen

h (m)

b (m)

(0)

(kN/m3)

W =hb

Wcos

Wsin

ul

Wcos-ul

1
2
3
4
5
6
7
8

23

11/09/2015

Gbr 3 Contoh perhit.


stabilitas lereng
(metode Fellenius)

Tabel 3 Contoh
analisis stabilitas
setiap segmen
(metode Fellenius)

Gambar 1 Contoh Perhitungan Stabilitas Lereng (Bishop)

24

11/09/2015

Tabel 1 Daftar Isian Perhitungan Stabilitas Lereng (Bishop)

KETELITIAN
FELLENIUS & BISHOP
Dari Rumus : S = c + ( cos2 u) tan
Untuk tekanan air pori (u) dan sudut yang besar
akan memberikan hasil yang tidak masuk akal
Ketidak telitian juga akibat u yang diproyeksikan
ke arah sb y dan (-u) yang diproyeksikan tegak
lurus bidang longsor
Sedangkan Bishop memproyeksikan gaya-gaya
yang bekerja pada irisan secara vertical, jadi tidak
terpengaruh

25

11/09/2015

Lanjutan
3.
Janbu
- Perlu asumsi terhadap gaya-gaya interslices
- Perlu proses iterasi sampai konvergensi tercapai
- Cocok untuk bidang longsor berbentuk sebarang (bukan busur lingkaran)
- Cocok untuk analisis tegangan total dan efektif untuk tanah atau batuan

Lanjutan
4. Morgenstern & Price
- Cara ini sekaligus cara keseimbangan antara gaya-gaya dan momen yang bekerja
dengan
memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja antara irisan (interslices)
- Inklinasi gaya samping dianggap berbeda-beda secara linier untuk setiap irisan
- Sesuai dengan bidang longsor bukan busur lingkaran
- Sesuai untuk tanah dan batuan, untuk tegangan-tegangan total dan efektif
- Perlu pengalaman dalam mengasumsi fungsi gaya-gaya samping

26

11/09/2015

Lanjutan .

5.

Spencer
- Gaya-gaya antar irisan dianggap paralel
- Berdasarkan keseimbangan gaya-gaya dan momen; cara ini cukup teliti
- Sesuai untuk bidang longsor berbentuk busur atau non-busur; perlu bantuan komputer

27

11/09/2015

Lanjutan

6.

Cara Wedge/blok
- Sesuai untuk bidang longsor bukan busur (biplanar atau triplanar)
- Cocok untuk batuan atau tanah dengan profil tertentu
- Perlu perhatian terhadap penentuan inklinasi gaya-gaya
antar wedge/blok, terutama pada bidang longsor dalam
dengan tekanan air pori yang tinggi

Metode Analisis Stabilitas Keseimbangan


Batas
Metode

Karakteristik

Program

Bishop termodifikasi (1955)

Hanya bidang runtuh lingkaran , memenuhi


keseimbangan momen, tidak memenuhi
keseimbangan gaya-gaya horisonal dan
vertikal

Mstabl , Mstab,
Slope-w, Stabl-g ,
SB-slope, Stablgm

Force equilibrium (Lowe dan


Karafiat, USA US Corps of
Engineers 1970)

Segala bentuk bidang runtuh , tidak


Utexas2, Utexas3,
memenuhi keseimbangan momen , memenuhi Slope-w
keseimbangan gaya-gaya horisontal dan
vertikal

Janbus Generalized Procedure


(Janbu 1968)

Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi


segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya
samping dapat di variasi.

Stabl-g

Morgenstern dan Price (1965)

Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi


segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya
samping dapat di variasi

Slope-w

Spencers (1967)

Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi


segala kondisi keseimbangan, lokasi gaya
samping dapat di variasi

Mstab , Slope-w, Sbslope, Sstab2

28

11/09/2015

KUAT GESER FONDASI DAN BAHAN


No.
1

Bahan
Fondasi Tanah
Lunak
OCR=1-3

2.

cu

Total

Metode Uji

Efektif

Metode Uji

u dan

Lapangan sondir,
SPT, geser baling
Lab. Triaxial UU

Kondisi normal = , c

Lab.TCU/CD

Fondasi Keras

u dan cu

Lapangan SPT,
Sondir,
pressuremeter
Lab Triaxial UU

Kondisi normal = , c
Bidang perlapisan,
bidang longsoran, sesar,
bid pelapukan r, cr

Lab.TCU/CD
Lab. Triaxial
CU/CD atau
direct shear
CD

Urugan inti
kedap air

u dan cu

Lab. Triaxial UU

Kondisi normal = , c

Lab.TCU/CD

Urugan pasir
kerikil

u dan cu

Lab Triaxial
/Direct shear UU

Kondisi normal = , c

Lab.TCU/CD
Atau direct
shear CD

Urugan Batu

u dan cu

Lab Triaxial
/Direct shear UU

Kondisi normal = , c

Lab.TCU/CD
Atau direct
shear CD

PERHITUNGAN TEKANAN PORI


No.

Metode

Prosedur

Kegunaan

Keterangan

Garis freatik

Casagrande. Pavlosky,
Cedergen

Estimasi tekanan pori


untuk kondisi aliran
langgeng dan surut
cepat .

Standar : Metode analisis dan


cara pengontrolan rembesan air
untuk bendungan tipe urugan

Grafis dengan
jaring alir

Cedergen.

Estimasi tekanan pori


untuk kondisi aliran
langgeng dan surut
cepat .

Standar : Metode analisis dan


cara pengontrolan rembesan air
untuk bendungan tipe urugan

Model analog
(ERNA)

Media dimodelkan
menggunakan resistor. Ada
kesamaan antara aliran listrik
dan aliran air. Pengaruh
anisotropi bisa dilakuakn

Estimasi tekanan pori


untuk kondisi aliran
langgeng dan surut
cepat .

Periksa Najoan (1986) , Peralatan


Electrical Resistant Network
Analog Puslitbang Air 128/BA22/1986

Numerik

Elemen hingga

Estimasi tekanan pori


pada setiap bagian pada
bendungan waktu
pembangunan, aliran
langgeng dan surut
cepat

Program Sigma ; Plaxis

Hilf

Menggunakan hasil uji


konsolidasi

Estimasi tek. Pori waktu


konstruksi

Bharat Singh , Earth and Rockfill


Dams (1976)

29

11/09/2015

2.Analisis Tegangan dan Regangan Dengan


Metode Elemen Hingga
No.

Program

Kemampuan

Keterangan

Plaxis 7.2.

Menghitung tegangan dan


regangan baik waktu
pembangunan maupun waktu
terjadi aliran langgeng , untuk
menilai apakah bendungan stabil
atau tidak dari kontour /max < 1
(stabil)

Rembesan dapat
dilakukan dalam
program

Sigma-w

Sama dengan 1., hasil analisis


dapat dipakai oleh Slope-w untuk
analisis stabilitas

Rembesan
dilakukan dengan
Seep-w

Kondisi Drawdown

30

11/09/2015

Kriteria Faktor Keamanan Minimum


Hal-hal yg perlu dipertimbangkan :

Kondisi desain selama analisis dan risiko keruntuhan;

Tingkat ketelitian parameter kuat geser (shear


strength) dan prediksi tekanan air pori;

Struktur tubuh bendungan;

Investigasi di lapangan;

Kompatibilitas tegangan-regangan dari material


fondasi dan tubuh bendungan;

Kualitas pengawasan konstruksi;

Tinggi bendungan;

Penilaian berdasarkan pengalaman di masa lalu


terhadap bendungan tipe urugan.

Aspek keamanan

Ketidakstabilan akibat penurunan kekuatan geser


material urugan atau material fondasi, yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan air pori
sehingga mengakibatkan terjadinya proses likuifaksi.

Ketidakstabilan akibat deformasi yang berlebihan


berupa longsoran lereng secara rotasi dan planar,
perosokan, retakan pada bendungan, yang
disebabkan oleh peningkatan tegangan geser akibat
beban gempa.

Ketidakstabilan akibat gelombang tinggi pengaruh


gempa yang dapat menyebabkan terjadinya
pelimpahan melewati tubuh bendungan.

31

11/09/2015

Pencegahan kerusakan bendungan

Tinggi jagaan didesain cukup untuk mentolerir


penurunan berlebihan.
Zona transisi dibuat cukup lebar dari material
nonkohesif, unt. mencegah retakan berkembang.
Drainase tegak dibuat di bagian tengah (inti) bend.
Zona drainase dibuat cukup lebar, untuk
mencegah air rembesan mengalir melalui bagian
yang retak.
Zona inti dibuat cukup lebar dari material yang
cukup plastis supaya tidak mudah retak.
Gradasi filter yang baik dibuat di sebelah udik dan
hilir zona inti, untuk menghambat retakan.

Pencegahan Kerusakan Bendungan


(lanjutan).

Jagaan/freeboard cukup supaya tidak terjadi


overtopping.
Pelebaran dibuat di bagian inti bendungan pada
bidang kontak di tumpuan (abutment).
Kestabilan lereng hulu dan hilir waduk dibuat untuk
mencegah longsoran lereng.
Kualitas bahan urugan batu yang baik, agar bersifat
free drain.
Menggali material fondasi yang berpotensi
menimbulkan permasalahan di kemudian hari
(misalnya lanau pasiran dan pasir lepas yang
berpotensi mengalami likuifaksi).

32

11/09/2015

PERBAIKAN LONGSORAN BENDUNGAN CIPANCUH,


INDRAMAYU, JAWA BARAT

LOKASI BENDUNGAN CIPANCUH

33

11/09/2015

KRONOLOGIS LONGSORAN

Bendungan Cipancuh dibangun dengan kontruksi urugan tanah


homogin oleh Pemerintah Kolonial Belanda tahun 1927, tinggi
maksimum 7,60 m dengan panjang 3.300 m, kapasitas tampung sekitar
8 juta m3.
Pada bulan Februari 2009 telah terjadi kelongsoran lereng hilir
bendungan, setelah terjadi hujan cukup lebat.
Desain perbaikan dengan bronjong dan dolken pile disiapkan oleh
BBWS Citarum sendiri.
Pada bulan Juni 2009, BBWS Citarum, meminta bantuan Puslitbang
SDA untuk melakukan kunjungan lapangan dan advis teknik mengenai
pelaksanaan perbaikan yang sedang dilakukan (progress sekitar 70%).
Tanggal 5 Juni Tim Puslitbang I, advis teknik berangkat ke lapangan.
Tanggal 10 Januari 2010, terjadi pergerakan pada lokasi yang longsor.
Tanggal 18 Januari 2010, Tim Puslitbang II berangkat ke site.
Tanggal 19 Januari 2010, Tim Gabungan berangkat ke site.

34

11/09/2015

DESAIN PERBAIKAN AWAL (DARURAT)

Kondisi bendungan, saat kunjungan Tim I lapangan 5 Juni 2009

35

11/09/2015

Asumsi tipe longsoran

Hasil back analisis longsoran, Perbaikan I

36

11/09/2015

Hasil analisis konstruksi yang lagi dilaksanakan TA 2009

FK = 1,27 dengan bronjong tanpa secure


grid

FK = 1,69 dengan bronjong dgn. secure grid

HASIL KUNJUNGAN TIM GABUNGAN


(longsoran ke dua kali)

37

11/09/2015

Kunjungan tgl. 29 Januari 2010, oleh :


1)
2)
3)
4)
5)

Komisi Keamanan Bendungan


Balai Bendungan
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum
Pusat Litbang SDA
PJT II
Tujuan : memberikan rekomendasi mengenai cara
penanggulangan darurat kelongsoran bendungan
Cipancuh.

Kondisi bendungan pada tanggal 18 Januari 2010

38

11/09/2015

KONDISI BENDUNGAN YANG LONGSOR, 29 Januari 2010

Mahkota longsoran

Ujung bawah bronjong


sembulan

Aliran air

Kondisi bronjong di lereng hilir/kaki bendungan

39

11/09/2015

Kondisi perbaikan lereng dengan bronjong (kondisi


baik) di sebelah daerah yang longsor

Lereng hilir yang longsor di sebelah perbaikan bronjong. Tampak


pengambilan air dgn pipa PVC langsung dari waduk

40

11/09/2015

Kondisi spillway

Kondisi sungai di hilir spillway

41

11/09/2015

REKOMENDASI TIM GAB (RAPAT DI LAPANGAN)


Jangka Pendek (Darurat)
- Dipasang cerucuk dari dolken kayu diameter 10-15 cm, sedalam
minimal 4 m, dari kaki bendungan sampai batas sembulan di
hilirnya, spasi cerucuk 1,0 m.
- Menambah pemberat dengan batu curah di atas bagian yang
telah dicerucuk, sementara sampai level bagian bawah bronjong;
ketebalan akan dihitung kemudian.
- Mengembalikan timbunan yang turun ke level semula
(mengembalikan freeboard)
- Air waduk harus diturunkan secepatnya, bila perlu memotong
mercu spillway, dengan memperhatikan potensi banjir di hilir
sungainya.
- Perbaikan pintu intake.
- Perbaikan bangunan Cipoleti pada saluran irigasi

Lanjutan rekomendasi..

Jangka Panjang (Permanen)

1)

Kondisi bendungan di bagian lainnya harus diperiksa kembali


stabilitasnya, berdasarkan hasil penyelidikan.
Melakukan kajian secara komprehensif, antara lain :
- Manfaat waduk dan kebutuhan airnya selain irigasi
- Kapasitas spillway dengan kondisi hidrologi terkini dan resiko di
hilir
serta dengan mempertimbangkan kapasitas sungai
pembuangnya.
- Sedimentasi
- O&P
- Dll.

2)

42

11/09/2015

PERBAIKAN DARURAT

ANALISA DAN EVALUASI


LONGSORAN

43

11/09/2015

Mekanisme dan tipe longsoran (Rotasi kombinasi translasi)

Tahapan evaluasi dan analisis:


1)

2)

3)

Melakukan back analysis terhadap terjadinya longsoran


(rotasi kombinasi translasi), dengan cara coba-coba guna
memperoleh kuat geser residual (Cr = 0, dan r 0).
Melakukan klarifikasi kuat geser residual yang diperoleh
dari hasil back analysis dengan hasil pengujian
laboratorium menggunakan reversal direct shear test.
Menggunakan parameter kuat geser tersebut di atas
terhadap perhitungan stabilitas lereng, untuk menentukan
desain perbaikannya.

44

11/09/2015

Back Analysis
Back analisis dilakukan dengan memasukkan parameter Cr =
0 dan r secara coba-coba. Hasilnya diperoleh sudut geser
dalam residual (r) = 12,5.
Dari hasil pengujian laboratorium menggunakan reversal
direct shear (PT. Jasapatria Gunatama, 2009), diperoleh Cr =
0 dan r = 12,4, 13,8 dan 16,1 ( 3 contoh pengujian).
Untuk perhitungan selanjutnya digunakan Cr = 0 dan r =
12,5

0.971
18
16

Tinggi (m)

14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

45

11/09/2015

Kriteria FK minimum kondisi aliran langgeng


No.

Kondisi

Kuat geser

Tekanan pori

FK tanpa
gempa

FK dengan
gempa

2.

Aliran langgeng.
1. Elev. M.A normal
sebelah udik
2. Elev M.A minimum di
hilir
Lereng udik dan hilir
Gempa K= 100% tanpa
kerusakan

1. Efektif

Dari analisis
rembesan.

1.50

1.30

3.

Pengoperasian waduk
1. Elev. MA.maksimum di
udik
2. Elev. MA. Minimum di
hilir

1. Efektif

Surut cepat dari


el. MA normal
sampai MA
minimum

1.30

1.10

Surut cepat dari


MA maksimum
sampai MA
minimum

1.30

Parameter tanah

Lapisan

sat
(kN/m2)

c
(kPa)

(derajat)

Timbunan
(Back Analysis)

17

12,5

Batu Lempung

19

19,50

19,8

Batu Pasir

19

35

Bronjong

22

45

46

11/09/2015

Perbaikan dengan counterweight


17

Tinggi (m)

15
13
11
9
7
5
3
1
-1
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

1.118
18
16

Tinggi (m)

14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

Kondisi steady seepage, dengan counterweight, tanpa gempa, FK = 1,118

Counterweight ditinggikan 2 m
1.118
18
16

Tinggi (m)

14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

Kondisi steady seepage counterweight ditambah 2 m, tanpa gempa, FK = 1,118

47

11/09/2015

Perbaikan dengan cerucuk dan counterweight (darurat)


1.428
18
16
14

Tinggi (m)

12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

Kondisi steady seepage, tanpa gempa, FK = 1,428


0.647
18
16

Tinggi (m)

14
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

Kondisi steady seepage, dgn.gempa, Kh=0,13., FK = 0,647

Usulan perbaikan (permanen) dengan counterweight, cerucuk dan


borepile 50 cm, 2 row, jarak 2,0 m
2.753
18
16
12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

Kondisi steady seepage, tanpa gempa, FK = 2,753


1.004
18
16
14

Tinggi (m)

Tinggi (m)

14

12
10
8
6
4
2
0
-2
-25

-20

-15

-10

-5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

Jarak (m)

Kondisi steady seepage, dgn. gempa, Kh = 0,13, FK = 1,004

48

11/09/2015

Prinsip penanganan longsoran:


Untuk tipe longsoran yang didominasi translasi,
penambahan beban kontra (counterweight) kurang
efisien, prinsip penanganan longsoran translasi :
1)
2)

3)
4)

Bila timbunan mencapai tinggi kritis, penambahan beban


tidak akan efektif.
Posisi muka air tanah (grs freatik) mempunyai pengaruh
cukup siknifikan; bila muka air tersebut dapat diturunkan
secara siknifikan, FK akan meningkat siknifikan.
Membuat konstruksi penahan di daerah kaki bendungan,
misalnya dengan bored piles.
Dll

Usulan untuk perbaikan permanen


:
1)
Melakukan penelitian di lapangan, antara lain :
- Mencari sumber aliran air di hilir kaki bendungan yang
longsor.
- Meneliti lapisan tanah fondasi untuk memperoleh
geometri longsoran yang akurat dengan melakukan
penyondiran minimal 4 titik melintang bagian yang
longsor.
- Mengukur pisometer yang ada untuk memperoleh garis
freatik.
2)

Melakukan analisis perbaikan (dimensi dan spasi bored piles


atau cara lain) , berdasarkan data tambahan.

49

11/09/2015

KESIMPULAN
1)
2)

3)

4)

Perbaikan darurat dengan cerucuk dan counterweight telah


diputuskan dalam rapat gabungan.
Melakukan observasi terhadap tipe longsoran, guna
menentukan tipe longsoran (mahkota longsoran dan
sembulannya), sebaiknya dilakukan saat terjadi longsoran.
Bila terlalu lama, apalagi sudah dilakukan perubahan, sangat
sulit untuk menentukan dimana posisi mahkota dan
sembulannya, sehingga mengakibatkan salahnya asumsi tipe
longsoran yang terjadi.
Untuk longsoran yang didominasi translasi, penambahan
beban kontra kurang efektif. Lebih baik membuat konstruksi
penahan, mis. bored piles atau menurunkan muka air freatis
atau kombinasi keduanya.
Untuk perbaikan permanen, analisis harus didukung oleh
data yang lebih akurat, antara lain perlapisan tanah, sumber
aliran air di hilir kaki bendungan, dll. dalam rangka membuat
model geometri dan parameter yang diperlukan..

IV. Analisis Stabilitas Lereng Akibat


Gempa
4.1 PENDAHULUAN
4.2 EVALUASI PENENTUAN BEBAN GEMPA
4.3 KRITERIA ANALISA STABILITAS
4.4 PENENTUAN INTENSITAS DESAIN GEMPA
4.5 METODE ANALISA STABILITAS
BENDUNGAN
4.5.1. PSEUDOSTATIK
4.5.2. DINAMIK

50

11/09/2015

4.1 PENDAHULUAN
A. Kerusakan akibat gempa bumi :
a) Kerusakan Primer
b) Kerusakan Sekunder

Hal hal penting yang harus diperhatikan dalam


desain

A.KERUSAKAN AKIBAT GEMPA BUMI

a) Kerusakan Primer
Tingkat kerusakan karena goncangan kuat
bergantung pada intensitas, frekuensi, dan
magnitudo gempa, mekanisme sumber
gempa, lokasi proyek dari sumber gempa
(seperti jarak, azimuth), dan struktur
bangunannya sendiri (misalnya perioda
alami).

51

11/09/2015

KERUSAKAN AKIBAT GEMPA BUMI


(lanjutan)
Kerusakan Primer
Kerusakan karena keruntuhan sesar
bergantung pada amplitudo, penyebaran
dalam ruang, dan arah pergeseran sesar
vertikal atau lateral. Kerusakan langsung
pada bendungan dan lereng alami,
umumnya disebabkan oleh gaya inersia
akibat goncangan permukaan tanah dan
peralihan tetap tanah akibat sesar.

b) Kerusakan Sekunder
Bangunan yang mengalami kerusakan
sekunder, disebabkan oleh gaya inersia
karena goncangan permukaan tanah dan
peralihan tetap tanah akibat sesar
(misalnya longsoran yang meruntuhkan
jembatan atau viaduk).

52

11/09/2015

Kerusakan Sekunder
Goncangan kuat pada tanah (misalnya
pasir jenuh), dapat menyebabkan
penurunan kuat geser tanah atau
kekakuan, sehingga terjadi penurunan
atau penyebaran lateral fondasi dan
keruntuhan bendungan urugan tanah.
Oleh karena itu, kerusakan sekunder pada
sistem infrastruktur perlu dipertimbangkan.

Kerusakan Sekunder
Likuifaksi (Hilangnya kekuatan geser pada
pasir lepas jenuh)
Sumber kerusakan sekunder lainnya
akibat gempa meliputi limpahan bahan
kimiawi, kerusakan saluran air kotor, dan
kehilangan persediaan air minum.

53

11/09/2015

Gedung miring (tilting) akibat likuifaksi tanah gempa Niigata


(Jepang) tahun 1964

Gempa Bhuj tanggal 26 Januari 2001 di Gujarat, India

54

11/09/2015

B. Hal penting yang harus diperhatikan


dalam desain bendungan urugan

Fondasi harus digali sampai lapisan sangat


padat atau batuan dasar, atau semua bahan
fondasi yang bersifat lepas harus dipadatkan
atau diganti dengan bahan yang dipadatkan
secara baik agar terhindar dari penurunan kuat
geser akibat likuifaksi.

Penggunaan bahan timbunan yang berpotensi


meningkatkan tekanan air pori pada waktu
terjadi gempa kuat harus dihindari.

Hal penting yang harus diperhatikan


dalam desain bendungan urugan

Semua zona dari bendungan urugan harus


dipadatkan dengan baik, untuk mencegah
terjadinya penurunan berlebihan saat terjadi
gempa bumi.

Semua bendungan urugan terutama urugan


homogen, harus mempunyai zona drainase
internal untuk memotong aliran air lewat
retakan melintang bendungan yang terjadi
akibat gempa dan menjaga agar zona-zona
lereng di sebelah hilir tetap tidak jenuh air.

55

11/09/2015

Hal penting yang harus diperhatikan


dalam desain bendungan urugan

Pada fondasi batuan yang mengandung banyak


rekahan harus dilengkapi dengan filter untuk
mencegah erosi buluh (piping) masuk kedalam
fondasi.

Filter dan zona drainase harus cukup lebar dan


memadai, sesuai RSNI T-01-2002.

Zona transisi bagian udik dan atau bagian hilir harus


bersifat mudah memperbaiki diri dan dengan gradasi
yang memadai, agar terhindar dari retakan
berlanjutnya melewati inti.

Hal penting yang harus diperhatikan


dalam desain bendungan urugan

Tinggi jagaan harus cukup tinggi, untuk


mencegah terjadinya limpasan air waduk lewat
tubuh bendungan, akibat penurunan tubuh
bendungan pada waktu terjadi gempa bumi,
dan gelombang air tinggi yang timbul karena
longsoran pada kolam waduk.

Puncak bendungan harus dibuat lebih lebar


dari kondisi normal untuk memperpanjang
lintasan rembesan air, apabila terjadi retakan
melintang akibat gempa bumi.

56

11/09/2015

4.2 Evaluasi penentuan beban gempa


Beban gempa untuk desain bendungan baru
atau evaluasi keamanan bendungan dan waduk
yang sudah ada (existing dam and reservoir),
diperoleh dari gempa desain maksimum
(MDE=Maximum Design Earthquake), gempa
dasar operasi (OBE=Operating Base
Earthquake) dan kadang-kadang gempa
imbas (RIE=Reservoir Induced Earthquake).
Suatu bendungan dapat dievaluasi terhadap
satu atau beberapa beban gempa tergantung
pada kondisinya.

Evaluasi penentuan beban gempa


(lanjutan)
Pada kasus gempa bolehjadi maksimum
penentu (CMCE=Controlling Maximum Credible
Earthquake); bila terjadi kerusakan pada
bendungan yang cukup besar, bendungan harus
tetap dalam batasan keamanan yang dapat
ditoleransi dan tidak terjadi bencana banjir
atau limpasan (overtopping).

57

11/09/2015

BEBAN GEMPA DALAM PENYIAPAN DESAIN


BENDUNGAN.
- Gempa Dasar Operasi (Operating Basis Earthquacke = OBE):
yaitu tingkat gempa yang menimbulkan goncangan tanah (ground motion) pada
lokasi bendungan dengan kemungkinan 50% tidak terlampaui selama 100 tahun.
Berdasar definisi tersebut, kemudian OBE ditetapkan secara probabilistik
(berdasar periode ulang 50~100 tahun tergantung kelas risiko bendungan. Pada
gempa OBE bendungan tidak boleh mengalami kerusakan.
- Gempa desain maksimum (Maximum Design Earthquacke = MDE):
yaitu tingkat gempa yang menimbulkan goncangan terbesar dilokasi bendungan
yang akan dipakai untuk penyiapan desain. Periode ulang gempa MDE berkisar
1000 ~10.000 tahun. Pada gempa MDE bendungan hanya boleh mengalami
sedikit kerusakan (small damage), untuk bendungan urugan haya boleh
mengalami penurunan kurang dari tinggi jagaan (dihitung dari m.a. normal).
- Gempa imbas waduk (Reservoir Induce Earthquacke = RIE);
yaitu gempa bumi yang terjadi akibat pengisian waduk yang mengakibatkan
tingkat goncangan permukaan maksimum di lokasi bendungan. Gempa RIE
hanya diperhitungkan bagi bendungan yang memiliki tinggi>100 m atau
tampungan>500.000m3.

Faktor-faktor yang diperlukan untuk evaluasi


keamanan bendungan tahan terhadap beban
gempa, antara lain:

Tingkat bencana gempa di lokasi bendungan;


Tipe bendungan;
Kebutuhan fungsional;
Tingkat risiko bendungan dan waduk yang telah
selesai;
Konsekuensi perkiraan risiko.

58

11/09/2015

Pengaruh kondisi lokal berasal dari kondisi topografi


dan geologi Faktor utama yang dipertimbangkan dalam
persyaratan parameter gempa adalah:

klasifikasi tempat (aluvium atau batuan);


parameter fisik (physical properties) dan
ketebalan lapisan fondasi;
pengaruh dekatnya jarak terhadap sesar
(near field effects);
jarak dari daerah pelepasan energi;
pemilihan magnitudo untuk desain.

Pengaruh tingkat kerusakan


Klasifikasi tingkat kerusakan dapat dibuat
berdasarkan percepatan gempa maksimum
(PGA=Peak Ground Acceleration) yang mungkin
terjadi pada MDE. Penentuan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan peta zona
gempa. pada lokasi dengan material fondasi
yang baik (batuan).
Pada lokasi dengan material fondasi lanau
pasiran lunak atau pasir lepas dengan
kepadatan relatif rendah yang berpotensi
mengalami likuifaksi harus diterapkan lebih
berhati-hati.

59

11/09/2015

Tabel 3.1 Tingkat kerusakan menurut besarnya


percepatan gempa maksimum pada MDE
Percepatan gempa maksimum (PGA=ad)
(Peak Ground Acceleration)

Klasifikasi Tingkat
Kerusakan

PGA < 0,1 g

I (rendah)

0,10 PGA < 0,25g

II ( moderat)

PGA 0,25g
Tidak terdapat sesar aktif dalam jarak 10 km dari
lokasi

III (tinggi)

PGA 0,25g
Sesar aktif lebih dekat dari 10 km dari lokasi

IV (ekstrim)

Klasifikasi kelas risiko


Angka bobot dalam kurung
Faktor Risiko (FR)

Tinggi

Moderat

Rendah

>100
(6)

100-1,25
(4)

1,00-0,125
(2)

< 0,125
(0)

> 45
(6)

45-30
(4)

30-15
(2)

< 15
(0)

Kebutuhan
evakuasi
(jumlah orang) (FRe)

> 1000
(12)

1000-100
(8)

100-1
(4)

0
(0)

Tingkat kerusakan
hilir (FRh)

Sangat
tinggi
(12)

Moderat
(4)

Tidak ada
(0)

Kapasitas
(FRk)

(106m3)

Tinggi (m)
(FRt)

Ekstrim

Tinggi
(10)

Agak
ting
gi
(8)

60

11/09/2015

Kriteria beban gempa untuk desain bendungan


Faktor risiko total

Kelas risiko

(0-6)

I (Rendah)

(7-18)

II (Moderat)

(19-30)

III (Tinggi)

(31-36)

IV (Ekstrim)

Kriteria beban gempa untuk desain


bendungan
Kelas risiko
dengan masa
guna

Persyaratan tanpa
kerusakan
T
(tahun)

Metoda
Analisis

Persyaratan diperkenankan ada


kerusakan tanpa keruntuhan
T
(tahun)

Metoda
Analisis

IV
N=50-100

100 200
ad 0,1 g

Koef
Gempa

10.000
(MDE)

Koef.gempa atau dinamik

III
N=50-100

50 100
ad 0,1 g

Koef
Gempa

5000
(MDE)

Koef. gempa atau dinamik

II
N=50-100

50-100
ad 0,1 g

Koef
Gempa

3000
(MDE)

Koef. gempa atau dinamik

I
N=50-100

50-100
ad 0,1 g

Koef
Gempa

1000
(MDE)

Koef. gempa atau dinamik

Catatan :
1) Untuk bendungan besar dengan kondisi geologi setempat yang khusus, maka Peta Zona Gempa dalam
bab IV tidak bisa digunakan, dan perlu dilakukan studi gempa tersendiri.
2) Analisis dinamik dapat dilakukan dengan analisis ragam sambutan gempa atau sejarah waktu
percepatan gempa.

61

11/09/2015

4.3 Kriteria Analisis Stabilitas Lereng

Persyaratan tanpa kerusakan dengan


perioda ulang T ditentukan (OBE), beban
gempa dapat diperoleh dari peta zona gempa
Analisis dilakukan dengan cara koefisien
gempa. Kestabilan bendungan harus lebih
tinggi dari faktor keamanan minimum yang
disyaratkan dan bendungan tidak mengalami
kerusakan yang serius.

4.3 Kriteria Analisis Stabilitas Lereng


(lanjutan)

Persyaratan dengan diperkenankan ada kerusakan


tanpa terjadi keruntuhan dengan periode ulang T
ditentukan untuk kelas I, II, III, dan IV, percepatan
gempa maksimum di permukaan tanah dapat
diperoleh dari peta zona gempa.

Analisis dilakukan dengan cara dinamik


menggunakan ragam sambutan gempa atau sejarah
waktu percepatan gempa. Bendungan harus mampu
menahan gempa desain MDE tanpa keruntuhan atau
diperkenankan ada kerusakan dengan alihan tetap
tidak melampaui 50 % dari tinggi jagaan.

62

11/09/2015

Analisis Stabilitas Bangunan Pengairan Lainnya


No.

Jenis Bangunan

Bangunan Pengairan
Permanen seperti:
Bangunan sadap;
Bangunan silang;
tanggul penutup;
tanggul banjir;
tembok penahan;
lain-lain.

Bangunan Pengairan
Semi Permanen:

Kelas Risiko
dg Masaguna

Periode Ulang
T (tahun)

Metoda Analisis

V
N=20-50

20-50

Ba

Tidak perlu
dianalisis

VI

Catatan :
Ba = Untuk bangunan pengairan dengan H 15m, analisis dilakukan dengan metoda koefisien gempa
dengan persamaan (7) dan (8). Bila H > 15m analisis harus menggunakan kelas risiko IV pada Tabel
3.3.

4.4 Penentuan Intensitas Desain Goncangan


Gempa Permukaan
Intensitas goncangan pada lokasi tertentu dapat
dievaluasi dengan tiga cara berbeda, yaitu:
1.analisis bahaya gempa deterministik;
2.analisis bahaya gempa probabilistik;
3.pendekatan dengan peta zona gempa Indonesia.
Tujuannya untuk menghitung parameter goncangan
gempa di permukaan tanah untuk berbagai perioda
ulang.

63

11/09/2015

1.Pendekatan deterministik
Analisis bahaya gempa deterministik (Deterministic
Seismic Hazard Analysis = DSHA) digunakan jika
akan memperhitungkan skenario gempa untuk
mengevaluasi magnitudo dari parameter goncangan
gempa (umumnya percepatan puncak di permukaan
tanah dan respons spektrum percepatan) di suatu
lokasi terhadap pengaruh semua sumber gempa
aktif yang dekat dengan Bendungan dan berpotensi
menimbulkan goncangan kuat di permukaan tanah.
Analisis tidak hanya dilakukan untuk satu sumber
gempa, tetapi dilakukan juga untuk beberapa sumber
gempa dengan magnitudo, intensitas dan jarak yang
berlainan. Hasil yang memberikan tingkat kerusakan
tertinggi, akan digunakan sebagai parameter desain.

Pendekatan deterministik (lanjutan)


Intensitas goncangan gempa di permukaan
tanah yang disebabkan oleh sesar aktif (atau
sumber gempa lainnya) dievaluasi dengan
menggunakan grafik hubungan atenuasi atau
fungsi atenuasi.
Fungsi-fungsi atenuasi hasil penelitian (pada
berbagai jenis sesar, jenis tanah atau batuan)
untuk gempa-gempa di Indonesia belum ada,
sehingga perlu diambil dari basis data yang
diperoleh dalam literatur (USA dan Jepang).

64

11/09/2015

2.Pendekatan probabilistik
Analisis bahaya gempa dengan
pendekatan probabilistik (Probabilistic
Seismic Hazard Analysis = PSHA),
digunakan jika akan mempertimbangkan
ketidakpastian jarak dan waktu kejadian
gempa dan jika sumber gempa jauh dari
lokasi bendungan.

3.Pendekatan dengan peta zona gempa


Indonesia
Peta zona gempa untuk Indonesia
dikembangkan sesuai dengan prosedur yang
dijelaskan di atas dengan cara pendekatan
probabilistik.
Peta percepatan gempa bolehjadi untuk perioda
ulang 10, 20, 50, 100, 200, 500, 1000, 5000 dan
10000 tahun, yang kemudian digabungkan
menjadi satu peta zona gempa, dapat
digunakan untuk memprediksi percepatan
gempa untuk perioda ulang tertentu.

65

11/09/2015

Gambar 4.1 Peta zona gempa Indonesia dengan menggunakan persamaan atenuasi Fukushima &
Tanaka, 1990 (Najoan, 2004)

4.5 .METODE ANALISIS STABILITAS


BENDUNGAN URUGAN AKIBAT BEBAN
GEMPA
Pendekatan analisis stabilitas akibat gempa ini
menggunakan cara

1.Analisis keseimbangan batas pseudostatik (Cara koefisien gempa)


2.Analisa Dinamik

66

11/09/2015

Ragam percepatan gempa desain


Dalam analisis stabilitas bendungan urugan
akibat beban gempa pada umumnya digunakan
data ragam percepatan gempa desain, yang
diperoleh dari hasil pencatatan akselerograf.
Data ragam percepatan gempa desain perlu
diubah terlebih dahulu menjadi ragam
percepatan gempa penormalan dengan cara
membagi nilai ragam percepatan gempa pada
setiap perioda percepatan gempa maksimum
yang tercatat.

Ragam percepatan gempa penormalan dibagi dalam 4


kelompok (sesuai dengan penggolongan dalam Tabel
4.2), yang setiap kelompoknya mempunyai satu ragam
percepatan gempa penormalan dengan koefisien
redaman D = 5 % (lihat Gambar 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5).
Ragam percepatan gempa penormalan dengan D 5%,
dikoreksi dengan menggunakan persamaan berikut:

San = Sa5 x Cn

..

(4.6)

San
Sa5

: ragam percepatan gempa penormalan untuk D 5% (-),


: ragam percepatan gempa penormalan untuk D = 5% (-),

Cn

: koefisien koreksi untuk D 5% (-), dengan menggunakan


Gambar 4.6.

67

11/09/2015

Gambar 4.2 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasi batuan


(Ts 0,25 detik)

Gambar 4.3 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasi


dilluvium, (0,25 <Ts 0,50 detik)

68

11/09/2015

Gambar 4.4 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasi


alluvium , (0,50 <Ts 0,75 detik)

Gambar 4.5 Ragam percepatan gempa penormalan untuk fondasi


alluvium lunak, (Ts > 0,75 detik)

69

11/09/2015

Gambar 4.6 Faktor koreksi Cn untuk menentukan ragam percepatan


gempa penormalam dengan D tidak sama dengan 5%

4.5.1.Analisis Dengan Cara Koef Gempa


(Pseudostatic Analyses)

Analisis gempa untuk desain bendungan


dan bangunan pelengkapnya yang tahan
beban gempa dapat dilakukan dengan
cara koefisien gempa, menggunakan cara
probabilistik.
Pada dasarnya, analisis keseimbangan
batas pseudo-statik dapat dilakukan
menggunakan analisis tegangan total atau
tegangan efektif.

70

11/09/2015

4.5.1.Analisis Dengan Cara Koef Gempa


(Pseudostatic Analyses) lanjutan..
Dalam analisis keseimbangan batas pseudo-statik,
koefisien gempa digunakan untuk mewakili
pengaruh gaya-gaya inersia akibat gempa
terhadap massa yang berpotensi runtuh.
Faktor keamanan izin yang berkaitan dengan
koefisien gempa menggambarkan perilaku
lereng bendungan yang dianalisis, apakah akan
mengalami alihan (deformasi) atau tidak akibat
gempa desain.

Cara koefisien gempa


Percepatan gempa dari dasar sampai puncak Bendungan dianggap sama.
Kurang tepat,karena Bendungan tipe Urugan bersifat lebih
fleksibel,sehingga percepatan Gempa membesar di Puncak.
Koefisien Gempa digunakan untuk mewakili pengaruh gaya2 inersia
akibat gempa terfadap masa yang berpotensi runtuh.
FK ijin yang berkaitan dengan koefisien Gempa menggambarkan perilaku
lereng Bendungan yang dianalisis apakah akan mengalami alihan
(deformasi) atau tidak akibat Gempa desain.
Goncangan Gempa diganti dengan percepatan horizontal yang konstan =
K x g dimana K= koefisien gempa dan g= percepatan Gravitasi
Dengan anggapan percepatan langgeng ini menimbulkan gaya inersia
Kx W melalui pusat Gravitasi dari massa yang berpotensi runtuh,dengan
W adalah berat massa yang berpotensi runtuh (gambar 6.2)

71

11/09/2015

Cara koefisien gempa


Cara ini dilakukan dengan menghitung koef gempa dan gaya-gaya
vibrasi yang bekerja sebagai gaya statik mendatar, seperti persamaan
berikut :
F=KW
.............. (6.1)
Kh =

ad
g

K = 1 x Kh

........................(6.2)
........................(6.3)

dimana:
F : gaya gempa mendatar (kN);
W : berat (ton);
Kh : koef gempa dasar yang tergantung periode ulang T;
ad : percepatan gempa terkoreksi oleh pengaruh jenis tanah (gal);
1 : koreksi pengaruh free field, untuk bendungan
tipe urugan =0,7; untuk bendungan beton dan pasangan batu =1;
K : koefisien gempa terkoreksi untuk analisis stabilitas;
g : gravitasi (= 980 cm/det2).

Koefisien gempa termodifikasi

Koefisien gempa desain pada tubuh bendungan yang


merupakan fungsi dari kedalaman, dapat dihitung dengan
persamaan:
Ko = 2 x Kh

. (6.4)

dimana:
Ko : koefisien gempa desain terkoreksi di permukaan tanah;
2 : koreksi pengaruh jenis struktur, untuk bend. tipe urugan =0,5;
Kh : koefisien gempa dasar yang tergantung periode ulang T.
Koefisien gempa pada kedalaman Y dari puncak bendungan
berbeda-beda. Untuk analisis stabilitas, peninjauan dilakukan pada
Y = 0,25 H; 0.50 H; 0,75 H dan H (H adalah tinggi bendungan)
dengan menggunakan Kh pada perioda ulang sesuai dengan
persyaratan.

72

11/09/2015

Untuk 0 < Y/H 0,4 :


K = Ko x {2,5 1,85 x (Y/h)} ........... (6.5)
Untuk 0,4 < Y/H 1,0 :
K = Ko x { 2,0 0,60 x (Y/h)} ........... (6.6)

Peninjauan dilakukan pada y = 0,25 h; 0,50 h; 0,75 h dan h, dengan


menggunakan kh pada periode ulang sesuai yang disyaratkan. Koefisien
gempa rata-rata ks pada y yang berbeda-beda, seperti dijelaskan pada
persamaan-persamaan tersebut di atas.

max = percepatan gempa maks di puncak dg. metode Seed-Martin


Y = kedalaman bidang gelincir dari puncak
H = tinggi bendungan
Kmax = percepatan gempa maks. yang bekerja pada titik pusat bid.
gelincir diperoleh dari grafik Gambar 7.1
Ky = diperoleh dengan melakukan analisis stabilitas dengan
menvariasikan Kh, sehingga diperoleh suatu grafik hubungan
antara FK dengan Kh , i pada FK = 1 diperoleh Kh yang sama
dengan Ky .
Ky > Kmax , tidak ada deformasi permanen.
Ky < Kmax , ada deformasi permanen
U = deformasi permanen dari grafik pada Gambar 7.2
T0 = periode predoman atau periode mode 1
g
= gravitasi.

73

11/09/2015

Analisis stabilitas pseudostatik termodifikasi dpt


dilakukan dengan Plaxis atau software lain, lalu
dicari Ky dengan faktor keamanan = 1 dari
bendungan untuk setiap kondisi.
Lanjutkan dengan analisis dinamik dengan
periode ulang gempa 5.000 tahun atau 10.000
tahun (tergantung tingkat resiko)
Hasil perhitungan selengkapnya dapat diperoleh
stabilitas lereng dan deformasi serta
perbandingan dengan tinggi jagaan bendungan
akibat pengaruh gempa.

Hasil analisis stabilitas pengaruh gempa kondisi steady seepage


Bendungan Darma
T = 100 thn
Bagian
Bendungan

Fk tanpa
gempa

Ky

a) Y/H = 1

4,411

b) Y/H = 0,75

2,637

c) Y/H = 0,5
d) Y/H = 0,25

T = 5000 thn

K
(100 thn)

FK
(FK izin = 1,2)

K
(5000 thn)

FK
FK izin = 1

0,41

0,125

2,730

0,217

1,647

0,33

0,138

1,662

0,240

1,245

2,071

0,285

0,151

1,388

0,264

1,068

2,019

0,26

0,181

1,242

0,316

0910

a) Y/H = 1

1,332

0,130

0,125

1,013

0,217

0,790

1. Udik (U/S)

2. Hilir (D/S)

b) Y/H = 0,75

1,461

0,183

0,138

1,092

0,240

0,894

c) Y/H = 0,5

1,580

0,230

0,151

1,180

0,264

0,964

d) Y/H = 0,25

2,174

0,380

0,181

1,460

0,316

1,135

74

11/09/2015

160
150
140
130

BENDUNGAN DARMA
longsoran up-stream Y/H = 0,25

120
110

2.020
100

TINGGI(M)

90
80
70
60
50
40

AIR

30
TIMBUNAN BATU

TIMBUNAN TANAH

20
AIR
PONDASI

RANDOM

10
0
-10
0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

260

PANJANG (M)

Hasil analisis stabilitas statik lereng hulu kondisi steady seepage


Bendungan Darma

160
150
140
130

BENDUNGAN DARMA
longsoran down-stream Y/H = 0,75

120
110
100

TINGGI(M)

90
0.666
80
70
60
50
40

AIR

30
T IMBUNAN BAT U

T IMBUNAN T ANAH

20
AIR
PONDASI

RANDOM

10
0
-10
0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

260

PANJANG (M)

Hasil analisis stabilitas statik lereng hilir kondisi steady seepage


Bendungan Darma

75

11/09/2015

Y/H=0.75
1.4

Fk

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Beban gempa

Lereng upstream Y/H=0,25

Lereng downstream Y/H=0,75

4.5.2 ANALISIS STABILITAS DINAMIK


BENDUNGAN
Analisis dengan cara dinamik dapat dilakukan
dengan dua cara perhitungan, yaitu:
1. Analisis deformasi permanen cara
Makdisi & Seed
2. Analisis dinamik dengan respons dinamik.

76

11/09/2015

PENENTUAN PARAMETER DINAMIK TANAH


DAN BATUAN
Dalam pelaksanaan analisis respons dinamik akibat
gaya-gaya gempa bumi pada perlapisan tanah dan
tubuh bendungan, diperlukan 2 parameter utama yaitu:
aselerogram desain di permukaan batuan dasar
dengan metode superposisi dan metode stokastik;
parameter dinamik dari material perlapisan tanah
dan tubuh bendungan.

PENENTUAN PARAMETER DINAMIK TANAH


DAN BATUAN
Dalam hal ini, metode penentuan parameter
dinamik yang dibutuhkan untuk analisis respons
dinamik, diperhitungkan akibat gaya-gaya
gempa bumi, fondasi mesin dan angin,
gelombang air dan gaya kejut lainnya.
Dua parameter dinamik tersebut adalah modulus
geser (G) dan rasio redaman (D). Besarnya
modulus geser maupun rasio redaman,
tergantung pada regangan geser, .

77

11/09/2015

PENENTUAN PARAMETER DINAMIK TANAH


DAN BATUAN (lanjutan)

Modulus geser dapat diperoleh baik dari


hasil uji lapangan maupun dari uji
laboratorium. Sedangkan rasio redaman
hanya dapat diperoleh dari hasil uji
laboratorium.

Parameter dinamik tanah yaitu


modulus geser,
rasio redaman
hubungan antara G/Gmax dengan
regangan geser
rasio redaman dengan regangan geser ,
dapat diperoleh melalui 3 metode yaitu:

78

11/09/2015

Parameter dinamik tanah dapat diperoleh dengan :


1. Uji lapangan menggunakan cara geofisik,yakni melalui uji
crosshole, uji suspension PS logging, dan cara empirik melalui
uji penetrasi standar (SPT) serta uji penetrasi statik (CPT).
Dalam metode ini hanya diperoleh kecepatan rambat
gelombang geser (Vp dan Vs) dan melalui perhitungan dapat
diperoleh modulus geser pada regangan kecil (Gmax) atau
sebaliknya.
Uji crosshole dilakukan di dalam lubang bor, di mana
diperlukan minimal 2 lubang bor, tetapi dianjurkan dengan 3
lubang bor.
Uji suspension PS logging dilakukan dalam 1 lubang bor dan
harus terletak di bawah muka air tanah.

Parameter dinamik tanah dapat diperoleh dengan :


(lanjutan)
2.Uji laboratorium dilakukan menggunakan alat
resonant column dan triaxial dinamik. Untuk
regangan geser kecil (<10-3%) digunakan alat
resonant column, dan untuk regangan besar
(>10-3%) digunakan alat triaxial dinamik.
3.Metode empiris yang diperoleh dari literatur.

79

11/09/2015

4.5.2.1 Analisis Deformasi Permanen Cara Makdisi Seed


Penentuan deformasi permanen dengan metode Makdisi & Seed menggunakan 2
buah grafik, yaitu grafik hubungan antara Kmax/max dengan Y/H(kiri) dan hubungan
antara Ky/Kmax dengan Uk=U/(Kmax x g x T0) (kanan)

Peninjauan dilakukan pada y = 0,25 h; 0,50 h; 0,75 h dan h, dengan


menggunakan kh pada periode ulang sesuai yang disyaratkan. Koefisien
gempa rata-rata ks pada y yang berbeda-beda, seperti dijelaskan pada
persamaan-persamaan tersebut di atas.

max = percepatan gempa maks di puncak dg. metode Seed-Martin


Y = kedalaman bidang gelincir dari puncak
H = tinggi bendungan
Kmax = percepatan gempa maks. yang bekerja pada titik pusat bid.
gelincir diperoleh dari grafik Gambar 7.1
Ky = diperoleh dengan melakukan analisis stabilitas dengan
menvariasikan Kh, sehingga diperoleh suatu grafik hubungan
antara FK dengan Kh , i pada FK = 1 diperoleh Kh yang sama
dengan Ky .
Ky > Kmax , tidak ada deformasi permanen.
Ky < Kmax , ada deformasi permanen
U = deformasi permanen dari grafik pada Gambar 7.2
T0 = periode predoman atau periode mode 1
g
= gravitasi.

80

11/09/2015

Penentuan Percepatan Gempa Maksimum di Puncak

Besarnya percepatan gempa maksimum pada setiap kedalaman Y dan


waktu t menurut Seed dan Martin dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:
Model Seed & Martin dalam formulasi max

Percepatan gempa maksimum di puncak dapat dinyatakan


dengan persamaan:

unmax n (0)San

.. (7.12)

dengan: San : spektrum percepatan gempa


Percepatan gempa maksimum di puncak bendungan untuk tiga
mode yang pertama, dapat ditulis sebagai berikut:
1max = 1 (0) Sa1 = 1,60 Sa1
(7.13)
2max = 2 (0) Sa2 = 1,06 Sa2
(7.14)
3max = 3 (0) Sa3 = 0,86 Sa3
(7.15)
Karena nilai-nilai maksimum pada setiap ragam terjadi pada waktu
yang berbeda-beda, maka percepatan gempa maksimum di puncak
bendungan diambil sebagai akar penjumlahan kuadrat dari
percepatan gempa maksimum dari tiga mode pertama.
max = [ (n max )2 ]0,5

81

11/09/2015

Prosedur Analisis Deformasi Permanen Cara Makdisi - Seed


Lakukan studi risiko gempa dalam menentukan
parameter gempa, untuk memperoleh percepatan
gempa desain di permukaan tanah ad dan Ms pada
perioda ulang sesuai dengan kriteria, spektrum
percepatan gempa penormalan Sa/ad dengan
redaman (damping) D, dan koreksi pengaruh rasio
redaman D dengan Cn .
Lakukan berdasarkan hasil analisis stabilitas pada
Y/H = 0,25; 0,5; 0,75; 1 dengan mengubah-ubah
nilai Kh pada bidang longsor kritis dengan data
bahan t ; dan c. Gambarkan hubungan antara
FK (faktor keamanan) dengan Kh dan tentukan
percepatan gempa Ky (percepatan gempa kritis
pada FK=1).
Tentukan parameter dinamik bahan Vsmax atau
Gmax ; gambarkan grafik hubungan antara
G/Gmax dan D dengan regangan geser () dari
fondasi dan tubuh bendungan sesuai prosedur
yang ditentukan dalam sub bab 5.4.

Hitung atau taksir nilai Vsmax :


1 =2,404Vs/H; T1=2/1 =2,614 Vs/H; Sa1=Cnxad x Sa/ad .....(7.24)
2=5,520 Vs/H; T2=2/2 =1,138 Vs/H; Sa2=Cnxad x Sa/ad .....(7.25)
3 = 8,654Vs/H; T3= 2/3 =0,726 Vs /H; Sa3=Cnxad xSa/ad ........ (7.26)
(rata)ek =0,195x(H/Vs)xSa1 ; dari grafik hubungan antara G/Gmax vs .

Cari nilai G/Gmax pada (rata)ek dan hitung G dan Vs yang baru
serta ditulis dalam Gb dan Vsb.
Periksa ketelitian taksiran Vs dengan persamaan
((VsVb)/Vs) x 100%. Bila taksiran lebih besar dari
5%, ulangi langkah 4 dan 5 dengan menggunakan
taksiran Vs = Vb. Sedangkan bila taksiran kurang
atau sama dengan 5% dengan hasil perhitungan,
lanjutkan dengan langkah 6.
max = [ 2,56 Sa12 + 1,12 Sa22 + 0,74 Sa32 ] 0,5
............. (C.10)

Dari grafik hubungan antara kmax/max dengan Y/H (Gambar 7.1)


diperoleh kmax, dengan grafik hubungan antara Uk dengan Ms
(Gambar 7.2) diperoleh Uk, sehingga bisa dihitung u
=Uk/(kmaxxgxT1).

Deformasi permanen yang terjadi tidak boleh melampaui 50% dari


tinggi jagaan.

82

11/09/2015

Hubungan antara G/Gmax dengan regangan geser (kiri) dan Hubungan


antara rasio redaman D dengan regangan geser, untuk lempung

Hub. antara mod. geser dan kecepatan rambat


gelombang geser
Gmax = x V2 smax
G = x V2 s
= t / g
dimana:
Gmax : mod. geser maksimum pada regangan geser < 10 -4%;
G
: mod. geser pada regangan geser > 10-4%;
Vsmax : kecpt. rambat gelombang geser pada regangan kecil <10-4 %;
Vs : kecpt. rambat gel. geser pada regangan geser >10-4%;
t
: berat volume total;

: kerapatan massa;
g
: gravitasi.

Bila Vsmax dan berat volume tanah diketahui, dapat dihitung nilai Gmax.

83

11/09/2015

Cara empiris memperoleh modulus geser Gmax


Modulus Geser Maksimum (G 0) vs NSPT

4,5E+05
4,0E+05

Modulus Geser Maksimum, G

(kN/m2)

5,0E+05

3,5E+05
3,0E+05
2,5E+05
2,0E+05
1,5E+05
1,0E+05
5,0E+04
0,0E+00
0

10

20

30

40

50

60

70

NSPT
Imai-Yoshimura(semua jenis tanah)

Ohba-Toriumi (tanah alluvium)

Ohsaki-Iwasaki (semua jenis tanah)

Hara (tanah Kohesif)

Imai (semua jenis tanah)

Metode Seed dan Idriss (1970)


Untuk tanah pasir dan kerikil :
Berdasarkan kumpulan data hasil uji laboratorium Seed dan Idriss,
G
=1000 x K2 x (m)0,5
Gmax =1000 x K2max x (m)0,5
m
= (1 + 2 Ko) v

dimana:
G
: modulus geser tergantung kepadatan relatif (psf);
Gmax : modulus geser maksimum tergantung kepadatan relatif (psf);
K2
: konstanta tergantung regangan geser dan kepadatan relatif;
K2max : konstanta maksimum pada =10-4% dan kepadatan relatif;
m : tegangan efektif rata-rata (psf);
v : tegangan vertikal efektif (psf);
Ko
: tekanan tanah dalam keadaan diam.

84

11/09/2015

Hubungan antara G/Gmax dengan regangan geser (kiri) dan Hubungan


antara rasio redaman D dengan regangan geser, untuk lempung

Hubungan antara rasio redaman D dengan regangan


geser untuk pasir

85

11/09/2015

Hubungan antara G/Gmax dengan regangan geser (kiri) dan Hubungan


antara rasio redaman D dengan regangan geser, untuk lempung

Deformasi permanen versus rasio percepatan gempa kritis dan


percepatan maksimum rata-rata pada bendungan urugan (Makdisi
dan Seed, 1978)

86

11/09/2015

4.5.2.2

Analisis Respons Dinamik

Bendungan dibagi dlm 2 kelompok : H 15 m dan


H > 15 m. Setiap ketinggian dibagi lagi menurut
nilai percepatan gempa maksimumnya, yaitu ad
0,25 g dan ad > 0,25 g.

Analisis dilakukan pada 2 tingkat gempa, yaitu


a) tingkat gempa dengan persyaratan tanpa
kerusakan, dan persyaratannya diperkenankan
ada kerusakan tanpa keruntuhan.
Pada persyaratan tanpa kerusakan untuk kelas
risiko I, II, III, IV; untuk H 15 m dilakukan dengan
cara Ea, sedangkan untuk H > 15m analisis
dilakukan dengan cara Eb .

4.5.2. Analisis Respons Dinamik (lanjutan)

b) Tingkat gempa dengan persyaratan diperkenankan


ada kerusakan tanpa keruntuhan untuk kelas risiko
I, II, III, IV;

Untuk H 15m dilakukan dengan proses yang


tergantung pada percepatan maksimum ad , yaitu:
ad 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Ea ;
ad > 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Ec ;
Untuk H > 15 m dilakukan dengan proses yang
tergantung pada ad yaitu:
ad 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Eb;
ad > 0,25 g, analisis dilakukan dengan cara Ec .

87

11/09/2015

Prosedur analisis stabilitas akibat beban gempa


Kelas Risiko

Tinggi bendungan
H15m

Persyaratan tanpa kerusakan (OBE) :


I
II
III
IV

Tinggi bendungan
H>15m

ad 0,25g

ad > 0,25g

ad 0,25g

ad > 0,25g

Ea
Ea
Ea
Tidak ada

Ea
Ea
Ea
Tidak ada

Eb
Eb
Eb
Eb

Eb
Eb
Eb
Eb

Ea
Ea
Ea
Tidak ada

Ec
Ec
Ec
Tidak ada

Eb
Eb
Eb
Eb

Ec
Ec
Ec
Ec

Persyaratan diperkenankan ada


kerusakan tanpa keruntuhan
(MDE) :
I
II
III
IV

Catatan :
Ea = analisis menggunakan cara koefisien gempa dengan persamaan (6.2) dan (6.3)
Eb = analisis menggunakan cara koefisien gempa termodifikasi dengan persamaan (6.2), (6.5) dan (6.6).
Ec =analisis dilakukan secara bertahap; dimulai dengan menggunakan cara koefisien gempa
termodifikasi. Bila FK 1,00 perlu dilanjutkan dengan analisis deformasi permanen menggunakan
cara Makdisi-Seed dengan syarat deformasi tidak melebihi 50% dari tinggi jagaan. Bila masih tidak
memenuhi, perlu dilanjutkan dengan analisis respons dinamik menggunakan cara elemen hingga.

Perhitungan/Analisis
Data yang diperlukan dalam perhitungan analisis
dinamik bendungan terdiri dari data geometri bendungan
(tinggi, h), data material (,c), data umum elevasi, data
gempa (besaran gempa M, periode ulang T, percepatan
gempa dasar ad, koefisien gempa kritis Ky, kedalaman
pusat lingkaran gelincir z).
Dalam penentuan deformasi permanen dengan metode
Makdisi & Seed tersedia dua buah grafik, yaitu grafik
hubungan antara Kmax/max dengan Y/H dan
hubungan antara Ky/Kmax dengan Uk = U/(Kmax x g x
T0).
Parameter yang diuraikan, max adalah parameter yang
dihitung secara iteratif dengan menggunakan cara Seed
& Martin.

88

11/09/2015

Kemudian lakukan perhitungan sbb:


Modulus geser Gmax = smax, di mana Vsmax =
cepat rambat gelombang geser maksimum).
Lihat metode Seed & Idriss (1970).
Vs dihitung dengan cara iterasi dan coba-coba,
sehingga diperoleh G/Gmax = (Vs/Vsmax).
Berdasarkan periode predominan (Ts) yang
dihitung dan hasilnya G/Gmax, ditentukan
regangan geser dan redaman sesuai jenis
tanahnya.
Bila redaman 5 %, dilakukan koreksi dengan
faktor Cn sesuai prosedur dan rumus terkait.
Menghitung frekuensi alamiah dan periode
ulang (T).

Menentukan nilai ragam percepatan gempa penormalan sesuai


dengan periode predominan (Ts) dan dikoreksi dengan Cn.
Menghitung percepatan gempa maksimum (Umax) di puncak
bendungan untuk 3 periode pertama.
Menghitung regangan geser rata-rata ekivalen , G/Gmax dan Vs.
Membandingkan hasil Vs ini dengan Vs dari perhitungan awal,
maka perhitungan Umax dapat digunakan untuk menghitung
deformasi pada bidang longsoran kritis. Bila tidak, perhitungan
diulangi dengan coba-coba Vs diambil sama dengan hasil
perhitungan akhir dan seterusnya.
Bila Vs sudah diperoleh, dihitung Kmax dari grafik hubungan antara
z/h dan Kmax/Umax, sehingga Kmax = (z/h) Umax .
Deformasi bendungan dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan U = U (Kmax g To)/Kmax g T1 , di mana To =T1.
Apabila deformasi < tinggi jagaan, bendungan masih
memenuhi syarat. Namun, bila deformasi > tinggi jagaan
harus dilakukan perhitungan ulang mulai dari analisis
stabilitas pseudostatik termodifikasi.

89

11/09/2015

Analisis Tegangan dan Regangan


Dengan Metode Elemen Hingga
No.

Program

Kemampuan

Keterangan

Plaxis 8.2.

Menghitung tegangan dan


regangan baik waktu
pembangunan maupun waktu
terjadi aliran langgeng , untuk
menilai apakah bendungan stabil
atau tidak dari kontour /max < 1
(stabil)

Rembesan dapat
dilakukan dalam
program

Sigma-w

Sama dengan 1., hasil analisis


dapat dipakai oleh Slope-w untuk
analisis stabilitas

Rembesan
dilakukan dengan
Seep-w

Likuifaksi
Proses transformasi setiap material padat
menjadi cair (pasir lepas & jenuh).
Peningkatan tekanan pori dari tanah pasiran
menyebabkan reduksi kekuatan
geser,bahkan hilang sehingga menyerupai
cairan kental (viscous fluid)
Diikuti oleh timbulnya penurunan
tanah,didihan pasir,puntiran,retakan dll.

90

11/09/2015

Likuifaksi (lanjutan)
Resiko :
a)Keruntuhan daya dukung setempat
b)Penurunan berlebihan
c)Amblesan
Perkiraan Likuifaksi :
a)Umur & asal Geologi
b)Kadar butiran halus dan Indeks Plastisitas
c)Penjenuhan
d)Kedalaman
e)Perlawanan penetrasi tanah ( N SPT 30-60)

91

11/09/2015

92

11/09/2015

Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa


Bagan alir metode analisis
Studi kegempaan.

Penyelidikan geoteknik:

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
a)
b)
c)

Penyelidikan kondisi geologi regional


Sejarah kejadian gempa
Kondisi geologi regional
Penentuan fungsi attenuasi
Penentuan M, R, kedalaman gempa,
percepatan gempa untuk periode ulang
(deterministik, probabilistik atau peta
gempa)

Pemboran, uji lapangan , uji laboratorium


Tentukan parameter desain material dan fondasi
n , sat, uu, cuu, , cu, ccu (stabilitas statik)
k (analisis rembesan)
Gmax, hubungan G/Gmax dan D dengan regangan
(analisis stabilitas dinamik)

Desain bendungan :
1)
2)

Jenis urugan dan geometri bendungan


Isi waduk, muka air normal, muka air banjir, tinggi jagaan

Lakukan analisis stabilitas statik pada kondisi


1.
2.
3.
4.

Rubah geometri

Waktu pembangunan
Rembesan tetap (steady seepage)
Surut cepat
Jangka panjang

Tidak

Ya

FK> FKmin

Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa


2
Persyaratan tanpa kerusakkan (OBE)
Sesuai kelas bendungan dengan T
tentukan ad,, ,
Kh = ad/g

Lakukan analisis stabilitas dinamik dengan


metode koef gempa termodifikasi pada
y/h = 0,25; 0,5 ; 0,75 dan 1 (udik +hilir)
Dimana K ditentukan dengan
K0 = 0,5 x Kh
Untuk 0 < y/h < 0,4
K = K0 x (2,5-1,85x (y/h))
Untuk 0,4 < y/h < 1,0
K = K0 x (2,0-0,60 x (y/h))

Persyaratan diperkenankan ada


kerusakkan tanpa keruntuhan (MDE),
Sesuai kelas bendungan dengan
tentukan ad , Kh = ad/g

Lakukan analisis stabilitas dinamik dengan


metode koef gempa termodifikasi pada
y/h = 0,25; 0,5 ; 0,75 dan 1 (udik +hilir)
Dimana K ditentukan dengan
K0 = 0,5 x Kh
Untuk 0 < y/h < 0,4
K = K0 x (2,5-1,85x (y/h))
Untuk 0,4 < y/h < 1,0
K = K0 x (2,0-0,60 x (y/h))
Hitutung stabilitas lereng dengan
Program komputer pada y/h=0,25
0,5 ;0,75; 1

Hitung stabilitas lereng dengan


Program komputer pada y/h=0,25
0,5 ;0,75; 1

Tidak

FK>1

FK<FKmin
Tidak
Rubah geometri

Ya

Selesai

Analisis dinamik

93

11/09/2015

Bagan Alir stabilitas bendungan dgn Gempa


3
Analisis alihan tetap dengan
Cara Makdisi-Seed
Ya
Selesai

10-02

Alihan < 0,5


tinggi jagaan
Tidak

Analisis respons dinamik dengan


Cara Satu dimensi Ekivalen
program SHAKEM
dan hitung alihan tetap

Analisis respons dinamik


Cara 2 dimensi Ekivalen
Quake/W, Flush, Quad-4
dan hitung alihan tetap

94

11/09/2015

H...a...t...u...r
N...u...h...u...n

95

Anda mungkin juga menyukai