Disusun Oleh :
Dr. Ir. H. Darwis, M.Sc.
ISBN :978-602-429-098-6
14.21 cm = 368 Halaman
Wa=0 Va
Vv
Ww Vw
W V
Ws Vs
Keterangan :
W = berat total tamah
Wa = berat udara = 0 (diabaikan)
Ww = berat air
V = volume total tanah
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butir
Dari gambar diagram fase tanah di atas, dapat dirumuskan
beberapa hubungan sebagai berikut :
1. Berat tanah (W) = Ws + Ww .............(1.1)
2. Volume pori (Vv) = Vw + Va .............(1.2)
3. Volume tanah (V) = Vs+Vw +Va .............(1.3)
(V) = Vs + Vv .............(1.4)
d
Rc = .....................................(1.26)
d maks
Analog dengan persamaan di atas, dapat dituliskan pula
rumus untuk kepadatan relative minimum (Ro), sebagai
berikut :
d min
Ro = .....................................(1.27)
d maks
Hubungan antara kerapatan relative (Dr) dengan
kepadatan relative (Rc) dapat dinyatakan dengan rumus
berikut :
Ro
Rc = ............................(1.28)
1 Dr(1 Ro)
Penyelesaian :
Ambil berat butiran padat (Ws) = 1 gram,
Maka :
Ww
w= Ww = w.Ws = 20% x 1 = 0,20 gram
Ws
Penyelesaian :
Gs (1 w)
Berat volume basah (b) =
1 e
2,65 x9,81x(1 0,1)
19,62 =
1 e
19,62 .(1+e) = 28,60
19,62.e = 28,60 – 19,62
8.98
e= = 0,46
19,62
Sehingga di dapat :
emaks e 0,62 0,46
Dr = = = 0,72
emaks emin 0,64 0,39
Pembuktian I :
W Ws Ww
b= ;
V V
karena : Ww = w.Ws ; Ws = Gs.w.Vs, maka :
Ws w.Ws Gs.w.Vs w.Gs.w.Vs
b= ;
V V
Vs 1
Yang mana : ; maka :
V 1 e
Gs.w.(1 w)
b = (persamaan 1.14 terbukti)
1 e
Pembuktian II :
Volume air (Vw) = S.Vv = S.e (karena Vs = 1)
Berat air (Ww) = w.Vw = w.Ws = w.Gs.w.Vs
atau = w.Vw = w.S.e,
sehingga dapat ditulis :
w.S.e = w.Gs.w.Vs ; dengan Vs = 1,
maka : S.e = w.Gs
Persamaan di atas, sangat penting untuk membuat
persamaan korelasi, seperti :
28|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Dari persamaan 1.14 :
Gs.w.(1 w)
b =
1 e
Dapat dituliskan sbb :
S .e
Gs.w.(1 )
Gs Gs.w S .e.w
b =
1 e 1 e
Bila tanah menjadi jenuh sepenuhnya, maka S=1,
didapat :
Gs.w e.w
b =sat =
1 e
Atau dapat dituliskan sebagai berikut :
w.(G e)
sat = (persamaan 1.15 terbukti)
1 e
Pembuktian III :
Ws
d= ; karena Ws = Gs.Vs.w, maka
V
Gs.Vs.w Vs 1
d = Yang mana : ; maka :
V V 1 e
Gs.w
d = (persamaan 1.16 terbukti)
1 e
Gambar 1.7. Uji Batas Susut dengan Cawan Berisi Air Raksa
Indeks Cair adalah kadar air tanah asli relative yang berada
pada kedudukan plastis dan cair. Indeks cair (LI) dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
w PL wN PL
LI N ................................(1.34)
LL PL PI
Yang mana :
wN = kadar air di lapangan
Dari persamaan di atas, dapat terlihat bahwa :
Bila wN = LL, maka LI = 1
Bila wN = PL, maka LI = 0
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai LI berada antara 0 sampai 1.
2. Untuk tanah yang plastis maka LL > wN> PL
3. Jika kadar air tanah bertambah dari PL menuju LL, maka
nilai LI juga akan bertambah dari 0 sampai 1.
18..v 18. L
D=
s w s w t
18. L
D=
(Gs 1)w t
30. L
D (mm) =
(Gs 1).w t
Dengan menganggap :w = 1,00 g/cm3, maka :
L(cm)
D (mm) = K . ................................(1.36)
t (menit)
Yang mana :
30.
K ................................(1.37)
Gs 1
Dengan memperhatikan persamaan di atas, terlihat bahwa
K adalah fungsi dari Gs dan yang besarnya tergantung pada
temperature benda uji (butiran). Butiran yang lebih besar akan
mengendap lebih cepat, dan sebaliknya butiran yang lebih halus
akan mengendap lebih lama di dalam larutan suspensi.
Dengan
Sistem
Tanah
USCS
2.4.
ayakan
No.40
Batas Cair – – Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
(LL)
Indeks Maks 6 Maks 6 Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Plastisitas (PI)
Batu
Tipe material
pecah Pasir
yang paling Kerikil dan pasir yang berlanau
kerikil Halus
dominan
pasir
Penilaian
sbg bahan Baik Sekali sampai Baik
tanah dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)
Menurut sistim di atas tanah dibagi menjadi 7 kelompok,
dan diberi nama dari A-1 sampai A-7. Semakin kecil angkanya,
semakin baik untuk bahan subgrade jalan, dan sebaliknya
semakin besar angkanya semakin jelek untuk subgrade. Kecuali
pada tanah dalam group A-3, lebih baik dari pada semua jenis
tanah dalam group A-2 sebagai bahan untuk subgrade jalan.
Catatan :
Kelompok A7 dibagi atas A7-5 dan A7-6, bergantung pada batas
plastisitasnya (PL) :
- Untuk PL > 30 ; klasifikasinya A7-5
- Untuk PL < 30 ; klasifikasinya A7-6
Yang mana :
f = laju infiltrasi (mm/menit)
Kfs = konduktivitas hidrolik pada zona transmisi
(mm/menit)
Ho = kedalaman air genangan di atas permukaan tanah
2. Metode Kostiakov :
Kostiakov (1932), mengajukan suatu persamaan infiltrasi
empiris sederhana berdasarkan penyisipan kurva dari data
lapangan. Persamaan ini menghubungkan infiltrasi ke waktu
sebagai fungsi daya :
f p K k .t .......................(3.4)
Yang mana :
fp = kapasitas infiltrasi (cm/jam)
t = waktu setelah infiltrasi dimulai (jam)
Kk (cm) dan α (unitless), adalah konstanta yang bergantung
pada tanah dan kondisi awal.
Parameter, Kk dan α harus dievaluasi dari data infiltrasi
yang diukur, karena tidak memiliki interpretasi fisik. Persamaan
ini menggambarkan kurva infiltrasi yang diukur dan diberi tanah
yang sama dan kondisi air awal yang sama, memungkinkan
prediksi kurva infiltrasi menggunakan konstanta yang sama
yang dikembangkan untuk kondisi tersebut.
Di dalam perkembangan selanjutnya, beberapa ahli
menggunakan persamaan Kastiakov denga melakukan
modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi tinjauannya.
Diantaranya adalah :
(1) Criddle dkk. (1956), menggunakan persamaan Kastiakov
dalam bentuk logaritmik dengan bentuk persamaan
sebagai berikut :
log f p log K k e. log t .......................(3.5)
(2) Mezencev (1948) mengusulkan modifikasi pada
persamaan Kostiakov dengan menambahkan konstanta
pada persamaan yang mewakili tingkat infiltrasi akhir
yang dicapai saat tanah menjadi jenuh setelah infiltrasi
berkepanjangan.
3. Metode Horton :
Horton mendefinisikan proses kelelahan (exhausion
process), sebagai salah satu tingkat kerja yang dilaksanakan
sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Dia
menghubungkan laju infiltrasi dengan laju kerja yang dilakukan
dan perubahan kapasitas infiltrasi dari fp menjadi fc karena
pekerjaan yang harus dilakukan, dengan sebagai faktor
proporsionalitas (Horton, 1940). Horton (1939, 1940)
mendapatkan persamaan untuk infiltrasi, yang menggambarkan
pola eksponensial pada tingkat infiltrasi dari hubungan dasar
yang dijabarkan sebagai berikut :
df p
dt
f p fc
df p
f p f c .t ;
Ti
m
e
(t) −
=
log Tanah| 89
Dasar-Dasar Mekanika
Gambar 3.5. Hubunganwaktu (t)terhadaplog (fo–fc)
5. Metode Holtan ;
Sejak tahun 1961, Holtan megembangkan sebuah
persamaan empiris berdasarkan konsep penyimpanan.
Persamaan ini dikembangkan di laboratorium hidrograf USDA
dari Agicultural Research Service (ARS), untuk menyediakan
sarana yang dapat digunakan untuk memperkirakan infiltrasi
dengan menggunakan informasi yang umumnya tersedia, atau
dapat segera diperoleh untuk lahan-lahan milik negara Premis
dari persamaan ini adalah bahwa faktor-faktor yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap laju infiltrasi adalah penyimpanan
air tanah, porositas permukaan yang terhubung, dan pengaruh
jalur akar tanaman (Holtan, 1967). Setelah melalui beberapa
modifikasi, bentuk akhir dari persamaan infiltrasi ditulis sebagai
berikut (Holtan dan Lopez, 1971) :
f p GI.a.(SA)1, 4 f c ...........................(3.17)
Yang mana :
fp = kapasitas infiltrasi pada waktu tertentu (cm/jam)
SA = penyimpanan yang tersedia di lapisan permukaan, A
adalah cakrawala pada waktu tertentu (jam)
GI = indeks pertumbuhan tanaman dalam persen kematangan
a = indeks porositas permukaan yang terhubung
penympanan (in.hr.-1 per (in.)1.4. Ini adalah fungsi dari
kondisi permukaan dan kepadatan akar tanaman.
fc = laju infiltrasi konstan atau steady state dan persamaan
Holtan diperkirakan dari kelompok hidrologi tanah
(cm/jam)
Selanjutnya Holtan memberikan persamaan untuk
mendapatkan variabel SA, sebagai berikut :
Ri = Sy.s + Tp.Rt
.......................(3.23)
Yang mana :
Sy = (specific yield)
s = penambahan specific yield.
Tp = abstraksi, selama musim hujan dibagi dengan luas
area.
Rt = aliran balik, akibat adanya irigasi yang terjadi saat
musim hujan.
Kelemahan mendasar dari persamaan di atas adalah bahwa
arus masuk dan arus keluar dibawah permukaan (subsurface
inflow and outflow) diabaikan, dan mengasumsikan bahwa
setiap arus masuk dan arus keluar didistribusikan secara merata
di atas area tersebut. Ini mungkin benar untuk curah hujan, dan
bahkan untuk arus balik dari irigasi. Tetapi anggapan ini jarang
4. MetodeVaccaro
Vaccaro(2006), mengembangkan suatu analisis model
terhadap perkolasi dengan Deep Percolation Model (DPM)
mencakup komponen hemat energi dan air yang diwakili sebagai
proses fisik di DPM. Komponen proses diwakili dalam
persamaan keseimbangan massa untuk setiap Hydrologic
Response Unit (HRU), sebagai berikut :
R=P–SE–PT–SRO–EI–SUB–(±SNO±SM±IS)±DS
........(3.24)
Yang mana :
R = perkolasi dalam (mengisi ulang).
P = presipitasi (hujan).
SE = penguapan tanah.
PT = transpirasi tanaman.
SRO = limpasan permukaan.
EI = penguapan air yang tercegat.
SUB = sublimasi salju.
± SNO = perubahan dalam snowpack.
± SM = perubahan air tanah di akar atau zona tanah.
± IS = perubahan pada penyimpanan kelembaban yang
disadap
± DS = defisit atau surplus.
5. MetodeSilva
Pemantauan kelembaban tanah dalam profil dengan
dimensi horizontal (R) dan vertikal (L), di mana alat uji(probe)
pada TDR (time-domain-reflectometry) mendistribusikan ait
pada titik (r, z) dalam profil tanah.Tingkat perkolasi air dapat
ditentukan berdasarkan variasi penyimpanan air secara singkat.
interval waktu, seperti yang dijelaskan oleh Silva dkk. (2009):
4 L L
t dZ t 1dZ
i 1 0
LP 0 ....................(3.25)
i
Yang mana:
LP = tingkat perkolasi yang diperkirakan dalam interval
waktu Δt (mm);
θt = kelembaban pada awal interval waktu Δt (m3 m-3);
θt+1 = kelembaban pada akhir interval waktu Δt (m3 m-3);
Z = kedalaman (mm),
L = kedalaman total rencana pemantauan (mm); dan
i = jumlah rencana pemantauan yang digunakan dalam
estimasi.
Penggunaan setiap metode bergantung pada berbagai
prosedur dan alat. Dengan demikian, keputusan untuk memilih
satu atau yang lain harus mempertimbangkan ketepatan metode
dan akurasinya untuk kondisi yang dihadapi, yang penting untuk
konsistensi hasil perhitungan perkolasi dalam berbagai
aplikasinya, misalnya bila digunakan sebagai komponen
keseimbangan air tanah. atau untuk perhitungan efisiensi
aplikasi air di daerah irigasi.
Yang mana :
p = perbedaan tekanan pada antarmuka fluida,
= tegangan permukaan (atau ketegangan dinding),
ň = unit normal menunjukkan keluar dari permukaan
H = kelengkungan rata-rata,
R1, R2 = jari-jari kelengkungan utama.
Dalam kasus umum, untuk permukaan bebas dan bila ada
"tekanan berlebih" yang diterapkan, Δp, pada antarmuka dalam
ekuilibrium, ada keseimbangan antara tekanan yang diberikan,
tekanan hidrostatik dan efek tegangan permukaan. Persamaan
Young-Laplace menjadi:
1 1
p .g.h ....................(3.28)
1R R 2
Persamaan dapat berupa non-dimensional dalam hal skala
panjang karakteristiknya, panjang kapiler:
Lc ...................(3.29)
.g
Dan tekanan karaktersitiknya adalah sebesar :
pc ..g ....................(3.30)
Lc
Air kapiler di dalam tanah merupakan air tanah yang
ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat
dibandingkan gaya gravitasi. Air kapiler bergerak ke samping
atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori
mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3
– 15 atm (pF 2,52 – 4,20).Air kapiler melapisi butiran
Pc Pnw Pw ....................(3.31)
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada
ukuran pori-pori dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat
dinyatakan dalam hubungan :
2 . cos
Pc .g.h ....................(3.32)
r
Yang mana :
Pc = tekanan kapiler
σ = tegangan permukaan antara dua fluida
cos q = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
Δρ = perbedaan densitas dua fluida
g = percepatan gravitasi
h = tinggi kolom
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting
dalam reservoir fluida dalam tanah seperti air tanah, minyak,
maupun gas, yaitu :
1) Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir.
2) Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas
untuk bergerak atau mengalir melalui pori-pori
reservoir dalam arah vertikal.
Tekanan kapiler dapat timbul karena adanya tarikan
lapisan tipis permukaan air sebelah atas. Kejadian ini
p = w.h....................(3.37)
Yang mana :
p = tekanan air (t/m2 atau kN/m2)
w = berat volume air (t/m3 atau kN/m3)
h = tinggi enersi tekanan (m)
Dari persamaan di atas, selanjutnya tinggi enersi tekanan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hukum Bernoulli :
Teorema Bernoulli dapat menggambarkan tinggi enersi
total (total head) pada aliran fluida, yang terletak di suatu titik di
bawah permukaan air tanah, sehingga terpengaruh oleh tekanan
hidrostatis.
Menurut Bernoulli bahwa total head pada titik A dapat
dinyatakan sebagai berikut :
p v2
hA A z ....................(3.40)
w 2.g
Yang mana :
hA = tinggi enersi total (total head) – (m)
pA
= tinggi enersi tekanan (pressure head) – (m)
w
v2
= tinggi enersi kecepatan (velocity head) – (m)
2.g
p = tekanan air (t/m2 atau kN/m2)
q = v.A ....................(3.42)
Yang mana :
q = debit rembesan (m3)
v = kecepatan air (m/det)
A = luas penampang pengaliran (m2)
Kehilangan tinggi enersi antara titik-A dengan titik-B,
dapat dihitung dari persamaan Bernoulli sebagai berikut :
h = hA – hB
p p
h A z A B z B .....................(3.43)
w w
Nilai tinggi enersi elevasi (z) diambil positif bila titik yang
ditinjau terletak di atas bidang referensi, dan diambil negative
bila terletak di bawah bidang referensi.
Jarak vertical antara elevasi titik-A dengan titik-B (h),
disebut tinggi enersi hidrolik (hydrolic head).
Karena hA dan hB berturut-turut adalah tinggi enersi
tekanan pada titik-A dan titik-B, maka “gradien hidrolik” dapat
dirumuskan sebagai berikut :
v = k.i .....................(3.45)
Yang mana :
v = kecepatan aliran (cm/det)
k = koefisien permeabilitas (cm/det)
i = gradient hidrolik
q = v.A = k.i.A.....................(3.46)
Yang mana :
K = Koefisien absolute (cm2), tergantung dari sifat
butiran tanah.
w = rapat massa air (gram/cm3)
g = percepatan gravitasi (cm/det2)
= koefisien kekentalan air (gram/cm.det)
Kecepatan aliran yang dirumuskan oleh Darcy di atas,
memperhitungkan luas kotor penampang tanah (termasuk yang
tertutup butiran). Akan tetapi kenyataan bahwa air hanya bisa
mengalir melewati ruang pori, maka kecepatan nyata (vs)
rembesan yang melewati rongga tanah, dirumuskan sebagai
berikut :
v k .i
vs ...................(3.48)
n n
Vv
Yang mana : n = porositas =
V
Nilai k (koefisien permeabilitas) sangat tergantung pada
jenis tanah dan temperatur tanah. Temperatur biasanya diambil
22o C.
( T )
Tabel 3.4. Nilai untuk berbagai variasi temperatur.
( 20 )
Temperatur ( T ) Temperatur ( T )
To C ( 20 ) To C ( 20 )
10 1,298 21 0,975
118|Dasar-Dasar
11 Mekanika
1,263Tanah
22 0,952
12 1,228 23 0,930
13 1,195
Hukum Darcy v = ki, hanya cocok untuk aliran laminar,
yaitu bila gradient hidrolik hanya sampai gradient hidrolik kritis
(icr) dan kecepatannya hanya sampai titik kritis (vcr). Dalam
gambar 3.4, di luar L, (i>icr), filtrasi berupa aliran turbulen
dengan kecepatan rembesan v>vcr .
Beberapa studi telah dibuat untuk menyelidiki ketepatan
hukum ini. Studi yang cukup dikenal adalah yang dilakukan oleh
Muskat (1937). Kriteria nilai batas diberikan oleh bilangan
Reynold. Untuk aliran di dalam tanah, bilangan Reynold (Rn)
diberikan menurut hubungan :
.D.w
Rn
.......................(3.51)
Yang mana : v = kecepatan air (cm/det)
D = diameter rata-rata butiran tanah (cm)
𝛾w = berat volume cairan (g/cm3)
𝜇 = koefisien kekentalan (g/cm.det)
∫ = ∫ ℎ+ℎ
Diselesaikan, didapat :
x2 x1
2 2
2k
h hc ...................(3.69)
t n.S
= = 𝑖 = / /
............(3.71)
Yang mana :
= √ √
𝜋
.........................(3.79)
dengan,
n = porositas
R = jari-jari pengaruh (m)
t = lama waktu pemompaan sumur (detik)
Jika dasar sumur tidak sampai menembus lapisan kedap
air, oleh Mansur dan Kaufman (1962) menyarankan persamaan:
𝜋 { − − } ,
= [ + , + 𝑖 ] ........(3.80)
, /
Yang mana :
ro = jari-jari sumur uji,
t = tebal lapisan air dalam sumur,
H = jarak muka air tanah terhadap permukaan lapisan kedap
air,
R = jari-jari pengaruh dan
s = jarak dasar sumur terhadap lapisan kedap air di bawahnya.
Jumikis (1962) meberikan nilai perloraam lingkaran
pengaruh R hasil pengumpulan dari bebrapa data pada jenis
tanah tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam berikut.
/
= .......................(3.83)
, 𝑎
Ujung terbawah lubang bor harus lebih dari 5d, diukur dari
lapisam atas dan bawah, dengan d adalah diameter dalam lubang
pipa. Ketinggian air di dalam lubang bor dipelihara konstan,
perbedaan tinggi antara ar di dalam pipa dan muka air tanah = h.
Debit q yang konstan untuk memelihara ketinggian air
supaya konstan, diukur. Besar koefsisien permeabilitas, dihitung
dengan persamaan yang dikembangkan dari percobaan analogi
elektris sebagai berikut:
=
, ℎ
.........................(3.86)
Yang mana :
d = diameter dalam pipa
h = beda tinggi air
q = debit untuk memelihara tinggi energi yang sama.
=
.........................(3.90)
atau : = .........................(3.99)
Dengan T adalah ∆L1/∆L.
∆𝐿
= = .........................(3.100)
∆𝐿
= = = .........................(3.103)
− −
= 𝑖 .........................(3.104)
𝜇 +
Maka :
= .........................(3.107)
+
= , , .........................(3.113)
ℎ
= 𝑖 −
Jadi :
′ 𝑧
= √ =√
= sin .................(3.172)
Cara A. Casagrande
A. Casaagrande (1937) mengusulkan cara untuk
menghitung rembesan lewat tubuh bendungan yang didasarkan
pada pengujian model. Penggambaran parabola AB berawal dari
titik A’ (identik cara Schaffernak),seperti yang diperlihatkan
pada gambar berikut :
3.5.13. Filter
Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih
halus menuju lapisan yang lebih kasar, kemungkianan
Yang mana :
ΔV = perubahan volume
V = volume awal
μ = angka poison
E = modulus elastis
σx,σy, σz = tegangan-tegangn dalam arah x,y,dan z
Pada persamaan (4.18), bila pembebanan yang
mengakibatkan penurunan, terjadi pada kondisi tak terdrainase
(undrained), atau penurunan terjadi pada volume konstant,
maka :
ΔV/V = 0 ; dalam kondisi ini, maka angka poison μ= 0,5.
Jika pembebanan menyebabkan adanya perubahan
volume (contohnya penurunan akibat proses konsolidasi),
sehingga :
ΔV/V > 0, sehingga nilai μ < 0,5.
Penyelesaian :
Gambar C1
(1) Untuk fondasi-fondasi B:
z (B1) = z (B2) = z (B3) = z (B4)
(2) Untuk fondasi-fondasi C:
z (C1) = z (C2) = z (C3) = z (C4)
(a) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi A
Hitung faktor pengaruh I pada kedalaman 6 m dibawah
fondasi A, dilakukan dalam Tabel C1a.
Jadi didapat :
Tambahan tegangan akibat beban fondasi A
= 1 x 400/62 x 0,478 = 5,31 kN/ m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi B
= 1 x 200/62 x (0,273 x 4) = 6,07 kN/ m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi C
= 1 x 100/62 x (0,172 x 4) = 1,91 kN/ m2
Tambahan tegangan dibawah fondasi A pada kedalaman 6 m
akibat beban seluruh pondasi adalah jumlah tambahan tegangan
di atas, yaitu :
z (A) = 5,31 + 6,07 + 1,91 = 13,29 kN/m2
(b) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi B
Ditinjau fondasi B1. Dihitung jarak-jarak antara pusat
fondasi B1 dengan yang lain:
BC1= B1C2 = B1A = 3 m
B1B2 = B1B3 = 32 32 4,24 m
B1C3 = B1C4 = 6 2 32 6,71 m
B1B4 = 6,0 m
Hitung I dibawah pusat pondasi B1, pada kedalaman z = 6 m,
oleh akibat beban-beban seluruh pondasi diletakkan pada Tabel
C.1b
Jadi didapat :
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi A
= 400/62 x 0,273 = 3,03 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi B
= 200/62 x (0,478 + 0,172 + 0,172 + 0,084) = 5,03 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi C
= 100/62 x (0,273 + 0,273 + 0,063 +0,063) = 1,87 kN/m2
Tambahan tegangan akibat beban seluruh fondasi, dibawah
pusat pondasi B1, pada kedalaman 6m :
z (B1) = 3,03 + 5,03 + 1,87 = 9,93 kN/ m2
Tegangan-tegangan dibawah masing-masing pusat pondasi B1
sampai B4, pada kedalaman 6m, sebesar :
z (B1) = z (B2) = z (B3) = z (B4) = 9,93 kN/m2
(c) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi C
C1A = 4,24 m
C1B4 = C1B3 = 6,71 m
C1C4 = 6 2 = 8,48 m
Hitung faktor pengaruh (I) dibawah pusat pondasi C1, pada
kedalaman z = 6 m, oleh akibat beban-beban seluruh pondasi
diletakkan pada Tabel C.1c
Tabel C.1c Perhitungan Faktor pengaruh I dibawah fondasi C1
Beban
Kolom r (m) z (m) r/z I(C1)
(kN)
C1 100 0 6 0 0,478
Jadi didapat :
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi A
= 400/62 x 0,172 = 1,19 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi B
= 200/62 x (0,273 + 0,273 + 0,063 +0,063) = 3,73 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi C
= 100/62 x (0,478 + 0,084 + 0,084 +0,031) = 1,88 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi C1, pada kedalaman
6m:
z (C1) = 1,91 + 3,73 + 1,88 = 7,52 kN/ m2
Jadi tegangan-tegangan dibawah masing-masing pusat pondasi
C1 sampai C4, pada kedalaman 6m :
z (C1) = z (C2) = z (C3) = z (C4) = 7,52
2
kN/m
I
1 2mn m 2 n 2 1
1/ 2
m2 n2 2 arctg 2 2
2mn m 2 n 2 1
1/ 2
4 m 2 n 2 1 m 2 n 2 m 2 n 2 1 m n 1 m 2 n 2
....................................(4.30)
Yang mana :
q = tekanan sentuh atau tekanan fondasi ke tanah (beban
merata di permukaan);
B
m = ; dan
Z
L
n =
Z
Δσ(X) = Δσz(XEBF)+Δσz(XFCH)+Δσz(XGDH)+Δσz(XGAE)
Contoh soal4.2:
Diketahui : Bila dalam contoh soal 1 seluruh area bangunan
didukung oleh fondasi rakit ukuran 7x7 m2.
Diminta : Berapakah tambahan tegangan di bawah pusat pondasi
pada kedalaman yang sama? Dianggap beban total yang
didukung oleh kolom-kolom disebarkan secara sama
keseluruh luasan fondasi pelat.
Penyelesaian :
Beban total yang didukung kolom-kolom dianggap disebarkan
secara sama pada luasan fondasi pelat, maka
2
1
q 400 4 200 4 100 32,6kN / m 2
7
Gambar C2
(4.32)
Dari sini dapat diperoleh persamaan tambahan tegangan
vertikal dibawah beban terbagi rata berbentuk lingkaran
fleksibel, sebagai berikut:
1
z q1 ...................... (4.33)
1 r / z 2 3 / 2
dengan :
1
I 1 ...................... (4.35)
1 r / z 2
3/ 2
Contoh Soal4.3:
Gambar C 3
Penyelesaian :
Hitungan tambahan tegangan pada kedalaman 4 m dibawah
pusat (titik A), yaitu x = 0 m ; dan di tepi fondasi (titik B) yaitu
x = 3,9 m.Oleh beban terbagi rata sebesar q = 117 kN/m2
Tabel C 2. Perhitungan Tambahan Tegangan di A dan B
Titik r (m)
x z
x/r z/r l
z=lq
(m) (m) (kN/m2)
A 3,9 0 4 0 1,03 0,63 73,7
B 3,9 3,9 4 1 1,03 0,63 38,6
Jadi :
1) Tambahan tegangan di pusat pondasi (titik A) = 73,70
kN/m2
2) Tambahan tegangan di tepi pondasi (titik B) = 38,60
kN/m2
4.7. Teori Newmark
Newmark (1942) memberikan cara menghitung tambahan
tegangan vertikal di atas tanah akibat luasan fleksibel berbentuk
tak teratur yang mendukung beban tak terbagi rata. Diagram
yang digunakan dalam hitungan berupa lingkaran yang disebut
lingkaran Newmark.
(4.37)
5.2.Teori Konsolidasi
Konsolidasi (consolidation) adalah suatu proses
pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh
sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
sebagian air pori. Dengan kata lain, pengertian konsolidasi
adalah proses terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban
statis, yang terjadi sebagai fungsi waktu karena kecilnya
permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan
tegangan total telah benar-benar hilang. Kasus yang paling
sederhana adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi
regangan lateral nol mutlak ada. Proses konsolidasi dapat
diamati dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat
perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya
penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik referensi
ketinggian pada tempat tertentu.
Proses pemuaian (swelling), kebalikan dari konsolidasi,
adalah bertambahnya volume tanah secara perlahan-lahan akibat
tekanan air pori berlebih negatif (berkurang).
.......................(5.6)
Hanya kelebihan kepala (h) yang menyebabkan
konsolidasi, dan ini terkait dengan tekanan air pori berlebih (u)
oleh: h = u / gw. Persamaan Darcy dapat ditulis sebagai:
............................(5.7)
Persamaan Darcy dapat disubstitusi dalam kontinuitas
eqn., dan porositas n dapat dinyatakan dalam bentuk rasio void
e, untuk mendapatkan persamaan arus sebagai :
...................(5.8)
..........................(5.9)
atau :
............................(5.10)
Persamaan ini merupakan persamaan hidrodinamika
untuk konsolidasi satu dimensi.
Jika av = koefisien kompresibilitas, maka perubahan
angka pori dapat dinyatakan sebagai :
e = av.(') = av.(u) ............................(5.11)
Oleh karena setiap kenaikan tegangan efektif, sama
dengan penurunan tekanan air pori, maka dapat dituliskan
sebagai berikut :
............................(5.12)
atau
............................(5.13)
Dengan memperkenalkan parameter yang disebut
“koefisien konsolidasi (Cv)”,maka :
............................(5.15)
Persamaan ini adalah persamaan konsolidasi satu dimensi
dari Terzaghi. Dari persamaan ini akan menjelaskan bagaimana
menghitung kelebihan tekanan air pori (exess pore pressure)
yang hilang seiring dengan pertambahan waktu t
dan/ataupenambahan kedalaman z. Ketika semua tekanan air
pori (u) telah berhenti sepenuhnya sepanjang pada kedalaman
lapisan tanah kompresibel, maka proses konsolidasi selesai, dan
situasi aliran transien tidak ada lagi.
Selama proses konsolidasi, berikut hal berikut yang
diasumsikan konstan, yakni :
1. Penambahan tegangan total () pada lapisan tanah
kompresibel diasumsikan tetap (konstan).
2. Koefisien kompresibilitas volume (mv) tanah,
diasumsikan konstan.
3. Koefisien permeabilitas (k) untuk aliran vertical,
diasumsikan konstan.
Sementara itu yang perlu diperhatikan, bahwa ada tiga
variabel penting dalam persamaan konsolidasi:
1. kedalaman unsur tanah pada lapisan (z)
2. tekanan air pori berlebih (u)
3. waktu yang telah berlalu sejak aplikasi pemuatan (t)
............................(5.16)
Solusi grafis dari persamaan konsolidasi satu dimensi,
oleh Terzaghi menggunakan parameter non-dimensi yang
ditunjukkan sebagai berikut :
............................(5.17)
Dimana : e dapat dinyatakan dalam istilah av atau Cc.
;
atau
............................(5.18)
Besarnya konsolidasi adalah :
............................(5.20)
atau
............................(5.21)
Se( surface)
Q
.E
1 2 ............................(5.27)
ez
1
z r ............................(5.28)
E
Subtitusi nilai σ , σ , dan σθ dari persamaan sebelumnya
untuk regangan dan dapat disederhanakan (Ahlvin dan Ulery,
1962), di mana q adalah beban per satuan luas. A' dan B'
konstanta (non-dimensional), serta fungsi z b dan s/b; yang
nilainya diambil dari tabel 7 dan 8 di Bab 3, didapat :
......................(5.3
3)
Sedangkan penurunan permukaan rata-rata adalah :
Se( surface _ average) 0,85.Se( surface _ centre)
.....(5.34)
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 247
Tabel 5.1. Nilai I2(Ahlvin and Ulery 1962)
I3 ln m. ln 1 1
n
1 m1 n1 m1 1 m1 n1 1
2 2 2 2
tan 1
n1 m1
I4
n1 1 m1 n1
2 2
L z
m1 & n1
B B
Nilai I3 dan I4 dapat diambil dari tabel berikut :
Tabel 5.2. Nilai I3 dan I4 dari Harr (1966)
1 e0
2,38
Rendon &
Lempung Cc 0,141.Gs
1, 2
Gs Herrero (1983)
LL Nagaraj &
Lempung Cc 0,2343. .Gs
100 Murty (1985)
Yang mana :
LL = Batas cair (%)
Wn = Kadar air natural (%)
Gs = Berat jenis (spesific gravity)
e0 = Angka pori awal
BAB –VI
KEKUATAN TANAH
Yang mana :
1 sin
tan 2
1 sin 4 2
Sehingga didapat :
1 sin
1 3 tan 2 2c
4 2 1 sin
.............(6.7)
B. Uji Triaxial
Uji triaksial dilakukan pada sel pada sampel tanah
berbentuk silinder yang memiliki rasio panjang terhadap
diameter = 2. Ukuran yang digunakan biasanya adalah 76 mm x
38 mm dan 100 mm x 50 mm. Tiga arah tekanan utama yang
diterapkan pada sampel tanah, dari mana dua arah tekanan (2
dan 3). diaplikasikan dengan tekanan air di dalam sel yang
.............(6.11)
Yang mana :
Du1 = tekanan air pori dikembangkan pada tahap pertama selama
penerapan tegangan pengurang Ds3,
Du2 = tekanan air pori yang dikembangkan pada tahap kedua saat
aplikasi tegangan deviator (Ds1 - Ds3), dan
B dan A adalah parameter tekanan air pori Skempton.
Parameter B adalah fungsi dari tingkat kejenuhan tanah (B= 1
untuk tanah jenuh, dan B= 0 untuk tanah kering).
Parameter A juga tidak konstan, dan bervariasi dengan rasio
over-consolidaton pada tanah dan juga dengan besarnya
tegangan deviator. Nilai A pada saat keruntuhan
.......(6.22)
e 2(3/4φ/2)tanφ
Nq
φ .................(6.23)
2cos 2 45
2
1 K p
N 1tanφ .................(6.24)
2 cos φ
2
Yang mana :
qu = daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi (= diameter untuk pondasi lingkaran )
= berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk
Fcd, Fqd, Fd = faktor kedalaman
Fci, Fqi, Fi = faktor kemiringan beban
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung, yang besarnya dapat
dihitung dengan formula berikut, atau dengan
mengambil nilai yang terdapat pada tabel
Meyerhoff atau pada grafik Meyerhoff.
N q tan 2 45 e π.tan .................(6.30)
2
Nc (N q 1).cot .................(6.31)
N 2.(N q 1).tan .................(6.32)
B Nq B
tan
B
Fcs 1 Fqs 1 F s 1 0,4
L Nc L L
= c + tg .................(6.46)
Yang mana : c = kohesi
= tegangan normal
= sudut geser dalam tanah
Nilai – nilai c dan adalah parameter kuat geser tanah di
sepanjang bidang longsornya. Dengan cara yang sama, dapat
dituliskan persamaan tegangan geser yang terjadi (d) akibat
beban tanah dan beban – beban lain pada bidangnya :
d = cd + tan d .................(6.47)
Dengan cd dan d adalah kohesi dan sudut gesek dalam
yang terjadi atau yang dibutuhkan untuk keseimbangan pada
bidang longsornya.Substitusi nilai dan dke persamaan faktor
keamanan, akan diperoleh persamaan faktor keamanan sebagai
berikut :
c tan
SF
cd tan d .................(6.48)
maka
N W . cos u .a
i i i i i .................(6.52)
Faktor keamananmenurut Fellenius, didefinisikan sebagai :
JumlahMomenDariTahananGeserSepanjangBidangLongsor
SF
JumlahMomenDariBeratMassaTanahYangLongsor
M d
.................(6.53)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah
= R.sin, maka momen dorong yang terjadi adalah :
i n
Md RWi sin i
i 1 .................(6.54)
Yang mana : R = jari – jari lingkaran bidang longsor
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke – i
i = sudut yang didefinisikan pada Gambar
3.9a
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah
yang akan longsor adalah :
i n
Mr R (Cai Ni tan )
i 1 .................(6.55)
Oleh karena itu, persamaan untuk faktor keamanannya
dapat dituliskan sebagai berikut :
i n
(Ca N tan )
i i
SF i 1
i n
Wi sin i
i 1 .................(6.56)
Bila terdapat air pada lerengnya, maka tekanan air pori
pada bidang longsor tidak berpengaruh terhadap momen
dorong(Md), karena resultan gaya akibat tekanan air pori akan
melewati titik pusat lingkaran. Substitusi nilai Ni ke persamaan
di atas, diperoleh :
Ca (W cos u a ) tan
i i i i. i
SF i 1
i n
W sin
i 1
i i
.................(6.57)
Yang mana :
SF = faktor keamanan
C = kohesi tanah
= sudut gesek dalam tanah
αi = panjang bagian lingkaran pada irisan ke-i
Wi = berat irisan tanah ke-i
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i
i = sudut yang didefinisikan pada gambar di atas
(6.17)
Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng tanahnya
sendiri, seperti adanya beban bangunan di atas lereng, maka
momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai momen dorong
(Md). Metode Fellinius memberikan faktor keamanan yang
relatif lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti.
Batas-batas nilai kesalahan dari metode Fellinius dapat
mencapai kira-kira 5 sampai 40%, tergantung dari faktor
keamanan, sudut pusat lingkaran yang dipilih, dan besarnya
tekanan air pori yang ada. Walaupun analisisnya ditinjau dalam
tinjauan tegangan total, kesalahan masih merupakan fungsi
dari faktor keamanan dan sudut pusat dari lingkarannya
(Whitman &Baily, 1967). Cara ini telah banyak digunakan
dalam praktek rekayasa pada konstruksi lereng. Karena cara
hitungannya yang sederhana dan kesalahan yang terjadi masih
dianggap berada pada sisi yang aman.
SF i 1
i n
W x
i 1
i i
.................(6.61)
Wi Xi Xi 1 uii cos c'i sin i
Ni ' SF
'
cosi sin i tan
SF .........(6.63)
i n
Wi Xi Xi 1 uiai cosi c' ai sin i / SF
R c' ai tan '
i 1 cosi sin i tan ' / SF
SF i n
Wixi i 1
.................(6.64)
Untuk penyederhanaan dianggap Xi–Xi+1 = 0,
dan dengan mengambil :
xi = R sin i
bi= ai cos i
Substitusi nilai xidan bi kepersamaan di atas, diperoleh
persamaan faktor keamanansebagai berikut :
c' bi (Wi uibi) tan '
i n
1
SF
i 1 cos i .(1 tan i tan ' / F )
i n
Wi sin i
i 1
.................(6.65)
Wi sin i
i 1
.................(6.67)
Persamaan faktor keamanan Bishop ini lebih sulit
pemakainya dibandingkan dengan metode Fellenius. Lagi pula
metode ini masih membutuhkan cara coba-coba (trial and
error), karena nilai faktor keamananSF nampak di kedua sisi
persamaannya. Akan tetapi, cara ini telah terbukti memberikan
358|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
nilai faktor keamanan yang mendekati nilai faktor keamanan
dari hitungan yang dilakukan dengan cara lain yang lebih teliti.
Untuk mempermudah hitungan dengan metode Bishop,
dapat digunakan metode grafis dari Janbu (1965), untuk
menentukan nilai fungsi Mi, dengan persamaan sebagai berikut
:
Mi = cosi.[ 1+ tani.tan(’ /SF)] .................(6.68)
DAFTAR PUSTAKA
INDEX
Angka pori
Angka pori maksimum
SL = Shrikage Limit