Anda di halaman 1dari 143

AKAAN

IPAN
irn rnrftrn
TTI(TIil POIIDI$I
m[[
tM]SAil BATUI]I

Mo:snnmoilo $orroro

O press

illsl Ktz
TEKNIK PONDASI PADA LAPISAN BATUAN

Moesdarjono Soetojo
O 2009, ITS Press, Surabaya
Hak cipta dilindungi undang-undang
Prakata
Layout dan Desain: Putri Dwitasari, ST. , Nila Permatasari, ST
Diterbitkan pertama kali oleh
Pondasi batuan atau dapat disebut pula sebagai Pondasi
Penerbit ITS Press, Surabaya 2009
diatas Lapisan Batuan adalah salah satu System Pondasi dimana
bagian telapak bawah dari pondasi, baik untuk Pondasi Dangkal
rsBN 978-979 -8897 -32-0 maupun Pondasi Dalam terletak diatas suatu Lapisan Batuan.
System Pondasi ini secara garis besar tidak banyak berbeda jauh
dengan pondasi pada tanah biasa, namun dalam realitasnya cara
Aq .lTtJN'k t? fiaYe'' untuk melakukan perhitungan daya dukungnya memiliki banyak
lSBN i?5-1?9-S81?-3i-0
llll ll llllllllllli lil I I lllllil
perbedaan perbedaan khususnya terletak pada kondisi
911789 798r897120r,
diskontinuitasnya atau kekar kekarnya. Perbedaan ini yang
kemudian menyebabkan harga daya dukung dalam keadaan
tertentu menjadi sangat berbeda pada tanah biasa.
Sanksi Pelan ggar an al 22
P as
Dari hasil perencanaan pondasi bangunanyang diletakkan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta: diatas Lapisan Batuan, beberapa telah mengalami keruntuhan.
Keruntuhan tersebut sebagian besar disebabkan oleh anggapan
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan bahwa Lapisan Batuan adalah suatu lapisan yang cukup keras dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal49 ayat (1) dan mampu mendukung beban konstruksi. Namun perencana sering
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta
kali telah lupa untuk memperhitungkan orientasi kekar dari lapisan
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau batuannya yang memiliki dipping yang cukup besar misalnya.
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) ' Kemudian dapat terjadi keruntuhan karena kekuatan geser pada
bidang diskontinuitasnya (bedding plane) sebagai bidang
2. Barangsiapa dengan sengaia menyiarkan, memamerkan, mengedarkan
pcrlemahan terlampaui atau dikatakan tidak mampu menahan
atau menlual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaiman dimaksud pada pondasi.
bebar-r
iyat (1) dipidana dengan peniara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau Buku ini direncanakan untuk kuliah mahasiswa 51 pada mata kuliah
denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)' pilihan yaitu "Pondasi Batuan" dan dapat dipakai pula untuk
referensi tambahan bagi mahasiswa 52 Geoteknik dalam mata
kuliah "Mekanika Batnart" di ITS. Disamping itu dapat dipakai pula
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian sebagai bekal bagi mahasiswa agar tidak menganggap bahwa
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
lapisan batuan selalu merupakan lapisan yang lebih kuat dalam
rnenclukung beban pondasi dibancling dengan lapisan tanahbiasa.

Dicetak oleh Percetakan ITS Press


Isi di luar tanggung jawab percetakan
I
Dari pengalaman penulis st'tttliri tl.tl.ttn tnenganalisa Penuiis sangat terbuka untuk masukan masukan guna
mengenai terjadinya keruntuhan p()ll(lnsi pirtl.t l,apisan Batuan, perbaikan perbaikan lebih lanjut bagi buku "Teknik pondasi pada
serta beberapa pertanyaan dari lulusan sitrf .ttt.t tt'krrik sipil 51 ketika Lapisan Batuan" ini dan mohon maaf apabila ada kekurangan pada
menghadapi Lapisan Batuan dilapangan atatr Prolrlt.rna ketika akan penerbitanini.
memancang tiang pondasi yang tncttt'tltbtts lapisan batuan
,memandang perlu untuk menerbitkan buktt tlrt'trgenai "Teknik Agustus,2009,
Pondasi pada Lapisan Batuan" ini. Buku ini clapat dijadikan
pegangan dalam Merencanakan Pondasi tlintns I'npisan Batuan Moesdarjono Soetojo
maupun un i:rtk m en gEu alu asi Kon di si L ap is an B n t u t t t d i L np an g an'

Buku ini diiulis dalam4 (empat)bagian yaitu :


o Bagian I : Pengertian Batuan & Sifat Teknis Batuan
o Bagianll : SifatTeknis&KlasifikasiMassaBatuan Prakata Edisi ke 2
o Bagian III : Perilaku Massa Batuan akibat Beban Pondasi
o BagianIV:AplikasipadaBangunanSipil Edisi ke 2 ini diterbitkanuntuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan danmemperjelas yang ada di Edisike 1.
Pada masing masing Bagian terdiri atas Bab-Bab yang
menjelaskan mengenai beberapa hal yang terkait dalam Bagian Semoga Edisi ke 2yangtelah diperbaiki ini akan menjadi
tersebut sehingga dapat berupa 2 s/d 4Bab. Pada bagian terakhir lebihbermanfaat,Amin
terdiri atas 4 Bab yangmenjelaskanmengenai Aplikasi Pondasi pada
Lapisan Batuan mulai dari Pondasi Langsung kemudian dilanjutkan
dengan Pondasi Sumuran dan kemudian Pondasi Tiang. Dijelaskan 4pr112014,
pula disini mengenai perhitungan Daya Dukung dari Lapisan
Batuan dan Penurunannya / Deformasi. Moesdarjono Soetojo
Pada Bab 11 sebagai bab terakhir ini, aplikasi-nya tidak
pada sistem pondasi, namun sedikit menjelaskan mengenai
kelongsoran dari Talud Galian khususnya untuk talud dengan
kelongsoran Bidang Tunggal pada Batuan. Hal ini dimaksudkan
agar ada sedikit pengetahuan mengenai kelongsoran pada Talud
dimana Lapisan Batuan di Indonesia banyak terdapat didaerah
berBukit maupun didaerah Pegunungan yang memiliki lereng
lereng dan talud talud baik yang diakibatkan oleh Galian Manusia,
Alam maupun oleh Aliran Sungai. Talud talud ini sering
berinteraksi dengan Pondasi Bangunan baik berupa Gedung atau
Jembatan. Sehingga sedikit pengetahuan mengenai talud akan
memberikan arti dalam menganalisa Daya Dukung Lapisan Batuan
yang berinteraksi dengan sistem Pondasi Bangunan.
Daftar Isi
PRAKATA 1

DAFTARISI iii

BAGIAN I: PENGERTIANBATUAN& SIFAT


TEKNIS BATUAN

BABI PENDAHULUAN J
1.1. PengertianBatuan J
1.2. KomposisiKimiaBatuan 6
1.3. Kondisi Batuan di Permukaan Bumi 7
1.4. Ilmu Teknik Batuan pada Konstruksi Teknik Sipil . . . . . . . 9
1.5. Aplikasi Teknik Batuan pada Konstruksi Teknik Sipil 1L

BAB2 KLASIFIKASI GEOLOGIS & SIFAT-SIFAT INDEK 't3


BATUAN
2.1 Pendahuluan 13
2.2 Klasifikasi Batuan berdasarkan sifat Geologisnya 14
2.3 Sifat-sifat Indek dari Batuan . . 19
2.3.1 Porisitas 20
2.3.2 Densitas 21
2.3.3 Permiabilitas Hydrolis & Konduktifitas 24
2.3.1, Kekuatan dari Batuan 26
2.3.2 KetahananBatuan (Durabilitas) 28
2.3.3 Test kecepatan suara pada Batuan sebagai
Inclek Derajat Keretakan 30
24 I'cngcrtit-rr-r Diskontinuitas sebagai sifat fisik pada batuan JJ
S()AI,-SOAI, 35

li,,\lt \ l..l,litrN lt il ln N ltn I Lln N & I'[S'l"lEItt]ADAP


l.,l'hI l,\ l,\NNYn .1/
I I I't'rr,l,rlrrrlrr.rrr 37
| .) lilr l',rl',,rr l,r,rrlrrl. l\('t unlltll,ln rl,rr r lr,rlrr,trr
3.3 Test kekuatan batuan di Laboratorium & di lapangan 4L 5.4 Hubungan antara Klasifikasi Batuan & Modulus
3.3.1 Test Tekan tanpa Tekanan Samping 42 Deformasi 102
3.3.2 TestTekandenganTriaxial . .. . 44 SOAL-SOAL 1.07
3.3.3 Test Tarik tidak Langsung dengan "Brazilian
Test" .
45
3.3.4 TestLentur (Flexure test) 46 BAGIAN III: PERITAKUMASSABATUAN
3.3.5 TestGeserSistemRing (RingShearTest) . . 46
3.3.6 PointLoadTest ...
.

47
AKIBATBEBAN PONDASI
3.3.7 Hummertest ..... 49
SOALSOAL 52
BAB6 MASSABATUANSEBAGAIPENDUKUNGPONDASI
BANCUNAN ... 111
BAGIAN II: SIFATTEKNIS &KLASIFIKASI 6.1 Pendahuluan ..... 111
MASSA-BATUAN 6.2 Interaksi pondasi dengan lapisan batuan. . 113
6.2.1 Lapisantanahdanbatuan .... 113
6.2.2 Pondasi untuk mentranfer beban ke lapisan
BAB4 TEGANGANDANREGANGANPADA BATUANDAN batuan 776
KRITERIA KERUNTUHANNYA 55 6.3 Perkiraandayadukungbatuan . 120
4.1 Pendahuluan ..... 55 SOAL-SOAL 123
4.2 Tegangan regangan pada batuan ketika menerima
58
4.2.1. Tegangan&Regangan 58 I\AB7 KERUNTUHAN & DEFORMASI MASSA-BATUAN
4.2.2 Efek pemberian tegangan samping pada batuan 65 AKIBATBEBANPONDASI ...725
4.3 Kriteria keruntuhan dengan Mohr-Coulomb sebagai 7.1 Pendahuluan .... .. 125
KekuatanGeser Batuan 69 7.2 Keruntuhan Massa Batuan akibat Beban pondasi . . 127
SOAL-SOAL /5 7.2.1 Umum .....'127
7.2.2 Percobaan Pembebanan dengan "plate Loading
Test".. 729
BAB5 KLASIFIKASI &KEKUATANGESERMASSABATUAN 75 7.2.3 Progres Keruntuhan pada Batuan .. . 130
5.1 Pendahuluan.. .. . .
75 7.3 DeformasiMassaBatuandenganKekar-Kekar 133
5.2 AwaldariSistemKlasifikasi MassaBatuan 76 7.3.1 PengertianDeformasipadaBatuan ........ 133
5.2.L Klasifikasi massa batuan dari Terzaghi. . . . . . . . . . . . . 76 7.3.2 PercobaanSchnaider(1967)padabatuankekar 134
5.2.2 Rockqualitydesignationindex(RQD) .. . 78 7.3.3 AnalisaElastisitasBatuanKekar 136
5.2.3 Klasifikasi Massa Batuan dengan Rock Mass - . . . . - . 7.3.4 ModulusDeformasi 141
Rating(RMR) 7.3.5 ModulusRatio ... 149
5.3 PengembanganSistem Klasifikasi Massa Batuan dan 7.3.7 ModulusDeformasiPermanen 'L44

Penggunaan GeologicalStrengthlndex (GSI) s()n t,_s()AI 1.46


5.3.1 Kriteria keruntuhan dari Hoek-Brown yang telah
digeneralisasi ..... IIN(;IAN IV: APLIKASI PADA BANGUNAN
5 .3.2 Penggunaan kriteria keruntuhan dari Hoek-

Brown 95
SIPIL
5.3.3 Estimasi konstante dari Hoek-Brown 97
5.3.4 Kekuatan Geser Massa Batuan pada
.
li\trli l\)Nl)nsl ln N(;sUN(;l,nl)n Inl,lsn NRA.l,UnN ......... 149
SI l'r'tttl,rlttrlrr,ll .. .... I:tg
penggunaannya diGSI
s .) I ),rt,r I )rrkllrl', l\1,r,,,.,r ll,rlrr,rrr I
rr()
8.3.1 ModelKeruntuhanDayaDukurrg []atuarr untuk BABlO PONDASITIANGPADALAPISANBATUAN .,... 219
berbagai macam Kondisi Massir Batuan 150 10.1 Pendahuluan .... 219
8.3.2 PerumusanDaYaDukung.. . .. . 155 10.2 PenggunaanPondasiTiangpadaLapisanBatuan . 221
8.3.3 Daya Dukung Massa Batuan patlil I't:rr.tlu kaan 10.2.1 BentukPondasiTiangpadalapisanBatuan . ... . 221.
Tebing 761 10.2.2 Keuntungan & Kerugian dari Pondasi Tiang pada
8.3.4 Perkiraan empiris Daya Dukung Masstr Btrtuan 165 Batuan. 223
8.3 Deformasi & Beberapa catatan untuk 1,0.2.3 PenggunaanbeberapamacamtipePondasiTiang .. . . . 225
Penurunan / .

PondasilangsungpadaMassaBatuan . . .. . 167 10.3 Daya Dukung Lapisan Batuan untuk Pondasi Tiang 228
8.3.1 Perhitungan I'enurunan / Deformalsi 1.67 10.3.1 IJmum 228
8.3.2 Beberapa catatanuntuk Pondasi Langsung pada 10.3.2 Daya Dukung Pondasi Tiang yang ujungnya
Massa Batuan 174 diletakkanpada LapisanBatuan 229
CONTOHPerhitungan 177 10.3.3 Penurunan (settlement) Pondasi Tiang pada
SOAL-SOAL ..... 185 Batuan 232
SOAL-SOAL 237

BAB9 PONDASISUMURANPADALAPISANBATUAN .......... 189


9.1. Pendahuluan 189 I ]N B 11 STABILITAS TALUD GALIAN PADA BATUAN 239
9.2 Penggunaan Pondasi Sumuran pada Lapisan Batuan 190 11.1 Pendahuluan 239
9.2.L Bentuk Pondasi Sumuran pada lapisan Batuan 190 11.2 Keruntuhan Bidang Tunggal pada Talud 243
9.2.2 Keuntungan & Kekurangan dari Pondasi 11.2.1 Umum 243
SumuranpadaBatuan ...-- 193 11.2.2 Analisa Keruntuhan Bidang Tunggal 244
9.2.3PenggunaanCasing&LumpurBor 195 CONTOH PenggunaanGrafis . . 255
9.3 Daya Dukung Lapisan Batuan untuk Pondasi Sumuran 196 SOAL.SOAL 257
9.3.1, Umum 196
9.3.2 PenurunanPondasiSumuranpadaBatuan 197
9.3.3 UjungPondasiSumuranyangmasukkedalam
Lapisan Batuan 198
a. TransferBebankelapisanBatuan .. . .. ... 199
b.TeganganVertikalpadabagianPondasi ........
Sumuranyang beradadilapisanBatuan . ...... 201
c. Kekuatan Lengket antara Batuan dengan Beton
Pondasi " 202
d.Langkah-langkah (prosedur) untuk
menentukan kedalaman pondasi sumuran pada
lapisanbatuan... .........205
e. Menentukan Ukuran Penampang Pondasi
Sumuran ......... 206
9.3.4 Ujung Pondasi Sumuran yang terletak pada
Lapisan Batuan 207
a. PondasiSumurandenganDiameterKecil ...... 208
b. PondasiSumurandenganDiameterBesar ..... 209
CONTOH Perhitungan Pondasi Sumuran pada Lapisan
Batuan ..213
SOAL-SOAL .... 216
W

g&,',&.&,&ru X
BAB.I: PENDAHULUAN

Batuan adalah suatu material alam yang terbentuk


rnclalr-ri proscs alamiah. Terbentuknya batuan dapat dijelaskan
sccaril garis besar yaitu clirnLrlai dari membekunya magma panas
y'ang keluar kcperrnukaan bumi dan mengeras karena pendinginan.
I(ctika berada dipermukaan bumi, terjadi suatu proses lanjutan,
yaitu ter.ladinya proses pelapukan dan terurai menjadi material
1,arrg lebih halLrs yang disebut sebagai "tanah". Dalam proses
sclanjutnya "tanah" terscbut akan terbawa oleh air, angin atau es
vang kcmudian rnengcndap secara terus menerus didaerali yang
lcbi[r rendah khususnya didaerah pantai. Dalam jangka waktu yang
llnrl pcngcndapan akan rnenjadi setnakin tebal dan terjadilah
,li.'s;tli:ttt l<ebar.rrah clan akhirlya pada lapiSan yang terbar.vah akan
rrrcncrirna tckanan cian panas yang tinggi yang kemudian akan
nrcnscras clan membatu yang kcmudian disebut sebagai Batuan
l'ntllprrn. Scbagian dari batu endapan ini akan masuk kembali
I'ctlrlant nraglnil bunti sehingga terjadi suatu siklis. Pada gambar
I I tla;-xrl dilihat proses secara skematis, siklis dari batuan pada
pr'r rrrrr kluur [rtrrni.

S ili lis batuan dipermukaan bumi tersebut,


nr('nvcl)ll)irl\ln lcr jatlitryl 3 (tiga) Kelornpok Utama Batuan
tlirrrrrIrr lrrrrrri vlilrr : lr.) l]utuirrr I]cku (lgncous-Rocks), b.) Batuan
St'rlrrrrt'rr (St'tlrrrrr.'rrlrrrr. Iloclrs). c.) []altran Mctamorf
(l\lr'l;tntot Plrr liot l':.) I)('n1iiu) rlt'trrrliitrrr. rrlrl<tr ltcrrrrrtkaittt bUtni
ini akan diliputi oleh ketiga macam kelompok batuan diatas, dan Dari sudut Geologi, yang disebut dengan batuan adalah
ditambah lagi dengan material tanah yang merupakan hasil semua susunan mineral dan bahan organis yang bersatu
pelapukan dari ketiga batuan,sehingga material-material ini semua membentuk kerak bumi. Sedang dari sudut Geoteknik , batuan
akan menutupi seluruh permukaan bumi. Lapis permukaan bumi adalah suatu formasi material yang keras dan solid dari kerak bumi
yang berupa batuan dan tanah tersebut dinamakan dengan Kerak- dan memiliki kekuatan huncur dengan test kuat tekan (unconfined-
Bumi (Crusr) dan memiliki ketebalan sekitar 5-40 km. test) adalah lebih besar dari I (satu) Mpa.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa batuan sangat


berbeda dengan tanah yang memiliki sifat rapuh, lunak, dan
hampir selalu berada dekat dengan permukaan bumi, sedang
batuan memiliki sifat yang keras, padat meskipun merniliki juga
pori-pori dan dapat ditemukan sampai kedalaman 40 km dari muka
bumi.

Bumi dengan lapisan-lapisan nya termasuk magma dan


inti bumi serta ketebalannya dapat digarnbarkan scperti pada
Metamorphism gambar 1.2 dibawah ini.

!!'*:r lhi:r'i rrg


:tltd
l,,rosio;r
Bumi terdiri atas 4 (empat) tapis Utama yaatu:

Crust - 5 il .{0 km thrck 0uter e ore - l?4 I hn: th

Mantle - 2ti00 km thirk Itrtter Core 1 ) : 15s:1i 11r

..r:ll&!!i&. :
"I'{)t:rl or
l'artirl l{t- .&*e
rlrrltin{ *R

Gambar. 1.
Gambar. 1.1. : Slkllk batuan
Kulit bumi yang sebagiirn bcsar berupa
br"uni atau kerak Tiga macam golongan utama batuan yang telah
batuan dan hampir 90% adalah batuan scdimcn rnerniliki disebutkan diatas yaitu Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan
kornposisi kimia yang 99o/o dari beratnya terdiri dari 8 (delapan) Metamorf yang terdapat dilapangan khususnya diatas permukaan
unsur kimia yang utama yaitu : O, Si, Al, Fc. Ca. Na. Mg, dan H. bumi, hampir selalu dalam keadaan yang terlapuk. Pelapukan
didaerah Tropis seperti di Indonesia terjadi sangat intens, sehingga
Komposisi dominan dari kulit bumi tcrscbut seperti ketebalan dari batuan yang terlapuk menjadi tanah adalah sangat
tampak pada tabell.l dibawah ini. tebal dibandingkan dengan didaerah daerah lain diluar daerah
Tropis.
Total dari seluruh unsur kandllngan batuan ini adalah
9l.63 '%, sedang sisanya yaitt 2.3'/o adalah unsLrr-unsur material
Kondisi lapisan batuan yang telah mengalami perubahan
batuan lain yang termasuk jarang scpcrti crnas, pcrak, platina dll.
bentuk menjadi tanah dimulai dari permukaan tanah yang betul
yang terkandung dalam batuan.
betul merupakan tanah tanpa ada batuannya. Semakin dalam
Tabel 1.1. Komposisi kimia batuan vang dominan dihitung dari permukaan tanah, maka tanah tersebut akan
tercampur dengan batuan batuan yang masih belum terlapuk. Dan
TOTAI, TOTAL semakin dalam lagi , maka akan didapatkan batuan aslinya (Fresh
KOMPOSISI KOMPOSISI Rock). Perkiraan dari lapisan tanah yang telah nrengalami
KANDUNGAN KANDUNGAN
KIMIA (o/u'l
KIMIA (oh\ pelapukan dari batuannya dapat digambarkan seperti pada Gambar
1.3 dibawah.
sio, 59.89{, FeO 3.39"

Al ,o 1 4.9'),/" Na, O 3.25% Lapisan - lapisan pelapukan membentuk suatu profil


CaO 49% K,o 298% lapisan tanah dan pada lapisan tersebut memiliki derajat atau
Mgo 3.10 2.69%
grade dengan tingkatan dari angka I s/d VI, seperti tampak pada
Fe. O.
gambar 1.3. Tingkat I merupakan baluan yang asli atau disebut
H.O 2.02% batuan segar. Sedang untuk Tingkat *VI adalah tanqh residu dan
,= 83 -t, tt
\-- 11.33% termasuk didalamnya lapisan atas (top soil) yang sering kali
TOTAI-: 9J.(>-1tl/o terdapat akar akar tumbuh tumbuhan.
I Kondisi kondisi batuan dipermukaan burni ini seperti
tampak pada Gambar 1.3 & i.4 dapat terjadi pada ketiga macam
kelornpok batuan. Namun yang paling sering terjadi adalah pada
: .,! ,,1- l,"r:t .l rararfil: Lapisan Batuan Sedimen.

i r l'1i ll.r ''.: l. ] ., . fr,f l, l;'l ,i .lt ,'tl [[mu Mekanika Batuan adalah salah satu cabang dari
ilmu Teknik Bqtuan & Ilmu Mekanika dalam Teknik Sipil yang
;;r1 i:: illr| f,.ril.i biLr, cuk-up penting. Cabang ilmu ini dimulai sejak th. 1960, sehingga
.,tti;. ir.lf;l,:.i rclative masih merupakan ilmu yang baru. Seperti halnya pida
Mekanika Tanah, Mekanika Batuan ini menyangkut masalah yang
berkaitan dengan lapisan batuan yang menerima beban konstruksi
teknik sipil, seperti pada galian dibawah muka tanah, potongan
galian yang rnembentuk slope, penggalian untuk penarnbangan,
Garnbar 1.3. Profil pelapukan batuan menjadi tanah pondasi diatas batuan dan lain-lain.

Ilmu mengenai Teknik Batuan adalah ilmu yang


[)iutrtil,ilr;' i.,tritdist ilt;',;,,;111 i)cilll]tli\itll tiari lrattlittr mempelajari mengenai sifat-sifat teknis batuan, serta mempelajari
dilapangirrr. rurinu l..iiir liuia r-lili.'.:{cruukiitt laltisutt yang nrcllgalal'lti pula mengenai metoda teknis dalam merencanakan bangunan
lcnttrran lsirlrrt':rri.rt;,i-r l.'l'rti.lri lr-tkrri'irtt rrliihat clart pr<.rses tckattutt bawah pada batuan dan didalamnya termasuk llmu Mekanika
trklonili p.rti.r h;,ili ,r ; ,ci..rri':il i,-'i. rii.,rir r.:r'..'irut ltLan trrcrrti-.ctttrtk Batuan dan Ihnu Geologi Teknik. Seperti halnya pada Mekanika
untiklin (lcl<irkrir; .ltlis ri,il1rt irrr,. \ : riririiri!t sittklin (lckLlkan Tanah, maka pada Mekanika Batuan ini Ilmu Teknis Batuan dalam
hiin'ali,srrtr-liitc) :j!p,riii :iiltt1r,rl',. Ir,rii,r i.i;rti.l:,rit i.J. aplikasinya tidak dapat disamakan dengan ilmu Teknik Material

Dalam ilmu konstruksi beton bertulang, perencana akan


menghitung dahulu beban-beban yang akan terjadi, kemudian
langkah selanjutnya memilih material dengan kekuatan yang
sesuai dengan kebutuhan beban tersebut, baru setelah itu
tncnetapkan ukuran dan dimensi dari konstruksinya. Dirain pihak,
tuntuk struktur konstruksi bangunan pada batuan, beban yang
tcrjadi dilapangan bukan merupakan hal yang pertama untuk
tl i Ia krrkarr. narrLln rnencntukan dahulu gay a-gayayang terdistribusi
.lch tcglrngan-tcganuan asli senrula (initial stresses) pada lapisan
l.rrlrnrr. Sctcllrh itrr rlilakukan pcncntuan terhadap model
Gambar 1.4. : Lekukan batuan Antiklin & Sinklin l\('r'unlulnn yrrrr!, rrrrrrrgliirr lcrjlrli tlln kcrntrrlian baru nrcnctapkan
"Lt'ktl;tlrttt" tlltti tttltlt'tltl lrltlll;111;1y'1. lclrlilrir
lrtlaltrlr rrrcrtcrrlrrkun

Il&fl&&*r,oi*",a**" ir.,.. 1, 3,,.., . ! . I.lf,-. r,:r. IIrrnAIII n.*ll&lei'*rrdt**dflk,


tILIflAIIrn.Itilff;'leitt
bentuk geometrinya atau demensi konstruksinya yang sesuai. Hal
tcrakhir ini biasanya harus pula diikuti oleh ahli geologi. Jadi
perencanaan konstruksi diatas Lapisan Batuan yang relatif besar
seperti Dam, Tunel dll. tidak bisa dilakukan oleh perencana teknik
sipil sendiri secara bebas tanpa ada dukungan dari pihak-pihak
Konstruksi teknik sipil yang terletak diatas permukaan
lainnya yang terkait.
tanilh. pada un.rtrrrrnya ticlak pcrlu rnengguuakan tcori Mekanika
Jadi dalam sistcm pcrcncanaan dengan menggunakan Batuan kci:uali bangur.urr.r atau strurkturnya sangat besar atau sangat
llmu Teknik Batuan, harus diikuti pula secara bersama-sama khusus scrta tcrletak cliatus lapisan batuan. Namun disamping itu,
dengan ahli Geologi dan ahli Geologi-Tcknik. Meskipun ilmu [)ara ])orcncana tctap halus mcnrllcrl-ratikan akan kcmungkinan-
Geologi sendiri dalarn definisinya (menurut TALOBRE) adalah l<cmungkinan tcrjarlinya bahaya-bahaya yang rrcngganggu
sains yang deskriptif yang mengindentifikasi batuan dan stabilrtas clari strukttrr scpcrti adanya keurungkinan longsor,
mernpelajari scjarah dari batuan. Sedang ilmu Ceologi Teknik atau adauya patahau-palahan pacla lapisan tanah, lapisan-lapisan batuan
ilmu Geologi Terapan adalah ilmu yang menggabungkan ilmu yang rniriug (dipping) yane akan merrahan beban struktur dan
lrlrltit) rt-h;.rlut v;t llrirt-llinnvlt.
Tcknik Sipil dengan ilmu Geologi untuk memecahkan persoalan-
persoalan dilapangan yang timbul seperti pada proyek bendungan,
Pacla bangunan-banglrnan yang riugrtn, sc'pcrti pada
terowongan, dll.
hlirtgunarr rr.rurah tinggal vang scclcrhana yang pondasinya tcrlctak
Beberapa catatan tentang pengertian mengenai Teknik Batuan & ilirttas battriu. titlal, iJipcrlLrkan pcrhitungtrn rrengenai rnckanika
Massa Batuan. llrllurn vanu 1.rirn.jung, ltiu)tult biasanya crrkup clengan tcst tcrhadap
,', i-'l ;.rl ilirr,:,'ll!-;.ilrrrri.r Islr'clling) epabilu pondasi tcrscbut
o Dalam ukuran tertentu, suatu massa batuan yang solid, keras iir lclrrlt rliatrs balrnn shalc (lcnrpr.rng batu) atau oricntasi dari
dan kuat maka batuan tersebut dapat dianggap kontinu dan dapat i.ltpisan [:]utLran nyu su-jr aplibila nrentbnhayakan tcrhadap longsor.
disebut sebagai batuan utuh (lntact-rock). Nanrun 1id;rk clcnrikian pad;r koustruksi yang bcsar clan berat
o Pada dasarnya, batuan dialam sifatnya adalah tidak kontinu irprxti grrdurrg yurrg bcsar..jenttratan, clunt, clarn lain-lain, ntaka tcst
(discontinue) karena memiliki banyak kekar-kekar, fissure joint ir:l-lurillrp batrrarr scbagai lapis pcndukung pondasi sangat
dan lain-lain (lihat penjelasan pada bab selanjutnya) khususnya ,liirrrlLrlilian. [icrbagai ulocan.] test yang cukup banyak dilakukan di
pada massa batuan yang besar. i lrlrolrrklriLlrn scg'rcl'l i test kckLratau batuan. tcst pcnr-rrunarr akibat
o Dari calatan diatas dengan banyaknya kekar-kekar pada i,.ril.rri. ir-si ei;.rstis biltulrr ciiin iirin-iirin tcsl tclntasLrk.luga kondisi
suatu massa batuan, maka secara mekanika, bahran adalah irrnisrrr-l'rpisrrrr batrran (iliscontinuatics) clilapangan perlu dipakai
termasuk dalam sistem "multiple-body" ( kumpulan batuan yang sc[rrr,,-lu r ltr.: ua n ntrr [i ilcrcltcanaalt.
r r

banyak yang menjadi satu kesatuan).


o Analisis untuk Mekanika Tanah dilakukan pada sistem satu Siralrr crrntoh scpcrti pacla pcnrbangunan suatu Darn
bidang, sedang pada Mekanika Batuan dilakukan analisis tidak \ iins l)i:'iu'. r'tng r;rrla uu]tilnuya te rletak didacrah hulu atau
,lrtirr,'r rrlr Ir'sur)uirtiln yurrg kenrungkinern bcsar aclalah claerah
hanya dengan sistem satu bidang tapi juga dengan sistem ruang.
o Teknik Batuan yang didalamnya termasuk Mekanika Batuan tlr'ttrr.rttt llt1ri51i11 blittilttt. lttaka ciisini ilttru utcngenai Mekanika
dikembangkan secara terpisah dari Mekanika Tanah, namun masih
ll;rlrrrrr nrt'rrjrrtli sirngilt ltcnting. l)iirn yang besar ini arkan
ada beberapa tumpang tindihnya.
rlr'rIll)( r tl'lttr {.l.tuLtil \llt'i!l srrrreat I'rrat tcrhaclap batuan clibawah
o Teknik Batuan banyak menggunakan teori elastis dan plastis lrontl;t:i \ ilt)1' ltt l:.:tttIllttt ;rrrlu tlcnuun gilya-gaya yang trntbul
rl..tl,:rl lr'l,rtt;rrt ;ru Iir'lrlrtt lrt'lrrrn irri lrlirrn tliPclbcsar lagi alrubila
serta menggunakan pula teori dari beberapa hasil experimen
,lr',rttr,rl,,rrr lrp, l),rnt rl,rtt bcrborl rrli
dilapangan terhadap struktur batuan.
I trr tr.. t r,lrl)urt L'rt.'l,tttt', I

llllstGr,
Disamping timbulnya tegangan pondasi pada suatu Dam
yang berada diatas permukaan batuan, perlu pula diperhatikan
mengenai daerah dilokasi tampungan air (reservoir) Dam dimana
masih bisa pula timbul bahaya longsor dari batLrannya ketika ada
penggenangan air pada reservoir. Hal ini seperti terjadi pada
"Vojant arch dam" (ltaly 1963) dimana terjadi kelongsoran batu BAB 2 :KLASIFIKASI GEOLOGIS
dengan volume yang sangat besar di reservoir dam sehingga muka
air-dam melimpah melalui Dam dan akhirnya meruntuhkan & SIFAT.SIFAT INDEX BATUAN
damnya sendiri dan mengakibatkan terjadinya banjir yang
menewaskan 2000 penduduk yang berada didaerah hilir sungai.
Dengan demikian, maka dalam merencanakan suatu
konstruksi sipil diatas batuan, seperti dalam pembuatan potongan
talud pada suatu tebing untuk jalan raya, rel kereta api, kanal air,
pemassangan jalur pipa dan lain sebagainya, diperlukan adanya
test maupun analisa dari batuan yang melandasinya khususnya
mengenai sistem diskontinuitas maupun retakan-retakan pada
lapisan batuannya.

Pada bab bab selanjutnya, akan dijelaskan mengenai


Klasifikasi dan sifht-sifat index (inclex properr,v) dari
cara mengenali batuan dan cara testnya serta beberapa
batuan adalah ilmu yang sangat dibutuhkan dalam teknik sipil
perhitungannya.
khususnya dalam merencanakan bangunan bangunan yang beracla
atau terletak diatas Lapisan Batuan. Klasiflkasi dibutuhkan untuk
menganalisa macam batuannya maupun perkiraan kekuatan dari
batuan, sedang sifat sif'at index dari batuan, dibutuhkan untuk
IImu Geolopi nrengetahui seberapa jauh batuan tersebut berperilaku dalarn
nrenerima beban beban konstruksi. Pada bab ini, dif elaskan
nrcngenai cara penentuan klasifikasi batuan secara mudah
khususnya untuk dilapangan dan menentukan sifat sifat indcx dari
batuan dilaboratorium untuk melengkapi data dilapangan sebelum
rlilakLrkan analisa lebih lanjut. Pada Bab ini akan dijelaskan
rncngcnai sifat geologis dan index batuan.
Teknik Batuan

Ilmu T.Sipil

'Giriibar 1:5: :,Skdmatii huhu,ngan aiitari T€khik Sipil,


Teknik Batuan, dan Geologi llmu
II. Tekstur Klastik (Clastic texture)

A. Batuan dengan sementasi yang stabil (Stably


cemented).
Klasifikasi dari batuan yang didasarkan atas sifat
geologisnya pada umumnya dibagi atas 3 (tiga) kelompok utama
Contoh : Silica-cemented sandstones dan limonite
yaitu '. batuttn beku (igneous rocks), batuan ruetantorJ sandstones.
(metomorphic rocks), dan batuan sedimen ( sedimentary rocks). B. Batuan dengan sedikit sementasi yang tercampur.
Nama-nama ini adalah hasil dari proses terjadinya batuan bukan Contoh : Calcite-cemented sandstone and
merupakan klasifikasi dari batuan. Untuk itu , maka guna conglomerate.
mendapatkan klasifikasi batuan, Kelompok Batuan harus dibagi
dalam klas-klas dan subklas yang ditinjau dari Tektur maupun C. Batuan dengan banyak sementasi yang tercampur.
Butiran nya sebagai berikut :
Contoh : Gypsem-cemented sandstoncs dan
conglomerates.
I. Tekstur Kristalin (Crystaline texture)
D. Batuan dengan sementasi yang tidak komplit atau
A. Batuan yang mengandung karbonat dan campuran lemah.
garam-garaman.. Contoh :Friable sandstone, tuff
Contoh : Lime stone, dolomit, marble, rock-salt, E. Batuan yang tidak tersemcntasi (uncemented).
gypsum dll. Contoh : Clay-bond sandstones.

B. Batuan dengan mica atau mineral-mineral pipih


dalam ikatan yang menerus. tII. Batuan Berbutir Sangat Halus (Very fine grained
Contoh : Mica schist, chlorite schist dll rock)
C. Batuan dengan mineral-mineral silica yang terikat A. Batuan keras yang isotropic (Isotropic Hard rocks).
tanpa mica sheet yang menerus.
Contoh : Hornfels , beberapa basalt
Contoh : Gneiss.
B. Batuan keras yang anisotropic dalam sekala besar tapi
D. Batuan dengan ukuran butir yang seragam dari Isotropic dalam sekala mikroskop.
mineral silika yang tersebar dan berorientasi random. Contoh : Cemented shales, flagstones.
Contoh : Granit, diorit, gabro, syenite dll.
C. Batuan keras yang anisotropic dalam sekala
E. Batuan dengan butiran halus dari mineral silika yang rnicroscope.
tersebar dan berorientasi random. C'ontoh slate, phyllite.
Contoh : Basalt, rhyolite, dan beberap batuan
rulkanik. l). llatuan yang lunak , tanah yang mcmbatu.
('orrloh : ('ornpaction shale, chalk, marl.
l'. llatuan yang sangat mudah tcrbclah / tergeser.
Contoh : Serpentinite, mylonite dll.
Untuk batuan Klastik ini ,nama-nama geologis batuan
IV. Batuan Organis (Organic rocks.) sangat tidak sesuai untuk penggunaan pada Mekanika Batuan
karena tidak menunjukkan kekuatan dari sementasinya. Namun
A. Soft coal kadang-kadang, dalam penyebutan diskripsi geologis yang komplit
B. Flard coal seringkali disebutkan pula kekuatan batuannya seperli pada
C. "Oilshale" "friable sandstone" (Batuan Pasir yang Rapuh) , dimana Batu
D. Bituminus shale Pasir ini dapat mudah dihancurkan dengan tangan karena memiliki
E. Tar sand. sementasi yang lemah.

Batuan Berbutir Sangat Halus (Very Fine Grained


Batuan Kristalin (crystalline rocks), terbentuk dari Rocks) merupakan batuan yang memiliki butir-butir halus yang
krital-kristal mineral silica atau mincral karbonat yang terikat kuat pada umumnya didapat dari lanau (silt) atau lempung (clay) yang
dengan sulf-at atau garam-garaman yang lain. Batuan kristaline mengeras. "SHALES" adalah batuan yang didapat dari lanau atau
yang datang dari mineral silica yang tidak tnengalami pelapukan lempung (Silt & Clay) yang membatu. Shales ini memiliki harga
seperti pada granit pada umumnya elastis dan kuat sedang pada durabilitas (durability), kekuatan (strength), perubahan
saat mengalami kcruntuhan ketika menerirna beban tekan, akan bentuk(deformability), dan kekakuan (toughness) yang rentangnya
memiliki karakteristik yang rapuh (brittle). Apabila kristal-kristal sangat lebar dan bervariatif. "Cemented Shales" memiliki ikatan
dari batuan tcrsebut tcrbelah karena rctakan retakan antar butirnya yang sangat kokoh dan kuat. Sedang pada Shales yang terpadat
yaitu ketika mcneritna beban tckan yang tinggi, maka batuan ini (compacted Shales) atau pada batuan Lumpur (mud stones) tidak
akau mengalarni defbrmasi yang "nonliniair" dan "plastis". memiliki ikatan yang kuat sehingga sering disebut sebagai tanah
yang keras bukan batuan; dan sering pula masih memiliki sifat
Batuan karbonat dan batuan kristalin darpal bcrperilaku mengembang dan susut yang besar.
sangat kokoh namun akan menjadi plastis pada keadaan tekanan
samping (confining pressure) yang tertentu akibat dari tergesernya
butir-butir antar kristalinnya. Juga apabila batuan tersebut
terendam air. Batuan Organik (Organic rocks) adalah tipe batuan
yang memiliki kondisi viscous, plastis, maupun elastis.
Batuan tnica dan batttan lairr yang berupa lapisan lapisan "Hard coal" dan "Oil shale", adalah batuan yang kokoh
lembaran (sheet) uineral seperti scrpentinc, talc. chlorite, graphite dan elastis akan tetapi memiliki banyak rengatan-rengatan
akan mengalami penuntnan pada kekuatannya, akibat tnudahnya (fissured). "Soft coal" memiliki banyak sekali rengatan-
antar permukaan lcmbaran mineral itu mengalami pergeseran sattt rengatan dan memiliki kandungan gas hydrocarbon dalam
sama lain pori-porinya.

Batuan Klastik (clastic rocks ), merupakan batuan yang


memiliki campuran komposisi dari berbagai tnacam mineral serta
berbagai type batuan dan ukuran butiran yang berbeda beda pula. Itctla dari batuan batuan diatas secara umum dapat digambarkan
Sifat-sifat fisiknya sangat dipengaruhi oleli kekuatan sementasi sclrcrti trrrnpak pada garnbar 2.1 dan 2.2 dibawah ini dimana
atau ikatan antar butir-butirnya. Bcberapa batuan rncmiliki ikatan lcxt[rrcr rlari batrran untuk kristalin dan bentuk texture dari batuan
yang sangat kuat dan beberapa memiliki ikatan yang lemah bahkan hcr brrlir Irirlrrs lrllrrrl'run tcxlurc dari batuan klastik sangat berbeda.
ada yang dapat hancur pada waktu terendam air.

i!.,*:,i
Sifat sifat batuan pada dasarnya adalah sangat luas
sekali karena menyangkut berbagai macam variasi dari struktur
batuannya, bentuk susunan butirannya (fabrics), serta komponen-
komponennya yang mengikuti, sehingga dalam menentukan sifat-
sifat dari batuannya secara kuantitative hanya diberikan melalui
beberapa index yang utama sebagai index properties.

Index properties yang utama itu adalah :

Porositas (porosity) yang digunakan untuk


rnengetahui perbandingan volume antara butiran
(solids) dengan pori (voids).
Densitas (density) dipakai untuk mendapatkan
informasi Kepadatannya dan sebagai tambahan
Grnb. 2.1. : Contoh Cristaline texture dapat pula untuk mengetahui mengenai
kandungan mineral atau butirannya.
Perrniabilitas (permiability) digunakan untuk
.,, J nrengevaluasi koneksitas antar rongga-rongga pori
batuan sehingga diketahui harga rembesannya.
Durabilitas (durability) digunakan untuk
mengindikasikan ketahan dari batuan apabila
mengalami kehancuran pada komponen atau
struktur butirannya serta terjadinya penurunan
kwalitas batuan pada saat mengalami tegangan.
Kekuatan (strength) batuan disini digunakan untuk
mengetahui kekuatan dari rangkaian butir-butir
struktur batuan yang saling mengikat satu sama
lain. Harga kekuatan ini dibutuhkan pula untuk
rnenentukan klasifikasi batuannya
Test kecepatan suara (sonic velocity test) dapat
digunakan untuk mengevaluasi derajat retakan-
rctakan (fissuring) nya pada batuan.
CLASTIC TEXTURE
'l'csl tcrhurlup bcrbagai perilaku
dari suatu contoh batuan
rrplrbiltr rrrcrrslrllrrri ltcrtrblrlran tcgangern. pcrubahan tempcrature,
FINE.GRAINED ROCKS Pt'r'rrblrlrirrr tcl\lilllu) trir', illtrtr 1)cnrbahan karcna waktu dan juga
lrt't llrri;ri lirklor llrl'tol pclulrtrlurn lltinnvir, titlak lcrrlapat clalanr
Gmb.2.2.: Contoh clastic texture dan fine-grained rocks rl;rlirrt inrlt'r l)t()l)('tlrt's tlrrrllrs ( )lr.lr k:rrt'rrrr ilrr. li.lu'lrklcristik rlari

nretocp&sr3lT,
hasil test terhadap sifat-sifat index batuan dilaboratorium masih Roclr) rnemiliki porisitas pada umumnya kurang dart l-2o/o, kecuali
belum merupakan suatu hasil yang detil dan akurat untuk pada kondisi mengalami proses pelapukan, maka porisitasnya
perencanaan karena rnasih rnerupakan contoh batuan yang kecil dapat mencapai 20 % atau lebih.
clan utuh (itrtut't rot'k).
Penentuan harga porisitas dapat dilakukan rnelalui
Untuk mcncapai hasil yang diharapkan untuk beberapa cara antara lain :
pcrencanaan, maka perlu ditentukan KlusiJikusi Batuan secara
Massa yaitu rnenyangkut masalah evaluasi dari batuan dilapangan o Mengukur harga densitasnya
seperti retakan-retakan, rcmbesan air, adanya patal'nn dan lain o Mengukur kadar air setelah dijenuhkan dalam air
lain. Klasifikasi Batuan secara Massa ini akan diuraikan dalam bab o Dengan mengukur kandungan mcrkuri setelah
selanjutnya. direndam dalam merkuri dengan tekanan
o Mengukur volume butir (solid) dan volume rongga
pori dengan menggunakan hukum Boyle's.

Porisitas (porisity) pada batuan ditunjukkan dengan


harga "n" tanpa demensi atau dalam prosen ('%) dan merupakan Densitas atau bcrat isi dari batuan , 72, adalah pula
perbandingan antara volume ruang pori (void) dengan volume merupakan berat spesifik dari batuan dengan satuan ton per meter
total pada batuan dengan rumusan sebagai berikut : cubic atau kiloneMon per meter cubic.

V,, Sedang "specific-gravity" dari butiran batuan disingkat


(2.r) G , adalah perbandingan antara densitas dengan berat isi dari air,
V, / ,, . Sehingga untuk batuan dengan specific gravity (G) -2.6
rnisalnya, maka batuan tersebut memiliki densitas sebesar 2.6 tlms

Din'nna V volume pori sedang V , atau 26 kN/rnr, karena 1,, memiliki harga lg-gaya/crn] atau
adalah
,,adalah
volume total dari batuan yang ditest. Untuk batuan sedimen yang lgr/cc atau 1 t/rnr. (y ,, air suling patla 4" C - I t/m3 )
terbentuk dari banyak fragmcn batuan atau cangkang, harga dari
porisitasnya dapat mulai dari mendekati harga \oh sanpai 90oh Harga specific gravity (G) butiran dari batuan dapat
(atau n: 0.90); sedang untuk sandstone rata-rata memiliki tlicari dengan cara mengambil butirannya dengan di grinding dan
porisitas n- 15oh (n: 0.1 5).
l<crnLrclian dicari seperti pada tanah atau pasir. Apabila prosentasi
Pada batuan, harga porisitas ini sangat terkait dengan rrrincral pacla batuan dapat ditentukan, maka harga specific gravity
umur dan letak kcclalaman dari lapisan batuan, dimana makin tlirri balrrarr tcrscbut dapat dihitung dengan rumusan :
dalam letak dari lapisan batuan dan semakin tua urnur batuannya,
maka harga porisitas ini akan scmakin menurun (semakin kecil)
atau dapat dikatakan batuan itu semakin padat.
c:iG,r, (2.2)
tl
Bcttu Kuptu' (Chalk) adalah batuan yang paling p()r'()u\
dengan harga porisitasnya lebih clari 5001,. Rtt/rttrrt lJtkrr (lytt,,,rr
dimana adalah specific gravity dari komponen i Hubungan antara dcnsitas kering dengan densitas basah
Q ,
dapat dituliskan sbb.:
sedang [/ adalah volume dari komponen i dari batuan secara
prosentasi. I *cl
v
tv dry--
^, -
l+W
(2.4)
Harga
Specific-Gravity untuk beberapa mineral
pembentuk batuan dapat dilihat pada tabel2.1 dibawah ini.
Dimana w adalah kadar air dari batuan dalam keadaan
Tabel2.l. Specivic gravity dari beberapa mineral kering permukaan. Hubungan antara kadar air dengan porisitas
dapat dituliskan sbb.:

W,G
Halite 2.t -2.6 ,r= (2.s)
Glpsum 2.3 -2.4 l+w.G
Serpentine 2.3 -2.6
Orthoclase 2.5 -2.6
-
2.65
Harga densitas dari batuan itu memiliki rentang yang
Quarlz cukup lebar jika dibandingkan dengan densitas tanah. Beberapa
Plagioclase 2.6 * 2.8
harga densitas kering dapat dilihat pada Tabel2.2 dibawah ini:
Chlorite and Illite 2.6 - 3.0
Calcite 2.7 'Iabel 2.2 : beberapa harga densitas kering batuan
Muscovite 2.7 -3.0
Dolomite 2.8 - 3.1
Pyroxene 3.2 -3.6
Olivine - 3.6
3.2 BATUAN (ROCK)
Barite 4.3
- 4.6
Magnetite - 5.2
4.4
Granite 2.65
Py.rite - 5.2
4.9
Diorite 2.Bs
Galena 7.4 7.6 Gabro 3.0
Sumbcr : Richard E Goodrnan "lntroduction to Rock Mechanics" 1989 hal 3l
Gypsum 2.3
Sedang hubungan antara densitas kering ( dry density, Rock salt 2.1

dengan porisitas dan specific gravity dapat ditulis sbb.:


Coal 0.1 2.0
T u,, ) Oil shale 1.6 - 2.7
Densc limestone 2.7

,,,',,,, ,,,,;,7,a,5,;Q,,y-1,{!;;l),',',,, ,'...,,,;1tt,...'1,. (2'3) Marble


Qtrartz. nrica schisl
2.75
2.82
2.99
2.37
2.17

\rrrnlrr'r l(rt lrlrrtl I ( iorxlrllrrr "lrrlrrxlrrr'trrlr lo l(orL \let.lurrrics" l()li() llrl


q.= ry;u (2.7)

dimana /r adalah harga "Koefisien Permiabilitas" atau


Permiabilitas atau Rembesan Air pada batuan, sangat
disebut sebagai Konduktivitas Hyclrolis dengan dirnensi
tergantung pada kondisi batuan itu sendiri, yaitu kondisi retak- kecepatan (misalnya: cm/det).
retak atau diskontinuitas dari batuan tersebut dilapangan.
Sehingga test dilaboratorium terhadap permiabilitas sering kali Beberapa harga konduktivitas batuan dapat dilihat pada
kurang relevan apabila dibandingkan dengan hasil test tablc 2.3 dibawah ini :

permiabilitas dilapangan.
(Konduktivitas - daya air untuk mengalir / Konduksi pada batuan)
Test Permiabilitas di Lapangan merupakan test langsung
dan dapat dilak-ukan dengan memolnpa air atau oli pada formasi Tabel2.3. Konduktivitas Hydrolis pada beberapa batuan
batuan lubang bor atau lubang galian. Harga permiabilitas
dilapangan akan terpengamh pula oleh adanya perubahan terhadap k ( cm/det) untuk batuan dengan
besarnya tegangan normal pada retakan baik berupa tegangan BATUAN (ROCK) suhu air 20oc
tekan (stress) maupun tegangan tarik (tension). Hal ini akan laboratorium lapansan
berbeda pula apabila bentuk dari retakan adalah rata flat atau Sandstone 3x10 3 -- 8xl0
:1--
bentuk pori yang berongga. Navayo Sandstone tt lxlo 3xlo 8

Pada umumnya, persamaan Rembasan pada Batuan Berea sandstone 2xl0-l


masih mengikuti hukum Darcy's Greywacke 4xl0 '5

8
3.2x10
4;';$ffe (2.6)
Shale e
lo -- 5xlo 1l lo 8
-- lo Il
Limestone, dolomite lot--lo'3 lo I -- lo 7

dimana q adalah debit aliran dalam arah x ( dengan


, flasa lt I0 I
lo 2 -- lo 7

dimensi L3T-t ) , sedangp adalah tekanan air yang sama dengan (iranit lo -7 --
lo -rr lo 4 -- lo e

(dengan dimensi F L ). Harga p adalah viscositas cairan


2
y h Schist l0 'i 2x1O
7

(dengan dimensi F L-'I). Dimana F- gaya, L- jarak& Z: waktu 1x l0 a-- 3x10


4
K adalah harga permiabilitas yang tidak tergantung pada issurccl schist
sifat cairannya dan disebut sebagai Permiabilitas Hydrolis dengan Strrrrbcr : Richard E Goodman "lntroduction to Rock
Mcchanics" l9tl9 hal 35
dimensi luasan (seperti cm2 ). Sedang h adalah tinggi muka air
dan A adctlah luas area . l)ltllr [ruttran 1'xrrlat scpcrti pacla granit, basalt, schist atau
Apabila cairan berada pada kondisi 20" C datt
prrrl:r lirrrcslot)c vllns krislllinc. pacla un.rumnya ntemiliki harga
l...rrrlrrl'lir il:rs tlilrrlrorrlorirrrr) \':lnq silngill l<ccil. natntrn pada tcst
rlllllllsilll Darcy's clapat tlitrrlis shh
menggunakan air sLtling. t.ttaka :
,lrlrrpr1111,;111 nr('nllllul\:ut lurrrilr ylrrrli t'rrlirrp lreslrr'. scl.rclti tcl'lilrat
ini disebabkan karena adanya retak-retak
pada tabel 2.3 diatas. Hal Hasil test dengan sistem "point load" ini sering pula
atau joint yang terbuka pada kondisi batuan dilapangan. Snow disebut dengan Index Kekuatun Bcttuan (Strength Index), dan test
(1965) menunjukkan bahwa dengan anggapan adanya retakan- ini relative mudah dilaksanakan baik dilapangan pada saat
retakan yang berupa plat plat yang pararel dan adanya air yang pengeboran dan pengambilan contoh maupun test di-
mengalir diantara plat-plat tersebut serta plat-plat tersebut laboratorium, serta relative murah dan cepat pengerjaannya. Hal
memiliki bukaan dan iarak yang identik, maka Konduktivitas ini akan dijelaskan lebih lanjut pada bab 3 .

Hydrolis dari Massa batuan dapat dinyatakan sbb.:


Harga kekuatan batuan dengan test point load ini atau
disebut dengan "point ktad strength" dapat ditulis sebagai
o= f-oti: (2.8) berikut:
6p' s
Dimana ^S adalah jarak antara retakan atau joint,
I=r
'D' (2.e)

sedang € adalah bukaan dari retakan tcrsebttt. Besarnya harga S

dan € ini menunjukkan pula qualitas dari massa-batuan. Dimana 1. adalah harga Point Load Strength Indexnya,
sedang P adalah beban setelah mencapai keruntuhan dan D
adalahjarakantara dua titik baja konusnya.

Harga Index Kekuatan Batuan atau point Load Strength


Index ini dilaporkan dengan harga point load untuk batuan hasil
Kekuatan Batuan dapat diukur dengan salah satu pengeboran dengan diameter contoh batuan sebesar 50 mm.
metodenya adalah menggunakan alat Point- Load Test. Alat Test Hubungan antara Point Load Strength Index dengan harga kuat
ini dikemukakan oleh Broch & Franklin (1972). Pada test ini, tekan (unconfined) dapat ditulis sbb.:
contoh batuan ditekan oleh dua baja berbentuk conus sampai
terjadi keruntuhan dengan membentuk retakan dalam bidang tarik {,= 24
yang sejajar dengan sumbu pembebanan, seperti tampak pada
I ,rsot (2.10)

ganrbar 2.3 dibawah ini

Dimana q ,, adalah harga kuat tekan (unconfined


Contoh batuan conrpressive strength) silinder contoh batuan, sedang I,,,rn, adalah
silinder)
harsa Point [-oad Strength Index yang sudah terkoreksi untuk
Baja bentuk tliuructcr 50ntm silinder contoh batuan. Dibawah ini table 2.4
irtkrlrrh harua "point load" dari beberapa batuan.

Retakan setelah test

Gmb. 2.3. : Skematis alat -Load Test pada batuan


Tabel 2.4. Harga point load index beberapa batuan Suatu test terhadap index ketahan batuan yang diusulkan
oleh Franklin & Chandra (1972) yang disebut Slake Durability
POINT LOAD STRtrNGTI{. test banyak digunakan dalam menentukan ketahanan suatu batuan.
, a Peralatan ini terdiri dari drum dengan A 140 mm dan panjang
.' INDEX(KGlClVl':')',,-',,,'
100rmn serta pada dindingnya terdapat lubang-lubang yang berupa
Tertiary sandstone & claystonc -
0.5 10
saringan dengan O 2mm; sebanyak 500 gr batuan yang terpecah-
Coal 2.0 -- 20
pecah dalam 10 butiran diisikan kedalam drum tersebut dan drunr
Limestone 2.5 - 80
20 80 diputar dengan kecepatan 20 putaran per menit yang terendarn
Mudstone, Shale
dalam air. Setelah l0 menit, persentasi batuan yang tcrtinggal
Volcanic flow rocks - 150
30
didalarn drum diukur dalam pcrsen berat kering dan dinyatakan
Dolomite 60 -- 110
sebagai harga Slake Durability Index..
Sumber : Richard E Goodman "lntroduction to Rock Mechanics" I 989
hal 36
Tidak ada hubungan antara harga durabilitas ini dcngan
urlur geologi batuan, namun dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan yang linier antara naiknya harga durabilitas batuan
dengan densitasnya dan ada hubungan yang terbalik dengan kadar
air asli batuan. Gamble (1971) mengusulkan klasifikasi crari batuan
dari hasil durabilitas seperti pada tabel 2.5. dibawah ini.
Ketahanan batuan terhadap pengaruh cuaca dan alr
adalah sangat penting pada batuan untuk diketahui. Khususnya Tabel2.5. Klasifikasi durabilitas dari Gamblc
pada pelaksanaan batuan sebagai bagian dari konstruksi
dilapangan. Perubahan sifat dari batuan karena cuaca dan air dapat
% TERTTNGGAL % TERTINGGAL
mengakibatkan antara lain terkelupasnya lapis permukaan batuan, SETf,LAH SETELAH
hidrasi pada batuan, penuaan pada batuan, terlarut, oksidasi, abrasi PUTARAN 1 x 10 PUTARAN 2xl0
dan proses-proses lainnya yang semuanya merupakan proses Menit Menit
pelapukan. (BERAT Kf,RING) (BERAT KERING)
Very high
Pada beberapa Shales (Batuan Lempung) dan beberapa durability >99
Batuan Vulkanik menunjukkan terjadinya kemerosotan kwalitas
batuan secara cepat begitu batuan tcrsebut terbuka diudara atau High durability 98-99 95 -98
terlepas dari penutup yang menimbunnya. Sering kali hanya pada
permukaan batuannya saja yang mengalami degradasi secara Medium high 95-98 85 -95
cepat, sedang pada bagian intinya rnenjadi lebih lambat. Sehingga durability
perlu adanya suatu harga index perubahan dari batuan. Namun
Mcdium rJ5 - 95 60-85
karena sifat perubahan dari berbagai macam batuan karena durability
pengaruh alam ini memiliki perbedaan yang sangat besar dan
sangat bervariasi, oleh karena itu adalah sangat sulit untuk l-orv rlrrrrrhililv 60 85 30 60
mundapatkan harga index tersebut. Sehingga hanya harga index
yang menunjukkan adanya perubahan sebagai Ketahanan dari Vct'v low .60 <30
Batuan sccara rclativc dan merupakan rangking Klasifikasi clari rlrrr';rbiIily
I)urabilitas yattg Sattgrtl 'f inggi (Vcry lligh Dtrrabilily) srrrrrp:ri 'r li r, l),il rl I

yrrrrg Srtttqrtl llcrrtlirlr (Very l.ou'l)rrllhilill). ( lilrlrl llrlrt'l .) 5


)
Tabel 2.6. : Kecepatan gelornbang longitudinal pada
mineral

MINERAL V i,i' lld'dut


Mengukur kecepatan gelombang suara pada contoh
Quarlz 6050
batuan relatif sangat sederhana. Pemberian gelombang suara dapat Olivine 8400
dilakukan dari satu ujung contoh batun dan ditangkap diujung Augite 1200
yang lain. Waktu rambat dari gelombang suara dapat dilihat Amphibol 7200
melalui oscilloscope. Harga index yang dibutuhkan disini cukup Muscovite 5800
dengan harga kecepatan rambat longitudinal (V,) dan kecepatan Orthoclase 5800
ini mudah diukur. Plagioclase 6250
Calcite 6600
Secara teoritis, kecepatan gelombang longitudinal tekan Dolomite 7500
yang ditransmisikan melalui batuan akan sangat tergantung pada : Magnetite 7400
1. sifat elastis dari batuan dan 2. densitas dari batuannya. Dengan Gypsum 5200
adanya retakan-retakan pada batuan, maka kecepatan gelombang Epidote 7450
ini akan tertahan, sehingga kecepatan rambat gelombang akan Pyrite 8000
dapat pula memberikan harga derajat keretakan dari contoh batuan Dari founnainffaux (1916) Sumber : Richard E Goodman
tersebut. "lntroduction to Rock Mechanics" 1989 hal 39

Fourmaintraux (1976) mengusulkan suatu prosedure


untuk menentukan derajat keretakan batuan. Pertama adalah
menghitung kecepatan gelombang longitudinal secara teoritis ( Z,
Tabfe 2.7. : Kecepatan gelombang longitudinal pada
batuan
). Apabila diketahui komposisi dari mineral batuannya, maka
harga Vr, dapat dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut :
BATUAN (ROCK)
1

r/'
yc, : .. ..: --,...,..'-.- (z'Ll) Gabbro 7000
llt 4v,., ' tt' ...,. ,'.. : , 1,
Basalt
Limestone
6s00 - 7000
,,,,,,1,
',,,,,,,, 6000 - 6500
Dolornitc 6s00 - 7000
Dimana V,., adalah kecepatan rambat gelombang Sandstone & Quartzite 6000
(iranitic rocks
longitudinal pada rnineral "i" yang memiliki volume ( aari s500 -
6000
I)irri lirLrrrnaintraux (1976) Sumber : Richard E Goodmin
mineral "i" yang proporsional pada batuan tersebut. Tabel 2.6' 'ltttrotluction to Rock Mechanics" 1989 hal 40
dan 2.7 menunjukkan harga kecepatan gelombang longitudinal
pada mineral dan pada beberapa macam batuan.

I irrluk lrrerrrlrilrrrrg "irrrlcr r;ualitas" dari batuan dcngan


rItt'tI'rILIil kr't t'1lttllttt litlttltltl tclorrrh:rrrg srrirlrr lorrgitrrtlinal
;lada
batuan, maka harus dihitung dahulu harga ratio dari " Vt / Vrt

sedang rumusan index qualitas adalah sebagai berikut :

(2.12)

Dimana V , adalah kecepatan rambat gelombang suara


longitudinal pada batuan yang diukur di laboratorium. Dari
percobaan yang dilakukan oleh Fourmaintraux menyatakan bahwa
harga IQ dipengaruhi oleh besarnya pori-pori batuan sehingga
didapatkan hubungan sebagai berikut :

(2.13)

dimana harga "n o% adalah porisitas batuan tanpa


oo

ada retakan dan dinyatakan dalam persen yang dapat diukur di tto/o

laboratorium dengan contoh batu yang kecil tanpa retak. Namun Gmb. 2.4. : Klasifikasi retakan-retakan (fissured) pada batuan
demikian, apabila ada sedikit saja retakan, maka harga di rumus (menurut: Fourmaintraux 197G)
2.13 akan mengalami penurunan yang besar. Sebagai contoh pada
suatu hasil test dilaboratorium terhadap batuan sandstone
mendapatkan harga n r:l|oh dan harga lQ:\4oh. Setelah
dilakukan pemanasan sampai mencapai temperatur yang tinggi,
terjadi peningkatan terhadap retakan-retakannya sebesar 2o% ,
sehingga harga n ,:l}oh menjadi n:l2oh, sehingga harga index
Sifat fisik yang lain dari Batuan di Lapangan selain
qualitas menurun menjadi lQ:szo/o.
Intlcx Properties yang telah disebutkan pada Bab terdahulu masih
Karena harga index qualitas yang sangat sensitif ini lcltlapat Sifat Fisik lain lagi terutama yang digunakan untuk
terhadap rengatan-rengatan pada batuan, maka Fourmaintraux l.cpcntingan teknik dalam perencanaan maupun dalam
pclll<sunluur. Scpcrti rnisalnya kekerasan pada massa batuan yang
mengusulkan suatu klasifikasi dari rengatan dengan menggunakan
grafis hubunganantara harga "IQ dengan n" seperti pada gambar rrrcrrr;.lcntirnrlri sislcm pengeboran maupun peledakan pada
pellr lisrr rlur rr pcrrgua I ian Lrntrrk batuan.
2.4. dibawah ini.
I)isrrrrrping ilrr, rlalanr pcrcncanaan pcrlu diketahui pula
llntiult lrrin nrcrrtcnlri llrrglr-llrrgl cllstisilas dan strcss_-strain
lrrlrlrn tlr llrprrrrrl;rrr rrrislrln\,:r plttllr pcrcrtclrttrurrt rrtttttk ltcrnbrtatat-t
dam atau terowongan, sehingga sifat-sifat fisik batuan secara
massa perlu untuk diketahui melalui test di laboratorium maupun
.t )'"t":a'-t6$lfrl
di lapangan.

Seperti diketahui bahwa perilaku dan sifat sifat teknis


batuan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan sifat dari 1. Suatu batuan sandstone hasil dari pengeboran terdiri atas
Diskotinuitas Batuan nya (sifat Batuan Alam yang selalu tidak butiran butiran dari qtartz & feldspar dengan sementasi
kontinu /menerus) dimana hal ini yang menyebabkan Perlemuhan
dari calcit, memiliki demensi A 82 mm & 169 mm
pada Batuan. Karena adanya Diskontinuitas ini, maka kekuatan panjang. Berat basah dalam keadaan terendam air adalah
hancur batuan sebagai suatu bentuk massa batuan bisa sangat 21.42 N, berat setelah kering oven:20.31 N. Hitung
menurun drastis. Bentuk diskontinuitas pada batuan disebut pula
berat isi basah, berat isi kering dan porositas.
sebagai Kekar dan memiliki berbagai macam tipe. Yang termasuk
2. Batuan yang lain hasil dari pengeboran seperti pada soal
dalam Diskontinuitas dan seringkali disebutkan dalam istilah no 1 diatas,menunjukkan adanya rongga rongga. Berat isi
bahasa Inggris khususnya dalam buku-buku teks antara Tair, basahnya adalah 128 lblft3. Apabila harga Gs (Specific
adalah:
Gravity) sama dengan soal no I diatas tentukan harga
porositasnya.
o Sambungan antara mQcam lapis batuan yang
dua 3. Suatu batuan granit, terdiri atas campuran 30oh quartz,
berbeda...... (disebut:Bedding) 40% Plagioclase, dan 30% Augite. Merniliki harga
o Sambungan antara batuan yang ber'lapis lapis & kadang
porisitas 3.0% dan harga kecepatan gelonrbang
kadang merupakan retakan retakan....... ( disebut :
longitudinal-nya adalah 3200 m/s. Tentukan derajat
keretakannya (fi ssuring).
Joints)
o Rekahan-rekahan & retakan-retakan yang mengarah sebagai
4. Suatu batuan sandstone memiliki porisitas 15oh dan terdiri
pecahan-pecahan pada batuan........... ( disebut : Fractures) atas campuran 70o/o butiran qluartz, dan 30o/o butiran
pyrite. Tentukan harga densitas keringnya (dry density)
o Garis garis alur pada batuqn yang tidak beraturan yang
dalam lb/f13 dan MN/m3.
disebabkan karena adanya beda & warna mineral batuan"
( disebut : Foliation). Tentukan harga kadar air dari batuan pada no 4 diatas apabila
jcnuh air.
o Patahan pada batuan... ....... ( disebut : Faults)
o Rengatan-rengatan halus pada batuan........... (disebut :
Fissured)

Semua tipe retakan dalam bahasa Indonesia hanya


disebut sebagai Kekar saja.

Dari diskontinuitas batuan ini, maka sistem klasit'ikasi


dari suatu massa batuan dilapangan dilakukan secara tersendiri
dan akan dijelaskan pada Bab selanjutnya. Klasifikasi untuk massa
batuan ini sangat penting dalam perencanaan bangunan pada
batuan baik berupa pondasi diatas batuan maupun juga talud pacla
batuan iilau .iuga pada pcmbuatan tcrowongan yang mcttcttlbtts
batuan.
BAB 3 : KERUNTUHAN BATUAN &
TEST TERHADAP KEKUATANNYA

Keruntuhan dari batuan akibat pemberian beban akan


menun-jukkan pula kekuatan dari batuan. Keruntuhan dari batuan
disebabkan karena batuan menerirna beban yang melebihi
kekuatan dari batuan tersebut. Beban tersebut dapat berupa beban
tekan, tarik maupun beban geser. Sedang bentuk keruntuhan dari
batuannya dapat berbagai macam sesuai dengan posisi maupun
tegangan yang diberikan oleh beban beban tersebut. Bab ini akan
rnenjelaskan mengenai bentuk keruntuhan dari batuan akibat
bcban termasuk beban pondasi bangunan. Disamping itu
disampaikan pula mengenai test-test terhadap batuan yang sering
digunakan khususnya test dilaboratorium. Hal hal mengenai
kcruntuhan pada batuan serta testnya dilaboratoriuln maupun
ililapangan disampaikan terlebih dahulu pada bab ini sebelum
rncnginjak mengenai pengertian tcgangan pada suatu batuan.

llcrbagai sistcln pcrnbcbanan dilapangan terhadap suatu


llllisirrr lrlltran lrluluh sangat bcrvariasi, sehingga akan
rrrerrgrrkihirlklrrr lcriirtlinva hclbagai nlrcilur bcntuk dan tipe
kelrrtlrrlrrrn tllrri lrrlrrlrrr.
Terjadinya keruntuhan pada batuan adalah disebabkan
oleh karena munculnya berbagai macam tegangan-tegangan akibat
beban-beban yang terjadi pada suatu massa batuan. Tegangan-
tegangan tersebut dapat berupa Tegangan'. Lenttrr (Flexw'e), Geser
(Shear), Tarikan (Tension), ataupun Tekanan (Compression).
Berbagai macam Tegangan pada Batuan diatas, dapat terjadi
disetiap saat dilapangan sepcrti diilustrasikan pada gambar 3.1.
dibawah ini.

Tegangun Lentur (Flexure), sampai mcncapai


keruntuhan dapat terjadi pada tekuk-an (bending) yang melentur Gambar 3. 2. : keruntuhan dari batuan type Toppling dimana diskontinunya
dan dilanjutkan dcngan tarikan (tension) seperti pada lapisan hampir tegak lurus
batuan ketika pembuatan tunel (terowongan) seperti tampak pada
gambar 3.1.a. Tegangan tersebut terjadi karena berat sendiri dari Tegangan Geser (Shear) yang dapat mcncapai
lapisan batuan akibat gravitasi pada langi-langit tunel. Keruntuhan keruntuhan akan dapat pula tcrjadi apabila tcgangan geser tersebut
karena lentur ini dapat terjadi pula pada lapisan-lapisan batuan telah mencapai kondisi kritis, yang sclanjutnya akan diikuti
yang membcntuk talud yang sangat tegak dimana lapisan batuan clcngan kcruntuhan pada bidang gesernya akibat dari adanya
pcrpindahan (displaccrncnt) dan geseran dari kcdua bidang yang
akan melentur dan akan runtuh pada sisi kaki tebing (Toppling)
sepcrti tampak pada gambar 3.2. dibawah ini.
trengalarni gcscran terscbut. Kcruntuhan semacam ini dapat dan
scring terjadi pada perrrbuatan tunel di batuan lunak (sepcrti
batuan lempung ishale ) atau pada dacrah yang merniliki patahan
scperti tampak pada garlbar 3.1 .b.

a Tekanan yang mengukibatkun Keruntuhan utuu


i;
Pec:ahnyu Batu (Crushing or Compression Failure), akan terjadi
akibat dari perubahan volurne yang mengecil dari batuan karena
f .-*---\
t{r
lr
L. ..4--
I
adanya tekanan atau dapat pula disebabkan karena adanya suatu
pukulan clari benda yang keras pada batuan. Hal
tliilustrasikan seperti parla garnbar "1. l.c
ini dapat

':[---
[;i,:'11
.
rJ:
l'1
i-f:-;'t 6 Tarikun Langsurtg (Direct Tension),adalah tarikan yang
,,/

M
tcrjacli langsung pada lapisan batuan yang berbentuk lcngkung
ccrnbung (convcx) yang rnerniliki talud. 'Iarikan akan terjadi pada
lrcrrrrukaan talud seperti tarnpak pada gambar 3.1. d & e.
L:::::f:::'-:: :..::::::::::::::::l
\ijjji!:l::r:r+i-iiii-:rl C Iluluan yanu pecah akibat dari tegangan tarik (tension),
Pcrrrrtrliiriln kcnrrrtrrhannya akan tarnpak kasar dan tidak terdapat
pet'rrlrlrr ;.rccrrharr rlari partikcl batuan; scdang apabila batu yang
Gambar 3.1. : Contoh keruntuhan yang disebabkan teriadinya keretakan dari pt't rrlr rlirrl'ilxrtlitrn olch tcgungan gcser, maka permukaan
batugn untuk :(a)Lentur(flexure) (b)Geser(shearl (c)Meremukkan dan l\('r lrrlulriur lklrr lrrrrrPlrli lcbilr llrlrrs tlun rrrcnriliki hanyak pccahan
menghancurkan dengan tekanan yang mengakibatkan retakan yang diikuti
grrrt I tl't'l lr:rlrurrr.
dengan geser (d & elTarikan langsung (direct tension)
Bentuk keruntuhan yang lain dari batuan dapat pula teriadi
pada lapisan batuan yang menerima beban pondasi atau tekanan
dari dasar pondasi pada batuan. Keruntuhan dari lapisan batuan
disini dapat bervariatif tergantung dari lapisan batuanuya maLlpun
cara pembebanannya. Gambar 3.3 seperti dibawah ini Test terhadap Kekuatan llatuan di laboratoriunt yang
menunjukkan berbagai macalrt Kelongsoran dan Keruntuhan umum dilakukan adalah Test Tekan tanpa Tekanan Sanrping
akibat dari Beban Pondasi menurut Sower (1916). (Unconfined Compression Test) dan Test Tekan dcngan tTkanan
Samping pada Triaxial Test (Confined Compression Test), Test
Geser (Shear Test), Test Tarik langsung dan tidak langsung
(Direct dan lndirect Tension Test). Disarnping test-test diatas,
terdapat pula test lain yang telah dijclaskan pada Bab 2 yang
sifatnya variasi dari test tersebut sepcrti Point [.oad Test, Sonic
Tcst,dan lain lain. Cambar 3.4.A rnenunjukkan berbagai macalx
test tcrsebut.

Sedang test untuk mcncntukan kr.rat tekan batuan yang


paling sering dilakukan baik di lapangan rnaupun dilaboratoriurn
adalah "Point Load test", UCS ( Unconfined Compression Tcst),
dan "Hummer test". Untuk test tarik (tcnsion) yang scring
dilakukan adalah dengan test ticlak langsung yaitu "[]razilian tcst".
Secara skenratis test-test tcrscbut dapat digantbarka seperti pada
gan-rbar 3

r-=N-n
tr(
\.*-------------J \-/
e7itffib
Gambar 3.3. : Mekanisme Keruntuhan Pondasi Batuan (dari Sowers 1976).
(a)Keruntuhan geser Type Prandtl pada Batuan Lunak.(b)Keruntuhan Geser pada Batuan diatas Tanah
Lunak. (c)Tekanan Pondasi pada Batuan yang mengalami Pelapukan. (d)Tekanan dan Ponsen dari
Gambar 3.4. A : Test Batuan yang umum digunakan di
Pondasi pada Batuan yang Porous. (e)Tekanan dari Pondasi pada Batuan yang berongga dan berujung-
laboratorium untuk menentuka criteria Kekuatan Batuan
ujung seperti duri. (f)Tekanan Pondasi pada Batuan di Tebing/Talud. (g)Keruntuhan dari Pondasi pada
(a)Unconfined Compression Test (b)Triaxial Compression
suatu Rongga frng Oangkal pada Batuan (h)Keruntuhan dari Pondasi akibat adanya Ronli1i,r P,rd.r
Test (c)SplittinS Tension (Brazilian) Test (d)Four Point
Batuan (Sink-Hole) karen,r crosi. tl(.xur{, tott (e)Ring Shear Test
Harga q1,_ Lrntuk bcrbagai macam batuan dapat dilihat pada table
3.1 dbawah ini.

Point Load Brazilian Ring Shear Tabel 3.1. : Harga UCS (q/. ) & rationya dengan tegangan tarik

ridak farrssu ,n ,CL ,

7.,

Q, {t,
DISKRIPSI
KglcmZ psr To
>d< L = Length

Lamongan Lirncstone (lnd) 284 4.057 79


c0mpression tensile shear
Tuban Limcstone (lnd) 128 1.828 4,3
q,= n? T *--
2P AD
5"=--5
rTo 'o- rdL " nd' Berea sandstone 138 10.700 6-],0

Hackensack siltstone 1221 t7.tt00 41,5

Gambar 3. 4. B. : Test Batuan secara skematis dan rumusan perhitungannya Bedfbrd limestone 510 7.400 32,3

F lan-ring Gorge shale 352 5.100 167,6

Taconic marble 620 8.990 53,0

Oneota dolornite 869 r2.600 19,7

Nevada Test Site Basalt I 480 2l .s00 I 1,3


Seperti pada gambar 3.1.a, test ini terkcnal dengan nama Ncvlrda Tcst Sitc granite t4t I 20.s00 12,l
"unconfined compression test" atau disebut pula "tutc'onfined
c'ornpressive strength" tlengun di:;ingkat UCS, sedang hasil Ncvacla Tcst Site tufT ll3 1.6s0 10,0

Qr, .Hurgu
testnya sering ditulis dengan ini merupakan ratio
Q, ltttttltS1_: Luh \lclilun & llatuan
I'I'S
antara beban puncak P dengan luas penampang A
ll.l,.( ioorlrnalr "lllrr)(lltclit)n
:L
to
l,locl. \lrclt:uticr" l()ll() h:rl (rl
q, A
(-1. | )
hydrolis sedang karet yang membungkus contoh
karet yang tahan terhadao oli seperti polyurethane.

Tekanan samping pada Test-Triaxial dapat mencapai


200Mpa untuk contoh batuan yang berdiameter l0 cm. prosedur
dalam melaksanakan test triaxial pada batuan ini dilakukan
Dral gaugr untuk
pertama-tama memberikan tekanan sarnping sebagai tekanan yang
pengukuran r; Young's modulus rnengelilingi silinder (dimana
Oz: Os: p ) dan baru kernudian
i_;-*l
lateral

I F.-_
l-^t I diberi tekanan axial sebesar o,- p (yang disebut sebagai
Dial gauge untuk
pengukuran r:
I "' I
tekanan Deviatoric), seda,g tekanan lateral atau tckanan
axial sampingnya dibuat konstan. Hal ini hanpir sama clengan
3. Poisson s r-alio pelaksanaan Test Triaxial untuk tanah.

fitl
tl
F

Gambar 3.5. : Skematis test dengan UCS di Laboratorium

Penjelasan lcbih detail tncngetrai test LiCS untuk tnendapatkan


hasil rnengenai ModulLrs traupull Poissott's Ratio dapat dilihat
pada Bab.4 perihal Tegangan & Regangan.
Test ini adalah salah satu test untuk Tarik (Tension_
'l'cst) yang
relatif sangat sederhana dan mudah clikerjakan untuk
rnengestimasi harga kekuatan tarik dari batuan. penrbebanan
rlibcrikan pada contoh batuan bentuk sili,clcr yang arah
pcmbebanannya tegak lurus dengan sumbu silinder batuan seperti
lu,pak pada Gambar 3.4.A.c. diatas. Dalam har pernberian beban
siste r, ini, rnal<a tegangan horizontal yang tegak lurus
arah
pcnrbebanan adalah rnerata (unifbrm) dan bcsarnya tegangan tarik
Scperti pada gambar 3.4.A.b., tneruptrkan Test Tckan
tLrpat ditulis sebagai berikut
Triaxial yang dilaksanakan sccara bersamaan antara Tekanan :

Axial dan Tekanan Samping (Conlining Stress). Pada beban


puncak (peak load) yaitu beban kctika tegangan mencapai 2P
O,.,r= trdt (3.2)
maximum, kondisi tegangannya adalah O,: Pl A dan Or= P ,

dimana P adalah bcban terbesar tnetxintttnr yang dapat didukung tlrrrrrr. /' utlalulr bcsar.ya bcban tekan yang terjadi, d adalah
oleh contoh batuan bcntuk silinder yang ditekan pada sumbu tegak tlirrrrrctcr tLrri silirrtlo'eorrroh batrran, seclang I adalah panjang atau
dan I adalah luas penampang Sedang harga 2 adalah tckanan l.r'l irrrrrrrrrr tLr.r silinrlcr.[rrlturn. 6, ,, aclalah harga dari rcgangan
pada cel triaxial yang mcrLrpakan tckanan sanrping (cortlining
prcssurc). LJntuk ntctrtlapltl<an tcl<unlrn yultg bcslrr'1'xttllr lrrtltrttr. Irrrik ll:rtrurrr tlt'nrlrrr r'lrrrr llr.lrzili;rn (lcnsiorr llr-irziliurr tcst) (lih1r
rtlltlilt citi;atl Vllll!l (li.gtllllll\lltl tttllrtl' lcl'ltrtlttt slttttl'rittt';rrl;rl.rlr,'lt lul'ir nlnu\itrr tli r,:rrrrllu l..l I|)
Harga Kekuatan Geser atau Shear Stress nya (
T ,) atau
disebut sebagai "Shear Strength" clapat ditulis sebagai bcrikut :

Test ini digunakan ttt.ttttk mengetahui besarnya


kcruntuhan dari batuan sebagai akibat dari beban lentur. Seperti
P
pada test Brazilian, test Lentur ini dilakLrkan langsung pada contoh 9P
I
-- (3.4.)
batuan silinder yang diberi hcban pada ernpat titik scperti tampak 2A
pada gambar 3.4.A.t1. diatas. Pcnggunaan systet-t-r empat titik ini
dianggap lebih sesuai disbanding dengan pcnggrrnaan systenr tiga
titik, karcna lentur yang terjacli berada diantara cluatitik. dirnana P adalah beban pada keadaan puncak dan A adalah luas
penampang contoh batuan. ( lihat juga rumusan di gambar 3.4.8.
Deugan menggunakan test lentur empat titik ini pada
untuk Ring-Shear )
silindcr contoh batuan <lengan pemberian beban pada L/3, rnaka
harga Modulus KeruntuhanTMR dapat ditulis sebagai bcrikut :

aft
t6p
I Intx
L
(3 3) Test ini tcrmasuk test untuk menentukan harga point
1 vn-
1;i- Index nya Batuan yang dapat dikorerasikan keclalarn harga UCs,
tcst ini (telah clijelaskan sedikit pacla bab 2, na.nun paaa Rab ini
diulang lagi untuk mernper.jelas penggunur,nryo khususnya
dirnana P,,,,,* odrl"h bcban maximum. I adalah panJang antara dilapanga,) rnudah dilakukan dan dapat clikerjakan dirapangan
beban reaksi dibagian bawah contoh batuan dan r/ adalah diameter dcngan alat yang sederhana dan ringan seperti terlihai pida
dari contoh batllan. gambar 3.5. dibawah ini. Tcst ini tlaput tlilakukan dilapangan
.\e(aro lctngsung dengan rnengarnbil contoh batuon tlari hi'il
p:ngeborctn dilapangan. Maka harga kekuatan batuan dapat segera
diketahLri sebelum dilakukan tcst di Laboratorium.

Test ini adalah test utttuk t.tlencari hzrrga Kekuatan Geser


Batuan dengan cara yang sedcrhana. Test ini dilakukan pada
I
-! --
o
contoh silinder batuan yang diberi pembebanan dalarn keadaan - vo..h.'.,
,---
posisi sumbu axialnya horizontal. Pemberian bebannya tidak l/'
rnengakibatkan contoh batuan terlentur nalrllln yang terjadi adalah
pergeseran. Secara sketnatis bentuk alatnya seperti tampak pada
gambar 3.4.A.c. diatas.

Gambar 3. 5 : Alat Point-Load test untuk dilapangan


dan cara pengukurannya
IIarga dari point load index (
^1,
) - P/D'z Beberapa harga Point Load Strength Index Lrntuk berbagai
rracam batuan dapat dilihat pada Tabel 2.4. di flab2.

Dimana 1", adalah harga Point Load Strength Index Pcrcontohan dari batu untuk test point-load ini disarankan
dari Franklin. adalah yang bcrbentuk silinder clengan diar-neter : 50 mm (NX :
54 rnrn) dan ukuran dari bentuk contoh batuannya scperti terlihat
P : Beban maximum sampai contoh batuan mengalami ptrda gambar 3.7. dibawah ini dengan persyaratan antara D dng L
keruntuhau.

Iffi[
D : Jarak antara dtta conus penekan.
l-.-1,---*rl
,t

l- /-\
l{ubungan antara Indcx Franklin ( 1.' ) ini dengan harga
ol t/ t )
I(
I

kuat tekan UCS (


{,, ) mcnurut Bieniawski adalah scbagai berikut f o.,o^^
it- n
t L>o.?o fr {.r,r r,o,o5 fe t-'l,o'r.{
{1, =24 I, (3 s.) Dianetri.cal test Axlal test Irre$d.ar L"rnp test,

Gambar 3. 7. : Berbagai macam bentuk contoh batuan dan


cara pengukuran untuk point-load test
Run'rus diatas digunakan untuk cliametcr contoh 50 rnm.
IIasi! tcst dari Bicniau'ski ini dapat dilihat pada gambar grafis 3'6 Sedang pcrumusan hargtr Point Load Indcx clapat dilihat pacla
dibawah ini. gambar 3.4"B

Jika 1r<lMpa, maka irldex tcrsebut tidak rnernpunyai


lagi arti sehingga dianjurkan uutttk t'nenggunakan pengujian lain
untuk urcrtentukart kekuatan batuau.

Tcst ini adalah test deng;rn mcnggunakan Alat Hurnmer


v.ng sering pula dilakukan untuk test terhadap kekuatan beton di
Lapanga,. Alai hummer ini Iebih ringan dari Alat point Load test
sclriuuga nrr.rdah untuk dibawa kelapangan. Pada ulnumnya alat ini
tliurrnakan untuk mclakukan koreksi terhadap test yang telah
tlilrrl<ul<irn atau cligunakan pula untuk test-test yang bersifat rnobile
tllrrr ccplrt tlan tunpa harus melakukan pengcboran terhaclap batuan
unlul\ n)cntlurr[ti I colttoh.
Jti
,Alll llturrncl ini irsak scdikit bcrbccla dcngan hummer
rrnlrrli lt'sl hclorr (corrc|ctc) tcrulrunu parla pcrnbacaan kckuatan
lr;rlrrrrr \:ul1' r'irrr';rrr sr'l)('r li tliliellrlrui blrlru,rr brrlas l<ckrralan
It:ttt, ltl lr:tltt:ttt lt'tt'ttrItlt | \lP;r (lrrrlrr lrurrrl') llrrrrrrrrel rrrtltrli brrlurrn
ini dibedakan dengan hummer untuk beton ditandai dengan warna
hitaru pada ujung hummer. Alat hummer ini dapat dilihat seperti
Rocxs Mooeu
MooEr- GR*pnrcs
Gnapnrcs ]

"ocKS
pada garnbar 3.8 dan cara pembacaan nya dengan grafis seperti
,
j

pada gambar 3.9. dibawah ini.

ri:i ''ffiffi'((i
Gambar 3.8. : Model alat hummer
test dan bagian bagiannYa
ri,:i:
ii,**'ll
50

ft?-jTffi r, * ffi:tr
,,,,,
I

.:
, I
{0
i il t ;., I

Korclasi antara hasil pcn,bacaan dengan test Hutnmer


dan dengan harga Kuat Hancur Batuan atau harga UCS nya,
digunakan grafik seperti pada Garnbar 3.9 dibawah ini yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat alatnya.

liliI
II
J(]

20

15
l5
,, 'Loru.o'ir0r,,,,,.o,
;;
*,.{,i !:,{jjl}&:1. * __!! i
il

*il
I ll

Gambar 3. 9. : Grafis pembacaan test Hummer untuk dikorelasikan ll


1. Suatu batuan limestone ditest dengan hummer test
memberikan harga pembacaan pada alat rata rata dari
lima kali test adalah 52. Tentukan dengan menggunakan
grafis perkiraan harga kekuatan hancur dari batuan
tersebut.
) Suatu test dengan UCS (Unconfined Compresive
Strength) terhadap hasil coring batuan limestone dengan
dimensi: A contoh 6 cm, tinggi contoh 10.5 cffi,
memberikan hasil sebagai berikut :
S*ain vertikal Strain Horisontl Beban P dari
, ,'{Yn) '
(%) UCS (kg)

0 0 0
*$&{i};&&l &$
0.47 0.17 250

0.9s 0.67 1250

1.42 0.67 2550

1.90 0.61 I 075

Tentukan harga UCS nya dengan grafis.

3. Dari hasil UCS diatas, tentukan perkiraan harga untuk


Point Load Index nya sebelum dilakukan test terhadap
Point Load tersebut..
4. Dari hasil UCS di soal no2 tentukan pula perkiraan harga
untuk tegangan tarik tidak langsung (dengan Brazillin
Test) untuk limestone tersebut sebelum dilakukan test
dengan Brazillian.
Apabila pada soal no I & no 2 diatas dilakukan terhadap batuan
limestone yang sama dilaboratorium, bandingkan harga dari kedua
test tersebut dan beri komentar mengenai hasil pcrbandingan ini.
BAB4:TEGANGANDAN
REGANGAN PADA BATUAN DAN
KRITERIA KERUNTUHANNYA

Setelah mengenal mengenai cara melakukan test


terhadap Kekuatan Batuan dan bentuk keruntuhan pada batuan
akibat dari beban beban termasuk beban pondasi. Maka kita
lanjutkan mengenai Tegangan dan Regangan yang timbul pada
batuan apabila menerima beban. Pengertian umum mengenai
tegangan maupun regangan pada suatu material tidak dijelaskan
secari rinci disini, namun akan ditekankan pada bentuk grafik
terjadinya perubahan bentuk dari batuan apabila menerima beban
clitinjau dari Teganngan dan Regangannyu sampai mengalami
keruntuhan.

Regangan normal pada batuan dapat diukur pada test uji


l<uat tckan batuan (Unconfined Compression Test) dengan
r)rcnrassiurg "dial gauge" pada contoh tanah ata:u dapat pula
rlilakukan dcngan lnemassang "electric strain gauge" sepe*i
tcrlrhlt parla gambar 4.I dibawah ini
negatif pada rumusa 4. I diatas menr"rnjukkan bahwa batuan
tersebut mengalami penyusutan pada arah axialnya dan
pengembangan di arah lateralnya. Penyusutan axial ini yang
t memberikan harga negatif tersebut, sehingga harga dari Poisson's
rationya sendiri adalah tetap positif.

-T-
LI

(a) (b)

Gambar 4.1. : Pengukuran perubahan bentuk arah axial dan arah


longitudinal dengan (a)6'dial gauge" & (b)ooelectric strain gauge"
F__,___!
Gambar 4.2. z Perubahan bentuk (Deformasi)
Pengukuran regangan longitudinal atau axial yaitu pada suatu test tekan
regangan arah sumbu contoh batuan bentuk silinder dapat diLrkur
dengan rumusan L-,,,,,,, : L(. I .(. , sedang regangan diarah
UntLrk battnn yang mengalami rcgangan kurang dari
horisontal atau arah tegak lurus sumbu (lateral) yaitu di permukaan
satu persen dari satuan volur.tre, rnaka harga LI/ / V (pcrubahan
lingkaran silinder contoh batuan, dapat diukur regangannya diarah
volurne per unit volur-nc atau disebut sebagai strain-volume) sama
lateral dengan rlllnusall €t,,t",.ut : Ld I d . Dimana d adalah atau mendekati harga jumlah kctiga tegangan normalnya, sehingga
diameter silinder batuan dan / adalah tinggi silinder batuan dapat dituliskatr rurnusan sebagai berikut :
seperti terlihat pada Gambar 4.2 dibawah ini atar.r Gambar 3.5 di
Bab 3.
AV .-1.
Dari perubahan bentuk diarah axial maupun diarah
,triul ' uo laleru I atau
lateral, maka dapat diberikan hubungan sebagai berikut: V

AV : * 2V)
Dimana harga "v" adalah harga Rri.s.son's rttlirt.
batuan yang clastis liniail tlan isotropic. itkatt ttlctttilili,i lrrrryrr
tttttttli
7 €,,r';rr1(l (4.2)

iultilnl 0.0,.slttttltli 0.5. l'tttllt Illlltll)ll]Vil ttttlttk lrrtlttlttt. ltrttt';t


lr0issott's tltlirrtlYlt itrllrllllt llt'tl'lsltt illlllllll 0..)\ O l(l Il,rrr',r
o, ). Secara skematis tegangan terscbut dapat dijelaskan pada
gambar 4.3 dibawah ini. Pemberian tegangan deviatoric yang
semakin besar sedang tegangan cel-nya diberikan harga yang
konstan, maka akan terjadi Keruntuhan Geser dari contoh batuan.

Pemberian Tegangan Nondeviatoric pada suatu contoh


batuan, akan memberikan hasil tegangan dan regangan nya secara
grafis seperti tampak pada gambar 4.4 dibawah ini.

Pada gambar 4.4. ini terdapat empat (4) daerah selama


proscs pembebanan yang dapat dijelaskan sebagai berikut
Tegangan maupun Regangan adalah merupakan bagian :

dari batuan ketika menerima beban tekan (kompresi). Batuan


o Dacrah satu (I) adalah daerah yang umum pada batuan
apabila menerima tekanan akan terjadi perubahan bentuk atan yaitu daerah dimana retakan-retakan mulai menutup dan
defbrmasi. Batuan dalam menerima tekanan ini, dapat dibagi mineal-mineralnya mulai tertekan. Disini apabila
dalam dua (2; macam sistcm tekanan. Kcdua macam sistem tekanan dilepaskan, maka hampir semua retakan-retakan
tersebut dapat tneruntuhkan batuan yaitu : a) sistem Nondeviutorit-' tetap tcrtutup rapat.
s/re.ss ( o, ,, ) dan b) sistcrn Deviutoric slr"ess (or,.,. ). o Daerah dua (II) adalah daerah dimana sctelah beban
dinaikkan lagi yaitu setelah retakan-retakan semuanya
Kedr,ra sistcnr tersebut dapat dijelaskan scbagai berikut ; menutup, maka batuan menjadi bentuk yang utuh (Bulk-
untuk Nondeviatoric stress, sistctn ini adalah suatu sistctll yang rock). Sehingga yang terjadi adalah perubahan bentuk
mcmberikan tekanan atau tegangan kesegala ararh yang sama (defbrmasi) dari pori-pori ke butiran batuannya. Hal ini
besarnya pada contoh batuau sehingga dapat dikatakan bahwa akan mcmbentuk suatu garis liniair pada grafik tegangan
battun terscbut sama dengan mencrima tegangatl hydrostatis. dengan regangan-volume (volumetric strain,AV/V).
Sedangkan pada sistern Deviatoric stress adalah sistem yang Kemiringan (slope) pada garis liniair ini disebut sebagai
memberikan tegangan pada batuan yang tidak sarna besarnya "Bulk-Motlulus" (K). (lihat garnbar 4.4.)
dimana tegangan deviatoric ini ( o,,,., ) adalah tegangan yang o Daerah tiga (lll) yaitu terjadinya kehancr-rran pada pori_
menghasilkan tegangan normal dan gcser. Tegangan deviatoric porinya. Pada batuan yang porus seperti pada sand-stone,
tcrsebut didapat dari pengurerngan tegangan utatna atau principal( chalk, atau clastic linrestone, pori-pori akan mengalami
keruntuhan akibat tegangan tegangan yang terkonsentrasi
o,) dengan tegangan hydrostatic yang dibcrikan pada batuan. disckitar rongga pori-nya. pada batuan sedimen yang
'I'egangan Nondeviatoric, tidakmenghasilkan tcrsernentasi kuat, kehancuran dari pori-porinya dapat
terjadi setelah mencapai tegangan lebih dari 100 Mpa.
Keruntuhan Geser pada batuan hanya keruntuhan pada rongga
rongga batuannya saja, sedang pada pemberian Tegangan
Deviatoric akan menghasilkan Kehancttan don Keruntuhan
Geser pada batuan. Hal ini dapat dilihat pada test di Traxial
dimana pada saat pembcrian tegangan cel saja maka yang terjadi
adalah tegangon nondeviutrtrit', (hanya Tegangan Ilidrostatis)
scdag apabila dibcrikatt tcgangatt axial yang bcrtlllil tt'!:tttt\.:(ttt
tlcyitrlrtt'it' tlitltrrtttaltklrrt tlcttgtttt tcgltttglttl ltitltoslltli:rtr';r :tlrttt
letiul[lut tr'iityrr. ttlltl\it Yittll,. lt'rjlrtli rrtllrllrll It'1lltttl';ttt l'tttr, tP,rl
1
Daerah empat (IV), yaitu akhir dari kondisi dimana pori-
pori sudah dalam keadaan tertutup, sehingga hanya
tinggal elemen butiran saja yang masih dapat mengalami
pemampatan lagi. Pada keadaan ini, harga ,,Bulk_
Modulus " menjadi naik secara cepat dan grafik
deformasi memperlihatkan bentuk lengkung yang
menaik (concave-upward). Kehancuran pada pori pori ini
setelah pembebanan, mengakibatkan kerusakan pada
batuan yang porous seperti pada batu kapur (chalk),
pumice dll. dimana batuan akan mcngalami perubahan
yang berakibat kehilangan daya kohesinya karena
mengalami keruntuhan antar butir dan menjadi bersifat
kcpasiran.

Ke Perubahan Volume atau Tegangan deviatoric dibuat


ke Alat Pengukur Tegangan Locking
(a) nol
Air Pori t batuan saling mengunci)
=o
I
tr
(u Porg 51ruq1u7g col lapse
bo
l;i;iil Oaxrlt
tegqhgan Deviatoric
) o'
c
(E
o!
OJ
(Pori-pori batuan runtuh)

ocui
I F
c
E Elasric compression (Tekanan elastis)

6ccl io?:of,

FirsJrc closing (Retakan-retakan menutup)


rrrlllr
l ll ",i
o"'," '{o, -or}
Tegangan Deviatoric
{b} LV/V
(Regangan Volume)
Gambar4.3. : (a) Skematik diagram pada alat TriaxialTest
(b) Skematik tegangan pada spesimen batuan dengan
Gambar 4. 4. : Tekanan pada Volume Batuan dengan system
deviatoric stress
Nondeviatoric dengan cara meningkatkan Tegangan Cel, sedang
Tegangan Axial (Tegangan Deviatoric) dibuat nol.
D merupakan Beban Punc:ak (Peak Loact) dimana batuan
Pada pernberian Tegangan Deviatoric akan
mengalami keruntuhan.
memberikan hasil grafik tegangan regangan seperti pada Gan-rbar
4.5 dibawah ini.

Graf rk tegangan dan regangan deviatoric


akan ini Apabila digambarkan mengenai hubungan antara AViV
(volumetrc strain) dengan Axial Strainnya, maka akan didapat
tampak sangat berbeda dengan grafik nondeviatoric. Tahap tahap
Grafik seperti pada Gambar 4.5.b. dimana titik B terjadi pada saat
pcrubahan dalan, grafik ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
AV/V mulai akan naik Dilatansi nya, atau bisa dikatakan bahwa
o Pada daerah satu (l), rctak retak dan bebcrapa pori-prtri tegangan mulai membuat retakan-retakan baru pada bagian
nLttlo.i tertuttrp. Grafik tncmbcntuk lengkung kcatas diantara retakan-retakan yang sudah ada. Sedang pada titik C,
(concave-upward) yang inelastis. seperti tampak pada Grafik, contoh batuan memiliki Volume
o Pada dacrah dua (II) dimana untLrk hampir scmua batuan Keseluruhan (Bulk Volume) yang lebih besar dari volume mula_
akan mcmbcrikan hubungan yang liniair antara mula.

Tcgangan Axial (6axial) dengan Regangan Axial


(taxial) dernikian jrga dcngan hubungan antara
Terjadi retakan
Tegangan Axial(6axial) dengan Regangan Lateral makro yang
Retakan
baru diantara
(tlateral) nYa. * baru
retakan
c Pada claerah tiga (lll), titik B, digambar
dimulai pada retakan mikro
I Elastis

4.5. Regangan Latcrai (tlatcral) mulai nuik reluti/ -r*- Retakan retakan makro
,-* mengalami kelongsoran

terhudap Regangcrn A'riul nltu (taxial)' disini harga lSeating Regangan normal

Poissort's Ratio muloi naik, dan retuktn retakan baru Ekstensi Kontraksi
ftot /
mulai terltentuk pada bagian tegangan yang paling kritis llY
di contoh batuan (khLrsusnya pada bagian tengah sample i/
batuan-nya). Pada saat ini, retokan yang lama akan T;c""c;,k;."il
I,_l______r
dari cel triaxial ]t

berlunittl seioiur clengun crrnh tegangctn ariul ((raxial)'


Diilacrah antara titik B dan titik C ini selirin terdapat ..o

retak retak baru yang berupa rnikro retak, retakan


E
tersebut menuniukktrn kondisi yang stabilartinya, bahwa !

untuk setiap mentrikkan harga tegangan, perubahan


pergerakan retakan akan rnencapai suatu panjang yang
tcrbatas sebclum akhimya bcrhenti.
o Pada daerah empat (lV), yaitLr daerah setelah titik C , Regangan normal axial

retakan retakan mulai berlaniut kembali sampai pada Gambar 4. 5. :Kurva Deformasi batuan ketika diberikan tegangan deviatorik
u.iung ujtutg tepi contoh batuan. Disini retakan retakan yang meningkat dan dengan tegangan cel triaksial yang konstan pada
akan mulai menyatu tncnlbcntttk retakan yang lcbih pengujian dengan triaxial (alRegangan normal untuk aksial dan lateral
bcsar clan mcniudi ,rtrttltr bL,ttltrk ltoluhtttr. llie ttillrvski dengan meningkatkan tegangan deviatorik aksialnya. (b)Regangan
( I9(r7) ntcrrgrrsrrlliull lltltrllt titili (' ini tliplrl.lrr 'rr'lr:tt':ti volumetrik dengan meningkatkan regangan normal aksial (delatansi)
litil, Ilrrl,i.:rltt kt,Lurrlrut rltrti lltrltrrttt ltttltl l,t,tttl) Irlrl'
I)engan <lemikian, maka Dilatarzsl ini dapat disebut sebagai
peningkatan volume batuan berkaitan dengan terjadinya
retakan-relakan.
ailai
: Iair:a

Pemberian tegangan pada suatu contoh batuan dengan I ral!neiia

cara Unconlined compressive Strength yaitu tanpa pemberian


Tegangan Samping, dimana tidak scperti pada sistem Triaxial
yaiiu dilakukan pemberian Tcgangan Samping atau Tegangan Cel'
ilasil dari pemberian tegangan dengan Unconfined Compression
Strength untuk mendapatkan harga Tegangan dan Rcgangan nya
dapat ditunjukkan dalam bentuk Grafik Kurfa Stress-Strainn
seierti tampak pada Gambar 4.6 dibawah ini. Kurva ini tidak
berbeda dengan kurva pacla Gambar 4.5 diatas, hanya saja harga \xial Forc( Axial Stress Axial Strain Lateral Strain Volumetrik Skain
volumetric Strainnya (AV/V) dihitung dari harga Strain Axial dan (kN) (MPa) (micro Strain) (micro Strain) (micro Strain)

Strain Lateral nya (rumus 4.2.) dan digambarkan hubungannya 2 1,31 3202,20 612,24 1977.71
4 aa1 5032,02 1292,52 2446,99
dengan Tcgangan(O). Pada Triaxial, harga AV/V dapat dihitung 6 3,93 6861.85 1519,27 3823.30

langsung clari pengarnatan AV (pcrubahan volume) yang ada pada I 5,24 7776.76 2267,57 3241.61
10 6,55 9149,1 3 3:97,9E
pcralatan Triaxial nya. 2573,17
12 7,86 1 Cs21,50 3968,25 2584,99
oa7 12168,34 5895,69 376,96
t6 9.82 14181,15 12131.52 -10081.89

Gambar 4.7.: Contoh hasil test pada batuan dengan alat UCS di
[aboratorium

* clarlarn tabcl, L,ateral Strain diperhitLrngkan sebagai harga negatil'

€lateral = El = lateral strain

Tckanan Samping (Confining Prcssure) pada batuan di


lcsl '['riuriirl (atau clisebut pula dengan pemberian Tckanan Cel)
Evolumic = €v = volumetric strain rrrcrrlrcriliun cf'ck yang sarngat besar pada kekuoton batuon. Sernua
lrrrlrurrr ll<arr rrrcn jaili sangat kuat apabila menerima tekanan
s:urrPirrg vlrrrt crrl<tr1-r bcsar. IIll irri clapat tcrlihat jclas pada tcst
rlt'rrr',rrn lrirrrill rlr Llrbourtorirrrrr. I)urlu lraluan yang rlerniliki
Gambar 4. 6. : Kurva Deformasi Batuan dalam Tegangan dan Regangan (stress- r(.lirl\;ilr r('llrl\irn \iiilllt \iil)ltirl lr;rrrvlrlr. clL.li. pcrrrbcl.ian Tcl<anarr
Strain)palapengujiankuattekandenganUnconfinedCompresrivt'Strength S;ttttlrttlt, itl\iilt ///( ttrltlltln l,t Lttrtltttt Itttlttrttt \(,( (u.(t :i.t,,ttililrtttt.
Bidang longsor atau patahan pada batuan yang dilaboratorium yaitu dengan cara menaikkan harga Tekanan
n-rengalami proses kehancuran akibat beban akan memiliki bidang
Sampingnya. Menaikan Tekanan Samping ini dapat dilakukan di
longsoryangterletak disepanjangretakan-retakannya. Namun Lapangan dengan cara memassang baut pada batuan ("Rock-
dengan diberikan tekanan samping yang besar, maka akan Bolt") terutama pada pembuatan tunnel di batuan yang terlapuk
dibutuhkan suatu tarnbahan energi atau tambahan kekuatan untuk atau pada batuan yang merniliki retakan-retakan/diskontinuitas
yang banyak.
melakukan penggeseran sepanjang bidang longsor tersebut, atau
dengan kata lain kekuatan batu menjadi naik. Hal ini dapat dilihat
Pemberian Tekanan Samping pada test triaxial dengan
pada gambar 4.7 dibawah.
berbagai macam tekanan, menunjukkan bahwa dengan
dinaikkannya Tekanan Samping tampak bahwa setelah tekanan
puncak (peak pressure dititik D pada Gambar 4.5) pada setiap
harga Tekanan Samping, grafik tampak berkurang penurunannya
sampai pada harga Tekanan Samping tertentu, batuan berperilaku
plastis penuh (test C pada Gambar 4.8.a).
Retakan pada
Grafik lentur setelah titik D pada gambar 4.5. seperti
batuan
diuraikan diatas pada suatu Tekanan Samping tertentu, terdapat
suatu kondisi yang disebut sebagai "Tekaitan Transisi dari
keadaan Rapuh menjadi Lentur" ( Brittle to Ductile transition
pressure). Pada daerah ini dapat terjadi kondisi dimana batuan
mengalami perubahan bentuk (deformasi) tanpa ada penurunan
tegangan. Daerah "Rapuh menjadi Lentur" ini merupakan daerah
yang sering kali tidak diperhitungkan dan terabaikan oleh
perencana bangunan sipil, pada hal kondisi sifat plastis ini mudah
terjadi pada Batuan Lunak seperti "Soft Clay Shale". Kondisi
tersebut, dikuwatirkan dapat terjadi ketika batuan masih menerima
Daerah
beban sementara (lihat Gambar 4.8.a).. .Pada beban ini. rnasih
terjadinya
tcrjadi deforrnasi dengan ditunjukkan oleh strain axialnya tanpa
ada penurunan pada tegangannya. Bentuk dari keruntuhan contoh
batuannya seperti tampak dititik C Gambar 4.8.a. yaitu kondisi
llapuh menjadi Lentur.

Pada Table 4.1. dibawah ini dapat dilihat beberapa


lckanan pada batuan yang mengalami kondisi Rapuh menjadi
Lcntur pada ternperatur kamar.
Gambar 4.7. : Delatansi dari batuan yang disebabkan oleh
keruntuhan / patahan dari retakan batuan yang memiliki
permukaan yang kasar

ScsUattr hal yang scring clilakukan dilaltilrrglrn lrr,;rr rl:rPrrl


llctutikltt''kckrtltltttt ltltlttlttt hcllcl'l1llt li.lrli tlirri ltlrsil kt'l.rl,rt.ttt lt:l
TABEL 4.1. : TEKANAN TRANSISI DARI RAPUH
MENJADI LENTUR b ini tampak bahwa pemberian
Pada garnbar 4.8.
(Brittle to Ductile) (pada temperatur kamar) Tegangan Samping yang scmakin besar, kurva Regangan Volume
(AV/V) akan bergerak naik kekanan. Dan kurva ini merupakan
RRNTANG TSKANAN TRANSISI jumlah aljabar dari Tekanan Hidrostatis pada kenaikan Tegangan
,TIPEBATUAN
(Mpa) (psi)
Sampingnya fiarak a-c) dan adanya Dilatansi akibat kenaikan
Rock salt 0 0 Tegangan Deviator nya dari P I ke P2 ( jarak b-c).
Chalk <10 <1500
Kondisi pada garnbar 4.8.b. ini terjadi hanya pada
Compaction shale 0,20 0 3000
keadaan dimana harga ratio antara 03 dengan Ol sangat kecil.
Limestone 20 100 3000 1s.000
Apabila rationya cukup besar san"rpai mencapai lebih dari 0.2
Sandstone >1 00 >15.000 maka tidak terjadi rctakan rctakan (fracture) dan Delatansi mcnjadi
>>15.00c)
Granite >>100 tcrharnbat karena 03 nya cukup bcsar. Pada test di laboratorium
Sumber : Richard Goodman "Introduction to Rock Mechanics 1989 Hal 74 dengan Triaxial dilakukan procedur dimana ratio tersebut
diturunkan dengan menurunkan Tegangan Dcviator nya. Scdang
Efek dari pemberian Tekanan Samping ini dapat pula pada realisasi dilapangan, besarnya penrbebanan dilakukan
ditunjukkan pada pcrubahan Regangan Volume (AV/V) seperti sedemikian rupa sehingga ratio tcgangan tersebut dipertahankan
tampak pada Gambar 4.8.b dibawah ini. tetap atau dinaikkan sehingga tidak terjadi retak retak.

Mm Tegangan puncak pada test dengan Sistern Deviatoric


clcnqan Tegangan Sarnping akan rnenunjukkan harga yang selalLr
naik apabila harga Dcvitoric nya dinaikan. Hasil suatu harga
tcuangan pnnsipal Lltama Ol dari test Triaxial untuk suatu harga
tlali tcgangan samping yang diberikan O3 adalah mcnunjukkan
l;ritariu karuntuhan pada contoh batuan. Cara yang paling rnudah
tlrrn scring cligr-rnakan untuk batuan dalam menentukan kriteria
lclscbut aclalah rnctode Mohr-Coulomb; seperti tarnpak pada
( ilrrrbirr' .:1.9. dibawah ini. Pada Garnbar tersebut tarnpak bahwa
lirilu'irr tlrrri Molrr-('oulorrb ini adalah garis lurus yang
Itl
rrrcrrvirrusrrnq linqkirnur Mohr's yang dihasilkan dari beberapa
Gambar 4.8. : Perilaku batuan pada pemberian berbagai tekanan di I t'11:tnriltn I'r'irrsiplrl.
samPing Triaxial Test
(a) Transisi dari sifat Rapuh ke sifat lentur (brittle to ductlle) nlll tlrrrr Ir'glrrrgtrrr ( icscr. patla bidartg
l1',,'111,,'111 N()t
Tekanan volumetric dan delatansi
l!) l('tl('ullr tltlrrrrlrrkk;rrr olt'lr lrlil. srrrllrrnl tl:uI lull,l\lulut Nlolrr.'s
(le rrsau garis kriteria Mohr-Coulornb yang dapat dituliskan dengan
r.untusan sebagai berikut :

u= S, + o'txttP
T
(4.3.)

r,,
adalah Kekuatan Geser (Shear Strength) atau
Tegangan Gcser pada puncak (Peak Shear Stress), sedang A
adalah Sudut Gcser Dulam.

Gambar 4.10. : Grafis secara empiris kriteria keruntuhan dari Mohr-


Coulomb didaerah tarik dengan menggunakan sistem pendekatan
pra ktis didaerah batas-tarik (tension cutoff) dengan "Brazilian-test"
dimana estimasi kekuatannya (strength) adalah lebih besar dari hasil
sebenarnya (overestimates). (tihat daerah yang diarsir)

Hubungan antara hargaMajor Principle Stress (o,.,,)


dengan harga Unconfined Compression Test (qu) , Kekuatan
Geser (,S, ) dan Minor Principle Stress ( o., ) dapat dituliskan
Gambar 4.9. : Kriteria keruntuhan dari Mohr-Coulmb dengan pendekatan sebagai berikut :

praktis didaerah batas-tarik (Tension "cutoff')


d
6t.t, = qu * o, tanz (45" +-) (4.4)
2
-f
Unturk rnendalratkan hargu ,, scbagai sistern batas tarik.
seperti pada Garnbar 4.9, clapat cligunakan pendekatan seperti pada Sedang hubungan dengan harga Unconfined
('ourpression Test nya sendiri dapat ditulis sebagai berikut
gambar 4.10, dirnana harga tcst 'l'arik Ticlak Langsung dcngan
:

"Brazilian Test" diambil harga sekitar Y,a dari hasil test adalah
d,)
harga T,,-nya. Hasil Kckuatan Gcscr (S,) disini akan didupat qr:25, tan (45' + (4.s)
2
lebih be,yar dari husil yang sebanornv-o \anS rncrupakan garis
singgung lengkung yang menghubungkan antara hasil tcst dengan
"Brazilian-Test" clan hasil test dengan "Unconfined-Test" seperti
tampak pada Carnbar 4.10. (Kelebihan tcrscbut ditunjukkan dalanr
bidang yang diarsir). Scdang penggarnbaran tcrhadap berbagli
macam tcst termasuk garis singgLrng lengkLrrrgnya sccill'll t,ntl)r r\
tcrscbut dapat dilihat pacla ganrbur,l.l l.
i.
l. Seperti pada soal di BAB 3. no.2 diatas, maka gambarlah
grafik hubungan arfiara tegangan dan regangan (termasuk
regangan axial maupun regangan lateral-nya)
) Berapakah perkiraan harga "Brittle to Ductile"-nya pada
soalno 2 diatas ? Beri komentar anda dari hasil tersebut.
3. Suatu test dengan alat Triaxial terhadap Sandstone
memberikan hasil sbb.:

Test
o3 (MPa) oI (MPa)

I 1.0 9.2

2 s.0 28.0

-) 9.5 48.7
Gambar 4.11. : Hubungan beberapa ma€am test dengan criteria
1 15.0 74.0
keruntuhan secara empiris dengan lingkaran Mohr terhadap :
(A).Direct Tension Test (dapat diambil %Bl, lBl.Brazilian Test,
(C). Unconfined Compression Test, (D).Traxial Compression Test. Tentnkan harga Si & Q dari data tersebut
4. Suatu hasil test dengan triaxial pada batuan mendapatkan
harga Si : 1.0 Mpa dan harga (p : 35" , Hitung harga
Unconfined Compresive Strength-nya dan estimasi harga
kekuatan tarik nya (Tensile Strength).

Bagaimana cara cara untuk menaikan harga Tekanan


Samping (Corifining Pressure) dilapangan? Dan
baga i mana cara perhitu nganny a ?
BAB 5. : KLASIFIKASI &
KEKUATAN GESER MASSA
BATUAN

Klasifikasi mauplrn kekuatan pada batuan yang


sesungguhnya dilapangan adalah merupakan kondisi batuan yang
dipandang secara massa (rock moss) yaitu secara keseluruhan
termasuk adanya retakan-retakan maupun patahan-patahan pada
batuan tersebut. Sedang pemberian klasifikasi maupun kekuatan
yang didapat dari hasil test dilaboratorium adalah hasil test
terhadap batuan yang utuh (intac,t rock) dan dalam ukuran yang
relatif sangat kecil dibanding dengan massa batuan dilapangan
yang diperkirakan hanya sebesar 1o/o nya saja dari massa batuan
tcrscbut.

Menentukan kekuatan dari rnassa batuan dilapangan


untuk mendapatkan harga kiteria keruntuhannya dengan sistem
lcst scperti halnya test dilaboratorium adalah sangat tidak praktis.
( )lch karcna itu kekr-ratan batuan secara massa ini harus
dapat
tlillkLrkan cle ngan menggunakan estimasi dari hasil test
rlilirbrrrirtorir::nt pudu buttrun utuh (intact) dan dari hasil observasi
.qt,ttlo.qi tlilttlttrtrgttrt. Estirnasi ini tclah dilakukan secara teoritis
olclr I lock & llrorvn ( l9ttO) yang diclasarkan pula oleh model studi
tLrri lllou'n (I970). Latlarryi & Archambault (1970) serta
rnr'rrrqrllrnlrlitrrr tlltlir lickrurtirn ltatrurrr ysltg ada untuk

i * at&gn lHffi-
perlemahan akibat adanya "transverse joint". Batuan
menlaelnbangkan kritcria l<eruntuhar.! secara empiris pada massa
semacam ini sering mengalami keadaan terlepas dan
batuan yanu mcntiliki retakarr-r'etakan.
kcmudian jatuh dari langit-langit tunel (discb ut Spalling)
Aplikasi plaktis clari penggunaan kriteria keruntuhan Moderatly Jointecl Roc:k : batuan ini memiliki joint dan
sccara ernpiris lcrhirdap l-nassil batr.ran telah dicobakan pada retak retak halus, akan tetapi blok-blok antar jointnya
bebcrapa proyek dan mcnunjukkan adanya kondisi yang dapat adalah menyatu secara lokal dan mengunci satu sama lain
diterima dengan baik. Nanlun pada treberapa pcrcobaan pada tunel sehingga pada dinding tunel tidak dibutuhkan penahan
rnenunjukkan bahwa harga estimasi kcruntuhannya ternyata masih diarah latcral. Batuan sistem ini dapat tcrjadi Spalting
sangat rendah atau dapat clikatakan rnasih tcrlalu aman. Sehingga maupun Popping (pclepasan batuan secara tiba tiba dan
pada beberapa pekerjaan atau proyek , kriteria keruntuhan ini membahayakan dari atap maupun dinding tuncl).
kemudian dilakukan perbaikan-pcrbaikan oleh Hock-Brown. Blocky und Seamy Rock : batuan semacaill ini memiliki
kondisi utuh (intact) secara kirniawi atau memiliki
kondisi utuh yang terdiri dari frakmcn frakmen yang
terpisahkan satu sama lain namun saling mengunci dan
mcnyatu. Pada batuan semacam ini dibutuhkan penahan
pcnahan diarah lateral pada dinding tuncl.
Crushecl hut Chemiculllt Intoct Roc:k : batuan semacam
ini terdiri atas frakmen yang halus sepcrti pasir halus dan
tidak mengalan-ri proses cerncntasi ulang, dan tcrletak
dibawah muka air akan rnenunjr-rkkan perilakLr pasir
dcngan korrdisi rncncair.
Ret-erensi yang paling awal untuk menentukan Squeezing Roc'k : yaitu tcrjadinya batuan yang tckanan
Klasil'ikasi pada Massa Batuan adalah dari 'ferzaghi (1946) yang secara perlahan lahan sepcrti pada saat pembuatan lubang
digunakan pada suatu perencanaan penyangga tunel. Tidak secara tunel tanpa menunjukkan adanya peningkatan pada
jelas didiskusikan dalam perencanaan tersebut mengenai volumenya. Syarat utama terjadinya tekanan peras
klasifikasi yang digunakan. Terzaghi rnenggarnbarkan perlunya sehingga air keluar (squeezing) adalah tingginya
perhatian pada silht-silat ktrrakteristik yang tnendominasi massa persentase partikel mikroskopis dari mineral mica
batuan khususnya pada titik-titik yang menerima gaya dorong (micaceous) pada mineral lempung (clay) dengan
akibat gravit.isi. Pcrijclasati i.ieiijelarsan dan definisi scrta kapasitas mengembang (swelling) yang rcndah.
kornentar praktis mengcttai infbrmasi geology massa batuan Sv,elling Roc:k : yaitu terjadinya suatu ekspansi atau
adalah suatu contoh yang baik cian sangat bermanfaat untuk tnengcmbangnya batuan pada saat penggalian dalam
digunakan dalam perencanaan. pernbuatan tr"urel misalnya. Kemampuan mengembang
clari batuan yang mengandung mineral clay
Diskripsi'l'erzaghi nrcngenai massa batuan yang diambil (rrur-rtmorillonitc) semacam ini pada umumnya terbatas.
langsung dari tulisannya acltrlah scbagai berikr-rt :

.t Intut'! RLtL'k : batuan ini tanpa ada .ioint tnaupun rctak-


rc'tak rnikro
* Strutilicd lkx'li: balttittt iltr nrclnililii stritlil (lrt;'risrtrt) Yirrrg
intlivitltral rluurirrr scrliliil rllrrr lrtn;.llt tlitPltl lt't lrt'lrrlt ;tttl:tnt
lieglllr strlrlli l('l\('l)tll Slt:tllt l('l\('l)lll ltolt'lt tttcttt'rrl,rtttt

hiji#ffi4a,**&u$*&, $,r l$Atl lflKASI & N


Rock Quality Designation Itttler atau clisingkat RQI) T - :C .-,-
adalah suatu cara tttttltk Mevtt:ntrtkun Kwalilu,s Buluqrt dari hasil
pcnyeliclikan dilapangan. RQD ini rlil'lcrllbattgl<an olcil [)ccrr:
(Decre et al 1967) yang bcrtr.tjr.tatl Llllti.lk lncllgcstitnasi c1r-ralitas Contoh :

dari lnussa batttan yang iliarrrbil dari ltlrsil pcngcboran illti


dilapangan. Harga I{QD ini dilritLrng dalanr satrtan pcrsen ('%), Total panjang untuk bor inti = 200cm
pada hasii pengeboran inti (core) batuall dcngan ntetljrtmlahkan
ukuran potoltgan potrltrgltn sL'pltll-illllg tltininrut.tl l00rlrnl (l' 4- I porcnganbor>l\cm
inchcs) birtrtan trtulr (lntact) rlari salu parr.ialtg hasi I pcngcboran RQo= -'-:------- - xl11oh
inti. Ukuran inti hatuan yaltlt riianrbil rtritrirrtal cliatrctcr 54.7 nlrll Totalpan ja ngbor nt i
atau2.l 5 inch (NW size) clan digttnakall llliita btlr ciengatr tabung pqp
dobcl (doublc tube corc barrcl;. = {(38 + L7 + 2O + 3s ) / 2OO I xIOO% = 55%

Cara pcttgul<ttrau tttattptrtt pcrltitttugan harga RQD irri


dapat dilihat pacla ganrbar 5. I rlibaw'alr.

Dccre ( lc)(r4) rrrcngttsulkalr qtrattl lltlt)tlng;trr antirra [iQ[)


Jcrrr..itt tltr.tlitlrr.l,tri ltt.r"'r; L.il:t i : ,.;'.':li ;':,1'r l.ih"'l < l l'''t'il'r'l
:

'I'ahcl 5"1 l- D::..::r rre:,1:


:
W--
- L=r,l
RQD (%) Rock Quality :.iar leftri'el1,
1
I
-- 25 l Vcry poor
I Gambar 5.1. : Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga ReD
2-5 '.:- 51; tr)o<lr
(menurut Deere, 1989)

50<75 ['air

7-5 < 90 Goocl

g0< t00 Irxcellent

Ilrrck Mass ltating disingkat dengan RMR adalah salah


s;rlu syslcrr rurltrk rncncntukan klasifikasi dari suatu massa batuan
:tlrttt tlisclrttl l)t't'uitt/ llltt,t,str lJulrrurr yanu clibawa oleh Bieniawski
1lt)'-(t) rl;rrr I'lrrllrng l<ltllrng rliscbtrt lrtrlu tlcngan (lcomcchanics
('l:rssilit':rliolr

rlaslflt{,As&
Klasifikasi ini tclah tnengalami boberapa kali pertrbahan CONTOH PENGGUNAAN TABEL 5.2
pacla harga derajatnya (ratingnya) sc.iak ditcrbitkan pada th 1976
Penggunaan Tabel 5.2 dapat diberikan contoh sebagai berikut.:
olch tlicniarvsl<i dan yang tcrakhir tncngalatrli pcrtrhahan adalah
i,crsi th.l9t{9 clan clisini akan dibau,akatr versi I}icniawski yang Suatu tunel yang akan digali menembus lapisan batuan
terakhrr. granit yang terlapuk dan memiliki'Joint set,, (seperangkat
lapisan-lapisan) yang dominan dan dengan kemiringan
System I{MR clalant tttclaktrkan klasitlkasi tcrhaclap (dipping) 60o berlawanan terhadap arah galian. Harga
rnassl batrlitn dikcr.iahan clcngltlt tnetrggttnakilll cllillll ((r) t'nacltl.t "point Load Strength" index adalah 8 Mpa dan rata rata
paranretcr yaittr :
harga RQD nya 70o/o. Keadaan Joint- (hubungan antara
l. Uniaxial CotnprcssiVc Strettgth (Lr('S) (Kcl<untan J'ckan lapisan) nya adalah sedikit kasar (slightly-rough) dan
Axial dari material batuan r"rttrh) sedikit terlapuk (slightly-weathered) serta jarak
Rock Quality Dcsignitiorr (RQD) (Pcttcntr-tan Kwalitas terpisahnyajoint < I mm sedangjarak antarjoint (spaced)
2.
Batuan)
300 mm. Kondisi tunelnya diantisipasi dalam keadaan
basah.
3. Spacing finrak antara dLra diskontinuitzts)
1. Discontinuity C'onclition (kolrdisi clari diskontinr'ritas)
Harga RMR nya dapat ditentukan pada Tabel
5. Konclisi dari (irouuclwater (kondisi air tanah pada batuan)
bcrikut :
6. Orii:ntation (oriclrtasi.) dari tliskotttinuiiirs
[)ul1rn grcuggllkap sistcln klasifikasi itli. nlassa batuatl Hasil Perhitungan terhadap total rating
clilaparrgun clihagi rlalirlrr tltret'rrh tluct'th slrulttrrtul (structttral
rcgions) ditttattlt llrcllt sclilp rlrtcrlth strr,ttrrral irri diklasillkasikan Tabel ltem Nilai/ kondisi Rating
..-i,,r. sen<liri scnrlir i. []atas tlilr'i sctiirp ilacrith strttktttral pada
rult.lllllltvll cligrrrlrkarr farrdlt litntla strttktttral gcologis yang 5.2. : A.l. Point Load Index 8 MPa t2
ltcgyulok sepcrti aclauya ltataltan pataltan tltall pcrttbahan
lapisan/tipe btrtrran dan lail'l lain. I)alam hal tertcntu dan dianggap 5.2.: A.2. RQD 70% l3
perltt, sepcrli aclanya perubahan yang spcsilik pada
iliskontinrritasnya. clapal digunakan pcnrbagiarr clacrah struktural 5.2. :A.3. Jarak antara dua 300mm l0
yang lchih kecil schagai suhhagian dari tlaerah struktural yang diskontinuitas
5.2. : E.4. Catatan 1 22
lcbih hcsar.
Kondisi dari
5.2. : A.5. Basah (wet)
Sislcrn I{MI{ irri secrira sketnatis dapat dilihat sepcrti diskontinuitas 7
pacla Tabel 5.2 yang mcnunjukkun nilai dari rllasing masing rating
-5.2. : B Air tanah pada batuan Catatan2 -5
icrhadap keenanr paratneter diatas. Pacla parameter ke enam yaitu
mcngcnai orientasi pada diskontinuitas dijelaskan pada tabel 5.2
Orientasi dari
bagian B & F schagai efck dari adanya diskonlinr-ritas.
clikontinuitas

Total 59
"Iabel 5.2. :Nilai rating pada systenr RMR (dari Bicniawski 1989) Tabel 5.2. (Lanjutan)

Aliran air yg
(A) KLASIF KASI, ARAMETER & NILAI RATING BATUAN masuk per l0
None <10 l0 - 25 ,< _ 125 >l 25
m panjang
tunel (l/mnt)
PARAMETER RENTANG HARGA DARI PARAMETER-NYA
I Air (Tek. Air pd
_t
Pd harga ini 5l ta-
Point
load tr# -,{ Ml'a
t-2 digunakan I nah ioint) /(o
Kekuatan
strength
> lo MPa
I 2
MPa
hasil UCS Major Princp 0 <0.1 0.1 - 0.2 0.2 - 0.s >0.5
i ntlc x
material )
batuan
I uttrh [Jniaxial Kondisi Sangat Air
c()mp.str I 00- 50- 100 25*50 lcmbah basah Air mcngalir
(intact) >250MPa MPa a umum kering mcnetcs
cngth 250MPa MPa rn
d
(UCS)
RATING l5 l0 7 4 0
RATING l5 t2 7 4 2 I 0

25. - <25"/"
15"1' - 90nh 50"1' - 75"h
RQD (dari hor inti) 90ul'-l 00Yn Sllo
( B) PENYESUAIAN NILAT RATING UNTUK SISTEM
2
I ORIENTASI DARI DISKONTINUITAS (rihat juga butir F)
t7 l3 3
RATINC 20
) lihat juga gmb 5.2
60-200
Jarak antar >2 N{ 0.6-2N,l
200-600 <600 mm
diskontinuitas
mnl mm Sangat Tidak I Sangar
3 meng- Meng- meng- I tidak
20 l5 l0 8 5 untung untung untung | .*rgun-
RA'IING Orientasi thd Sedang
Strike & Dip
kan kan kan tunSkan
#Permuk
(Fair) I
#Pcrmukaa
n sangat
#Permuka #Permuka
aan rata
& licin
(Very
Favour
(Favou
rable)
(Un- I
favour I Unlavou
tv..v
kasar. #Luhang yg
an scdikit an sedikit
#Atau lunak > Smnt
able) able) | rabte)
kasar kasar
#'I'idak ber-
Kondisi dari menerus lubang < Tunel &
#Belahan #Atau 0 -2
diskontinuitas #Belahan 5mm tambang -5 -10 t2
<lmm <lmm terbelah > 5
#Tidak mm ITAT
(lihat juga butir E) terbelah #Atau
ING Pondasi
4 #Dinding #Dinding terbelah
#Mcnerus
0 -2 -7 -15 _r(
sedikit sangat l-5mm
#Diding lapuk lapuk
hatu tidak Talud 0 -5 -25 -25
terlapu k #Meneru
s

30 25 2ll 0 0
RATINC
Tabel 5.2. (Laniutan)
Tabel 5.2. (Lanjutan)

(C) KELAS MASSA BATUAN DITENTUKAN DARI (E) POTUNJUK UNTUK KLASIFTKASI DARI KONDISI
TOTAL RATING

Rating
100 € 80€61
60€ 40€ <21 <lm l-3m
8l 4l 2t Panjang 3-10m 10 - 20m > 20m
Diskonti-
Nn. Kelas I II TII TV v nuitas'

Very Very Rating 6 4 2 I 0


Good Fair Poor
poor
Diskripsi good
rock rock rock
rock rock Belahan None 0.1 - 1-
(bukaan) 0.1mm 1mm 5mm 5m
m
Rating
6 4
(D) PENGERTIAN MN.NGENAI KXLAS BATUAN 5
1

0
No. Kelas I II III TV v
Kekasa- Sangat Kasar Sedikit Halus Licin
Rata-rata ran kasar kasar
lama I 30
waktu
20 th Ith minggu
10jam
menit
untuk untuk untuk 5 I 0
untuk untuk untuk
bentang bentang bentang Rating 6 3
tetap bentang bentang
l5m 10m
5m
2.5m
1m
berdiri Isian Isian
None Isian Isian Isian
tgak (rongga) keras keas lunak lunak
<5mm >5mm <5mm >5mm
Cohesi Rating
dari massa 300 - 200 - 100 -
>400 < 100 6 4 2 2 0
ba- tuan 400 300 200
(kPa) Pelapu- Tidak Sedikit Setengah Sangat Terurai
kan lapuk lapuk lapuk lapuk
Sudut
geser dari 3
massa >45 35-4s 25-35 15-25 <15 0
batuan llating 6 5 I

(")
Tabel5.2. (Lanjutan)) Lihat juga gmb.5.2.

O) EFE'K ORIENTASI DISKONTINUITAS UNTUK Arah galian searah Dip (Drive with Dip)
STRIKE & DIP PADA TUNEL

Strike tegak lurus dengail sumbu Strike sejajar dengan


tunel sumbu tunel

Arah galian
Arah galian
searah dengan Dip 20" -
searah dengan dip Dip 45o - 90o Arah galian melawan Dip (Drive agains Dip)
dip 45"
Dip 45o - 90o
Dip 20o - 45o

Sangat
Sangat Menguntung-
menguntung- Sedang
menguntungkan kan
kan Arah Dippine

Arah galian Arah galian Dip 0o - 20o


melawan dip melawan dip
Dilakukan pemeriksaan
Dip 45" - 90o Dip 20" - 45o pada strike

Tidak
Sedang menguntung- Sedang
kan Gambar 5.2. Penjelasan dengan gambar untuk Tabel 5.2.

Catatan I : Untuk kondisi Sedikit Kasar (slightly rough) pada


diskor,tinuitas nya dan permukaannya tcrpisah < I mr-r'r pada Table
5.2.A.4 rnenunjukkan nilai rating 25. Namun apabila tersedia
" irrfbrrnasi yang lebih detil, Table 5.2. E dapat digunakan untuk
rurcndapatkan rating yang lebih teliti. Maka dalam hal ini rating
nya dapat digunakan penjumlahan dari : 4 (panjang dari
tliskontinuitas 1-3 m),4 (arak terpisahnya joint 0.1 1.0 mm),3
(sligtly rough), 6 (tidak ada isian pada joint "no infilling") dan 5
(slightly wcathcrccl) : 22

('ul:rlun 2 : 'llbcl 5.2. lr. rncntbcrikan harga diskripsi Sedang


(l:rir ) rrrrlrrl. liontlisi ltrncl -vlr)g diglrli rnclawan kcmiringan
(dipping) dari joint set sebesar 60o. Dengan menggunakan Tabel 5.3. : Manual galian & penyangga pada tunel batuan
diskripsi untuk tunel pada Tabcl 5.2. B mcmberikan harga rating dengan bentang 10 m menggunakan sistem RMR (dari
-5 :Bieniawski 1989).

PEMASANG.,AN
KLA9IFl
Bieniawski ( I 989), mencrbitkan pula petunjuk untuk . KASI
PEN6GAUAN
BAUT PADA
SltoT
EATUAN
pelaksanaan pada tunel batuan apabila telah diketahui harga dari MASSA
l62omm,
CRETE
BATUAN
RMR-nya. Petunjuk pelaksanaan tersebut seperti tampak pada digrouting penuh )
Tabel 5.3. dibawah ini. Petunjuk pada Tabel 5'3. ini hanya untuk l. Very # Seluruh bidang digali Secara umum tidak dibutuhkan system penyangga
good penuh sampai
penggunaan jarak bcntang tLrnel 10 mcter dcngan bentuk tunel nya kecuali pada titik titik pembautan.
rock permukaan lantai
adalah tapal kuda, dan dilaksanakan dengan menggunakan RMR 81 - # Digali maju setiap
pengeboran serta pcledakan, pada suatu Massa Batuan yang 100 3m
merniliki tegangan vcrtikal < 25 Mpa (tegangan ini kira-kira
ll. Good # Seluruh bidang digali
equivalen dengan kedalaman dengan pcrmukaan tanah < 900 m).
# Secara local, Tebal 50mm Tidak
rock penuh sampai dipasang baut pada la ngit dibutuhkan
RMR 51 . permukaan lantai panjang 3.m pada langit leng -
80 galian langit langit kung apabila
# Digali maju setiap 1 lengkung (crown) dibutuh ka n
CONTOH PENGGUNAAN TABEL 5.3 -1.5m pd setiap jarak
# penyangga penuh 2.5m
setelah mencapai
Dengan menggunakan contoh penggunaan Tabel 5.2 ketinggian 20 m dari Dapat pula
diatas dimana harga RMR nya 59, maka pada muka galian dipasang jaring
penggunan Tabel 5.3. untuk tunnel dianjurkan agar kawat (wiremesh)
lll. Fair #Penggalian pd
digunakan sistem penggalian dengan dimulai dari puncak rock puncak tunnel dan
#Pemassangan baut Tebal 50 - 100 Tidak
secara sistematis mm di langit- dibutuhkan
dan setahap demi setahap ('lop heading & bench") dan RMR 41 - setahap demi setahap dengan panl'ang 4
penggalian dilakukan pada setiap jarak 1.5 * 3 m juga
angit dan
50 #digali maju setiap 1.5 m dan jarak 1.5 - 2 untuk
dimulai dari puncak tunel. Penyangga harus tetap dipasang -3mdimulai dari m.didaerah langit dindingnya 30
pu nca k langit lengkung dan mm
pada setiap selesai peledakan sedang penyangga utama # Diberi penyangga pd dinding serta jaring
harus dipasang pada setiap mencapai kedalaman setiap selesai ledakan kawat pada langit
rnaximum 10 m dari dasar galian. Sistem pemassangan #Penyangga sudah la ngit.
harus komplit setelah
baut pada dinding batuan (rock-bolting) direkomendasikan mencapai tinggi galian
untuk digunakan panjang 4 m dengan diameter 20 mm dan 10 m.
digrouting sedangjarak antara baut untuk langit langit dan lV. Poor #Penggalian pd #Pemassangan baut Tebal 1-00 - Apabila
dinding 1.5 - 2.0 m. Untuk pemassangan shotcrete (beton rock puncak tunnel dan secara sistematis 150 mm di dibutuhkan
RMR 21- setahap demi setahap dengan panjang 4 - langit langit
semprot) dengan wire-mesh (aringan kawat) pada langit 40 fdigali maju setiap 1.0 5 m dan jarak 1.0
dapat dipasang
- dan untuk tulangan rib
langit digunakan' ketebalan 50-100 mm sedang untuk - 1.5 m dimulai dari 1".5m.didaerah dindingnya ringan sampai
dindingnya digunakan ketebalan 30 mm. pu nca k langit langit 100 mm medium
fl Diberi penyangga lengkung dan dengan jarak
bersarnaan pd setiap dinding serta 1.5 m
:t'lcs,ri galian dipasang jaring
llt)r'ny.rrr1i11a sudah kawat
It,rt rt,, pcnrrlt p,rri,r
',r,lr.rl) l[)[llt I0 tll.
Membuat alur alur #Pemassa ngan baut Tebal 150 - Apabila kernudian disebLrt dengan Geological Strength Index (disingkat
galian yang saling secara sistematis 200 mm di dlbutuhkan
menyambung dengan dengan panjang 5 langit langit dapat dipasang
GSI) (Hoek, Kaiser and Bavvden 1995, Hoek 1995, Hoek and
jarak 0.5 - 1".5 m 6 m dan jarak 1.0 - dan untuk tulangan rib Brown 1997).
dimulai dari puncak. 1.5 m.didaerah di ndi ng nya medium sampai
# Diberi penyangga langit langit 150 mm. Dan berat dengan Pada bab ini ditunjukkankan mengenai kriteria yang
bersamaan pd setiap lengkung dan 50mm untuk jarak 0.75 m
paling akhir dari Hoek- Brown yang telah dihasilkan dari keadaan
selesai galian di ndi ng serta permu kaan
# Shotcrete langsung dipasang jaring la ntai praktis dilapangan dan kriteria ini merupakan hasil yang paling
dipasang segera kawat. sesuai apabila akan digunakan sebagai input untuk melakukan
setelah selesainya analisa terhadap bcrbagai macam teknik mekanika batuan pada
pel edaka n.
saat ini.

( Besaran harga GSI. Ini dapat dilihat pada tabel 5.5 )

Kritcria kcruntuhan dari Hoek-Brown yang asli setelah


mcngalami rnodifikasi rnenjadi kriteria yang ter-gcneralisasi
Karakteristik dari suatu Massa Batuan harus dapat
rrenjadi bentuk umum yang diterbitkan dalam bukr-rnya Hoek,
dianalisa untuk rnelakukan estimasi mengenai Kekuatan nya
Kaiser dan Bawden (1995) sebagai be.rikut
(Strength) maupun Defbnr"rasi nya (Defbrmation). Hal tersebut :

sangat penting untuk digunakan sebagai pegangan dalam


perencanaan bangunan pada batuan seperti Perencanaan Talud, (
6). )'
Pontlasi, maupun galian didalarn tanah scperti Tunnel. [loek dan Ot= 6,+ O,l //lo-+ s (5. 1)
Brown (1980) nlengusulkan suatLl metoda untuk mengestimasi (o,) I

kekuatan dari Massa Batuan yang melniliki kekar-kekar dengan


didasarkan atas penilaian dari saling menglrncinya (interlocking) Dimana harga
antar blok-blok batr.ran serta kondisi dari permukaan antar blok-
6, dan 6., adalah harga rraximum dan
nrinimum tegangan efe ktif prinsipal pada saat rncngalarni
blok tersebut. Mctoda GSI ini dibuat setelah Metode RMR dari
Bieniawski 1976. kcrtrntuhan, /11r, adalah nilai konstan dari Hoek-Brown untuk
nrirssa batuan, harga s dan q. adalah konstante yang tergantung
Metode Hoek & Brown dengan GSI nya ini telah
mengalami modifikasi selama beberapa tahun karena dibutuhkan lxrrla karaktcristik rnassa batuan, O, adalah harga Uniaxial
kesesuaian dengan kepentingan pengguna di lapangan yang ('orn1'rrcssivc Strcngth (UCS) pada batuan utuh (intact).
merupakan hal hal yang belum dimasukkan dalam metode yang
asli (Hoek 1983, Hoek dan Brown 1988). Aplikasi dengan metoda [rirtrrat.r (intact-rock) harga " dan yX,,
tersebut untuk menentukan kwalitas dari massa battran yang
sangat jelek (very poor cluality rocl<) tlilakukan clcltgan hilnylrk nt 5. I rlapat scbagai bcrikut :

kali pcrubahatt-pcrtthahall tlllltlk llcttycsttltilttlllyll (lloeli. \\/ootl


Itntl Slrah l99l) tllttt ltliltil'rlvl. tlitllrllltllilrrl sttrtltt lrrr',rl \illl1'
pl1.'ltl):ll\l1l," l)1'ttl,('t)ll)111,':1t I'ltrsilrl'lrsr lll;l\".1 lr.tltt,ttt \,llll'
Untuk harga GSI < 25 (Undisturbed Rock Masses)
( ..'..)L
o),= o), + o,l //1,- + | (5.2) s:0 (56)
Io.) |

Untuk rlassa batuan dengan qualitas yang bagus dan


a: 0.65 * GSV200 (s.7)
dapat diterima dimana kondisi antar butirnya rclalif terikat kuat Dimana GSI adalah harga Ceoktgicctl Str.ertgth Inclex
(tight interlocking), harga konstante " u" nya adalah sama dcngan
0.5. Untuk qualitas rrlassa batuan yang ielck,modifikasi kriteria Tabel 5.4. : Nilai konstante yy1 untuk batuan utuh (intact
dari Hoek-Brown ini lebih dapat digunakan yaitu dengan
rncngambil harga s:0. rock)

Harga konstante /7li dapat ditentukan dengan Rock


Class Group
Texture
type
menggunakan test triaxial pada batuan utuh (intact), namun Course Medium Fine Very Fine
apabila hasil-hasil tcst dcngan triaxial ini tidak terscdia, dapat Conglo Sandstone Siltstone Claystone
digunakan data tabel yang dibuat oleh Hock, Kaiser dan Bawden merate
19 9 4
(1995) seperti tcrlihat pada Tabel 5.4. dibawah ini.
Clastic l22l

Unttrk mengestimasi harga dari paramelcr e------------- Greywacke-----------)


mt,, .r' , dat.t

o , <lapat cligunakan hubungatl yang diusulkan olch llock, Kaiser (18)

dan Bawden ( 1995) sebagai bcrikut : €--------------- Chalk --------)


d.
7
Untuk harga GSI > 25 (Undisturbed Rock Masses) F Organic
zu e--------------- Coal
(;5/*1 00 --------)
E
//ln: /71,€
--.
rx
-
(s.l) o
u (8 - 21)
rn

Non- Breccia Sparitic Micritic


Clastic Carbon Limestone Lime-
(20)
ate stone
RMR-t99 (10)
s=e e (s.4) 8

Gypstone Anhydri-
Chemi- re
cal 16
a:0.5 (ss) 13

o Hornfelds
>U
<I Marbel Quartzit
Fo-
UE Non Fr riiated (le) e
E 9
24
Migma- Mylonite
Amphibolite
Slightly Foliated tite 5
31 (61
(30)
Kondisi dari suatu massa batuan yang dapat diaplikasin
Gneiss Schists Phyllites Slate dengan kriteria keruntuhan Hoek-Brown secara garis besar telah
Foliated*) digambarkan oleh Hoek,Kaiser dan Bawden (1995) sepertitampak
33 (10) (10) 9
Granite Ryolite Obsidian pada Gambar 5.3 dibawah ini. Dengan catatan bahwa kriteria
33 (16) (1s) tersebut hanya khusus digunakan pada batuan utuh (intact rock)
atau pada massa batuan yang memiliki sangat banyak retakan
Granod Dacite (heavily jointed rock) dan dapat dikatakan masih homogen dan
(17)
Light iorite isotropik. Apabila dalam hal massa batuan memiliki satu
(30)
diskontinuitas atau memiliki satu joint set, maka kriteria dari
Andesite kekuatan geser darijoint-nya yang digunakan sebagai pengganti.
Diorite
vl (28) 19
l Dengan demikian, maka tidak ada suatu petunjuk yang
o
r
z Gabbro Dolerite Basalt pasti apabila akan menggunakan kriteria keruntuhan dari Hoek-
I Dark
27 (1e) (17) Brown ini. Harus digunakan pula dasar pcrtimbangan mengenai
antara lain : potensial anisotropi dari massa batuan, ukuran dari
Norite blok batuan yang dikaitkan dengan ukuran dari rencana galian, dan
22
model kerr.mtuhan dari batuannya sendiri.
Agglom
Breccia Tuff
Extrusive erate
pyroclastic type (18) ( 1s)
(20)

Catatan :# Nilaidalamtanda kurung adalah cstitnasi


*) Nilai disini adalah nrlai untuk harga test pada contoh batuan
utuh yang ltorntal dcngan tbliasi. Sedang rilat ry akan sangat
berbeda apabila tcrjadi keruutuhatt pada loliasi tcrsebut.
Dalam penggunaannya secara praktis, maka Hoek cs
Batuan utuh (intact)
(1995) telah menyederhanakan harga harga dari konstantenya
digunakan rumus 5.2.
untuk memudahkan dalam penggunaannya. Penyederhanaan ini
juga diberikan pada sistem struktur dari massa batuan akibat dari
adanya diskontinuitasnya, serta juga sistem kondisi pcrmukaan

Satu kelompok retak (single ioint


dari diskontinuitasnya. Harga harga dari konstante meliputi ru,
set). Digunakan criteria kekuatan //li
geser pada joint nya
s, a, modulus deformasi f,,, dan Poisson ratio v, yang
dijabarkan dari perumusan yang telah ada. Hasil dari
penyederhanaan ini dapat dilihat pada tabel 5.5.

Jadi apabila diketahui struktur dari suatu massa batuan,


Massa batuan dengan dua
kelompok retak (two ioint set) dan dapat pula ditentukan kondisi dari permukaan
dpt digunakan criteria dengan diskontinuitasnya, maka dapat diperkirakan harga-harga dari
sangat hati hati
konstantc Hoek-Brownnya dan sekaligus pula cstinTasi dari harga
GSI-nya. Dengan menggunakan perumusan dari Hock-Brown,
rnaka dapat pula diperhitungkan besaran dari Major principle
stress-nya apabila diketahui harga dari Minor principle stress-nya
dan demikian pula setraliknya. Dengan diketahuinya harga dari
Massa batuan dgn kelompok Minor & Major Principle stress-nya, rnaka dapat pula digambarkan
retak Uoint set)yg banyak
Digunakan rumus (5.!.) lingkaran Mohr-nya dan selanjutnya dapat dicariharga Kohesi (C)
dan Sudut Geser-nya (O).

Hasil dari perhitungan dengan Tabel 5.5. ini perlu pula


dikoreksi dengan grafis pada Gambar 5.4. untuk mencari harga
Kohesi dan Sudut Geser Dalam pada Massa Batuan.
Massa batuan dgn kelomPok
retak (joint set) yg sangat banyak
Digunakan rumus (5.1)

Gambar 5.3. : Kondisi massa batuan dimana criteria keruntuhan dari


Hoek-Brown dapat digunakan. (dari Hoek, Kaiser dan Bawden , 1995 )
5.5. Estimasi dari konstante Hoek-Brown yang telah
TABEL
digeneralisasi untuk Massa Batuan dengan Undisturbed Rock (dari
Hoek, Kaiser dan Bawden , 1995) Kriteria keruntuhan dengan menggunakan para meter
Mohr-Coulomb sangat sering digunakan terutama pada program
GSNEFALISED HOEK.BROWN CRITERThI
s program komputer, dimana harga kekuatan geser dari massa
-o
AE E batuan digunakan harga Cohesi (c') dan harga Sudut Geser Dalam
o,'=or'*6. E E
o
'P
f;3
a
a
o (O'). Hubungan linier antara mayor dan minor prinsipal stres ( ol'
[-,*.,),
a
o
I to !
6C
E'E
(!
L
f
& o3') dari kritcria Mohr-Coulomb adalah:
E a o 3E a
U
a c E
dt'= rnaid principal6tl6ctive strcss at tailure
z
a
D .:o 6
E
EE
9r
e
9o
6i = minor princDal ofiective str€as at [ailu]6 It c
o
!i
2
tC t8 ac
=o
01=O,,n+kO, (s8)
oc = uniaxial compressiv€ sfeoqih ol rrrlacl zo E
6 Eo I 3E
>B
tE
EE
ph:as of roct o
() c I a
3
a
E .tsg FF
l! OJ > ECa
Dimana adalah kuat tekan uniaxial (uniaxial
mD, s and a al€ @nstants sfii$ d€pend on
tha coryrpcition, srl.rturo ard sr.face
o
8s c
.9 *E 5sE
EEE oEo
O,,,
L
(r oe e. /r
conditlrns ol tll€ rock rnass
)
o d>.
o"if, --a
5t ETE -cc
>on
compressive strengtl,) dari massa batuan scdang merupakan
a9E
(Jo= c 8"t
zEk " ESq
STBI'CTURE
E9 c,0( - ,'it, - P# E-E >.,- harga dari garis lurus miring yang diclapat dari nilai 6), dun 61..
Harga dari c' & A' dapat dihitung dari persamaan :
m./m, 0.60 o.zO o.fr 0.16 0.@
BLOCKY -very ry€ll htorbded s 0.190 0.0@ 0.015 0.0G3 0.mo.l
undsturt€d rod( mass co.lsisting a 0.5 0.5 0.5 0.5 o.5
of cutical Hoc*s lonn€d by lh.o€ E. 75,Oo()
o.2
40,mo
o.2
20,o(x,
0.25
9,0m
0.25
3,0@
o.25
Sin O' (s9)
orltrcgonat dsconlinuity s€ls 85 75 62 48 34
GS'

'' .. m"/ m. o.40 o.29 0.16 0.1r 0.07


, 1.,' VERY BLocKY-intetucted, partiatly
0.064 0.021 0.ur3 o.00r 0
dishrrbcd roc* moss with s
. 0.5 0.5 0.5 0.5 0.53
1.\
"
.r'ri"r''
muttitaooted amular blods torn€d
by lour or mom discontinuity sots
a
E. 40,000
o.2
24,fl)o
0.25
9,000
0.25
5,mo
o.25
2,sfi)
0.3 C,:
O"n,(l- sin /') (s.10.)
75 65 /18 38 25
GS' ZcosQ'

*;- BL@KY/SEAMY-foldodand m,/m, o.21 o.17 o.12 0.0E 0.06 Disini perlu dijelaskan dahulu bahwa rumusan (5.8.)
laulted with many inbrsectng s 0.012 o.o(r o.ml 0 0
o,_/,,'j. dismr6linuitiG lonning angular
a 0.5 0.5 0.5 0.5
3,000
o-55 cliatas tidak ada hubungannya dengan rufilusan dari kriteria Hoek-
E- 18,000 10,0@ 6,000 2,OO0
-.ti|. bbcks 0.?5 0.25 o.25 0.3 o.3 Brown pada (-5.1.). Hal ini yang menyebabkan bahwa penentuan
GS' 60 50 40 30 20
harga dari massa batuan yang telah dievaluasi menjadi lebih rumit.

ty m|/m o.17 0.12 0.08 0.06 0.04 Bcbcrapa peneliti mempercayai bahwa pendekatan yang
i^, I CBUSHEtlpoody htortoc*ed, s 0.00t 0.m1 o 0 0
,l
1.,,,;:f lnryrybrotren roclma6swith a a 0.5 0,5 0.s 0.55 0.60 pirlinr scsuai untuk kriteria dari Hoek-Brown ini adalah yang
i ,-, mixlur€ o, angubr and rounH E. 10,0fi) 6,mo 3,mo 2,000 1,000
.:'',i
Uocks
0.25 0.25 0.3 0.3 0.3 tlil<crrrhlrrrukun olch Dr.l.W. Bray dan dilaporkan oleh Hoek
t*. -_.. 50 N g) 20 ,0
( I ()3.1 ). [ ]nluk nrcnganalisa suatu titik yang yang ingin
GS'

rlipcrhitrurglitrn sc1'lcrti rnisalrrya pacla suatu stabilitas lereng,


Catatan : E adalatr modulus deformasi yang dihitung dalam MP'r st'pt'rli p'ttl'r It'1,.rrrrl,rrrr rrolrrlrl cli'l'tillrylr rlu;lat dipcrhitLrngkan dcngan
rn('lirl\lrl\iln lrntrlislr serlr'r'lltrur. Sctltrrtrl kt'krrtrllrrr tt:\cl Vlng tcljltli
dengan menggunakan harga dari efektif tersebut, maka kemudian
dapat dihitung dengan menggunakan perumusan yang diberikan
oleh Hoek-Brown (1997). Penggunaan pendekatan ini dapat
mengalami kesulitan apabila digunakan program yang ada yang
pada umumnya selalu menggunakan harga c' & O' yang konstan
seclang dalam hal ini justru harga c' & A' ini yang tergantung pada
l-rarga tegangan normal ef-ektifnya.

Setelah dilakukan dcngan banyak "kemungkinan


pendekatan" untuk mcnyelesaikan massalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa penyelesaian yang paling praktis adalah
dcngan mclakukan test ukuran penuh (full-scalc) pada triaxial.
Hasil dari test tersebut kemudian disimulasikan dengan
menggunakan pcrumusan dari Hoek-Brown di (5.1). Kcmudian
dari perumusan (5.8) diatas, ditrapkan pada hasil-hasil test tersebut
dan dianalisa dengan liniar regresi dan kcmudian harga c' & A'
ditentukan dcngan tncnggunakan rumus (5.9) & (5.10). a:,t.)li-rtriti.: l;ttIltrjlat itlr'1.'I i il:l

Dari hasil analisa diatas dan dcngan menggunakan Grafi untuk mendapatkan harga ratio c'l 6,,
pendckatan sccara coba-coba (trial & crror) serta dengan
menggambarkan hasil antara tcst triarial dengan perhitungan pada
massa batuan , maka didapatkan hubungan antara ratio c'I O,i
dan sedut geser dalamnya A' , untuk berbagai kombinasi harga GSI
seperti tcrlihat pada gambar 5.4 diatas. (harga adalah .i
clan ry1 6,
harga Unconfined Con,pressive Strcngth untuk batuan utulVintact) ;:
.11

Craflk pada gambar 5.4. tcrsebut ,dapat digunakan


untuk mcndapatkan harga c' dan A' pacla nmssa batuan, namtln
harus dilakukan secara hati hati dengan catatan pcrlu dikoreksi
kernbali dengan sistern klasifikasi mASSa batuan yang lain seperti
RMR dan lain-lainnya. Hal ini disebabkan karena kriteria
keruntuhan dari Hock-Brown ini didasarkan atas kriteria "Hancur"
(Yield Criterion), sedang analisanya dilakukan dengan tcori
plastisitas. Mengenai hal ini dapat dilihat pula pada Bab perilaktr
"keruntuhan massa batuan kemudian" (scsudah beberapa waktu -
lrr.r rt'tr irlrli!
"post failure")
b. Grafik untuk mendapatkan harga $' (sdt geser dalam)

Gambar 5.4. : Grafik untuk mendapatkan harga cohesi dan sudut Geser Dalam

dengan berbagai harga GSI & m,


Tabel 5.6. : Klasifikasi dari batuan didasarkan atas Modulus
dan kelompok Deformasi Elastisnya

Quasi,elastic very stiff E>8000 N mm-2


Modulus Deformasi ini memiliki pengertian yang sama
dengan ModLrlus elastisitas. Istilah ini dikcmbangkan pada batuan
Semi'elastic stiff ^E=4000-8000Nmm-2
diselbabkan karena defbrmasi pada batuan terjadi terutama
pada medium stiff E=2000-4000Nmm-2
Non-elastic soft E=1000-2000Nmm-2
kekar kekar nya atau pada diskontinuitas-nya. Garafik tegangan
clan regangan pada contoh tanah yang utuh sepcrti pada Garnbar very soft E <1000 N mm-2
+.5.me'nunjukkan bahwa sebelum terjadinya keruntuhan pada
batuan, batuan mcngalami dahulu proses pcnutupan dari retak
rctak dan setelah itu terbentuk retakan retakan baru. Hal ini
rnenyebabkan perlunya istilah modulus yang digunakan adalah 200
Modul,s Def'orr,asi. Penjelasan lebih jauh mengenai Modulus
Dcfbrmasi ini dapat dilihat di Bab 7.3.

Suatu batuan yang lunak dengan kckuatan hancurnya


yang renclah, ccnderung untuk rnemiliki karakteristik grafik
Axiol
stress
1EO
Li f
Quosi-
elost,ic

tcgangan-rcgangan yang ti<1ak liniair dengan membentuk grafik a Nmrn -


_D

(ju,r"rr" akibat clari pcnutupan pori pori dan rctakan-retakannya'


Kernuclian terjadi grafik yang liniair di daerah clastis dan /

l/
100
selanjLrtnya serclah iiu, merupakan daerah plastis yaitu pada saat
mer-,,i"kaii titik keruntuhannya. Harga Modulus E dari batuan
rz. Semi-
seringkali digunakan harga dari garis lurus elastis ini dan sering elostic
pula digunakan sebagai hasil test Modulus dilapangan dan 50
disebut f,ula dengan Motlultrs Delbrmasi. Pada Gambar 5.5 dapat
dilihat grafik ti,ikal tegangan axial dan regangan axial untuk Non-
berbagairnaca'n kelourpok Grafis Elastis Dcfbrmasi batuan sesuai -elosEic
denga"n kekuatan batuannya serta Tabel 5.6 mengenai Klasiflkasi
daribatuan atas dasar Modulus & kelompok Defbrmasi Elastis- . oo5 . 01 ,O15 .
02
nya. Gambar 5.5 dan Tabel 5.6 ini dikeluarkan olch Attewell P.B. Axiol stroin €
&Farmerl.w.dalambuktrrrya..PrinciplesofE,ngineering Gambar 5.5. : Grafis Elastis Tegangan & Regangan untuk berbagai
Geology", l9tt2 hal., 196.
kelompok deformasi batuan
Seratin dan Pereira (1983) mengusulkan suatu hubungan untuk harga RMR > 55 , dan dapat diberikan hubungan sebagai
antara Modulus Deformasi dengan Klasifikasi Massa Batuan dari berikut :
Bieniawski. Hubungan ini didasarkan atas analisa kembali dari
suatu pondasi dam dan ini memberikan hasil yang sesuai terutama
untuk kwalitas batuan yang cukup baik. Akan tetapi, untuk batuan E=2(RMR)-100 (s.12)
yang memiliki kelas kwalitas yang jelek(poor quality), memiliki
harga Modulus Deformasi yang terlalu tinggi' Berdasarkan hasil
Dimana E adalah harga Modulus Deformasi yang
observasi secara praktis dilapangan dan dengan menggunakan
dihitung dari hasil data dilapangan yang berupa kurva antara
analisa kembali pada massa batuan yang jelek, maka diusulkan
Beban dan Deformasi dalam kondisi pembebanan elastis dan
suatu rumusan oleh Seratin & Pereira untuk 6,,-< 100 Mpa deformasi permanen-nya. Harga E diatas dihitung dalam satuan
sebagai berikut : GPa (:103 MPa ). Disamping itu perlu pula diingatkan bahwa
hubungan Rumus (5.12) diatas tidak dapat digunakan untuk
batuan dengan harga RMR < 55. Yang termasuk dengan harga
En,:tmlot=#l (5. 1 r.) tcrsebut dipcrkirakan sepcrti "mudstone", "sandstone", "slatc,,,
"phyl Iite", "quartzite".

Disarnping hubungan antara Modulus Deformasi dengan


Harga Modulus ini akan sangat menurun apabila harga RMR, Bieniawski pada tahun yang sama (1978) jugu
dari 6,. berada jauh dibawah 100 Mpa. Tcrjadinya reduksi dari mcngeluarkan hubungan antara Modulus Deformasi dengan
Frekwcnsi Gelombang Ceser (Shear Wave Frequency) yang
harga modulus ini dapat dijelaskan bahwa pada suatu Massa diberikan pada Massa Batuan yang memberikan hasil seperti pada
Batuan yang cukup bugus defrtrmasi-nya dikenelali oleh gambar 5.7. FreqLrensi dari gelombang geser ini ditlapat dari hasil
diskontinuitas nya, sedang pada Massa Batuan yang ielek test dengan "hummer seismograph" dilapangan dengan jarak
deJbrmasinya dihasilkan dari kontribttsii pecuhan batuan antara hummer dengan resivernya rnencapai 30m. Hasil dari test
utuh/intoct yang diperhitungkan sebagai proses deformasi ini dapat diberikan dalam rul'llllsan sebagai berikut :
menyeluruh.

Didasarkan pada pengukuran defbrmasi dilapangan


sampai saat ini, maka persamaan 5.ll dapat diterima untuk
E:0.0s4 f - 9.2 (s.13 )

digunakan. Namun dengan catatan bahwa apabila ada kejadian


dilapangan yang menunjukkan harga yang semakin jauh dari hasil Dirnana E dihitung dalarn satuan GPa dan f dihitung
perhitungan, maka perumusan ini perlu dimodifikasi kembali. rlalant satuan siklis pcr detik (cps)

Sebagai pembanding, Bieniawski (1978) sebelumnya


telah memberikan hubungan antara harga RMR dengan Modulus
Deformasi seperti pada Gambat 5.6. Pada grafik Gambar 5.6 ini
didapatkan dari hasil tcst lapangan dengan sekala penuh untuk
mendapatkan harga Modulus Dcfbrnlasinya tttttttk hchcrapa
macam harga Rock Mass Rating (lLMIt)-nyil. Nrrrrrrrt 1'rct'ltr
clikctahui bahwa hasil scltcrli tarrrpitk plrtllr grlrlik lr;rrl\;l s('stl;li
'
l--
I
I

:- .t i

).i rfr t-

.-l 1. Soal untuk l0 kelompok mahasiswa yang melakukan test


,l
,.1
'11)i
dilaboratoriuln batuan dan memberikan hasil seperfi
dibawah ini :
ai;
':l
.:]
'i Suatu lapisan batuan "LIME-sroNE" direncanakan akan mendukung
'.1
. ii: suatu pondasi oleh karcna itu perlu diketahui mengenai klasifikasi d#
l--
:i
-ri
,l
massa batuan tersebut
Data batuan sbb.:.
t,,
' rr, t-
I
Kondisi Kel Kel Kel Kel. Kel. Kel. Kel.
I Kel Kel. ll
batuan .ilt .lv Kel. X
I
I
VI vI vilt tx
l
RQD (%} 25 30 35 40 50 55 50 65 70 75

UCS-intact
Gambar 5.5. :Hubungan antara RMR dengan Modulus deformasi (Mpa)
25 30 35 40 50 55 60 65 70 75

(Dari Bieniawskil9TS)
Mean
fractu re 10 15 25 30 45 50 55 55 55 60
'i spacing

Fracture
Gouge < smm Weathered open < I mm
kondition

Grou n d
Dry Wet
water

Fracture
Favourable Unfavourable
orientation

Structu re Very Blocky


,t Blocky

la Fracture
o,/ surface tentukan sendiri sesuai dengan kondisi diatas
to - q uality
.o
lst triaxial :

diberikan
5 Mpa 10 Mpa L5 Mpa
harga 03
sbb-
rlt
'l'cntukan :
jlll:,;,:'j'Ll,l"{ L Ilarga RMR & GSI (tcrmasuk harga mi, mb, s, & a.)
i: rJ ;l;
2. Klas tlari rlassa batuan tcrscbut.
Gambar 5.7. : Hubungan antara Frekwensi Gelombang Geser dengan .1. Illrgir ('(('ohcsi) & () (Sdt (icscr Dalam) dari
Modulus Deformasi massa batuan
t;. (dariBieniawski 1978)
., 1:,. 1; ,,...,, r macsa,t ba"tuan @ensaCI,,{4a:, pembandi&g, RMR &, GSI

.'.''4.',HargaMqdulusDefonnasimassabaluan ::

,,&, ::, :.,. $ua!u,-.,tesi,,lqbqdap, :, b?.tuan,'uqtq&,', empqt:: oryn-g


;1; 1", I lrlgi*1i4triswal,imtuk i, digqnAka0: : : rmqnduh-ung,:i p!4da!i
.,,, : : :. ianlung: dengan' data s$agqi. berikul,
;

".'.

..,,,.:,t,',,1':Daia:n-afuansbb.i. '. .. ..., . , ,..,, ..", ., ,,. ."1. ..,, ,.,.

Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa


Kondisi batuan 3 4
1 2

RQD (%) 30 40 55 70

UCS-intact (Mpa) 30 40 55 70

Mean fracture 30 50 55
15
spacing

Fracture Gouge < Open < 1


Weathered mm
kondition 5mm

Ground water Dry Wet

Fracture Unfavourable
Favourable
orientation

Structure Very Blocky Blocky

Fracture surface
tentukan sendiri sesuai dengan kondisi diatas
quality

Test triaxial :
diberikan harga 5 MPa 10 Mpa 15 Mpa
o3 sbb.

:'....'
:.:TgBttrka :i,:t,.t.,.:.,:,:,,..,,,
''::TG,ry;nn1Ra csl (termasuk harga mi, mb, s, & a.)
:.,:. : :,,Z:.Kldd
::
:::f dafi,inaSsa batuan tersebut.
:
:

I
BAB6:MASSABATUAN
SEBAGAI PENDUKUNG PONDASI
BANGUI{AN

Bab ini menjelaskan mengenai perilaku Massa Batuan


apabila menerima tekanan pondasi akibat dari beban struktur
bangunan diatasnya. Apabila kita bandingkan antara batuan
dengan tanah biasa, maka bafuan pada umumnya lebih kuat dan
kaku dalam rrendukung beban-beban dan cukup baik dalam
menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan pondasi. Akan
tetapi pada bangunan bangunan yang berat seperti pada gedung
berlantai yang banyak, jembatan bentang panjang, dan sebagainya,
akan memberikan tegangan pada pondasi sangat besar dan
mendekati daya dukung dari Massa Batuan itu sendiri yang kokoh
dan keras. Namun apabila Massa Baluan tersebut memiliki cacat
cacat seperti banyaknya diskontinuitas atau joint-joint, maka
Massa Batuan tersebut akan mengalami perubahan bentuk
(deformasi ) yang cukup besar pula. Demikian pula apabila Massa
Batuan tersebut merupakan batuan yang lunak seperti pada batuan
kumbung, batuan sandstone, batuan yang terlapuk dan lain lain,
akan dapat mcngalarni deformasi yang besar atau bahkan akan
rncnga lami kcrurntuhan.
Sowers (1977) melaporkan bahwa pada batuan lunak
seperti tersebut diatas dapat rnengalami deformasi sampai
mencapai 8 in (+ 20 crn) dengan beban kurang dari 10 kPa (+ 0- 1

kg/cm'). Dengan demikian, maka pada lapisan batuan horu,s


dilakukan evalua,si secara hati hati terhaelap kehtatannya apabila
akan digunakan untuk mendukung beban pondasi.

Pada pekerjaan sipil khususnya mengenai pekerjaan


pondasi, memiliki banyak macaln problema apabila pondasi
tersebut berada diatas batuan. Untuk bangunan perumahan, gudang
atau bangunan yang ringan ringan lainnya, jarang digunakan test Lapisan Tanah dan Lapisan Batuan tidak selalu
tcrhadap beban yang akan didukung oleh lapisan batuannya horisontal namun bisa pula membentuk kemiringan kemiringan
meskipun pada batuan lunak. Akan tetapi sangat perlu clilakukan terutama didaerah daerah pegunungan. Terjadinya tanah tanah
penelitian terhadup batuonnya apabila terdapat hal hal seperti didaerah pegunungan adalah merupakan suatu proses pelapukan
batuan yang mengcmbang (expansive ), rongga rongga pada dari batuan yang kemudian disebut sebagai tanah residu- Diiaerah
lapisan batuan atau sangat meragukan lapisan dibawah batuan-nya. ini sering pula diikuti dengan erosi atau gerusan gerusan akibat air
Dcrnikian pula apabila digunakan pada pondsi untuk bangunan hujan yang turun dari atas pegunungan. Air hujan ini akan
bangunan public yang berat sepcrti Rurnah-sakit, Gedung membentuk aliran sungai menuju kedaerah dataran sampai kelaut.
perkantoran, Tcrminal Lapangan Terbang dan sebagainya, Didaerah dataran, atau didaerah hilir sungai, g"rrrun gerusan
seringkali memiliki berbagai systent pondasi akibat dari system tanah yang terbawa oleh aliran sungai akan mengendap sebagai
pernbebanan yang berbeda beda, perlu dilakukan pengamatan pada Lapisan Endapan (Sediment Soil). Dibeberapa daerah pantai, dapat
lapisan batuannya rueskipu butrutn tersebut adalah btttuatt .vang terjadi proses pembentukan Lapisan Endapan yang diikuti pula
keras. dengan terbentuknya Lapisan Batu Kapur.

Bangunan Tower atau bangunan bangunan tinggi Disamping terbentuknya Lapisan Batu Kapur didaerah
lainnya, memiliki beban arah vertical maupun horizontal untuk endapan, dapat pula terbentuk batuan endapan seperti Sandstone,
menahan tekanan angin rnaupun beban gempa. Dalam hal ini, akan Siltstone, Claystone dan lain-lain. Karena proses Tekanan
ada beban tekan pada batuan dan beban tarik serta momen pada Tektonik, maka lapisan lapisan ini dapat membentuk Sinklin atau
pondasi batuan, schingga perlu untuk di unali,su kekuatan duri Antiklin atau bahkan terbenam jauh kedalam tanah. Lapisan
batwan dalam mendukung beban beban tersebut khususnya pada Batuan yang terbentuk dibawah muka tanah tidak selalu datam
beban tarik. kondisi yang datar, disamping itu Lapisan Batuan dapat pula
membentuk strata yang tidak teratur akibat dari adanya pituprt u,
atau aliran air tanah. Hal
ini akan sering terjadi khusuinya pada
lapisan Lapisan Batu Kapur (Limestone) yang kemudian dapat
mcmbentuk aliran sungai dalam tanah yang terkenal dengan istilah
"Karst".

Mcngar-nati adanya lapisan batuan dengan lapisan tanah,


nurkir pcrlrr kiranya scdikit rlcninjau mengenai berbagai macam
lypc llrpisln brrtrurrr yirrrg lrcrarlu tlirlalarn lanah dan pcngaruhnya
pada percncanaan pondasi. Beberapa kondisi dapat dilihat seperti Lapisan tanah pada Gambar
pada Gambar 6.1. sebagai berikut : 6.1.d.
lnl.,.menggambarkan mengenai
terjadinya proses geologis
Lapisan Lunak dan Lapis-an
i"tiri
---:=Ea-=E
___=_*=:_-===- K;r;;
Suatu kondisi Yang sangat ideal Y.::g saling bertapis-lapis.
sekali untuk nrcletakkan Pondasi
dangkal pada lapisan batuan seperti
*:-:.:+
=-+=;-:-- Kekerasan Inaupun L.t.Oulrn jrri
laprsan keras ini perlu diketahui
pada Gambar 6.1.a.. DaPat dilihat dengan jelas apabita lili;;;
tdl
bahwa pertemuan antara laPisan tersebut akan digunakan
,rrrt
tanah dan laPisan batuan datatl mcndukung pondasi.
horizontal dan batuannYa juBu
(r,
dalam keadaan utuh dan homogen.
Adanya patahan pada Lapisan
Ratuan seperti pada Gambr.
akan dapar menyebabkan
6.;.
Dalarn kondisi laPisan batuan di timbuinvl
massalah baru pada p"r.r.unrro
Gambar 6.1.b. ini, laPisan batuan
suatu pondasi. perubahan
mengalami pelaPukan dan jika dan
pergeseran pada dinding
dibandingkan dengan kondisi (a) batuan
akibat dari patahan, serta adanya
diatas, maka tamPak bahwa laPisan
perbedaan tinggi muka
batualt tidak tncrata dan tidak air taii
akan menyebabkan kesulitan
homogen baik dalam arah
menentukan elevasi
d;h_
horizontal maupun vertical. Dalam pondasi
u) maupun Daya Dukungnya.
hal ini maka elevasi dari Pondasi
dan besarnya daYa dukung cukuP
sulit untuk ditentr.rkan. Lapisan Batuan yang memiliki
oanyak Sesar Sesar seperti
pada
ini Gambar 6.1.f ini akan menurunkan
Pacla Gambar 6.1'c. tamPak
Daya Dukung dari batuannya.
suatu laPisan Batuan KaPur Sesar
(Lirnestone) dibawah lapisan tanah bidang perlemahan rungr,
::b,lg,ri
berbahaya apabila lapisan
yang bersilat Karst Yang memiliki batuan Ini
terletak pada suatu tebing
profil yang sangat tidak beraturan misalnya,
dan dcngan Permukaan batuan Yang 9ln .puau tebing rersebut akan
ororrrkan suaru bangunan
juga sangat tidak merata. Elevasi air dimana
tanah tidak beraturan terdaPat
lelak dari pondasinya akan
ditumpukan pada lapisan
banyak rongga rongga serta qualitas batuan ini.
dari batuan tidak dapat diprccliksi'
uirb."l6'1. Berbagai macam tapisan Batuan
Lapisan Limestone adalah lapisarr (dari :tntroduction to Rock daram Tanah
yang sangat tidak daPat ditltrga. Mechanics il;;;;., hat 342)
Dengan mengetahui berbagai lnacam tipe lapisan batuan terjadi. Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan
didalam tanah secara garis besar seperti terlihat pada garnbar 6. l ' menentukan klasifikasi dari lapisan batuannya dan daya
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lapisan batuan yang berada dukung batuannya.
didalam lapisan tanah harus diketahui perilaku dan sif'at sifat nya
dalarn merencanakan daya tlukung untuk suatu pondasi System pondasi pada Gambar 6.2.b. adalah
bangunan.Penyelidikan Tanah dengan Pengeboran serta system pondasi tiang. yang ujung tiangnya diletakkan pada
mengambil Contoh Batuan adalah salah satu cara untuk dapat Lapisan Batuan (lapisan keras) yang terletak pada
mengevaluasi kondisi lapisan butuan dan menentukan dalta kedalaman yang relative jauh didalam tanah sehingga
dukung serta klsi/rkasi dari baluunnttu. prinsip sebagian besar dari daya dukung-nya adalah pada
Ujung Tiang (Point Bearing). Sistim pondasi ini dapat
berupa Tiang Pancang atau Tiang Bor. Untuk Tiang
Pancang, ujung tiang-nya dapat diletakkan pada Lapisan
Batuan yang Lunak sampai Sedang yaitu seperti pada batuan
Sandstone, Claystone, Batuan Kapur Lunak, atau Batuan
yang Terlapuk. Untuk Batuan yang Keras, sistem
pemancangan ini sangat sulit bahkan hampir tidak dapat
Untuk mendukung beban bangunan agar tidak terjadi menembus Batuan Keras nya mungkin hanya beberapa cm
penurunan diluar batas yang tclah ditentukan, rnaka diperlukan saja, kecuali ditambahkan sepatu besi pada wjungnyu.
suatu system / tipe pondasi yang memcnuhi syarat. System Penggunaan Bor Pile diharapkan akan dapat memberikan
pondasi yang dibicarakan disini adalah system yang mampu gesekan (friction) yang cukup besar antara Batuan dengan
mentransf-er beban langsung ke lapisan batuan atau lapisan keras. Tiang Beton dibandingkan dengan fiiction yang ada antara
Tiang Pancang (Precast) dengan Tanah. Sering kali pula
Beberapa system atau bentuk pondasi yang dapat pada penggunaan Bor Pile, digunakan sistem pembe,soran
mentransfer beban ke lapisan batuan dapat diilustrasikan seperti pada ujttng Tiang Bor untuk memberikan daya dukung
pada Gambar 6.2 yangdapat dijelaskan sebagai berikut.: Lrjung yang lebih besar. Namun pada Lapisan Batuan ini ,
pembesaran ini sering kali tidak memberikan keuntungan
Pada Gurubar 6.2.a. ruentrniukkan oelunyu system
karena kekuatan dari batuan sering kali bisa lebih besar
pondasi lung,sung yang diletakkan pada pern-rukaan dari
dari kekuatan betonnya sendiri, sehingga kekuatan dari
Lapisan Batuan dengan cara rnenggali lapisan tanah
beton-nya yang dipakai dalam pcrhitungan daya dukung.
diatasnya. Dalam hal ini beban bangunan akan langsung
diterima oleh lapisan batuan. Dilihat dari sisternnya dan System ponclasi pacla Gambar 6.2.c. adalah sistem
tergantung pula dengan besarnya beban, maka system ini Pondosi Sumuran atau sering disebut dengan "caisson" atau
dapat dilaksanakan secara sederhana dengan melakukan "picrs in drilled shaft" (bangunan pendukung yang dibuat
sedikit pengamatan terhadap lapisan batuannya melalui clari lubang -bor). Sistem pondasi sumuran ini memiliki
pengeboran dan mengarnbil contoh batuan serta ditest rukuran diameter yang besar dibanding dengan sistem tiang
dilaboratoroum atau dapat pula dilakukan percobaan yarrg nraximum hanya 60 cm. Sistem mata bor Auger yang
pembebanan langsung pada lapisan batuan dilapangart' rligunakan dalarn penggalian ini yaitu untuk membuat
Elevasi pondasi-nya dapat dilakukan pacla saal 1-rclaksartaatt Irrtlrrrg bor yang cliamctcrnya dapat mencapai 200cm dapat
clilapangan setclah clilakLrkan pclggal iatr tlrttt rlcttsrt tt sctlrk it rrrcncrrrbrrs l.upisan Tanah ntaupun Batuan yang Lunak
pcrtitnbangan lckpis tllttt tlcttglrtl ll|('llll)('tltlrlikrrlr lltrllt srrrrrprri Mctliurrr. I)iryu rhlkrrng rlari sistcnr pondasi ini
ltcrltctllurrr l)ctrul'ulllln (tlil'li'rt'nlilrl sr'lll,'ttt, ttl ) \,rlrl trrtttlttl'irr
U
il

sangat besar dan dapat digunakan satu sumuran untuk satu


tiang kolom bangunan.

Lubang sumuran ini dapat diisi dengan beton setelah


dilakukan pembersihan terlebih dahulu. Apabila lubang
terendam air, maka pengecoran dilakukan dengan
menggunakan tabung "tremi". Untuk mendapatkan hasil
yang baik antara tiang surnuran dengan batuannya, maka
dapat dignakan cara memasukkan sumuran kedalam lapisan
batuan beberapa meter atau lebih untuk mendapatkan
kondisi "Rock-Socketed". Dalam hal ini, maka daya
dukungnya akan didasarkan atas kombinasi antara ujung
tiang sumuran dengan gesekan antara batuan dengan tiang
sumurannya. Perhitungan unutk Daya Dukung Sistem
"Rock-Socketed" ini dapat dilihat pada Bab 9 pada buku ini.

(cl

GAMBAR 5.2. : Beberapa macam system Pondasi pada Lapisan Batuan


(a) sistem Pondasi Langsung pada Lapisan Batuan
(b) sistem Pondasi Tiang dengan daya dukung ujung tiang pada [apisan
Batuan
(c) sistem Pondasi Sumuran pada tapisan Batuan (pier Socketed into
Rockl
Tabel6.1. Perkiraan rentang Daya Dukung dari Tanah &
Batuan (Kg/cm2)
Perkiraan Daya Dukung Batuan maupun Tanah dilihat
dari klasifikasi geologisnya sering kali diperlukan untuk
rnengetahui kondisi permulaan sebelum dilakukan test terhadap
kekuatannya dilaboratoprium. Seperti diketahui yaitu bahwa
fungsi dari pondasi adalah meneruskan beban bangunan ke lapisan
tanah atau batuan dibawahnya dalam keadaan yang stabil, tidak Clay, medium soft
terjadi keruntuhan atau penurunan yang sangat besar.
Clay, dense

Oleh karena itu suatu perkiraan kadang kadang sangat Clay, hard
bermanfaat untuk dipakai sebagai ancer ancer pendahuluan dalam
menentukan tipe pondasi yang akan digunakan. Perkiraan daya Sand, loose
dukung ini dapat digambarkan seperti Tabel 6.1. dibawah. Harga
perkiraan ini hanya digunakan untuk batuan yang sifatnya utuh Sand, fine
atcrw hanya memiliki satu set kekar saia.
Sand, course, dense
Untuk batuan dengan kekar kekar atau berperilaku
Gravel, dense
sebagai Massa Batuan, perkiraan harga daya dukungnya
digunakan hubungan tlengan RQD-nya batuen , untuk itu akan Rock, soft
dijelaskan lagi pada Bab 8.2.4 mengcnai perkiraan Daya Dukung
dari Massa Batuan. Pada Tabel 6.1 dan Tabel 6.2 ditunjukkan Rock, medium hard
beberapa harga Perkiraan Daya Dukung dari Batuan secara garis
besar. Rock, sound

Basalt, diabase, gneiss,


traprock

Limestone

Marble

Sandstone

Shale

I)lri : l-orrrrdation Engineering, Alfreds R. Jumikis hal 53


Tabel 6.2. Perkiraan f)aya Dukung Batuan (Ton per square
foot - TSF)

code, :year
:;. -. r:,:
1. Lapisan batuan yang akan digunakan sebagai lapisan
pendukung untuk pondasi bangunan harus dilakukan test
di laboratoeium, jelaskan alasan-alasannya serta test test
*)
Baltimore 7962 100 35 10
apa saja yang perlu dilakukan?.

BOCA 7970 100 40 25 10 4 1.5

Boston 1970 100 50 10 10


*)
2. Suatu lapisan limestone akan digunakan untuk
mendukung pondasi bangunan, hal hal apa saja yang perlu
Ch icago L970 100 100 100
diperhatikan dan test apa yang sesuai untuk ini?
Cleveland 1969

Max value = 2O%ol rltimate crur hing strr ngth


Da llas 1958
3. Suatu lapisan batuan diduga dari data geologi memiliki
Detroit 1956 100 100 100 77 t2 patahan patahan, tindakan apa yang perlu dilakukan
apabila diatasnya akan dibangun suatu area pabrik semen
LosAngels 7970 10 4 3 7 1
L
misalnya ?

NewYorkCy L970 60 60 60 8

L970 40 10 4
Ohio 100 15 Jelaskan keuntungan dan kerugian penggunaan
10- 15 8
sistem sumuran pada lapisan batuan limestone.
Philadelphia 1969 50 20 15

Sa n Fra ncisco 1969 3-5 3-5 3-5


Suatu plate loading test dilakukan pada perrrnikaan
Uniform - 1.970 Max valur = 20% of rltimate cru ;hing str ngth
BuildingCode
batuan untuk mendukung suatu pondasi langsung, data
apa saja yang dapat diambil dari test tersebut dan apakah
data dari plate load cukup untuk menghitung daya dukung
*) : To be fixed by commissioner or bulding pondasi?
official
o TSF: 0.976kglcm2
o The values in this table should not be used without
first checking with the particular code for changes
Sumber : "Foundation Engineering Handbook",
H.F.Winterkorn, H.Y.Fang, th 1975 , hal.
602.
BABT:KERUNTUHAN&
DEFORMASI MASSA.BATUAN
AKIBAT BEBAN PONDASI

Dalam perencanaan suatu pondasi, diharapkan bahwa


pondasi tersebut akan merupakan suatu system pondasi yang
paling ekonomis dan sekaligus pula memenuhi syarat teknis.
Unfuk mencapai kondisi tersebut, maka apabila akan digunakan
salah satu system pondasi seperti Pondasi-Langsung (kadang
kadang disebut Pondasi Dangkal / Shallow Foundation) atau
Pondas i-Dal am ataupun Pondas i-Sumuran, yang diletakkan diatas
suatu lapisan batuan, maka harus diketahui secara cukup mengenai
keadaan dari lapisan batuan tersebut baik sifat-sifatnya maupun
perilakunya.

Beberapa hal yang perlu diamati adalah sebagai berikut :

l.) Suatu Massa Batuan di lapangan pada umumnya


memiliki kondisi yang sangat komplek. Kondisi
Komplek tersebut dapat berupa di,skontinuitas-nya
yang bcrmacaln macam sampai pada kondisi dari
lttltt:;tttr unluro lunuh don boluttn. Sering kali pula
tcr jarli kcragrurn antura Batuan Lunak dan Tanah.
sctlirrrg tltrllrrrr rrrcrrcrrlrrkarr llcrcltcullilllt sclanjutnya
harus didasarkan atas lapisan mana yang akan aliran air tanah atou gua gua pada tanah. Sedang
mendukung beban pondasi tersebut.
pada bahran yang sangat porous, perlu pula ditest
mengenai Perruiability Lapangan nya. Test tambahan
2.) .Beberapa batuan memiliki kekuatan dan kekakuan
yang hampir sama dengan kekuatan beton, sehingga perlu pula dilakukan mengenai harga Kekuatan
aapat digunaka sebagai lapisan pendukung pondasi' Hancur dari batuan dalam keadaan basah terutama
pada konstruksi bangunan hydrolis.
Nimun perlu diingat bahwa setiap batuan memiliki
kelemahin-kelemahan yaitu diskontinuitas (kekar 6.) Hal lain yang patut pula dicermati adalah pondasi-
langsung yang diletakkan diatas batuan yang terlapuk
kekar) yang dapat berupa joint, bedding planes, crack
dan lain lain. Disamping itu, kondisi dari lapisan dan menerima beban hrtrisontal. Beban horisontal
batuan seperti Kemiringan (Dipping) sangat yang salah satunya adalah dihasilkan dari tekanan
mempengaruhi pula kemampuan dukung dari suatu angin, dimana tekanan angin ini ditransfcr melalui
pondasi. Pondasi Bangunan ke Batuan Terlapuk terscbut.
3.) biskontinuitas dari batuan, dapat dikatakan sebagai
Batuan Terlapuk akan mudah sekali mengalami
pergeseran akibat gaya horisontal dan selanjutnya
suatu cacat secara konstruktif dalam mendukung suatu
pondasi. Hal ini sangat mempengaruhi kemampuan akan mengakibatkan terjadi kelongsoran pada pondasi
dukung dari pondasi. Terjadinya suatu Kelongsoran maupun penurunan atau deferential settlement yang
Pondasi sebagian besar pula disebabkan oleh adanya berakibat akan adanya retak pada bangunan.
Perlemahan yaitu dari Diskontinuitas nya'
Perlemahan itu semakain diperbesar dengan Bab ini akan menjelaskan mengenai Perilaku Batuan
air di Celah Diskontinuitas tersebut dan akibat dari adanya Beban Pondasi yangjuga menggunakan prinsip
masuknya
prinsip keseimbangan pondasi dari teori yang telah ada seperti
selanjutnya terjadi proses Pelapukan yang akan sangat
teori Terzaghi dan lain lain dan diutamakan pula pada keruntuhan
memperlemah daya dukungnYa.
4.) Dalam penggunaan pondasi langsung, hubungan dan penurunan/defbrmasinya. Disamping itu juga mengenai
tegangan tegangan dan modulusnya batuan yang timbul akibat dari
antara Beton Pondasi dengan Batuan nya haruslah
suatu beban dengan memperhatikan batuan sebagai rtassa batuan
memiliki ikatan (bond) yang cukup kuat sehingga
yang rnemiliki banyak diskontinuitas (kekar kekar).
tidak terjadi longsor geser diantara kedua material
tersebut. Untuk melaksanakan hal diatas, maka
sebelum dilakukan pengecoran pada pondasi,
permukaan rlari hatuan harus dolum keadaan bersih
untuk menjamin adhesi antata Beton dengan Batuan'
Kotoran kotoran yang berupa pecahan pecahan batu
maupun kotoran lain harus dapat dibersihkan'
Pembersihan ini dapat dilakukan dengan peralatan
seperti semprotan air atau angin atau dengan
semburan pasir basah (wet sandblasting).
5.) Pada konstruksi bangunan yang berat seperti Dam, Dcngan menyadari bahwa Batuan adalah suatu
Power plant, dan lain lain yang terletak diatas Battran krrrnprr lan dari hcrbagai macam material khususnya pada Batuan
Limestone atau didaerah karst, clinlitrra tcrclapat Sctlirrrcn , rrlrklr baluarr clalarn rtrcncrima Beban Pondasi akan
banyak rongga rol.lggil pacla blttttitttyil' tturklt llcrltt rrrcrrriliki bcr.hlrulri n)lrcilr)l tipc rlun rnodcl kcrurrtuhannya. Kccuali
rlilakuakap (iy6rrIittg tllttt llcrllltiklttt lltlrislttt lrltltt;tlttlvll. lrpltlrtllr tlil.t'l;rltrript'r'lettttluttt lllrrllt ucscnultryll ricltcrl i llrtltr IJltrrap
' I)ir,,,,,1.,ing itrr, llctltr lltrllr (li('('l\ lll('lll'('lt;ll ;trl;tttYlt ('llrvslont' \';ur1' l('rl:rprrl' rrlrrrr Illrlrrrrr St.lrisl \':rrrt] rrrt'ntiliki lretlirrt
yang merata. Oleh karena itu daya dukung pondasi pada batuan
banyak mengacu pada hasil reset dari Ahli Mekanika Batuan
khususnya pada hasil percoban pembebanan yang kernudian
dilakukan analisa.

Beberpa percobaan yang telah banyak dilakukan adalah


percobaan Pcmbebanan Langsung atau yang sering disebut dengan
" Percobaan Pembebanan dengan Plat Langsung pada
permukaan tanah" (Plate Load Test). Plate Load Test ini juga Tensioning
head
dilakukan pada batuan. Bearing plat€
Morlar
Apabila pada suatu massa batuan yang relativ tidak
memiliki retakan retakan. menerima beban dan mengikuti sifat
defleksi yang elastis akan dapat diprediksi hubungannya antara
besarnya penurunan dengan besarnya beban dengan rumusan dari
Timoshenko & Goodier (1951) pada test percobaan pembebanan
dilapangan (plate loading test) sebagai berikut:
. :. : )
Cp(t^ u)a (7. 1)
@.=
8.....::.: ... ,. ..: Aochorage

.
:

Dimana o:.iarijari dari plate, p =tegangan pada plate


akibat pemberian beban, @r : penurunan (displacement), sedang
C =konstante yang tergantung dari plat yang digunakan yaitu
C:nl2 apabila kaku (rigid plate) atau C:l-'70 apabila Gqmbar 7.1.: Pelaksanaan "Plate Loading Test" di lapangan
flexible. Sedang .E:modulus elastisitas batuan dan u:poisson (a) & (b) Pelaksanaan didalam tunnel dapat puta
ratio batuan. Rumusan diatas sering digunakan untuk mendapatkan dilakukan secara horizontal
harga Modulus Elastisitas dari lapisan batuan. Dengan mengetahui (c) Pelaksanaan dengan menggunakan Angker untuk
besarnya beban yang diberikan dan dengan mengetahui pula pemberian reaksi beban
besarnya penurunan serta diameter dari platenya, maka harga
Modulus Elastisitas dari lapisan batuan dapat dikctahLri.
Secara umum, bentuk keruntuhan dari batuan akibat
pondasi langsung dari hasil test adalah bentuk keruntuhan Geser
(Shear) atau bentuk keruntuhan Pons (Punching).

Keruntuhan Geser, seperti pada mekanika tanah, juga


dapat terjadi pada batuan khususnya pada batuan lunak, yaitu
terjadinya rotasi dan geseran seperti tampak pada Garnbar 7-2.e.
dibawah.

Gambar 7.2., menunjukkan proseskeruntuhan yang


terjadi pada batuan yang dibawakan oleh Ladanyi (1972). Dimana
pada batuan utuh (intact) merniliki kelemahan pada tarikannya,
dan tarikan ini akan membesar menjadi retakan-retakan yang dapat
terlihat pada daerah sekitar beban pada batuan.

Pada Gambar J.2.a-c adalah suatu massa batuan utuh


yang menerima beban, akan terjadi retakan retakan yang dimulai
dari (a) dimana hanya sedikit retakan disekitar tepi pondasi dan
semakin besar beban yang diberikan maka retakan akan semakin
banyak dibawah pondasi (b). Akibat dari beban yang semakin
besar, maka timbul tekanan dan pengembangan (delatancy) kearah
horisontal dan terjadi retak baru dan akan terjadi pula retakan
retakan dibawah beban pondasi yang semakin meluas kearah luar
dan akhirnya salah satu retakan akan menerus sampai
kepermukaan batuan seperti tarnpak pada Gambat 7 -2.c.

Dari kondisi diatas, dan sesuai dengan penyebaran


bebannya serta sifat-sifat dari batuannya sendiri, maka Deformasi
Maksimum yang diizinkan dapat terjadi pada salah satu diantara Gambar 7.2. : Model Keruntuhan dari pondasi Langsung diatas Batuan
retakan pada Gambar 7.2. antata (a) s/d (c). (a - c ) Perkembangan Keruntuhan dari permulaan terjadinya
keretakan dibawah pondasi sampai terjadinya kelongsoran
Suatu Massa Batuan dapat mengalami deJbrmasi yang (d) Keruntuhan dari pori-pori batuan akibat ponsen
{punching)
sifatnya permanen, yaitu apabila deformasi tersebut terjadi karena (e) Keruntuhan Geser (Shear Failure)
menutupnya kekar kekar akibat adanya beban beban sebelumnya.
Pada suatu batuan yang memiliki kondisi kekar kekar yang masih
terbuka, maka penutupan akibat deformasi dari adanyrt bcban Sumber dari : lntroduction to Rock Mechanics, Richard E. Goodman, hal : 351
tambahan akan digunakan scbagai acrlall ditlltttt l)cl e llcrlllllllll
tncskipttn bitlttart lcrsctlttl tllt;litt tliklrlltk;rtl lrt'lttttt tttt'lll';tl:tttti
kcrrrnl trlxtri:
Keruntahan pons (Punching), dapat terjadi pada suatu
batuan yang sangat porous, seperti pada batuan kapur kumbung,
batuan pasir yang rapuh (friable sandstone), Batuan akan
mengalami keruntuhan pada pori pori butirannya seperti yang
terjadi pada Gambar 4.4 (didaerah III). Selain itu, pada Batuan
Sedimen dengan sementasi yang berongga dapat mengalami
penurunan yang tidak merata akibat tegangan yang tidak sama satu
sama lain pada pondasinya. Hal ini dapat terjadi tanpa ada retakan
retakan pada batuan atau longsoran, keruntuhan seperti ini disebut Seperti telah disampaikan diatas, bahwa batuan akan
sebagai Ponsen (Punching) seperti terlihat pada Gambar mengalami deformasi apabila menerima beban atau tekanan dari
l.2.d..Model keruntuhan ini yung paling banyak terjadi pada pondasi. Deformasi ini akan semakin besar apabila batuan
hatuan. tersebut memiliki banyak kekar-kekar. Pada bab ini akan
dijelaskan mengenai beberapa hasil dari percobaan percobaan
Penurunan pondasi akibat dari penutupan terhadap kekar yang telah dilakukan oleh para ahli
kekarnya seperti yang terjadi pada Keruntuhan Ponsen ini dapat
terjadi secara bersamaan atau secara bertahap sesuai dengan Yang dimaksud dengan Deformasi pada batuan ini
pembebanannya. Untuk mencari hubungan antara pembebanan adalah segala hal yang menyangkut massalah perubahan bentuk
dengan penurunan-nya dapat dilakukan dengan menggunakan test dari batuan, sedang pada penggunaannya di Pondasi yaitu
pembebanan (plate load test) atau dengan mencari harga kekuatan merupakan terjadinya perubahan elevasi dari pondasi akibat
dari bukaan bukaan pada kekarnya, kekuatan pada pori porinya batuan dasarnya mengalami Penur.unen (Settlement) atau
dan lain lain, sehingga dapat ditentukan besarnya beban yang Pengentbangan (Heave).
diizinkan pada pondasi dengan menentukan batas batas penurunan
yang masih dapat ditoleransi untuk bangunan yang direncanakan.
Ada 2 (dua) kelompok dalam Deformasi yaitu :
a)Deformasi yang terikat pada waktu dan b).Deformasi yang tidak
Dalam hal ini Perumusan (7.1.) diatas untuk Plate Load Test
terikat pada waktu.
secara umum dapat digunakan sewaktu melakukan percobaan
pembebanan dilapangan. Untuk analisa yang lebih jauh pada suatu Deformasi yang terikut pudu waktu dapat dibagi dalam
Massa Batuan. maka perlu ditambahkan pengertian tnengena i 3 (tiga) kelompok yang tergantung pada mekanisme penyebab
Defbrmasi pada batuan seperti pada bab berikut ini. defbrmasi yaitu :

l) "Konsolidasi", dimana hal ini dapat terjadi pada


batuan lunak atau yang mengandung lempung pada kekar kekar
nya ataujuga pada clay stone.

2) "Swelling ", dimana hal ini terjadi pada batuan yang


rncngandung mineral mineral montmorillonite atau anhydrite yang
dapat bereaksi mengembang atau susut apabila kontak dengan air.
Ilarryak tcrdapat pada batuan sedimen.

3'1 "('r't,t,1t ", ini aclalah ntcrupakan suatu proses pada


l)urssil btrlturrr yilllg ntcnl]alurrri rcgangalt yang bcrlanjut kctika
ttle tllr.ttltrttti pr'tttlrt't ilut lcgiurulln. 'l'crtllplt tltur lrlrcanr lrrckarrislnc
dalam proses ini yaitu proses dari massa butiran halus
(microfracture) batuan yang bergerak mengalir dan proses dari
massa butiran halus batuan yang bergerak merambat Proses yang
bergerak "mengalir" terdapat pada batuan yang dapat menguap
seperti Halite dan Potash. Sedang Proses yang bergeak
"merambat" terdapat pada hampir sefitua macam batuan.

Deformasi yang tidak terikat pada wukta adalah


deformasi yang secara mekanis perubahannya tidak tergantung
pada waktu dan terjadi pada saat pemberian tegangan. Yang
termasuk dalam deformasi ini yaitu deformasi yang disebabkan
oleh regangan elastis sebelum runtuh, regangan plastis setelah
keruntuhan dan det'brmasi yang disebabkan oleh perubahan geser
atau adanya rotasi pada displismen nya. Pada dasamya, dalam
perencanaan selalu menghindari pemberian tegangan yang
mencapai Regangan Setelah Keruntuhan. "Deformasi yang tidak
terikat pada waktu" ini digunakan dalam perencanaan pondasi
dengan mengambil harga pada Regungan Elastis sebelum Runtult
agar tidak terjadi deformasi yang berlebihan. Sedang analitisnya a
untuk digunakan dalam perhitungan akan dijelaskan kemudian.
Gambar 7.3. : Data Tipikal untuk Plate Bearing Test pada Batuan Kekar yang
dilaporkan oleh Schneider (1957)
P = legangan rata rata diatas plat
ar = penurunan (displacement) rata rata pada plat

Sumber dari : Introduction to Rock Mechanics " fuchard E.


Goodman, hal : 195
Deformasi pada batuan yang rnemiliki kekar kekar telah dilakukan
percobaan oleh Sc'hneider (1967) dengan menggunakan Plate-
bearing test. Hasil dari test tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.3. Garis kemiringan pada beban siklik ini menunjukkan
dimana dibuat hubungan antara beban dengan penurunan sebagai fungsi dari garis keruntuhan yang dihasilkannya (yield
(displacement) nya. Pelaksanaan beban dilakukan secara berulang
yaitu diberi beban kemudian dilepas dan diberi beban kembali function) yang diberi tanda dengan f . Selanjutnya Schneider
seperti tampak pada gambar7.3. rnenyatakan bahwa untuk batuan yang sangat banyak kekar nya

dcngan retakan yang terbuka, ratio antara E lf mencapai


Itarsa 45 dan mcngusulkan suatu klasifikasi batuan yang memiliki
kckar kckar scpcrti pada Tabcl 7.1. dibawah ini
7
E
xt
Tabel7.l. :
*
s Au(rl
kf
cfaqs, Elr *
r
tr I

Batuan padat (Compact rock) /a

Bukaan moderat(Moderately
210
open)
>10
Sangat terbuka (Very open)
Area = ,{

Analisa dilakukan pada suatu batuan yang dipotong


secara acak dan memiliki satu set kekar (satu set joint), maka
dimungkinkan untuk dihitung dengan elastis konstan yang
ekivalen dengan massa batttan yang lnenerus (continous).
Diasumsikan bahwa batuannya sendiri adalah isotropis dan elastis
liniair dengan harga E &u ( Modulus elastisitas & poison ratio )
konstan (lihat gambar 7.5 ). Kekar (oint) dari batuan ini Gambar 7.4. I Displismen Tangensial pada test kekar (joint) batuan
dengan alat "Direct Shear Test" untuk menentukan harga kekakuan
diasumsikan pula memiliki jarak antar kekarnya adalah sama
geser-nya (ks)
dengan "S". Scdang harga 11, adalah harga kekakuan gesernya
(shear stiffness).Penentuan harga k, ini dapat dilihat pada

Garnbar 7.4. dibawah.


r
B

*.$ Dengan menggunakan Gambar 7.5. diatas, dimana


4
{it digunakan sumbu n & t untuk normal dan pararel pada joint nya
_t //r//////// I_T li
yang merupakan arah dari massa batuan. Tegangan geser ( ) f,,,
s i
9519
T *
{:
.
diberikan pada blok batuan yang sudah ekivalen dengan batuan
menerus (kode nt, karena mengarah pada kedua sumbunya), akan
memberikan displismen sebesar : (T,,,1 G)S dan pada satu joint
fl^
E l:a, Et
yang lainnya akan mengalami displismen sejauh
Rock Diekivalenkan T ,,1 k, seperti
sebagai terlihat pada gambar 1.5.b. Sehingga deformasi geser pada batuan
Batuan yang ekivalen menerus yang sama dengan massa batuan dengan
,l /rrrr//////

,i kekar, memiliki harga Modulus Gesernyu (G,,) yang mrupakan


menerus

"-T Joint penjumlahan dari displismen diatas dan dapat ditulis sebagai
berikut :
(al

G,, G.fr,,S \,'-

Dengan menggunakan perhitungan yang sama untuk


joint atau kekarnya sendiri dengan harga "kekakuan normal"
k,

ml/ dimana harga 11,, ini adalah kekakuan dari joint atau kekarnya
karena menerima beban normal. Oleh karena itu, maka harga
fg,,

Ldr
tergantung pada tegangan normalnya. Maka dapat pula ditentukan

l0
harga dari Modulus Elastisitas ( 8,, ) dari massa batuan yang
memiliki joint dan menerima beban nonnal. Sehingga dengan
penjumlahan antara dcformasi batuan dan deformasi jointnya,
maka didapatkan harga displismen yang dapat ditulis sebagai
ir.i b)
berikut.:

Gambar 7.5. : Gambaran pendekatan secara umum untuk batuan


l_1 I
(t .3.)
dengan kekar yang diekuivalenkan sebagai potongan melintang material E, E ..K,,:S
-.1-
yang isotropis.
Harga "Poisson's Ratio" yang memberikan regangan
tliarah "noo yanu discbabkan oleh tegangan normal diarah "t, akan
Sumber dari : lntroduction to Rock Mechanics. Richard E. Goodman
tttctttbcrililrr lrirrgl
.
(7.+.1
t)*',71)

Istilah dari "Modulus Defbrmasi" ini muncul untuk


Demikian pula harga Modulus Elastisitas diarah "t" adalah :
menggantikan istilah Modulus Elastisitas. Hal ini terjadi karena
kesulitan dalam mengukur besarnya penurunan dari test tekan
E,: E 17.5.)
untuk batuan di laboratorium, dimana besarnya penurunan secara
relatif akan menjadi besar pada saat akhir dari test. Seperti tampak
Akhirnya , dari hubungan tegangan dan regangan yang pada Gambar 7.6. dimana suatu batuan yang menerima tegangan
ada ini secara simetri dapat ditulis Orrl Er: U,,l E,, axial pada test kompresi dan diukur regangan-nya arah axial dan
sehingga mcmberikan hubungan sebagai berik-ut :
lateral untuk mendapatkan harga Modulusnya dan poisson
Rationya

.8;"' t*,
(1.6)
U,r,=
E:U
Rumusan dari (7.2) sampai dengan (7.6) ini, dapat
digunakan untuk menghitung massa batuan yang memiliki kekar
kekar. Apabila suatu batuan memiliki banyak kekar kekar dalam
segala arah, maka pada persamaan (7.3) dapat digunakan untuk
mendapatkan harga Modulus dari massa batuan yang telah
tereduksi. Caranya dapat dilakukan sebagai berikut : untuk setiap
contoh batuan atau setiap test dilapangan, ditentukan dahulu
karakteristik dari rata rata jarak antar joint untuk setiap set joint..
Dari hasil pengukuran terhadap harga Modulus Elastisitas di
lapangan untuk harga [,, dan hasil pengukuran dilaboratorium
pada batuan utuh (in1ct rock) untuk harga f, -nya,maka akan

didapat harga k,, dengan menggunakan perumusan (7.3).

Kemudian gunakan harga k,, tersebut untuk menghitung setiap


kondisi dari kekar yang memiliki spesihkasi yang berlainan seperti
harga$ atau fl-nya.

tr
Gambar 7. 6. : Perbandingan Modulus Deformasi dengan Modulus Elastisitas
(E) & harga Poisson's Ratio ( t,l ) dengan Regangan Axial pada test tekan
r
Pada Gambar 7.6.b. tampak bahwa sangat sukar untuk
menentukan secara tepat harga dari Modulus Elastisitas (E) seperti
tampak pada Kurva Asli-nya. Pada umumnya digunakan harga "E"
f;
5
Istilah Modulus Ratio ini dikeluarkan oleh Deere
sebesar 50o/o dari harga Tegangan Maximun-nya dan pada kurva
diatas ini diperkirakan telah berada di keadaan optimalnya nya. (1968), yang artinya adalah perbandingan antara Modulus
Oleh karena itu, dalam penggunaan Kurva Asli ini, sebenarnya Deformasi dengan harga Kuat Tekan Unconfined
sudah tercakup didalamnya mengenai kondisi material yang (Unconfined Compressive Strength -- UCS) atau ditulis
mengalami keadaan elastis dan yang non elastis atau plastis
E I q,,
,iu

(deformasi yang tidak kembali pada posisi semula). Sehingga, t, Harga fl disini disebut pula oleh Deere sebagai Modulus
penggunaan Kurva Pembebanan Ulang untuk batuan sudah v
fi Elastisitas yang kernudian dapat dikoreksi sebagai harga Modulus
mencakup didalamnya harga untuk Modulus-nya. ** yang dapat digunakan untuk kondisi batuan yang mengalami
pembebanan berulang dimana deformasinya adalah deformasi
Demikian pula pada harga slope dori Modulus #
yang dapat kembali dan yang tidak dapat kembali setelah
DeJbrmasi, yang dalam hal ini merupakan garis penghubung ',
pemberian beban dan pelepasan beban. Sehingga dapat dikatakan
antara permulaan pembebanan dengan akhir dari tegangan runtuh
bahwa harga E tersebut adalah sama dengan harga untuk
nya, yang bila dibandingkan dengan slope dari modulus Elqstisitas
nya tidak terlalu banyak berbeda. "Modulus Deformasi". Beberapa contoh hubungan antara harga
Modulus-Ratio dengan beberapa macam klasifikasi batuan
Penggantian nama dari Modulus Elastisitas menjadi ditinjaun dari harga UCS dan Modulus Elastisitas (yang dalam hal
Modulus Deformasi diartikan disini bahwa Modulus itu sudah ini dapat disebut sebagai Modulus Deformasi ) dapat dilihat pada
meliputi hasil elastis maupun plastisnya. Sehingga untuk Gambar 7.1. dan Gambar 7.8 dibawah ini.
selanjutnya dalam menentukan harga Modulus dengan
menggunakan kurva asli untuk mendapatkan Modulus
Elastisitasnya dapat dilaporkan sebagai harga untuk Modulus N
I

Dqfbrntasi. ( Menurut : Richard E. Goodman 1980) E


E

Pada Gambar 7.6.c. menunjukkan bahwa harga dari zJ


&t
Poisson's Ratio (u) yang dihitung dari deformasi lateral pada L! other E
tlow E
Kurva Asli. Harga (u) ini yang didapat dari perbandingan antara 2
.9 rocks zv
regangan lateral terhadap regangan axial nya memiliki nilai mulai o
o tlJ
dari sekitar 0.2 dan naik secara perlahan lahan sampai mendekati 0)

b
beban puncaknya. Secara teoritis, nilai maximum untuk Poisson's
Ratio (u) ini pada material yang isotropic adalah 0.5. Dengan :o) 5
D
demikian dapat dikatakan bahwa Poisson's Ratio (u) dari batuan 0
2.5
berada disekitar harga tersebut dan terjadi dari kondisi utuh sampai l0 20 40 80 160 320 .2 10 20 40 80 100 320
Unioxiol compressive strength S. N mm'2
mengalami keretakan. Dengan pemberian beban berulang, akan Sa N mm

terjadi regangan lateral yang membesar karena sudah mengalami Gambar 7.7. : Hubuntan antara Modulus Ratio dengan Klasifikasi
keretakankeretakandanhargadari,'u,'adalahtctilp< Batuan ditinjau dari harga UCS (Sc) dan E untuk batuan Beku dan
Sehingga dapat dinyatakan bahwa konslarrtc Irlilsl is ltrtrtts
Batuan Sedimen
didasarkan pula atas bchan hcrtrlallg. (Dari : Deere & Miller, 1955)
menerima beban berulang. Sehingga harga Modulus ini relevan
-E
-:a =ol dengan besarnya Deformasi yang terjadi akibat beban berulang.
>io a;'i
(r)f
!e 2q
160
N

E
E
Very z.
sti tf o

ff
BO tJ 'i6
o
stif f .=
.!l
40ii.O o
bo
Medium Modulus i
c)
c
@
sLiff ness rotio 5OO:'l U
oo
o
F
20--
f
rcl
t\J >o

10 20 40 80
Unioxiol cornpressive strength + Nmm-'
Gambar 7.8. : Hubungan antara Modulus Ratio dengan Klasifikasi Batuan
ditinjau terhadap kekuatan batuan dan kekakuannya
(Dari Deere & Miller, 1956)

Diskripsi untuk batuan dengan kekar kekar tidak cukup


hanya dengan harga Modulus & Poisson Ratio saja, namun
ep.B etc - axial€ €r,,rr
dibutuhkan pula harga dari Modulus Deformasi Permanen-nya' 'p,A Regangan

Pada Gambar 7.9. Richard E Goodman (1980) menunjukkan


Gambar 7. 9 : Menentukan harga "Modulus Deformasi Permanan" (M)
bagaimana cara mendapatkan harga untuk Modulus Deformasi
pada test tekan dengan beban berulang
Permanen (M). Modulus ini adalah mrupakan perbandingan antara
Tegangan dengan Regangan dengan menggunakan harga
regangan pada saat pelepasan beban atau harga Tegangan : 0.
Harga "M" ini dilaksanakan dalam satu seri pembebanan dengan
beban siklis (beban berulang)

Modulus ini dapat digunakan tttrtttk tttcngctrthtri kotttlisi


clari Kckar-Kckar batuan yang tttctttlolttittltsi I)e lirt'ttursi I't'l ili:r
t. Bandingkan dengan menggunakan perkiraan grafik
seperti Gambar 7.2 untvk batuan yang utuh (keras)
dengan batuan yang lunak terbuka. Dan jelaskan
perbedaan tersebut.
2. Buatlah grafi o - e (Stress-Strain) yang membedakan
afltara grafik untuk mendapatkan harga "modulus
deformasi permanan" dengan grafik untuk
mendapatkan harga "modulus elastisitas".
3. Tentukan perkiraan penurunan pada Plate Load Test
apabila digunakan pada lapisan batuan kapur
(limestone) dengan menggunakan diameter plat 30 cm
dan diberikan tekanan sebesar 2 ton. Berikan pendapat Eltd'E{\:
Bp,Er,f I l' a t!xt,
andapada hasil test tersebut.
4. Apabila test pada soal no 3 diatas diketahui harga

E lf adalah: 5, gambarlah perkiraan grafik antar


pembebanan dan penurunannya.
BAB 8 : POI\DASI.LANGSUNG
PADA LAPISAN BATUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai perhitungan daya


dukung untuk Pondasi-Langsung atau Pondasi-Dangkat (Shallow
Foundation) pada Lapisan Batuan. Daya Dukung tersebut
didasarkan atas persamaan keseimbangan dari Terzakhi yang
diikuti dengan kondisi dari system nrassa batuan yang memiliki
kekar-kekar. Pondasi-Langsung yang terletak diatas lapisan massa
batuan, besarnya daya dukung sangat tergantung pada system dari
kekar kekarnya, baik mengenai jarak kekar maupun dipping dari
kekar tersebut.

Sesuai dengan aturan dalam merencanakan Daya


Dukung Pondasi, harga daya dukungnya harus pula
memperhitungkan beberapa pertimbangan lainnya seperti besarnya
deformasi / settlement, stabilitas kelongsoran, dan atau
tergulingnya pondasi. Namun demikian, harga daya dukung dari
lapisan massa batuan tetap merupakan ovaluasi yangrutama dalam
merencanakan pondasi-nya.
KONDISIMASSA BATUAN KERUNruHAN

JOiNf
..rrDltrr:. ,ryylrl4!!: MqDE.
'::. .. aaa,

Batuan Rapuh
, (a) (Brittle -
* Rock)

Y
,4 "Local Shear
(-) Failure " (8.4)
o
d disebabkan
F
Model Keruntuhan Daya Dukung untuk Pondast- (J oleh
F keruntuhan
Langsung pada bangunan diatas suatu Massa Batuan adalah sangat
dari rapuhnya
tergantung padajarak kekar dengan lebar pondasi, orientasi dari
kekarrya, kondisi dari kekarnya (terbuka atau tertutup) dan.juga
-f
= N/A S>>B
batuan.
F
l Batuan Liat/
tipe dari batuannya sendiri. z (b) Lentu r
f
Sowers (1979), Kulhawy dan Goodman (1980) F (Ductile -
00 Rock)
mengusulkan keruntuhan yang tipikal untuk suatu kondisi massa
batuan ketika menerima beban pondasi seperti tampak pada "General (8.1)
Gambar S.l.dibawah. Prototype model keruntuhan dapat terdiri Shear Failure"
d isepan-jang
atas kombinasi dari model tersebut.
permu kaa n
bidang
longsor.

Kekar Terbuka
(Open Jolnt)
F
z
Keru ntuhan
(9 o Tekan dari
z Kolom Batuan
L S<B (8.s)
d .J yg berdiri
o
J o
|.\
sendi ri
L
U (Seperti Joint
U
F
-Set yg
vertikal)

Gambar 8.1. : Daya Dukung Pondasi-Langsung dikaitkan dengan berbagai


macam kondisi Massa Batuan
(Menurut Sowers 1979, Kulhawy & Goodman 1980)
7
Kekar Keruntuhan
Tertutup pd Lapisan
(Closed Joint) atas yg kaku
"General & tipis
Shear Failure" dimulai dari
keru ntuha n N/A
disepan-jang (8.1)
permukaan tarik krn
bida ng Batas lenturan pd
longsor. harga H lapisan kaku
(Hampir terhadap tsb.
6 o B
seperti Joint U N
d tergantu
yg vertical) U Keru ntu han
ng pada
J
(h) pd Lapisan
Kekar Terbuka o sifat
S>B (e) atau Tertutup
atas yg kaku
material- + & tipis
Keruntuhan di
nya
,+-+l dimulai dari
mulai oleh terjadinya
/.-I_;: N/A
-/ i-.,< pem belahan
/splitting batu
(8.6) ponsen pd
lapisan tsb.
I dan menuju
ke "General
Shear Failure"

"General "General
S<B atau Shear Failure" Shear Failure"
S>B dengan dengan
potensial keru ntu ha n
o Bidang keru ntuha n
6 F= U pd
U longsor sepanjang d
F (8.3) f permukaan yg
z dpt F S<<B (8.3.)
joint -nya. (J
z tidak teratur
terjadi
o
N
t
I melalui massa
dlsepan-
batuan.
jang
joi nt-nya

Gambar 8.1. : Daya Dukung Pondasi-Langsung dikaitkan dengan


berbagai macam kondisi Massa Batuan
(Menurut Sowers 1979, Kulhawy & Goodman 1980)
f
t
Sowers (1979) ada dua (2) kondisi khusus yang kedua duanya
Secara sederhana, model keruntuhan dapat digolongkan adalah lapisan kaku diatas lapisan lunak dengan dipping kurang
dalam empat (4) kelompok kondisi massa batuan yaitts : Utuh dari 20" terhadap bidang pondasi. Pada kondisi pertama (seperti
(lntact), Berkekar (Jointed), Berlapis (Layered ), dan Retak-retak Gambar 8.1.g), suatu lapisan kaku dan tebal terletak diatas suatu
(Fractured) seperti tampak pada Gambar 8.1. lapisan lunak. Sedang kondisi kedua (seperti Gambar 8.1.h.)
dimana lapisan kaku-nya tipis. Pada kedua kondisi tersebut,
Massa Batuan Utuh (lntact Rock Mass), dengan
keruntuhan dimulai dart Keruntuhan-Tarik nya, namun perbedaan
Pondasi-Langsung diatasnya, yaitu diartikan bahwa jarak kekarnya
dari keduanya adalah bahwa pada kondisi pertama, keruntuhan-
(diskontinuitasnya) lebih besar dari 4 s/d 5 kali lebar pondasi (B).
tarik nya disebabkan oleh terjadinya lenturan pada lapisan kaku
Dapat dikatakan pula bahwa jarak dari kekar kekarnya adalah
sangat jauh sehingga orientasi maupun kondisinya tidak memiliki
dan tebal tersebut. Sedang pada kondisi kedua, keruntuhan-tarik
nya disebabkan oleh ponsen pada lapisan tipis dan kaku tersebut.
afti lagi pada daya dukungnya oleh karena itu dapat dianggap
Batasan untuk ketebalan dari lapisan kaku ini tergantung pada sifat
sebagai massa batuan utuh. Dua (2) tipe model keruntuhan yaitu
sifat dari material tersebut untuk terjadinya lenturan atau ponsen.
"Local" & "General" Shear yang terkait dengan Kondisi Rapuh
(Brittle) atau Kondisi Liat / Lentur (Ductile) dapat terjadi pada Massa Batuan dengan Baryak Retak (Fractured Rock
massa batuan yang dianggap utuh atau intact ini. Untuk kondisi Mass), dengan Pondasi Langsung diatasnya, disini dapat
Batuan lrang Rapuh (Brittle) terjadi Local-Shear yang dimulai dari dijelaskan bahwa retak retak tersebut adalah retk retak yang dapat
tepi pondasi mengalami keruntuhan local dan akan menerus digolongkan sebagai kekar-kekar yang memiliki dua(2) atau lebih
sampai rnembentuk "Segitiga" (Wedge) sebagai garis-kelongsoran set-kekar (oint set) dengan tipikal rongga-rongga kekarnya kecil
atau "permukaan geser" (lihat Gambar 8.1.a.). Permukaan geser dibandingkan dengan lebar pondasi. Retak-retak pada massa
ini tidak akan mencapai permukaan tanah / batuan. Untuk kondisi batuan yang sangat tinggi ini memiliki perilaku yang hampir sama
Batuan yang Liat / lentur (Ductile) terjadi General-shear yang juga dengan kepasiran dan kerikil padat. Dalam kondisi seperti ini,
dimulai dari tepi pondasi namun permukaan gesernya akan maka model keruntuhannya dapat digolongkan dalam "General
berlanjut membentuk Segitiga (Wedge) sampai kepermukaan Shear".
tanah I batuan (lihat Gambar B.l.b.)..

Massa Batuan Berkekar (Jointed Rock Mass), dengan


Pondasi-Langsung diatasnya, diartikan bahwa daya dukung dari
trtassa batuannya tergantung pada jarak rongga. orientasi maupun
kondisi dari diskontinuitas-nya. Ada tiga (3) tipe dari model ini,
yaitu: a)"Dipping dari kekarnya curam (hampir tegak) & rongga Perumusan untuk Daya Dukung disini digunakan
kekar rapat", b)"Dipping dari kekarnya curam (hampir tegak) & perumusan keseinrbangan batas yang sering dilakukan dengan
rongga kekarnya lebar", c)"Dipping dari kekarnya menludut" menggunakan perumusan Terzaghi. Perumusan yang digunakan
(lihat Gambar B.1.c.d.e.t). Penjelasan mengenai ketiga model ini merupakan perumusan yang empiris maupun yang semi
tersebut dapat dilihat pada kolom Mode Keruntuhan di Gambar empiris untuk daya dukung batuan dan tergantung pada model
8.1. keruntuhannya serta sifat sifat materialnya. Sedang dalam hal ini,
apabila akan digunakan rumusan yang ada, harus pula dilakukan
Massa Batuan Berlapis (Layered Rock Moss), dengan antisipasi tcrhadap model dari keruntuhan potensialnya. Rumusan
Pondasi-Langsung diatasnya, dis ini dapat dij claska n ["ra hwa lap isa n yarrg rlirckorncnclasikan disini sudah didasarkan atas keruntuhan
lapisan dari Massa Batuan ini mcrniliki karaktcristik rllrr srllt silirt potcrrsial nya sc1'rcrli pada (iartrbar 8.1. diatas. Perumusan Daya
yang bcrbctla-bctla schingga rnorlcl kt'r'rrrrlrrlurnrrvrr slrntlrl l)rrkrrrrg irrr tlilrltrrl sllrr pclsllrr sc[)asui bcriktrt
:
kolttplck. Mrxlcl kct'ttnlttlurtt vlrrre lr'lllr rl:rprrt rlirrrrlt'rrlrlrkrrsr olt'lt
a) Keruntuhan Geser Menyeluruh (General Shear Failure). Daya Persamaan (8.1.) ini digunakan untuk model keruntuhan
Dukung ultimate untuk General Shear Failure ini dapat dimana harga Kekuatan Geser (Shear) maupun kekuatan
diestimasikan dengan menggunakan teori daya dukung dari Cohesinya kedua duanya ter.jadi pada massa batuan.
Terzaghi dan Buisman (1943) sbb.: Model keruntuhan dengan menggunakan persamaan (8.1)
dapat dipakai pada keruntuhan seperti keruntuhan di
Gambar 8.1.b & 8.1.d.
;;',Q.';1r,=,C ,I{',,+0,'5'1r ,B N,* 11'D, N, (8.1)
b) General Shear Failure tonpo ada Cohesi. Keruntuhan ini
Dimana q,,,,uduluh Daya Dukung Ultimate, : ada pada keadaan dimana Keruntuhan Geser terjadi
)t Berat keruntuhan disepanjang bidang diskontinuitas-nya atau
isi efektif dari massa batuan, (dapat pula disebut sebagai berat isi pada massa batuan yang memiliki retak retak yang sangat
terendam air, apabila berada dibawah muka air tanah), fi - lebar banyak. Perumusan ini dapat digunakan seperti pada
model keruntuhan di Gambar B.l f & 8.1 i. bentuk
pondasi, f) - kedalaman pondasi dibawah muka tanah, C : perumusan nya dapat ditulis sbb.:

kohesi dari massa batuan. Harga M ,}y', , J{, adalah Faktor

dari Daya Dukung yang besarnya tergantung pada Sudut Geser Q o',,*
0',',5
Yrtl, 8,,,N', *,,T D,l{ n
(8.3)

Dalam dari massa batuan. Atau dapat pula digunakan persamaan


sbb.:
c) Keruntuhan Geser Lokal (Local Shear Failure).
Keruntuhan Geser Lokal ini mewakili suatu kondisi
N;= 2M'(Ifr,*r) (tt.2.a)
special dimana muka bidang runtuhnya tidak berkembang
sampai mencapai permukaan batuan. Hal ini dapat dilihat
seperti pada Gambar 8.1.a. Kedalaman hanya memberikan
kontribusi yang kecil pada harga stabilitasdaya
N,= M'<Ittr*rl (8.2.b) dukungnya. Perumusan untuk daya dukung ultimate nya
pada kondisi Keruntuhan Geser Lokal ini dapat dituliskan
sbb.:

N,= N) (8.2.c)
Q;,,:'C ]1[o*o'51r B N, (8.4)

d) Faktor Koreksi. Pada persamaan (8.1) (8.3) & (8.4) dapat


digunakan sepanjang Pondasi-Langsung tersebut menerus
,,&,,:tm? es:,*d/2\ (8.2.d)
dengan perbandingan antara panjang dengan lebarnya
(L/B) > 10.
Tabcl B.l dari Sowers (1979) menunjukkan harga Faktor
Korcksi yang dapat digunakan apabila bentuk
Dimana
0- sudut geser clalam untuk tttitssrt
lrrrt rtlrr si rrya lt t r Iu I attttt bu j u r,s cr n gka r.
Tabel8.l. : Faktor Koreksi (Menurut : Sowers 1979) keruntuhan yang berbentuk terbelah (splitting) dibawah
pondasi. Bishnoi (1968) mengusulkan suatu penyelesaian
Uerga (. Harga'(, terhadap Daya Dukung Pondasi sebagai berikut :

(Koieksipd Untuk pondasi bentuk Bulat :

fuktor,Cohesi faktsr Berat'Isi


dihitune :
, ,,.dihitung,: q;u,,-f, C'.iV,:" ',",' "
(8.6-a)
.,: .,. ,

C,*l/.) 'C''*Itr;)
Untuk pondasi bentuk Bujur Sangkar:
Bulat (circular) t.2 0.70
I :t":,:,r :.:::'l:i:::::ittt:,:'1.

Bujur Sangkar 0.85 ,-',.,,......:,,,,.,'..,.,..,,-:.-', (8.6-b)


(Square)
1.25
E;i,*:6:,i85:,:J;,,C N;. .. .. .ri it .. .'.
,. .

Segi Empat
(Rectangular): Untuk Pondasi bentuk Segi Empat menerus (LlB < 32)

LIB _2 t.t2 0.90


'
'l: ri
LIB :5
a: JC
1.05 0.95 AIcr
1\
(8.6-c)
L/B :10 1.00 1.00 I xlt
,:eiliirt:s. ))
:
'::l i.:r:l. i:a:.r.::..:.::il:..:.:.r..:. . '.-.,:::'' .'.:.':':.. :'
'
'

e) Keruntuhan karena Telranan. Keruntuhan karena tekanan Dimana J adalah faktor koreksi yang tergantung pada
ini terjadi seperti pada Gambar 8.l.c.dimana suatu batuan
utuh yang berbentuk kolom menerima tekanan pondasi.
ketebalan dari lapisan batuannya dan lebar dari
pondasinya. Sedang L adalah panjang dari pondasinya.
Keruntuhan model ini sama dengan keruntuhan yang
terladi pada test batuan sistem unconfined (UCS-Test) Untuk Faktor Daya Dukung l/,, dapat dituliskan sbb.:
dilaboratorium. Estimate Daya Dukung nya dapat
dituliskan sebagai berikut :
l/;, oF,rM,l
tan4|e+%\ (B.s)

Lihat pula perumusan 4.5 dihal.71 (8.6-d)


f) Keruntuhan karena Pembelahan. Keruntuhan karcna
Pembelahan batu ini ter.iadi karcna .iarrrk rtttiar
diskontinuitas nya agak bcriatrhiut scrllt bcroricttlrrsi lt'eltk
Iurus. scpcrt i l.llttllt ( iltttthtr S.l.r'.. '\[irtl lt'r i;rtli
Untuk memudahkan, harga J & },I.,. duput digunakan

fl
grafis yang diberikan oleh Bishnoi (1968) seperti tampak
pada Gambar B.2 & 8.3 dibawah ini.
1.0

Perhitungan untuk perencanaan Daya Dukung Pondasi-


Langsung pada permukaan yang miring atau bentuk tebing sering
dilakukan pada pondasi jembatan didaerah berbatu atau didaerah
-:z
OJ
0.6
pegunungan. Ada dua (2) macam posisi dari Pondasi Langsung
L
o
\Z diatas tebing yaitu : "Pondasi dipermukaan-atas Tebing" dan
o "Pondasi pada Tebing" seperli tampak pada Gambar 8.4.
i(I, 0.4
u-

o.2

0
o246810
Perbandingan jarak diskontinuitas dengan lebar
pondasi, H/B
Gambar 8.2. : Faktor Koreksi Diskotinuitas dengan
kedalaman (Dari : Bishnoi 1968)

,__._)i
oo
c
f
f
o
ob
iz
6
o
-v
(!
L

Perbandingan jarak diskontinuitas dgn lebar pondasi, S/B

Gambar 8.3. : Faktor Daya Dukung untuk berbagal larak Gambar 8.4. : Dua macam Posisi Pondasi pada Tebing
diskontinuitas (Dari : Bishnol 1968)
I

Menurut ASCE ( Amarican Society of Civil Engineering


)1996,
dalam bukunya "Rock Foundation,, menyatakan bahwa
z3:
perhitungan daya dukung untuk kondisi special. seperti c

pondasi pada tebing diatas, dapat digunakan petunjuk dari


NAVDOCKS - DM 7 dengan tetap memperhatikan p".r.rru, t:
x
yang ada pada Gambar 8.1 di depan. &
?a
Adapun petunjuk dari NAVDOCKS _ DM 7 ini ada di ?
c rO
"halaman 7-ll-5 gambar ll-4,, buku tersebut dengan judul .. 5
o I

ultimate Bearing capacity of Shallow Foundations on slope" atau 7

dapat dilihat pada Gambar 8.5 dengan penjelasannya seperti


dibawah ini.
g
z 5
Perumusan pada tebing disini diperhitungkan terjadinya o
!-
longsor geser serkuler tanpa acla longsor pada diskontinuitas_nya. 4

t
Untuk kondisi dimana diskontinuitas cukup dominan 3

untuk terjadi longsor maka digunakan perumusan seperti pada


table 8.1. z 2

&
j
9Oo.,
(l]Al)
o7 3
tera[$
nAl )o n/8 FOr? (l o
Fin o

Ulrimole Beoring CcXrocity o{ Shol!ow Fooiings on 5lope

Case 1 : pondasi dipermukaan-atas tebing

ApabilaBSH: vr:,1:1.' :ri t'


Tentukan Ncq dari diagram pd "Case 1" dgn No = 0,
interpolasi untuk harga 0< D/B <1 .. "t; /-Iif{ r
lnterpolasi qult antara perumusan (1) & (2) unt. M.a.t.
berada diantara elevasi permukaan dgn do = B
ApabilaB>H: M.a.t. od.
Tentukan Ncq dari diagram pd "Case l" dgn "Stability
'- -;- ---::
t,r. .'4.r+{,,!^try O
Number " 56 = yH/c. lnterpolasi untuk harga 0< D/B <1
lnterpolasi qult antara perumusan (1) & (2) unt. M.a.t.
berada diantara elevasi permukaan dgn do ' B
.!
Untuk M.a.t. dipermukaan, dan unt M.a.t. yg turun tiba tiba ,l
(sudden drawdown), ganti harga @dgn@'pd perumusan (2)
denean: '/ ,.,

,t' - k.' , ltu| h- +'


r''1".-j{J
{-
Ga mba r, u, o,ilx,Slli asi_ La nssu ng pada
il ilffirH:__Tnd
Untuk tanah Kohesive : ( 0 = 0 )
Rubah Persamaan (1) & (2) Harga Bl2 dgn "D" dan Nyq =1 b) Harga faktor daya dukung untuk kondisi pondasi pada
tebing ini diganti dari l,lc & Ny dengan harga Ncq & Nyq,
qult = [quh untuk pondasi sesuai dcngan grafis dari NAVDOC -DM7 diatas.
menerus spt diatas]x[qutt utt pond yg ditentukan / qult untuk
pondasi menerus]
c) Untuk korelasi pcrumusan pondasi pada tebing dengan
rlassa batuan yang memiliki kekar-kekar, maka
case ll : Pondasi pd. Tebing
perulnllsan dengan rnemperhatikan kondisi kekar-kekar
nya seperti pada Gambar 8.1. tetap digunakan dengan
cara :
Kriteria sama seperti pada "Case l" kecuali
Patokan utama adalah digunakannya perumusan yang ada
harga Ncq & NYq diambil dari diagram pada
di Gambar 8.1.
"Case ll"
Unsur rurlusan di Grnb.8.l dimana Kedalaman Pondasi
(D) dihitung - 0 sehingga harga y D Nq: 0.
.:. Faktor Daya Dukung di Grnb 8.1. diganti dengan Ncq &
Nyq dari grafis NAVDOC-DM7 pada Grnb 8.5.
Untuk "Keruntuhan karena Tekanan" dan "Keruntuhan
Lanjutan - Gambar 8.5. : Grafik Daya Dukung untuk Pondasi-langsung pada
karena Pcrnbclahan" (Ganrbar 8. l.c & e) tetap digunakan
Tebing (dari : NAVDOC - DM 7)
pcrumusan dari Gambar ll.l., karena pengaruh dari tebing
harnpir tidak ada.
Penggunaan dari perumusan pada tebing ini dapat dijelaskan Dernikian pula untuk Gan-rbar 8.1.g & h , dimana kckuatan
sebagai berikut :
daya dukungnya didasarkan atas kekuatan dari lapisan
kaku-nya. Kecuali apabila lapisan kaku tersebut
a) Perumusan keseimbangan dari pondasi langsung sesuai
rnembentuk Dipping yang > 20" digunakan pcrumusatr di
dengan perumusan dari Terzhagi yaitu :
Gambar 8.1.f. dengan menghilangkan unsur y D Nq : 0
Qlu,,:C IV,+ISY B J{,*1' D IV, namun

perlu diingat bahwa perumusan hanya dihitung pada


cohesinya & friksinya dibawah pondasi , sedang tekanan
dari beban timbunan tidak diperhitungkan (lihat garnbar
"muka longsor/ sliding failure" pd Gambar 8.5 diatas)
karena arah kelongsoran yang paling lemah adalah menuju
kearah tebing, sehingga perumusan umumnya menjadi :
Hubungan ernpiris antara Daya Dukung Massa Batuan
. Nn @ dengan RQD (Rock Quality Disignation) telah diberikan oleh
8u//
"*:{ f, f " ( 8.7.a ) Peck, Hanson and Thornburn (1974) sepcrti pada Gambar 8.6.
Korelasi ernpiris ini banyak ditujukan untuk massa batuan dengan
cliskontinuitas yang rapat atau rnerniliki keterbukaan tidak lebih
fo#-cNcfl*4r, *'rt@ ( 8.7.b ) tlari I inch

l't'r liirruut I)lyu I)ttkrrrrg ini hanya tligunakan untuk


lll('lllll\\ll 1r:t,llt It'ttttttlltlttt llet-ellCilllillllt tlltVlt tlttkttrtg pOrttlasi
st'lrt'lrrrrr rlrl,rl.rrl,,rrr Ir'rn t'litlil'lrrr llrttlrlr tllut pct'ltiltrttl,lutttvlr.
Demikian pula Perkiraan Daya Dukung Batuan (bukan Massa
Batuan) seperti pada Bab 6.2.3. hanya digunakan untuk tafsiran
permulaan saja.

t) Untuk menghitung Penurunan atau Deforrnasi dari


Pondasi-Larlgsllng pada Massa Batuan digunakan pcrhitungan
E
s(! defbrrnasi clastis seperti pada Bab 7 dengan mcnggunakan
E' perumusan dari Tirnoshenko & Goodier ( 195 l) atan rnenggunakan
perurnusan 7.1 di Bab-7. perumusan ini digunakan pula untuk
c Pondasi Tiang pada Batuan yang akan dijelaskan lagi pada Bab l0
G
.g
:=
i5 t58
bo Penurunan disini dapat pr-rla kita anggap sebagai suatu
g
t! dclbrurasi atau pcrubahan bentuk aralr vcrtikal clari mtrssu batuan
b! akrbat dari beban pondasi. Schingga dituliskan clcngan Penurunan /
c
J De I'ormasi sepcrti diatas dan untuk sclan-jutnya yang discbut
100
J defbrmasi adalah penurLlnan atau pengernbangan dari pondasi pada
o
o batuan.
o
6 Perhitungan pcnunuran disini adalah tcrnrasuk pada
50 Metodc Analitis. Sedang Mctodc Analitis untuk rnenglritung
deformasi pondasi dapat dibagi dalarn Dua (2) Kclompok yaitu
Metoda l]<:nlrtk Panrlahrttun (Clo.rul-l;orm ll'lcthods) dan Mctode
i\i tt rue ri k lY u mcnc:u I M cthotis ).
1

11 Metode Bentuk-Pendekatan, rnetode ini ntenggunakan


pcrun'lLlsau rnatcmatik dengan rnengernbangkan teclri elastisitas.
ROCK QUALTTY DESTGNATION ( RaD ) ['crurnlrsan yang digLrnakan adalah untuk rnenguraikan deforrnasi
akibat adanya tegangan tegangan dan regangan regerngan yang
Gambar 8. 6 : Perkiraan Daya Dukung yg Diijinkan pada Massa Batuan tcljacli pada pondasi diatas batuan. Perhitungan yang dilakukan
dengan Kekar kekar. (Menurut Peck, Hanson & Thornburn 1974) nrcnrpcrhatikan .f uga adanya fungsi geometri dari pondasi, beban
nllullr.ln kckakrran ponclasi dan sifat sifat clastis dari batuannya.

lirrlrrl' trrerrrllrplrll'ln l)cl'untusan pacla rlctode ini


rlilrrrr;rl';rrr ;r',rrrrr..i ;rrurrrsi selrlrglri pcntlclirrttrrr schiltgeu adit
Ittrrrl,r',t rl.rr r lr,r'.r lrrr.r \:rurr..i PrrtLr lrrrlrr:rrr l('t s('l)ltl :rrl:rllrlr sePer-ti
Homogen isotropis dan elastis liniair. Poulos & Davis (1974)Ielah rata dari lapisan batuan yang berlapis lapis dapat ditulis sebagai
memberikan persamaan yang komplit untuk tanah dan batuan berikut :

dalam bentuk tabel tabel dan grafis grafis untuk mendapatkan


harga tegangan tegangan dan displismen-nya. Beberapa hal yang
dapat dicatat disini mengenai pendekatan tersebut adalah sbb. :
*l n,,
a.) Kondisi yang unisotropis,lapisan lapisan
inhomogenitas pada batuan dapat diselesaikan dengan membuat
serta rl /2,
asumsi asumsi nya. Bentuk Pendekatan ini memerlukan adanya E rn,= (8 B)

masukan pada Parameter Modulus (E) dan Poisson's Ratio (u).


Untuk mengestimasi penurunan pada batuan, digunakan Modulus
Deformasi untuk menggctntikan Moelulus Elastisitas. Penjelasan
mengenai Moduius Deformasi ini dapat dilihat pada Bab 7.3.4.
/ v,Zh,
b.) Untuk hargu Poisson's Ratio, harga ratio untuk
batuan berkisar antara 0.1 sampai 0.35. Secara umum harga
Poisson's Ratio akan menurun dengan menurunnya qualitas dari
Dimana E u,, : Modulus Deformasi Rata-rata yang
batuan. Karena ratio ini hanya berkisar pada rangc yang kecil, dan
karena pula harga deformasi relatif tidak sensitif pada harga ratio diperhitungkan
ini, maka harga Poisson's Ratio seringkali diasurnsikan saja.
Er,, E,,,,,,.......Eu,,: Modulus Deformasi dari setiap
c.) Pengoruh Kedalaman Pondasi. Tegangan didalam lapisan. l'erbardingan Modulus Defbnnasi antar lapisan
batuan akibat dari beban pondasi, semakin dalam akan semakin tersebut tidak lcbih dari 3 (tiga).
kecil. Dalam hal batuan tersebut terdiri atas batuan yang berlapis
lapis, dan masing masing lapisan merniliki harga sifat sifat Elastis
yang berbeda beda, maka pengaruh kedalarnan dari tegangan h,,h,*,,""""'h,== Ketebalan dari sctiap lapisan
akibat beban pondasi pcrlu untuk dipertimbangkan. Untuk batuan
menghitung besarnya penurunan dari lapisan batuan yang
terpengaruh tcrhadap beban pondasi, dapat diperhitungkan sampai /1 - jurnlah dari lapisan lapisun.
kedalaman pondasi menerima beban yang tegak lurus dari dasar
pondasi adalah sebesar 20oh dari tegangan pondasi. Apabila tidak Untuk lebih jclasnya dari persamaan diatas dapat dilihat
ada perubahan yang jelas terhadap sifat elastis dari lapisan Ciambar 8.7 dibawah.
batuannya sedalam lapisan yang diperhitungkan 200% tersebut,
maka pertimbangan untuk menganggap adanya lapisan batuan
yang berlapis tidak dibutuhkan lagi, atau dianggap tidak ada
lapisan batuan.

d.) Lapisan Batttcut .vong bcrlupr.r. Poulos & Davis


(1914) memberikan prosedurc untuk n-rcngcstinrsi pcnurunarr tlali
pondasi yang mctliliki lapis baluurr scparr.ilurg li.ctlirllrrurn ylrrrg
tcrpcrtgartrlt. bcllrrr prlnrllsi vrritrr kctLrliu)riln slr))l)lri .)0",, tl;rr r

tctilntiln ljlittrrrrr l'ctsrrilrurrr ulrlul\ nlr'ilcrrlukrrrr Nlllrltrltrr rirllr-


f
i

t.r2q B r-;\iL)' (B.e)


5,,=
Eu
-c
G
o
Dimana 5,,: penurunan maximum dititik a pada
c
o Garnbar 8.8.
o
UL
ll I
o
__ __-r_ ,--,0
I
Ur
c t - Tegangan (beban per satuan luas) dari beban
G I L-- Lingkaran Tegangan Q
c pondasi.
G
\\_ tl
E
sG ,i
o--0.2y z
fi : Lebar pondasi
ro n' "," ega ngan
o a,.. I
I
rn)
f -Panjang dari Pondasi
pr : Pisson's Ratio dari lapisan batuan
Gambar 8.7. : Pondasi pada Batuan Berlapis yang terdiri atas '1n" E u: Modulus dcforrnasi dari batuan
lapisan sampai pada Kedalaman yang Terpengaruh sebesar 2O% dari
Tegangan Batuan. Perhitungan untuk menentukan penurunan di titik titik b.
(Menurut Paulos & Davis, 1974) c, d, seperti pada Gambar 8.8 dapat dilakukan dengan mencntukan
hurga /aktor reclukti dcngan menggunakan grafik pada Gambar
8.9 yang dikeluarkan oleh NAVDOCKS-DM7.
e.) Rwnusan untuk Penurunan Ponclasi Segi Empat
dengan beban merato. Pondasi bentuk segi empat adalah bentuk
pondasi yang umum pada sistem pondasi langsung. Penurunan
pada sistem pondasi ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
Ponclasi -Lentur( Fleksibel) dan Pondasi - Kaku(Rigid).

Pondasi - Lentur (Fleksibel), adalah suatu sistem


pondasi yang tidak memiliki kekakuan yang cukup apabila
menerima beban & molnen lentur dari pondasi. Seperti terlihat
pada Garnbar B.B dimana pada pondasi fleksibel bentuk segi empat
terjadi lendutan atau penurunan rnaximum dipusat beban.
Penurunan maximum dipusat beban tersebut (yaitu di titik a )
dapat diestimasikan dengan menggunakan persamaan sbb.:
r
{
+
I
1t

i
L
!: ,1t-ERtcE foR RlclD t.o,tD

do : Moximu-
a,' " d:formotion x7s
-l E fLtxlBLf LO,tD f otNl: (i
Eio ----t r-J_JJ-__jJ
Tampak Potongan Rtcto clRcuuR Lbto toH a=t.=t, I

€6s I )-'ru'r,ul, *,\


I )-'rul,u|, *r\ ,ol,
not,^',
o
&,
b60
_T
t I

I
(o
r! 55
i
-rl
-J $
:

? 2 3 { 5 6 78
Ratio antara Panjang dengan Lebar L/ B
Gambar 8.8. : Bentuk Penurunan / Deformasi untuk Pondasl Fleksibel
Gambar 8.9. : Faktor Reduksi dalam % terhadap harga
bentuk Segi Empat yang menerima beban merata
Penurunan dari Pusat Beban untuk Pondasi Fleksibel
bentuk Segi Empat (dari : NAVDOCKS DM-7)

Pondasi - Kaku, adalah suatu sistcrn pondasi yang


rnerniliki kckakuan yang cukup dalam menahan lenturan akibat
dari beban pondasi. Contoh untuk pondasi seperti ini adalah
struktur beton rnasiv yang digunakan dengan rnenahan gravitasi
antara lain seperti pada konstruksi intake dan outlct pada bangunan
air. Pada pondasi bangunan yang kaku ini akan memberikan
peuurunan yang merata.

Estirnasi untuk menerrtukan harga penurllnan I


tlcfirrrrtasi nya dapat dilakukan dengan cara mengkolikan horga
L',slirtttr.si tlt'litt'rtrtr.ti rtttr.rinrttrtr duri Ponclu.yi Fleksihel clengon
rlittrt'trsi tttu.t: \(untt tlttt'i Pcrtrrtttt.stttt (8.9) dcngun Kttn,u Fuktor
lir',ltrl':r lirrl,r t ttttt uttlul\ ltt'lttttt Itrtl,tr lttttltt (ittntltttt',\.9. tlittlrt.y.
tanah, scmakin dalam clcvasi dari pondasi maka
akan semakin besar daya dukungnya; namun pada
batuan tidak selamanya terjadi dcmikian karena
lapisan batuan ticlak sclalu homogen. Sering kali
Beberapa catatan, perlu disampaikan disini khususnya pula bahwa lapisan kcras tcrletak diatas lapisan
mengenai penggunaan perumusan dan alur / langkah langkah h,rnak, sehingga apabila kita meletakkan elevasi
dalam merencana Pclndasi diatas Massa Batuan. Hal hal tcrsebut
pondasi senrakin dalarn, rnaka justru daya
dapat disampaikan sebagai berikut : dukungnya akan scmal<in kccil. Oleh karena itLr
Kedalaman Pondasi harus ditentukan dari hasil
a) Dalam menentukan besarnya Daya Dukung Massa penyelidikan tanah/batLran atau hasil penyelidikan
Batuan perlu diketahui batasan dari Kekuatan geologisnya.
Mussrt Butuon-nya dalam mendukung beban tanpa
terjadi kcruntuhan atau menentukan besarnya c-) Alur untr.rk menentukan Daya Dukung Pondasi-
penurunan / deformasi sesuai dengan kcbutuhan Langsung pada Massa Batuan dapat digambarkan
bangunannya. seperti tampak pada Gambar 8.10. dibawah ini.
b) Dengan memperhatikan kondisi di lndonesia Untuk Pondasi didaerah batuan Kapur (Lime-
dimana proses pelupukan sangat besar, maka stonc), perlu mcmperhatikan mcngcnai rongga
dimungkinkan bahwa kekuatan hancur beton rongga pada batuan kapur karcna ini yang akan
pondasi akan dapat diperhitungkan lebih kuat dari mencntukan elcvasi dari Pondasi-Langsrrng nya
pada kekuatan batuannya sendiri. dan perlu memperhatikan pula mcngcnai adanya
c) Perurnusan Daya Dukung yang telah dituliskan arliran air tanah pacla batuan (Karst).
diatas masih harus di bagi lagi dengan Angka Scring kali dinyatakan bahwa Pondasi-Langsung
Keamanan untuk mendapatkan harga Daya pada batuan rncrniliki kondisi Defbnnasi yang
Dukung yang Diijinkan. Angka keamanan ini lebih diutarnakan dibandingkan dengan kondisi
dapat diambil sebesar 2 -3 . dari Daya Dukungnya sendiri. Atau dapat
Dua hal yang prinsip pada penggunaan rumusan dikatakan bahwa Defornrusi pculu baltrun lebih
yang perlu diperhatikan , yaitu Berat Isi e/ekti/ menentukon clari pudu Da1,q Dukung nya
dari batuan dan Kedaloman Ponclusi batucrn dari khususnya pada batuan dengan retak-retak yang
permukaan tanah. banyak atau pada batuan limestone yang memiliki
Berut Isi e/bkty' disini dimaksudkan adalah posisi ronga rongga.
dari Muka Air Tanah (MAT) terhadap elevasi
pondasi sehingga mempengaruhi harga dari Berat
Isi Batuan yang diperhitungkan. Apabila elevasi
pondasi berada dibawah MAT , maka harga dari
Berat Isi Batuan dikurangi dengan Berat Isi Air
(atau sering disebut sebagai Bcrat Isi Tcrcndatl
Batuan / Submerged ).

Kcclu I tr ntr tt l\lttltt,s i Brt/ rrtt tr tlisirri rlirrrlli.stttlliltn

bltltrvit 1-tadtl lttttttlrt,ti tlirttrrt ltrtlrtrttt trrltrl, \ttttttt


(l('tl,!:(ttt 1ttt111l111i ltttt/tt trutrtlt I iltlttl' P,rlltl,l\l l):l(l:l
Penyelidikan Tanah
r
Untuk mengambil contoh batuan
*
ffi
fi CONTOH PERHITUNGAN :I
&

U
I
Contoh Batuan di Test di Laboratorium Diketahui : Suatu pondasi langsung yang terletak pada tebing kali
seperti pada gambar

Menentukan Klasifikasi Menentukan Kondisi


Massa Batuan Kekar-Kekar (Joint-set) ,l'
,s
I
,.8

.ffi

Menentukan :
i,
* Harga C (Kohesi) & 0 (Sdt Geser Dalam) dari $

t
.i.
Massa batuan
Perkiraan Daya Dukung Massa Batuan
Perkirakan Deformasi Massa Batuan
ll

,rl 9=2kglcmz
Data tebing kali :

C= lkg/cm2=1.Otlm2

(D= 0"
Menentukan Kondisi Kekar-Kekar dari 1",
Massa Batuan

Menentukan model keruntuhan dari Daya Dukung


Tentukan : a) harga Qult- nya

Massa Batuan & Elevasi pondasi yang sesual . b) angka keamanarr

Jawab : Gunakan grafik dari Navac DM7

Menentukan perumusan Daya Dukungnya &


Besarnya Daya Dukung Massa Batuan a). Harga Stahility-Nunrber (Angka stabilitas) N":
:
+
(2.08x2.6y10

Cek Harga Daya Dukung & Deformasi dari - 0.s4


Massa Batuannya dengan data data yang ada
Dari Grafik (di hal 131) atau dibawah ini, rnaka didapat
hasil sbb :

IJnlul< I)/U - I Ncc1.- 6.75

Gambar 8.10. : Skema alur menentukan Daya I lrrlrrli I),ll 0 Nccl 4"3
Dukung Pondasi Langsung pada Massa Batuan
V
Harga Qult diinterpolasikan antara harga D/B : 1 dengan D/B - 0
sbb. :
ri;

5
Untuk D/B :1, Qule CNcq + YD : l0 (6.75) + 2.08 ( 1 .0) : ;r'

69.58 tln2 ii
1;
I
Untuk D/B :0, Qult- CNcq + YD - l0 (4.3) + 2.08 (1.0):4s.08 n
s::i
tln2
k
s
Untuk D/B : l/6, Qult :2.51 + 1/6 (69.58-45.08) - 2.51+ 4.08 : #
s
6.59 tlm2 4
H.
,l-s
b).Angka Keamanan adalah : SF : Qult /q
: 6.591 2.0:3.3
t:;
l,il-':

Case 1 : pondasi dipermukaan-atas


tebing
ApabilaBSH:
Ientukan Ncq ddri diagram pd "Case 1" dgn No.0,
rnrprpold\, unluk ndrgd U. D/B . I , idl . ',r1 ' fi f; ayq. g:. '
lnterpolasi qult antara perunrusan {1) & (2) unt. M.a.t.
llerada diantara elevasi permukaarr dgn do = B

Apabila B > H: M.a.t. od.


fentukan Ncq dari diagram pd "Case l" dgn "Stability
Number " No.= yH/c. lnterpoiasr untuk harga 0< D/8.:1.
:.;;,;;;{*w
lnterpolasi qult antara perumusan (1) & (2) unt. M.a t.
bcrada diantara elevasi permukaan dgn do = B rs -.8,t q
lJrrtil' M.a.l. dip.r1sn44n d.rn ur't M.a.t. yg lrrrun ttl).r'iLld :
. ,.y--.1;l I l-,..,
'\ 1r | +l,l
.r:#.v
(rrrcldcn drawdown), ganti harga 0 d1n @'pc) perurnusan (2) 1l
-t-t
't',,.
rlorllan : ..{..",. .,'q.'., 'l l; ..
l:rJ/,t
' = i' ':'A ' "
't"" t' t'

(iutttltlt'l{.5. :(jr';rlil. I):r\:l l)ukrrlg lrrlul\ l'ortrl:tsi l,:tngsung


uirrl:t !t'lrirtr'( rl:rri : \.\\ lX)( l)\l 7)
Untuktanah Kohesive :(0 =0)
Rubah Persamaan (1) & (2) Harca B/2 dgn"D" dan Nyq=1
Diketahui : Suatu 1'rrlrdirsi langsung yiruu ler'Iclak diatas l ebtng
seperti pada ganrhar' :

[qult untuk pondasi menerus spt diatas]x[qult utk ?erur,'|usan menjac!i :

pond yg ditentukan / qult untuk pondasi menerusl


, Qrtll' CNr.q' t7i)
I

f,L
I

case ll : Pondasi pd. Tebing 'T---: ::.,-...,..-.-. q=DL+LL


8=30 L:'i'
Kriteria sama seperti pada "Case l"
harga Ncq & NVq diambil dari diagram pada
kecuali ,=r--- I -..'.'-.""':.r
-'"'::;'::'l':':il"
D=1"1 ;{
Data tebing kali :
"Case ll" ...:..,.:::i:;::rr
.,r.,.,,'..,1., a..'
.... .r:.;:'j
C = 0 kg/cm2 B=2-O

$.
O= 35"
*i 'l'entukan : u) harua Qrrll- ny,l
:
lanjutan - Gambar 8.5. : Grafik Daya Dukung untuk Pondasi 4',

Langsung pada Tebing ( dari : NAVDOC * DM 7) i


3
s
q
b) angka liclrnlrnar.r

.lawab : (]uual<an gralik dari Navac DMTlhal l3l ) atau gralik


dtbulvrtlt irri.

a 1.I)irsurnsii<an [rahlva ntrrku itir lirnith lcrlctirli .jaLrll r,liltlwlrh


fr xi rltukir l,uliilr.& ritisar' ptrrril.rsi.

(l LlntLrk l)l- (l)ead l,oarl.1 -, 2.5 iig,rcnr2

ri unlul( LL ( t-ivc l.oad)-., 1.,5lg!q2


(t (I) ..1.0kgr'crn2

lr,'[] 2t2 - l.l)


l)lr l.l -l 05s

\y,l (I0 ll) i:i I.10)li '(r ) (('llllirlirn : (l og


l(, r lt,r, l(|)rl) \'\
16.5
:Log ( _ )
*0.55: + l/8, demikian juga untuk masing masing
10
harga akan mendapatkan +l/8, kemudian baru dijumlahkan)

Qult
: C Ncq +y Bl2 Nyq: 0 + (2.08 x2l2x26):54.08t1nt2
a*

b). Angka Keamananadalah : SF - Qult /Q : 54.08 I 40 - 1.35 1$

ApabilaB<H:
Tentukan Ncq dari diagram pd "Case 1" dgn No = 0, lut "(41 "f,! *yq,O
interpoiasi untuk harga 0< D/B <1
lnterpolasi qult antara perumusan (1)& (2) unt.
M.a.t. od.
M.a.t. berada daantara elevasi permukaan dgn do --l-;-.. -::
B ,-. - : n. r. \"rl a:g &
ApabilaB>H:
Tentukan Ncq dari diagram pd "Case 1" dgn
"Stability Number " 56 = yH/c. lnterpolasi untuk
harga 0< D/B <1.
lnterpolasi qult antara perumusan (1) & {2) unt.
M.a.t. br.rrda dirntara elevasi permukaan dgn do =

i '" '' ':'a 't^ '

Gambar 8.5. : Grafik Daya Dukung untuk Pondasi Langsung


p;rda tebing ( dari : NAVDOC - DM 7)
CONTOH PERHITUNGAN : III Q,,r,=o'5Y B Nr*Y D I{,,
Diketahui :Suatu pondasi langsung menerus yang terletak diatas
massa Batuan seperti pada gambar. Massa Batuan memiliki
Diskontinuitas dengan Dipping 45'. I{, : tan' (45" *%l : Tan'z (4-5o + 3s'12) :3.6s

1V = 1/. (
N; r)-
3 .69)/. e .692 - r) : r .gz(r3 .62 - r) : 24.23
Dt +LL
ly', = l{)*:13'62

J J Jadi Qult:(0.5x2.08x2x24.23 ) + (2.08x 0 x 13.62):


50.4+ 0-50.4t1m2

Keamanan : 50.4 / 15.0 : 3.34 r> OK

s)

C = 1.10 k1lcm2

Keruntuhan geser diperkirakan terjadi di sepanjang bidang


diskontinuitas

Tentukan : a) harga Qult- nya

b) angka keamanan

Jawab : Gunakan Gambar 8.1. dari Hal122 beserta


penjelasannya.

Karena keruntuhan gesernya terjadi disepanjang bidang


Diskontinuitas, maka harga C (Kohesi) dalam hal ini
diperhitungkan : 0 kglcm2. Rumusan yang digunitkart scl"rcrti
pada rumusa (8.3) scbagai bcrikut :
4. Harga Modulus deformasi insitu & perkiraan besarnya
penurunan
5. Harga Daya Dukung massa batuan (qult)
1. Suatu pondasi langsung menerus, terletak diatas suatu
lapisan batuan spt tampak pada gambar
)
<-fu

Pondasi
\*
A
HI

B=2.0ML
D = 0.5 Mt. Pondasi diatasTebing/slope (Foundation along a slope)
$ = {,0 Mt.
a * 60 derajatr

Apabila diketahui bahwa :

1. Lapisan batuan tersebut adalah sediment clastic dgn


texture medium
2. Memiliki structure : blocky
3. "Surface condition" darijoint-joint rrya adalah termasuk
"Fairt' dengan permukaan yang "smooth" ,
I'
Moderately-weathered "
4. Data lain dari batuan sbb.:
RQD : 6s%
UCS:75 Mpa
Mean fracture spacing: 65c
Ground water - wet
5. Data yang dianggap kurang tcntukan sencliri
Tentukan :
1. Harga R.M.R.
2. Harga (i.S.l. (tcrrnlsrrl< rrri . rrrh. s.lr )
3. llarfir c & plri rtttlrtk nursslr lrlrltrttt
cfi 5,
a5 -.,l4E
hla0E D!rt le r!tk
lnlNT SFAtltlG
RaLlli. h4A55 t ntari En.[i
B
B/L : 5ll mt/ 15 m1

Tentukan pula harga daua dukungnya apabila diketahui

RI,IR ..:
B = 3.0 Mt.
r:E
D = 0.0 Mt.
f,lftrE
lrfiT sFAart,tG S = 1.0 Mt.
Flaatr. h4A:5 coNDl

B e a = 45 derajat
BiL ::5 mi i l.t !.i ix 2 l0 ril/ / [t rt
# Sedang harga c (massa batuan) : 5.50 kg/cm2

Tentukan : I lft!k Ferl ft!itii lvbdu u:: FElilrri:r d !rrrl;n r!ri!:ar dar f,i! 0 (massa batuan): 25"
: Tpnl!fiaf harqE ' a a" t dEri maia hatuin I'ang ikir d !!nailrn dalarr petl iturgan dEr!ai h4ifr []!liumb di;!lri[]
,l Tenlu!ran be::rr :,a f erk rian dEttrmai dar L :1uan il.Llril [rehan p0id]!r
4 Trnl!fian day; d!l !f! dar bil!ir tEr:pi11 drr 5r!lem FErdai drali! !LFpe !epeI p:di gahbar drbrwrh Jelaskan pendapat anda dari hasil diatas.

3. Hal hal apa yang perlu diperhatikan dalam menentukan suatu


pondasi diatas suatu lapisan batuan limestone ? Buat urut
urutan secara skematis mulai dari pengambilan contohnya.
4. Bandingkan harga daya dukung hasil perhitungan pada soal
nol diatas dengan hasil daya dukung empiris ( dari teori RQD)
dan jelaskan adanya perbedaan tersebut.
5. Tentukan perumusan daya dukung gambar
dibawah ini.
BAB 9 : PONDASI.SUMURAN
PADA LAPISAN BATUAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai aplikasi Pondasr-


Sumuran pada Massa Batuan. Pondasi-Sumuran atau yang biasa
disebut dengan "Pondasi Pier" atau dalam hal tertentu dapat
disebut pula dengan pondasi Bor Pile. Pelaksanaan dari Pondasi-
Sumuran ini dilakukan dcngan mcmbuat lubang bor atau lubang
galian terlebih dahulu baru kcmudian diberi penulangan dan dicor
clengan beton.

Sistem pondasi ini digunakan untuk mendukung beban


yang berat dan seringkali pula diikuti dengan adanya beban tarik
scperti pada pembuatan tower diatas batuan. Diameter pondasi
scring kali dibuat besar ( > 60 crn) untuk dapat mendukung beban
hcrat. Pernbuatan lubang bor dapat dilakukan dengan
rncr.rggurrakan auger spiral yang diputar dengan mesin dan dapat
n.rcncnrbus lapisan Lratuan dari yang lunak sampai sedang. Lapisan
lhlrnn ini lntrrra lain scpcrti Birtu-l,cmpung (Claystone), Batu-
I'irsir' (Srrrrtlslorrc), []atu-(ilrtrping (Chalk), Batu-Kapur
( I i rrtr.'slorrr' ) r l rr u hlrt u;rtt hltltuttt lct'lrtpttl< lu ittnya.
Pengertian Pondasi-Sumuran disini disamping sebagat
pondasi yang dibuat dengan menggali dahulu lubang sumuran
yang kemudian dicor dengan beton (Cast in-Place)' jugu
dimaksudkan sebagai pondasi yang dibuat menembus lapisan
batuan dengan diameter lebih bcsar dari 60 cm. Namun sering pula
dibuat pondasi dengan diatneter + 30 cn"r untuk beban beban yang
sedang yang biasa disebut dengan "Pondasi-Strauss".

Daya
Dukung
Tanah

{1",)

Gambar 9.1. : Penggunaan Pondasi-Sumuran pada Tanah & Batuan


Pada Pondasi-Sun-tttran yang dilaksanakan pada tanah (a) Pondasi-Sumuran diatas batuan atau tanah keras
biasa, scring kali digunakan bentuk pembesaran diujung pondasi (b)&(c) Pondasi-Sumuran pada lapisan Tanah dengan
yang tLrjuannya meningkatkan daya dukung ujung tiang sumuran. pembesaran pd ulung pondasi
(Point Bearing) nya. Namun pada Pondasi-Sumurun untuk batttan (d) Pondasi-Sumuran pada batuan yang Ujung Pondasi-nya
hal ini jarang dilakukan pembesaran pada uiung tiang sumuran masuk kedalam batuan (Socketed)
karena dianggap bahwa daya dukung diujung tiang sumuran pada
batuan sudah cukup besar. Yang umum dan sering dilakukan pada Penggalian pada batlran dilakLrkan dengan menggunakan
batuan adalah rneletakkan Ujung Tiang Sumuran Masuk kedalam rncsin bor dengan mernasang mata lror pada ujung alat bor. Mata
Lapisan Batuan (socketed) sampai beberapa clx untttk bor ini cliscbut "(-orc Barrels" yang pada trjun-e ujr"rng nya
mendapatkan kekuatan gesekan antara bcton tiang sumuran ditarrbahkan suatu gigi gigi ciari Baja Keras (Tungsten carbide)
dengan batuannya scbagai daya dukung tekan maupun tarik-nya. agar nrarrpu nrerrotong batuannya. Suatu mata bor yang
nre rrotong batuan dengan putaran dari rnesin dan dengan
Beberapa perbcdaan antara penggunaan Pondasi- pcndingin air (Shot Barrel) scring pula digunakan pada batuan
Sumuran pada tanah dengan Pondasi-Sumuran pada batuan dapat yung cukup keras seperti pada Gambar 9.2. dibawah ini. Pipa Bor
dilihat seperti pada Ganrbar 9.1. dimana pada tanah sering kali (l)r'ill Stcnr) clipasan pada mata bor yang disambung pada plat-nya.
digunakan pembesaran ujung, sedang pada batuan jarang Scrlurrg ujung dari nrata bor yang tnentiliki gigi gigi dari baja akan
dilakukan pembesaran rnengingat bahwa melakukan pembesaran nrcnr()l()ns hatrnn l<arcna adanya putaran dari pipa bor dengan
pada batuan juga cukup sulit dilakukan karena kckerasan dari rrrcsin [ror'. I)lrri ptltorrgan tlcngan nrata lrrlr tcrscbut, maka akan
batuannya. Di samping itu, batuan scringkali lebih keras iltatt sallta tlirlrrlrrrt lrrrsil hu'rrplr irrli lttrttrtur yartg rliscbrtl pula dcngan "I{ock
dengan kckcrasan dari betonnya scncliri. ( ()r'(' liot k ('or.t' ir)r vlrrrg l<crurrrlitrrr lrl'lur tlicvirlrrasi lagi apakah
rrrtl:rlr .,,'.,rrr (l( nj,ln lrrrlrurn rrrtl tlitlrrPrrl tllrri lrrrsil pcrrt'clitlil<lrrt
',t lrt lttttttt\ r \ .1r 1' , ltl ",l r lt l:rl)r )r :rlor lu ll
. r
.: ir.'.:ll
Water ,iit:::;;:;.i;-: i:::.::::ll ;;;ta;.'tt;;ta;r.r.i'i;r.tarrrlaaaaaaa,,:4a,".',"'

li.:'',..']':]-':....:-::-',:'-:]..::':]:'']...:.],li::':.::::::::':]];.:..''::],:'.;.:'.;''..'''''..
in
I

I
Se-perti dikctahu i bahwa sistem Pondasi-Sunruran
digunakan apabila lapisan keras (yang dalam hal ini adalah
Lapisan Btrtt.ran) tcrlctak tidak terlalu tlalam dan tidak pr-rla terletak
dangkal sedang lapisan atas pada Lnnulnnya adalah lapisan tanah
lr-rnak. Apabila dihctahui bahwa lapisan kertrs terletak lebih dalam
dari rencana pcnggunaan pondasi langsung (ataLr kesulitan dalarn
mcnggunakart pon<lasi langsung) karcna kedalaman galian yang
akan dibuat untuk ponclasi langsnng, maka dapat dianjurkan
penggpnaan Pondasi-Sumuran ini.

Disarnping itu, dalam bcbcrapa pckcrjaan yang tidak


:)l
t,
bisa dilakukan dengan Sistcm Pondasi-Dalanr yang dilakulan
a
dengan pcmancnngan yaitu discbabkan karcna timbulnya getaran
.ft
a
li
maupun bisingnya suara pcrnarlcangau scpcrti didaerah rumah
sakit rnisahrya, nraka penggunaan Ponclasi-Sumr.rran irri sangat
dianj urkan.

Beberapa kcuntungan clalam pelrggunaan Pondasi-


Sumuran pada l-apisa Bartuan antara lain aclalah sebagai bcrikut :

a) Satu Ponclasi-Surnuran dcngan diameter yang


bcsar clapat urcngantikan suntu grup tiang
pancang clan kcpala tiirr-rg / I)ocr-nya (Pile-cap).
b) Pondasi-Surnuran pada batuan dapat menahan
tek-anan tarik dar-i bangunan dengan
me rnasukkan 'I'itrng Pondasi-Sr-rrnuran lebih
Gambar 9.2. : Skematis diagram dari mata bor "Shot
dalarn kelapisan baluan ( Socketed).
Barrel" untuk membuat lubang Pondasi-Sumuran c) Pondasi-Sunruran lcbih rnudah melcwati lapisan
pada batuan pasir krikil diatas sutrtu lapisan keras/ batuan
dibandingkan clengan penggunaan tiang
pancang.
d) Pada lapisan Iinrcstono climana adanya elevasi
permukaan dari lin-rcstonc yang sangat tidak
br'ratrrran. nraka pengglrnaarl Pondasi-Surruran
srr rrtlrt [rcrrnrnliral.

r') l'o11111111'Srrlrrrrlrtr tllrlltn 1-rcllrlislrruurruttlt tirlltl<


nr( nrrlrlrlklrtr rtr:rt:r nllrul)un t,r'lilt-ilrt sr'ltittgtilt
sangat sesuai untuk penggunaan diarea yang
padat bangunan.
Pada lapisan lempung diatas lapisan batuan,
dalarn penggunaan Pondasi-Sumuran tidak akan
rnenyebabkan tirnbulnya pengembangan pada
Apabila lapisan lcrlpung lunak tcrlctak diatas lapisan
permukaan tanah seperti pada penggunaan tiang
bertuan keras rlirnar.ra 1^lenrltralan I'iang Suurur Bor lrarus urclcwati
pancang.
lapisan lcrnpung lunak tcrscbut r"rntuk rnencapai lapisan lratualr
s) Pondasi-Surruran dcngan diameter besar, kerasnya, n-nka pernbuatan lubang bor harr-rs mcnggunakan pipa
mampu menahan gaya horisontal lebih besar penahan tanah atau yang cliscbLrt dengan casirrg.
dibandingkan dengan pondasi tiang pancang.
Disamping keuntungan keuntungan dari penggunaan Casing ini clrgunakirn untrrk urenahan longsornya tanah
Pondasi-Surruran seperti disebutkan diatas, maka perlu pula lunak di sckitar lubang bor sctclah pcnrbuatan lubang bor.
mcngetahui n-rengenai beberapa kekurangan dalam Ke lougsoran itu ter-jatli karcna tanah lunak tcrsebut akan
penggunaannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain rlcngernbang n-rcnutupi lubang bornya akibat tckanau sarnping dan
adalah sebagai berikut : tanah lunak ini tidak merniliki kckuatan untuk rnenahan longsor.
Casing ini akan menahan lutrang bor agar tetap tcrbuka dan
a) Keluarnya material tanah hasil pengeboran berlubattg.
dalam pembuatan lubang bor scring kali sangat
mengganggu lingkungan sekitarnya. Sehingga Selain (lasing. dapat pula digunakan Lunrpur []or yang
perlu ada perhatian khusus dalam membuang lerbuat dari clay yang bcrupa scrbuk kering attrrr yang tlilual dalarn
tanah ini karena tanah ini pada umumnya tanah bcntuk ScrbLrk lJcntonite. [)alalrr penggrinaannya, Bentonito inr
yang bercarnpur dengan air. clicanrpur dengan air dan akan nre n-jadi lun-pur bor dan
b) Pengecoran beton pada lubang bor harus clirnasukl<an kcdalanr lubang bor untuk mcnahan kelongsoran.
dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dan L,umpur bor ini digLrnakan jtrga pucla w,aktu peugcboran untuk
pengawasan yang ketat agar pelaksanaan penyelidikan tanah dan mengantbil contoh tanah.
pembuatan tiang Pondasi-Sumuran tidak
mengalami keropos. Pada saat pengecoran bcton pada lubang bor. setelah
c) bor sering kali pula dapat
Pernbuatan lubang tulangan dipasang ilidalarn luhang bor. nraha pe laksanaan
menirnbulkan adanya penurunan bangunan pcngecoran dilakuhan rleugln rrrcngg,.rnakan i'tiplt 'lrcnri agar'
disekitarnya khususnya pada bangunan dengan spcsi bcton dapat sarnpai patla ujung bawah lubang bor tanpa
pondasi langsung. Hal ini terjadi karena n"rcngalami degradasi. [)engan utelakukan pengecoran yang
pengambilan tanah dari lubang bor / sumuran diurr"rlai dari Lrjurng bawah lubirng bor secara hati hati dan perlahan
serta terikutnya air tanah, sehingga perlu adanya lalran, rnal<a cairan bcntonilc akan tcrdorong keluar kcatas
pengawasan yang ekstra pcrnukaan tanali clan bisa ditarnptrng kcnrtrali r.rntuk digunakan
d) llujan dapat merupakan halangan yang serius patla lubang hor lainnya.
dalam pembuatan sumuran maupun pada saat
pengecoran beton. Adanya hu.jan ini scring [)crnuslurgan cirsing untuk Pondasi-Surnuran pada
rnenycbabkan lingkungan rli urcll rrrcniatli l .lpisan lllrtrurrr lrlrrrl'a tlilllitrkirn slrrnltai ltarllr ltcrntukaan lapisan
sangat bcrlutnpur (bccck ). lrrrlrrrrtrtvrr sirlir. st'tlrrrrri prrrllr lrrpisrrrr [lrtrurrrrrvir scndiri parla
llnnrl)n\ :r rrrrl;rlr I r{l.r l, (lrl)ltl rrlrl'rrtt t'rrsirtg lllti.
7
ill
Poulos & Davis (1968) dan Goodman (19tt0)
mengenalkan persamaan pc:nurunan (settlernent)-((l),,,,.,,.)
dcngan menggunakan f-aktor kedalaman (n) untuk Ujung Pondasi-
Sumuran atau untuk Pondasi-'Iiang yang dilctakkan pada Lapisan
Batuan yang bcrada dibawah pcrmukaan tanah (lihat Gambar 9.3.)
Pondasi-Sumuran yang ujungnya diletakkan pada
Run.rusan tersebut adalah sebagai berikut.:
Lapisan Batuan, seperti diketahui adalah ditujukan untuk
mendapatkan daya dukung yang lebih besar secara ekonomis
karena tanah diatas Lapisan Batuan adalah tanah lunak yang daya
dukungnya kecil.
Vr)p".,k- u:b (e.l)
Apabila lubang bor dilakukan sampai menembus A)bo"n=
batuannya, maka setelah dilakukan pcngecoran beton akan terjadi 8,,,
lengketan antaru batucut dengon beton pondasi. Lengketan ini
akan memberikan Tegangan Ge,ser yang dapat mendukung beban n
Dirnana Y,r,i adalah tckanan pada ujru-rg bawah l'ondasr-
pondasi. Tegangan Geser ini akan mencapai tegangan geser dari Sumuran
batuannya atau tegangan geser dari betonnya sendiri mana yang
akan dicapai terlebih dahulu. adaalah Poisson's ratio dan Moduh-rs elastisitas batuan
l),.& E,
Untuk merencanakan suatu pondasi dibutuhkan
pertimbangan bagaimana beban beban pondasi akan disebarkan rz adalah raclius dari ujung bawah Ponclasi-Sunluran
melalui ikatan antara beton dengan batuannya dan tahanan pada
ujung pondasi nya. Dari sini ditentukan keseimbangan antara
n adalah faktor yang tergantung clari kcdalarnan relatif seperti
pada Tabel 9. l.
diarueter tiang sumuran dcngan kedalaman sumuran yang masuk
dalam batuan terhadap beban pondasi. Dalam hal ini maka tidak
boleh ada tegangan yang dilampaui baik tegangan akibat ikatan
antar beton dengan batuan maupun tegangan pada batuan akibat
tekanan ujung pondasi.

Daya Dukung suatu pondasi akan meningkat apabila


pondasi diletakkan pada kedalaman yang lebih dalam, hal ini -jLrga
berlaku pada Pondasi pada Lapisan Batuan kecuali apubilu tarludi
pada lapisan batuan ))ang mengulami kcrtrnttrhtrtr ltott.s akibal cllrl'i
adanya rongga rongga pada lapisan balrnrr tlibirnlrlt rrlrrrrt 1'rontlrsr
(lihal pula pacla llah.(r.rlan lJirb 7 serll tli ( i:rrnhrrr' (r .l t'. &
( irrrrrtrrr 1 .2.d.\
Tabel 9.1. Efek dari kedalaman pada Penurunan Plat Kaku sesual
Ptotal
dgn. persamaan (9.1)

.,
,,0 4.:,' .6.,.
' 't.
Tanah

n: 11,:0
1.4 2.1 2.2 2.3 2.4

Batuan
11,clan fl, 11,clan f,,
N: U,:
1.6 1.8 1.8 1.9 2.0 2o
0.3
(a) (b)

1.4 t.6 1.6 1.7 8 Gambar 9.3. : Pondasi-Sumuran pada [apisan


N: U,: Batuan
0.5
Pada kondisi Pondasi-Sumuran scperti pada Garnbar
9.3.a. dimana daya dukLrng dari tanah akibat uesekan dapat
diabaikan karena pada urnumnya adalah tanah lunak. Sehingga
gaya yang bekerja pada pondasi akibat beban (Ptotal) adalah sarna
dcngan gaya yang bekerja pada ujung bawah Ponclasi-Sunluran
(Pend = Ptotat). Namun apabila terjadi seperti pada Garnbar 9.3.b.
dinrana Ponclasi-Surluran rnasuk kedalarn lapisan battnn
(Socketed) meskipun hanya beberapa ctn saja. maka akan terjadi
penyebaran gaya yang ditranst'er dari Ptotal kc lapisan batuan
Perletakan Ujung Bawah Pondasi-Sumuran memiliki rlelaltri gtselrun unloru buluort ilt,ngort belon Jtonclnsi, sehingga
beberapa makna yaitu bahwa Lljung Sumuran tepat pada harga Pend < Ptotal.
permukaan lapisan batuon dan Ujung Sumuran berada masuk
pada lapisan batuan atau yang disebut sebagai "Socketed". Seperli
terlihat pada Gambar 9.3.a, dimana ujung Pondasi-Sumuran
terletak pada lapisan batuan, sedang Gambar 9.3.b. adalah
a) Transfer beban ke Lapisan Batuan
gambaran untuk ujung sumuran masuk kedalam lapisan batuan. Analisa dcngan elenren hingga untuk keadaan elastis
clan axisymctric yang dilakukan oleh Osterberg &Gill (1973)
nrcrrunjukkan bahwa suatu Pondasi-Sumuran yang dimasukan
lictlllurn llrluan (Socketeil) akan ntcntransl'er gaya nya
licllpis;rrr lrrrluln tlcngan catatalt baltwa bcban transf-er tersebut
lirl,rl, rtr, l, l,rltr l,,rltt.s l,t'l,trtrltrtr tltrti ilitr/tut (lirnrl) tlal'i batttan
(l('il1'.ilr lrr'lon l)r,tr,lltsilt\lt.
Gambar 9..1.b. menr.rnjukkan hubungan antara beban
yang ditransf-cr pada lapisan batuan dengan menggunakan
ratio Pend / Ptotal dengan
''
ratio /ttl/ yang dihitung oleh
Osterberg & Gill dan diterbitkan oleh Ladanyi (1971).
Diberikan catatan bahwa untuk l/-. , + Daya f)Lrkung Batuan
/a
dibawah Ujung Pondasi-Surnuran untuk Batuan dengan
Kekerasan yang Sedang dan Kaku adalah kurang dari l/8
tekanan yang tcrdapat cliatas Pondasi-Sun,uran (Ptotal) (atau
Pend/Ptotal< 0.125).

b) Tegangan Vertikal pada bagian Pondasi-Sumuran yang


berada di Lapisan Batuan.

Asumsi yang digLrnakan dalam melakukan analisa


terhadap Tegangan yang timbul pada l.apisan Batuan adalah
bahwa tidak ada gesekan antara Tiang Pondasi-Sumuran yang
berada di Lapisan Tanah diatas Lapisan Batuan. Sedang harga
koefisien gesek ( /l ) antara Lapisan Batuan dcngan Beton
s: Pondasi adalah konsttrn.
Ptotal

*
fi Tanah

23
lta
{'l
Gambar 9. 4 : Transfer beban dari Pondasi-Sumuran yang masuk
kedalam Lapisan Batuan (Socketed) (a) Terminologi dari Pondasi-
Sumuran (b) Data hasil perhitungan transfer beban oleh Osterberg & 2o
Gill (1973),sedang Curva Grafik dari Ladanyi ltg77l. <--------+

Gambar 9.5. : Tegangan Vertikal (;- pada Pondasi-Sumuran


,
y.rrrg masuk kedalam Lapisan Batuan
Tegangan adalah tegangan dari Tiang Pondasi- Dcngan mcnuglrnakan harga Unconfined Compressive
O,
Strengtl-r (QLr) dan Sr-rdr.rt (iescr Dalarn ((p) rnaka didapat harga
Sumuran pada kedalaman y dari permukaan lapisan batuan.
Tegangan ini dibutuhkan untuk menentukan panjang I agar T bond sebagai hcrikut :

tegangan di ujung pondasi yaitu bila y : / tidak melebihi


daya dukung dari batuannya. Rumusan dari 6 ,. dapat ditulis
sebagai berikut :
T bond : rrL (e.4)
ztan(+s.r/;)

2u,p
f, ={Ptotal I 0.25 nDz\ exp xz 0, dapat diambil harga antara 0.3 0.9 dan dapat lebih
a
l*U.,* 0. U,)ff besar lagi apabila permukaannya dibuat lebih kasar (Kcnncy
1971)"

(e.2) Pada batuan yang kcras, harga Kckuatan Lengket Geser


(T bond )nya diclasarkan atas Tcgangan Tarik ('fension) yang
Dimana harga ll adalah harga koefisien gesek antara
mcngarah kc diagonal. Dan dalarn hal ini harganya dapat
batuan dengan beton pondasi atau dapat ditulis p - hn Arc cliperkirakan dari Kckuatan Tarikan (T.cnsion Strength ) dari
(Arc - Sdt Gescr Dalam antara Beton dengan Batuan). batuannya atau dari bctonnya. Schingga dengan demikian,
harga dari T bond secara konservativ pada batuan keras dapat
diambil sebagai berikut :

c) Kekuatan Lengket antara Batuan dengan Beton Pondasi.


T bond : Qu I 20 (9.5)

Kekuatan Lengket (Bond Strength) antara Batuan


pacla Garnbar 9.6. adalah hubungan antara Qu (dari
dengan Beton Pondasi ini dihitung utcts clasar Kekuatan Geser
Lengketnya yang didapat dari hasil test dilapangan dengan T bond yang dikcluarkan oleh
batuan atau bcton nya) dcngan
melakukan tcst tarik. Pada batuan yang lunak seperti pada []orvath & Kcnney (1979) diclapat dari hasil load test
Batuan Lernpung atau Clay Shale yang terlapuk, cenderung dilapangan dan mcnunjukkan pula bahwa Persamaan (9.5)
untuk terjadinya keruntuhan akibat geseran dibanding dengan mendckati hasil tersebut.
keruntuhan akibat tekanan (kornpresi), dan Kekuatan Lengket
Gesernya (T bond) dapat ditentukan dari Kekuatan Gcser
Undrained (Su) dari batuan. Sehingga didapatkan hubungan
sebagai berikut :

T bond : 0, Su ( e..1)
.: ...:t:t::::iaa,

q!, MPe
20
d) Langkah langkah (prosedur) untuk menentukan
Kedalaman Pondasi-Sumuran pada Lapisan Batuan

Ladanyi (1911)^ tuetnberikan proscdttr urttuk


rnenentukan panjang i dimana tiang Pondasi-Sutnurzln
scharusnya dilctakkan di kedalatnan lapisan [ra1uatt.
Proscdur tcrscbut dapat dilclaskan sebagai berikut :

l) 'Icntukan diautctcr clari sumuran ( A : 2a bcbart


G
o
),
i =:
Ptotal clan Kckrratan I lancur Reton.
8

r6dd = qul?o
:
2 2) Diasr"rnrsikan b:rhwa bcban yang ditlukung oleh
llonclasi santpai cli trjurrg hawah ltondasi adalah nt.rl
(I)end .= 0 I. Kcrnuclian tcntukan panjlrng marir.ttrrrn
dari tiang srunuran yang lnasuk kedalam lapisan
a
hatrratr ( / max) clcrtgan rulnusan:
.a a

)0 3@O 4000 50@ 6000


/max: / t - Ptotat ln2aTa11 (q.7 )

qu (psi) dari Beton atau Batuan diambil yang terkecil.


3) Sekarang rnenrlgunakrur asurtrsi litgi ttntuk paniang /
Gambar 9. 6 : Hubungan antara Kekuatan Lengket Geser antara Beton & 2 < ll, (irrnakan nullLlsarl (9.2) untuk rncnghitung
Batuan terhadap harga qu (Unconfined Compressive Strength) untuk Irargir 6, untuk harga y : 12, harga ini rncnjadi unit
Pondasi-Sumuran dengan O > 20 cm .:t

(Data dari Horvath & Kenney ,1979, berdasarkan hasil Load-test)


*P titik diulung hawah Pondasi-Sutnlran.
* :/2 ini dengan Daya
4) [Sarrclirrgkan harga rlari C)y
Dukung vang diijinkan rlari batuan 9p(all). Untuk
arg@ T bnO = Qu / 20 spertipada Pesan aan (9 5 )
H rncnentukan harga clr-va dukung lapisarr batuan yang
dbtas irli
adalah ha:ga yangr dbed^rjnnqkan sd:agai haga tiiijinkarr irri ciatrrai dilakr"rl.arr tlertgart ntcttggurtakart
m axim um atau dapatdrnrlJs dmgar pcrurnlrsan yang clijclaskan pada Bul"t 9.3.4.
nrensenui "L/lung Porulusi-,SLttnLt'on t'tutg tcrlelttk
puckr Lultisun fJutuutr ".
Tma< = qv/20
Apabila harga Oy :/2 > clari hargaQR(all), maka
Sehringqa harS@ K eloatan LergketG eseryallg dl4^rf<an kernbali ke no3 tlan nrenrbuat asurnsi baru
([an ) haros d:tngi hgi de'qan angka kemanan atau dapat r,rntuk harga / 2.
di[rlis :
5) Apatrila harga Or, -lz. Qn(all) . dibulir rro4 cliatas.
Tan - Tmax /FS
rrrrrl.;r lrilrrrril lurrulr kclitr:rtrrrr .gcsct' T
ylrrtg lcrjlttli
,,1),rnl,ilr, rt'lttlrtUt! lLtrtl' I'olttlltsi Sttttltlt:ttt \llllll
masuk dalam lapisan batuan tersebut dalam Atau runrrrsirrr ini dapat clikcnrbar-rgkan rnenjadi :

perhitungan terakhir. Harga tersebut dapat digunakan


perumusan sebagai berikut :

Q,, :2.257
D,= (e. t0)

,; l[,,,aa:l0,,];* (e8,
Dinranu halua harga diatas adalah scbagai berikut:

6) Bandingkan harga dari T ini dengan harga Tall Diatrclcr tlari l,r.lttdasi-suttluran atau'- 2a
D,=
dari rumus (9.6)
7) Ulangi langkah dari no 3 s/d 6 diatas untuk f ':
I
Kuat l-e'kau Flelorr rata rata untul< 2li hari
mendapatkan harga panjang I yang memenuhin
Q,,: Bcban Kerja dari Potldasi-SrrtllLlran atau - Ptotal
syarat dengan Ov:/z < Qp(att) & T <Tall
Bebcrapa catatun rlrclrgcnai campllrau beton pada
Pondasi-Surnurernini sccara Lllllurr dapat cliberikan ancer
ancer yaitu Slump .r,turg ditrtukui sekitur I 50 mm. scdang
e) Menentukan Ukuran Penampang Pondasi-Sumuran
Pondasi-Sumuran pada umumnya dibuat dari beton
,il ukurun maximunt ugrcgule duput lipukui .yekitar 20 mm.

bertulang rneskipun ada pula yang digunakan tanpa tulangan


seperti pada pembuatan "secant pile" atau diberi casing dari
baja yang ikut dicor pada pondasi. Pada pemakaian tulangan,
sering pula jumlah tulangannya diperhitungkan sebesar I %o
dari luas penampang Pondasi-Sumuran dan ini merupakan
tulangan minimum yang dipakai. t
.

,j
Lllung Ponclasi-Sunturan yaug tcrletak pada pcnnukaan
Pada Pondasi-Sumuran, dengan penulangan yang praktis L,apisan Batuan (sepcrti pada (.ianrbar 9.7 clibawah) pada
s
(nominal), harga Kuat Tekan Beton Rencana dapat diarnbil # prinsipnya atltilalt,\Luuu (lL'ngurt ltotitlusi .\:dn! ntenLtrtrtrtrt ptttlu
sebesar 0.25 dari Kuat Tekan Beton Rata rata (untuk 28 hari). lapi,sun /rcra,r. Scdang untuk rnencntukan harga claya dukungnya
Jadi Diameter Minimurn dari Pondasi-Sumuran dapat ditulis dapat digunakan cara seperti ptrcla curu uttluk ntcnentukun tlovu
sebagai berikut : dttkurtg duri lupi.;crtt buturtrt ttyrhilu ntatrerimct lteban tlot'i
[]al ini dischabkan karcna luasan dari Pondasi-
portda.si-lung^!l/r/g.
o Sumuran yang rclativ cukup besar terhaclap kekar kekar dali
f ;1,a.2s f ;, (e.e) batuan nya. sehingga berbecla dengan tiarrg pancang yang nTcrniliki
kccil dari patla diarrieter untuk Pondasi-
cliarnctcr relativ lelrilr
i'pi Sttmtrrarr.
poncang. Perhitr.rngan daya dukung untuk tiang pancang yang
ujung nya terletak pada lapisan batuan dapat dilihat pada Bab
10.3.2. perihul Ponelu,yi Tiong yang Ujungnya diletalckan pada
Lapisan Batuan.
Tanah Ptotal
Lunak

I r..Ir rr.r.r rl. rr

6<50cm Tanah
Batuan
11,dan [, Lunak

Gambar 9.7. : Pondasi-Sumuran Yang ujungnya I r.r. r.r I rrr..r.r.r Jr I'

terletak pada Lapisan Batuan Perhitungan Daya Dukungnya dapat _ Batuan


dilihat pada Bab 10.3.2.
Dengan demikian, maka pada Pondasi-Sumuran yang
11,dun [,
ujungnya diletakkan pada permukaan lapisan batuan terdapat Gambar 9.8. : Pondasi-Sumuran Yang ujungnya
dua 12) cara untuk menentukan daya dukung-nya yaitu terletak pada Lapisan Batuan dengan 0 < 60 cm
dihitung sebagai : a. Pondasi-Sumuran dengan Diometer Kec:il
dan b. Pondasi-Sururran dengan Diqmeter Ba,sor
a) Pondasi-Sumuran dengan Diameter Kecil
,; b) Pondasi-Sumuran dengan Diameter Besar
Yang dimaksud dengan Pondasi-Sumuran dengan
diameter Kecil adalah sistem pondasi yang biasa disebut
dengan Bor Pile atau ,ytrauss yaitu Pondasi-Sumuran dengan a
Yang dimaksud dengan Pondasi-Sumuran dengan
q: Diarneter Besar, adalah Pondasi-Sumllran yang memiliki Diameter
diameter lebih kec:il dari 60 crr. Pondasi seperti ini sering $.
if Lebih Besar dari 60 cm. Pada umumnya pembuatan diameter besar
dilakukan karena relatif murah harganya dan kadang kadang * ini dilakLrkan dengan peralatan rnesin Bor dengan mata bor khusus
dapat dikerjakan dengan tangan. Dari pengalaman,untuk yang
seperti Auger atau mata bor lainnya yang dapat memecahkan
dikerjakan dengan tangan ini kemampuan dalam melakukan
batuan seperti Tungsten atau Roller Rock Bit atau Mata Bor Intan.
pengeboran maximum hanya mencapai 12 mt.

Batasan untuk diarneter 60 cm ini didasarkan atas


penggunaan tiang pancang dimana diameter maksimumnytr
adalah 60 cm. Disamping itu untuk diameter kurang dari 60crn
Pondasi-Sumuran tersebut sudah lebih berperilakLr sebagai
tiang pancang.

I Ilrrrrr' ilrrrq
'l
Perhitungan untuk Daya Drrkrrng
Pondasi yarrg tcrlctitk putlu Lapisltt ll;rlrr :tn (l'ortl ll('ltin1,)
dultul ii,gttrttrktttt 1tt't'ltilun,g(ut unlttl tlt't tt ' I ttl, tt t rt' f 't tt lt t I t t t tt.1,
I; Ptotal l. Lapisan Batuan harus benar benar diketahui
kondisinya dari hasil penyelidikan lapangan tcrutama
mengenai type batuannya dan rongga rongganya.
2. Pada Lapisan Batuan Limestone, yang memiliki
banyak rongga rongga perlu ditctapkan elevasi dari
6>50cm Tanah setiap titik Ujung Pondasi yang dianggap cukup
Lunak mampu untuk mendukung beban pondasi.
J. Elevasi dari satu pondasi dengan pondasi yang lain
belurn tcntu sarra karena dirnungkinkan adanya
1-11-1t-.-t-.-a-+.-t
rongga rongga atau adanya dipping atau patahan pada
Perhitungan Daya Dukungnya
-- - lapisan batuan.
didasarkan atas kondisi dari kekar
U,']U'E, 4. Flarus dilakukan pula cck terhadap besarnya
kekar nya seperti pada BabS Gambar pcnurunan baik dengan perhitungan analitis maupun
8.1
dengan percobaan pembebanan terhadap lapisan
batuannya (namun perlu diingat bahwa percobaan
Gambar 9.9. : Pondasi-Sumuran Yang ujungnya pcmbebanan pada batuan sukar untuk sampai
terletak pada lapisan Batuan dengan 0 > 60 cm mencapai kcruntuhan).
5. ['larus mcmperhatikan pula kemungkinan adanya
patahan patahan dari lapisan pondasi batuan yang
dapat mengakibatkan timbulnya def-erential
Perhitungan daya dukung batuan pada Pondasi-Sumuran settlement diantara pondasi satu dcngan lainnya.
yang mernillki diameter besar (> 60 cm) seperti ini harus 6. Hal yang tidak kalah pentingnya pada permulaan
didasarkan atas kondisi dari Lapisan Batuan nya seperti halnya perencanaan penggunaan Pondasi-Sun-ruran adalah
pada pondasi langsung. Oleh karena itu perumusan pada Bab 8 Geology dari kondisi setcrnpat khususnya mengenai
dan Gambar 8.1 dapat digunakan sebagai acuan dalam intcnsitas genlpa.
menentukan daya dukung nya. g Dalam rnenentukan penggunaan Pondasi-Sumuran dan
xr
#. tnetrcntukan daya dLrkung nya, perlu diikuti alur atau langkah
Dengan dernikian, pada Pondasi-Sumuran dengan
Diameter Besar perlu dilakukan pengambilan contoh dari batuan
(core drilling) dengan melakukan penyelidikan tanah di lapangan
t langkah nya scperti terlihat pada skema Ciarnbar 9.l0 dibawah ini.

dan di laboratorium untuk mengetahui secara pasti kondisi struktur


lapisan batuannya untuk dianalisa. Disamping itu dapat pula
dilakukan inspeksi pada Lapisan Batuan secara langsung dengan
mengamati batuannya melalui lubang bor dari Pondasi-Surruran
yang telah dibLrat sebelum dilakukan pengecoran beton.

Beberapa catatan untuk Ponclasi-Surnurett tlatr,gtttt


Diameter Besur yang terlctak diatas [,apisan []attuttt pcrltt tttttttk
memperhatikan hal hal antara lain scbagai [rcrilittt :
Melakukan penyelidikan tanah CONTOH PERHITUNGAN:
dilapangan & test laboratorium
Suatu tanah lcnrlluug iurrak terlctak cliatas lapisan batuan
sepcrti tarnpak pada (ianrbar 9.A dibawah. Suatu Pondasi-
Hasil test menunjukkan adanya
Surnuran diletakkarr nrasuk hedalam lapisan batuan dan dianggap
lapisan batuan
tahanan gescr antara tanah lempung dan tiang Ponclasi-Sumuran
tidak ada. Apabila dikctahui bahwa Ueban pondasi (Ptotal)- 2500
ton, ratio modulus (llr / Ec) : 0.7 , Poisson Riitio dari batuan dan

Analisa hasil test lapisan


bcton ( U, & D,) sarna yaitLr:0.3, Sudr-rt-gescr antara batuan ilan
batuan dari laboratorium hcton 1661 ) - .lif ' Kekuatan l-cngket Gcser yang dirjinkan
7- r,

\ T,,,,\: 49 tln2, Daya dr.rkung yang diijinkan pada batuan


Ql 1,r,,rrt
Menentukan "Model Keruntuhan" dari
Lapisan Batuan untuk Pondasi-Sumuran - 250 tlm2, Kr-rat T'ckan Betorr rlta-r ata I
.f' ) - 2100 t/nf
'I-e:ntukan cliarnetcr vang scsuai clan panjang L dari tiang
Pondasi-Sumuran yang terletak Pondasi-Sumuran yang rnasuk Ponclasi-Surnuran tcrsebut.
diatas lapisan batuan kedalam lapisan batuan
.lawah:

Analisa daya Analisa daya Analisa daya dukung dan


dukung untuk dukung untuk panjang tiang pondasi yang
l:
diameter kecil diameter besar masuk dalam lapisan batuan Lempung
I
l$l lunak
I

Analisa pemilihan pondasi yang ekonomis dan


memenuhi syarat secara teknis

Cek terhadap :

1. Faktor Penurunan
2. Factor geologis
3. Faktor lingkungan (spt erosi, longsor dll
Gambar 9.A. Pondasi-Sumuran masuk
kedalam lapisan batuan

Gambar 9.10. : Bagan alur langkah langkah untuk mcncntukan


' rrengRunaan Pondarl'Sumurirn
artaaSE lttttt

:itx,s{&&:
"
1. Menentukan pcrkiraan diametcr Pondasi-Sumuran (gunakan 6, : 509.55 tlm2 x 0.48
rurnusan 9.10)

O" 1 'r<1 ,rr, .E* :2.46^r.


D,= - 4. Mclakukan cek terhadap tegangan geser antara batuan dengan
Vztoo
bcton dengan menggunakan perumusan (9.8)
lto)@zs)f ,

rr
*) P.l;i,
Diambil harga diamctcr Pondasi (D) - 2.5 mt
7: Il 1-
2. Mcnghitung panjang l,l dengan mcnggunakan perumusan (9.7) Lt,
dimana tegangan diujung tiang pondasi : 0

: dimana hargo 0,,"" adalah


: Ptotal / 0.25 n D2
Dimana Ll : 11 & D : 2a, schingga /max - / t
Ptoral I n ZaTall
sedang O, t2 adalah 6, ;dan harga 2a: D, sehingga
Dapat ditulis, Ll :2500 I n 2.5 49 : 6.496 diambil harga tcgangan gesernya dapat dihitung scbagai berikLrt
6.5 mt.
A -- l(l 0.48 )2s00 ll 1n2.5 5 -. 33.1 tlm2 <
3. Menghitung panjang l.
49 tlm2 (Tall) , OK
DiasLrmsikan dahulu paniang tiang pondasi yang masuk
dalam lapisan batuan adalah L2 : 5 mt Digunakan # 5. Jadi panjang L, : L2 yaitu panjang Tiang Pondasi-Sumuran
perrrmusan (9. 2 ) dimana y - 5mt. * yang masuk kcdalam Lapisan Batuan dapat diarnbil : 5 mt
H
Menghitung tegangan lapisan batuan dikedalaman y: 5 mt {
6. Catatan : a. Apabila harga T terlalu kecil clibandingkan dengan
harga Tall nya, rnaka parlang L2 dapat
dikurangi. Sehrngga,Jibutr-rhkerr perhitungan barr-r
2 u,p x"
v kernbali.
o r: lPtotal I 0.25 n D',) exp
a
*$* u,)#', b. Namun apabila harga T dan harga 6,, lebih

kecil dari harga Tall dan harga (l plutit,


maka harga

I [,2 harus dinaikkan dan dicek kernbali.


(2X0.3Xtan38')
: {2500 / 0.25 tt 2.5'z1
I

O ! "*P 1
I
I
l*0.3+(l+0.3X07)
l.
3. Tentukan pula pada soal no2 diatas perkiraan harga kekuatan
lengket gesernya dan tentukan pula gaya tarik yang mampu
ditahan oleh pondasi tersebut apabila panjang "L" yang masuk
pada lapisan batuan 1.5 mt.

Suatu Pier (sumuran yang menerima beban


)
sebesar 100ton dimasukkan dan dicepit 4. Suatu lapisan batuan menerima beban Pondasi-sumuran yang
(socket) kedalam batuan (rock) seperti garnbar. masuk dalam batuan. Apabial data yang ada sebagai berikut : Er /
Lapisan tanah (soil) sangat lunak (geseran: 0) Ec :0.5, poisson ratio untuk beton maupun batuan sama yaitu :

Apabila diketahui :
0.3, q all batuan : 20 kglcm2, sedang Tall nya: I k{cm2.
ErlEc = 0.5 Pondasi-Sumuran ini menerima beban vertikal sebesar 200 t
Poisson ratio rock = soil = 0.25
Diskusikan Pondasi-Sumuran pada batuan tersebut apabila
Qal lowable(rock)= 200 kgl cm2 diketahui sudut geser antara beton dan batuan dari test di
laboratorium - 40o. Uraikan pula diskusi anda apabila Pondasi-
6 allowable=4 kglcm? Sumuran tersebut tcrletak pada lapisan batuan.

O beton ijin =350 kglcm2


Sudut geser batu dengan beton= 27'
5. Dari soal no 4 diatas, tentukan perkiraan besarnya penurunan
(setllement) dari Pondasi-Sumurannya apabila Ec adalah :96 000
Rencanakan kedalaman (L) sumuran (pier) tersebut diatas & tentukan * k$cm2 dengan menggunakan hasil perhitungan kedalaman
,f maupun diameter pondasi diatas.
pula besarnya kekuatan tarik tiang pada kedalaman tsb apabila
menerima beban tarik akibat socket. $
:rl
,3
,[,
*
I

&
2. Suatu batuan Sandstone yang tersementasi, dilakukan test
dengan Unconfined Compression Test memberikan hasil Qu: 180
kglct"n2.

Tentukan perkiraan harga Daya Dukung yang diijinkan dari


lapisan batuan tersebut apabila akan digunakan untuk Pondasi-
Sumuran dengan diameter 2.0 mt .

Lapisan batuan tersebut adalah batuan yang tidak melapuk


(deraiat l) dan memiliki tiga joint set yang bcrjarak 30crn
BAB 10 : PONDASI.TIANG PADA
LAPISAN BATUAN

Pondasi-Tiang adalah sistem pondasi yang pada


prinsipnya memiliki bentuk lurus dan langsing dengan diarneter
yang relatif kecil dibandingkan dengan panjangnya.
Pelaksanannya dilakukan dengan pemancangan atau bisa pula
dilakukan dengan alat penggetar (model "Pre-Cast"), atau
dilakukan dengan pengeboran (model "Cast in Place"). Pondasi
sistem ini bisa tegak lurus atau sedikit miring dengan kemiringan
maksimum 1 : 6. (l-horisontal & 6- tegak). Diameter maximum
untuk tiang yang dipancang (rnodel "Pre-Cast) ini adalah 60 cm.
Pondasi-Tiang ini bisa dibuat dari baja, beton atau kayu.

Pondasi-Tiang Pancang adalah sistem pondasi yang


paling sering digunakan diproyek bangunan sipil khususnya di
Indonesia dibandingkan dengan sistem yang lain. Seperti diketahui
Indonesia sebagai daerah Tropis yang memiliki kelembaban tinggi
dcngan pcrlapukan yang besar akan memiliki lapisan tanah yang
rclatil' sirrrgirt lcbal dibandingkan dcngan di ncgara ncgara non-
'l'ropis. l)t'r'rr',lur lltpisurr latrah Vang 1clral tcrscbut, nraka lronrlasi-
'l itrttg;rrLrllrlr s:rnr'.;rl scsruri rrrrlrrk
korrtlisi irri
r
Dibedakan disini antara Pondosi-Tictng Pancang dengan Batuan atau Batuan Lunak yang berada dibawah lapisau lrrrrrrlr
Pondasi-Tiang. Yang dimaksud dengan Tiang Pancang adalah Dapat disebut pula bahwa Daya Dukung Pondasi- l rrrrrl
sistem pondasi yang pelaksanaannya dilakukan dengan seluruhnya terganlLutg padu Dava Dukung Material l.tt1ti.s,ttt
pemancangan, sedang untuk Pondasi-Tiang disini adalah sistem Batuan ( Braja M.Das hal 434). Jadi Pondasi-Tiang pada [-lpisirrr
pondasi yang pclaksanaannya tidak selalu dipancang namun dapat Batuan dapat disebut dengan "Tiang clengan Dayu l)trlitrrt.t,
pula di lakukan dengan pengeboran (cast inplace). Kedr.ra macam U.jung" (Point Bauring Piles) Hal ini dapat dikecualikarr prrrLr
pondasi tersebut tergolong pado sistem Ponclosi Dolctm. penggllnaan Pondasi-Tiang yang didukung oleh gesekan urrl;rrr
tanah dan tiang (fiiction) nya saja. Atau dapat dinyatakan balrrvrr
Bebcrapa alasan digunakannya Pondasi-Tiang untuk Daya Dukung Ujung Tiang (Point Bearing) relatif kccrl
mendukung suatu bcban bangunan, antara lain disebabkan karena dibandingkan dengan gcsckannya. Hal ini dapat terjadi pada tarrrrlr
hal hal sebagai berikut : tanah lcmpung dcngan plastisitas tinggi dan tidak ada Lapislrr
Batuan nya yang rnendukung.
* Lapisan tanah keras untuk mendukung bangunan
terletak jauh dibawa pcrmukaan tanah. Pada Bab ini hanya akan dibicarakan mengenai
.i. Lapisan tanah yang berada dekat (dangkal) dengan Pondasi-Tiang dengan diameter kurang dari 60cm atarr
bangunan dapat mengalami gcrusan. termasuk didalamnya adalah Ponelasi-Tiang Pancang atau
a Beban bangunan sangat berat tidak mampu didukung Pondasi Bor Pile yang ujung dari pondasi-nya diletakkan pacla
oleh tanah pcrmukaan sehingga perlu dukungan dari Lapisan Batuan. Untuk penggunaan Pondctsi Sumurqn dengurr
lapisan tanah kcras. cliameter kecil (< 60 cm) seperti dilelaskan pada Bab 9.3.4.
, Bangunan memiliki sistem struktur yang sangat terdahulu, digunakan caru perhitungun duya dukurtg batuannytt
sensitif terhadap perbedaan pcrturunalt (dcffbrcntial ,lcngutr t'uru Tiurrg Puttt'urtg ini.
scttlement).
* Bangunan konstruksi lepas pantai sering
di gunakan Pondasi-Tiang.
Didaerah dengan muka air tanah yang tinggi
seringkali r-nenghindari sistem pondasi langsung
karena kesulitan dalam pelaksanaannya dan
digantikan dengan Pondasi-Tiang.
t Sering kali pula apabila pondasi harus tnenerima
beban horisontal yang cukup besar, sedang beban
vertikal tetap bekerja, rnaka disini Pondasi-Tiang
dapat ef'ektif untuk digunakan.
* Bangunan yang sistem strukturnya merniliki gaya
tarik keatas seperti pada bangunau Tower Transmisi,
OfT shore platform, plat basement dibarvah mttka ait'
tanah sangat sesuai untuk digunakan Ponclasi-Tiang. Bentuk Pondasi-Tiang pada Lapisan Batuan disini
digunakan asumsi bahwa lapisan tanah yang terletak diatas
Dari beberapa alasan digttnakitttttylt sistcttt I)otttlltsi- [-lpislrr I]rrtrrrrr tidak ikut dibicarakan dalam ntcndukung pondasi
Tiang seperti diatas, dan mctrakai litpisrttr (rttltlt lict.rts scbltsli li.llcrur \';urs llilrr rlicvalr-rasi aclalah claya clukung dari batuan
daya dtrktrng tttaltrattylt lraik tttttttl< ltklrtl ttl;tlll)llll l:tril'. rrtltlilt Ir't lrrrl:rgr l'ontLrsr I'ilrrll ln'lt. [)lrylr thlli.rrrrg lkihll gcsckurr (liiction
['otttlitsi-'l'ilrLrg l.lrttllt ltrirtsillrlvlr rtl\ltll tlttlttl'tttlt' olt'll I rtpttrttl lr1';1s1s11,1;url,r.r l;rrr,rlr rLur li:rrrr-,litllrk;tr'rlrr rlillt'rlritrrrrtll\iul. kltlcnil
F
's

daya dukung akibat ujung pondasi (Point Bearing) yang berada yang Masuk Kedalam Lapisan Batuan harus dilaksanakan dengan
dilapisan Batuan tersebut yang akan mendukung secara sistem Bor-Pile karena harus menembus Lapisan Batuan.
keseluruhan beban pondasi bangunan.
Besarnya Daya Dukung Ujung Tiang dari Lapisan
Bentuk dari Pondasi-Tiang pada Lapisan Batuan dapat Batuan untuk kedua sistcrn diatas adalah sama besarnya demikian
digarnbarkan scperti pada Gambar 10.1 dibawah ini. juga sistem perhitungannya. Namun dalarn sistem yang kedua
yaitu yang masuk kedalarn Lapisan Batuan akan ada penambahan
daya dukung dari gesekan antara Tiang dengan Batuannya. Cara
perhitungan Daya Dukung Cesekan ini telah dijelaskan pada Bab 9
diatas yaitu pada sistem Pondasi Sumuran (khususnya pada tsab
9.3.3).

el
Seperti dikctahui penggunaan Pondasi-Tianc dipilih
sebagai suatu konstruksi pondasi pada daerah yang memiliki
lapisan tanah keras / batuan yang cukup dalarn dari permukaan
tanah sedang beban bangunan tidak cukup mampu untuk didukung
oleh lapisan tanah diatasnya.

Bebcrapa keunlungan d.ari penggttnaun Pondasi-Tiang


f sampai pada Lapisan Batuan antara lain adalah sebagai bcrikut :

Garnbar 10.1. Pondasi-Tiang pada Sistern Pondasi-Tiang yang ujungnya diletakkan


pada Lapisan Ilatuan yang dalam adalah suattr
Lapisan Batuan f;
(a) terletak diatas Lapisan Batuan sistem yang sangat mudah dan relatif murah
(b) masuk kedalam Lapisan Batuan dalam pclaksanaannya terutama bila digunakan
sistern Pancang.
b. Adanya Lapisan Batuan yang berada dibawah
lapisan tanah lunak dapat dengan mudah
Pondasi-Tiang pada Lapisan Batuan ini memiliki 2(dLra) digunakan sebagai lapisan pendukung bangunan
macam bentuk yaitu yang pertama ujungnya terletak pada Lapisan dengan mentrasfer beban bangunan melalui
Batuan dan yang kedua ujungnya masuk kedalarn Lapisan Flatrtan Pondasi-Tiang.
seperti tampak pada Gambar 10. I c. Lapisan Tanah Lunak diatas Lapisan Batuan
dcngan rnenggunakan Pondasi-Tiang yang
Untuk typc Ponclasi-f iung ylttg Ict'lelltli tliltlrts l.lr;tislrtt trjtrngnya sampai mencapai Lapisan Batuan
IlalLtan scpcrti ltaila (ilttttltltt l0 l.lr rttllrl:rlr lvpt' r'ltttt' tlltpttl tr'rscbrrt.titluk pcrlrr dikhawatirkan lagi akan
tlilltksltrttrklrti tlcttgtttt sislettt l|('lllilll(:lllJ';rll St'rl:tttt' rttllrtl' l1'Pt'
r
meruntuhkan bangunan meskipun akan
mengalami gerusan
d. Pondasi-Tiang dalam jumlah yang banyak dan
sebagian dapat dibuat miring serta terletak
diatas Lapisan Batuan yang kokoh akan dapat Beberapa macam Pondasi-Tiang didasarkan atas
memberikan stabilitas tersendiri pada
materialnya adalah : Pondasi-Tiang Baja, Pondasi-Tiang Beton
bangunannya. dan Pondasi-Tiang Kayu. Dari ketiga lnacarn pondasi ini yang
e. Penurunan (settlement) Pondasi-Tiang yang paling sering digunakan adalah Pondasi Tiang Beton. Namun
diletakkan pada Lapisan Batuan relatif sangat semua itu sangat tergantung pada kondisi bangr.rnan maupun
kecil sekali. kondisi dari lapisan tanahnya. Seperti misalnya pada bangunan
f. Dengan memasukkan Pondasi-Tiang sedikit Jembatan yang berat dan bentang panjang, maka akan lebih
kedalan Lapisan Batuan akan dapat menaikkan banyak digunakan sistem Pondasi-Tiang Baja karena lapisan tanah
daya dukungnya kerasnya terletak cukup dalam dan bangunannya tcrmasuk
g. Dan beberapa keuntungan penggunaan Pondasi bangunan dengan beban berat.
Tiang lain yang seirama dengan penjelasan di
butir 10.l.secara umum diatas dapat Perbandingan tcrhadap bcbcrapa macam Pondasi-Tiang
ditambahkan. dapat gambarkan sepcrti pada Tabcl I 0. l.

Tabel 10.1. Perbandingan berbagai macam Pondasi-Tiang


Beberapa kerugian dari penggunaan Pondct,si-Tiang (dari Braja M Das 1990)
pada Lapisan Batuan antara lain sebagai berikut :

Panjang
Maxlmum 9eban Perkiraan
a. Flarus ada peyelidikan tanah yang intensif Tipe
Tiang
ilang
Umum-
Panjang pada beban Komentar
terhadap Lapisan Batuan yang akan dijadikan nve
Tiang Umumnya Maximum
lapisan pendukung pondasi. Baja 15-60 Secara 30-120t Disesua i ka n Keuntunqon :
b. Apabila Lapisan Batuan tersebut adalah lapisan mt Pra ktis dengan hasil a)Mudah diker:jakan
batu kapur (limestone) maka perlu Tidak
terbatas
perh itunga n b)Mampu menahan
tegangan tinggi
mernperhatikan .adanya rongga rongga sehingga c)Dapat menembus
penggunaan sistem pancang perlu dihindari Lapisan keras seperti
karena elevasi dari ujung tiang sangat tidak .': dense gravel , soft rock
4 d)Dapat mendukung
definitif dan satu sama lain tidak sama. t"
q beban berat
C. Sambungan tiang pada lapisan tanah lr-rnak Keruqion :
diatas Lapisan Batuan harus benar benar maurpu # a)Relatif Mahal
s b)Suara bising
mendukung gaya gaya horisontal tiang
c)Korosi
d. Stabilitas Lapisan Batuan harus benar bcrrar '{ d)Tiang H dpt rusak krn
dievaluasi khususnya pada daerah daerah yarrg lapisan keras.
memiliki banyak patahan patahan atarr lipirtrrrr
lipatan.
c. Pcrlr"r analisa ( icolotis klttrsrrsnvlr
sislcrrr lillrlrrsi tLrli I rrpis;rrr llrrlrnrrr rrr';r
r
Beton Precast : 30-3001 Keuntunaon : Kayu 10-15 30 mt 10 t 27r Keuntunqon :
-20
Pre-cast 10-15 30 mt 80-90t a)Dapat digunakan mt a)Ekonomis
mt pada pemancangan
b)Mudah dilaksanakan
Prestres 60 mt 750 - 850 t lapisan keras c)Dibawah muka air
s: b) Tahan thd Korosi
dapat tahan thd lapuk
10-35 c) Mudah dlkombinasi Keruaion :
mt dgn Bangunan Beton a)Mudah lapuk diatas
Keruaion : muka air
a)Kesulitan unt b)Dapat rusak krn
dipotong pemancangan pd
b)Sulit tanah keras
tra nsportasi nya. c)Daya dukung rendah
Dng 15 -40 mt 20-501 80t Keuntunqon : d)Tahanan thd beban
Casing mt a)Relatif murah tarik rendah apabila
(Beton b)Dpt dilakukan ada sambunsan.
dicor inspeksi sebelum
setem- pengecora n
pat I c)Mudah untuk
Untuk Pondasi-Tiang diatas Lapisan Batuan, .iarang
Cast in disa mbung
pl a ce) Keruqion : digunakan sistem pondosi dengan Kayu karena kekuatan dari
a)Sulit untuk kayunya yang relatif kecil dibandingkan dengan batuannya.
menyambung setelah
Penggunaan Beton Prec:asr (beton dengan di cor di pabrik) adalah
pe mbetona n.
b)Casing yg tipis dapat
ycmg paling sering digunakan karena unsur kepraktisan dan
rusak sewaktu pemass- mcmiliki daya dukung yang besar serta sesuai dengan kekuatan
nga n dari Lapisan Batuannya sendiri. Untuk penggunaau tiung baju,
Tnp 5-15 30-40 mt 30-50t 70r Keuntunqon :
sering dilakukan sebagai pilihan yang paling sesuai untuk daerah
Casing mt a)Ekonomis
(Beton b)Dpt diselesaika n pd daerah yang memiliki lapisan batu yang relatif dapat ditembus
d icor elevasi berapa -pun oleh pipa baja tersebut melalui pemancangan seperti pada batuan
setempa Keruqion :
lunak,limestone, batu karang dsb. Sebagai contoh didaerah pantai
t / Cast a)Dpt timbul ronga
in place) rongga apabila di cor yang berbatu karang, maka Pondasi-Tiang dengan pipa baja yang
secara tergesa -gesa. terbuka ujungnya (Opcn Pipe Piles) adalah pilihan yang paling
b)Sulit u/ sering untuk digunakan.
menyambung setelah
pembetona n.
c)Pd tanah lunak dpt
ter-jadi rongga pd
dinding lubang dan
terjadi rongga pd
beton.
r

Pondasi-Tiang sering kali Ujungnya di Letakkan pada


Lapisan Tanah keras atau batuan. Dalam keadaan demikian, maka
harus dilakukan evaluasi mengenai daya dukung dari Lapisan
Batuan tersebut. Menurut Goodman (1980), daya dukung ujung
Pondasi-Tiang yang ujungnya diletakkan pada Lapisan tiang diatas batuan dapat diberikan persamaan sebagai berikut :

Batuan akan mendapatkan daya dukung yang tinggi karena secara


umum, Lapisan Batuan memiliki kckuatan yang cukup besar untuk l)
o: e,hr,.,)
(10.
e
dapat menahan beban dari bangunan yang ditransfer kelapisan
Batuannya. Mcskipin Lapisan Batuan dapat dianggap memiliki
kekuatan daya dukung yang cukup besar, namun apabila Lapisan Dimana: adalah Daya Dukung Ultirnate Ujung Tiang
Q ,,
Batuan tersebut adalah Lapisun Batucut dengan banyak kekar (Point Bearing) pada batuan
kekar, maka dimungkinkan batuan tersebut akan memiliki harga
Delbrmasi yung besur. Sehingga dalarn hal ini maka Lapisan adalah harga Unconfined
Batuan scbelum dinyatakan sebagai lapisan untuk mendukung
q,, Compressivc

Pondasi-Tiang, haruslah diketahui dahulu kondisi dari Lapisan Strcngth dari batuan
Batuan tcrscbut rr,clalui test di lapangan lnaupun di laboratorium.

Seperti telah dijelaskan diatas, sistem Pondasi-Tiang


IV,:tan'z(45o+(QI2)
yang ujungnya diletakkan diatas atau dimosukkan kedalam
Lapisan Batuan akan mcntransf-er beban vertikal bangunan Q : Sudut Geser Dalam batuan
langsung pada Lapisan Batuan tersebut dan daya dukung akibat
tanah diatas Lapisan Batuan sebagai daya dukung geseran Catatan : untuk harga Unconfined (Q,,) batmn perlu diingat
(/riction) praktis ticluh befihng.ri. Dengan demikian, maka Lapisan
bahwa harga test di Laboratorium dilakukan dengan contoh kecil
Batuan tcrsebut rnerupakan lapisan yang betul betul mampu
atau batuan utuh, sedang pada realisasinya semakin besar ukuran
mcnclukung beban vertikal bangunan. Apabila terjadi Deformasi
contoh, maka semakin rendah harga Unconfined nya atau yang
atau Penurunan yang siknifikan, rnaka daya dukung geseran dari
disebut dengan e/bk sekala (scale ellbcf. Sampai pada ukuran
tanah diatasnya itu baru akan bekerja. Oleh karena itu, Deformasi
Lapisan Batuan akibat beban pondasi harus cliperhitungkan don diameter I mt, harga q, dapat dianggap konstan, dan akan terjadi
clibcttctsi.
penurunan harga dari q,, sampai 4--5 kali dari harga di
Dalatn Bab ini akan disampaikan pula mcrrgcnai Laboratorium akibat dari efek sekala ini. Untuk itu maka harga
perhitungan daya dukung Lapisan Batuan akibat dari Ponclasi- dari unconJinecl untuk perencanan dapat dihitung sebagai berikut :
Tiang dan juga perhitungan Penurunan-nya.

:!.vv ( 10.2)
5
r
Untuk menghitung Daya Dukung Ujurng Tiang yang d. Tekanan Samping (Confining Pressure) yang terjadi
diijinkan pada Pondasi-Tiang, dapat digunakan angka keamanan disekitar Daerah-A yaitu di Daerah-B sebesar p,
sebesar 3.
dapat ditentukan dari hasil test Unconfined pada
Perumusan (10.1) diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: batuan di laboratorium yang digambarkan dalam
lingkaran Mohr nya.
a. Terjadinya keruntuhan dan keretakan batuan di Dasar Dari tekanan P o tersebut yang merupakan harga
Ujung Pondasi terjadi lebih dahulu sebelum rnenjalar
kcarah horisontal scperti tampak pada gambar 10.2. terendah untuk Daerah-A scbagai 03 dan harga Ol
dibawah. nya merupakan Harga Kemntuhan dari batuan pada
b. Kekuatan dari batuan yang mengalami keretakan di test Triaxial, schingga dapat digarnbarkan lingkaran
Dasar Ujung Pondasi ini dapat digambarkan dalam Mohr kedua untuk Daerah-A ini.
bentuk Lingkaran Mohr dan Bidang Singgung Runtuh f. Dari hasil test Triaxial diatas , maka harga Daya
(envclope) seperti Daerah-A Gambar 10 2. Dukung dari batuan dapat ditentukan. Atau digunakan
c. Sementara itu, batuan disekitar Daerah-A hanya perumusan seperti diatas dengan sedikit catatan
mengalami sedikit keretakan atau dapat disebut di bahwa Massa Batuan memiliki harga Sudut Geser
Daerah-B memiliki bentuk Bidang Singgung Runtuh Dalam du, (Unconfined Compressive Strength)
(cnvelope) seperti pada Cambar 10.2. sehingga dapat Q,,
dibcdakan antara kcdua Bidang Singgung Runtuh yang Konstan.
tersebut. , o
b' Sebagai tambahan dari penjelasan diatas yaitu bahwa
pada Pondasi-Tiang yang merupakan Pondasi-Dalam,
Bd Singgung Runtuh untuk Keruntuhan Tanah di Ujung Tiang pada umumnya
Kekuatan massa batuan
adalah keruntuhan Ponsen (Punching Mode) (Braja
(daerah B)
M.Das hal 444) dengan model keruntuhan dapat
..:
-c1:
digambarkan seperti pada Gambar 10.3.
..:

Bd Singgung Runtuh untuk Kekuatan


Massa Batuan setelah teriadi retak-retak
(daerah A)
$

Po 4,, Pile tip


lll
lli' q ,,
7,\u7N
%
B *iilil{rrl: p,,
_
l\,1r,
B r
I

I
I
I
Gambar ,0. ,. On"f,r,s Daya Dukung ,'l
Gambar 10.3. : Keruntuhan tanah di ujung tiang (Pile
'
Ujung Tiang pada Marsa Batuan Tip) dengan tipe Ponsen (dari Braia M Das,1980)
Pada kondisi ini, tanah diujung tiang yaitu di Zone I
di Ujung Tiang terdorong
(Zone segi tiga) terbentuk
kebawah dan tidak terbentuk bidang longsornya.
Pada Sandstone atau pada Batuan Lunak terdapat
daerah geser radial atau Zone ll yang merupakan
Keruntuhan Bidang Geser Longsor yang membentuk
retakan retakan yang mengarah kebawah seperti pada
Garnbar 10.2.

Penurunan suatu Pondasi-Tiang yang menerima beban


vertikal ( Q akan mengalami 3 (tiga) macam penurllnan yang
^) Gambar 10.4. Tiga macam Penurunan
dapat ditulis sebagai berikut :
pada Pondasi-Tiang di-Lapisan Batuan
(s1, s2 & s3)

^l-Sr -S:-S:
( 10.3)
Penjelasan untuk menentukan besaran dari masing masing
penurunan diatas dapat disarnpaikan sebagai berikut :

Dimana : r adalah total Penurunan Tiang

Menentukan harga 5, :
g, adalah penurunan dari Material Tiang Pondasi.
Apabila diasumsikan bahwa material dari tiang adalah
5, adalah penurunan dari Lapisan Batuan diUjung Tiang clastis, maka Deformasi dari Tiang Pondasi dapat dievaluasi
akibat beban dengan menggunakan persamaan dari mekanika bahan sebagai
berikut :

5., adalah penurunan dari Lapisan Tanal-r discpaniang


Tiang Pondasi akibat dari bcban yang rlitntttslcr lQ,,* 6 Q-)L (10.4)
melalui tiang tcrscbut.
A,EO
r-
?

Dimana o : Beban yang didukung oleh Ujung Pondasi. Menentukan harga 5, :

Penurunan dari Tiang Pondasi yang disebabkan karena


0,. : Beban yang didukung oleh Geseran antara Tiang beban di Ujung Tiang sama seperti pada penurunan pada Pondasi-
Langsung yaitu dengan Perumusan (7.1) di Bab 7.
dengan Tanah
Perumusan itu dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
4,, : Luas penampang Tiang Pondasi

L - Panjang Tiang Pondasi s,='8. lt- [,,)1",


( 10.5)

8,, : Young's Modulus dari Material Tiang Dimana f) adalah diameter Tiang Pondasi

- adalah besaran yang tergantung pada distribusi


alami dari geseran antara Tiang dengan Tanah. ql,,,,,adalah Tegangan diUiung tiang atau dapat ditulis -
Harga ini tergantung pada tipe geseran sepcrti pada
Gambar 10.4 dibawah. o
_tl,

Ie I
fl,adalah Young's Modulus dari Batuan diUjung Tiang

pt *adalah angka Poisson's Ratio

I ,,,,adalah
"influence factor" untuk Tiang Bulat dan

dianggap kaku, maka dapat diambil harga : 0.88

f adalah koefisien gesek

Menentukan harga g., :


Gambar 10.5. ; Type distribusi geseran antara Tiang dengan
Penurunan dari Tiang Pondasi yang disebabkan oleh
Tanah (Vesic 1977)
beban yang diterima oleh Dinding Tiang akibat adanya gesekan
antara Tanah dengan Tiang dapat dilakukan dengan perhitungan
yang hampir sama dengan perhitungan untuk Ujung Pondasi (S2).
Hanya yang dihitung adalah Tegangan pada Dinding Tiang.

I'crlrr dijclaskan disini bahwa penurunan 53 ini untuk


lr:rru vlllg rlithtkrns olch L.apisan Batuan rclatif
Tegongan Geser antara Tiang dengan Tanah hampir tidak ada
atau dapat dihilangkan karena hampir semua beban pondasi
didukung oleh Ujung Tiang yang terletak diatas Lapisan Batuan.

Namun demikian tetap perlu untuk diketahui karena 1. Apabila diketahui suatu tiang precast yang dipancang dengan
apabila penuntnan patla Lapi,san Batuan cukup besar, makrt Panjang 12 mt mencapai Lapisan Batuan (Sandstone) dengan
Tegangan Geser qntara Tiang dan Tanah akan hekerja penuh. diameter tiang 40 cm. Diketahui bahwa y dry batuan: 1.68 Vm3
dan sudut geser dalamnya : 35o. Beban yang didukung: 33.8 t
Perumusan untuk 53 ini dapat dituliskan sebagai berikut :
dengan pembagian 70% didukung oleh geseran (friction) dan30%
didukung oleh ujung tiang. Modulus Elastisitas beton tiang : 9.2
* 10^6 KglcffA sedang Modulus Elastisitas Batuan : 300 kglcm2
dan Poisson's Ratio : 0.3. Tentukan Besarnya penurunan elastis
dari tiang pancang tersebut.
t,=l#l*r' -F',)r., ( 10.6)
} Seperti pada soal no:l diatas, namun gesekan antaru tiang
dengan tanah tidak diperhitungkan dianggap bahwa tanah tersebut
sangat lunak. Uraikan pendapat saudara, dan perhitungkan daya
dukung batuannya.
3. Seperti pada soal no 2 diatas , apabila Lapisan Batuan
sandstone tersebut tidak mampu mendukung, maka tiang
Dimana p adalah Keliling Lingkaran dari penampang tiang
dimasukkan kedalam Lapisan Batuan dengan menggunakan sistem
Bor pile (sumuran) tentukan demensi demensinya.
L adalah Panjang Tiang Pondasi 4. Suatu tiang pangcang beton sepefti
pada gambar , qiung tiang nya
terletak pada lapisan tanah keras
_/,,, adalah "lnfluence Factor" dapat dihitung dari (sand stone) sedang lapisan soft
persamaan sbb :
claynya dianggap tidak menerima
beban tiang pancang.
Apabila diketahui data tiang &
L sand stone sbb.:
f *,= 2+0.35 (r0.7)
b
D tiangfi} cm
Obeton :400kglcm2
i
q Qu sand stone: 250kglcm2
(p sand stone:35'
Er: 300.000 kN/m2
Poisson ratio rock = 0.20
rock (sand stone)

Tcntr.rkan : 1. Daya dukung tiang ijin apabila friction dari soft clay
diabaikan
l. 'l.cntukan settlement akibat dari ujung tiang pada sand
sl(nlcnyil sa.ja (clastis scttlcrncnt)
BAB 11 : STABILITAS.TALUD-
GALIAN PADA BATUAN

Pada Bab ini, akan diuraikan mengenai bagaimana


stabilitas suatu Talud-Batuan dianalisa terhadap kelongsoran nya.
Yang dimaksud talud disini adalah suatu bentuk kemiringan tebing
scbagai akibat dilakukannya suatu aktifitas seperti penggalian.
Beberapa contoh pada Talud-Galian antara lain seperti : galian
untuk membuat pondasi di batuan, pembuatan jalan yang
memotong tebing dipegunungan, pembangunan bendungan pada
pangkal Dam, Spillways, Tunel dan lain lain.

Pada Bab ini juga akan diuraikan mengenai bagaimana


merencanakan stabilitas dari Talud-Galian khususnya pada batuan.
Namun dalam analisis akan dibatasi hanya pada sistem Stabilitas-
Talud yang memiliki kelongsoran bidang - datar saja, mengingat
bahwa kelongsoran Bidang Datar ini yang paling sering ditemui di
Indonesia.

Tujuan utama pada penggalian di batuan adalah


nrcrrrininrirll<ln volunrc dari galian agar ekonomis serta aman dari
tcrjirtlinvrr kelorrssorirn. Sudah barang tentu untuk mendapatkan
korttlisi viulli iuniur tlirrt ckononris, maka penggalian dapat
dilakukan dengan mengoptimalkan sudut dari galian. Jaminan
stabilitas tergantung pada bagaimana posisi galian diletakan agar
potensi terjadinya kelongsoran dapat dihindari. Keruntuhan "Toppling" pd
Batuan Keras yg membentuk
Sehubungan dengan geometri dari Lapisan-Batuan yang kolom kolom dengan
berbentuk talud, maka dapat diberikan pada talud tersebut drra dipping dari diskontinuitas
otau lehih perntukaan yang hebas terbukct. Dari dr,ra atau lebih yg hampir tegak
permukaan bebas ini, maka akan timbul suatu potensial kinematik
yang mendorong ketidak stabilan dari talud tersebut. Dalam Gambar 11.l.a. : Keruntuhan Model "Toppling"
keadaan demikian, tipe keruntuhan pada dasarnya dikenclolikan
oleh orienta,si dan jarak dari diskontinuitas cliantara massct
batuannya. Dcmikan pula orientasi dari galian yang dilakukan
Retakan sampai
serta pembuatan sudut galiannya.
sepanjang bidang
Dari faktor faktor penyebab keruntuhan tersebut, maka kekar Lempine

ff
keruntuhan pada Talud-Batuan dapat dibagi menjadi 3(tiga) tipe
keruntuhan yaitu :

l.) Geser (sliding)


2.) Keruntuhan Bagian Atas (Toppling)
3.) Keruntuhan karcna Pclapukan Lokal (Localizcd Keruntuhan perlemping
Sloughing) Batuan yg
Batuan terancam longsor
Dari ketiga tipe keruntuhan ini, maka keruntuhan yang
akan dibcarakan disini adalah yang no I yaitu Kemntuhan karena
Geser (Sliding). Ada 1 (tujuh ) mekanisme keruntuhan dari sistem
Geser ini. Kctr-rjuh rnacam keruntuhan Geser ini adalah yang
paling sering terjadi. Kc tujuh
mekanisme keruntuhan dapat _)
r
digambarkan seperti tampak pada Cambar I 1.2 dibawah. Batuan yg jatuh Disintegrasi Butiran

Untuk keruntuhan seperti pada tipe no 2 yoily Toppling Gambar 11.1.b. : Beberapa contoh r
adalah rnodel keruntuhan yang pernah dijelaskan pada bab keruntuhan tebing karena "Pelapukan Lokal"
terdahulu (Garnbar 3.2.) & Garnbar I l.l.a.

Sedang untuk keruntuhan seperti pada tipe no 3 .y,uitu Dalam membicarakan Mekanisme Keruntuhan dari Tipe
Localized Sloughing merupakan keruntuhan yang tcrjacli pacla Keruntuhan Geser dengan Gambar 11.2 dibawah, maka Model
Batu yang Runtuh dari Atas atau yang disebut "Batu Jatr.rh' yang keruntuhan dengan Blok Tunggal Batuan pada suatu bidang
sebagian besar disebabkan oleh adanya Pelapukan padir butuarr. miring yang akan diuraikan lebih lanjut disini khususnya untuk
Adanya Pcmbasahan (Wetting) dan Pcngcringarr (Dryins) ylrrs Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane Failure) ( Gambar ll.2.a.)
terjadi secara berulang ulturg, nraka akurr tcr iltli l'cllptrlilrr rLrrr
E,rosi. dan akhiruya tcrjadi dcgnttlltsi. I)lt'i kerlrrrr kt'r'tutlrrlrrrr irri
clapat cliilustrasil<ittt scpclti plrtLt ( irrrrtlrrrr I I I lr
Keruntuhan Bidang Tunggal ini dapat dikatakan sebagai
dasar dari perhitungan kelongsoran pada talud. Disamping itu,
mekanisme keruntuhan dari suatu talud dapat dikatakan sebagai
suatt keruntuhan yang sangat kompleks sehingga perlu diuraikan
tersendiri. Untuk itu maka keruntuhan yang lainnya akan
dijelaskan pada buku lain.yang khusus mengenai kelongsoran
(a (b) Talud-Batuan.

--t-'
f>:.:47
/.f2-J,-,--'--'-
- -=\ /
' --/- ./ -/--
(c (d)

il
y Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane Failure) seperti
tampak pada seketsa Gambar 11.3 dibawah ini. Keruntuhan
Bidang Tunggal terjadi apabila secara geologis ada Diskontinuitas
berbentuk bidang yang merupakan "Bedding Plane" dengan arah
Strike nya sejajar dengan permukaan Bidang Talud-Galian
(f)
(e) (Dipping) nya. Sudut dari Dipping nya lebih besar dari Sudut
Geser Diskontinuitas nya.

Bidane Talud

Gambar 11.2. : Mekanisme Keruntuhan dari Tipe Keruntuhan - Geser:


(a) BlokTunggal dengan BidangTunggal
(b) BlokTunggal dengan Bidang Bertangga
(c) Blok Banyak dengan Banyak Bldang
(d) Bersegmen Tunggal dengan Dua Bidang Berpotongan
(e) Bersegmen Tunggal dengan Banyak Bidang Berpotongan
(f) Bersegmen Banyak dengan Banyak Bidang Berpotongan
(g) Blok Tunggal dengan Bidang Geser Sirkulair Gambar 11.3. : Sketsa Keruntuhan Bidang Tunggal
pada Talud (Plane Failure)
Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane-Failure) inr Untuk menganalisa dengan Dua Dimensi terhadap
dinyatakan sebagai keruntuhan yang jarang terjadi, namun di keruntuhan talud ini, maka digunakan cara melihat talud ini
Indonesia dimungkinkan justru banyak terjadi karena kondisi sebagai potongan arah memanjang dalam satu satuan ketebalan
batuan di Indonesia mengalami pelapukan yang cukup besar tertentu yang tegak lurus pada strike nya (plain strain). Volume
sehingga terdapat banyak diskontinuitas antara batuan segarnya dari bagian yang longsor dapat dihitung dari luas penampang yang
dengan batuan yang mengalami pelapukan digrade II & III-nya. tampak dari potongan dikalikan dengan panjang dengan satuan
Disamping itu, di lndonesia banyak terdapat lipatan lipatan yang tertentu.
berbentuk sinklin maupun antiklin akibat tekanan tektonik serta
banyaknya pula pegunungan pegunungan yang membentuk
bidang bidang miring khususnya di Sumatra Bagian Barat dan
Jawa Bagian Selatan.

Diskontinuitas dan Bidang Miring dari Lapisan-Batuan


ini yang menjadikan banyak longsoran di Indonesia. Longsoran itu
diikuti pula oleh lapisan tanah hasil pelapukan digrade IV s/d VL
Oleh karena itu, maka sistim stabilitas dari kelongsoran untuk
batuan baik yang dilakukan oleh hasil penggalian maupun
kemiringan karena alam perlu untuk dicermati terlebih dahulu,
disamping sistem Keruntuhan Bidang Tunggal merupakan dasar Permukaan bidang yang terlepas
perhitungan untuk Kelongsoran Talud.
Permukaan bidang longsor

i
:

Untuk terjadinya keruntuhan dari tipe Bidang Tunggal


F
ini, maka beberapa kondisi geometris harus terpenuhi atau I
IG
memenuhi syarat antara lain sebagai berikut :
&

a. Bidang dimana akan terjadi longsor (Bidang Longsor /


Satuan unit ketebalan
Bedding Plane) harus sejajar atau mendekati sejajar
(atau dalam rentang +20' ) dengan permukaan Bidang

b. Sudut Kemiringan (Dipping) dari Bidang Longsor yp


harus lebih kecil dari sudut Kemiringan Bidang Talud yf
(Lihat Gambar I 1.3 & I 1.4)
C. Kemiringan dari Bidang longsor yp horus lebih btrur
dari Sudut Geser Diskontinuitas-rp- (l.ihal (iarnbar I 1.4).
Harus tcrjadi "Pcrnlukaatr llitlirrrg ylrttu 'l crlcpils " yllns
lidttk rttt,ttttlt(ut .q(,\t't'(ut ttttlttk lcct jlrtlittvlr lottgsot'lttt lrltrlrt Gambar tL. 4. z Persyaratan teriadinya Kelongsoran Bldang Tunggal
Miissrr l}rltrrrrr
Analisa yang akan dilakukan disini ditinjau atas 2 (dua) Dalam analisa ini digunakan beberapa asumsi yang
kondisi sebagai berikut dikeluarkan oleh Hoek & Bray yaitu sebagai berikut :

a) Talud yang memiliki Retakan Tarik (Tension a) Potongan Bidang Longsor dan Retakan Tarik sejajar
Crack) di Permukaan Atas Talud-nya dan dengan Permukaan Talud
b) Talud yang memiliki Retakan Tarik (Tension b) Retakan Tarik adalah vertikal dan terisi oleh air
Crack) di Permukaan Talud-nya sampai kedalaman Zw
Kedua kondisi diatas dapat dilihat pada Gambar 1 1.5 dibawah. c) Air masuk dipermukaan Bidang Longsor melalui
Retakan Tarik dengan tekanan atmosfir seperti
tampak pada Gambar I1.5.
d) Gaya W (berat dari blok batuan yang longsor),
gaya U (gaya angkat akibat tekanan air dari
Retakan Tarik) dan gaya V (gaya dari tekanan air
di Retakan Tarik) bekerja melalui titik berat dari
Massa Batuan yang longsor. Diarlikan disini bahwa
tidak ada momen yang bekerja akibat dari gaya gaya
tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya rotasi.
Terjadinya momen disini dapat dianggap kecil
s eh ingga dapat dihilangkan

(a) e) Kekuatan Geser pada permukaan bidang longsor

yang didefinisikan dengan harga C (Cohesi) dan (p


(Sudut Geser Dalam ) dengan tetap memiliki
rumusan hubungan T:C+O tan(p. Analisa ini
hanya dapat berlaku apabila ketinggian talud
Retakan Tarik di Permukaan Talud
digunakan untuk menentukan harga Tekanan
Normal nya pada bidang longsor (lihat gambar
I LBa.) Besarnya Tekanan Normal ini dapat dihitung
dengan menggunakan Grafik pada Gambar 11.8b
yang dikeluarkan oleh Hoek & Bray (1981).
Satu Unit Ketebalan dapat diasumsikan bahwa
Permukaan Bidang Terlepas (lihat Gambar ll.4)
tidak memberikan tahanan pada kelongsoran dari
batuan pada batas lateral kelongsoran.

Angka Keamanan pada suatu talud dapat diperhitungkan


Gambar 11.5. : Geometri Talud dengan Retakan Tarik seperti pada suatu Blok Batuan yang terletak pada suatu bidang
(a) Di Permukaan Atas Talud-nya rniring.yang ditahan oleh Angker-Batuan (Rock Bolt) seperti
(b) Di Permukaan Talud nya patlu (ianrbar 11.6. Angker-Batuan disini dimaksudkan sebagai
Itt'ttrrlrrtrt lt't htttltrlt kalong.sorart elun dupat menaikkan Tegangan
t

Normal pada Permukaan Bidang Longsor yang kemudian akan


menaikkan Tahanan Gesernya. Dalam hal terjadinya kelongsoran
pada Bidang Longsor nya, maka berat dari Blok Batuan sebagai
beban arah vertikal merupakan suatu tegangan normal dan
sekaligus pula sebagai tegangan pada "Angker Batuan" tersebut.

Aangka Keamanan (SF):


(1,1,.2)

SF=
CA+(W cosw -U -V snytp)t*q
W snyry +V cosytp

Gambar 11.7. : Skematis Blok Batuan yang Longsor

Angka Keamanan (SF):


(11.1)
C,l +(W cos2/
-U + Isin p)tanrp Tegangan normal (O = W cos 0p)
Jt-
Wsnw+V-Tcos0

Gambar 11.6. : Skematis Blok Batuan yang ditahan oleh Angker


Batuan
T (shear):geser yg ditahan oleh bidang longsor
Angka keamanan dapat pula disebut sebagai
perbandingan antara "Total Gaya yang Menahan terhadap T C &6 adalah kekuatan geser bidang longsor
Longsor" dibagi dengan " Total Gaya yang Mendorong
O adalah tegangan normal
Kelongsoran". Besarnya angka keamanan (SF) tersebut untuk blok
batuan yang ditahan oleh Angker Batuan dapat dilihat pada
Gambar I 1.6 diatas dengan rumusan I 1.1 .

Gambar 11.8.a :Tegangan Normal pd Bidang Runtuh


r
Angka Keamanan yang diperhitungkan untuk Blok
Batuan yang mengalami kelongsoran dengan Bidang Tunggal akan
memberikan keseimbangan seperti tampak pada Gambar 11.7.
diatas. Dengan harga SF nya seperti pada rumusan 1 1.2.diatas.

Harga pada rumusan 11.2 dapat dijelaskan sebagai berikut :

A:(H*Z)cosecpp (1 1.3)

b
0.6
.9
a
L
U:%\w Zw(H-Z)cosecpp (1 1.4)
0.5
ll
L
; 0.q v:%\w Zw2 (11.s)
;
E
I o.l Untuk Retak - Tarik pada Permukaan Atas Talud :

3c o.? W :t/zy H' {(1 *(Z/H)')cotl.[p-cotpf] (11.6)


.9

6 o.r
Untuk Retak - Tarik pada Permukaan Talud n),a :

E
; W = %y H' {(I * (Z IH) \[p (cot tflp tan t{f *
'z) cot 1}
0
30 lo 50 50 70 80
( I 1.7)
5lope face ang le rf t - degrees
Apabila dimensi dari penampang batuan dapat
ditentukan, dan ketinggian air di Retak-Tarikan diketahui pula,
o ((t - Q/H)2)cotgp - cot,11)sin9, maka harga Angka-Keamanan (SF) dapat dengan mudah dihitung.
-
,, ,(l - ,/l{) Namun pada realitas dilapangan, harga harga tersebut sering
qhere z/11 - | /6t0f , Ta",l,p (see page merupakan harga yang memiliki rentang termasuk juga adanya
pengaruh perbedaan harga kekuatan gesernya. Untuk itu, Hoek &
Bray memberikan solusi dengan membuat rumusan di (11.2)
menjadi lebih sederhana dan tanpa dimensi, sebagai berikut :

Gambar 11.8.b. : Tegangan Normal yang bekerja pada Bidang Longsor w - R(P+ s)}tanp
di Talud-Batuan (Hoek&Bray, 1981) SF=
?% ,1r+ {Qcot
(r
Q + R.S cotw
Dimana , p:(-%)*secw (11.e)

Apabila Retak-Tarikan berada di Permukaan-Atas Talud :

, = {[t - YrY)cot yrp - cot vf] saw (l l.r0)


Gambar 11.9.a. : Harga ratio
"P" untuk berbagai macam
Apabila Retak-Tarikan berada di Permukaan-Talud nya : geometri talud

g: (1 -%Y cosrTp(cot w.tanv/f -r)l (l l.1r)

R=b. Z*Z (1 1.12)


ZH
1/

Z
s=k
Z H
.stnw (l l.l3)

Harga harga P,Q,R, & S adalah tanpa dimensi satuan


yang artinya bahwa harga harga tersebut tergantung pada
geometrinya akan tetapi tidak tergantung pada ukuran besar
kecilnya talud. Dalam hal harga Cohesi (C) : 0 , maka harga
Angka Keamanan (SF) tidak tergantung pada besar kecilnya
Talud. Rumusan tanpa demensi satuan ini akan sangat berguna
dalam mengevaluasi kelongsoran sistem Bersegmen (wedge) dan
Bersirkulair (circular).

Untuk mempermudah dalam aplikasinya, maka rumusan


rumusan tanpa dimensi satuan ini untuk harga P,Q & S dapat
digunakan sistem Grafis dari Hoek & Bray seperti tampak pada Gambar 11.9.b. : Harga ratio
Gambar 11.9 a. b & c. "S" untuk berbagai macam
geometri talud
r

Contoh Perhitungan dengan mengguna-


t.0
kan Grafis:
o.9 0.9

0.8 0.8 Suatu talud dengan ketinggian (H) :34 mt dengan


0.7 0.7
sudut kemiringan (pf) : 60o, memiliki bidang longsor
0.6 0.6 yang berupa "bedding plane" dengan dipping (Vp) :
0.5 0.5 30o. Suatu Retak-Tarik terjadi pada Permukaan Atas
0.4
Talud sejauh lebih kurang l0 mt dari tepi atas talud.
0.lt
Dari penampang melintang talud, diketahui kedalaman
0.3
dari Retak-T arik (Z) adalah 17 mt. Berat isi Batuan (|r)
0.2 o.2
-- 2.56 tlm3, sedang berat isi air (|w) - I tlm3.
0.t 0.1 Diasumsikan harga Kohesif pada Bidang Longsor (C) :
0 4.88 t/m'z dan Sudut Geser Dalamnya (q): 30o.

Tentukan hubungan antara ketinggian air (Zw)


dengan Angka Keamanan (SF) dan tentukan ketinggian
air pada batas sebelum terjadi kelongsoran.
Catatan :

Jawab:
Garis putus putus disunakan untuk
l.) HargaZlH:17 134=0.5
2.) Menentukan harga
!'P"
& "Q" dengan
menggunakan grafik pada Gambar 11.9.a & c.
0.5 Didapat harga P: 1.0 & Q:0.36
0.4 0.Ii 3.) Harga "R" dihitung dari persamaan (11.12) &
harga "S" dari Grafik pada Gambar ll.9.b.
0.3 0.3 Kedua duanya ditentukan harganya untuk
0.2 ZwlZdengan rentang harga antar 0 s/d 1.0 dan
ditabelkan sbb. :

1.0 0.5 0
r0 20 30

Rl.l 0. l9s 0.098 0

Gambar 11.9.c. : Harga ratio "Q" untuk berbagai s 0.26 0.r3 0


macam geometri talud
r

5.) Harga 2C I \rH :2*4.88 I 2.56*34: 0.1 l2


6.) Harga Angka Keamanan untuk berbagai il]
macam ketinggian air di Retak-Tarik dengan
menggunakan perumusan (1 1.8) adalah sbb. : Suatu tebing dengan longsoran bidang
(plane failure) seperli tampak pada
gambar
1.0 0.-5 0
Apabila diketahui :

sr 0.77 1.10 1.34


:2.3
rrrf =80' 6rock grlcc

Crock (pd Beding


7.) Harga pada butir 6 diatas ditulis dalam bentuk plane) :4.0kgicm2
grafis sebagai hubungan antara (SF) Vs (Zw / urp H:8.0mt
Orock (idem) :32"
Z) sbb.: Z :4.0Amt
dwater : 1.0 grlcc

i
Tentukan tinggi air (Zw) pada saat akan terjadi kelongsoran (SF=1.0)

Suatu tebing dengan longsoran bidang


L.2 (plane failure) seperti tampak pada
gambar.
L.L
\
SF Apabila diketahui :

1.0
!\ rof :75" drock : 2.0 grlcc
l\ i.
0.9
i
,* op:40" Crock : 6kglcm2

0.8
i\
!
ilt
#
d
H - 8.0 mt <prock :35'
I
* Z :3.00 mt (pd. Beding plane)
v
0.7
o'5
I
:i:
o.ss
Tentukan tinggi air (Zw) pada saat akan terjadi kelongsoran (SF:l.0)
Zw lZ
8.) Ketinggian air pada batas sebelurn
kelongsoran adalah;
Zw I Z- 0.65 atau dibawah harga
akan terjadi kelongsoran.
r
3. Dari pqtafiyaanpada soal no I diatas , uraikan gaya gaya yang
bekerja pada blok batuan dan berapa pula harga gaya geser
antara batuan pada bidang longsornya ?

4. Seperti pada pertanyaan no 3 namun digurmkan untuk soal no2


K"pustakaan
:,,
diatas, 6[6n u{qikan. rerbedaan : antaia haiil r@tlirqgent r6da
r
r,
] : . l

gqalr nql dan,soqllUa?r,,,, Attewell, P. B. and Farmer, I. W. (1982), Principles of Engineering


.,.,,1.,., ., ;,',, I I 11,;.11,,,,.
Geology,1"ed, Chapman and Hall, London.

Brady, B.H.G. and Brown, E.T. (1994), Rock mechanics for


S, lllr4ikaq,,penaqpa1 andal'apaUifa..air.:hrAya,t9q{4pritp*m.:neiaf- underground mining,2"o ed, Chapman & Hall, London.
,, Tarik nya saja tiilak, terd4Dat,' air:rpada,btd4ng,,lQagrorr-ryil, d.An
tentukan perhitungan stabilitasnya (SF) pada soal nol diatas.
Das, B. M. (1990) Principle of Foundation Engineering, 2"'ed, PWS-
KENTPubl Comp, Boston.

Franklin, J. A. andDusseault M. B. (1992) Rock Engineering


Applications, McGraw-Hill International Edition, New York.

Goodman, R. E. (1989) Introduction to Rock mechanics,2"o. ed., John


Wiley & Sons, New York.

Hans F. Winterkorn &


Hsai-Yang Fang, (1975), Foundation
EngineeringHandbook, 3'o €d, Van Nostrand Reinhold
Company, New York.
lr
& Hoek, E and Bray,l.W, (1981), Rock Slope Engineering, 3"'ed, The
I Institution of Mining and Metallurgy, London.
$
1t
s
g Hoek, E. , (2000), Rcks Engineering, Course Notes, Canada.
*s
s
'fi
$ Jaeger, J. C. and Cook, N. G. W. (1984), Fundamentals of Rock
'-*'
Mechanics ,3'o ed , Chapman and Hall, London.

Jumikis, Alfreds R, (1971), Foundation Engineering, Intex


Educational Publishers, New York.

Maclt' Astawa Rai, Dr. Ir., (1988), Mekanika Batuan, Laboratorium


( ,t.otr.knik Pust-rt antar Universitas - Ilmu Rekayasa ITB,
ll,rtrrlrrrrll
r
Moesdarjono Soetojo Ir. MSc., (2003), Laporan Analisa Hasil
Penyelidikan Tanah & Batuan di Kec. Jenu Kab.Tuban,
Laboratorium Mekanika Tanah & Batuan ITS, Surabaya

Nayak, N. V. (1982), Foundation Design Manual for practicing


engineers and civil engineering students, 2"0 ed, Dhanpat rai &
Sons,Delhi.
Index
Sowers B. George & Sowers F. George, (1970),Introductory Soil A
Mechanics and Foundations, 3'o ed, Colier Macmillian Andesite 18
Angka Keamanan 230,248
Publishers, London
Angker batuan (Rock-Bold) 247,248
Antikline 8,243
Sjoberg Jorury (1997), Estimating Rock Mass Strength using The Axial Strain 64,65
Hoek Brown Failure Kriterion and Rock Mass
Classificatiorulnternal Report BM 1997 :02, Division of Rock
Mechanics Lulea University of Technology, Sweden. B
Batuan
Aplikasi batuan 11
U.S.Army Corps of Engineers, tto.L6, (1996), Rock Foundations, Beku 3
ASCE Press, 345 East 47n Street, New York. Derajat (tingkat) 8
Expansive 112
Waltham, A. C, (1994), Foundations of Engineering Geology, 1" ed, Kekar 134,135,151
Blackie Academic & Professional, London. Kelas 136
Kimia 6
Klasifikasi 144
Liat/Lentur (Ductile) 151
Metamorf 3
Pengertian Batuan 3
Pengertian Geologis 9
Rapuh (Brittle) 151
Sedimen 3
Terlapuk 8,126
Baut Batuan (rock bolt) 67
Beban Horisontal 126
Bedding Plane 34,244
Bidang singgung Runtuh 230
Bieniawski 48
Blocky Rock 77
llor I)ilt. 1[t9
llr',rzili.rrr tt'st .13, 71
llrrlk Mo, lrtltt', rr,ri. 5()
C E
Caisson 117 Failure,
Casing 195 Ceneral Shear 751,157
Creep 133 Local Shear 1.5L,157
Four Point Flexure Test 41

D
Daya dukung G
Perkiraan tanah & batuan 121, Ceneral Shear (lihat "Failure")
Perkiraan dengan RQD 1.66 Geser (Shear) 130
Perumusan Pondasi Langsung 151 - 160 Geser Test 46
Pondasi Bor-Pile 229
Pondasi langsung L49
Pondasi langsung pada Tebing 1.61. - 1.64 H
Pondasi Sumuran 196 Hummer test 49, 50
Pondasi Tiang 229
PondasiTiangPancang 220
Deformasi 129, 133, 134, 1.67 I
Igneous Rock 3
Delatansi 64
Index Qualitas Keretakan (Derajat retakan) 32
Densitas 21,, 23, 29
lntack Rock 77
Deviatoric Stress 58
Inti Batuan (Rock core) 19-1,
Dial Gauge 56
Dipping 126
Diskontinuitas 34, 126,'1,60
Bedding 34
I
Fault 34
Joint 34

Fissured 34
Foliation 34
K
Fracture 34
Karst 1,1,4
Joint 34
Kekakuan Geser (Shear Stiffness) 136
Kekar 34
Kekakuan Normal 139
DisplismenTangensial 137 Kekar 34,136
Drilling mud 195 Kekar Terbuka -t51
Durabilitas 28,29 Kekar Tertutup 151
Kekuatan Geser (Shear Strength) 47
Kekuatan Lengket (Bond strength) 202,203
E Kt:longsoran (lihat juga Keruntuhan)
Elastisitas 136
Ilt'r'st'tnrt'n 242
l'otttl,tri lrtl li,rttr.tp 40
l'rrn1',1i,rl .'.1.'
Kerak Bumi (Crust) 5 N
Keruntuhan Bidang Tunggal (Plane-Failure) 242, 243 Normal Stiffness (Kt'k,rkrr,rrr Norrnal) 139
Keruntuhan Geser (Sliding) 240 Non-Deviatoric Strt'ss 5l'i
Keuntungan & Kekurangan
Beberapa Tipe Pondasi Tiang 225
Pondasi Sumuran 193,194 o
Pondasi Tiang 223 Organis 1,6,17
Kimia batuan 6
Klasifikasi batuan 14
Klasifikasi retakan 33 E
Klastik 15-18 Patahan 115
Koefisien Gesek 234 Pecahnyabatu 39
Konduktivitas 25 Pelapukan Profil [J
Konsolidasi 133 Penurunan (Settlerncn t)
-197
Kristalin 15 - 18 Pondasi Sunrurirn
Pondasi Tiar.rg 232
Permiabilitas 19, 21
L Perumusan Poncla-rsi langsung 151, -1,60
Lapisan bumi 5 Pier Socketed on rock 118,119
Lateral strain 64, 56 Plate Loading Test 128
Lengket (Bond) 202 Point load Test 26, 4L, 47, 48
Lentur test (Flexure Test) 46 Poisson's Ratio 44, 56, 113,128,138,139
Local Shear (lihat : "Fa7lure") Pondasi
Bor-Pile 221
Fleksibel 170
M Kaku 173
Massa Batuan Kedalaman Pondasi Batuan 174
Berkekar (Jointed Rock Mass) 34,1.51. - 152 Langsung / Langsung / Shallow 116,150
Berlapis (Layered Rock Mass) 34,1.53 Strauss 190
Dengan Retak Retak (Fractured Rock Mass) 34,154 Sumuran (Pier, Caisson) 119,190
Utuh (Intact Rock Mass) 34, 77, 1.51. Tiang 117,220,221
Model Keruntuhan 150 Tiang Pancang 21,9, 220
Moderatly Jointed Rock 77 Pons (Punching) 131
Modulus Deformasi 141, 142 Porositas 20
Modulus Deformasi Permanen 144 Prandtl 40
Modulus Elastisitas 128, 138, 141, 142
Modulus Geser 139
Modulus Ratio 143 a
Mohr-Coulomb. 70 -72 (Jrr.rlit,rs li.rtrran (RQD) 78
{

B Topplrx,9 39,247
Rapuh menjadi lentur (Bdttle to Ductile) 68 Triaxial Compression tcst 41, 44
Reganganaxial 55-57
Regangan Isi (shain Volume) 5Z 64
Reganganlateral 55-57 U
Regangan Normal 55 Unconfined Compression StrengthTest ( UCS) 41, - 44, 50,57,77,
RetalanTarik 246 72,143,204
Ringshear Test 41, 42, 46
RQD 78
v
Volurnetdc shain (llegangan Isi) 57, 64
I
Sedimentary Rock 1
Seamy Rock 77 W
Sesar 115 Wave Velocity (Kecepatan Gelombang) 31
Sheai 130 Weathering @elapukan) 1,8
Siklis Batuan 2 Wedge Slide (Kelongsoran Bersegmen) 242
Sinlline 8
Sltdi^g 244
Socketed 118,119,191,199 X
Sonicvelocity 30-33
Sower's 40
Spicific Gravity 22 Y
Spiltting tension (Brazillian) Test 41, 42, 45 Young's Modulus 65
Squeezing Rock 77
Stabilitas Talud 239
Strain gauge 56 z
Stratified Rock 77
Swelling 133
Swelling Rock 77

T
Talud 239
Tarikan langsung (direct tension) 38 ,i
Tebing 1,61, i.
Ic-
Tegangan Deviatoric 59 *
v
Tegangan Ceser (shear) 39, 47
Tegangan Lentttr (flextrrrt') 3li, .lr,
'li'gang,rrr Notttlt'vi,rlorit 5t) s

n
Dr.7o^/; P*,*Ai*
Pcnulis tt'lirlr purntr Tugas dari Dosen ITS Jurusan
Tckrrik Sipil st.jak 2010 dan saat ini masih sebagai
Doscr-r luar biirsa untuk mata kuliah Mekanika
Batuan tlarr irgu sebagai staf Laboratorium
Mckanika'l'.rnah & Batuan ITS. Sebelum di ITS
Pcnu l is arlalah staf teknik di-Laboratorium Tanah
& Jalan l'U Bina Marga Prop Jatim (1969 - 1974).
Merryt'lcsaikan studi 52 di University of
Wist'onsir-r Madison USA, 1984, di bidang
Geoteknik. Pernal-r nrt'ni.rbat sebagai Ketua Jurusan T.Sipil ITS,
kemudian sebagai Dt'kan IrTSP-ITS dan terakhir menjabat sebagai
Pembantu Rektor I I - l'l'S.

Tulisan maupun ['cnclitian dibidang Tanah dan Pondasi telah


banyak dilakukan olch l'enulis demikian pula Paper Paper yang
dipresentasikan clalanr bcrbagai seminar yang berkaitan dengan
Tanah&Batuan.

Anda mungkin juga menyukai