Anda di halaman 1dari 370

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 1

2|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


DASAR-DASAR
MEKANIKA
TANAH

Disusun Oleh :
Dr. Ir. H. Darwis, M.Sc.

Tanah terbentuk dari fraksi batuan, menjadi agregat alami.


Tanah menjadi sumber utama bahan konstruksi
Lapisan tanah menjadi pendukung utama bangunan konstruksi
......TANAH SUMBER BAHAN DAN TUMPUAN KONSTRUKSI.....

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 3


DASAR-DASAR MEKANIKA
TANAH
Penulis : Dr. Ir. H. Darwis, M.Sc.
Editor : Abdul Kodir, M.Pd
Cover : Riz@l
Diterbitkan Pertama Kali Oleh : Pena Indis
Distribusi Oleh : Pustaka AQ
Nyutran MG II 14020 Yogyakarta
Pustaka.aq@gmail.com
WA 0895603733059

ISBN :978-602-429-098-6
14.21 cm = 368 Halaman

Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentukdan dengan
cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik ,termasuk fotocopy, scan,
rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penulis.

Cetakan Pertama, Februari 2018

Sanksi pelanggaran pasal 44, Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang


Perubahan atas Undang-undag No.6 Tahun 1982 tentang hak cipta.
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
(satu), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

4|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


PRAKATA

Di kalangan Insinyur Sipil, materi kerak bumi dibedakan


atas dua jenis, yakni “tanah” dan “batuan”. Tanah adalah
kumpulan butiran mineral alami (ageregat) yang bisa dipisahkan
oleh suatu cara mekanis bila agregat tersebut diaduk dalam air.
Sedangkan batuan adalah agregat yang mineralnya satu sama
lain diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat, dan
tidak bisa dipisah kan dengan cara mekanis sederhana. Akan
tetapi di kalangan Insinyur Geologi istilah “batuan”
dimaksudkan untuk semua materi penyusun kerak bumi tanpa
mempersoalkan derajat keterikatan partikel-partikel mineralnya
(batu, tanah, air dan gas). Dan yang dimaksudkan oleh para ahli
geologi sebagai “tanah” hanyalah bagian kerak bumi yang
menopang tumbuhan. Sedangkan menurut ahli pertanian bahwa
yang dimaksud dengan tanah adalah medium alam tempat
tumbuhnya tanaman yang tersusun dari bahan-bahan padat, gas,
dancair.
Mekanika tanah pada dasarnya merupakan studi tentang
tanah dan propertinya sehubungan dengan tujuan konstruksi.
Mekanika tanah adalah disiplin teknik sipil yang memprediksi
karakteristik kinerja tanah, dengan menggunakan teknik statika,
teknik dinamika, mekanika fluida, dan teknologi lainnya.
Mekanika tanah meliputi studi komposisi tanah, kekuatan,
konsolidasi, dan penggunaan prinsip hidrolik, untuk menangani
masalah yang menyangkut sedimendan endapan lainnya.
Mekanika tanah adalah salah satu ilmu utama untuk
menyelesaikan masalah yang juga berkaitan dengan
geologiteknik. Studi mekanika tanah sangat penting bagi
insinyur sipil karena berdasarkan temuan studi mekanika tanah,
struktur rekayasa dapat dirancang-bangun. Jenis konstruksi,
jenis peralatan yang akan digunakan, jenis pondasi, bahan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 5iii


pendukung, dan banyak aspek pekerjaan konstruksi lainnya
sangat dipengaruhi oleh hasil dari studi mekanika tanah. Pada
dasarnya mekanika tanah mempelajari tentang proses
pembentukan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, kompresibilitas
tanah, permeabilitas, konsolidasi, dan lain sebagainya.
Buku ini menguraikan dasar-dasar pengetahuan tentang
Mekanika Tanah, yang dapat menjadi materi pokok
pembelajaran bagi mahasiswa Teknik Sipil, Teknik Pengairan,
dan Teknik Pertambangan, baik yang menempuh jenjang S1
maupun S2. Uraian di dalam buku ini telah diupayakan oleh
penulis untuk didiskripsikan dengan menggunakan bahasa
ilmiah yang populer, agar pembaca tidak mengalami kesulitan
di dalam membaca, mempelajari, bahkan dapat
mengembangkannya, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang
pembaca hadapi. Dan besar harapan penulis kiranya kehadiran
buku ini dapat menambah khasanah bacaan bagi mahasiswa
maupun para praktisi (engineer) yang menggemari bidang ilmu
Mekanika Tanah.Dalam surah An Naml Allah Swt berfirman :
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia
tetap (diam) di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai
jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamukerjakan”(QS.27: 88).
Tiada gading yang tak retak, tiada penulis yang tak
memiliki kekurangan dan kelemahan. Menyadari akan hal
tersebut, maka penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan
masukan dari para pembaca kepada penulis, guna perbaikan
tulisan buku ini pada terbitan edisi-edisi berikutnya. Untuk itu
sebelumnya penulis dengan penuh rasa hormat dan syukur, tak
lupa menghaturkan banyak terima kasih atas siapapun yang sudi
dan berkenan memberikan kritik, saran dan masukan kepada
penulis.
Akhirulkalam, tak lupa pula penulis menghaturkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan
iv
6|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
mendorong penulis sehingga tulisan ini dapat rampung
sebagaimana adanya, terutama kepada istri dan anak-anak
penulis, yang dengan ikhlas menerima berkurangkan perhatian
penulis kepada mereka. Namun sebagai tanda kecintaan penulis
terhadap keluarga, maka buku ini menjadi persembahan penulis
kepada anak-anak penulis, dengan penuh harap semoga kelak
mereka mampu menjadi penulis yang lebih baik dari bapak
mereka. Amin Ya Rabbul Alamin.

Makassar, Februari 2018


Penulis,

Dr. Ir. Darwis, M.Sc.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 7


DAFTAR ISI

Prakata .............................................................................. iii


Daftar Isi .......................................................................... vi
BAB I PENGERTIAN TANAH & INDEKS
PROPERTI TANAH ..................................... 11
1.1. Pengertian Tanah & Mekanika Tanah ............ 11
1.2. Pembentukan Tanah ....................................... 13
1.3. Indeks Properti Tanah .................................... 15
1.3.1. Berat Volume Tanah .......................... 15
1.3.2. Porositas dan Angka Pori Tanah ....... 17
1.3.3. Kadar Air dan Derajat Kejenuhan Tanah
............................................................. 18
1.3.4. Parameter Turunan ............................. 19
1.3.5. Parameter Batas-Batas Atterberg......... 28
1.3.6. Analisis Butiran Tanah ...................... 34
BAB II KLASIFIKASI TANAH ............................... 40
2.1. Pengertian Umum ............................................ 40
2.2. Metode Klasifikasi Tanah ............................. 42
2.3. Klasifikasi Berdasarkan Butir Tanah ............. 43
2.4. Klasifikasi Tanah di Lapangan ........................ 48
2.5. Metode Klasifikasi USDA............................... 49
2.6. Metode Klasifikasi USCS ............................... 51
2.7. Metode Klasifikasi AASTHO ......................... 57
2.8. Metode Klasifikasi FAO/UNESCO ................ 63
2.9. Metode Klasifikasi BSCS ................................ 64
2.10. Metode Klasifikasi Tanah Ekspansif ............... 66
BAB III SIFAT HIDROLIK TANAH ........................ 69
3.1. Komposisi Air Tanah ..................................... 69

vi8|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


3.2. Infiltrasi dan Perkolasi..................................... 71
3.3. Air Kapiler ..................................................... 101
3.4. Permeabilitas ................................................. 108
3.4.1. Uji Permeabilitas Tinggi Energi Tetap
(Constant-head) ................................. 119
3.4.2. Uji Permeabilitas Tinggi Energi Turun
(Falling-head).................................... 120
3.4.3. Uji Permeabilitas Dari Uji Konsolidasi
(Tidak Langsung) .............................. 121
3.4.4. Uji Permeabilitas Dari Uji Kapiler
(Tidak Langsung) .............................. 123
3.4.5. Uji Permeabilitas Sumur Bor (Uji
Lapangan) .......................................... 126
3.4.6. Uji Permeabilitas Sumur Artesis
(Uji Lapangan) .................................. 131
3.4.7. UjiPermeabilitasDengan Lubang
(UjiLangsung) ................................... 133
3.4.8. Uji Permeabilitas Dengan Lubang
Variable-Head ................................... 135
3.4.9. Uji Permeabilitas Dengan Kecepatan
Rembesan .......................................... 136
3.4.10. Menghitung Permeabilitas Secara
Teoritis ............................................... 137
3.4.11. Korelasi Permeabilitas dan Angka Pori
Tanah Granuler ................................. 141
3.5. Rembesan (Seepage) ..................................... 143
3.5.1. JaringanArus (Flow Net) ................... 148
3.5.2. Tekanan Rembesan ........................... 152
3.5.3. PengaruhTekanan Air Terhadap
Stabilitas Tanah ................................. 153
3.5.4. Teori Konsolidasi Mengapung
(Quick-Condition) .............................. 154
3.5.5. Keamanan Bangunan terhadap Bahaya
Piping................................................. 155

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 9vii


3.5.6. Gaya Tekanan Air padaStruktur ........ 159
3.5.7. Kondisi Tanah Anisotropis ................ 161
3.5.8. Kondisi Tanah Berlapis ..................... 164
3.5.9. Rembesan pada Struktur Bendungan . 170
3.5.10. Penggambaran Garis Rembesan secara
Grafis ................................................. 175
3.5.11. Debit Rembesan pada Bendungan Tanah
Anisotropis......................................... 180
3.5.12. Menggambarkan Jaring Arus pada
Struktur Bendungan Tanah ................ 182
3.5.13. Filter................................................... 185
BAB IV TEGANGAN & PENYEBARAN
TEGANGAN ................................................................ 189
4.1. Pengertian Tegangan-Tegangan Tanah ....... 189
4.2. Tegangan Efektif ........................................... 195
4.3. Tegangan Efektif pada Tanah Tak Jenuh ...... 200
4.4. Pengaruh Gaya Rembesan terhadap Tegangan
Efektif ............................................................ 201
4.5. PengertianPenyebaran Tegangan .................. 203
4.6. Teori Boussinesq ........................................... 204
4.6.1. Beban Titik ....................................... 204
4.6.2. Beban Garis ....................................... 210
4.6.3. Beban Merata – Lajur Memanjang .... 211
4.6.4. Beban Merata – Empat Persegi ........ 212
4.6.5. Beban Merata – Lingkaran ............... 216
4.7. Teori Newmark ............................................. 218
4.8. Teori Westergaard ........................................ 221
4.9. Teori Penyebaran Beban (2V : 1H) ............... 222
BAB V SIFAT KOMPRESIBILITAS TANAH .... 224
5.1. Lingkup Sifat Kompresibilitas Tanah .......... 224
5.2. Teori Konsolidasi .......................................... 226

viii10|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


5.2.1. Konsolidasi Normal (NC) dan
Konsolidasi Berlebih (OC) ................ 228
5.2.2. Teori Terzaghi (Analisis Konsolidasi)
........................................................... 231
5.2.3. Penurunan danWaktuKonsolidasi...... 238
5.3. Penurunan (Settlement) ................................. 240
5.3.1. Penurunan Seketika ........................... 241
5.3.2. Penurunan Konsolidasi Primer .......... 253
5.3.3. Penurunan KonsolidasiSekunder ...... 261
5.4. Kompaksi (Pemadatan) ................................. 262
5.4.1. Uji Pemadatan Laboratorium............. 267
5.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil
Pemadatan .......................................... 272
5.4.3. Kondisi Khusus Dalam Pemadatan Tanah
........................................................... 279
5.4.4. Spesifikasi Pekerjaan Pemadatan
Tanah ................................................. 290
BAB VI KEKUATAN TANAH ................................ 296
6.1. Ruang Lingkup Kekuatan Tanah .................. 296
6.2. Kekuatan Geser Tanah .................................. 297
6.2.1. Teori Lingkaran Mohr.......................... 298
6.2.2. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb ... 301
6.2.3. Metode Penentuan Kuat Geser Tanah . 304
6.2.4. Parameter Tegangan Total .................. 311
6.2.5. Parameter Tegangan Efektif ............... 312
6.2.6. Parameter Tekanan Air Pori ................ 314
6.2.7. Tegangan-Regangan Tanah Granuler .. 316
6.3. Kapasitas Daya Dukung Tanah ..................... 318
6.3.1. Pola Keruntuhan Tanah ....................... 319
6.3.2. Teori Daya Dukung Terzaghi ............. 322
6.3.3. Teori Daya Dukung Meyerhoff .......... 329
6.3.4. Pengaruh Muka Air Tanah terhadap Daya
Dukung Tanah ..................................... 332
6.4. Tekanan Lateral Tanah ................................. 355
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 11
6.4.1. Tekanan Lateral Tanah pada Saat
Diam ..................................................... 337
6.4.2. Tekanan Lateral Tanah Aktif (Tekanan
ix
Aktif Rankine)....................................... 340
6.4.3. Tekanan Lateral Tanah Pasif (Tekanan
Pasif Rankine) ...................................... 343
6.5. Stabilitas Lereng ........................................... 345
6.5.1. Metode Irisan (Method of Slice) .......... 349
6.5.2. Metode Irisan Fellenius ....................... 351
6.5.3. Metode Bishop Sederhana (Simplified
Bishop Method ..................................... 354
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 359
INDEX ........................................................................... 364
GLOSERIUM ................................................................ 367

12|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


x
BAB –I
PENGERTIAN TANAH DAN
INDEKS PROPERTI TANAH

1.1. Pengertian Tanah dan Mekanika Tanah


Tanah terbentuk berlapis-lapis karena proses fisik, kimia,
dan biologi yang meliputi transformasi bahan tanah. Di kalangan
Insinyur Sipil, membagi materi penyusun kerak bumi atas dua
jenis, yakni “tanah” dan “batuan”. Tanah adalah kumpulan
butiran mineral alami (ageregat) yang bisa dipisahkan oleh suatu
cara mekanis bila agregat tersebut diaduk dalam air. Sedangkan
batuan adalah agregat yang mineralnya satu sama lain diikat
oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat, dan tidak bisa
dipisahkan dengan cara mekanis sederhana.
Akan tetapi di kalangan Insinyur Geologi istilah “batuan”
dimaksudkan untuk semua materi penyusun kerak bumi tanpa
mempersoalkan derajat keterikatan partikel-partikel mineralnya
(batu, tanah, air). Dan yang dimaksudkan oleh para ahli geologi
sebagai “tanah” hanyalah bagian kerak bumi yang menopang
tumbuhan. Sedangkan menurut ahli pertanian bahwa yang
dimaksud dengan tanah adalah medium alam tempat tumbuhnya
tumbuhan dan tanaman yang tersusun dari bahan-bahan padat,
gas dan cair.
Dalam buku ini batasan pengertian tentang tanah,
menggunakan kriteria yang dipahami di dalam bidang ilmu
teknik sipil. Istilah pasir (sand), lempung (clay), lanau (silt) , dan
lumpur (mud), digunakan untuk menggambarkan ukuran

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 13


partikel pada batasan ukuran butiran yang telah ditentukan,
sekaligus digunakan untuk menjelaskan sifat fisis tanah.
Contohnya, tanah lempung adalah jenis tanah yang bersifat
plastis dan kohesif, sedangkan pasir adalah jenis tanah yang
tidak plastis dan tidak kohesif (non-kohesif). Akan tetapi hampir
tidak ada tanah di alam yang hanya terdiri atas satu macam
ukuran partikel saja, melainkan tanah merupakan pencampuran
dari beberapa konsistensi partikel tanah.
Sedangkan istilah tanah residual (residual soil) dan tanah
terangkut (transported soil), digunakan untuk menggambarkan
tempat tanah dan asal terjadinya proses pelapukan.Partikel
material tanah dapat bervariasi antara lebih besar dari 100 mm
sampai yang berukuran lebih kecil dari 0,001 mm. Interval
ukuran butiran masing-masing jenis tanah akan diuraikan lebih
lanjut pada pembahasan klasifikasi tanah.
Mekanika tanah pada dasarnya merupakan studi tentang
tanah dan propertinya sehubungan dengan tujuan
konstruksi.Mekanika tanah adalah disiplin teknik sipil yang
memprediksi karakteristik kinerja tanah, dengan menggunakan
teknik statika, teknik dinamika, mekanika fluida, dan teknologi
lainnya. Mekanika tanah meliputi studi komposisi tanah,
kekuatan, konsolidasi, dan penggunaan prinsip hidrolik, untuk
menangani masalah yang menyangkut sedimen dan endapan
lainnya. Mekanika tanah adalah salah satu ilmu utama untuk
menyelesaikan masalah yang juga berkaitan dengan geologi
teknik. Studi mekanika tanah sangat penting bagi insinyur sipil
karena berdasarkan temuan studi mekanika tanah, struktur
rekayasa dapat dirancang-bangun. Jenis konstruksi, jenis
peralatan yang akan digunakan, jenis pondasi, bahan
pendukung, dan banyak aspek pekerjaan konstruksi lainnya
sangat dipengaruhi oleh hasil dari studi mekanika tanah. Pada
dasarnya mekanika tanah mempelajari tentang proses
pembentukan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, kompresibilitas
tanah, permeabilitas, konsolidasi, dan lain sebagainya.

14|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1.2. Pembentukan Tanah
Tanah adalah kombinasi mineral dan unsur organik yang
berbentuk padat, gas, dan berair. Tanah terdiri dari lapisan
partikel yang berbeda dari bahan aslinya dalam sifat fisik,
mineralogi, dan kimia, karena interaksi antara atmosfer dan
hidrosfer atau sebab lainnya. Partikel tanah terbentuk dari
batuan yang pecah yang telah berubah karena efek kimia dan
lingkungan, termasuk cuaca dan erosi. Partikel tanah tersusun
secara longgar, menciptakan formasi tanah yang terdiri dari
ruang pori. Mempelajari mode pembentukan tanah sangat
penting karena membantu dalam menentukan sifat tanah.
Kohesivitas, daya gesekan, keasaman tanah, dan faktor terkait
lainnya dapat dengan mudah ditentukan dengan mengetahui
tentang jenis tanah yang harus dihadapi. Kita tidak bisa menarik
kesimpulan konkret hanya dengan melakukan studi tanah tapi
kita pasti bisa mempersempit parameter penelitian kita dengan
mempelajari karakteristik dasar tanah seperti warna, tekstur, dan
sifat tanah.
Tanah terdiri dari berbagai fase padat, cair, dan
gas,dimana karakteristiknya bergantung pada perilaku fase
interaksi ini, dan pada tegangan yang diterimanya. Fasa padat
meliputi tanah liat, mineral non-tanah liat, dan bahan organik.
Unsur-unsur ini dikategorikan menurut ukurannya seperti tanah
liat, pasir, dan kerikil. Fasa cair terdiri dari air yang mengandung
senyawa organik yang tersedia dari tumpahan kimiawi, limbah,
dan air tanah, sedangkan fasa gas biasanya udara. Ukuran,
bentuk, sifat kimia, kemampuan kompresibilitas, dan daya
dukung muatan partikel tanah ditentukan oleh mineralogi tanah,
yang merupakan ilmu yang terkait dengan kimia, struktur, dan
sifat fisik mineral. Struktur tanah tergantung pada susunan
partikel, kelompok partikel, ruang pori, dan komposisinya.
Karakteristik dasar ini menentukan jenis struktur yang akan
dibangun dan tindakan dukungan eksternal apa, jika ada, harus
diambil untuk membuat struktur tersebut bertahan lama dan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 15


menanggung dampak gempa, rembesan air, dan faktor eksternal
lainnya.
Konsolidasi tanah juga merupakan faktor penting yang
perlu dipelajari untuk membuat struktur yang kuat dan tahan
lama. Konsolidasi adalah prosedur yang menurutnya volume
tanah berkurang, oleh penerapan tekanan karena partikel tanah
digabungkan secara rapat, sehingga menurunkan volume.
Dengan pemindahan tekanan, tanah akan terpental kembali dan
memulihkan sebagian volume yang hilang selama proses
konsolidasi. Sementara mempelajari konsolidasi, faktor penting
yang harus dianalisis adalah tingkat konsolidasi dan jumlah
konsolidasi. Faktor penting lainnya adalah permeabilitas tanah.
Semua faktor terkait erat satu sama lain dan mempengaruhi
keseluruhan desain dan proses konstruksi. Misalnya, jika
strukturnya dibangun di atas tanah dengan butiran halus yang
memiliki permeabilitas rendah, aliran air melalui rongga tanah
akan berkurang. Kandungan air yang besar di tanah ini dapat
menyebabkan struktur meresap karena beratnya. Proses
konsolidasi di tanah berbutir halus ini lambat. Namun, ekstraksi
air pori sederhana di tanah berbutir kasar karena bergerak bebas
di dalam wilayah. Tingkat konsolidasi akan dipengaruhi oleh
sejarah tanah, sifat tanah, dan beban pada tanah. Dengan
demikian semua faktor seperti permeabilitas kadar air,
konsolidasi, batas cair dianalisis secara kolektif.Studi mekanika
tanah dapat juga digunakan untuk menentukan tekanan tanah
lateral, daya dukung tanah, dan analisis stabilitas lereng. Studi
semacam ini selalu membantu seorang insinyur sipil untuk
merancang dan membangun struktur yang lebih baik, dan secara
tidak langsung studi ini membantu dalam mitigasi risiko, juga
karena jika kita tahu sebelumnya bagaimana massa tanah akan
berperilaku, kita dapat melakukan tindakan pencegahan
kerusakan atau kerusakan terhadap konstruksi yang dibangun.

16|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1.3. Indeks Properti Tanah
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
sifat fisis atau properti tanah dasar pada suatu konstruksi,
sangat mempengaruhi berbagai elemen konstruksi yang akan
dibangun di atasnya. Properti tanah ditunjukkan dengan
berbagai parameter yang disebut dengan indeks properti atau
indeks sifat-sifat fisis tanah, seperti berat volume, kadar air,
porositas, angka pori, derajat kejenuhan, derajat kepadatan,
derajat kerapatan, berat jenis, analisis butiran, batas cair, batas
plastis, batas susut, dan sebagainya. Sedangkan parameter
seperti, koefisien konsolidasi, kohesi, sudut geser dalam, dan
lain sebagainya adalah merupakan parameter teknis tanah,
yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisis tanah.
1.3.1. Berat Volume Tanah
Material tanah dapat terdiri atas dua atau tiga unsur,
yakni butiran, air dan udara. Pada dalam kondisi tanah jenuh
terdapat dua unsur, yakni butiran dan air, dan pada tanah yang
kering juga hanya terdapat dua unsur yakni butiran dan udara.
Sedangkan pada tanah dengan kondisi tak jenuh terdapat tiga
unsur, yakni butiran, air dan udara. Ketiga kondisi tersebut dapat
diilustrasikan sebagai berikut :

(c) Tanah(a) Tanah


Kering (b) Tanah Jenuh (d) Tanah Tak Jenuh
(butir+pori)
(butir+udara) (butir + air) (butir+air+udara)

Gambar 1.1. Komposisi Tanah Dalam Berbagai Kondisi

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 17


Masing-masing elemen tanah tersebut (butir, air dan
udara), memiliki volume dan berat. Untuk memahami sifat-sifat
tanah secara fisis, maka parameter tanah harus dijabarkan lebih
terperinci sebagai berikut :

Wa=0 Va
Vv
Ww Vw
W V
Ws Vs

Gambar 1.2. Diagram Fase Tanah

Keterangan :
W = berat total tamah
Wa = berat udara = 0 (diabaikan)
Ww = berat air
V = volume total tanah
Va = volume udara
Vw = volume air
Vv = volume pori
Vs = volume butir
Dari gambar diagram fase tanah di atas, dapat dirumuskan
beberapa hubungan sebagai berikut :
1. Berat tanah (W) = Ws + Ww .............(1.1)
2. Volume pori (Vv) = Vw + Va .............(1.2)
3. Volume tanah (V) = Vs+Vw +Va .............(1.3)
(V) = Vs + Vv .............(1.4)

Selanjutnya berat volume tanah dapat dirumuskan sebagai


berikut :

18|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1. Berat Volume Basah : adalah perbandingan antara berat
butiran tanah termasuk air dan udara (W) dengan volume
total tanah (V). Parameter ini dituliskan dengan formula
sebagai berikut :
W
b = .................................(1.5)
V
2. Berat Volume Kering : adalah perbandingan antara berat
butiran padat (Ws) dengan volume total tanah (V).
Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut :
Ws
d = ................................(1.6)
V
3. Berat Volume Butiran Padat : adalah perbandingan antara
berat butiran padat (WS) dengan volume butiran padat
(Vs). Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai
berikut :
Ws
s = ..................................(1.7)
Vs

1.3.2. Porositas dan Angka Pori Tanah


1. Porositas (porosity) : adalah perbandingan antara volume
rongga (Vv) dengan volume total (V). Nilai porositas
dapat dinyatakan dalam satuan persen (%) atau dalam
satuan decimal. Parameter ini dituliskan dengan formula
sebagai berikut :
Vv
n= .................................(1.8)
V
2. Angka Pori : adalah perbandingan antara rongga (Vv)
dengan volume butiran (Vs). Parameter ini dituliskan
dengan formula sebagai berikut :
Vv
e= ..................................(1.9)
Vs

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 19


1.3.3. Kadar Air dan Derajat Kejenuhan Tanah
1. Kadar Air (water content) : adalah perbandingan antara
berat air (Ww) dengan berat butiran padat (Ws) di dalam
massa tanah, yang dinyatakan dengan formula sebagai
berikut :
Ww
w= x 100 %................................(1.10)
Ws
2. Derajat Kejenuhan : adalah perbandingan antara volume
air (Vw) dengan volume total rongga pori (Vv).
Parameter ini dituliskan dengan formula sebagai berikut
:
Vw
S= x 100 %................................(1.11)
Vv
Apabila tanah dalam kondisi jenuh air, maka nilai S = 1.
Nilai derajat kejenuhan ini dapat digunakan untuk
mengklasifikasi konsistensi tanah (lihat tabel berikut).

Tabel 1.1 : Derajat Kejenuhan dan Konsistensi Tanah

Konsistensi Tanah Derajat Kejenuhan (S)


Tanah Kering 0,00
Tanah Agak Lembab > 0 – 0,25
Tanah Lembab 0,26 – 0,50
Tanah Sangat Lembab 0,51 – 0,75
Tanah Basah 0,76 – 0,99
Tanah Jenuh Air 1,00

20|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1.3.4. Parameter turunan
Dari parameter yang dijabarkan dari berat dan volume
tanah, selanjutnya dapat diturunkan hubungan persamaan-
persamaan untuk beberapa parameter tanah, antara lain :
1. Berat Jenis atau Berat Spesifik (Specific Gravity) : yaitu
perbandingan antara berat volume butiran padat (s)
dengan berat volume air (w) pada temperature 4oC, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
s
Gs = ................................(1.12)

Nilai parameter Gs tidak berdimensi. Interval nilai Gs
untuk berbagai jenis tanah, berkisar antara 2,58 sampai
2,75. Kecuali untuk jenis tanah humus dan gambut
biasanya interval Gs antara 1,25 sampai 1,80.
Nilai berat jenis untuk berbagai jenis tanah dapat dilihat
pada

Tabel 1.2 Berat Jenis (Gs) berbagai jenis tanah


Jenis Tanah Berat Jenis (Gs)
Kerikil 2,65 – 2,68
Pasir 2,65 – 2,68
Lanau Anorganik 2,62 – 2,68
Lempung Organik 2,58 – 2,65
Lempung Anorganik 2,68 – 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 – 1,80

2. Hubungan antara angka pori dan porositas :


n
e= ................................(1.13)
1 n
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 21
e
n= .................................(1.14)
1 e
3. Berat volume tanah basah dapat pula dinyatakan dalam
rumus:
G  (1  w)
b= s  ...............................(1.15)
1 e
4. Berat volume tanah jenuh air (S=1), dinyatakan dalam
rumus:
 (G  e)
sat=  s ..............................(1.16)
1 e
5. Berat volume tanah kering sempurna (S=0), dinyatakan
dalam rumus :
G
d = s  ................................(1.17)
1 e
6. Tanah terendam air, maka berat volume apung atau berat
volume efektif dinyatakan dalam rumus :
 (G  1)
’=  s ...............................(1.18)
1 e
atau : ’ = sat – w ...............................(1.19)

Yang mana : w = 1 t/m3 atau 9,81 kN/m3


7. Kerapatan Relatif (Dr) : Tingkat kepadatan tanah granuler
(butir kasar) di lapangan, yang dinyatakan dalam rumus :
e e
Dr= maks ................................(1.20)
emaks  emin
Yang mana :
emaks = kemungkinan angka pori maksimum
emin = kemungkinan angka pori minimum
e = angka pori pada kondisi tententu (real)
di lapangan.
Yang dimaksud dengan angka pori maksimum adalah
angka pori yang dimiliki dalam kondisi terlonggar pada

22|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


suatu massa tanah. Angka pori maksimum ditentukan
dengan menuangkan pasir kering dengan hati-hati tanpa
getaran ke dalam cetakan (mould), yang telah diketahui
volumenya. Dari nilai berat pasir di dalam cetakan, maka
emaks dapat dihitung.
Sedangkan angka pori minimum dapat ditentukan dengan
memasukkan dengan gertaran pasir kering yang telah
diketahui beratnya ke dalam mould yang telah diketahui
volumenya. Kemudian dapat dihitung nilai angka pori
minimum.
Pada jenis tanah granuler (kerikil, pasir), nilai Dr
digunakan untuk menyatakan hubungan antara angka pori
nyata dengan batas-batas maksimum dan minimum dari
angka porinya. Dari persamaan (1.17), dapat dituliskan
sebagai berikut :
G
d(maks)= s  ..................................(1.21)
1  emin
atau :
G
emin= s  –1 ....................................(1.22)
d maks
Analog dengan cara di atas, selanjutnya akan didapat
nilai-nilai angka pori maksimum dan angka pori nyata di
lapangan sebagai berikut :
G
emaks= s  –1....................................(1.23)
d min
G
dan e= s  –1..................................(1.24)
d
Dengan subtitusi persamaan (1.22), (1.23) dan (1.24) ke
dalam persamaan (1.20), maka didapat beberapa
persamaan sebagai berikut ;

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 23


 Gsw   Gsw 
  1    1
emaks  e  d min   d 
Dr = =
emaks  emin  Gsw   Gsw 
  1    1
 d min   d maks 
 Gsw   Gsw 
  
 d min   d 
Dr = =
 Gsw   Gsw 
    
 d min   d maks 
 d   d  d min 
Dr=  maks .  ...............................(1.25)
 d   d maks  d min 

8. Kepadatan Relatif atau Relative Compaction (Rc) : yaitu


perbandingan antara berat volume kering tanah di lokasi
dengan berat volume kering maksimumnya, yang
dinyatakan dalam rumus :

d
Rc = .....................................(1.26)
d maks
Analog dengan persamaan di atas, dapat dituliskan pula
rumus untuk kepadatan relative minimum (Ro), sebagai
berikut :
d min
Ro = .....................................(1.27)
d maks
Hubungan antara kerapatan relative (Dr) dengan
kepadatan relative (Rc) dapat dinyatakan dengan rumus
berikut :
Ro
Rc = ............................(1.28)
1  Dr(1  Ro)

24|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Oleh Lee dan Singh (1971) merekomendasikan
persamaan hubungan kerapatan relative dengan
kepadatan relative sebagai berikut :
Rc = 80 + 0,2 Dr .........................(1.29)
Yang mana nilai Dr dalam satuan persen (%).

Contoh Soal 1.1 :


Suatu contoh tanah tak jenuh yang diambil dari lokasi tanah
urugan, mempunyai kadar air (w) = 20%, dan berat volume
basah (b) = 2 gram/cm3. Dengan mengambil berat jenis tanah
Gs = 2,70 dan berat volume air w = 1 gram/cm3 :
Diminta :
1) Hitunglah derajat kejenuhan dari contoh tanah tersebut.
2) Jika tanah kemudian mejadi jenuh, hitunglah berat
volumenya.

Penyelesaian :
Ambil berat butiran padat (Ws) = 1 gram,
Maka :
Ww
w=  Ww = w.Ws = 20% x 1 = 0,20 gram
Ws

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 25


Ww 0,2
Volume Air = Vw = = = 0,2 cm3
w 1
Berat Total = W = Ws + Ww = 1 + 0,2 = 1,2 gram
W
Berat Volume Basah = 2 gram/cm3 =
V
Maka :
W 1,2
Volume Total (V) = = = 0,6 cm3
b 2
Volume Udara :
Va = V – (Vw + Vs)
Ws
= 0,6 – (Vw + )
w.Gs
1
= 0,6 – {0,2 + ) = 0,6 – (0,2+0,27) = 0,03 cm3.
(1x2,7)
Volume rongga = Vv = Vw + Va = 0,2 + 0,03 = 0,23 cm3.
Volume butiran = Vs = V – Vv = 0,6 – 0,23 = 0,37 cm3.
Vw Vw 0,2
Derajat Kejenuhan = S =  = = 0,87 = 87%
Vv Vw  Va 0,23
Vv 0,23
Angka Pori = e =  =0,62
Vs 0,37
Saat tanah jenuh, rongga terisi air seluruhnya, maka :
Ww = w.Vw = 1 x 0,23 = 0,23 gram
Berat volume jenuh (sat)
berat _ jenuh Ws  Ww 1  0,23
sat =  
volume _ satuan V 0,6
= 2,05 gram/cm3 = 19,62 kN/m3.

26|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Contoh Soal 1.2 :
Tanah pasir yang akan digunakan untuk urugan kembali (back
fill), mempunyai berat volume basah b = 19,62 kN/m3. Kadar
air (w) = 10%, angka pori maksimum dalam keadaan paling
longgar (emaks) = 0,64& angka pori minimum (emin) = 0,39.
Diminta :
Tentukan angka pori (e) tanah urugan kembali tersebut, dan
kerapatan relative (Dr), bila diketahui berat jenis tanah urugan
sebesar Gs = 2,65.

Penyelesaian :
Gs   (1  w)
Berat volume basah (b) =
1 e
2,65 x9,81x(1  0,1)
19,62 =
1 e
19,62 .(1+e) = 28,60
19,62.e = 28,60 – 19,62
8.98
e= = 0,46
19,62
Sehingga di dapat :
emaks  e 0,62  0,46
Dr = = = 0,72
emaks  emin 0,64  0,39

Contoh Soal 1.3 :


Buktikanlah persamaan-persamaan berikut :
G  (1  w)
(1) b= s  (Persamaan 1.15)
1 e
 (G  e)
(2) sat =  s (Persamaan 1.16)
1 e
G
(3) d = s  (Persamaan 1.17)
1 e
Penyelesaian :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 27


Bila dianggap volume butiran padat (Vs) = 1
Maka fase kondisi tanah dapat digambarkan sebagai berikut :

Pembuktian I :
W Ws  Ww
b=  ;
V V
karena : Ww = w.Ws ; Ws = Gs.w.Vs, maka :
Ws  w.Ws Gs.w.Vs  w.Gs.w.Vs
b=  ;
V V
Vs 1
Yang mana :  ; maka :
V 1 e
Gs.w.(1  w)
b = (persamaan 1.14  terbukti)
1 e
Pembuktian II :
Volume air (Vw) = S.Vv = S.e (karena Vs = 1)
Berat air (Ww) = w.Vw = w.Ws = w.Gs.w.Vs
atau = w.Vw = w.S.e,
sehingga dapat ditulis :
w.S.e = w.Gs.w.Vs ; dengan Vs = 1,
maka : S.e = w.Gs
Persamaan di atas, sangat penting untuk membuat
persamaan korelasi, seperti :
28|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Dari persamaan 1.14 :
Gs.w.(1  w)
b =
1 e
Dapat dituliskan sbb :
S .e
Gs.w.(1  )
Gs Gs.w  S .e.w
b = 
1 e 1 e
Bila tanah menjadi jenuh sepenuhnya, maka S=1,
didapat :
Gs.w  e.w
b =sat =
1 e
Atau dapat dituliskan sebagai berikut :
w.(G  e)
sat = (persamaan 1.15  terbukti)
1 e
Pembuktian III :
Ws
d= ; karena Ws = Gs.Vs.w, maka
V
Gs.Vs.w Vs 1
d = Yang mana :  ; maka :
V V 1 e
Gs.w
d = (persamaan 1.16  terbukti)
1 e

1.3.5. Parameter Batas-Batas Atterberg.


Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
untuk jenis tanah berbutir halus sifat plastisitasnya sangat
penting untuk diketahui sebelum melakukan rancang bangun di
atas lapisan tanah tersebut. Plastisitas tanah disebabkan adanya
partikel mineral lempung dalam tanah.
Plastisitas tanah menggambarkan kemampuan tanah
dalam menyesuaikan perubahan bentuk (shape change)
pada volume yang konstan tanpa terjadi retak-retak atau remuk
pada tanah tersebut.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 29


Gambar 1.4. Diagram Batas-Batas Atterberg
Konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air,
yang mana tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, dan
padat. Konsistensi adalah kedudukan fisik tanah berbutir halus
pada kadar air tertentu. Konsistensi ini tergantung pada gaya
tarik antar partikel lempung di dalam tanah.
Pada tahun 1911, Atterberg suatu memberikan metode
untuk menggambarkan batas-batas konsistensi tanah yang
berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar air
di dalam tanah. Batas-batas tersebut dikenal dengan istilah
“batas-batas Atterberg” yang teridiri atas ; batas cair (liquid
limit), batas plastis (plastic limit), dan batas susut (shrinkige
limit).
A. Batas Cair (Liquid Limit)
Batas Cair adalah nilai kadar air tanah pada batas antara
keadaan cair dengan keadaan plastis tanah, atau nilai batas atas
pada daerah plastis.
Pengujian batas cair dilakukan dengan Uji Casagrande
(1948), yang mana contoh tanah dimasukkan ke dalam cawan
Casagrande kemudian permukaannya diratakan, dan dialur
(grooving) tepat ditengah. Selanjutnya dengan alat penggetar
cawan tersebut diketuk-ketukan pada landasannya dengan tinggi

30|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


jatuh 1 cm sebanyak 25 ketukan. Bila alur selebar 12,7 mm yang
berada di tengah tertutup sampai batasan 25 ketukan, maka
kadar air tanah pada saat itu merupakan “batas cair”.
Karena sulitnya membuat percobaan yang
memungkinkan alur tertutup tepat pada ketukan 25 kali, maka
perlu dilakukan percobaan berulang-ulang dengan mengambil
nilai ketukan antara 15 sampai 35 ketukan saat alur tertutup.
Dari data tersebut dibuat grafik semilog, kemudian dicari berapa
nilai kadar air pada ketukan ke-25.
Kemiringan grafik semilog yang dibuat pada percobaan
Casagrande ini adalah merupakan nilai Indeks Aliran (flow
index), yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
w  w2
IF  1 ................................(1.30)
 N2 
Log  
 N1 
Yang mana :
IF = Indeks aliran
w1 = kadar air (%) pada N1 pukulan
w2 = kadar air (%) pada N2 pukulan
Nilai w1 dan w2, dapat dipertukarkan untuk memperoleh
nilai positif agar dapat dilogaritmekan, tetapi arah kemiringan
kurva harus diperhatikan (positif/negative).
Batas Cair (Liquid Limit) oleh Waterways Experiment
Station di Mississipi (1949), mengusulkan formula sebagai
berikut :
tan 
N
LL  wN   ...............................(1.31)
 25 
Yang mana :
N = jumlah pukulan untuk menutup celah 0,5 inch
(12,7mm)
wN = kadar air
tan = 0,121 : beberapa tanah tertentu nilainya tidak
sama dengan 0,121.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 31


Gambar 1.5. Alat Casagrande & Grafik Hasil Pengujian

B. Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis didefinisikan sebagai nilaikadar air pada
kedudukan antara daerah plastis dengan daerah semi padat.
Nilai batas plastis ini ditentukan dengan percobaan
menggulung tanah hingga diameter 3,2 mm dan mulai
mengalami retak-retak. Kadar air tanah yang digulung dalam
kondisi tersebut merupakan nilai “batas plastis” tanah.

32|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 1.6. Uji Batas Plastis dengan Gulungan Tanah ± 3,2 mm

C. Batas Susut (Shrinkage Limit)

Batas susut adalah nilai kadar air pada kedudukan antara


zone semi padat dengan zone padat. Pada kondisi ini
pengurangan kadar air dalam tanah tidak akan mempengaruhi
lagi pengurangan volume pada tanah.
Percobaan untuk mengetahui batas susut dilakukan
dengan mengisi tanah jenuh sempurna ke dalam cawan porselin
berukuran diameter 44,4 mm dan tinggi 12,7 mm. Selanjutnya
cawan dan tanah isinya dikeringkan dalam oven. Setelah tanah
dalam cawan mengering, selanjutnya dikeluarkan dari cawan
tersebut. Untuk mengetahui nilai batas susut, maka sampel yang
telah kering dicelupkan ke dalam air raksa, dan nilai batas
susutnya dihitung dengan persamaan berikut :
 (m  m2 ) (v1  v2 ).w 
SL   1   x100% ........(1.32)
 m2 m2 
Yang mana :
m1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (gram)
m2 = berat tanah kering oven (gram)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 33


v1 = volume tanah basah dalam cawan percobaan (cm3)
v2 = volume tanah kering oven (cm3)
w = berat volume air (gram/cm3)

Gambar 1.7. Uji Batas Susut dengan Cawan Berisi Air Raksa

Nilai dari batas-batas Atterberg di atas, sangat penting di


dalam menentukan klasifikasi dan identifikasi tanah.
D. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Indeks Plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair
dengan batas plastis pada tanah.
PI = LL – PL ...............................(1.33)
Indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah,
jika nilai PI tinggi maka tanah mengandung banyak lempung,
dan jika nilai PI rendah maka tanah mengandung banyak lanau.
Ciri dan sifat dari tanah lanau adalah dengan kadar air yang
berkurang sedikit saja tanah akan menjadi kering.Oleh Atterberg
diberikan batasan nilai Indeks Plastisitas dengan sifat-sifat,
ragam tanah dan kohesifitasnya, sebagai berikut :

34|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tabel 1.3 Nilai Indeks Plastisitas dan Ragam Tanah
PI SIfat Ragam Tanah Kohesi
0 Non Plastis Pasir Non Kohesif
Kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau
sebagian
Lempung
7 – 17 Plastisitas sedang Kohesif
berlanau
> 17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif

E. Indeks Cair (Liquidity Index)

Indeks Cair adalah kadar air tanah asli relative yang berada
pada kedudukan plastis dan cair. Indeks cair (LI) dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
w  PL wN  PL
LI  N  ................................(1.34)
LL  PL PI
Yang mana :
wN = kadar air di lapangan
Dari persamaan di atas, dapat terlihat bahwa :
Bila wN = LL, maka LI = 1
Bila wN = PL, maka LI = 0
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai LI berada antara 0 sampai 1.
2. Untuk tanah yang plastis maka LL > wN> PL
3. Jika kadar air tanah bertambah dari PL menuju LL, maka
nilai LI juga akan bertambah dari 0 sampai 1.

1.3.6. Analisis Butiran Tanah.


Sifat dan karakteristik tanah sangat dipengaruhi oleh
komposisi dan ukuran butirannya. Oleh karena itu maka

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 35


pengklasifikasian tanah selalu didasarkan pada ukuran butiran
tanah, sehingga investigasi tanah selalu diawali dengan
pengujian analisis butiran.
Analisis ukuran butiran tanah adalah penentuan prosentase
berat butiran pada ukuran diameter tertentu. Untukmenganalisis
ukuran butiran tanah,perlu dilakukan dua pengujian yang
simultan, dan tak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni :
analisis saringan (sieve analysis), dan analisis hydrometer
(hydrometer analysis).
A. Analisis Saringan
Analisis saringan dipergunakan untuk mengetahui
distribusi ukuran butiran tanah yang berbutir kasar (granuler),
yang dilakukan terhadap sampel tanah yang kering. Pelaksaan
pengujian ini adalah dengan melakukan penyaringan bersusun
pada satu unit alat saringan standar. Berat tanah yang tertinggal
pada setiap saringan ditimbang, lalu diprosentasekan terhadap
berat total sampel tanah yang dianalisis. Susunan saringan
berdasarkan standar ASTM (American Standard of Testing
Material), dapat dilihat pada tanel berikut :

Tabel 1.3 Susunan Saringan berdasarkan ASTM


No. Diameter No. Diameter
Saringan Lubang (mm) Saringan Lubang (mm)
3 6,35 40 0,42
4 4,75 50 0,30
6 3,35 60 0,25
8 2,36 70 0,21
10 2,00 100 0,15
16 1,18 140 0,106
20 0,85 200 0,075
30 0,60

36|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 1.8. Alat Analisis Saringan (Sieve Analysis
Equipment)
B. Analisis Hidrometer
Analisis hidrometer dilakukan untuk mengetahui
distribusi ukuran butir tanah yang berbutir halus atau bagian
halus dari tanah berbutir campuran (common soil). Sampel tanah
yang akan diuji dengan analisis hydrometer, adalah partikel
tanah yang lolos saringan No.200, dan terlebih dahulu harus
bebas dari material organik, yang dimaksudkan agar zat organik
yang belum merupakan bagian dari konsistensi tanah, tidak akan
mengacaukan analisis hidrometer tersebut.
Metode uji hidrometer didasarkan pada hukum Stokes
mengenai kecepatan pengendapan butiran pada larutan suspensi.
Menurut Stokes bahwa kecepatan mengendap butiran
didapatkan dengan formula sebagai berikut :
s  w 2
v= D ................................(1.35)
18
Yang mana :
v = kecepatan, atau ratio jarak terhadap waktu (L/t)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 37


w = berat volume air (gram/cm3)
s = berat volume butiran padat (gram/cm3)
 = kekentalan air absolute (gram.det/cm3)
D = diameter butiran tanah (mm)
Selanjutnya bila persamaan di atas dijabarkan, dapat
dihasilkan persamaan sebagai berikut :

18..v 18. L
D= 
s  w s  w t
18. L
D=
(Gs  1)w t

Bila memperhatikan satuan masing-masing variable di


atas,  dalam g.det/cm3, w dalam g/cm3, L dalam cm, dan D
dalam mm ; maka didapat hubungan sebagai berikut :
D(mm) 18. ( g. det/ cm 3 ) L(cm)
=
10 (Gs  1).w( g / cm ) t (menit)(60)
3

30. L
D (mm) =
(Gs  1).w t
Dengan menganggap :w = 1,00 g/cm3, maka :
L(cm)
D (mm) = K . ................................(1.36)
t (menit)
Yang mana :
30.
K ................................(1.37)
Gs  1
Dengan memperhatikan persamaan di atas, terlihat bahwa
K adalah fungsi dari Gs dan  yang besarnya tergantung pada
temperature benda uji (butiran). Butiran yang lebih besar akan
mengendap lebih cepat, dan sebaliknya butiran yang lebih halus
akan mengendap lebih lama di dalam larutan suspensi.

38|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Hukum Stokes tidak efektif berlaku pada butiran yang
lebih kecil dari 0,0002 mm. Hal ini disebabkan karena gerak
turun butiran akan terpengaruh oleh gerak Brownian, yaitu
gerakan yang diakibatkan oleh gaya di permukaan fluida.
Uji hidrometer dilakukan dengan melarutkan sampel tanah
yang telah bebas dari zat organic, ke dalam air destilasi yang
dicampur dengan bahan pendeflokulasi (deflocculating agent),
bahan anti pembekuan. Bahan ini dapat berupa sodium
hexametaphosphate, yang dimaksudkan agar partikel-partikel
butiran tanah tetap menjadi bagian terpisah satu dengan yang
lainnya. Kemudian larutan suspensi tersebut dimasukkan ke
dalam tabung hidrometer.

Gambar 1.9. Alat Analisis Hidrometer & Skema Pengujian


Pada uji hidrometer sampel tanah yang dipergunakan
sekitar 50 gram kering oven. Diameter tabung hidrometer adalah
2,5 inch (=63,5 mm), tingginya 18 inch (=457,2 mm) dan
volume 1000 ml.
Alat hidrometer akan mengukur berat jenis larutan
suspensi di sekitar balon hydrometer yang berada pada
kedalaman L dari permukaan. Berat jenis suspensi itu
merupakan fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada per
volume satuan suspensi pada kedalaman L tersebut. Pada waktu

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 39


t tersebut, partikel-partikel tanah dalam suspensi di kedalaman
L akan berdiameter yang lebih kecil dari D, sedangkan partikel
yang lebih besar telah mengendap di luar zone pengukuran.
Alat hidrometer dirancang untuk memberikan jumlah
tanah (gram) yang masih terdapat dalam suspensi, dan
dikalibrasi untuk tanah yang mempunyai berat jenis Gs = 2,65.
Sehingga untuk tanah yang berbeda jauh dari Gs kalibrasi
tersebut harus dilakukan koreksi kalibrasi.
Dari uji hidrometer distribusi ukuran butir tanah
digambarkan dalam bentuk kurva semilog, ordinat grafik
merupakan persen berat butiran yang lebih kecil daripada ukuran
butiran yang diberikan dalam absis.Untuk tanah campuran
(common soil), uji analisis saringan dan uji hydrometer harus
dilakukan sehingga distribusi tanah secara lengkap dapat
diperjelas.
Tanah dikatakan bergradasi baik bila distribusi ukuran
butirannya tersebar secara meluas (bervariasi). Sedangkan tanah
disebut bergradasi buruk bila jumlah berat butirannya sebagian
besar mengelompok dalam batas interval diameter gradasi
seragam (interval sempit), atau dominan butirannya berukuran
besar atau berukuran kecil sedangkan butiran ukuran sedang
relative kurang.
Dalam diskripsi keragaman butiran tanah dikenal istilah
D10, artinya sebanyak 10% dari berat butiran tanah berdiameter
lebih kecil dari ukuran tertentu. Sebagai contoh bila dituliskan
D10 = 0,45 mm, berarti bahwa terdapat 10% berat butiran tanah
tersebut berdiameter kurang dari 0,45 mm.Dari kemiringan dan
bentuk umum pada kurva distribusi butiran tanah dapat
digambarkan koefisien keragaman (coefficient of uniformity =
Cu), serta kefisien gradasi (coefficient of gradation=Cc), yang
dapat dirumuskan masing-masing sebagai berikut :
D
Cu  60 ................................(1.38)
D10

40|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


( D30 ) 2
Cc  ................................(1.39)
( D60 ).( D10 )
Yang mana :
Cu = koefisien keragaman butir tanah (coefficient of
uniformity).
Cc = koefisien gradasi butir tanah (coefficient of gradation),
D10 = diameter lubang saringan (=diameter butir), dengan
10% dari berat butir tanah yang lolos pada saringan
tersebut.
D30 = diameter lubang saringan (=diameter butir), dengan
30% dari berat butir tanah yang lolos pada saringan
tersebut.
D60 = diameter lubang saringan (=diameter butir), dengan
60% dari berat butir tanah yang lolos pada saringan
tersebut.
Nilai koefisien ini digunakan untuk menggolongkan tanah,
bahwa diisebut tanah bergradasi baik, jika :
Untuk Tanah Berbutir Halus : 1 < Cc < 3
Cu > 15
Untuk Pasir (berbutir kasar) : 1 < Cc < 3
Cu > 6
Untuk Kerikil : 1 < Cc < 3
Cu > 4

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 41


BAB –II
KLASIFIKASI TANAH

2.1. Pengertian Umum


Klasifikasi tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan
kategorisasitanah berdasarkan karakteristik yang membedakan
masing-masing jenis tanah. Klasifikasi tanah merupakan sebuah
subjek yang dinamis yang mempelajari struktur dari sistem
klasifikasi tanah, definisi dari kelas-kelas yang digunakan untuk
penggolongan tanah, kriteria yang menentukan penggolongan
tanah, hingga penerapannya di lapangan.
Deskripsi maupun klasifikasi tanah dimaksudkan untuk
memberikan keteranganmengenai sifat-sifat teknis dari tanah itu
sendiri, sehingga untuk tanah-tanahtertentu dapat diberikan
nama dan istilah–istilah yang tepat sesuai dengansifatnya.
Klasifikasi tanah menggambarkan karakteristik mekanis dari
tanah, juga menentukan kualitas tanah untuk tujuan perencanaan
maupun dalampelaksanaan suatu konstruksi.
Sistim klasifikasi yang dipakai dalam Mekanika Tanah
dimaksudkan untuk memberikan keterangan mengenai sifat-
sifat teknis dari bahan-bahan itudengan cara yang sama seperti
halnya pernyataan-pernyataan secarageologis yang
dimaksudkan memberikan keterangan mengenai asalgeologis
dari bahan-bahan itu. Metode-metode klasifikasi ini tidak boleh
dicampur-baur, walaupundiperbolehkan untuk melampirkan

42|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


keterangan geologis pada akhir dariketerangan Mekanika
Tanah. Hasil dari penyelidikan sifat-sifat tanah inikemudian
dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah
tertentuseperti : (1)Penentuan penurunan bangunan, yaitu
dengan menentukankompresibilitas tanah. Dari sini, selanjutnya
digunakan dalampersamaan penurunan yang didasarkan pada
teori konsolidasi, misalnyateori Terzaghi atau teori lainnya;
(2)Penentuan kecepatan air yang mengalir lewat benda uji
gunamenghitung koefisien permeabilitas. Dari sini kemudian
dihubungkandengan teori-teori yang ada, misalnya Hukum
Darcy dan jaring arus(flownet) untuk menentukan debit aliran
yang lewat struktur tanah; (3)Untuk mengevaluasi stabilitas
tanah yang miring, yaitudengan menentukan kuat geser tanah.
Dari sini kemudiandisubstitusikan dalam rumus statika
(stabilitas lereng).
Sistem Klasifikasi Tanah adalah suatu sistem
penggolongan yang sistematis dari jenis–jenis tanah yang
mempunyai sifat–sifat yang sama ke dalam kelompok–
kelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya
(Das,1995).
Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi
untuk menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis tanah.
Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah satu-satunya cara yang
digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan perancangan
konstruksi.Klasifikasi tanah sangat membantu perencana dalam
memberikanpengarahan melalui cara empiris yang tersedia dari
hasil pengalaman yangtelah lalu. Tetapi, perencana harus
berhati-hati dalam penerapannyakarena penyelesaian masalah
stabilitas, kompresi (penurunan), aliran airyang didasarkan pada
klasifikasi tanah sering menimbulkan kesalahan yang signifikan
(Lambe, 1979).
Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indeks tipe
pengujian yangsangat sederhana untuk memperoleh
karakteristik tanah. Karakteristik tersebut digunakan untuk

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 43


menentukan kelompok atau klasifikasi tanah. Umumnya
,klasifikasi tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh
dari analisissaringan (dan atau uji sedimentasi) serta
plastisitas.Dari sudut pandangan teknis, secara umum tanah-
tanah ini dapatdigolongkan ke dalam kelas/macam pokok
sebagai berikut :
1) Batu Kerikil (gravel)
2) P a s i r (Sand)
3) L a n a u (Silt)
4) Lempung (Clay) :
- Lempung anorganik (anorganic clay)
- Lempung organik (organic clay)
Golongan Batu Kerikil danPasir seringkali dikenal sebagai
kelas bahan-bahan yang berbutir kasar atau bahan-bahantidak
cohesif (non cohesive soils).Sedangkangolongan
Lanau danLempung dikenal sebagai kelas bahan-bahan
yangberbutir halus atau bahan-bahan yangcohesif (cohesive
soils).

2.2.Metode Klasifikasi Tanah


Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk
memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis
tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu
beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tanah
ke dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan
sifat fisis. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih
terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan
akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti
karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan
sebagainya (Bowles, 1989).
Klasifikasi tanah dapat dilakukan secara sistimatik yang
didasarkan padahasil-hasil percobaan laboratorium atau
dilakukan secara visual. Dalamkedua cara ini, prinsip-

44|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


prinsipnya sama, dan akan menghasilkan deskripsiatau
klasifikasi yang sama pula.
Insinyur geoteknik umumnya mengklasifikasikan tanah
berdasarkan karakteristik tekniknya dan hubungannya dalam
membangun pondasi dan bangunan di atasnya. Sistem
klasifikasi modern didesain untuk memudahkan perkiraan sifat
dan perilaku tanah berdasarkan observasi di lapangan.
Klasifikasi keteknikan yang paling banyak digunakan
adalah klasifikasi Unified Soil Classification System(USCS).
Klasifikasi USCS memiliki tiga kelompok utama, yaitu tanah
dengan ukuran partikel kasar (mengandung pasir dan kerikil),
partikel halus (tanah lempung dan liat), dan tanah dengan kadar
organik tinggi (misal tanah gambut). Sistem tanah untuk
keteknikan lainnya yaitu AASHTO (American Association of
State Highway and Transportation Officials).
Klasifikasi tanah secara menyeluruh membutuhkan
banyak data yang terdiri dari warna, kadar air, kekuatan tekan,
dan sifat-sifat lainnya.Terdapat beberapa sistem klasifikasi
tanah yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mendeskripsi tanah. Sistem-sistem tersebut antara lain :
1. Metode Umum (General Method)
2. AASHTO (American Association of State Highway and
Transportation Officials).
3. USCS (Unified Soil Classification System)
4. USDA (United States Department of Agriculture)
5. Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal &
Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo, 1961),
6. Sistem FAO/UNESCO.
7. BSCS (British Soil Classification System)

2.3. Klasifikasi Berdasarkan Butir Tanah (Metode


Umum)
Sifat-sifat tanah sedikit banyaknya selalu tergantung pada
ukuran butir-butirnya dan ini dipakai sebagai titik tolak untuk

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 45


penentuan klasifikasiteknis dari tanah. Berdasarkan hal ini,
tanah dibagi sebagai berikut :
Tabel 2.1. Pembagian Jenis Tanah Berdasarkan Ukuran Butir
Jenis Tanah Batasan Ukuran Butir
Berangkal (Boulder) >8 inci (20 cm)
Kerakal (Cobblestone) 3 inci – 8 inci (8 – 20 cm)
Batu Kerikil (Gravel) 2 mm – 3 inci (2 mm – 8
Pasir Kasar (Course Sand) cm)
Pasir Sedang (Medium Sand) 0,6 mm – 2 mm
Pasir Halus (Fine Sand) 0,2 mm – 0,6 mm
Lanau (Silt) 0,06 mm – 0,2 mm
Lempung (Clay) 0,002 mm – 0,06 mm
< 0,002 mm
Untuk tanah-tanah yang berbutir kasar, maka sifat-
sifatnya sangat tergantung pada ukuran butirnya, sehingga
distribusi ukuran butir-butir ituadalah satu-satunya sifat yang
dipakai untuk mengklasifikasikan tanah-tanah granuler. Akan
tetapi lain halnya dengan tanah berbutir halus. Pada tanah-tanah
yang berbutir halus diketahui bahwa tidak ada hubungan
langsung antara sifat-sifatnya denganukuran butir-butirnya.
Karena itu, untuk menyatakan sifat-sifat
danmengklasifikasikannya dipakai metoda-metoda lain, yaitu
terutama dengan percobaan Batas Atterberg dan/ataupercobaan
Dilatansi.
Dengan kata lain,apabila sudah jelas diketahui bahwa
butir-butir tanah tertentu seluruhnyalebih halus dari 0,08 mm,
maka tidak perlu lagi mengukur lebih lanjutukuran butir-
butirnya, untuk menentukan apakah tanah itu lanau
ataulempung. Penentuannya dilakukan atas dasar hasil-hasil
percobaan-percobaan Batas Atterberg atau Dilatansi. Adalah

46|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


penting untuk diketahui perbedaan antara istilah “lempung”
dan “fraksi lempung” atau “lanau” dengan “fraksi lanau”.
Lempung ;adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan
tanah yangberbutir halus yang bersifat seperti lempung,
yaitu memiliki sifat kohesi,plastisitas, dan tidak
memperlihatkan sifat dilatansi, sertatidak mengandung
jumlahbahan kasar yang berarti.
Fraksi lempung ;menunjukkan bagian berat butir-butir dari
tanah yanglebih halus dari 0,002 mm.
Lanau ;adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan
tanah yangberbutir halus namun lebih kasar dari butiran
lempung, yang sedikit memiliki sifat kohesi,dan tidak
memiliki sifat plastisitas.
Fraksi lanau ; adalah bagian beratbahan antara 0,002 – 0,06
mm.
Dalam banyak hal, tanah itu terdiri dari ukuran-ukuran
butir yang meliputibeberapa macam ukuran tersebut diatas.
Untuk menyatakannya dipakaiistilah seperti ;kerikil
kepasiran yaitu terutama terdiri dari batu kerikil,tetapi ada
mengandung sejumlah pasir; pasir kelanauan yaitu lebihbanyak
mengandung pasir, tetapi juga ada mengandung sejumlah lanau;
dan lain sebagainya.
Dengan sedikit pengalaman adalah mungkin melakukan
klasifikasi danmenyatakan dengan tepat suatu tanah, semata-
mata dengan hanyamelihatnya, mengerjakannya, dan meremas
kembali. Pada waktumelakukan hal ini harus diingat bahwa
istilah-istilah yang dipakai dalam pernyataan mekanika tanah
(pasir, lempung, dsb) hampir selalumempunyai arti yang sama
dengan arti dalam pemakaian sehari-hari.Langkah pertama
untuk meyatakan sesuatu tanah adalah menentukanapakah
bagian terbesar dari tanah itu masuk ke dalam katagori pasir
dankerikil ataukah kedalam kelompok lempung dan lanau.Garis
pemisah antara kedua macam ini adalah batas antara ukuran
pasirdan lanau ; yaitu 0,06 mm. Ukuran ini hampir tepat sama

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 47


dengan ukuransaringan mesh No. 200, dan juga merupakan
ukuran butir terkecil yangdapat dilihat dengan mata
telanjang.Bila hampir seluruh tanah itu lebih kasar dari ukuran
batas ini, maka diberinama yang sesuai, dengan memperhatikan
perbandingan relatip dariukuran butir-butir yang ada, sebagai
dasar untuk menyatakannya.
Misalnya :
- Kerikil Kepasiran, suatu bahan ynag hampir seluruhnya
terdiri darikerikil, tetapi ada mengandung sejumlah
pasir.
- Pasir Kelempungan,suatu bahan yang hampir seluruhnya
terdiri dari pasir,tetapi ada mengandung sejumlah
lempung.
Cara yang paling baik dipakai untuk membedakan antara
lempung danlanau adalah dengan percobaandilatansi, yaitu
sedikit jumlah tanah lunak (cukup basah sehingga hampir-
hampir lekat), diletakkan ditangan terbukadan diguncang-
guncang secara mendatar. Dengan lanau, air akan munculpada
permukaannya dan akan hilang bila contoh tanah itu
kemudianditekan diantara jari atau dibengkokkan. Dengan
lempung, hal ini tidak akan terjadi. Dalam beberapa hal, reaksi
terhadap percobaan dilatansi initidak begitu tegas, maka tanah
itu harus diklasifikasikan sebagailempung kelanauan ataulanau
kelempungan.

48|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Komposisi Butiran

2.4. Klasifikasi Tanah di Lapangan.


Untuk mengklasifikasi tanah dari hasil pengeboran di
lapangan biasanya didasarkan pada cara visual. Metode
deskripsi dan klasisifikasi tanah yang berdasarkan parameter
laoratorium hanyadapat dilakukan setelah dilakukan pengujian.
Adalah sangat pentingbahwasanya keterangan-keterangan perlu

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 49


diberikan untuk mendeskripsikan contoh-contoh asli, terutama
pada waktu memotong danmengambil contoh-contoh tersebut
dari lubang bor.Keterangan-keterangan tambahan yang harus
ditambahkan pada deskripsiitu adalah sebagai berikut :
1) Pasir dan Kerikil
Sifat tanah ditempat yang paling penting adalah kepadatan
atau derajatpemadatan. Istilah-istilah lepas, kepadatan
sedang, padat dan sangatpadat, dipakai untuk menyatakan
sifat-sifat ini. Sebagai tambahan,beberapa pasir dan kerikil
mempunyai lapisan yang nyata, ataumengandung daerah-
daerah lempung, atau potongan-potongan akar.Hal-hal
demikian harus dicatat.
2) Lanau dan Lempung
Sifat setempat yang paling penting adalah kekuatannya
(atau keadaanwujudnya), dan istilah-istilah yang dipakai
untuk menerangkannya,sesuai dengan kekuatan yang
bersangkutan, seperti ; stiff clay, hard clay, soft clay, very
soft clay, dan lain sebagainya. Disamping tingkat kekuatan
ini, harus pula diberikan keterangan menganai struktur
bahan, terutama mengenai apakah homogen,berlapis-lapis,
berongga dan sebagainya.
Urutan yang baik untuk menerangkan tanah asli, sebagai berikut
:
Nama Bahan / Kekuatan atau Kepadatan / Warna /
Keterangan
Contoh-contoh deskripsi yang khas adalah sebagai berikut :
- LANAU ; lunak, biru pucat mengandung jalur-jalur
bahan organik.
- PASIR ; rapat, abu-abu tua, hanya pasir halus dan ukuran
sedang,homogen, kadang-kadang disana-sini terdapat
kulitkerang.

50|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


2.5. Metode Klasifikasi USDA.
Pada tahun 1960, United State Department of
Agriculture (USDA) memperkenalkan sistem klasifikasi tanah
yang baru yang disebut Comprehensive System atau Soil
Taxonomy. Sistem klasifikasi tanah ini lebih banyak
menekankan pada morfologi dan kurang menekankan pada
faktor-faktor pembentuk tanah.
Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur tanah,
distribusi ukuran butir dan plastisitas tanah menurut
USDA,adalah :
a. Pasir : ukuran butiranantara 2,0 – 0,05 mm
b. Lanau : ukuran butiran 0,05– 0,002 mm.
c. Lempung : ukuran butiran < 0,002 mm
Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori
yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri.
a. Ordotanah ; dibedakan berdasarkan ada tidaknya horizon
penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
b. Sub-ordotanah ; dibedakan berdasarkan perbedaan genetik
tanah, misalnya: ada tidaknya sifat-sifat tanah yang
berhubungan dengan pengaruh: (1) air, (2) regim
kelembaban, (3) bahan induk utama, dan (4) vegetasi.
Untuk tanah ordo histosol (tanah organik) yang digunakan
adalah tingkat pelapukan dari bahan organik
pembentuknya: fibris, hemis, dan safris.
c. Great Group Tanah ; great grup dibedakan berdasarkan
perbedaan: (1) jenis, (2) tingkat perkembangan, (3)
susunan horison, (4) kejenuhan basa, (5) regi suhu, dan (6)
kelembaban, serta (7) ada tidaknya lapisan-lapisan penciri
lain, seperti: plinthite, fragipan, dan duripan.
d. Sub Group Tanah ; sub grup dibedakan berdasarkan: (1)
sifat inti dari great group dan diberi nama Typic, (2) sifat-
sifat tanah peralihan ke: (a) great group lain, (b) sub ordo
lain, dan (c) ordo lain, serta (d) ke bukan tanah.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 51


e. Famili Tanah ; bagian famili tanah dibedakan berdasarkan
sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan atau
engineering, meliputi sifat tanah: (1) sebaran besar butir ,
(2) susunan mineral liat, (3) regim temperatur pada
kedalaman 50 cm.
f. Seri Tanah ; bagian ini dibedakan berdasarkan: (1) jenis
dan susunan horison, (2) warna, (3) tekstur , (4) struktur ,
(5) konsistensi, (6) reaksi tanah dari masing-masing
horison, (7) sifat-sifat kimia tanah lainnya, dan (8) sifat-
sifat mineral dari masing-masing horison. Penetapan
pertama kali kategori Seri tanah, digunakan nama lokasi
tersebut sebagai penciri seri.

Gambar 2.2. Segitiga Taksonomi Tanah

52|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


2.6. Metode Klasifikasi USCS.
Klasifikasi tanah sistem USCS (Unified Soil Classification
System), diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya
dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation
(USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE).
Kemudian American Standard Testing of Materials(ASTM),
telah memakai USCS sebagai metode standar guna
mengklasifikasikan tanah.
Dalam USCS , suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua
kategori utama yaitu:
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas
kerikil dan pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang
lolos saringan No. 200 (F200 < 50). Simbol kelompok
diawali dengan G untuk kerikil (gravel) atau tanah
berkerikil (gravelly soil) atau S untuk pasir (sand ) atau
tanah berpasir (sandy soil).
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari
50% tanah lolos saringan No. 200 (F200 ≥ 50).)
Selanjutnya tanah diklasifikasikan dalam sejumlah
kelompok dan sub-kelompok. Digunakan symbol-simbol dalam
sistem USCS sebagai berikut :
G = gravel (kerikil)
S = sand (pasir)
C = anorganic clay (lempung)
M = anorganic silt (lanau)
O = lanau atau lempung organik
Pt = peat (tanah gambut atau tanah organic tinggi)
W = well-graded (gradasi baik)
P = poorly-graded (gradasi buruk)
H = high-plasticity (plastisitas tinggi)
L = low-plasticity (plastisitas rendah).
Prosedur penentuan klasifikasi tanah dengan Sistem Unified
sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 53


1. Tentukan tanah apakah berbutir “halus” atau “kasar”
(secara visual atau saringan No. 200).
2. Untuk tanah berbutir kasar, maka lakukan ;
a. Saringan tanah tersebut dan gambarkan grafik
distribusi butiran.
b. Hitung persen lolos saringan No.4 ; bila persentase
lolos < 50% klasifikasikan tanah sebagai “kerikil” ;
bila persentase lolos > 50% klasifikasikan tanah
sebagai “pasir”.
c. Hitung persen lolos saringan No.200 ; bila persentase
lolos < 5% maka hitung Cu dan Cc ; bila termasuk
bergradasi baik, klasifikasikan sebagai GW (bila
kerikil) dan klasifikasikan sebagai SW (bila pasir) ;
bila termasuk bergradasi buruk, klasifikasikan
sebagai GP (bila kerikil) dan klasifikasikan sebagai
SP (bila pasir).
d. Apabila persentase butiran yang lolos saringan
No.200 diantara 5% sampai 12%, maka tanah akan
memiliki symbol ganda dan mempunyai sifat
plastisitas (GW-GM atau SW-SM, dan lain-lain).
e. Apabila persentase butiran yang lolos saringan
No.200 > 12%, maka harus dilakukan uji batas
Atterberg dengan menyingkirkan butiran tanah yang
tinggal pada saringan No.40. Kemudian dengan
menggunakan diagram plastisitas, tentukan
klasifikasinya (GM, GC, SM, SC, GM-GC atau SM-
SC).
3. Untuk tanah berbutir halus, maka :
a. Lakukan uji batas-batas Atterberg dengan
menyingkirkan butiran yang tinggal di atas saringan
No.40. Bila batas cari (LL) > 50, klasifikasikan tanah
tersebut sebagai H (plastisitas tinggi) ; bila LL < 50
klasifikasikan tanah sebagai L (plastisitas rendah)

54|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


b. Untuk tanah H, bila batas-batas Atterberg diplot pada
grafik plastisitas dan berada di bawah garis A,
tentukanlah apakah masuk kategori OH (organic)
atau MH (anorganik). Dan bila plottingnya jatuh di
atas garis A, klasifikasikan sebagai tanah CH
(organic plastisitas tinggi).
c. Untuk tanah L, bila batas-batas Atterberg diplot pada
grafik plastisitas dan berada di bawah garis A dan
area yang diarsir, tentukanlah apakah masuk kategori
OL (organic) atau ML (anorganik) berdasarkan
warna, bau atau perubahan batas cair dan batas
plastisnya dengan mengeringkannya di dalam oven.
d. bila batas-batas Atterberg diplot pada grafik
plastisitas dan berada pada area yang diarsir, dekat
dengan garis A, atau nilai LL sekitar 50, maka
gunakan symbol ganda.

Contoh Soal 2.1 :


Untuk penggunaan sistem Unified, dapat dicontohkan pada
analisis berikut ini. Dari uji laboratorium diperoleh data : PL =
16% ; LL = 42% ; dan hasil analisis saringan diperoleh
persentasi lolos saringan sebagai berikut :
Nomor Saringan % Lolos
4 (4,75 mm) 100
10 (2,00 mm) 93,2
40 (0,42 mm) 81,0
200 (0,075 mm) 61,5

Karena : persentase lolos saringan No. 200 adalah 61,5% >


50%
Maka : pada tabel 1.5 harus menggunakan baris bawah
(berbutir halus)
Karena : nilai LL = 42% < 50%
Maka : tanah termasuk CL atau ML

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 55


Hitung Plasticity Index (PI) = LL – PL = 42% – 16% = 26%
Plot nilai PI dan LL ke dalam diagram plastisitas, dan ditemukan
letak titiknya di atas garis A, yang menempati zone CL.
Jadi tanah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai CL (lempung
anorganik plastisitas rendah).

Tabel 2.2. Klasifikasi Tanah Dengan Metode USCS

56|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 2.3. Grafik
Plastisitas Casagrande

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 57


Diskripsi
Tahapan
Gambar

Dengan
Sistem
Tanah

USCS
2.4.

2.7. Metode Klasifikasi AASTHO

58|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Klasifikasi tanah dengan cara AASHTO (American
Association of State Highway and Transportation Officials),
mempunyai tujuan agar kita dapat dengan mudah memilih
material tanah untuk konstruksi subgrade. Pemilihan tanah
tersebut, tentunya didasarkan atas hasil uji tanah dan apabila kita
telah mempunyai pengalaman lapangan dalam pembuatan
konstruksi subgrade maka pemilihan tanah sangat mudah
dilakukan.
Sistem klasifikasi tanah sistem AASHTO pada mulanya
dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road
Administration Classification System. Sistem ini
mengklasifikasikan tanah kedalam delapan kelompok, A-1
sampai A-7. Setelah diadakan beberapa kali perbaikan, sistem
ini dipakai oleh The American Association of State Highway
Officials (AASHTO) dalam tahun 1945.
Pengklasifikasian tanah dilakukan dengan cara
memproses dari kiri ke kanan pada bagan AASHTO, sampai
menemukan kelompok pertama yang data pengujian bagi tanah
tersebut yang terpenuhi. Khusus untuk tanah-tanah yang
mengandung bahan butir halus diidentifikasikan lebih lanjut
dengan indeks kelompoknya. Indeks kelompok didefinisikan,
sesuai dengan kelompok tanah, yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan partikel butiran tanah, seperti pada tabel-tabel
berikut.
Untuk jenis tanah yang berbutir kasar (granuler soils),
dibagi atas tujuh golongan/klasifikasi,seperti yang dapat dilihat
pada tabel berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 59


Tabel 2.3. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO (Tanah
Granuler)
Tanah Berbutir (Granuler Soil)
Klasifikasi
Umum
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan
No.200)
Klasifikasi A-1 A-2
A-3
Ayakan A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
Analisis
Ayakan (%
lolos)
No. 10
N0. 40 Maks 50
N0. 200 Maks 30 Maks 50 Maks 51
Maks 15 Maks 25 Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35
Sifat fraksi
yang lolos
Non Plastisitas

ayakan
No.40
Batas Cair – – Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
(LL)
Indeks Maks 6 Maks 6 Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
Plastisitas (PI)
Batu
Tipe material
pecah Pasir
yang paling Kerikil dan pasir yang berlanau
kerikil Halus
dominan
pasir
Penilaian
sbg bahan Baik Sekali sampai Baik
tanah dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)
Menurut sistim di atas tanah dibagi menjadi 7 kelompok,
dan diberi nama dari A-1 sampai A-7. Semakin kecil angkanya,
semakin baik untuk bahan subgrade jalan, dan sebaliknya
semakin besar angkanya semakin jelek untuk subgrade. Kecuali
pada tanah dalam group A-3, lebih baik dari pada semua jenis
tanah dalam group A-2 sebagai bahan untuk subgrade jalan.

60|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Untuk jenis tanah yang berbutir halus (finer soils), terbagi
atas empat kelompok/ klasifikasi, seperti yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.4. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO (Tanah Finer)
Tanah Lanau-Lempung
Klasifikasi
(lebih dari 35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos
Umum
ayakan No.200)
A7
Klasifikasi
A4 A5 A6 A7-5
Kelompok
A7-6
Analisis Ayakan
(% lolos)
No. 10 – – – –
N0. 40 – – – –
N0. 200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang
lolos ayakan
No.40
Batas Cair (LL) Maks 40 Maks 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas Maks 10 Maks 10 Min 11 Min 11
(PI)
Tipe material
yang paling Tanah Berlanau Tanah Berlempung
dominan
Penilaian sbg
bahan tanah Biasa sampai Jelek
dasar
Sumber : Braja M. Das (1998)

Catatan :
Kelompok A7 dibagi atas A7-5 dan A7-6, bergantung pada batas
plastisitasnya (PL) :
- Untuk PL > 30 ; klasifikasinya A7-5
- Untuk PL < 30 ; klasifikasinya A7-6

AASHTO (American Assosiation of State Highway and


Transportation Officials Classification), sebagai badan
transportasi dan jalan raya di Amerika Serikat menyusun sistem

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 61


klasifikasi tanah untuk keperluan perencanaan lapisan pondasi
jalan (subbase) dan lapisan tanah dasar jalan (subgrade).
Pengujian tanah yang diperlukan dalam klasifikasi ini
adalah “analisis saringan” dan “uji batas-batas Atterberg”.
Selanjutnya dihitung indeks kelompok (group index – GI), yang
digunakan untuk mengevaluasi pengelompokan tanah-tanah.
Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
GI = (F-35)[0,2+0,005(LL-40)] + (F-15)(PI-10)............. (2.1)
Yang mana :
F = persen lolos saringan No.200
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
Apabila nilai indeks kelompok semakin tinggi, maka
semakin berkurang ketepatan dalam pemilihan penggunaan
tanah tersebut (gradasi jelek). Tanah granuler diklasifikasikan
dalam A1 sampai A3. Sedangkan tanah berbutir halus
diklasifikasikan dalam A4 sampai A7.
Tanah klasifikasi A1, adalah tanah granuler bergradasi
“baik”, dan tanah klasifikasi A3, merupakan pasir bersih yang
bergradasi “buruk”.Sedangkan klasifikasi A2 adalah tanah
granuler (kurang dari 35% lolos saringan No. 200), tapi masih
mengandung lanau dan lempung.
Contoh Soal :
Untuk penggunaan sistem AASHTO dapat ditunjukkan
pada contoh analisis klasifikasi tanah sebagai berikut :
Dari hasil analisis butiran tanah anorganik (analisis saringan
dan hydrometer), didapat distribusi butiran seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut :
Diameter butiran (mm) % Lolos
2,0 (saringan No. 10) 100
0,075 (saringan No.200) 75
0,05 65
0,005 33

62|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


0,002 18
Dari uji batas-batas Atterberg didapatkan data :
LL = 54% dan PI =23%
Penentuan klasifikasi tanah dilakukan sebagai berikut :
F = 75% > 35% ; berarti tanah termasuk jenis “lanau” atau
“lempung”
LL = 54% ; kemungkinan masuk kelompok A5 (min 41%),
A7-5 (min 41%), atau A7-6 (min 41%)
PI = 23% ; untuk A5 terlihat PI maks 10%, jadi tidak
terpenuhi. Sekarang tinggal 2 alternatif (A7-5 atau A7-
6).
Untuk menentukan dari keduanya, hitung PL = LL – PI = 54
– 23 = 31
Karena PL > 30, maka klasifikasi tanah tersebut adalah A7-
5
Selanjutnya hitung indeks kelompoknya :
GI = (75-35)[0,2+0,005(54-40)] + 0,01(75-15)(23-10) =
19.
Jadi klasifikasi lengkap tanah tersebut yaitu tanah A7-
5(19)
Ada beberapa aturan dalam penggunaan nilai GI, yakni :
1. Bila nilai GI < 0, maka dianggap GI = 0
2. Nilai yang dihitung dari formula GI, dibulatkan ke
angka terdekat.
3. Nilai GI kelompok tanah A1-a, A1-b, A2-4, A2-5,
dan A3 selalu sama dengan nol.
4. Untuk kelompok tanah A2-6 dan A2-7, hanya bagian
dari persamaan indeks kelompok yang
dipergunakan, yaitu :
GI = 0,01(F-15)(PI-10)
5. Nilai GI tidak ada batas atasnya, walaupun
ditentukan tanah kelompok A-7 GI maks 20.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 63


64|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Gambar
2.5.
Tahapan
Diskrips
i Tanah
Dengan
Sistem
AASHT
O

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 65


Tabel 2.5 Perbandingan Sistem AASHTO dengan Sistem
Unified (Liu, 1967)
Kelompok Kelompok tanah yang sebanding dalam
tanah sistem Unified
AASHTO Sangat Mungkin Kemungkinan
mungkin kecil
A1-a GW, GP SW, SP GM, SM
A1-b SW, SP, GP -
GM, SM
A3 SP - SW, GP
A2-4 GM, SM GC, SC GW, GP, SW, SP
A2-5 GM, SM - GW, GP, SW, SP
A2-6 GC, SC GM, SM GW, GP, SW, SP
A2-7 GM, GC, - GW, GP, SW, SP
SM, SC
A4 ML, OL CL, SM, SC GM, GC
A5 OH, MH, - SM, GM
ML, OL
A6 CL ML, OL, SC GC, GM, SM
A7-5 OH, MH ML, OL, GM, SM, GC, SC
CH
A7-6 CH, CL ML, OL, SC OH, MH, GC,
GM, SM

2.8. Metode Klasifikasi FAO/UNESCO


Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka
pembuatan peta tanah dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta
tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2
kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan
kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi
Tanah (USDA). Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-
horison penciri yang sebagian diambil dari kriteria-kriteria

66|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem
klasifikasi tanah ini.
Adapun beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori
Great Groupmenurut sistem FAO (Food and Agriculture
Organization) dan badan dunia UNESCO (United Nation
Educatioal, Scientific and Cultural Organization) sebagai
berikut : Fluvisol, Gleysol, Regosol, Lithosol, Arenosol,
Rendzina, Ranker, Andosol, Solonet, Yermosol, Xerolsol,
Kastanozem, Chernozem, Phaeozem, Greyzem, Cambisol,
Luvisol, Podzoluvisol, Podsol, Planosol, Acrisol, Nitosol,
Ferrasol, dan Histosol.

2.9. Metode Klasifikasi BSCS


Selain sistem USCS, USDA, AASHTO, dan
FAO/UNESCO, terdapat pula salah satu sistem pendeskripsian
tanah yang sering digunakan, yaitu British Standard atau British
Soil Classification System (BSCS). Ada beberapa hal yang
menjadi tolak ukur atau dasar-dasar dalam mendeskripsi tanah
dengan BS (British Standard), antara lain :
a. Rapat massarelatif, diperoleh dari pengujian di lapangan.
Jika tidak dilakukan pengujian terhadap sampel, maka
deskripsi rapat massa tidak dapat dicantumkan. Pengujian
yang sederhana terhadap tanah, adalah tanah yang mudah
disekop berarti tanah tersebut memiliki rongga-rongga
sehingga tidak padat atau longgar dan demikian pula
sebaliknya. Adapaun ukuran-ukuran deskripsi rapat massa
relative antara lain, very soft,soft,firm, stiff, very stiff,
danhard.
b. Fabricatau fissuring (hubungan antara butir-butir
penyusun tanah). Kemas atau fabric adalah hubungan
antara butir-butir penyusun tanah. Terdapat 2
kemungkinan, yaitu kemas tertutup dan kemas terbuka.
Kemas tertutup berarti butir-butir penyusun saling
bersentuhan atau bersinggungan karena ukuran butir yang

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 67


relative sama. Kemas terbuka berarti diantara butir-butir
penyusun tanah, masih terdapat ukuran butir yang lebih
halus dari yang lainnya sehingga tidak saling bersentuhan.
Untuk melihat kemas ini, dapat dilakukan dengan
memotong secara vertikal dan tegak lurus terhadap bidang
datar tanah. Celah-celah tersebut harus diperiksa untuk
memastikan adanya butiran-butiran yang berbeda ukuran
atau lebih halus.
c. Warna menunjukkan tingkatan pelapukan dari tanah.
Warna tanah yang diamati dapat memberikan informasi
mengenai ciri-ciri tanah. Warna ini dapat dilihat dengan
mata telanjang. Selain itu, dalam menentukan warna
tanah, harus menggunakan standar tertentu. Salah satunya,
berdasarkan sistem klasifikasi warna Munsell adalah
Geological Society of America(GSA), berupa bagan warna
tanah.
d. Subsidiary Constituents. Dalam prakteknya sangat sulit
untuk memperkirakan konstituen sekunder tanah dengan
mata dan dengan perasaan, dan terutama di tanah kohesif.
Presentasi materi sekunder ini tidak lebih dari 10%. Dalam
tanah granular, materi sekunder ini penting untuk
diketahui karena permeabilitas tanah granular didominasi
oleh materi-materi sekunder yang halus ini.
e. Bentuk butir, dalam mendeskripsi tanah sangat mudah
pada ukuran butir kerikil dan pasir. Bentuk butir ini
didasarkan pada kebundaran butir yang terkandung pada
tanah. Terdapat beberapa ukuran dalam bentuk butir, yaitu
rounded, subrounded,subangular, dan angular.
f. Ukuran Butir. Kebanyakan tanahakan terdiri dari berbagai
ukuran partikel yang berbeda, beberapa di antaranya
mungkin kohesif. Jenis penyusun butiran tanah yang
utama adalah batu-batu, berbatu, kerikil, pasir atau lumpur
yang dianggap mewakili secara umum tipe-tipe tanah.

68|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Adapun ukuran-ukuran dalam tipe-tipe tanah antara
lain:boulders, cobbles, gravel, sand, silt, dan clay.
g. Keterangan Rinci Tentang Kemas (Fabric) dan Materi
Tambahan Keterangan yang lebih detail mengenai kemas
dan materi-metri penyusun tambahan dapat ditambahkan
dalam klasifikasi jika terdeteksi pada saat melakukan
pengujian sampel di lapangan maupun di laboratorium.
h. Sumber Geologi Tanah Dalam klasifikasi BS, juga
diberikan salah satu keterangan mengenai asal mula tanah
yang ditemukan atau jenis tanah pertama kali ditemukan.
Jika sumber geologi tanah tidak diketahui, maka tidak
akan menjadi masalah.
i. Simbol Klasifikasi Tanah sebagai opsi tambahan, dalam
mendeskripsi tanah juga dapat diberikan simbol-simbol
klasifikasi tanah yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

2.10. Metode Klasifikasi Tanah Ekspansif


Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang mempunyai
potensi kembang yang besar. Apabila terjadi peningkatan kadar
air tanah akan mengembang disertai dengan peningkatan
tekanan air pori dan timbulnya tekanan pengembangan dan
sebaliknya apabila kadar air berkurang akan terjadi penyusutan.
Beberapa mineral yang biasa terdapat pada tanah ekspansif
adalah montmorilonite, kaolinite, dan illite. Dari hasil penelitian
sebelumnya memberikan konfirmasi bahwa masalah terbesar
terjadi pada tanah ekspansif dengan kandungan montmorilonite
tinggi seperti terlihat pada table berikut ini :
Tabel 2.6. Hubungan Mineral Tanah dengan Aktifitas
Mineral Aktifitas
Kaolinite 0,33 – 0,46
Illite 0,90
Montmorillonite (Ca) 1,50
Montmorillonite (Na) 7,20
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 69
Sumber : Chen F.H. (1975)
Menurut Chen (1975) bahwa sifat-sifat fisis tanah yang
mempengaruhi pengembangan pada tanah ekspansif di
antaranya yaitu :
- Kadar Air
- Kepadatan Kering (Dry Density)
- Indeks Properties.
Adanya korelasi yang baik untuk menunjukkan sifat tanah
ekspansif berdasarkan dari persentase tanah lempung, batas cair
dan tahanan penurunan tanah di lapangan, seperti yang terlihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.7. Hubungan % Lolos Saringan No. 200& Batas Cair
terhadap Potensi Pengembangan.
Data Laboratorium dan
Lapangan Kemungkinan
Pengembanga Tekanan Potensi
Bata Tahanan n % total Pengembanga Pengembanga
%Lolo
s Penuruna Perubahan n (ksf) n
s
Cair n Standar Volume
No.200
% (blow/ft)
> 95 > 60 > 30 > 10 > 20 Sangat Tinggi
40 –
60 – 95 20 – 30 3 – 10 5 – 20 Tinggi
60
30 –
30 – 60 10 – 20 1–5 3–5 Sedang
40
< 30 < 30 < 10 1 1 Rendah
Sumber : Chen F.H. (1975)
Klasifikasi tanah ekspansif juga dapat dilihat dari
hubungan antara Indeks Plastis (IP) dan Batas Susut (Shrikage
Limit) yang dimiliki tanah, seperti yang diperlihatkan pada tabel
berikut :
Tabel 2.8. Hubungan IP dan SL dengan Tingkat Pengembangan
Tingkat
% Koloid IP Batas Susut
Pengembangan

70|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


> 28 > 35 > 11 Sangat Tinggi
20 – 31 25 – 41 7 – 12 Tinggi
13 – 23 15 – 28 10 – 16 Sedang
< 15 < 18 < 15 Rendah
Sumber : Chen F.H. (1975)

Selanjutnya klasifikasi tanah ekspansif lebih sederhana


bila dilihat dari nilai Indeks Plastis yang dimiliki tanah, seperti
yang diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 2.9. Hubungan IP dengan Potensi Pengembangan

Indeks Plastisitas (%) Potensi Pengembangan


0 – 15 Rendah
15 – 35 Sedang
20 – 55 Tinggi
> 55 Sangat Tinggi
Sumber : Chen F.H. (1975)

Pengukuran pengembangan tanah ekspansif dengan cara


langsung dapat dilakukan dengan menggunakan alat konsolidasi
satu dimensi (oedometer), untuk mendapatkan angka prosentase
pengembangan. Untuk mengetahui tingkat kondisi suatu tanah
ekspansif yang mengalami pengembangan, dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.10. Hub. Persen Pengembangan dengan Tingkat
Kondisi
% Pengembangan Tingkat Kondisi
> 100 Kritis
50 – 100 Batas
< 50 Aman
Sumber : Chen F.H. (1975)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 71


BAB –III
SIFAT HIDROLIK TANAH

3.1. Komposisi Air Tanah.


Pada setiap perencanaan konstruksi yang akan dibangun
di atas lapisan tanah, sifat-sifat hidrolik tanah di bawah
bangunan sangat penting untuk dipertimbangkan, karena sangat
sering kegagalan pada struktur adalah merupakan efek dari sifat-
sifat hidrolik yang tidak dipertimbangkan, ataupun akibat
kesalahan dalam menganalisisnya.Sifat-sifat hidrolik pada tanah
meliputi eksistensi air tanah, permeabilitas tanah, dan
kerembesan pada tanah.
Sumber utama air tanah adalah air hujan yang meresap ke
bawah lapisan tanah melalui ruang pori di antara butiran
tanah.Air tanah sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat teknis
tanah, terutama pada jenis tanah berbutir halus. Air tanah juga
sangat penting dipertimbangkan pada berbagai rekayasa
terhadap tanah, seperti penurunan konstruksi, stabilitas pondasi,
stabilitas lereng, stabilitas subgrade, dan lain sebagainya.
Secara umum air tanah didefinisikan sebagai air yang
terdapat di bawah permukaan bumi. Sementara itu secara garis
besar air yang berada di bawah permukaan tanah, berada pada
dua macam zona, yakni zona tak jenuh (unsaturated zone) atau
biasa juga disebut vedose zone, dan zona jenuh (saturated zone)
atau freatis zone.
Terkait dengan keberadaan air di dalam tanah, ada empat
macam zone lapisan tanah yang dekat ke permukaan bumi, yang
terdiri atas dua zona yang merupakan lapisan “vedose zone”,
72|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
yakni pendular zone dan funicular zone. Juga terdapat dua
zonalapis yang merupakan lapisan “saturated zone”, yaitu
capillary zone dan freatis zone. Keempat zona tersebut tersusun
berturut-turut dari atas ke bawah sebagai berikut :
a. Zone air penduler atau air menggantung (tanah tak
jenuh)
b. Zone air funikuler atau air bergerak (tanah tak jenuh)
c. Zone air kapiler (tanah jenuh pada pori tanah asli)
d. Zone freatis (tanah jenuh)
Illustrasi posisi air tanah di dalam tanah dapat dilihat pada
skema lapisan tanah dan diskripsi sumur bor yang digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3.1. Skema lapis tanah zona tak jenuh sampaizona


jenuh (Abdul S. et al., 1989).
Dari skema dan boring loging yang digambarkan di atas,
terlihat bahwa eksistensi air di dalam lapisan tanah ada dua jenis,
yakni :
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 73
1. Air tanah yang berada pada lapisan tak jenuh
(unsaturated).
2. Air tanah yang berada pada lapisan jenuh (saturated).
Menurut Darwis (2017a), bahwa esensi air yang berada
pada kedua zona tersebut juga berbeda, yang mana air yang
berada pada vedose zone adalah merupakan airtanah (soil water)
yang diperlukan oleh tanaman untuk bertumbuh dan tidak
merupakan bagian dari akuifer. Sedangkan air yang berada pada
saturated zone adalah merupakan air tanah (groundwater), yang
sebagian merupakan penopang terhadap pertumbuhan tanaman
(capillary water) dan sebagian lagi merupakan simpanan akuifer
(freatis water).
Zona kapiler (capillary zone) adalah sesuatu yang unik
dalam komposisi air tanah, yang mana lapisan ini bersifat jenuh
(saturated zone) dengan kondisi pori-pori pada lapisan tanah asli
di atasnya. Akan tetapi ketika dilakukan penggalian air kapiler
tidak akan menggenang seperti halnya pada air yang berada pada
freatis zone, walaupun keduanya berada pada lapisan jenuh
(saturated layer). Hal ini disebabkan oleh karena air kapiler
adalah merupakan air hisapan akibat adanya tekanan kapiler
(capillary pressure) yang terjadi di dalam tanah, dimana
rangkaian pori-pori di dalam tanah berfungsi sebagai tabung
kapiler. Besarnya tekanan kapiler di dalam tanah sangat
tergantung pada ukuran pori yang terbentuk di dalam lapisan
tanah (Darwis, 2017b).

3.2. Infiltrasi dan Perkolasi.


Sejumlah besar air tersimpan di dalam lapisan tanah.
Airnya masih bergerak, mungkin sangat lambat, dan masih
merupakan bagian dari siklus air. Sebagian besar air di tanah
berasal dari curah hujan yang menyusup ke bawah dari
permukaan tanah. Lapisan atas tanah adalah zona tak jenuh, di
mana air hadir dalam jumlah yang bervariasi yang berubah dari
waktu ke waktu, namun tidak memenuhi tanah. Di bawah

74|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


lapisan ini adalah zona jenuh, di mana semua pori-pori, celah,
dan ruang di antara partikel batuan jenuh dengan air. Istilah air
tanah digunakan untuk menggambarkan daerah ini. Istilah lain
untuk air tanah adalah "akuifer," meskipun istilah ini biasanya
digunakan untuk menggambarkan formasi cadangan air yang
mampu menghasilkan cukup air untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Aquifer adalah gudang besar air tanah dan orang-
orang di seluruh dunia banyak yang bergantung pada air tanah
dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Sumber : The Water Cycle - USGS (2016)


Gambar 3.2. Susunan Lapisan Tanah & Proses Pengisian Ulang
Bagian atas permukaan tempat air tanah terjadi disebut
muka air tanah (water table). Pada diagram diagram di atas,
dapat terlihat bagaimana tanah yang ada di bawah muka air
tanah akan jenuh dengan air (zona jenuh). Aquifers diisi ulang
oleh rembesan presipitasi yang jatuh di permukaan tanah, namun
ada banyak faktor geologi, meteorologi, topografi, dan manusia
yang menentukan tingkat pengisian ulang pada akuifer. Batu
memiliki karakteristik porositas dan permeabilitas yang
berbeda, yang berarti air tidak bergerak dengan cara yang sama

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 75


di semua lapisan batuan. Dengan demikian, karakteristik
pengisian air tanah bervariasi di seluruh dunia (USGS, 2016).
Proses pengisian air tanah melalui infiltrasi dan perkolasi
untuk sampai ke zona jenuh (saturated zone). Infiltrasi adalah
proses masukkan air dari permukaan tanah ke dalam zona
pendular sampai pada zona funikular, sebagai akibat gaya
kapiler dan gaya gravitasi. Sedangkan perkolasi adalah proses
mengalirnya air dari zona funikuler ke dalam zona kapiler akibat
gaya gravitasi, dan selanjutnya mengisi cadangan akuifer pada
zona freatis.
Pengertian tentang infiltrasi dan perkolasi banyak
dikemukakan para ahli, diantaranya menurutClay Asdak (2007),
bahwainfiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari
curah hujan), masuk ke dalam tanah. Sedangkan perkolasi
merupakan proses kelanjutan aliran air tersebut ke dalam
tanahyang lebih dalam. Sementara menurut Sitanala Arsyad
(1989), bahwa infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam
tanah (umumnya tetapi tidak mesti) melalui permukaan tanah
dan secara vertical.Sedangkan perkolasi adalah peristiwa
bergeraknya air ke dalam profil tanah. Pengertian lain, bahwa
infiltrasi adalah proses perpindahan air dari atas ke dalam
permukaan tanah melalui pori-pori tanah (Soemarto, 1999).
Laju infiltrasi adalahbanyaknya air per satuan waktuyang
masuk melalui permukaan tanah. Sementara kapasitas infiltrasi
adalah laju maksimum gerakan air dari permukaan masuk ke
dalam tanah. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan
melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah.
Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil daripada
kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan lajucurah
hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dengan mm/jam atau
mm/hari. Sedangkan kapasitas infiltrasi dinyatakan dalam cm
atau inch.
Laju perkolasi adalahbanyaknya air per satuan waktuyang
masukke dalam lapisan tanah dari zona tak jenuh ke zona freatis.

76|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Sedangkan kapasitas perkolasi adalah laju perkolasi maksimum
yang terjadi.Untuk lebih memperjelas arti dan perbedaan
kapasitas infiltasi (f) dan kapasitas perkolasi (p), dapat dilihat
dari gambar di bawah ini:

Gambar 3.3. Profil Lapisan Tanah yang Dilewati Infiltrasi

Pada Gambar A di atas,akan menghasilkan daya infiltrasi


yang besar, tetapi daya perkolasinya kecil, karena lapisan
atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang mempunyai
permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri dari lapisan
tanah liat yang relatif kedap air. Demikian pula sebaliknya pada
Gambar B akan menghasilkan daya infiltrasi yang kecil, tetapi
daya perkolasinya besar, karena lapisan atasnya terdiri dari
lapisan kedap air dan lapisan bawahnya merupakan lapisan
berpori yang bersifat cukup tiris.
Laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi mempengaruhi
beberapa hal, diantaranya :
1. Air Limpasan ; Lajuinfiltrasi menentukan besarnya air
hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan
tersebut masuk ke dalam tanah ia dapat diuapkan kembali
atau mengalir ke bawah mengisi air tanah.Selisih antara
curah hujan dengan laju infiltrasi adalah merupakan laju air
limpasan.Semakin tinggi laju infiltrasi maka selisih antara
curah hujan dengan laju infiltrasi semakin kecil. Akibatnya

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 77


bahwa laju air limpasan juga akan semakin kecil, sehingga
debit puncaknya juga akan semakin kecil.
2. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah
;Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk
tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak
jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk
evapotranspirasi dari lapisan tanah pada zona vedose.
Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara
infiltrasi dan perkolasi. Pada permukaan air tanah yang
dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir agak halus, maka
pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari
kenaikan kapiler air tanah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses infiltrasi
secara umum, antara lain :
a. Karakteristik hujan (curah hujan, durasi hujan)
b. Kondisi-kondisi permukaan tanah ;
- Tetesan hujan, hewan maupun mesin yang beroperasi
di permukaan tanah, mungkin memadatkan permukaan
tanah dan akanmengurangi infiltrasi.
- Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori-
pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju
infiltrasi.
- Kemiringan tanah secara tidak langsung
mempengaruhi laju infiltrasi terutama pada saat curah
hujan tinggi, karena pada tanah yang miring tidak
terjadi penggenangan.
- Penggolongan tanah (terasering, pembajakan
berkontur, dan lain-lain), dapat meningkatkan kapasitas
infiltrasi.
c. Kondisi-kondisi penutup permukaan ;
- Pori-pori tanah yang tersumbat oleh partikel-partikel
halus, akan menurunkan laju infiltrasi.

78|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


- Salju yang menutupi permukaan tanah mempengaruhi
infiltrasi, dimana laju infiltrasi sangat rendah atau tidak
ada.
- Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah
permukaan), akan mengurangi infiltrasi.
d. Transmibilitas tanah
- Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian
dari struktur tanah, merupakan salah satufaktor penting
yang mengatur laju transmisi air yang turun melalui
tanah.
- Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.
e. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
- Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi
penyebabnya dan sifatnya belum pasti.
- Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi
infiltrasi.
Laju infiltrasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis
permukaan tanah, kadar air, tumbuh-tumbuhan, dan cara
pengolahan tanah. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok (Musgrave& Holtan, 1964 dalam Sri Harto,
1984), yaitu sifat permukaan tanah, kepadatan tanah, sifat dan
jenis tanaman.
1. Sifat-sifat permukaan tanah
Proses infiltrasi diawali dengan meresapnya air melalui
permukaan tanah, maka sifat-sifat permukaan tanah
memegang peranan penting terutama untuk menentukan
batas infiltrasi, dengan tidak mengabaikan peranan dari
lapisan tanah di bawahnya.
2. Kepadatan tanah
Makin tinggi tingkat kepadatan tanah maka infiltrasi
makin kecil. Akibat adanya dampak pukulan air
hujanterhadap butir-butir tanah maka kepadatan tanah
akan bertambah.
3. Sifat dan jenis tanaman

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 79


Dengan adanya tanaman akan memberikan keuntungan
karena akan memperbesar infiltrasi. Hal ini disebabkan
adanya:
- Akar tanaman yang menyebabkan struktur tanah makin
gembur yang berarti memperbesar permeabilitas tanah.
- Tanaman di permukaan yang dapat mengurangi
kecepatan “run-off”, sehingga memperbesar waktu
tinggal air di permukaan.
- Pemadatan yang diakibatkan oleh pukulan air hujan di
permukaan sangat berkurang. Dalam hal ini sebenarnya
yang memberikan pengaruh lebih besar adalah
kerapatan tanaman daripada jenis tanaman.
4. Cara pengerjaan tanah
Cara pengerjaan tanah dengan tersering yang benar akan
memperbesar infiltrasi pula.
5. Sifat transmisi lapisan tanah
Sistem perlapisan tanah akan mempengaruhi sifat
transmisi pada lapisan tanah, dan juga akan sangat
menentukan besarnya laju infiltrasi, misalnya:
- Formasi tanah dengan kapasitas perkolasi besar, tetapi
kapasitas infiltrasi kecil.
- Formasi tanah dengan kapasitas infiltrasi besar, tetapi
kapasitas perkolasi kecil.
Sedangkan menurut hemat penulis bahwa banyak faktor
yang dapat mempengaruhi laju infiltrasi, diantaranya :
1. Kedalaman genangan air diatas permukaan tanah dan tebal
lapisan jenuh.
Infiltrasi air melalui permukaan tanah dapat diumpamakan
sama denganaliran lewat pipa-pipa sangat kecil, dalam
jumlah besar, dengan panjang dandiameter tertentu. Pada
permulaan musim hujan pada umumnya tanah masih
jauhdari jenuh sehingga pengisian akan berjalan terus
pada waktu yang lama sehinggadaya infiltrasi akan

80|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


menurun terus pada hujan yang berkesinambungan,
meskipunpada periode sama.
2. Derajat kemiringan permukaan tanah.
Kemiringan permukaan tanah sangat menentukan
kedalaman genangan (depth of puddle), serta waktu
penggenangannya (flooding time), yang mana kedua
variabel tersebut sangat mempengaruhi laju dan kapasitas
(daya) infiltrasi/perkolasi.
3. Kadar Air Dalam Tanah.
Jika sebelum hujan turun permukaan tanah sudah lembab,
daya infiltrasi(ft)akan lebih rendah di bandingkan dengan
jika pada permukaan tanah yangsemula kering. Suatu jenis
tanah berbutir halus yang dapat digolongkan
sebagaikoloid, bila terkena air danmenjadi basah akan
mengembang. Perkembangantersebut mengakibatkan
berkurangnyavolume pori-pori, sehingga daya
infiltrasi/perkolasi akan mengecil. Ini merupakan alasan
mengapa pada tanah yang berbutir halus ftakan cepat
mengecil dengan bertambahnya durasi hujan.
4. Kelembaban Tanah.
Besarnya kelembaban tanah pada lapisan teratas sangat
mempengaruhilajuinfiltrasi. Potensi kapiler bagian lapisan
tanah yang menjadi kering (olehevaporasi) kurang dari
kapasitas menahan air normal akan meningkat jika
lapisantanah dibasahi oleh curah hujan. Peningkatan
potensial kapiler ini bersama-samadengan grafitasi akan
mempercepat infiltrasi. Bila kekurangan kelembaban
tanah diisi oleh infiltrasi, maka selisih potensial kapiler
akan menjadi kecil. Pada waktu yang sama kapasitas
infiltrasi/perkolasipada permulaan curah hujan akan
berkurang tiba-tiba, yang disebabkan oleh pengembangan
bagian koloid dalam tanah. Jadi kelembaban tanah itu
adalah sebagian tanah dari sebab pengurangan tiba-tiba
dari infiltrasi.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 81


5. Tekstur Tanah.
Menurut Hardjowigeno dalam Januardin (2008), tekstur
tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (2mm-
50μ), debu (50-2 μ) dan liat (<2 μ) di dalam tanah.Kelas
tekstur tanah dibagi dalam 12 kelas, yaitu: pasir, pasir
berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung
berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir,
lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu,
liat.Berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah
digolongkan menjadi tiga partikel yaitu pasir, debu, dan
liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >
70 %, porositas rendah (<40%), sebagian besar ruangpori
berukuran besar,sehingga aerasinya baik daya hantar air
cepat, tetapi kemampuan menahan air dan unsur hara
rendah. Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan
liatnya > 35 %, porositas relatip tinggi (60 %), tetapi
sebagian besar merupakan pori berukuran kecil, daya
hantar air sangat lambat dan sirkulasi udara kurang lancar
(Utomo dalam Januardin, 2008). Pada tekstur tanah pasir,
laju perkolasisangat cepat, pada tekstur tanah lempung
laju perkolasiadalah sedang hingga cepat dan pada
teksturliat laju perkolasiakan lambat (Serief dalam
Januardin, 2008).
6. Pemampatan oleh partikel-partikel curah/butiran hujan.
Gaya pukulan butir-butir air hujan terhadap permukaan
akan mengurangidebit resapan air hujan. Akibat jatuhnya
tersebut butir-butir tanah yang lebih halusdilapisan
permukaan tanah akan terpencar dan masuk kedalam
ruang-ruangantarbutir-butir tanah, sehingga terjadi efek
pemampatan. Permukaan tanah yang terdiriatas lapisan
yang bercampur tanah liat akan menjadi kedap air
karenadimampatkan oleh pukulan butir-butir hujan
tersebut. Tapi tanah pasiran tanpacampuran bahan-bahan

82|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


lain tidak akan dipengaruhi oleh gaya pukulan
partikelbutir-butir hujan itu.
7. Tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan tumbuh tumbuhan yang padat, misalnya
seprti rumput atauhutan cenderung untuk meningkatrkan
resapan air hujan. Ini disebabkan oleh akaryang padat
menembus kedalam hutan, lapisan sampah organic dari
daun-daunatau akar-akar dan sisa-sisa tanaman yang
membusuk membentuk permukaanempuk, binatang-
binatang dan serangga-serangga pembuat liang membuka
jalankedalam tanah, lindungan tumbuh-tumbuhan
mengambil air dari dalam tanahsehingga memberikan
ruang bagi proses infiltrasi/perkolasiberikutnya.
8. Pemanpatan oleh Hewan dan Orang.
Pada bagian lalu lintas orang atau kendaraan,
permeabilitas tanahberkurang karena struktur butir-butir
tanah dan ruang-ruang yang berbentuk pipayang halus
telah dirusaknya dan mengakibatkan tanah tersebut
menjadi padat,sehingga laju infiltrasi/perkolasipada
daerah tersebut sangat rendah. Contohnya kebunrumput
tempat memelihara banyak hewan, lapangan permainan
dan jalan tanah.Pemampatan oleh injakan orang atau
binatang dan lalu lintas kendaraan sangatmenurunkan laju
infiltrasi/ perkolasi.
9. Karateristik-karateristik Air yang Berinfiltrasi.
a. Menurut Warddalam Sosrodarsono(1999),suhu air
mempunyai beberapa pengaruh, tetapi sifat dan
penyebarannyabelum pasti. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pada bulan-bulanmusim panas
kapasitas infiltrasi lebih tinggi. Namun ini tentu
disebabkanoleh sejumlah faktor dan tentunya bukan
karena suhu saja.
b. Kualitas air merupakan factor lain yang mempengaruhi
infiltrasi/ perkolasi. Mineral tanah liat yang halus pada

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 83


partikel debu yang dibawa dengan air ketika
perkolasikebawahdapat menghambat ruang pori yang
lebih kecil. Kandungan garam dapurair mempengaruhi
visikositas air dan laju pengembangan
koloid(Sosrodarsono,1999).
Beberapa istilah lainnya yang perlu untukmemahami dan
mempelajari infiltrasi/perkolasi dengan baik, antara lain :
1. Kapasitas lapang (field capacity) adalah jumlah kandungan
air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap
pengaruh gaya gravitasi.
2. Soil moisture deficiency (s.m.d) adalah jumlah kandungan
yang masih diperlukan untuk membawa tanah pada “field
capacity”.
3. Intersepsiadalah air hujan yang langsung diserap oleh
tanaman
4. Abstraksi awal (initial abstraction) adalah jumlah intersepsi
dan tampungan permukaan (depression storage) yang harus
dipenuhi sebelum terjadi limpasan (overland flow).
Selanjutnya untuk memprediksi infiltrasi, ada beberapa
formula yang dapat dipergunakan, diantaranya :
1. Formula Green-Ampt
Green dan Ampt, mengusulkan pada tahun 1911 sebuah
model perkiraan yang secara langsung menerapkan hukum
Darcy, dengan persamaan untuk menghitung laju infiltrasi
sebagai berikut :
K fs .(H 0 .S f  L f )
f  .......................(3.1)
Lf

Yang mana :
f = laju infiltrasi (mm/menit)
Kfs = konduktivitas hidrolik pada zona transmisi
(mm/menit)
Ho = kedalaman air genangan di atas permukaan tanah

84|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Sf = pengisapan efektif pada lapisan pembasahan
Lf = kedalaman pembasahan dari permukaan tanah

Gambar 3.4. Illustrasi Asumsi Proses Infiltrasi


(Green-Ampt, 1911)
Bower (1966), mengusulkan persamaan untuk Infiltrasi
Komulatif sebagai berikut :
= 𝜃 −𝜃 . = .
.......................(3.2)
Apabila kedalaman penggenangan air permukaan sangat
dangkal, sehingga H0 ≈ 0, maka persamaan Green-Ampt, dapat
dimodifikasi sebagai berikut (Bower, 1966) :
K fs .M i .S f
f  K fs  ......................(3.3)
F
Yang mana Mi adalah defisit air, atau perbedaan antara
kandungan air volumetrik pada kondisi jenuh dan kondisi awal.
Meskipun Green dan Ampt mengasumsikan bahwa
pembasahan mengakibatkan tanah jenuh total, namun menurut
Philip (1954) yang mengamati bahwa ini bukan persyaratan
yang diperlukan. Dia berasumsi bahwa θs konstan, tapi tidak

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 85


harus sama dengan porositas total. Demikian pula, Kfs
diperkirakan sedikit kurang dari konduktivitas hidrolik jenuh.

2. Metode Kostiakov :
Kostiakov (1932), mengajukan suatu persamaan infiltrasi
empiris sederhana berdasarkan penyisipan kurva dari data
lapangan. Persamaan ini menghubungkan infiltrasi ke waktu
sebagai fungsi daya :
f p  K k .t  .......................(3.4)
Yang mana :
fp = kapasitas infiltrasi (cm/jam)
t = waktu setelah infiltrasi dimulai (jam)
Kk (cm) dan α (unitless), adalah konstanta yang bergantung
pada tanah dan kondisi awal.
Parameter, Kk dan α harus dievaluasi dari data infiltrasi
yang diukur, karena tidak memiliki interpretasi fisik. Persamaan
ini menggambarkan kurva infiltrasi yang diukur dan diberi tanah
yang sama dan kondisi air awal yang sama, memungkinkan
prediksi kurva infiltrasi menggunakan konstanta yang sama
yang dikembangkan untuk kondisi tersebut.
Di dalam perkembangan selanjutnya, beberapa ahli
menggunakan persamaan Kastiakov denga melakukan
modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi tinjauannya.
Diantaranya adalah :
(1) Criddle dkk. (1956), menggunakan persamaan Kastiakov
dalam bentuk logaritmik dengan bentuk persamaan
sebagai berikut :
log f p  log K k  e. log t .......................(3.5)
(2) Mezencev (1948) mengusulkan modifikasi pada
persamaan Kostiakov dengan menambahkan konstanta
pada persamaan yang mewakili tingkat infiltrasi akhir
yang dicapai saat tanah menjadi jenuh setelah infiltrasi
berkepanjangan.

86|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


f p  K k .t   f c .......................(3.6)
(3) Mbagwu (1994), menghubungkan nilai Kk dari persamaan
Kostiakov Kk dengan nilai Ca pada persamaan Philip,
dengan sebuah persamaan sebagai berikut :
Kk = 24,22 Ca - 0,83
.......................(3.7)
Infiltrasi akumulatif :
 K  ( n1)
F   K .t .dt 
1
.t
0
 (n  1) 
.......................(3.8)
Yang mana :
fp = Laju infiltrasi (mm/menit)
t = Waktu (menit)
K = konstanta yang dipengaruhi oleh faktor lahan dan
kadar air tanah awal.

3. Metode Horton :
Horton mendefinisikan proses kelelahan (exhausion
process), sebagai salah satu tingkat kerja yang dilaksanakan
sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Dia
menghubungkan laju infiltrasi dengan laju kerja yang dilakukan
dan perubahan kapasitas infiltrasi dari fp menjadi fc karena
pekerjaan yang harus dilakukan, dengan sebagai faktor
proporsionalitas (Horton, 1940). Horton (1939, 1940)
mendapatkan persamaan untuk infiltrasi, yang menggambarkan
pola eksponensial pada tingkat infiltrasi dari hubungan dasar
yang dijabarkan sebagai berikut :
 df p
dt

  f p  fc 
 df p
 f p  f c    .t ;

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 87


Bila persamaan ini diintegralkan pada kedua sisi, maka
didapat :
ln  f p  f c    .t  konsta
Jika t = 0 dan fp = f0, maka :
ln
 f p  f c    .t  f p  f c   e  .t
; atau
 f0  fc   f0  fc 
Selanjutnya dapat dijabarkan lebih lanjut :
f p  f c  ( f 0  f c ).e   .t .......................(3.9)
Bila  = k, maka persamaan laju infltrasi didapat :
f p  f c  ( f 0  f c ).e k .t
.......................(3.10)
Yang mana :
f = laju infiltrasi pada saat t(cm/jam)
fc = laju infiltrasi saat konstan (cm/jam)
fo = laju infiltrasiawal, t0 (cm/jam)
k = konstanta
t = waktu infiltrasi
e = 2,718
Model persamaanperhitunganlajuinfiltrasi di atas, pertama
kali dikemukakan oleh Horton pada tahun 1939 namun
publikasinya baru dilakukan pada tahun 1940.Menurut Garg
bahwa rumus Horton ini, memberi hasil hitungan laju
infiltrasidalamhubungan dengan waktu.
Untuk memperoleh nilai konstanta k, yang melengkapi
persamaan kurvainfiltrasi, maka persamaan Horton dijabarkan
sebagai berikut :
f = fc + (fo –fc) e-kt
f –fc = (fo –fc) e-kt
Persamaan di atas selanjutnya dilogaritmakan pada sisi kiri dan
kanan, didapatkan :
log (f –fc) =log (fo –fc) e-kt, atau
log (f –fc) =log (fo -fc)–ktlog e

88|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


log (f–fc)–log(fo–fc) =–ktloge
maka :
t = (-1/(kloge)) [log (f–fc)–log(fo –fc)]
t = (-1/(klog e)) log (f –fc) + (1/(kloge)) log (fo –fc)
Dengan menggunakan persamaan umum liner,
y = m X + C, sehingga :
y=t
m = -1/(klog e)
X = log (f –fc)
C = (1/klog e) log (fo –fc)

Dengan mengambil persamaan,


m = -1/(klog e)
.......................(3.11)
Maka :
k= -1/(m log e) atau
k= -1/(m log 2,718)
Atau :
k = -1/0,434.m
.......................(3.12)
Yang mana m = gradien
Dengan demikian persamaan ini dapat diwakilkan dalam
sebuah garislurus yang mempunyai nilai gradien :
1
m
k. log e
.......................(3.13)
Bentuk dari garis lurus persamaantersebut dapat
diperlihatkan dalam gambar berikut :

Ti
m
e
(t) −
=
log Tanah| 89
Dasar-Dasar Mekanika
Gambar 3.5. Hubunganwaktu (t)terhadaplog (fo–fc)

Dengan mensubtitusi nilai-nilai k, fo, fcke dalam


persamaan 3.10, maka didapat nilai laju infiltrasi (fp) untuk
masing-masing waktu (t) berjalannya infiltrasi. Serangkaian
nilai laju infiltrasi yang dihasilkan digambarkan dalam kurva
infiltrasi seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 3.6. Kurva Infiltrasi (Horton)


Nilai k, juga dapat dihitung dengan menggunakan nilai fo,
fc, dan Fc yang didapatkan dari kurva infiltrasi, sebagai berikut
:

90|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


f0  fc
k .......................(3.13)
Fc
Yang mana :
fc = laju infiltrasi saat konstan (cm/jam)
fo = laju infiltrasiawal, t0 (cm/jam)
Fc = volume infiltrasi, yaitu selisih volume infiltrasi
total dengan volume infiltrasi konstan (cm).
atau Fc= luas kurva yang diarsir pada gambar

Laju infiltrasi tipikal setelah satu jam untuk berbagai jenis


tanah berpenutup rumput,yang diperlihatkan pada tabel berikut
:

Tabel 3.1. Laju infiltrasi tipikal kelompok tanah selang 1 jam


Laju infiltrasi setelah 1 jam
Kelompok Tanah
(mm/jam)
tanah pasir (tinggi) 12,50 – 25,00
Lempung, lumpur,
2,50 – 12,50
banyak geluh (sedang)
Banyak lempung,
geluh lempung 0,25 – 2,50
(rendah)
Sumber : ASCE Manual of Engineering Practice, No 28.
Contoh Perhitungan Infiltrasi

Diketahui : Data hidrograf hujan seperti pada tabel berikut :


Waktu, t (menit) Intensitas hujan, I (cm/jam)
0 – 10 1,25
10 – 20 2,50
20 – 30 6,00
30 – 40 4,50

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 91


40 – 50 4,00
50 – 60 3,00
60 – 70 0,80

Untuk kondisi tanah yang diamati, didapatkan data sebagai


berikut :
- kapasitas infiltrasi terakhir (fc)= 1,25 cm/jam
- kapasitas infiltrasi awal (fo) = 6 cm/jam
- parameter kapasitas infiltrasi diambil(k) = 3 h-1
Jika diasumsikan bahwa perubahan waktu dari kapasitas
infiltrasi tanah dihitung dengan persamaan Horton (dengan
memperhatikan bahwa persamaan ini mengasumsikan
banyaknya limpasan air di permukaan, disebabkan karena
kondisi jenuh pada permukaan tanah).
Diminta : Analisisinfiltrasi dan limpasan (runoff) yang terjadi
selama hujan berlangsung ?
Penyelesaian :
Tabel Perhitungan :
Intensitas Tinggi Hujan Laju Infiltrasi Lim-
Waktu
Hujan hujan Komultf Infiltrasi Komultf pasan
(mnt)
(cm/jam) (cm) (cm) (cm/jam) (cm/jam) (cm)
0 1,25 0,21 0,21 6,00 1,58 (0,33)
10 2,50 0,42 0,63 4,13 1,78 0,72
20 6,00 1,00 1,63 3,00 1,55 4,45
30 4,50 0,75 2,38 2,31 1,74 2,76
40 4,00 0,67 3.05 1,89 1,94 2,06
50 3,00 0,50 3,55 1,64 2,13 0,87
60 0,80 0,13 3,68 1,49 2,33 (1,53)
Langkah-langkah perhitungan
1) Hitung Tinggi hujan ;
Tinggi hujan = Intesitas hujan (cm/jam) x waktu (jam)
Tinggi hujan (t1) = 1,25 cm/jam x 10/60 jam = 0,21 cm
Tinggi hujan (t2) = 2,50 cm/jam x 10/60 jam = 0,42 cm
Tinggi hujan (t3) = 6,00 cm/jam x 10/60 jam = 1,00 cm
Tinggi hujan (t4) = 4,50 cm/jam x 10/60 jam = 0,75 cm

92|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tinggi hujan (t5) = 4,00 cm/jam x 10/60 jam = 0,67 cm
Tinggi hujan (t6) = 3,00 cm/jam x 10/60 jam = 0,50 cm
Tinggi hujan (t7) = 0,80 cm/jam x 10/60 jam = 0,13 cm
2) Hujan komulatif = tinggi hujan saat t+ tinggi hujan
sebelumnya
Hujan komulatif (t1) = 0,21 + 0,00 = 0,21 cm
Hujan komulatif (t2) = 0,42 + 0,21 = 0,63 cm
Hujan komulatif (t3) = 0,63 + 1,00 = 1,63 cm
Hujan komulatif (t4) = 1,63 + 0,75 = 2,38 cm
Hujan komulatif (t5) = 2,38 + 0,67 = 3,05 cm
Hujan komulatif (t6) = 3,05 + 0,50 = 3,55 cm
Hujan komulatif (t7) = 3,55 + 0,13 = 3,68 cm
3) Laju infiltrasi : f(t) = fc + (fo –fc) e-kt
f(0) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(0/60) = 6,00 cm/jam
f(10) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(10/60) =4,13cm/jam
f(20) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(20/60) = 3,00cm/jam
f(30) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(30/60) = 2,31 cm/jam
f(40) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(40/60) = 1,89 cm/jam
f(50) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(50/60) = 1,64 cm/jam
f(60) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(60/60) = 1,49 cm/jam
Lakukan kontrol  f(t) > Intensitas hujan.
Mulai pada f20 (3,00 cm/jam) < I20 (6,00 cm/jam)
Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap awal waktu
infiltrasi aktual, sbb :
F(t=20) = (I0 + I10) x t10
= (1,25 + 2,5) x (10/60)
= 0,625 cm.
Sehingga dapat dituliskan sbb :
−c
F t = fc. t + . − e−
− ,
0,625 = (1,25.tp + .(1 – 2,718 –3.tp)
0,625 – 1,583 = 1,25.tp – 4,303–3.tp
4,303–3.tp – 1,25.tp = 0,958
Didapat nilai : tp = 0,0075 jam

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 93


Nilai tp tersebut merupakan waktu aktual mulai
terjadinya kejenuhan tanah. Sehingga kapasitas infiltrasi
aktual pada menit ke 20 ditentukan sebagai berikut :
f(tp) = fc + (fo –fc) e-k.tp
f(20) = 1,25 + (6 – 1,25).(2,718) – 3.(0,0075) = 5,89 cm/jam.
Maka perhitungan berikutnya terjadi perubahan parameter,
dimana :
fo = f(20) = 5,89 cm/jam (jadi : fo  6 cm/jam)
Hal tersebut juga menyebabkan pergeseran waktu. Nilai t
akan kembali ke awal, sehingga t yang digunakan pada saat
menit 30 adalah (10/60). Hal tersebut dilakukan dengan
aggapan bahwa t awal bergeser menjadi tp.
4) Infiltrasi Komulatif, dihitung dengan rumus :
−c
F t = fc. t + . − e−  f20 = fo = 5,89 cm/jam
F(0) = (1,25x(0/60))+((6-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(0/60)) = 1,58 cm/jam
F(10) = (1,25x(10/60))+((6-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(10/60))= 1,78 cm/jam
F(20) = (1,25x(20/60))+((5,89-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(20/60))= 1,55
cm/jam
F(30) = (1,25x(30/60))+((5,89-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(30/60))= 1,74
cm/jam
F(40) = (1,25x(40/60))+((5,89-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(40/60))=
1,94cm/jam
F(50) = (1,25x(50/60))+((5,89-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(50/60))= 2,13
cm/jam
F(60) = (1,25x(60/60))+((5,89-1,25)/3)x(1–2,718 – 3.(60/60))= 2,33
cm/jam
5) Limpasan = Intensitas hujan – Infiltrasi Komulatif
L(0) = 1,25 – 1,58 = – 0,33 (negatif tidak terjadi
limpasan)
(L10) = 2,50 – 1,78 = 0,72cm/jam
L(20) = 5,89 – 1,55 = 3,91 cm/jam
L(30) = 4,50 – 1,74 = 2,76 cm/jam
L(40) = 4,00 – 1,94 = 2,06 cm/jam
L(50) = 3,00 – 2,13 = 0,87cm/jam
L(60) = 0,80 – 2,33 = – 1,53 (negatif tidak terjadi limpasan)

94|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


4. Metode Philip ;
Philip (1957) mengembangkan persamaan infinite-series
untuk memecahkan persamaan diferensial parsial non linier,
yang menjelaskan aliran cairan transient dalam medium berpori,
untuk infiltrasi vertikal dan horizontal. Seri Philip yang
konvergen dengan cepat memecahkan persamaan aliran untuk
tanah dalam yang homogen dengan kandungan air awal yang
seragam dalam kondisi tergenang.
Untuk infiltrasi kumulatif, bentuk umum model infiltrasi
Philip dinyatakan dalam fungsi akar kuadrat waktu (square-root
of time), sebagai berikut :
F  S.t 1 / 2  Ca1 .t  Ca 2 .t 3 / 2  Ca 3 .t 2  ...
............(3.14)
Yang mana :
F = infiltrasi kumulatif (cm)
S = Kemampuan penyerapan (sorptivity) ( ),

fungsi kandungan air tanah awal dan akhir, θi dan θn.
Ca1, Ca2 = konstanta yang bergantung pada kedua sifat tanah
dan pada θi dan θn.
Sorptivity (S) adalah kuantitas fisik terukur yang
mengekspresikan kapasitas media berpori untuk pengambilan
kapiler dan pelepasan cairan (Philip, 1957). Namun menurut
White and Perroux (1987), menganggap sorptivity sebagai sifat
integral dari difusivitas hidrolik tanah, S konstan asalkan
kandungan air pada arus masuk konstan.
Oleh karena derivatif waktu dari fungsi-F (infiltrasi
akumulatif), adalah merupakan laju infiltrasi (f), sehingga dapat
dituliskan :
f 
 
dF d S.t 1 / 2  Ca1 .t  Ca 2 .t 3 / 2  Ca3 .t 2  ..

dt dt

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 95


1 1 / 2 3
f  S .t  C a1  C a 2 .t 1 / 2  2C a 3 .t  ..
2 2
..........(3.15)
Catatan :
Untuk infiltrasi horisontal (yaitu tidak ada aliran akibat
gravitasi), maka semua nilai parameter infiltrasi menjadi nol,
sehingga persamaan Philip hanya dapat berlaku apabila
variabel-variable infiltrasi lebih besar dari nol (Sullivan et al.,
1996).
Sedangkan untuk infiltrasi vertikal persamaan infiltrasi
komulatif (F) dan laju infiltrasi (f) dari Philip dapat berlaku,
namun hanya untuk waktu yang singkat yaitu ketika gradien
matrik-potensial jauh lebih besar daripada gradien potensial
gravitasi (Sullivan et al., 1996).
Selanjutnya Philip (1957), juga mengusulkan bahwa dengan
memotong solusi seri untuk infiltrasi dari permukaan genangan
air, maka persamaan tingkat infiltrasi yang sederhana dapat
diperoleh yang akan berguna untuk durasi waktu yang kecil.
Persamaan yang diusulkan adalah :
S
f  t 1 / 2  C a
2
.......................(3.16)
Perhatikan persamaan sederhana dari Philips di atas,
sangat mirip dengan persamaan Kostiakov. Sebenarnya
persamaan ini dimodifikasi dari Kostiakov dengan α sama
dengan 0,5. Parameter S dan Ca bergantung pada tanah dan
kadar air awal, dan dapat dievaluasi secara numerik dengan
menggunakan prosedur yang diberikan oleh Philip, jika sifat
difusivitas dan tekanan air (head pressure) sebagai fungsi
kandungan air tanah diketahui. Philips (1957) dan Talsma
(1969), menunjukkan bahwa nilai konstanta laju (Ca), yang
dihasilkan dari penggunaan metode Philip adalah sekitar Ks/3.
Namun, persamaan tersebut memprediksi nilai laju infiltrasi
yang terlalu rendah untuk periode waktu yang lama, karena

96|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


perkiraan ini tidak konsisten secara fisik, dan juga karena t
mendekati nilai tak terbatas. Tingkat infiltrasi harus mendekati
konduktivitas hidrolik jenuh, namun Ca tidak sama dengan Ks
(Philip, 1957; Youngs, 1968, Skaggs et al., 1969).

5. Metode Holtan ;
Sejak tahun 1961, Holtan megembangkan sebuah
persamaan empiris berdasarkan konsep penyimpanan.
Persamaan ini dikembangkan di laboratorium hidrograf USDA
dari Agicultural Research Service (ARS), untuk menyediakan
sarana yang dapat digunakan untuk memperkirakan infiltrasi
dengan menggunakan informasi yang umumnya tersedia, atau
dapat segera diperoleh untuk lahan-lahan milik negara Premis
dari persamaan ini adalah bahwa faktor-faktor yang memiliki
pengaruh terbesar terhadap laju infiltrasi adalah penyimpanan
air tanah, porositas permukaan yang terhubung, dan pengaruh
jalur akar tanaman (Holtan, 1967). Setelah melalui beberapa
modifikasi, bentuk akhir dari persamaan infiltrasi ditulis sebagai
berikut (Holtan dan Lopez, 1971) :
f p  GI.a.(SA)1, 4  f c ...........................(3.17)
Yang mana :
fp = kapasitas infiltrasi pada waktu tertentu (cm/jam)
SA = penyimpanan yang tersedia di lapisan permukaan, A
adalah cakrawala pada waktu tertentu (jam)
GI = indeks pertumbuhan tanaman dalam persen kematangan
a = indeks porositas permukaan yang terhubung
penympanan (in.hr.-1 per (in.)1.4. Ini adalah fungsi dari
kondisi permukaan dan kepadatan akar tanaman.
fc = laju infiltrasi konstan atau steady state dan persamaan
Holtan diperkirakan dari kelompok hidrologi tanah
(cm/jam)
Selanjutnya Holtan memberikan persamaan untuk
mendapatkan variabel SA, sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 97


SA  ( s   i )d ...........................(3.18)
Yang mana :
s = kadar air tanah jenuh %)
i = kadar air volumetrik aktual pada tanah (%)
d = kedalaman dari permukaan lapisan (m)
Menurut Smith (1976), bahwa kurva infiltrasi secara fisik
jauh lebih erat kaitannya dengan gradien kelembaban dan
konduktivitas hidrolik daripada porositas tanah. Oleh karena itu
persamaan Holtan tidak dapat diharapkan untuk
menggambarkan secara memadai tentagproses infiltrasi yang
sebenarnya. Namun, penelitian terbaru telah dilakukan yang
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat
infiltrasi dan porositas tanah (Messing et al., 2005; Kozak dan
Ahuja, 2005). Novotny dan Olem, (1994) menulis bahwa
walaupun model Holtan lebih kompleks daripada Horton, tapi
Holtan nampaknya kurang berbasis fisik, karena berkaitan
dengan tingkat infiltrasi terhadap total kadar air dalam lapisan
kontrol, yang daimbil secara acak pada lapisan pembasahan di
zona tanah tak jenuh.
Oleh karena persamaan Holtan tidak secara langsung
merujuk waktu, maka f (t) sulit dikembangkan. Karena laju
infiltrasi adalah fungsi dari penyimpanan air yang tersedia, maka
persamaan infiltrasi harus dilengkapi dengan penyelesaian
simultan dari persamaan penyimpan sebagai berikut :
SAt  SAt 1  Ft 1  f c t  ...........................(3.19)
Yang mana :
SAt = penyimpanan yang tersedia pada waktu t (cm)
SAt-1 = penyimpanan yang tersedia pada waktu t(cm), atau
SAt-1 = penyimpanan yang tersedia pada langkah waktu
sebelumnya (cm)
Ft-1 = infiltrasi kumulatif pada langkah waktu sebelumnya
(cm)
fc = tingkat infiltrasi konstan akhir (atau tingkat drainase)
(cm/jam)
98|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Δt = waktu berselang (tambahan waktu).

6. Metode Soegeng Djojowirono (1993) :


Formula Soegeng biasanya dipergunakan untuk
menghitung infiltrasi yang terjadi pada sebuah galian, yang
memiliki ukuran lebar (b), panjang (l), dan tinggi galian (h).
S n .b.l
f 
(b.l )  2{(b  l )(n  0,5S n )
.......................(3.20)
Yang mana :
f(t) = Laju Infiltrasi (cm/jam)
Sn = Penurunan air ke-n , dimana Sn =S(n+1)
b = Lebar galian (m)
l = Panjang galian (m)
h = Tinggi galian (m)
Selanjutnya untuk menghitung perkiraan perkolasi air dari
zona aerasi (vedose zone) ke dalam lapisan tanah pada zona
jenuh (freatis zone), terdapat beberapa persamaan yang dapat
dipergunakan, diantarnya adalah :

1. Metode Ground Water Balance


Metode keseimbangan air ini pertama kali dikembangkan
oleh Thornthwaite (1948), lalu kemudian direvisi. Metode
dasarnya adalah prosedur pencatatan, yang memperkirakan
keseimbangan antara arus masuk dan arus keluar air. Di sini,
volume air yang dibutuhkan untuk menjenuhkan tanah
dinyatakan sebagai kedalaman air yang sama, dan disebut defisit
air tanah. Keseimbangan air tanah dapat dituliskan dengan
persamaan sebagai berikut (Kommadath. 2000) :
Ri = P – Ea + W – Ro
.......................(3.21)
Yang mana :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 99


Ri = Pengisian air tanah (perkolasi)
P = Presipitasi (hujan)
Ea = Evapotranspirasi aktual
W = Perubahan cadangan air tanah
Ro = Limpasan (run-off)
Salah satu kondisi yang ditegakkan, adalah jika defisit air
tanah lebih besar dari nilai kritis (disebut konstanta akar), maka
evapotranspirasi akan terjadi, danmemiliki laju yang kurang dari
tingkat potensial. Besarnya konstanta akar bergantung pada
vegetasi, tahap pertumbuhan tanaman dan sifat tanah. Berbagai
teknik untuk memperkirakan Ea, biasanya berdasarkan
persamaan tipe Penman dapat digunakan.
2. Metode Zero Flux Plane
Metode ini bergantung pada lokasi memiliki bidang
gradien hidrolik nol di dalam lapisan tanah. Pengisian ulang
setiap selang waktu, dapat diperoleh dengan penjumlahan
perubahan kandungan air di bawah permukaan tanah. Posisi
bidang flux nol biasanya ditentukan dengan alat tensiometer.
Hukum Darcy memberi nilai flux (q), yang didefinisikan sebagai
volume air per satuan waktu yang melewati area unit pada setiap
kendalaman, sebagai berikut (Kommadath. 2000) :
H
q   K ( ). ................. (3.22)
z
Yang mana :
q = fluxaliran air tanah (volume/waktu)
K() = konduktivitas hidrolik pada tanah tak jenuh
H = tinggi potensial = h() – z
h = potensi matrik (negatif)
z = kedalaman di bawah permukaan (positif)
 = kadar air
Dengan mengetahui nilai konduktivitas hidrolik tak jenuh,
dan gradien potensial, maka nilai flux dapat ditentukan. Alat
Tensiometer atau dengan alat hamburan neutron (neutron

100|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


scattering technique), dapat digunakan untuk mengukur potensi
air. Estimasi konduktivitas hidrolik dibutuhkan beberapa
perhatian, seperti ; (i) K dapat bervariasi, bahkan lebihi kadar air
normal dari tanah tipikal, dan (ii) K berbeda-beda tergantung
pada lokasi tanah, walaupun tanah dianggap bersifat homogen.
3. Metode Ground Water Level Fluctuation
Metode ini tidak langsung untuk menyimpulkan pengisian
ulang dari fluktuasi level air tanah. Kenaikan muka air tanah
pada musim hujan digunakan untuk memperkirakan pengisian
pada air tanah (perkolasi), asalkan level air tanah dapat terbaca
jelas perbedaannya antara awal musim hujan dengan akhir
musim kering. Asumsi dasarnya adalah kenaikan permukaan air
terutama karena adanya resapan curah hujan. Diketahui bahwa
faktor lain seperti pemompaan atau pengairan pada musim hujan
tidak berpengaruh. Jika kenaikan muka air tanah > Ds ( Ds =
resapan curah hujan), maka besarnya pengisian ulang (Ri) dapat
dihitung dengan persamaan berikut (Kommadath. 2000):

Ri = Sy.s + Tp.Rt
.......................(3.23)
Yang mana :
Sy = (specific yield)
s = penambahan specific yield.
Tp = abstraksi, selama musim hujan dibagi dengan luas
area.
Rt = aliran balik, akibat adanya irigasi yang terjadi saat
musim hujan.
Kelemahan mendasar dari persamaan di atas adalah bahwa
arus masuk dan arus keluar dibawah permukaan (subsurface
inflow and outflow) diabaikan, dan mengasumsikan bahwa
setiap arus masuk dan arus keluar didistribusikan secara merata
di atas area tersebut. Ini mungkin benar untuk curah hujan, dan
bahkan untuk arus balik dari irigasi. Tetapi anggapan ini jarang

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 101


benar untuk menggambarkan abstraksi dari akuifer. Saat
pemompaan berkurang atau berhenti pada musim hujan,
penyebaran (redistribution) air tanah akan terjadi, sehingga
bagian kenaikan air yang diamati dapat terjadi karena gejala
pemulihan normal tersebut. Selain itu, persamaan di atas
bergantung pada nilai hasil spesifik, yang sulit ditentukan karena
fluktuasi muka air tanah dapat juga terjadi pada zona jenuh
sebagian.

4. MetodeVaccaro
Vaccaro(2006), mengembangkan suatu analisis model
terhadap perkolasi dengan Deep Percolation Model (DPM)
mencakup komponen hemat energi dan air yang diwakili sebagai
proses fisik di DPM. Komponen proses diwakili dalam
persamaan keseimbangan massa untuk setiap Hydrologic
Response Unit (HRU), sebagai berikut :

R=P–SE–PT–SRO–EI–SUB–(±SNO±SM±IS)±DS
........(3.24)
Yang mana :
R = perkolasi dalam (mengisi ulang).
P = presipitasi (hujan).
SE = penguapan tanah.
PT = transpirasi tanaman.
SRO = limpasan permukaan.
EI = penguapan air yang tercegat.
SUB = sublimasi salju.
± SNO = perubahan dalam snowpack.
± SM = perubahan air tanah di akar atau zona tanah.
± IS = perubahan pada penyimpanan kelembaban yang
disadap
± DS = defisit atau surplus.

102|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Jumlah SE, PT, EI, dan SUB dalam persamaan di atas,
adalah model yang dihitung dari evapotranspirasi aktual.
Perhitungan defisit/surplus (DS) dalam persamaan di atas,
memperhitungkan limpasan permukaan langsung.

5. MetodeSilva
Pemantauan kelembaban tanah dalam profil dengan
dimensi horizontal (R) dan vertikal (L), di mana alat uji(probe)
pada TDR (time-domain-reflectometry) mendistribusikan ait
pada titik (r, z) dalam profil tanah.Tingkat perkolasi air dapat
ditentukan berdasarkan variasi penyimpanan air secara singkat.
interval waktu, seperti yang dijelaskan oleh Silva dkk. (2009):
4 L L

    t dZ    t 1dZ 

i 1  0

LP  0  ....................(3.25)
i
Yang mana:
LP = tingkat perkolasi yang diperkirakan dalam interval
waktu Δt (mm);
θt = kelembaban pada awal interval waktu Δt (m3 m-3);
θt+1 = kelembaban pada akhir interval waktu Δt (m3 m-3);
Z = kedalaman (mm),
L = kedalaman total rencana pemantauan (mm); dan
i = jumlah rencana pemantauan yang digunakan dalam
estimasi.
Penggunaan setiap metode bergantung pada berbagai
prosedur dan alat. Dengan demikian, keputusan untuk memilih
satu atau yang lain harus mempertimbangkan ketepatan metode
dan akurasinya untuk kondisi yang dihadapi, yang penting untuk
konsistensi hasil perhitungan perkolasi dalam berbagai
aplikasinya, misalnya bila digunakan sebagai komponen
keseimbangan air tanah. atau untuk perhitungan efisiensi
aplikasi air di daerah irigasi.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 103


3.3. Air Kapiler
Menurut C. Wolf dalam tulisannya yang berjudul "Vom
Einfluss der Temperatur auf die Erscheinungen in
Haarröhrchen, 1857”, berdasarkan temuan manuskrip bahwa
orang yang pertama melakukan observasi mengenai gaya
kapiler(capillary action) adalah oleh Leonardo da Vinci (1519).
Baru pada tahun 1660, seorang ahli kimia bernama Robert
Boyle, menyatakan bahwa ketika sebuah tabung kapiler
dicelupkan ke dalam air, maka air akan naik lebih tinggi di
dalam tabung dibandingkan air berada di luar tabung.
Selanjutnya beberapa orang lain seperti Honoré Fabri dan Jacob
Bernoulli, berpikir bahwa cairan naik di kapiler karena udara
tidak dapat masuk ke tabung kapiler semudah seperti cairan,
sehingga tekanan udara lebih rendah di dalam tabung kapiler.
Pada saat yang sama orang lain seperti Isaac Vossius,
Giovanni Alfonso Borelli, Louis Carré, Francis Hauksbee, dan
Josia Weitbrecht, berpikir bahwa partikel cairan saling tertarik
satu sama lain dan melekat ke dinding pada tabung kapiler.
James Jurin (1718), yang mengamati bahwa tinggi cairan di
kolom kapiler adalah hanya merupakan fungsi dari luas
penampang melintang di permukaan, bukan dimensi kolom
lainnya.. Dari observasi tersebut Jurin merumuskan tinggi h
pada kolom cair,yang diberikan nama Hukum Jurin(Jurin's
Law). Kemudian pada tahun 1805 dua orang peneliti, masing-
masing Thomas Young (Inggris) dan Pierre Simon Laplace
(Francis), berhasil merumuskan persamaan gaya kapiler yang
disebut Young-Laplace Equation. Selanjutnya Hukum Jurin dan
formula Young-Laplace inilah yang banyak menginspirasi
penemu berikutnya, seperti Carl Friedrich Gauss (Germany)
yang menemukan teori untuk menentukan kondisi batas
(boundary condition) yang mengatur gaya kapiler (1830), Lord
Kelvin (Inggris) yang menemukan efek menikus pada tekanan
uap cair yang dirumuskan dalam formula Kelvin (1871),

104|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


kemudian Franz Ernst Neumann (Germany) yang menemukan
adanya interaksi antar dua cairan yang tidak bercampur (1894).
Hukum Jurin dirumuskan dengan asumsi bahwa dalam
tabung penampang melingkar yang cukup sempit (radius a),
antarmuka antara dua cairan membentuk meniskus yang
merupakan bagian permukaan bola dengan radius R. Lonjakan
tekanan di permukaan ini adalah sebagai berikut :

Spherical meniscus with wetting


angle less than 90°
2
p  and
R
a
R , then;
Cos
2 .Cos
p 
a
Untuk menjaga keseimbangan hidrostatik, tekanan kapiler
yang diinduksi diimbangi dengan perubahan tinggi badan, h,
yang dapat menjadi positif atau negatif, tergantung pada apakah
sudut pembasahan kurang dari atau lebih dari 90 °. Untuk fluida
densitas ρ dan g adalah percepatan gravitasi:
2 .Cos
h ...................(3.26)
a. .g
Persamaan Young-Laplace menghubungkan perbedaan
tekanan dengan bentuk permukaan atau dinding, dan secara
fundamental hal ini penting dalam studi permukaan kapiler
statis. Sistimatika rumusan persamaan Young-Laplace adalah
sebagai berikut:

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 105


p = - ..ň
p = 2 .H
 1 1 
p     ....................(3.27)
 1
R R 2 

Yang mana :
p = perbedaan tekanan pada antarmuka fluida,
 = tegangan permukaan (atau ketegangan dinding),
ň = unit normal menunjukkan keluar dari permukaan
H = kelengkungan rata-rata,
R1, R2 = jari-jari kelengkungan utama.
Dalam kasus umum, untuk permukaan bebas dan bila ada
"tekanan berlebih" yang diterapkan, Δp, pada antarmuka dalam
ekuilibrium, ada keseimbangan antara tekanan yang diberikan,
tekanan hidrostatik dan efek tegangan permukaan. Persamaan
Young-Laplace menjadi:
 1 1 
p  .g.h     ....................(3.28)
 1R R 2 
Persamaan dapat berupa non-dimensional dalam hal skala
panjang karakteristiknya, panjang kapiler:

Lc  ...................(3.29)
 .g
Dan tekanan karaktersitiknya adalah sebesar :

pc    ..g ....................(3.30)
Lc
Air kapiler di dalam tanah merupakan air tanah yang
ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat
dibandingkan gaya gravitasi. Air kapiler bergerak ke samping
atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori
mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3
– 15 atm (pF 2,52 – 4,20).Air kapiler melapisi butiran

106|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


tanah,diikat longgar oleh partikel tanah, dapat dilepaskan oleh
perakaran, dapat diserap akar.
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak
tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai akibat dari
terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan
mereka.Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan
tekanan fluida “non wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting
fasa” (Pw), atau :

Pc  Pnw  Pw ....................(3.31)
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada
ukuran pori-pori dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat
dinyatakan dalam hubungan :
2 . cos
Pc    .g.h ....................(3.32)
r
Yang mana :
Pc = tekanan kapiler
σ = tegangan permukaan antara dua fluida
cos q = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari-jari lengkung pori-pori
Δρ = perbedaan densitas dua fluida
g = percepatan gravitasi
h = tinggi kolom
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting
dalam reservoir fluida dalam tanah seperti air tanah, minyak,
maupun gas, yaitu :
1) Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir.
2) Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas
untuk bergerak atau mengalir melalui pori-pori
reservoir dalam arah vertikal.
Tekanan kapiler dapat timbul karena adanya tarikan
lapisan tipis permukaan air sebelah atas. Kejadian ini

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 107


disebabkan oleh adanya pertemuan antara dua jenis material
yang berbeda sifatnya. Pada prinsipnya, tarikan permukaan
adalah hasil perbedaan gaya tarik antara molekul-molekul pada
bidang singgung pertemuan dua material yang berbeda sifatnya.
Akibat tekanan kapiler, air tanah tertarik keatas melebihi
permukaannya dan mengisi ruang (pori) di antara butiran tanah.
Pori-pori tanah sebenarnya bukan sistem pipa kapiler, tetapi
teori kapiler dapat diterapkan guna mempelajari kelakuan air
pada zone kapiler. Air dalam zone kapiler ini dapat dianggap
bertekanan negative, yaitu mempunyai tekanan di bawah
tekanan atmosfer.

Gambar 3.7.Analog Tekanan Kapilar Air dalam Tanah

108|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Mark L. Porter et al. (2010), meneliti hubungan antara tekanan
kapiler (Pc),kejenuhan (Sw), dan luas antar muka cairan (inter-facial
area, IFA) per volume tanah, yang diukur dengan microtomography
untuk pengujian drainase dan penyerapan air dan fase cairan dalam
skala nonaqueous.Dari penelitian mereka disimpulkan bahwa
secara keseluruhan, model termodinamika terbukti menjadi cara
praktis dan murah untuk memprediksi hubungan antara tekanan
kapiler dengan derajat kejenuhan tanah (Pc–Sw).
Diagram kapilaritas suatu lapisan tanah, dapat dilihat pada
gambar di atas. Tinggi minimum dari hc(min) dipengaruhi oleh
ukuran maksimum pori-pori tanah. Di dalam batas antara
hc(min) dan hc(mak), tanah dapat bersifat jenuh sebagian
(partially saturated). Terzaghi dan Peck (1948) memberikan
hubungan pendekatan antara hc(mak) dan diameter butiran,
sebagai berikut:
C
hc  (mm) ...................(3.33)
e.D10
Yang mana :
hc =tinggi air dalam pipa kapiler (mm)
C =konstanta (C bervariasi antara 10-50 mm2 )
D10 = diameter efektif (mm)
e = angka pori tanah
Tinggi air kapiler untuk berbagai macam tanah diberikan
oleh Hansbo (1975), dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Ketinggian air kapiler (hansbo, 1975)
Kondisi
Jenis Tanah Kondisi padat
Longsor
Pasir Kasar 0,03 - 0,12 m 0,04 – 0,15 m
Pasir Sedang 0,12 – 0,50 m 0,35 – 1,10 m
Pasir Halus 0,30 – 2,00 m 0,40 – 3,50 m
Lanau 1,50 – 10,0 m 2,50 – 12,0 m
Lempung - > 10 m

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 109


Jika pada tanah dapat dianggap sebagai campuran
partikel dan pori-pori, dengan pori-pori membentuk tabung
kapiler. Gaya kapiler dalam tanah telah diuraikan oleh M.G. Bos
et al. (2009) ;

F↑= .cos x 2.r....................(3.34)


Yang mana :
F↑ = gaya ke atas (N)
= Tegangan permukaan air terhadap udara( = 0.073 kg
s−2 at 20°C)
= sudut kontak air dengan tabung (rad); (cos  = 1.0)
r = jari-jari ekivalen tabung (m)
Karena gaya gravitasi, kolom air dengan ketinggian C dan massa
πr2Cρ memberikan gaya ke bawah (F ↓), yang melawan
kenaikan kapiler:
F↓ = r2 Cg ....................(3.35)
Yang mana :
F ↓ = gaya ke bawah (N)
r = densitas air (r = 1.000 kg/m3)
g = percepatan karena gravitasi (g = 9,81 m/det2)
C = tinggi kenaikan kapiler (m)
Pada ekuilibrium, gaya ke atas (F ↑), harus sama dengan gaya ke
bawah (F ↓). Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :
.cos.2r = r2 C..g
Selanjutnya dari korelasi di atas, kemudian dapat memberikan
persamaan untuk kenaikan kapiler (C) sebagai berikut :
2 cos
C ....................(3.36)
gr
3.4. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan bahan yang berpori
untuk meloloskan aliran (rembesan) dari fluida (air/minyak)
melalui rongga atau pori-porinya. Karena semua pori di dalam
tanah saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya,

110|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


sehingga air dapat mengalir dari titik yang berenersi tinggi ke
titik yang berenersi rendah.
Bentuk aliran fluida didalam tanah dapat berbentuk aliran
laminar atau berupa aliran turbulen, tergantung pada tahanan
terhadap aliran tersebut di dalam massa tanah. Tahanan terhadap
aliran/rembesan di dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa
factor, antara lain :
- Ukuran butiran tanah
- Bentuk butiran tanah
- Rapat massa tanah
- Bentuk geometric rongga pori
- Temperatur di dalam tanah
Temperatur di dalam tanah, akan mempengaruhi viscosity
(kekentalan) dan juga mempengaruhi tegangan permukaan pada
fluida yang mengalir.
Jenis tanah yang mempunyai sifat mampu meloloskan
fluida disebut “permeable”, dan sebaliknya jenis tanah yang
mempunyai sifat tidak mampu meloloskan aliran fluida disebut
“impermeable”. Dalam praktek biasa dikenal istilah tanah
“semi-permeable”, yang digunakan untuk menggolongkan tanah
yang mempunyai sifat permeabilitas yang “sangat kecil”.
Fluida di dalam massa tanah akan mengalir dari titik
berenersi tinggi ke titik berenersi rendah. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 111


Gambar 3.8. Bentuk Aliran Vertikal Air Tanah

Partikel air akan bergerak dari ketinggian A ke ketinggian


B, dengan mengikuti lintasan yang berkelok-kelok mengikuti
geometrik rongga/pori yang ada di dalam tanah (Gambar-a).
Demikian pula dengan kecepatan alirannya sangat bervariasi,
tergantung dari ukuran dan konfigurasi rongga/pori di dalam
tanah. Namun di dalam praktek/rekayasa, tanah selalu dianggap
sebagai satu kesatuan, sehingga air dianggap bergerak melewati
lintasan lurus yang disebut “garis aliran” (Gambar-b), dengan
kecepatan aliran yang dinyatakan seragam per satuan jarak
tempuh aliran. Hal semacam ini hanya merupakan bentuk
penyederhanaan model aliran, agar dapat dirumuskan formula
untuk menjelaskannya.
Aliran air di dalam tanah sangat tergantung pada beda
tinggi (tinggi enersi) antara titik asal partikel air ke titik tujuan
partikel air. Tinggi enersi total (total head) adalah tinggi enersi
elevasi (elevation head) – z, ditambah tinggi enersi tekanan
(pressure head) – h, yaitu ketinggian kolom air hA atau hB di
dalam pipa (m), diukur di atas titiknya. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut :

112|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.9 Aliran Fluida di dalam Tanah

Pada analisis aliran air di dalam tanah dengan alat


piezometer, tinggi enersi kecepatan (velocity head) diabaikan
karena nilainya sangat kecil. Ketinggian air di dalam pipa
piezometer menunjukkan tekanan air pada titik tersebut.
Persamaan umum untuk menunjukkan tekanan air pada suatu
titik tertentu dapat dituliskan sebagai berikut :

p = w.h....................(3.37)
Yang mana :
p = tekanan air (t/m2 atau kN/m2)
w = berat volume air (t/m3 atau kN/m3)
h = tinggi enersi tekanan (m)
Dari persamaan di atas, selanjutnya tinggi enersi tekanan
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 113


p
h ....................(3.38)
w
Sehingga tinggi enersi tekanan (pressure head) pada titik-
A dan titik-B dari pipa Piezometer di atas, dapat dituliskan
sebagai berikut :
p p
hA  A dan hB  B ...................(3.39)
w w
Tekanan air pori biasanya dinyatakan dalam tekanan
atmosfir relative. Ketinggian air dengan tekanan atmosfir “nol”,
dinyatakan terhadap permukaan air tanah (permukaan freatis).
Munculnya “artesis” dapat terjadi apabila lapisan tanah
miring yang berpermeabilitas tinggi (permeable), diapit oleh dua
lapisan tanah yang bermeabilitas rendah (semi permeable) atau
tanah yang tidak berpermeabilitas (impermeable).

Hukum Bernoulli :
Teorema Bernoulli dapat menggambarkan tinggi enersi
total (total head) pada aliran fluida, yang terletak di suatu titik di
bawah permukaan air tanah, sehingga terpengaruh oleh tekanan
hidrostatis.
Menurut Bernoulli bahwa total head pada titik A dapat
dinyatakan sebagai berikut :
p v2
hA  A   z ....................(3.40)
 w 2.g
Yang mana :
hA = tinggi enersi total (total head) – (m)
pA
= tinggi enersi tekanan (pressure head) – (m)
w
v2
= tinggi enersi kecepatan (velocity head) – (m)
2.g
p = tekanan air (t/m2 atau kN/m2)

114|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


w = berat volume air (t/m3 atau kN/m3)
v = kecepatan air (m/det)
g = percapatan gravitasi (m/det2)
z = tinggi enersi elevasi (m)
Oleh karena kecepatan rembesan (v) di dalam tanah sangat
kecil, maka tinggi enersi kecepatan dalam persamaan Bernoulli
dapat diabaikan. Sehingga persamaan di atas dapat dituliskan
sebagai berikut :
p
hA  A  z ...................(3.41)
w
Debit aliran fluida yang melewati tanah yang
diperlihatkan pada gambar di atas, dapat dirumuskan sebagai
berikut :

q = v.A ....................(3.42)

Yang mana :
q = debit rembesan (m3)
v = kecepatan air (m/det)
A = luas penampang pengaliran (m2)
Kehilangan tinggi enersi antara titik-A dengan titik-B,
dapat dihitung dari persamaan Bernoulli sebagai berikut :
h = hA – hB
p  p 
h   A  z A    B  z B  .....................(3.43)
 w   w 
Nilai tinggi enersi elevasi (z) diambil positif bila titik yang
ditinjau terletak di atas bidang referensi, dan diambil negative
bila terletak di bawah bidang referensi.
Jarak vertical antara elevasi titik-A dengan titik-B (h),
disebut tinggi enersi hidrolik (hydrolic head).
Karena hA dan hB berturut-turut adalah tinggi enersi
tekanan pada titik-A dan titik-B, maka “gradien hidrolik” dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 115


h
i ...................(3.44)
L
Yang mana :
i = gradien hidrolik (hydrolic gradient)
h = kehilangan tinggi enersi
L = jarak tempuh aliran dari titik A ke titik-B.

Apabila kecepatan aliran air di dalam tanah “nol”, maka


ketinggian air di dalam semua pipa piezometer akan
menunjukkan elevasi yang sama, dan berimpit dengan
permukaan horizontal air tanah. Sedangkan bila ada aliran air di
dalam tanah, maka ketinggian air di dalam pipa piezometer akan
berkurang sesuai dengan jarak alirannya.
Hukum Darcy :
Hubungan antara kecepatan aliran fluida di dalam tanah
(v) dengan gradien hidrolik (i), dirumuskan oleh Darcy (1956)
sebagai berikut :

v = k.i .....................(3.45)
Yang mana :
v = kecepatan aliran (cm/det)
k = koefisien permeabilitas (cm/det)
i = gradient hidrolik

Dengan subtitusi nilai v di atas ke dalam persamaan


Bernoulli, maka didapat hubungan sebagai berikut :

q = v.A = k.i.A.....................(3.46)

Koefisien permeabilitas (k) menunjukkan ukuran tahanan


tanah terhadap aliran air, yang dapat dirumuskan sebagai berikut
:

116|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


K . w .g
k (cm / det)  ....................(3.47)

Yang mana :
K = Koefisien absolute (cm2), tergantung dari sifat
butiran tanah.
w = rapat massa air (gram/cm3)
g = percepatan gravitasi (cm/det2)
 = koefisien kekentalan air (gram/cm.det)
Kecepatan aliran yang dirumuskan oleh Darcy di atas,
memperhitungkan luas kotor penampang tanah (termasuk yang
tertutup butiran). Akan tetapi kenyataan bahwa air hanya bisa
mengalir melewati ruang pori, maka kecepatan nyata (vs)
rembesan yang melewati rongga tanah, dirumuskan sebagai
berikut :
v k .i
vs   ...................(3.48)
n n
Vv
Yang mana : n = porositas =
V
Nilai k (koefisien permeabilitas) sangat tergantung pada
jenis tanah dan temperatur tanah. Temperatur biasanya diambil
22o C.

Tabel 3.3 Nilai koefisien permeabilitas (k) pada temperature


22o C.
Jenis Tanah k (mm/det)
Butiran kasar 10 – 103
Kerikil halus, butiran kasar bercampur 10-2 – 10
pasir butiran sedang 10-4 – 10-2
Pasir halus, lanau longgar 10-5 – 10-4
Lanau padat, lanau berlempung 10-8 – 10-5
Lempung berlanau, lempung

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 117


Nilai k (koefisien permeabilitas) pada sembarang
temperature (T), dapat dirumuskan sebagai berikut :
k 20 ( w20 )( T )
 .....................(3.49)
kT ( wT )(  20 )
Yang mana :
k20 = koefisien permeabilitas pada temperature 20o
C.
w20 = berat volume air pada temperature 20o C.
20 = koefisien kekentalan air pada temperature 20o
C.
kT = koefisien permeabilitas pada temperature To C.
wT = berat volume air pada temperature To C.
T = koefisien kekentalan air pada temperature To C.
( )
Apabila nilai w20 mendekati 1,00 (beda suhu kecil), maka :
( wT )
k 20 ( T )
 , sehingga di dapat :
kT (  20 )
( )
kT  k 20 20 , atau :
( T )
( )
k 20  kT T .......................(3.50)
(  20 )
( T )
Yang mana nilai untuk berbagai variasi temperatur dapat
(  20 )
dilihat pada tabel berikut ini :

( T )
Tabel 3.4. Nilai untuk berbagai variasi temperatur.
(  20 )
Temperatur ( T ) Temperatur ( T )
To C (  20 ) To C (  20 )
10 1,298 21 0,975
118|Dasar-Dasar
11 Mekanika
1,263Tanah
22 0,952
12 1,228 23 0,930
13 1,195
Hukum Darcy v = ki, hanya cocok untuk aliran laminar,
yaitu bila gradient hidrolik hanya sampai gradient hidrolik kritis
(icr) dan kecepatannya hanya sampai titik kritis (vcr). Dalam
gambar 3.4, di luar L, (i>icr), filtrasi berupa aliran turbulen
dengan kecepatan rembesan v>vcr .
Beberapa studi telah dibuat untuk menyelidiki ketepatan
hukum ini. Studi yang cukup dikenal adalah yang dilakukan oleh
Muskat (1937). Kriteria nilai batas diberikan oleh bilangan
Reynold. Untuk aliran di dalam tanah, bilangan Reynold (Rn)
diberikan menurut hubungan :
 .D.w
Rn 

.......................(3.51)
Yang mana : v = kecepatan air (cm/det)
D = diameter rata-rata butiran tanah (cm)
𝛾w = berat volume cairan (g/cm3)
𝜇 = koefisien kekentalan (g/cm.det)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 119


Gambar 3.9 Zone Laminer dam turbulen (Taylor,1948)

Untuk aliran laminar di dalam tanah, hasil pengamatan


menunjukkan hubungan sebagai berikut :
 .D.w
Rn  1

.......................(3.52)
Sebagai contoh dilakukan hitungan untuk tanah pasir, berikut:
k = 100 (D10)2
Dengan k dalam cm/det dan D10 adalah ukuran butiran
efektif dalam cm, maka nilai k = 100 (0,045)2 = 0,203 cm/det.
Dengan menganggap i = 1, maka v = ki= 0,203 cm/det.
Berat jenis air, 𝛾w = 1, μ20 = 0,98.10-3 (g/cm det), maka :
(0,203)(0,045)(1)
Rn   0,9  1
0,98 x10 3
Dari hitungan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
aliran air lewat berbagai macam jenis tanah (pasir, lanau,
lempung), adalah laminar. Dengan demikian, Hukum Darcy
tepat untuk hitungan aliran rembesan di dalam tanah. Pada pasir
120|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
kasar, kerikil dan batuan, aliran turbulen mungkin dapat terjadi.
Untuk ini, gradien hidrolik diberikan menurut persamaan
(Forchheimer, 1902):
i = av + bv2
.......................(3.53)
Dengan variabel a dan bsebagai konstanta eksperimental.
Leps (1973) memberikan persamaan kecepatan air lewat rongga
pori sebagai berikut :
,
= 𝑖 , ....................(3.54)
Yang mana :
vv= kecepatan rata-rata air lewat pori
C= konstanta yang mesrupakan fungsi bentuk dan
kekasaran partikel batuan
RH= radius hidrolik rata-rata
i = gradien hidrolik
Ada empat macam pengujian untuk menentukan koefisien
permeabilitas di laboratorium, yaitu :
(a) Uji tinggi energi tetap (constant-head)
(b) Uji tinggi energi turun (falling-head)
(c) Penentuan secara tidak langsung dari uji konsolidasi
(d) Penentuan secara tidak langsung dari uji kapiler
horizontal
3.4.1. Uji Permeabilitas Tinggi Energi Tetap (Constant-
head).
Pengujian ini cocok digunakan untuk jenis tanah granular.
Tanah sebagai benda uji diletakkan di dalam silinder. Prinsip
pengujian dapat dilihat gambar berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 121


Gambar 3.10. Prinsip Uji Permeabilitas dengan Constant-Head

Pada gambar di atasterlihat bahwa tinggi energi hilang


adalah h. Aliran air lewat tanah diatur. Banyaknya air yang
keluar ditampung di dalam gelas ukuran. Waktu pengumpulan
air dicatat. Data pengamatan yang diperoleh, kemudian
disubstitusikan ke dalam persamaan Darcy:
= . = . 𝑖. . .......................(3.55)
dengan A adalah penampang benda uji dan Q adalah volume air
dalam gelas ukuran. Karena i = h/L, dengan L adalah panjang
benda uji atau panjang pengaliran, maka Q = k(h/L)At. Dari
persamaan ini, diperoleh:
Q.L
k .......................(3.56)
h. A.t
Suku persamaan di sebelah kanan diperoleh dari hasil
pengujian. Dengan substitusi masing-masing nilainya, maka
nilai koefisien permeabilitas (k) akan dapat diperoleh.

3.4.2. Uji Permeabilitas Tinggi Energi Turun (Falling-


head).

122|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Uji permeabilitas dengan tinggi energi turun (falling-head)
lebih cocok untuk tanah berbutir halus. Prinsip uji permeabilitas
falling headdiperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 3.11. Prinsip Uji Permeabilitas dengan Falling-Head

Tanah benda uji dimasukkan di dalam tabung. Pipa


pengukur dan dibiarkan mengalir lewat benda uji. Ketinggian air
pada awal pengujian (h1) pada saat waktu t1 = 0 dicatat. Pada
waktu tertentu(t2) setelah pengujian berlangsung, muka air
menjadi h2. Debit rembesan dihitung dengan persamaan :
h dh
q  k.i. A  k A  a ....................(3.57)
L dt
Yang mana :
h = perbedaan tinggi pada sembarang waktu t (m)
A = luas potongan melintang benda uji (m2)
a = luas pipa pengukur (m2)
L = panjang benda uji atau panjang pengaliran (m)
Selanjutnya persamaan tersebut diintegralkan, akan didapat :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 123


t a.L  dh 
h2
0
dt      ....................(3.58)
A.k  h 
h1

Selanjutnya didapatkan nilai t sebagai berikut :


aL  h1 
t ln   ....................(3.59)
A.k  h2 
Nilai-nilai a, L, A, t, h1 dan h2 diperoleh dari pencatatan
selama pengujian. Dari sini koefisien permeabilitas (k) dapat
dihitung :
 aL   h 
k  2,303  log 1  ....................(3.60)
 A.t   h2 

3.4.3. Uji Permeabilitas Dari Uji Konsolidasi (Tidak


Langsung)
Koefisien permabilitas tanah lempung dari 10-6 sampai 10-
9
cm/det dapat ditentukan dalam sebuah falling head
permeameter yang direncanakan khusus dari percobaan
konsolidasi. Pada alat ini, luas tinggi, tinggi tekanan dapat dibuat
dengan jalan pemberian tekanan udara. Skema alat ini
ditunjukkan pada gambar berikut :

124|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.12. Uji Permeabilitas dengan alat konsolidasi

Penentuan koefisien permeabilitas diperoleh dari


persamaan konsolidasi sebagai berikut :
Cv.t
Tv  2 …...........................(3.61)
H
Yang mana :
Cv = koefisien konsolidasi
t = waktu pengaliran
Tv = factor waktu
H = panjang rata-rata lintasan drainase
Koefisien perubahan volume, dinyatakan oleh persamaan:
e
mv  …...........................(3.62)
 (1  e)
Yang mana :
e = perubahan angka pori pada perubahan tekanan
tertentu
△ 𝜎 = tambahan tekanan yang diterapkan
Koefisien konsolidasi, dinyatakan oleh persamaan:

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 125


k
Cv  …...........................(3.63)
w.mv
Yang mana :
𝛾 = berat volume air
Nilai tersebut di subtitusi pada persamaan sebelumnya,
dihasilkan :
Tv.w.e.H 2
k …...........................(3.64)
t. (1  e)
Untuk 50% konsolidasi, Tv = 0,198, maka diperoleh persamaan
koefisien permeabilitas adalah :
0,198.w.e.H 2
k …...........................(3.65)
t 50 . (1  e)
3.4.4. Uji Permeabilitas Dari Uji Kapiler (Tidak Langsung)
Tanah dimasukkan dalam tabung dan dipasang dengan
posisi mendatar. Jika katup A dibuka, air dalam bak penampung
akan masuk ke dalam tabung alat pengujian melaluyi silinder
tanah secara kapiler. Jarak x dari titik 1 adalah fungsi dari waktu
t.Prinsip dasar dari uji kapiler horizontal dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 3.13. Uji kapiler horizontal

126|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Pada titik 1, tinggi energi total (total head) adalah nol.
Pada titik 2 (dekat dengan permukaan basah), tinggi energi total
adalah sebesar (h+hc).
Dengan menggunakan percamaan Darcy :
= = 𝑖................................(3.66)
Yang mana :
n = porositas
S = derajat kejenuhan tanah
vs = kecepatan air merembes lewat rongga pori
dx
karena : vs  ...................(3.67)
dt
dan :
(enersitota lpadatitik1)  (enersitota lpadatitik2)
i
x
0  (h  hc ) h  hc
i  ...................(3.68)
x x
Dari substitusi Persamaan (3.29) dan (3.30) ke dalam
Persamaan 3.28), diperoleh :
ℎ+ℎ
= =

∫ = ∫ ℎ+ℎ

Diselesaikan, didapat :
x2  x1
2 2
2k
 h  hc  ...................(3.69)
t n.S

Persamaan di atas adalah hubungan dasar yang


digunakan untuk menentukan koefisien permeabilitas, dengan
derajat kejenuhan tanah selama air bergerak dianggap 100%.
Kenyataannya nilai S tanah bervariasi antara 75%-90%.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 127


Gambar 3.14. Uji permeabilitas kapiler horizontal

Cara uji kapiler horizontal adalah sebagai berikut :


(1) Buka katup A.
(2) Segera sesudah air mengalir, dicatat waktu (t) yang
dibutuhkan untuk pegaliran sepanjang x.
(3) Ketika air terdepan telah mengaluir kira-kira setengah
panjang benda uji (x = L/2), tutup katup A dan buka katup
B.
(4) Lanjutkan sampai gerakan air mencapai x = L.
(5) Tutup katup B. Ambil tanah benda uji dan tentukan kadar
air dan derajat kejenuhannya.
(6) Gambarkan hubungan antara x2 terhadap waktu (t).
Gambar 3.10 memperlihatkan sifat khusus dari grafik yang
diperoleh. Bagian oa adalah hasil plot dari pembacaan data
pada langkah butir (2), dan bagian ab dalam langkah butir
(4).
(7) Dari Persamaan(3.31a) dapat diperoleh :
△( )
= ℎ+ℎ

.........................(3.70)

128|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Suku persamaan sebelah kiri menunjukkan kemiringan
dari garis lurus x2 terhadap t.
(8) Tentukan kemiringan garis oa dan ab, misal m1 dan m2,
maka
= ℎ+ℎ dan = ℎ+ℎ
Karena n, S, h1, h2, m1 dan m2 ditentukan dari hasil
pengujian, maka kedua persamaan hanya mengandung 2
bilangan yang tak diketahui, yaitu k dan hc. Dari kedua
persamaan ini, maka nilai k dapat dihitung.

3.4.5. Uji Permeabilitas Dengan Sumur Bor (Uji Lapangan)


Cara pemompaan air dari sumur uji dapat dipakai untuk
menentukan koefisien permeabilitas (k) di lapangan. Dalam cara
ini, sebuah sumur digali dan airnya dipompa dengan debit air
tertentu secara kontinu (lihat gambar berikut). Bergantung pada
sifat tanah, pengujian dapat berlangsung sampai beberapa hari,
sampai penurunan permukaan air tanah akibat pemompaan
menunjukkan kedudukanyang tetap. Permukaan penurunan
yang telah stabil, yaitu garis penurunan muka air tanah yang
terendah, diamati dari beberapa sumur pengamat yang digali di
sekitar sumur pengujian tersebut. Penurunan muka air terendah
terendah terdapat pada sumur uji.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 129


Gambar 3.15. Sumur Uji untuk Pengujian Permeabilitas

Untuk menghitung koefisien permeabilitas (k),


diperlukan paling sedikit dua sumur pengamat. penurunan
permukaan air di suatu lokasi, berkurang dengan bertambahnya
jarak dari sumur uji. Bentuk teoritis garis penurunan berupa
lingkaran dengan pusat lingkaran pada sumur uji. Jari-jari R
dalam teori hidrolika sumuran disebut jari-jari pengaruh kerucut
penurunan (radius of influence of the depression cone).
Aliran air ke dalam sumur merupakajn aliran gravitasi,
dimana muka air tanahmengalami tekanan atmosfer. Debit
pemompaan pada kondisi aliran yang telah dinyatakan oleh
persamaan Darcy :

= = 𝑖 = / /
............(3.71)
Yang mana :

130|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


v = kecapatan aliran (m/det)
A = luas aliran (m2)
i = dy/dx = gradient hidrolik
dy = ordinat kurva penurunan
dx = absis kurva penurunan
Luas penampang pengaliran A dapa dianggap sebagai sebuah
tabung vertikal dengan tinggi y dengan jari-jari x. Jadi,
= 𝜋
.........................(3.72)
Bila kemurungan kurva penurunan air adalah dy?dx = i, maka
persamaan debit air yang masuk ke dalam sumur :
= ( ) 𝜋
Dengan pemisahan variable dan integrasi, diperoleh:
∫ = ∫
𝜋
untuk y1 = h, y2 = y dan x1 = ro, x2 = x, maka
−ℎ =
𝜋
.........................(3.73)
Jika terdapat dua sumur pengamat sembarang, y2 = h2 , y1 = h1
dan x1 = r1 dan x2 = r2, maka diperoleh:
ℎ −ℎ =
𝜋
atau
,
= = log
𝜋 ℎ −ℎ 𝜋 ℎ −ℎ
Bila x1 = ro dan x2 = R, dan untuk y1 = h dan y2 = H, maka
∫ = ∫
ℎ 𝜋
− ℎ =
𝜋

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 131


=
𝜋 −ℎ
.........................(3.74)
atau
,
= log
𝜋 ℎ −ℎ
.........................(3.75)
Jika penurunan muka air maksimum pada debit Q
tertentu adalah Smak, sedang Smak = H –h, maka akan diperoleh :
,
= log
𝜋 − 𝑎 𝑎
.........................(3.76)
Dari hasil opengamatan yang dilakukan oleh Sichrady
(1930), R dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan:
R = 3000 S √ k (m)
.........................(3.77)
Yang mana :
S= penurunan muka air maksimum (m)
k = koefisien permeabilitas tanah (m/det)
Persamaan ini memberikan nilaii R yang sangat hati-hati
(aman). Bila dalam praktek R tidak tersedia, nilai R dari Sirhardt
tersebut dapat dipakai karena tidak menghasilkan kesalahan
yang besar.
Unrtuk penurunan muka air yang lebih besar, pada
sumur-sumur tunggal,, Weber (1928) memberikan persamaan
untuk lingkaran pengaruh R, sebagai berikut :
= √{ / }
.........................(3.78)
Yang mana :
k = koefisien permeabilitas tanah(m/det)
c = koefisien yang nilainya merndekati 3
H = tebal lapisan air didukur dari lapisan kedap air (m)
t = waktu penurunan (detik)

132|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


n = porositas tanah n yang bervariasi dari 0,25 (pasir
kasar) sampai 0,34(pasir halus). Nilai rata-rata n =
0,30 dapat digunakan.
Kozeny juga mengusulkan persamaan:

= √ √
𝜋

.........................(3.79)
dengan,
n = porositas
R = jari-jari pengaruh (m)
t = lama waktu pemompaan sumur (detik)
Jika dasar sumur tidak sampai menembus lapisan kedap
air, oleh Mansur dan Kaufman (1962) menyarankan persamaan:
𝜋 { − − } ,
= [ + , + 𝑖 ] ........(3.80)
, /

Yang mana :
ro = jari-jari sumur uji,
t = tebal lapisan air dalam sumur,
H = jarak muka air tanah terhadap permukaan lapisan kedap
air,
R = jari-jari pengaruh dan
s = jarak dasar sumur terhadap lapisan kedap air di bawahnya.
Jumikis (1962) meberikan nilai perloraam lingkaran
pengaruh R hasil pengumpulan dari bebrapa data pada jenis
tanah tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam berikut.

Tabel 3.5. Liingkaran pengaruh R pada berbagai jenis tanah

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 133


TANAH
Jenis Tanah Ukuran Butir R(m)
(mm)
 Kerikil kasar > 10 > 1500
 Kerikil sedang 2 – 10 500 – 1500
 Kerikil halus 1–2 400 – 500
 Pasir kasar 0,50 – 1 200 – 400
 Pasir sedang 0,25 – 0,50 100 – 200
 Pasir halus 0,10 – 0,25 50 – 100
 Pasir sangat halus 0,05 – 0,10 10 – 50
 Pasir berlanau 0,025 – 0,025 5 – 10

3.4.6. Uji Permeabilitas Dengan Sumur Artesis (Uji


Lapangan)
Pada pengujian ini, sumur dibangun menembus lapisan
tanah yang mudah meloloskan air, di mana lapisan ini diapit oleh
dua lapisan tanah yang kedap air di sebelah atas bawahnya. Air
yang mengalir dipengaruhi oleh tekanan artesis. Sumur dapat
digali sampai memebus dasar, di tengah, maupun pada batas atas
lapisan lolos air (lihat gambar berikut).
Debit arah radial:
=
.........................(3.81)
Yang mana :
q = debit arah radial (m3/det)
A =2
T = tebal lapisan lolos air (m)
dy/dx = i = gradien hidrolik

134|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.16. Uji permeabilitas pada Sumur Artesis

Aliran air ke sumur dengan pipa berlubang yqang


tertutup pada bagian dasarnya, akan berupa aliran radial:
= = =
𝜋
=
𝜋
∫ = ∫
ℎ 𝜋
−ℎ =
𝜋
(3.39)
= .....................(3.82)
𝜋 −ℎ

Dari Persamaan (3.82), dengan H – h = Smak, akan diperoleh :

/
= .......................(3.83)
, 𝑎

Jika terdapat dua sumur pemeriksaan :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 135


/
=
, −
.........................(3.84)
Jika hanya terdapat satu sumur pemeriksaan :
/
=
, 𝑎 −
.........................(3.85)
Yang mana :
Smak = penuturan muka air pada sumur uji
S1 = penurunan muka air pada sumur pemeriksaan 1
S2 = penurunan muka air pada sumur pemeriksaan 2
eo = jari-jari pipa sumur uji
r1, r2 = jarah dari sumur uji ke sumur pemeriksaan

3.4.7. Uji Permeabilitas Dengan Lubang (Uji Langsung)


Pada waktu ini terdapat bebrapa cara untuk uji
permeabilitas di lapangan, misalnya pengujian dengan
menggunakan lubang bor (USBR, 1961). Cara ini, air diizinkan
mengalir dengan tinggi yang tetap, ke dalam atau ke luar dari
lapisan yang diuji, lewat ujujng dari lubang pipa bor. Skema
pengujian dapat dilihat pada gambar berikut.

136|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.17 Uji permeabilitqas dengan lubang bor (USBR,
1961)

Ujung terbawah lubang bor harus lebih dari 5d, diukur dari
lapisam atas dan bawah, dengan d adalah diameter dalam lubang
pipa. Ketinggian air di dalam lubang bor dipelihara konstan,
perbedaan tinggi antara ar di dalam pipa dan muka air tanah = h.
Debit q yang konstan untuk memelihara ketinggian air
supaya konstan, diukur. Besar koefsisien permeabilitas, dihitung
dengan persamaan yang dikembangkan dari percobaan analogi
elektris sebagai berikut:
=
, ℎ
.........................(3.86)
Yang mana :
d = diameter dalam pipa
h = beda tinggi air
q = debit untuk memelihara tinggi energi yang sama.

3.4.8. Uji Permeabilitas Dengan Lubang Variable-Head


Dalam pengujian dengan tinggi energi berubah-ubah
(variable-head), debit yang mengalir dari lapisan ke dalam
lubang bor diukur dengan mencatat waktu (t) pada ketinggian air
relative di dalam lubang tinggi dari h1ke h2. Hvorslev
memberikan rumus untuk menentukan permeabilitas dalam
sejumlah lubang bor, dua contohnya diberikan dalam gambar di
bawah ini.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 137


Gambar 3.18. Uji permeabilitas dengan lubang bor, (a) dan (b)
(variable head)
Cara pertama, pipa bor dengan diameter dalam d, ditekan
pada jarak yang tidak terlalu dalam D (taklebih dari 1,5m) di
bawah muka air pada lapisan yang dianggap mempunyai tebal
yak berhingga (Gambar-a). Aliran yang terjadi, lewat lubang di
ujung pipa bor. Koefisien permeabilitas untuk kondisi ini
diberikan menurut persamaan :
𝜋 ℎ
=

.........................(3.87)
Cara kedua, sebuah lubang bor dengan pipa (casing) yang
dilubangi pada bagian bawahnya sepanjang L (bias dengan pipa
atau tanpa pipa), dimamna L > 4d, di dalam lapisan yang
dianggap berkedalaman tak berhingga (Gambar-b). Koefisien
permeabilitas dalam kondisi ini diberikan menurut persamaan :
𝐿 ℎ
= ln ln .........................(3.89)
𝐿 ℎ

3.4.9. Uji Permeabilitas Dengan Kecepatan Rembesan


Koefisien permeabilitas tanah berbutir kasar, dapat
diperoleh dari pengujian kecepatan rembesan di lapangan. Cara
ini meliputi penggalian lubang tanpa pipa (trial-pit) pada dua

138|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


titik A dan B (lihat gambar berikut), dimana aliran rembesan
berjalan dari A ke B.

Gambar 3.19. Uji permeabilitas dengan pengukuran kecepatan


rembesan
Gradien hidrolik (i), ditentukan dari perbedaan muka air
yang tetap padalubang bor A dan B, dibagi dengan jarak AB.
Pada lubang A diimasukkan bahan warna. Waktu perjalanan
bahan warna dari A ke B dicatat. Kecepatan rembesan dihitung
dari panjang AB dibagi dengan waktu. Selanjutnya porositas
tanah (n)dapat ditentukan dalam percobaan laboratorium. Nilai
koefisien permeabilitas dihitung dengan persamaan:

=
.........................(3.90)

3.4.10. Menghitung Permeabilitas Secara Teoritis


Telah disebutkan bahwa aliran yang menembus lapisan
yang lebih halus dari kerikil kasar adalah laminar. Hubungan
antara pori-pori di dalam tanah, dapat dibayangkan sebagai
sejumlah pipa-piipa kapiler yang memungkinkan air lewat.
Menurut Hagen dan Poiseulle, banyaknya aliran air dalam
satuan waktu (q) yang lewat pipa dengan jari-jari R , dapat
dinyatakan dengan persamaan:

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 139


 wS 2
q R a
8
.........................(3.91)
Yang mana :
𝛾 = berat volume air
𝜇 = koefisien kekentalan absolute
a = luas penampang pipa
S = gradien hidrolik
Jari-jari hidrolik RH dari pipa kapiler dinyatakan olehh
persamaan:
𝜋
= = =
ℎ 𝜋
.........................(3.92)

Dari Persamaan (3.46) dan (3.47), diperoleh hubungan


=
𝜇
.........................(3.92)

Jadi untukn aliran laminar, aliran leawat smebarang


penampang dapat dinyarakan oleh persamaan umum:
=
𝜇
.........................(3.93)

Dengan Cs adalah factor bentuk, makakecepatan rata-rata


aliran dinyatakan dengan persamaan:
= =
𝜇
.........................(3.94)
Dalam kenyataan, hubungan antara ruang pori dapat
dianggap sebagai saluran yang berkelok-kelok (lihat gambar).
Persamaan (3.92), S dapat dinyatakan sebagai ∆h /∆L1,
Selanjutnyadidapat :

140|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


= = =
= ⁄
...........(3.95)

Gambar 3.20. Aliran air di dalam tanah

Jika volume tanah total dalah V dan porositas = n, maka


volume pori Vv = nV. Dengan mengambil Sv = permukaan per
satuan volume tanah, dari Persamaan (3.95).
= =
.........................(3.96)

Substitusi Persamaan (3.96) ke dalam Persamaan (3.50)


dengan mengambil va = vs (dengan vs adalah kecepatan air nyata
lewat rongga pori), diperoleh :
=
𝜇
.........................(3.97)

Gradien hidrolik (i) yang digunakan dalam persamaan ini,


adalah gradien mikroskopis. Faktor S dalam Persamaan (3.97)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 141


adalah gradien mikroskopis untuk aliran lewat tanah. Dari
Gambar 3.20, i = ∆h/∆L1, maka :
∆ℎ ∆𝐿
𝑖= =
∆𝐿 ∆𝐿
.........................(3.98)

atau : = .........................(3.99)
Dengan T adalah ∆L1/∆L.

Persamaan kecepatan rembesan dalam tanah (vs) :

∆𝐿
= = .........................(3.100)
∆𝐿

Dengan v = kecepatan aliran. Substitusi persamaan


(3.100) dan (3.99) ke dalam Persamaan (3.97), akan diperoleh :
=
𝜇
Dengan vs adalah kecepatan air lewat rongga pori. Bila
akan dihitung kecepatan air lewat luas kotor dari penampang
tanah :
= 𝑖 .........................(3.101)
𝜇

Dalam Persamaan (3.101) Sv adalah luas permukaan per satuan


volume tanah. Jika didefiniskan Sssebagai luas permukaan per
satuan volume tanah padat, maka :
= .........................(3.102)

Dengan Vs adalah volume padat tanah dalam volume V, yaitu :


= −
Maka,

= = = .........................(3.103)
− −

142|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Kombinasi persamaan (3.101) dan (3.103), diperoleh :
= 𝑖
𝜇 −

= 𝑖 .........................(3.104)
𝜇 +

Dengan e adalah angka pori persamaan ini merupakan


hubungan persamaan Kozeny (1927) – Carman (1956).
Karena v = ki, maka :
= .........................(3.105)
𝜇 +

Persamaan permeabilitas absolute dinyatakan oleh:


𝜇
= .........................(3.106)

Maka :
= .........................(3.107)
+

Persamaan Kozeny-Carman baik untuk tanah berbutir


kasar, seperti pasir dan beberapa tanah lanau. Ketidakcocokan
yang serius terjadi bila persamaan ini digunakan untuk tanah
lempung. untuk tanah granuler, factor bentuk Cs mendekati 2,5
dan factor belokan T mendekati nilai√ .

3.4.11. Korelasi Permeabilitas dan Angka Pori Tanah


Granuler
Didasarkan pada Persamaan (3.105), koefisien
permeabilitas dapat didekati dengan persamaan:
≈ .........................(3.108)
+
⁄ +
atau : = ⁄ +
.........................(3.109)
Dimana k1 dan k2 adalah koefisien permeabilitas tanah pada
kondisi e1 dan e2.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 143


Beberapa hubungan yang lain dari persamaan koefisien
permeabilitas dan angka pori telah disusulkan, antara lain:
≈ .........................(3.110)
+
≈ .........................(3.111)
Untuk pembanding ketepatan persamaan tersebut,
beberapa hasil pengamatan uji laboratorium constant-head, pada
tanah pasir seragam dari Madison ditunjukkan dalam tabel
berikut :

Tabel 3.6.Koefisien permeabilitas pasir seragam Madison,


dari uji constant-head; D10 = 0,2 mm.
Nomor Angka K20
e2
Pengujian pori (e) (mm/det) + +
1 0,797 0,504 0,282 0,353 0,635
2 0,704 0,394 0,205 0,291 0,496
3 0,606 0,303 0,139 0,229 0,367
4 0,804 0,539 0,228 0,358 0,646
5 0,688 0,356 0,193 0,280 0,473
6 0,617 0,286 0,144 0,235 0,381
7 0,755 0,490 0,245 0,325 0,570
8 0,687 0,436 0,192 0,280 0,472
9 0,582 0,275 0,125 0,214 0,339

A. Hasen (1911), mengusulkan persamaan empiris untuk


koefisien permeabilitas sebagai berikut :
k = 100.(D10)2 .........................(3.112)
Dengan k dalam cm/detik dan D10 adalah ukuran diameter
efektif butir tanah dalam cm. Persamaan (3.112) diperoleh dari
hasil pengujian Hasen, di mana ukuran efektif tanah bervariasi
dari 0,1 ke 3 mm dan koefisien keseragaman (Cu) untuk seluruh
tanah yang kurang dari 5. Koefisien 100 adalah nilai rata-
ratanya.. Pengujian yang tersendiri memperlihatkan variasi
koefisien, dari 41 sampai 146. Walaupun persamaan Hazen

144|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


hanya pendekatan, tapi memperlihatkan kesamaan dengan
persamaan (3.111).
Casagrande juga mengusulkan hubungan empiris untuk
nilai k pada tanah pasir bersih, sebagai berikut :

= , , .........................(3.113)

Yang mana k0,85 adalah koefisien permeabilitas pada e = 0,85.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 145


3.5. Rembesan (Seepage)
Istilah rembesan sering didefinisikan orang sebagai aliran
air di dalam tanah yang bergerak secara horisontal. Dan hal
itulah yang menjadi pembeda utama antara rembesan (seepage)
dengan infiltrasi (infiltration) dan perkolasi (percolation) yang
bergerak arah vertikal sebagai akibat dari gaya gravitasi.
Menurut Barenblatt et al.(1960), bahwa teori rembesan
modern,pada umumnya didasarkan pada konsep media berpori
yang terdiri dari butiran kedap air yang dipisahkan oleh ruang
pori. Akan tetapi dari hasil perbandingan antara hasil
perhitungan teoritis dengan hasil penyelidikan di laboratorium
terhadap aliran non-steady, mereka menyimpulkan bahwa
konsep media berpori tidak memadai untuk menjelaskan tentang
rembesan yang cukup kompleks.
Penyebab kompleksitas dalam studi terhadap rembesan air
di dalam tanah, oleh karena medium alirannya dapat bergerak ke
semua arah, tergantung pada keseimbangan tekanan pori (pore
pressure) yang ada di dalam tanah. Sehingga tinjauan satu
dimensi (aliran horisontal), bahkan tinjauan dua dimensi pun
dianggap masih kurang memadai untuk memprediksi secara
akurat tentang aliran air di dalam tanah, yang biasa disebut
rembesan (seepage).
Teori rembesan yang akan dibahas dalam buku ini
didasarkan pada analisis aliran dalam dua dimensi. Bila tanah
dianggap homogen dan isotropis, maka dalam bidang x-z hukum
Darcy dapat dinyatakan sebagai berikut:

= 𝑖 −


= 𝑖 −

tinggi h berkurang dalam arah vx dan vz.

146|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Suatu elemen tanah jenuh dengan dimensi dx, dy, dz
berturut-turut dalam arah sumbu x,y dan z di mana aliran terjadi
hanya pada bidang x, z, diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 3.21.Bidang Rembesan Air Tanah


Komponen kecepatan aliran air masuk elemen adalah vx
dan vz. Perubahan kecepatan aliran arah x = vx/ x dan z = vz/ z.
Volume air masuk ke elemen persatuan waktu dapat dinyatakan
dengan persamaan:
+ .........................(3.114)
dan volume air meninggalkan elemen persatuan waktu adalah :
+ + + 𝑧
𝑧
Jika elemen volume tetap dan air dianggap tidak mudah
mampat, selisih antara volume air masuk dan keluar adalah nol,
persamaan di atas akan menjadi:
+ 𝑧= .........................(3.115)
𝑧
Persamaan (3.115) adalah persamaan kontinuitas dalam dua
dimensi. Akan tetapi jika volume elemen berubah, persamaan
kontinuitas menjadi :
+ 𝑧 = .........................(3.116)
𝑧
dengan V/ t adalah perubahan volume persatuan waktu.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 147


Ditinjau fungsi θ(x,z), yang disebut fungsi potensial, sedemikian
sehingga:
𝜃 ℎ
= =− .........................(3.117)
𝜃 ℎ
= =− .........................(3.118)
Dari persamaan (3.115), (3.117) dan (3.118):
𝜃 𝜃
+ = .........................(3.119)
Fungsi θ (x,z) memenuhi persamaan Laplace.
Integrasi Persamaan (3.117) dan (3.118) akan diperoleh :
𝜃 , = − ℎ , + .........................(3.120)
Dengan C adalah konstanta. Jadi, jika fungsi θ(x,z) diberikan
suatu nilai konstan θ1, akan menunjukkan kurva dengan nilai
tinggi h1 konstan (tapi dengan nilai yang berbeda pada tiap
kurvanya). Kurva bentuk demikian, disebut garis ekipotensial.
Selanjutnya, ditinjau fungsi kedua Ǿ(x,z) yang disebut
fungsi aliran, dan dibentuk oleh
∅ ℎ
− = =− .........................(3.121)
∅ ℎ
= =− .........................(3.122)
Dapat diselesaikan dengan substitusi ke persamaan (3.116) \,
bahwa fungsi ini memenuhi persamaan Laplace. Deferensial
total dari fungsi Ǿ(x,z) ini, menghasilkan :
∅ ∅
∅= +
= − +
Jika fungsi Ǿ(x,z) diberikan suatu nilai konstan Ǿ1, maka d Ǿ =
0 dan
=− .........................(3.123)
𝑧
Jadi kemiringan dari kurva pada tiap titiknya diberikan oleh:
∅ , = ∅
Dengan menetapkan arah dari resultan kecepatan pada
setiap titik, kurvanya akan menunjukkan lintasan aliran. Jika
fungsi Ǿ(x,z) diberikan beberapa nilai konstan Ǿ1, Ǿ2, Ǿ3,….,

148|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


kurva bentuk kedua akan membentuk lintasan aliran. Kurva-
kurva inii disebut garis aliran. Dengan memperhatikan berikut,
aliran per satuan waktu antara dua garis aliran untuk nilai fungsi
Ǿ1 dan Ǿ2 diverikan oleh :

∆ = ∫∅ − +
∅ ∅ ∅
= ∫∅ +
=∅ −∅

Gambar 3.22. Rembesan antara dua garis aliran


Jadi aliran lewat saluran antara dua garis aliran adalah
konstan. Diferensial total dari fungsi θ(x,z) adalah :
𝜃 𝜃
𝜃= +
= +
Jika θ(x,z) konstan, maka dθ = 0 dan
=− .........................(3.124)
𝑧
Dengan membandingkan persamaan (3.123) dan
(3.124), tampak bahwa garis aliran dan garis ekipotensial
berpotongan satu sama lain tegak lurus.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 149


Sekarang ditinjau dua garis aliran Ǿ1= dan(Ǿ1 + ∆Ǿ)
yang dipisahkan oleh jarak ∆b. Garis aliran berpotongan tegak
lurus dengan dua ekipotensial θ1 dan (θ1+∆θ) yang dipisahkan
oleh jaral ∆l (Gambar3.23). Arah l dan b bersudut α terhadap
sumbu x dan z. Pada titik A kecepatan dalam arah l adalah vs,
dengan komponen vs dalam arah x dan z adalah :

Gambar 3.23. Garis aliran dan garis ekipontensial


Dari gambar di atas, terlihat hubungan sebagai berikut :
= cos 𝛼
= sin 𝛼
Selanjutnya,
𝜃 𝜃 𝜃
= +
= 𝛼+ 𝑖 𝛼=
dan
∅ ∅ ∅
= +
= sin 𝛼 − sin 𝛼 + 𝛼=
∅ 𝜃
Jadi, =
atau secara pendekatan,

150|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


∆∅ ∆𝜃
=
∆ ∆
.........................(3.125)

3.5.1. Jaringan Arus (Flownet)


Sekelompok garis aliran dan garis ekipotensial disebut
jaring arus (flow-net). Garis ekspotensial adalah garis-garis
yang mempunyai tinggi energi potensial yang sama (h konstan).
Gambar 3.20 memperlihatkan contoh dari sebuah jaring arus
pada struktur turap baja. Permeabilitas lapisan lolos air dianggap
isotropis (kx = kz = k). Perhatikan bahwa garis penuh adalah garis
aliran dan garis titik-titik adalah garis ekipotensial.

Gambar 3.24 Jaring arus pada struktur turap


Pada Gambar di atas, PQ dan TU adalah garis
penggambaran jarring arus, garis aliran dan garis ekipotensial
digambarkan secara coba-coba (trial dan error). Pada
prinsi;pnya, fungsinya θ(x,z) dan Ǿ(x,z) harus diperoleh pada
batas kondisi yang relevan. Penyelesaian diberikan dengan cara

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 151


menganalisis hubungan beberapa kelompok garis ekipotensial
dan garis aliran. Prinsip dasar yang harus dipenuhi di dalam cara
jarring arus adalah antara garis ekipotensial dan garis aliran
harus berpotongan tegak luirus. Selanjutnya, penggambaran
jarring arus diusahakan harus sedemikian rupa sehingga ∆Ǿ
bernilai sama antara sembarang dua aliran yang berdekatan dan
∆θ bernilai sama antara sembarang dua garis ekipotensial
berdekatan.
Bila, perpotongan garis aliran dan garis ekipotnesial
berbentuk bujur sangkar (∆l = ∆b). Untuk sembarang bujur
sangkar, dan persamaan (3.125) maka :
∆Ǿ = ∆θ
Dankarena ∆Ǿ = ∆q dan ∆θ = k.∆h akan diperoleh :
∆q = k.∆h .........................(3.126)
Gradien hidrolik diberikan menurut persamaan:
∆ℎ ℎ
𝑖 = ; dan ∆ℎ =
∆ 𝑁
Yang mana :
h = beda tinggi energi antara garis ekipotensial awal dan
akhir.
Nd= jumlah penurunan dari garis ekipotensial
Hitungan dengan cara jarring arus dalam struktur
bangunan air dapatdigambarkan berikut ini :

152|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.25. Jaring arus pada struktur bendung
Lajur aliran adalah ruang memanjang yang terletak di
antara dua garis aliran yang berdekatan. Untuk menghitung
rembesan di bawah struktur bendung, ditinjau lajur-lajur aliran
seperti yang terlihat dalam gambar berikut :

Gambar 3.26. Debit rembesan dalam satu lajur aliran (∆q)


Pada gambar di atas, garis-garis ekspotensial memotong
garis aliran dan hubungannya dengan tinggi h, juga
diperlihatkan. Debit ∆q, adalah aliran yang lewat satu lajur
aliran per satuan lebar struktur bending. Menurut hukum Darcy,
dalam satu lajur aliran :
ℎ −ℎ ℎ −ℎ
∆ = 𝑖 = . = .
ℎ −ℎ
= .
.....................(3.12
7)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 153


Jika elemen-elemen jaring arus digambarkan sebagai bujur
sangkar,
l 1 = b1
l 2 = b2
l 3 = b3
…..... dan seterusnya.
Maka, dari persamaan (3.127), dapat diperoleh :

ℎ − ℎ = ℎ − ℎ = ℎ − ℎ = ⋯ = ∆ℎ = .... (3.128)
𝑁
Persamaan (3.128) menunjukkan bahwa kehilangan
tinggi energi antara dua garis ekipotensial berurutan adalah
sama. Kombinasi Persamaan (3.127) dan (3.128), diperoleh :

∆ = .........................(3.129)
𝑁
Jika terdapat Nf lajur aliran, debit rembesan (q) per
satuan lebar dari struktur dinyatakan oleh :
𝑁
= ∆ = ℎ .........................(3.130)
𝑁
Persamaan (3.130) digunakan untuk menghitung debit
rembesan lewat bagian bawah bangunan air.
Jaring arus dapat digambarkan berbentuk segiempat.
Dalam hal ini, nilai banding panjang dan lebar dari elemen jaring
arus harus konstan.
= = =⋯= .........................(3.131)
Pada pemggambaran jaring arus, sembarang elemen
jaring arus harus memenuhi bi = n li. Untuk jaring arus
segiempat, untuk satu lajur aliran, debit rembesan per satuan
lebar dari struktur, ditentukan oleh:
∆ = ∆ℎ⁄ . = ∆ℎ⁄ .
= ∆ℎ = ℎ/
Bila dalam jaring arus terdapat Nf lajur aliran maka debit
rembesan:
𝑁
= ℎ .........................(3.132)
𝑁

154|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


3.5.2. Tekanan Rembesan
Air pada keadaan statis di dalam tanah, akan
mengakibatkan tekanan hidrostatis yang arahnya ke atas (uplift).
Akan tetapi, jika air mengalir lewat lapisan tanah, aliran air akan
mendesak partikel tanah sebesar tekanan rembesan
hidrodinamis yang bekerja menurut arah alirannya. Besarnya
tekanan rembesan akan merupakan fungsi dari gradien hidrolik
(i).
Sebuah struktur bendungan tanah yang didasari lapisan
kedap air diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 3.27. Tekanan Rembesan


Panjang garis aliran sama dengan dP dan luas potongan
melintang tabung aliran adalah dA. Besarnya gaya tekanan air
dapat dinyatakan sebagai fungsi dh, sebagai berikut :
=𝛾 ℎ .........................(3.133)
Dengan w adalah berat volume air dan dp adlaah gaya
hidrodinamis yang disebut gaya rembesan. Dari Persamaan
(3.133), gaya per satuan volume:

= = .........................(3.134)
𝐿 𝐿

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 155


Karena aliran dalam tanah biasanya lamban, maka gaya
inersia pada air yang bergerak diabaikan.
Dengan menganggap dp/(dAdL) = D, maka akan
diperoleh persamaan gaya rembesan per satuan volume :
=𝛾 𝑖 / , / .........................(3.135)
Dengan i = dh/dL adalah gradien hidrolik. Gaya hidrodinamis
per satuan volume (D) bekerja sepanjang arah aliran airnya.

3.5.3. Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas


Tanah
Tekanan hidrodinamis mempunyai pengaruh yang besar
pada stabilitas tanah. tergantung pada arah aliran, tekanan
hidrodinamiss dapat mempengaruh berat volume tanah.
Pengaruh D pada berat volume tanah, oleh adanya rembesan
seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3.28. Pengaruh gaya rembesan terhadap berat volume


efektif tanah
Pada titik 1, atau sembarang titik di mana garis aliran
berarah vertikal ke bawaha, berat volume efektif adalah:
𝛾 = 𝛾′ + .........................(3.136)
Dengan ’ adalah berat volume tanah terapung.

156|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Pada titik 2 , atau sembarang titik pada garis aliran, dua
vector D dan ’ bekerja saling tegak lurus, menghasilkan vector
resultan gaya yang miring.
Pada titik 3, di mana arah aliran vertikal, berat volume
efektifnya adalah:
𝛾 = 𝛾′ − .........................(3.137)
Di sini, jika D = ’, tanah akan Nampak kehilangan
beratnya, sehingga menjadi tidak stabil. Hal demikian, disebut
kondisi kritis, di mana pada keadaan ini terdapat gradien hidrolik
kritis, dengan konsekuensinya kecepatan aliran yang terjadi juga
kecepatan kritis (vc). Pada kondisi kritis:
=𝛾 𝑖 .........................(3.138)
Bila kecepatan aliran melampaui kecepatan kritis, maka D
> ’ dan ef dalam persamaan (3.137) menjadi negatif. Hal ini
berarti tanah dalam keadaan mengapung atau terangkat ke atas.
Tanah dalam kondisi demikian disebut tanah dalam kondisi
mengapung atau mendidih (quick–condition).

3.5.4. Teori Kondisi Mengapung (Quick – condition)


Telahdisebutkan bahwa tekanan hidrodinamiism dapat
mengubah keseimbangan lapisan tanah. Pada keadaan
seimbang, besarnya gaya yang bekerja ke bawah W = ’ sama
dengan gaya rembesan D = w ic, atau
↑− ↓= .......................(3.139)
Dengan ic adalah gradien hidrolik kritis pada keseimbangan
gaya di atas. Bersarnya berat tanah terendam air, adalah:
= 𝛾′ = − − 𝛾
′ −
𝛾 = 𝛾 / , / ..........(3.140)
+
Dengan: n = porositas
Gs = berat jenis tanah
e = angka pori
w = berat volume air
Substitusi ’ dan D = w ic ke dalam persamaan (3.139), maka :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 157


𝛾′ = 𝛾 𝑖
Persamaan gradien hidrolik kritis, didapat :

𝑖 = ........................(3.141)
atau dapat pula dibentuk persamaan :

𝛾 −𝛾 𝑖 = ........................(3.142)
+

𝑖 =
+
Gradien hidrolik kritis didefinisikan sebagai gradien
hidrolik minimum yang akan menyebabkan kondisi mengapung
pada jenis tanah tertentu. Untuk pasir dengan Gs = 2,65 dan e =
0,65 (yaitu tanah pasir dengan kepadatan sedang), nilai gradien
hidrolik kritis:
− , −
𝑖 = = =
+ + ,
Dalam perancangan suatu konstruksi terhadap bahaya
mengapung harus dipenuhi :
𝑖 ........................(3.143)
Dengan faktor aman SF = 3 atau 4.

3.5.5. Keamanan Bangunan terhadap Bahaya Piping


Telah disebutkan bahwa bila tekanan rembesan ke atas
yang terjadi dalam tanah sama dengan ic, maka tanah akan
berada pada kondisi mengapung. Keadaan semacam ini juga
dapat berakibat terangkutnya butir-butir tanah halus, sehingga
terjadi pipa-pipa di dalam tanah yang disebut piping, hingga
mengganggu stabilitas bangunan. Harza (1935) memberikan
factor keamanan bangunan air terhadap bahaya piping, sebagai
berikut :
= .........................(3.144)
Dengan ic adalah gradien keluar maksimum (maksimum exit
gradient) dan ie= ’/ w. Gradien keluar maksimum tersebut dapat
ditentukan dari jaring arus dan besarnya sama dengan ∆h/l (∆h

158|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


adalah kehilangan tinggi energi antara dua garis ekipotensial
terakhir, dan l adalah panjang dari elemen aliran).
Faktor aman 3 atau 4 cukup memenuhi angka aman
strukturnya. Harza (1935) memberikan grafik gradien keluar
maksimum untuk bendungan yang dibangun pada lapisan
homogen yang dalam (Gambar 3.29). Dengan menggunakan
notasi yang diperlihatkan dalam gambar tersebut, gradien keluar
maksimum diberikan menurut persamaan :

𝑖 = .........................(3.145)

Gambar 3.29. Gradien keluar kritis (Harza, 1935)


Lane (1935) menyelidiiki keamanan struktur bendungan
terhadap bahaya piping. panjang lintasan air melalui dasar
bending dengan memperhatikan bahaya piping dihitung dengan
cara pendekatan empiris, sebagai berikut :
∑𝐿
= ℎ + ∑Lv .........................(3.145)
Yang mana :
Lw = wighted – creep – distance
∑Lh = jumlah jarak horisontal menurut lintasan
terpendek
∑Lv = jumlah jarak vertikal menurut lintasan
terpendek

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 159


Setelah wighted–creep–distance dihitung, maka wighted–creep-
ratio (WCR) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
:
∑Lw
= .........................(3.146)

Nilai WCR harus lebih besar dari nilai yang terdapad
dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.7. Nilai angka aman untuk weighted-creep-ratio (WCR)
Angka Aman
Jenis Tanah WCR (wighted–creep-
ratio)
Pasir sangat halus atau lanau 8,5
Pasir halus 7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0
Kerikil kasar 3,0
Lempung lunak sampai sedang 2,0 – 3,0
Lempung keras 1,8
Tanah cadas 1,6

160|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.30. Hitungan weighted-creep-distance(Lv)
Lintasan aliran yang melewati struktur dengan sudut
kemiringan >45odiperhitungkan sebagai lintasan vertikal(Lv),
sedang kemiringan lintasan aliran ≤45º, diperhitungkan sebagai
lintasan horisontal (Lh).
Terzaghi (1922) mengerjakan beberapa pengujian model
pada turap tunggal (lihat gambar).

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 161


Gambar 3.31. Keruntuhan akibat piping pada sederet turap
Hasilnya, lokasi yang dipengaruhi oleh bahaya piping
terjadi sampai jarak d/2 dari dinding turap (d = kedalaman
penetrasi turap ke tanah). Stabilitas struktur dapat ditentukan
dengan memperhatikan prisma tanah pada sisi hilirmenurut tebal
satuan dan dari potongan (d * d/2). Dengan menggunakan jaring
arus, tekanan ke atas dapat dirtentukan dari persamaan:
= ⁄ 𝛾 ℎ .........................(3.147)
Dengan ha = tinggi energi hidrolik rata-rata (average hydraulic
head) pada dasar dari prima tanah. Gaya berat tanah yang
terendam bekerja ke bawah, dapat dinyatakan dengan berat
mengapung:

= ⁄ 𝛾′ .........................(3.148)
Faktor aman dinyatakan oleh:
′ ⁄ ′ ′
= = = .............(3.149)
⁄ ℎ𝑎 ℎ𝑎
Nilai perkiraan SF = 4 biasanya cukup memenuhi

162|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Untuk kemamanan struktur turap tunggal pada Gambar
3.32, dalam menghitung factor aman minimum terhadap piping,
Terzaghi (1934) menyarankan untuk memperhatikan stabilitas
prisma tanah berdimensi d/2 x d’ x 1. Perhatikan bahwa 0<d’≤d.
Akan tetapi, bila factor aman (SF) yang diberikan 4 sampai 5,
penggunaan d = d’ dianggap aman dan memenuhi syarat
kestabilan (Harr,1962).

Gambar 3.32. Keamanan terhadap bahaya piping pada


bendungan

3.5.6. Gaya Tekanan Air pada Struktur


Jaring arus dapat digunakan untuk menentukan besar gaya
tekanan air ke atas di bawah sebuah struktur. Cara hitungannya
ditunjukkan dalam contoh hitungan sebagai berikut.
Kondisi struktur bagiam bawah dari sebuah bending
digambarkan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 163


Gambar 3.33. Tinggi energi tekanan air di bawah dasar
bendung
Tinggi tekanan di D adalah (11 + 2,3m) dikurangi dengan
kehilangan tinggi energi hidrolik. Titik D bertepatan dengan
garis ketiga permulaan dengan sisi sebelah hulu, yang berarti
bahwa kehilangan tinggi energi hidrolik pada titik inmi = 2
(h/Nd) = 2(11/12 = 1,83 m.Tinggi energi tekanan air di:
D = (11+2,3) – 1,83 = 11,47 m
E = (11+2,3) – 3(11/12) = 10,55 m
F = (11+2,3-1,65) – 3,5(11/12) = 8,44 m
Perhatikan bahwa titik F berada di tengah antara garis
ekipotensial nomor 3 dan 4, yang dihitung dari hulu.
Tinggi energi tekanan air di:
164|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
G = (13,3-1,65) – 8,5(11/12) = 3,86 m
H = (11+2,3) – 9(11/12) = 5,05 m
I = (11+2,3) – 10(11/12) = 4,13 m
Tinggi energi tekanan air yang telah terhitung, kemudina
digambarkan pada Gambar 3.29b. Antara titik F dan G, variasi
tinggi tekanan akan mendekati linier. Gaya tekanan air ke atas
per satuan panjang dari bendungannya (U), dihitung dengan
persamaan :
U = 𝛾 (luas diagram tinggi tekanan) x 1
=9,81x[0,5(11,47+10,55)(1,65)+0,5(10,55+8,44)(1,6
5)
+0l5(8,44+3,86)(19)+0,5(3,86+5,05)(1,65)
+0,5(5,05+4,13)(1,65)]
= 1705,76 bar

3.5.7. Kondisi Tanah Anisotropis


Dalam tinjauan tanah anisotropis, walaupun tanah
mungkin homogen, tapi mempunyai permeabilitas yang berbeda
pada arah vertikal dan horizontalnya. Kebanyakan tanah pada
kondisi alamnya dalam keadaan anisotropis, aritnya mempunyai
koefisien permeabilitas yang tidak sama ke segala arah, yaitu
maksimum searah lapisan (arah horizontal), dan minimum kea
rah tegak lurus lapisannya (arah vertikal). Arah-arah ini
selanjutnya dinyatakan dalam arah x dan z. Dalam kondisi ini,
permeabilitaqs pada arah horizontal dan vertikalnya dapat
dinyatakan dalam bentuk:
kx = kmak dan kz = kmin
Untuk hal iini, persamaan Darcy akan berbentuk :

=− 𝑖 =−
(3.107)

=− 𝑖 =− .........................(3.150)
𝑧
Dari Persamaan (3.150) dan persamaan kontinuitas, dapat
dituliskan dalam bentuk :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 165


ℎ ℎ
+ = .........................(3.151)
dengan kx = koefisien arah horizontal dan kz = koefisien arah
vertikal. Dari persamaan ini, dapat dibentuk :
ℎ ℎ
+ = .........................(3.152)
𝑧⁄
Bila :
= √ / , maka :
ℎ ℎ
= .........................(3.153)
𝑧⁄
Substitusi Persamaan (3.153) ke persamaan (3.152), diperoleh :
ℎ ℎ
+ = .........................(3.154)
Persamaan (3.154) merupakan persamaan kontinuitas
untuk kondisi isotropis dalam bidang xz dan z. Persamaan =
√ / mendefinisikan factor skala yang diterapkan dalam
arah x, yang dimaksudkan untuk mentransformasikan keadaam
anisotropis ke dalam kondisi isotropis, di mana persamaan
Laplace masih memenuhi. Sesudah jaring arus digambarkan
untuk potongan yang sudah ditransformasi, jaring arus kondisi
sesungguhnya dapat diperoleh dengan menggunakan kebalikan
dari faktor transformasinya. Bila perlu, transformasi juga dapat
dibuat dalam arah z.
Nilai koefisian permeabilitas yang diterapkan pada
potongan transformasinya, diberikan sebagai koefisien isotropic
ekuivale, dengan

=√ .........................(3.155)
Vreenderbutrgh (1936) telah berhasil membuktikan
ketepatan dari Persamaan (3.155). Pada Gambar 3..30, aliran air
rembesan bekerja dalam arah sumbu x. Jaring arus digambarkan
dalam dua kondisi, yaitu kondisi transformasi dan kondisi asli.
Kecepatan arah sumbu-x (vx) dinyatakan dengan kondisi k’ pada
potongan yang ditransformasi, dan kx pada potongan kondisi
aslinya. Cara pembuktian dilakukan sebagai berikut :

166|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


𝛿ℎ
′ ℎ
=− 𝛿 =−
dengan
ℎ ℎ
=
𝑧

Jadi :
′ 𝑧
= √ =√

(a) Skala transformasi (b) Skala asli


Gambar 3.34. Elemen jaring arus (flownet element)
Langkah-langkah dalam hitungan jaring arus pada kondisi
tanah anisotropis dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(a) Untuk penggambaran potongan melintang struktur,
gunakan sembarang skala vertikal.
(b) Tentukan nilai berikut :
k=√ 𝑧√ 𝑖 𝑎
ℎ 𝑖𝑧 𝑎
(c) Hitunglah skala horizontal, sedemikian sehingga skala
horizontal = √ kali skala vertikal.
(d) Dengan skala yang ada pada butir (a) dan (c), gambarkan
potongan melintang dari struktur.
(e) Gambarkan jaring arus untuk potongan yang
ditransformasi, dengan cara yang sama seperti keadaan
isotropis.
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 167
(f) Hitung debit rembesan menurut persamaan :
𝑁
= ℎ√ .........................(3.156)
𝑁

3.5.8. Kondisi Tanah Berlapis


1. Debit Rembesan Tanah Berlapis dengan Cara Jaring Arus
:
Cara penggambaran jaring arus yang telah dipelajari
sebelumnya adalah untuk kondisi tanah yang homogen. Dalam
prakteknya, banyak dijumpai keadaan tanah yang tidak
homogen, seperti yang ditunjukkan gambar berikut:

Gambar 3.35. Jaring arus pada pertemuan lapisan dengan k


berbeda
Bila jaring arus akan digambarkan untuk kondisi 2 lapisan
yang berbeda, maka pada batas digambarkan untuk kondisi 2
lapisan yang berbeda, maka pada batas lapisannya gambar jaring
arus akan patah. Kondisi demikian disebut kondisi transfer.
Gambar 3.35 memperlihatkan kondisi umum, dimana lajur-lajur
jaring arus memotong batas dari 2 lapisan tanah. Lapisan tanah
168|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
1 dan 2, mempunyai koefisien permeabilitas yang tidak sama.
Garis patah-patah yang memotong lajur aliran pada gambar,
adlaah gariis-garis ekipotensial. Pada Gambar 3.35,, ∆h adalah
tinggi energi hilang di amntara dua garis ekipotsensial yang
berdekatan. Ditinjau dari suatu panjang satuan yang tegak lurus
bidang gambar, debit rembesan yang melalui satu jalur aliran
adalah :
∆ℎ ∆ℎ
∆ = =
atau

= ⁄
.................(3.157)
Dengan l1 dan b1 berturut-turut adlah panjang dan lebar dari
elemen aliran lapisan tanah 1, sedang l2 dan b2 adalah panjang
dan lebar pada lapisan tanah 2. Daridi atas, terlihat bahwa:
= sin 𝜃 = cos 𝛼
.................(3.158a)
= sin 𝜃 = cos 𝛼
.................(3.158b)
= cos 𝜃 = sin 𝛼
.................(3.158c)
= cos 𝜃 = sin 𝛼
.................(3.158d)
Dari Persamaan (3.116a) dan (3.116c),
⁄ = cos 𝜃 / sin 𝜃 = sin 𝛼 /cos 𝛼
atau
⁄ = / 𝜃 = 𝛼 .................(3.159)
Dengan cara yang sama,
⁄ = / 𝜃 = 𝛼 .................(3.160)
Gabungan dari Persamaan (3.157), (3.159), dan (3.160),
𝜃 𝛼
= = .................(3.161)
𝜃 𝛼
Jaring arus untuk tanah yang tidak homogen, dapat
digambarkan dengan menggunakan Persamaan (3.161). Untuk
selanjutnya, pertimbangan berikut ini mungkiin sangat pentung

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 169


untuk digunakan dalam penggambaran jaring arus pada kondisi
tanah berlapis.

Gambar 3.36. Variasi jaring arus pada batas lapisan dengan k


berbeda
(a) Jika k1> k2, maka dapat digambarkan elemen jaring arus
bujur sangkar pada lapisan 1. Ini berarti bahwa l1 = b1,
maka k1/k2 = b2/l2.Jadi jaring arus dalam lapisan 2 akan
berupa segiempat dengan nilai banding lebar dan
panjangnya = l1/k2 (Gambar 3.32a).
(b) Jika k1< k2, maka dapat diigambarkan jaring arus bujur
sangkar pada lapisan 1, yaitu l1 = b1. Dari Persamaan
(3.119), k1/k2 = b2/l2. Maka elemen jaring arus dalam
lapisan2 akan segiempat (Gambar 3.32b).
Contoh penggambaran jaring arus untuk struktur
bendungan yang terletak pada 2 kondisi lapisan tanah berbeda,
diperlihatklan dalam gambar berikut :

170|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.37. jaring aruspada bendungan dengan k berbeda
Nilai k1 = 4x 10-2 mm/det sedang k2 = 2 x 10-2 mm/det, maka:
. −
= − =
.
𝛼 𝜃
Maka pada penggambarannya = =
𝛼 𝜃
Di dalam lapisan 1, elemen aliran digambar bujur sangar dank
arena k1/k2 = 2, panjang dibagi lebar elemen aliran dari lapisan
2, akan sama dengan √ .

2. Debit Rembesan Tanah Berlapis denganAsumsi Lapis


Tunggal
Ditinjau dua lapisan tanah dengan tebal H1 dan H2 yang
mempunyau koefisien permeabilitas masing-masing k1 dan k2
(Gambar 3.38). Dua lapisan tersebut dianggap sebagai lapisan
tunggal dengan tebal H1 + H2.
Pada tinjauan aliran rembesan satu dimensi arah
horizontal, garis-garis ekipotensial dalam lapisan 1 dan 2, adalah
vertikal. Jika h1 dan h2 adalah tinggi energi total pada masing-
masing lapisan, maka untuk sembarang titik pada tiap
lapisannya berlaku h1 = h2. Karena itu, sembarang garis vertikal

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 171


yang lewat pada dua lapisan merupakan ekipotensial untuk
kedua lapisan tersebut.. Jadi, gradien hidrolik dalam dua lapisan
dan dalam lapisan tunggal equivalennya dalah sama, yaitu
gradien hidrolik ix. Aliran horizontal total persatuan waktu (qx)
adalah jumlah debit dari masing-masing lapisan.

Gambar 3.38. Kondisi tanah berlapis


Jadi persamaan aliran :
= + = 𝑖 + 𝑖
Karena, = + 𝑖
Maka, + 𝑖 = + 𝑖
Diperoleh koefisien peremeabilitas ekivalen arah x :
+
= .................(3.162)
+
Dengan kx1 dan k x2 berturut-turut adalah koefisien
permeabilitas arah x dari lapisan 1 dan 2. Untuk aliran rembesan
satu dimensi arah veertikal, debit tiap lapisan dan debit dalam
anggapan lapisan tunggal ekivalen harus sama. Jika persyaratan
kontinuitas dipenuhi, maka untuk luas aliran satuan A.
= = =
= 𝑖 = 𝑖 = 𝑖
Dengan iz = gradien hidrolik rata-rata pada tanah setebal H1 +
H2.
vz= kevepatan pada arah z

172|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Jadi,
𝑧 𝑧
𝑖 = 𝑖 ;𝑖 = 𝑖 .................(3.163)
𝑧 𝑧
Dalam keadaan yang sekarang, kehilangan tinggi energi
pada ketebalan tanah H1 + H2, sama dengan jumlah kehilangan
energi total dalam tiap lapisan, yaitu:
∆ℎ = ∆ℎ + ∆ℎ .................(3.164)
atau
𝑖 + =𝑖 +𝑖
= 𝑖 = +
𝑧 𝑧
Jadi, koefisien permeabilitas ekivalen arah z:
+
=𝐻 𝐻 .................(3.165)
+
𝑧 𝑧
Bila masing-masing lapisan tanah isotropis, yaitu lapisan
tanah 1 mempunyati k = k 1 dan lapisan tanah 2 mempunyai k =
k2, maka:
Untuk aliran arah horizontal, koefisien permeabilitas
ekivalen:
+
= .................(3.166)
+
Untuk aliran arah vertikal, koefisien permeabilitas
ekivalen:
+
=𝐻 𝐻 .................(3.167)
+
𝑧 𝑧
Cara yang sama dapat dilakukan guna menghitung
koefisien permeabilitas ekivalen untuk kx dan kz pada embarang
jumlah lapisan tanah.. Dapat dilihat bahwa kx, harus selaluy
lebih besar kz, yaitu rembesan yang terjadi cenderung lebih besar
dalam satu sejajar lapisan, daripada dalam arah gerak lurus
lapisannya

3.5.9. Rembesan pada Struktur Bendungan


Hukum Darcy dapat digunakan untuk menghitung debit
rembesan yang melalui struktur bendungan. Dalam

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 173


merencanakan sebuah bendungan, perlu diperhatikan
stabilitasnya terhadap bahaya longosran, erosi lereng dan
kehilangan air akibat rembesan yang melalui tubuh bendungan.
beberapa cara diberikan untuk menentukan besarnya rembesan
yang melewati bendungan yang dibangun dari tanah homogen.
Berikut ini disajikan bebrapa cara untuk menentukan debit
rembesan.
Cara Dupuit
Potongan melintang pada sebuah bendungan ditunjukkan
gambar berikut :

Gambar 3.39. Hitungan rembesan cara Dupuit


Garis AB adalah garis permukaan freatis, yaitu garis
rembesan paling atas. Besarnya rembesan per satuan lebar arah
regak lurus bidang gambar yang diberikan oleh Darcy, adalah q
= kiA. Dupuit (1863), menganggap bahwa gradien hidrolik (i)
adlaah sama dengan kemiringan permukaan freatis dan besarnya
konstran dengan kedalamannya yaitu i = dz/dx. Maka,
=
∫ =∫ .

174|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


= + .................(3.168)
Persamaan (3.122) memberikamn permukaan garis freatis
dengan bentuk parabolis. Akan tetapi derivatif dari
persamaannya tidak mempertimbangkan kondisi masuk dan
keluarnya air rembesan pada tubuh bendungan. Lagi pula, jika
H2= 0, garis freatis akan memotong permukaan kedap air.
Cara Schaffernak
Untuk menghitung rembesan yang lewat bendungan,
Schaffernak (1917) menganggap bahwa permukaan freatis akan
merupakan garis AB dalam Gambar 3.36, yang memotong garis
kemiringan hilir pada jarak a dari lapisan kedap air. Rembesan
persatuan panjang bendungan dapat ditentukan dengan
memperhatikan bentuk segitiga BCD dalam gambar berikut :

Gambar 3.40. Hitungan rembesan cara Schaffernak


Debit rembesan : q = kiA
Luas aliran : A = BD x 1 = a sin α
Dari anggapan Dupuit, gradien hidrolik i = dz/dx = tg α. Maka
= = sin 𝛼 𝛼 .................(3.169)
atau

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 175


∫ i =∫ c sin
Dari Persamaan (3.123) akan diperoleh :
⁄ − sin = sin − cos
…(3.170)
diperoleh,
= −√ − .................(3.171)
c
Setelah nilai a diketahui, debit rembesan dapat ditentukan dari
persamaan :

= sin .................(3.172)

Cara A. Casagrande
A. Casaagrande (1937) mengusulkan cara untuk
menghitung rembesan lewat tubuh bendungan yang didasarkan
pada pengujian model. Penggambaran parabola AB berawal dari
titik A’ (identik cara Schaffernak),seperti yang diperlihatkan
pada gambar berikut :

176|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.41. Penyesuaian jarak d pada cara Casagrande
Dengan A’A = 0,3(AD). Pada modifikasi ini, nilai d yang
digunakan dalam Persamaan (3.125) akan merupakan jarak
horizontal antara titik E dan C.
Persamaan (3.126) diperoleh berdasarkan anggapan cara
Dupuit dimana gradien hidrolik (i) sama dengan dz/dx. A
Casagranda (1932) menyarankan hubungan secara pendekatan
yang didasarkan pada kondisi kenyataannya. Dalam kenyataan
(Gambar 3.37),
𝑖= .................(3.173)

Gambar 3.42. Hitungan rembesan cara Casagrande


Untuk kemiringan lereng hilir α yang lebih besar dari
30º, deviasi dari anggapan Dupuit menjadi kenyataan.
Didasarkan pada Persamaan (3.127), debit rembesan: q = kiA
Pada segitiga BCF pada gambar 3.42, didapat :
𝑖 = = sin ; = . = sin
Maka :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 177


𝑖= = sin
atau :
∫ i . = ∫ . 𝑖 . .................(3.174)
dimana s adalah panjang dari kurva A’BC.
Penyelesaian dari Persamaan (3.174) akan menghasilkan :
− + = .................(3.175)
Diperoleh :
= −√ − .................(3.176)
Denan kesalahan sebesar kira-kira 4-5%, dan s dapat dianggap
merupakan garis lurus A’C. Maka,
=√ + .................(3.177)
Kombinasi Persamaan (3.130) dan (3.131), diperoleh:
=√ + −√ +
.........(3.178)
Besarnya debit rembesan, dapat ditentukan dengan persamaan:
= sin .................(3.179)
Dalam penggunaan persamaan (3.178), Taylor (1948)
memberikan penyelesaian dalam bentuk grafik, seperti yang
diperlihatkan pada penyelesaian dalam bentuk grafik, seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 3.43. Produser untuk
mendapatkan debit rembesan, adalah sebagai berikut:
1. Tentukan nilai banding d/H.
2. Dengan nilai pada butirm (1) dan α, tentukan nilai m.
3. Hitunglah panyang a = mH/ sin α.
4. Hitunglah debit rembesan, dengan q = ka sin2 α.

178|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 3.43. Grafik untuk hitungan rembesan (Taylor, 1948)

3.5.10. Penggambaran Garis Rembesan secara Grafis


Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas B1B2ES
pada potongan melintang bendungan diketahui, besarnya
rembesan dapat ditentukan secara analitas, dapat juga ditentukan
secara grafis atau dari pengamatan laboratorium dari sebuah
model bendungan sebagai prototype, ataupun juga, secara
analogi elektris.
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, pengamatan
menunjukkan bahwa garis rembesan yang melalui bendungan
berbentuk kurva parabolis. akan tetapi penyimpangan kurva
terjadi pada daerah hulu dan hilirnya. Bentuk parabola rembesan
BB2ERAV, disebut parabola dasar.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 179


Gambar 3.44.Parabola rembesan secara grafis (Casagrande,
1932)
Penggambaran secara grafis didasarkan pada sifat khusus
dari kurva parabola. Untuk itu, harus diketahui satu titik pada
parabola (titik B) dan posisi dari focus F dari parabola. Menurut
A. Casagrande, letak titik B(x,z) dengan z = H, adalah pada
permukaan air di hulu bendungan jarak 0,3 kalo B1D1 dihitung
dari titik B1 atau BB1 = 0,3 D1B1 (lihat gambar di atas).
Posisi foklus (F) dari parabola, biasanya dipilih pada
perpotongan batas terendah garis aliran (yang dalam hal ini
adalah garis horizontal) dan permukaannya. Perlu diperhatikan
bahwa sebelum parabola dapat digambarkan, parameter p harus
diketahui lebih dulu (lihat gambar di atas).
FV = HV = p dan HC = 2p + x

180|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Jadi,
√ + = + .................(3.180)
dan
= / {√ + − } .................(3.181)
pada x = d dan z = H, maka
= / {√ + − } .................(3.182)
Dari persamaan (3.181), nilai p dapat dihitung. Untuk
menggambar parabola dasar, persamaan (3.180) dapat diubah
menjadi :

= .................(3.183)
Dengan p yang diketahui, nilai x untuk berbagaai nilai z dapat
dihitung menggunakan persamaan (3.183), sebagai berikut :
1. Penggambaran Parabola Dasar, dimana kemiringan sudut
pada daerah hilir α > 30º.
Perpotongam parabola dasar dengan permukaan hilir
bendungan, yaitu titik R (Gambar 3.44), dihitung menurut
cara Casagrande, yaitu sebesar a + ∆a dengan a = FS.
Perhatikan bahwa panjang ∆a, adalah panjang SR, dengan

= =
+∆
C adalah fungsi dari α , di mana α adalah sudut kemiringan
bendungan bagian hilir.
Pada bendungan gambar 3.44, air dapat keluar melalui sisi
luar hilir bendungan. Bila di bagian hilir dibangun system
drainase pada kakinya,seperti yang diperlihatkan dalam
3.45a dan 3.45b, maka besarnya sudut kemiringan α dari
permukaan air keluar betrurut-turut akan sama dengan 90º
dan 135º. Bila bangunan drainase seperti dalam Gambar
3.45c, sudut kemiringan diukur searah jarum jam.
perhatikan bahwa, titik F adalah fikus dari parabola.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 181


Gambar 3.45. Kemiringan sudut dengan variasi drainase
Nilai c untuk berbagai macam α diberikan oleh Casagrande
untuk sembarang kemiringan α dari 30º sampai 180º.
Dengan diketahuinya sudut α yang berasal dari gambar
penampang potongan bendungan, nilai c dapat ditentukan
dari Gambar 3.46.. Adapun persamaan untuk menghitung
∆a adalah:
∆a = (a + ∆a) c
Dari ∆a yang yang telah diperoleh ini, kemudian dapat
ditentukan posisi titik S, dengan tinggi ordinat S = a sin α.

Gambar 3.46. Nilai c (A. Casagrande, 1937)

182|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


2. Penggambaran Parabola Dasar, dimana kemiringan sudut
pada daerah hilir α < 30º.
Untuk α < 30º, posisi titik S dapat ditentukan secara grafis
yang didasarkan pada persamaan (3.183).

`Gambar 3.47. Penggambaran parabola rembesan untuk α < 30º


Menurut Scgaffernak, untuk menentukan panjang a
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini (lihat
gambar).
(1) Gambarkan kemiringan hilir bendungan kea rah atas.
(2) Gambarkan garis vertikal AC lewat titik B..
(3) Gambarkan setengah lingkaran OJC dengan diameter
OC.
(4) Gambarkan garis horizontal BG.
(5) Dengan O sebagai pusat dan OG sebagai jari-jari,
gambarkan bagian lingkaran GJ.
(6) Dengan C sebagai pusat dan CJ sebagai jari-jari,
gambarkan bagian lingkaran JS.
(7) Ukur panjang OS yang merupakan panjang a.

3.5.11. Debit Rembesan pada Bendungan Tanah


Anisotropis

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 183


Jika permeabilitas tanah bahan bendungan anisotropis,
untuk menghitung debit rembesan, makan penampang
bendungan harus lebih dulu ditransformasi. Sperti yang telah
dipelajari sebelumnya, nilai xt transformasi adalah :
𝑧
=√ .................(3.184)
Maka, seluruh hitungan harus didasarkan pada gambar
transformasinya, demikian juga untuk koefisien permeabilitas
ekivalen:

=√ .................(3.185)

Gambar 3.48. Kondisi Khusus aliran rembesan pada


bendungan (A.Casagrande, 1937)

184|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Pada kondisi-kondisi khusus, seperti ; aliran air masuk,
keluar dan kondisi transfer dari garis rembesan melalui badan
bendungan, telah dianalisis oleh Casagrande (1937).
Yang dimaksud kondisi aliran air masuk adalah bila aliran
rembesan berasal dari daerah bahan tanah dengan koefisien
permeablitas sangat besar atau k1 = ∞, menuju bahan dengan
permeabilitas k2. Dengan pengertian yang sama, untuk kondisi
sebaliknya, yaitu dari bahan dengan koefisien permeabilitas k1,
menuju ke bahan dengan k2 = ∞, kondisi ini disebut dengan
kondisi aliran air keluar. Kondisi-kondisi tersebut diperlihatkan
dalam Gambar 3.48. Dalam gambar ini, kondisi transfer terjadi
bila rembesan melewati bahan dengan nilai k yang berbeda.
Dengan menggunakan Gambar 3.48, dapat ditentukan kelakuan
garis freatis untuk berbagai macam potongan melintang
bendungan.

3.5.12. Menggambar Jaring Arus pada Struktur


Bendungan Tanah
Setelah kondisi-kondisi aliran masuk, keluar, dan kondisi
transfer diketahui, kemudian dapat digambarkan jaring arus
pada penampang tubuh bendungan. Gambar 3.52,
memperlihatkan potongan tubuh bendungan dengan koefisien
permeabilitas yang homogen pada seluruh penampangnya.
Untuk menggambarkan jaring arus, maka prosedur berikut ini
dapat diikuti :
(1) Gambarkan garis freatis, dengan cara yang telah dipelajari.
Perhatikan bahwa garis AB merupakan garis ekipotensial
dan BC garis aliran. TInggi energi tekanan pada sembarang
titik pada graris freatis adalah nol. Jadi, selisih tinggi energi
total antara dua garris ekipotensial, harus sama dengan
selisih elevasi antara titik-titik di mana garis ekipotensial
berpotongan dengan garis freatis. Karena kehilangamn
tinggi tekanan antara dua garis ekipotensial berdekatan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 185


sama, maka dapat ditentukan penurunan ekipotensialnya
(Nd). Lalu dihitung nilai ∆h = h/Nd.
(2) Gambarkan garis tinggi tekanan pada penampang
melintang bendungan.Titik-titik potong dari garis-garis
tinggi tekanan dan garis freatis merupakan titik kedudukan
garis ekipotensial.
(3) Gambarkan garis jaring arus, dengan mengingat garis
ekipootensial dan garis aliran berpotongan tegak lurus.
(4) Debit rembesan yang lewat tubuh bendungannya,
ditentukkan dengan menggunakan persamaan :
𝑁
= ℎ .................(3.186)
𝑁

Gambar 3.49. Penggambaran jaring arus pada bendungan


Dalam gambar 3.52, terdapat jumlah lajur aliran (Nf),
sama dengan 2,33. Dua lajur aliran sebelah atas mempunyai
bentuk elemen aliran bujursangkar, dan bagian bawah jalur
aliran sebelah bawah mempunyai elemen yang lebar di bagi
panjangnya 1/3. Nilai Nd dalam hal ini adalah 10.
Bila permeabilitas arah horizontal tidak sama dengan
permeabilitas permeabilitas vertikalnya (tanah anisotropis),
potongan transformasi harus digunakan dengan cara seerti yang
telah dipelajari sebelumnya. Kemudian jaring arus dapat
digambar pada kondisi transformasinya. Debit rembesan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
186|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
𝑁
= ℎ√ .................(3.187)
𝑁
Gambar 3.50 dan Gambar 3.51 memperlihatkan beberapa
contoh gambar jaring arus pada penampang bendungan. Sedang
gambar jaring arus pada penampang bendungan yang
mempunyai dua lapisan dengan nilai k yang berada pada
lapisannya, diperlihatkan dalam Gambar 3.52.

Gambar 3.50. Jaring arus untuk bendungan dengan filter

Gambar 3.51. Jaring arus pada bendungan dengan drainase


tegak

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 187


Gambar 3.52. Jaring arus pada bendungan dengan k2 = 5k1
Pada sisi sebelah hulu mempunyai koefisien permeabilitas
k1 dan sebeblah hilirnya k2, dengan k2 = 5k1. Garis freatis yang
telah digambar merupakan hasil coba-coba. Dari persamaan
yang telah dipelajari sebelumnya.:
Persamaan keseimbangan, didapat :

= ⁄ .................(3.188)
Jika b1 = l1 dan k2 = 5k1, maka b2/ l2 = 1/5. Dengan
demikian, elemen jaring arus berbentuk bujursangkar
digambarkan dalam setengah bagian badan bendungan, dan
pada setengah bagian yang lain (bagian hilir badan bendungan),
elemen jaring arus mempunyai lebar dibagi panjang = 1/5. Debit
rembesan dihitung dengan persamaan :
ℎ ℎ
= = .................(3.189)
𝑁 𝑁
Dimana Nf(1) adalah jumlah lajur aliran pada tanah dengan
permeabilitas k1, dan Nf(2) adalah jumlah lajur aliran pada tanah
dengan permeablitisas k2.

3.5.13. Filter
Bila air rembesan mengalir dari lapisan berbutir lebih
halus menuju lapisan yang lebih kasar, kemungkianan

188|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


terangkutnya butiran lebih halus lolos melewati bahan yang
lebih kasarn tersebut dapat terjadi. Pada waktu yang lama,
proses ini dapat menyumbat ruang pori di dalam bahan kasarnya,
atau juga, dapat terjadi piping pada bagian butiran halusnya..
Erosi butiran ini mengakibatkan turunnya tahanan aliran
air dan naiknya gradien hidrolik. Bila kecepatan aliran
membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran yang
berangsur-angsur turun, akan terjadi erosi butiran yang lebih
besar lagi, sehinggi membentuk pipa-pipa di dalam tanah yang
dapat mengakibatkan keruntuhan pada bendungan.Contohnya,
jika bahan timbunan yang berupa batuan dari bendungan
berhubungan langsung dengan bagian baha bendungan yang
berbutir halus, maka air rembesan akan dapat mengangkit
butiran halusnya. Guna mencegah bahaya ini, harus diadakan
suatu lapisan filter yang diletakkan di antara lapisan yang halus
dan kasar tersebut (Gambar 3.53).
Filter atau drainase untuk mengendalikan rembesan,,
harus memenuhi dua persyaratan, yakni:
(1) Ukuran pori-pori harus cukup kecil untuk mecnegah butir-
butir tanah terbawa aliran.
(2) Permeabilitas harus cukup tinggi untuk mengizikan
kecepatan drainase yang besar dari air yang masuk filternya.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 189


Gambar 3.53. Konsep lapisan filter dan tanah yang
dilindungi
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk merencanakan
bahan filter seperti yang disarankan oleh Bertram (1940), adalah
sebagai berikut ini.
a) Untuk memenuhi kriteria piping, nilai banding ukuran
diameter D15 filter harus tidak lebih dari empat atau lima
kali ukuran diameter D85 dari tanah yang dilindungi, atau:
5
𝑖
85
b) Kriteria selanjutnya, untuk meyakinkan permeabilitas
bahan filter mempunyai kemampuan drainase yang cukup
tinggi, ukuran butiran D15 dari tanah filter harus lebih dari
4 atau 5 ukuran butiran D15 dari tanah yang dilindungi.
5
𝑖
5
c) Kelompok teknisi Amerika (U.S Corps of Engineers)
menambahkan persyaratan, bahwa nilai banding D50 dari
tanah filter dan tanah yang dilindungi maksimum harus
25.
5
5
Ketebalan dari lapisan filter dapat ditentukan dari hukum
Darcy. Filter yang terdiri dari dua lapisan atau lebih dengan
gradasi yang berbeda, dapat juga digunakan dengan lapisan
terhalus diletakkan pada daerah hulu dari susunan filternya.

190|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


BAB –IV
TEGANGAN & PENYEBARAN TEGANGAN

4.1. Pengertian Tegangan-TeganganTanah


Bila beban diterapkan kepada tanah, maka beban tersebut
akan dipikul oleh partikel tanah dan air yang terdapat di dalam
pori-pori tanah. Tegangan vertikal total yang bekerja pada titik
di bawah permukaan tanah, dibabkan oleh beratnya segala
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 191
sesuatu yang ada di atasnya, termasuk berat sendiri tanah, berat
air, dan pembebanan di permukaan. Tegangan total bertambah
dengan bertambahnya kedalaman dan berat volume tanah.

Gambar 4.1. Tegangan Total dalam Tanah.


Tegangan total vertikal pada kedalaman z adalah :
v = .Z....................(4.1)
Apabila tanah berada di bawah badan air, tegangan total adalah
jumlah berat tanah sampai ke permukaan dan berat air di atas :
v = .Z + w.Zw....................(4.2)

Gambar 4.2. Tegangan Total Tanah dalam Air.

Tegangan total juga dapat dilambangkan dengan z atau .


Tekanan air di dalam pori-pori tanah, disebut “tekanan air pori
(u)”. Besarnya tekanan air pori tergantung pada:

192|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


(1) Kedalaman titik di bawah permukaan air.
(2) Kondisi aliran (ada tidaknya rembesan).

Gambar 4.3. Profil Tanah dan Level Muka Air


Di bawah kondisi hidrostatik, tidak ada aliran air yang terjadi,
dan tekanan pori pada titik tertentu diberikan oleh :
u = w.h....................(4.3)
Yang mana :
h = kedalaman di bawah permukaan air atau ketebalan air
di atas titik yang ditinjau.
w = berat volume air
Level posisi air tanah disebut muka air (water table) atau
biasa juga disebut permukaan freatik (freatic surface). Dalam
kondisi tidak ada aliran rembesan, muka air tanah berbentuk
horisontal. Besarnya tekanan air pori(u) di muka air tanah adalah
nol, sedangkan di bawah muka air tanah, tekanan air pori adalah
positif.
Di atas muka air tanah, pada saat tanah jenuh, maka
tekanan pori akan menjadi negatif (kurang dari tekanan
atmosfir). Ketinggiandi atas muka air tanah dimana tanah jenuh
disebut kenaikan kapiler (capillary rise), dan nilainya
tergantung pada ukuran butiran dan ukuran pori-pori. Pada jenis
tanah berbutir kasar, kenaikan kapiler sangat kecil.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 193


Gambar 4.4. Profil Tanah dan Kondisi Kejenuhan
Antara bagian atas zona jenuh dan permukaan tanah, tanah
sebagian jenuh, dengan pengurangan berat unit secara
konsekuen. Tekanan pori di tanah sebagian jenuh terdiri dari dua
komponen:
Tekanan air pori = uw
Tekanan udara pori = ua
Karena air menupakan zat yang tak termampatkan
(uncompressible) sedangkan udara bersifat termampatkan
(compressible), makaefek gabungannya merupakan hubungan
kompleks yang melibatkan tekanan parsial dan tingkat
kejenuhan tanah.
Apabila terjadi rembesan (seepage) di dalam lapisan tanah,
maka akan terjadi perubahan tekanan air pori. Dengan
memperhitungkan rembesan yang terjadi antara dua titik P dan
T. Potensi penggerak aliran air adalah gradien hidrolik antara
dua titik, yang besarnya sama dengan penurunan tinggi air (head
drop = h) per satuan panjang. Pada kasus rembesan yang stabil
(steady state), maka gradien hidroliknya konstan.

194|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 4.5. Rembesan dan Gradien Hidrolik
Besarnya gradien hidrolik pada rembesan yang bergerak
dari titik P ke Q, adalah :
dh
i ............................. (4.4)
ds
Pada saat air merembes melalui lapisan tanah, alirannya
akan mengeluarkan partikel-partikel tanah,tergantung pada arah
aliran (ke atas atau ke bawah), dimana hal ini akan menimbulkan
daya tarik terhadap partikel tanah, yang dapat meningkatkan
atau mengurangi kekuatan kontak antar partikel tanah.
Jika aliran rembesan ke bawah, maka akan meningkatkan
tegangan efektif.Sebaliknya, jika aliran rembesan ke atas atau
menentang gaya gravitasi, maka akan mengurangi tegangan
efektif, dan bahkan dapat menyebabkan untuk melawan
sepenuhnya kekuatan kontak. Dalam situasi seperti ini, dimana
tegangan efektif dikurangi menjadi nol, dan tanah berperilaku
seperti cairan kental. Kondisi seperti ini dikenal dengan istilah
quick sand condition. Di alam, kondisi seperti ini biasanya
terlihat pada lanau kasar (coarse silt) atau pasir halus (fine sand),
yang terhanyut oleh aliran air artesis.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 195


Gambar 4.6. Ilustrasi Qiuick Sand pada Artesis

Di bagian bawah kolom tanah :


   .L
u   w (L  H )
Selama kondisi quick sand, tegangan efektif turun menjadi nol :
 .L   w (L  H )
L(   w )   w H
L. '   w H
H  '
  i 1,00
L  w cr
Dimana icr = gradien hidrolik kritis(critical hydraulic gradient)
Ini menunjukkan bahwa ketika air mengalir ke atas,
dimungkinkan akibat gradien hidrolik lebih kecil dari 1 atm, hal
ini benar-benar menetralisir gaya gravitasi terhadap partikel
tanah, dan dengan demikian membuat partikel tanah tersuspensi
dalam air.
Pada setiap titik di dalam massa tanah, tegangan total dan
tekanan air pori sangat tergantung pada posisi air tanah. Dengan
pergeseran muka air tanah akibat fluktuasi musiman, maka akan
selalu terjadi perubahan distribusi tekanan air pori pada setiap
kedalaman. Demikian pula bahwa setiap perubahan muka air
tanah akan menghasilkan perubahan terhadap tegangan efektif

196|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


di bawah muka air tanah. Kenaikan muka air tanah
akanmeningkatkan tekanan air pori (u) pada semua elevasi di
dalam massa tanah, sehingga menyebabkan penurunan tegangan
efektif (’). Sebaliknya, penurunan muka air tanah akan
menghasilkanpengurangan tekanan air pori, sehingga terjadi
peningkatan tegangan efektif.
Sedangka perubahan muka air di atas permukaan tanah,
tidak akan menyebabkan perubahan tegangan efektif pada tanah
di bawahnya. Kenaikan muka air di atas permukaan tanah, akan
meningkatkan baik tegangan total () dan tekanan air pori (u)
dengan jumlah yang sama, dan akibatnya tegangan efektif (’)
tidak akan berubah.Dalam beberapa analisis, lebih baik bekerja
dengan perubahan kuantitas, bukan dalam jumlah absolut.
Ekspresi tegangan efektif, kemudian menjadi:
' =total - u
Persamaan di atas menunjukkan bahwa, jika perubahan
tegangan total dan tekanan air pori pada tingkat dengan jumlah
yang sama, maka tekanan efektif tetap konstan.
Tegangan total dan tegangan efektif, harus dapat
dibedakan dalam semua perhitungan. Gerakan di sekitar dan
ketidakstabilan dapat disebabkan oleh perubahan tegangan total,
seperti yang disebabkan oleh pembebanan akibat pondasi, dan
penggalian. Perubahan tegangan-tegangan dalam tanah, juga
bisa disebabkan oleh perubahan tekanan air pori, seperti yang
terjadi kegagalan lereng (longsor) setelah curah hujan.

4.2. Tegangan Efektif


Bila tanah mengalami tekanan yang diakibatkan oleh
beban, seperti beban fondasi, maka angka pori tanah akan
berkurang. Selain itu, tekanan akibat beban fondasi juga dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan sifat mekanik tanah yang
lain, seperti menambah tahanan geser tanah.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 197


Jika tanah berada di dalam air, tanah dipengaruhi oleh
gaya angkat ke atas sebagai akibat tekanan air hidrostatis. Berat
tanah yang terendam ini, disebut berat tanah efektif, sedang
tegangan yang terjadi akibat berat tanah efektif di dalam tanah,
disebut tegangan efektif. Tegangan efektif ini merupakan
tegangan yang mempengaruhi kuat geser dan perubahan volume
atau penurunan tanah.
Telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa segumpal
tanah terdiri dari butiran padat dan ruang pori. Ruang pori yang
dapat berisi udara dan air ini terjadi karena bentuk partikel tanah
yang merupakan butiran-butiran. Bila tanah jenuh sempurna,
ruang pori ini terisi penuh oleh air. Besar bidang kontak antara
butiran yang satu dengan yang lainnya tergantung bentuk dan
susunan butiran. Tegangan yang terjadi pada bidang kontak
antar butiran akan dipengaruhi oleh tekanan air pori. Untuk
hitungan tegangan yqang terjadi dalam tanah, dalam prakteknya
butiran tanah dan air dianggap tidak mudah mampat, sebaliknya
udara mudah sekali mampat atau tidak kompresibel.
Sifat mudah mampat tanah akan bergantung pada susunan
dari butiran padat. Dalam tanah yang jenuh, karena air dianggap
tak mudah mampat, pengurangan volume hanya terjadi kalau
sejumlah air meninggalkan ruang pori. Untuk tanah yang kering
atau jenuh sebagian, pengurangan volume biasanya akibat dari
berkurangnya udara yang terdesak keluar dari ruang pori yang
dapat memberikan perubahan susunan butiran. Volume tanah
secara keseluruhan dapat berubah akibat adanya perubahan
susunan yang lama ke dalam susunan yang baru. Perubahan
yang terjadi, dapat dengan cara menggeser atau menggelinding.
Dengan demikian, terjadi pula perubahan gaya-gaya yang
bekerja di antara butiran.
Tegangan geser hanya dapat ditahan oleh butiran-butiran
tanah, yaitu oleh gaya-gaya yang berkembang pada bidang
singgung antar butiran. Tegangan normal yang bekerja, ditahan
oleh tanah melalui penambahan gaya antar butirnya. Jika tanah

198|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


dalam keadaan jenuh sempurna, air yang mengisi ruang pori
dapat juga menahan tegangan normal, dengan akibatnya akan
terjadi kenaikan tekanan air pori. Pada tanah granuler, seperti
tanah pasir dan kerikil, secara fisik tegangan efektif kadang-
kadang disebut tegangan intergranuler. Akan tetapi hal ini
sebetulnya tidak sama dengan tegangan kontak antar butiran.
Luas bidang kontak antar butiran sangat kecil, di mana untuk
butiran bulat kontak antar butirnya berupa sebuah titik.

Gambar 4.1. (a) Gaya antar butiran pada segumpal tanah


(b) Kontak antar butiran (Skempton, 1960)
Terzaghi (1943),.memberikan prinsip tegangan efektif
yang bekerja pada segumpal tanah. Prinsip tegangan efektif
hanya berlaku pada tanah yang jenuh sempurna, yaitu :
(1) Tegangan normal total (σ) pada suatu bidang di dalam
massa tanah, yaitu tegangan akibat berat tanah total
termasuk air dalam ruang pori per satuan luas, yang arahnya
tegak lurus.
(2) Tekanan pori(u), disebut juga dengan tekanan netral yang
bekerja ke segala arah sama besar, yaitu tekanan air yang
mengisi rongga di antara butiran padat.
(3) Tegangan normal efektif (σ’) pada suatu bidang di dalam
massa tanah, yaitu tegangan yang dihasilkan dari beban
berat butiran tanah per satuan luas bidangnya.
Hubungan dari ketiganya adalah :
σ = σ’ + u ............................. (4.1)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 199


Prinsip ini dapat diterangkan dengan model fisik sebagai
berikut:
Ditinjau suatu bidang AA di dalam tanah yang jenuh
sempurna. Bidang ini melewati titik-titik pada bidang
singgung di antara butiran (Gambar 4.1). Pada
kenyataannya, bidang AA ini merupakan bidang
bergelombang sangat kecil tergantung besar butiran. Gaya
normal P yang bekerja pada luasan A, ditahan oleh gaya
antar butiran dan sebagian lagi oleh tekanan air pori. Besar
dan arah gaya-gaya yang bekerja pada bidang kontak
butiran sangatlah acak. Akan tetapi, secara pendekatan,
untuk setiap titik bidang singgung di bidang AA, gaya-
gaya tersebut dapat dipisahkan menurut komponen arah
normal (P’) dan arah tangentsial (T) pada arah dari bidang
nyatanya yang secara pendekatan sama dengan bidang
AA. Tegangan normal efektif atau tegangan vertikal
efektif diartikan sebagai jumlah komponen P’ di dalam
luasan , dibagi luas A, atau
∑ 𝑃′
𝜎′ = ............................. (4.2)
Tegangan normal total diberikan oleh persamaan:
𝑃
𝜎= ............................. (4.3)
Jika titik singgung dianggap terletak di antara butiran,
tekanan air pori akan bekerja pada bidang di seluruh luasan A.
persamaan kesetimbangan dalam arah normal bidang AA,
adalah:
=∑ ′+ ............................. (4.4)
atau
𝑃 ∑ 𝑃′
= + ............................. (4.5)
Persamaan ini sama dengan,
𝜎 = 𝜎′ + ............................. (4.6a)
atau tegangan efektif:
𝜎′ = 𝜎 − ............................. (4.6b)

200|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tekanan air pori bekerja ke segala arah sama besar dan
akan bekerja pada seluruh bidang permukaan butiran, tapi
dianggap tidak mengubah volume butiran. Kesalahan anggapan
bidang kontak atau bidang singgung antar butiran, sangat kecil,
hingga dapat diabaikan. Harus dimengerti bahwa σ’ tidak
memberikan tegangan kontak yang benar antara dua butiran.
Tegangan kontak antara dua butiran, dalam kenyataannya adalah
sangat lebih tinggi yaitu P’/Ac, dengan Ac adalah luas kontak
antara butiran. Pada butiran mineral lempung, mungkin tidak
terjadi kontak langsung, akibat partikell lempung yang
terselubung oleh lapisan air serapan (absorbed water). Dalam
hal inii dianggap bahwa gaya antar partikel dapat diteruskan
lewat kekentalan yang tinggi dari air serapan yang mengelilingi
butiran. Bila dilihat pada gaya-gaya yang terjadi di antara
butiran, gaya vertikal total atau beban P dapat dipandang sebagai
jumlah dari gaya kontak antar butiran ditambah gaya hidrostatis
(A – Ac)u di dalam rongga pori (Gambar 4.1b). Karena tegangan
netral hanya dapat bekerja pada rongga pori, maka untuk
memperoleh tegangan netral, u harus dikalikan dengan luas
rongga (A – Ac), atau ;
P = ∑P’ + (A - Ac) u ............................. (4.7)
dengan A adalah luas kotor total dan Ac adalah luas kontak antar
butiran. Bila Persamaan (4.7) dibagi dengan luas kotor A untuk
memperoleh persamaan tegangan efektif yang disarankan oleh
Skempton (1960):
𝑃 ∑ 𝑃′ −
= = ............................. (4.8)
𝜎 = 𝜎′ + − ............................. (4.9)

𝜎 =𝜎− − ............................. (4.10)
Dengan a adalah luas kontak antar partikel per satuan luas kotor
tanah. Untuk meninjau tegangan efektif akibat berat tanah yang
ada di atasnya, ditinjau suatu massa tanah yang berada dalam
bidang horizontal dan dengan muka air tanah di permukaan
tanah tersebut (Gambar 4.2). Tegangan vertikal total (σv), yaitu

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 201


tegangan normal pada bidang horizontal pada kedalaman z sama
dengan berat seluruh material (padat + air) per satuan luas:
𝜎 =𝛾 ............................. 4.11)
dengan z adalah keadalaman yang ditinjau dari sat adalah berat
volume tanah jenuh. tekanan air pori pada sembarang kedalaman
akan berupa tekanan hidrostatis, karena ruang pori di antara
butiran saling berhubungan. Karena itu, pada kedalaman z,
tekanan air pori (u) adalah:
=𝛾 ............................. (4.12)

Gambar 4.2 Tegangan efektif pada suatu lapisan tanah


Menurut Persamaan (4.1), tegangan bertikal efektif (σv’)
pada kedalaman z adalah ;
𝜎′ = 𝜎 − ............................. (4.13)
= 𝛾 − 𝛾
𝜎′ = 𝛾 − 𝛾 = 𝛾′ ............................. (4.14)
Dengan ’ adalah berat volume apung tanah (berat volume
efektif atau berat volume tanah terendam).
4.3. Tegangan Efektif pada Tanah Tak Jenuh
Bila tanah tidak jenuh sempurna, maka rongga-rongga
tanah akan terisi oleh air dan udara (Gambar4.3). Tekanan air
pori (uw) harus selalu lebih kecil daripada tegangan yang terjadi
dalam udara (ua) akibat tarikan permukaan karena tidak jenuh,

202|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


pori udara akan membentuk saluran yang sambung-
menyambung melalui ruang di antara butiiran, sedang air pori
akan terkonsentrasi pada daerah sekitar kontak antar partikel.
Karena itu, sembarang bidang yang bergelombang yang ditarik
mendekati mendatar, akan melewati bagian air dan bagian udara.
Bishop (1955) memberikan persamaan hubungan tegangan total
(σ) untuk tanah tak jenuh adalah sebagai berikut:
𝜎 = 𝜎′ + − − .............................(4.15)

Gambar 4.3 Susunan tanah tak jenuh


Dengan X adalah parameter yang ditentukan secara
eksperimental, yang mempunyai hubungan secara langsung
dengan derajat kejenuhan tanah. Sedang uw adlah tekanan air di
dalam ruang pori dan ua adalah tekanan udara dalam pori. Untuk
tanah jenuh S=1 dan X=1. Untuk tanah kering sempurna S=0
dan X=0. persamaan (4.15) akan sama dengan Persamaan (4.1),
bila S=1.

4.4. Pengaruh Gaya Rembesan pada Tegangan Efektif


Jika air mengalir dengan gradien hidrolik tertentu di
dalam tanah, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 4.4,

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 203


maka pengaruh perbedaan tinggi tekanan akan menimbulkan
gaya pada butiran tanah, Arah gaya rembesan ini searah dengan
aliran (lihat bab 3).
Ditinjau kondiisi aliran air di dalam tanah, seperti pada
Gambar4.4 Akan dihitung tegangan efektif yang bekerja pada
titik A oleh akibat pengaruh gaya rembesan, di mana arah aliran
divariasikan.

Gambar 4.4 Tegangan efektif akibat gaya rembesan


Pada kasus (a), tanah menderita gaya rembesan ke atas.
Pada titik A:
Tegangan total:
𝜎=ℎ 𝛾 + 𝛾
Tekanan air pori:
= 𝛾 + ℎ + ∆h 𝛾
Tegangan efektif:
𝜎′ = 𝜎 −
𝜎 ′ = ℎ 𝛾 + 𝛾 − 𝛾 − ℎ + ∆h 𝛾
atau :
𝜎 ′ = 𝛾 ′ − ∆h𝛾 ............................. (4.16)
204|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Pada kasus (b), tidak ada gaya rembesan (∆h = 0) atau
tekanan air hidrostatis.
Pada titik A ;
Tegangan total:
𝜎 = 𝛾 +ℎ 𝛾
Tekanan air pori:
= ℎ +z 𝛾
Tegangan efektif:
𝜎′ = 𝜎 − = 𝛾 − 𝛾
karena : 𝛾 ′ = 𝛾 − 𝛾 ,
makadidapat :
𝜎′ = 𝛾′ ............................. (4.17)
Pada kasus (c) terjadi aliran arah ke bawah yang menekan
butiran tanah dengan tinggi tekanan air sebesar –(h1 + z).
Pada titik A:
Tegangan total:
𝜎 = 𝛾 +ℎ 𝛾
Tegangan air pori:
=
Tegangan efektif:
𝜎′ = 𝜎 − = 𝛾 − 𝛾 −
= ℎ 𝛾 + 𝛾
karena :𝛾 = 𝛾 ′ + 𝛾 ,
maka didapat :
𝜎′ = 𝛾′ + ℎ + 𝛾 .................(4.18)
Dengan sat adalah berat volume tanah jenuh, w adalah berat
volume air, dan ’ adalah berat volume apung. Dengan
memperhatikan Persamaan (4.18) terlihat bahwa aliran air ke
bawah, maka tegangan efektif bertambah.

4.5. Pengertian Penyebaran Tegangan


Tegangan didalam tanah yang timbul akibat adanya beban
dipermukaan dinyatakan dalam istilah tambahan tegangan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 205


(stress increment), karena sebelum tanah dibebani, tanah sudah
mengalami tekanan akibat beratnya sendiri yang disebut tekanan
overburden.
Analisis tegangan di dalam tanah didasarkan pada
anggapan bahwa tanah bersifat elastis, homogen, isotropi,dan
terdapat hubungan linier antara tegangan dan regangan.
Dalam analisisnya, regangan volumetric pada bahan yang
bersifat elastis dinyatakan oleh persamaan :
V 1  2
  X   Y   Z 
V E
......................(4.19)

Yang mana :
ΔV = perubahan volume
V = volume awal
μ = angka poison
E = modulus elastis
σx,σy, σz = tegangan-tegangn dalam arah x,y,dan z
Pada persamaan (4.18), bila pembebanan yang
mengakibatkan penurunan, terjadi pada kondisi tak terdrainase
(undrained), atau penurunan terjadi pada volume konstant,
maka :
ΔV/V = 0 ; dalam kondisi ini, maka angka poison μ= 0,5.
Jika pembebanan menyebabkan adanya perubahan
volume (contohnya penurunan akibat proses konsolidasi),
sehingga :
ΔV/V > 0, sehingga nilai μ < 0,5.

4.6. Teori Boussinesq


Boussinesq (1885) memberikan persamaan penyebaran
beban akibat pengaruh beban titik di permukaan . Tambahan
tegangan vertikal (Δσz) akibat beban titik dianalisis dengan

206|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


meninjau sistem tegangan pada koordinat silinder (Gambar 4.5)
:
4.6.1. Beban Titik

Gambar 4.5. Tambahan tegangan vertikal akibat beban titik


Dalam teori ini, tambahan tegangan vertikal (Δσz) pada
suatu titik dalam tanahakibat beban titik Q dipermukaan,
dinyatakan oleh persamaan:
5/ 2
3Q  1 
 z  
2 
 ...................... (4.20)
2 
2 .z  1  r / z  
Yang mana :
Δσz = tambahan tegangan vertikal
z = kedalaman titik yang ditinjau
r = jarak horizontal titik didalam tanah terhadap
garis kerja beban.
Jika faktor pengaruh untuk beban titik didefinisikan sebagai :
5/ 2
3  1 
I   ...................... (4.21)
2  1  r / z  
2

Maka Persamaan (5.2) akan menjadi :


Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 207
Q
 z  I ...................... (4.22)
z2
Nilai I, yang disajikan dalam bentuk grafik diperlihatkan dalam
Gambar 4.6 (Taylor,1984)

Gambar 4.6. Faktor pengaruh (I) akibat beban titik,


didasarkan teori Boussinesq (Taylor, 1948)

Contoh Soal 4.1 :


Diketahui : Susunan fondasi diperlihatkan dalam Gambar C1
.Beban kolom A = 400kN, kolom B = 200kN dan
kolomC = 100kN. Bila beban kolom dianggap sebagai
beban titik, hitung tambahan tegangan dibawah pusat
fondasi-fondasi A, B, dan C, pada kedalaman 6m
dibawah pondasi.
Diminta : Hitung perubahan tegangan tanah di bawah tanah
pada masing-masing titik pondasi tersebut.

Penyelesaian :

208|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Beban-beban kolom dianggap sebagai beban titik, karena itu
tambahan tegangan dibawah masing-masing fondasi dapat
dihitung dengan persamaan :
Q
 z  2 I
z
Fondasi-fondasi diberi nama menurut nama kolom. Dalam soal
ini, karena susunan fondasi simetri, tambahan tegangan dibawah
pondasi B dan C, masing-masing pada kedalaman yang sama
akan menghasilkan  z yang sama.

Gambar C1
(1) Untuk fondasi-fondasi B:
 z (B1) =  z (B2) =  z (B3) =  z (B4)
(2) Untuk fondasi-fondasi C:
 z (C1) =  z (C2) =  z (C3) =  z (C4)
(a) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi A
Hitung faktor pengaruh I pada kedalaman 6 m dibawah
fondasi A, dilakukan dalam Tabel C1a.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 209


Tabel C1a. Perhitungan faktor pengaruh I dibawah fondasi A
Beban
Kolom r (m) z (m) r/z I(A)
(kN)
A 400 0 6 0 0,478
B 200 3 6 0,5 0,273
C 100 4,24 6 0,71 0,172

Jadi didapat :
Tambahan tegangan akibat beban fondasi A
= 1 x 400/62 x 0,478 = 5,31 kN/ m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi B
= 1 x 200/62 x (0,273 x 4) = 6,07 kN/ m2
Tambahan tegangan akibat beban fondasi C
= 1 x 100/62 x (0,172 x 4) = 1,91 kN/ m2
Tambahan tegangan dibawah fondasi A pada kedalaman 6 m
akibat beban seluruh pondasi adalah jumlah tambahan tegangan
di atas, yaitu :
 z (A) = 5,31 + 6,07 + 1,91 = 13,29 kN/m2
(b) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi B
Ditinjau fondasi B1. Dihitung jarak-jarak antara pusat
fondasi B1 dengan yang lain:
BC1= B1C2 = B1A = 3 m
B1B2 = B1B3 = 32  32  4,24 m
B1C3 = B1C4 = 6 2  32  6,71 m
B1B4 = 6,0 m
Hitung I dibawah pusat pondasi B1, pada kedalaman z = 6 m,
oleh akibat beban-beban seluruh pondasi diletakkan pada Tabel
C.1b

Tabel C.1b Perhitungan Faktor pengaruh I dibawah fondasi B1


Beban
Kolom r (m) z (m) r/z I(B1)
(kN)
B1 200 0 6 0 0,478

210|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


B2 200 4,24 6 0,71 0,172
B3 200 4,24 6 0,71 0,172
B4 200 6 6 1 0,084
A 400 3 6 0,5 0,273
C1 100 3 6 0,5 0,273
C2 100 3 6 0,5 0,273
C3 100 6,71 6 1,12 0,063
C4 100 6,71 6 1,12 0,063

Jadi didapat :
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi A
= 400/62 x 0,273 = 3,03 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi B
= 200/62 x (0,478 + 0,172 + 0,172 + 0,084) = 5,03 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat B1, akibat beban fondasi C
= 100/62 x (0,273 + 0,273 + 0,063 +0,063) = 1,87 kN/m2
Tambahan tegangan akibat beban seluruh fondasi, dibawah
pusat pondasi B1, pada kedalaman 6m :
 z (B1) = 3,03 + 5,03 + 1,87 = 9,93 kN/ m2
Tegangan-tegangan dibawah masing-masing pusat pondasi B1
sampai B4, pada kedalaman 6m, sebesar :
 z (B1) =  z (B2) =  z (B3) =  z (B4) = 9,93 kN/m2
(c) Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi C
C1A = 4,24 m
C1B4 = C1B3 = 6,71 m
C1C4 = 6 2 = 8,48 m
Hitung faktor pengaruh (I) dibawah pusat pondasi C1, pada
kedalaman z = 6 m, oleh akibat beban-beban seluruh pondasi
diletakkan pada Tabel C.1c
Tabel C.1c Perhitungan Faktor pengaruh I dibawah fondasi C1
Beban
Kolom r (m) z (m) r/z I(C1)
(kN)
C1 100 0 6 0 0,478

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 211


C2 100 6,0 6 1 0,084
C3 100 6,0 6 1 0,084
C4 100 8,48 6 1,41 0,031
B1 200 3 6 0,50 0,273
B2 200 3 6 0,50 0,273
B3 200 6,71 6 1,12 0,063
B4 200 6,71 6 1,12 0,063
A 400 4,24 6 0,71 0,172

Jadi didapat :
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi A
= 400/62 x 0,172 = 1,19 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi B
= 200/62 x (0,273 + 0,273 + 0,063 +0,063) = 3,73 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat C1, akibat beban fondasi C
= 100/62 x (0,478 + 0,084 + 0,084 +0,031) = 1,88 kN/m2
Tambahan tegangan dibawah pusat pondasi C1, pada kedalaman
6m:
 z (C1) = 1,91 + 3,73 + 1,88 = 7,52 kN/ m2
Jadi tegangan-tegangan dibawah masing-masing pusat pondasi
C1 sampai C4, pada kedalaman 6m :
 z (C1) =  z (C2) =  z (C3) =  z (C4) = 7,52
2
kN/m

4.6.2. Beban Garis


Tambahan tegangan tanah akibat beban garis Q per satuan
panjang (Gambar 4.7), pada sembarang titik di dalam tanah
dinyatakan oleh gambar dan persamaan-persamaan berikut :

212|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 4.7. Tambahan tegangan akibat beban garis

(1) Tambahan tegangan vetikal arah sumbu-z :


2Q z3
 z  ...................... (4.23)
 (x2  z 2 )2
(2) Tambahan tegangan horisontal arah sumbu-x :
2Q x 2 .z
 x  ...................... (4.24)
 (x 2  z 2 )2
(3) Tegangan geser :
2Q xz 2
 xz  ...................... (4.25)
 (x 2  z 2 )2

4.6.3. Beban Merata – Lajur Memanjang


Tambahan tegangan vertikal pada titik A didalam tanah
akibat beban terbagi rata q fleksible berbentuk lajur memanjang
(Gambar 4.8), dinyatakan oleh persamaan-persamaan berikut :
(1) Tambahan tegangan vertikal arah sumbu-z :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 213


q
 z    sin  cos 2  ...................... (4.26)

(2) Tambahan tegangan horizontal arah sumbu-x :
q
 x    sin  cos 2  ...................... (4.27)

(3) Tegangan geser :
q
 xz  sin  cos 2  ...................... (4.28)

 dan dalam radian dudut yang ditunjukkan pada gambar 4.8.

Gambar4.8.Tegangan akibat beban terbagi rata berbentuk


lajur memanjang

4.6.4. Beban Merata – Empat Persegi


Tambahan tegangan vertikal akibat beban terbagi rata
fleksible berbentuk lempat persegi panjang, dengan ukuran
panjang L dan lebar B (Gambar 4.9), dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan yang diperoleh dari penjabaran
persamaan Boussines q, sebagai berikut :
∆σz = q.I ...................... (4.29)

214|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Dalam persamaan tersebut :

I

1  2mn m 2  n 2  1 
1/ 2



m2  n2  2   arctg 2 2
 
2mn m 2  n 2  1 
1/ 2


4  m 2  n 2  1  m 2 n 2 m 2  n 2  1  m  n  1  m 2 n 2 
....................................(4.30)
Yang mana :
q = tekanan sentuh atau tekanan fondasi ke tanah (beban
merata di permukaan);
B
m = ; dan
Z
L
n =
Z

Gambar 4.9.Tegangan di bawah beban terbagi rata berbentuk


empat persegi panjang

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 215


Gambar 4.10Faktor pengaruh I untuk tegangan vertikal
dibawah sudut luasan tegangan terbagi rata.
Tambahan tegangan vertikal pada sembarang titik
dibawah luasan empat persegi panjang ditentukan dengan cara
membagi-bagi empat persegi panjang. Dan kemudian
menjumlahkan tegangan yang terjadi pada tiap-tiap bagiannya.
Sebagai contoh akan ditentukan tambahan tegangan vertikal
dibawah titik X (Gambar 4.12). Untuk ini, dapat dilakukan cara
sebagai berikut :

Δσ(X) = Δσz(XEBF)+Δσz(XFCH)+Δσz(XGDH)+Δσz(XGAE)

216|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 4.11.Contoh hitungan tambahan tegangan vertikal di
bawah titik tertentu akibat beban terbagi rata empat persegi
panjang

Contoh soal4.2:
Diketahui : Bila dalam contoh soal 1 seluruh area bangunan
didukung oleh fondasi rakit ukuran 7x7 m2.
Diminta : Berapakah tambahan tegangan di bawah pusat pondasi
pada kedalaman yang sama? Dianggap beban total yang
didukung oleh kolom-kolom disebarkan secara sama
keseluruh luasan fondasi pelat.
Penyelesaian :
Beban total yang didukung kolom-kolom dianggap disebarkan
secara sama pada luasan fondasi pelat, maka
2
1
q    400  4  200   4  100   32,6kN / m 2
7

Gambar C2

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 217


(a) Tambahan tegangan dipusat beban (titik E)dihitung dengan
membagi fondasi menjadi 4 bagian yang sama, dengan
ukuran 3,5 m x 3,5 m:
m = B/z = 3,5/6 = 0,59 ; n = L/z = 3,5/6 = 0,59
Dari Gambar 4.10, diperoleh I = 0,107
Δσz (E) = 4.I.q = 4 x 0,107 x 32,6 = 14 kN/m2
(b) Tambahan tegangan vertikal di titik D dilakukan dengan
membagi dua luasan fondasinya, yaitu luasan DFCA dan
DFIG
DF = 7m ;AD = 3,5 m
B 3,5
m= =  0,583
Z 6
L 7
n= =  1,17
Z 6
Dari Gambar 4.10, diperoleh : I = 0,142
Δσz (D) = 2Iq = 2 x 0,142 x 32,6 = 9,3 kN/m2
(c) Tambahan tegangan dibawah titik A:
B 7
m= =  1,17
Z 6
L 7
n= =  1,17
Z 6
Dari Gambar 4.10, diperoleh : I = 0,191
Δσz (A) = I x q = 0,191x 32,6 = 6,2 kN/m2
Δσz (E) = Δσz (A) x 4 = 6,2 x 4 = 24,8 kN/m2

218|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


4.6.5. Beban Merata – Lingkaran
Dengan cara integrasi dari persamaan bentuk titik, dapat
diperoleh tambahan tegangan dibawah luasan fleksibel
berbentuk lingkaran yang mendukung beban terbagi rata.
Tambahan tegangan pada kedalaman tertentu dibawah beban
seprti yang diprlihatkan dalam Gambar 4.12, ditentukan dengan
cara sebagai berikut:
3q  1 
dA
d z 
 
......................
2z 2  1  r / z 2 5 / 2 
(4.31)

Gambar 4.12.Tegangan dibawah beban terbagi rata berbentuk


lingkaran fleksibel

Karena dA = r dθ dr,dengan integrasi persamaan(4.31),


maka:
3q 2 r ro ddro
z   0
 
......................
2z 1  r / z 
2 0 2 5/ 2

(4.32)
Dari sini dapat diperoleh persamaan tambahan tegangan
vertikal dibawah beban terbagi rata berbentuk lingkaran
fleksibel, sebagai berikut:
 1 
 z  q1   ...................... (4.33)
 
 1  r / z 2 3 / 2 
 

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 219


Dengan penyesuaian notasi, makapersamaan (4.33) dapat
dinyatakan dalam bentuk:
Δσz = q x l ...................... (4.34)

dengan :
 1 
I  1   ...................... (4.35)
 
 1  r / z 2 
3/ 2 

Foster dan Ahlvin (1954) memberikan grafik faktor


pengaruh I untuk tambahan tegangan vertikal pada sembarang
titik dibawah beban terbagi rata berbentuk lingkatran fleksibel
pada Gambar 4.13. Faktor pengaruh I untuk tambahan tegangan
dibawah pusat beban lingkaran, dinyatakan oleh kurva x/r=0

Gambar 4.13.Faktor pengaruh I untuk tegangan vertikal


dibawah beban terbagi rata berbentuk lingkaran fleksibel
(Foster dan Ahlvin, 1954)

Contoh Soal4.3:

220|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Diketahui : Luasan beban berbentuk lingkaran yang fleksibel
berdiameter 7,8 m terletak di permukaan tanah.
Tekanan terbagi rata q = 117 kN/m2 bekerja pada
luasan tersebut.
Diminta : Berapa tambahan tegangan vertikal pada kedalaman
4m, ditepi dan pusat fondasi ?

Gambar C 3
Penyelesaian :
Hitungan tambahan tegangan pada kedalaman 4 m dibawah
pusat (titik A), yaitu x = 0 m ; dan di tepi fondasi (titik B) yaitu
x = 3,9 m.Oleh beban terbagi rata sebesar q = 117 kN/m2
Tabel C 2. Perhitungan Tambahan Tegangan di A dan B
Titik r (m)
x z
x/r z/r l
z=lq
(m) (m) (kN/m2)
A 3,9 0 4 0 1,03 0,63 73,7
B 3,9 3,9 4 1 1,03 0,63 38,6

Jadi :
1) Tambahan tegangan di pusat pondasi (titik A) = 73,70
kN/m2
2) Tambahan tegangan di tepi pondasi (titik B) = 38,60
kN/m2
4.7. Teori Newmark
Newmark (1942) memberikan cara menghitung tambahan
tegangan vertikal di atas tanah akibat luasan fleksibel berbentuk
tak teratur yang mendukung beban tak terbagi rata. Diagram
yang digunakan dalam hitungan berupa lingkaran yang disebut
lingkaran Newmark.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 221


Newmark mengubah Persamaan (5.15a) dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:
2 / 3
r   z 
 1    1 ...................... (4.36)
z  q 
Nilai-nilai r/z dan Δσz/q merupakan besaran yang tidak
berdimensi.Berdasarkan persamaan (1.16) tersebut, selanjutnya
Newmark menggambarkan diagram pengaruh yang dapat
dipergunakan untuk menentukan besarkan kenaikan tegangan
vertikal di bawah lapisan tanah sembarang luasan yang
mendukung beban terbagi rata (Gambar 4.14).

Gambar 4.14. Diagram pengaruh untuk tambahan tegangan


vertikal didasarkan pada teori Boussinesq (Newmark, 1942)
Pada diagram Newmark, jari-jari lingkaran adalah nilai
r/z, yaitu untuk z/q = 0 ; 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; ..... 1,0. Jadi terdapat
sebanyak 9 lingkaran. Panjang AB adalah panjang satuan untuk
menggambarkan lingkaran tersebut. Lingkaran-lingkaran
tersebut dibagi-bagi oleh garis-garis sedemikian rupa sehingga
mempunyai sudut pusat yang sama besarnya.
Nilai pengaruh Newmark diberikan oleh nilai 1/n, yang
mana n adalah jumlah elemen yang terpotong oleh garis lewat
pusat lingkaran-lingkarannya.

222|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Karena terdapat 200 elemen, maka faktor pengaruh adalah
1/200 = 0,005.Untuk menentukan besarnya tegangan vertikal
pada kedalaman tertentu di bawah pondasi, dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut :
(1) Tentukan kedalaman (z) yang akan dihitung
tegangannya. Buatlah z = AB. Jika tegangan yang akan
dihitung terletak pada kedalaman z=5m, maka panjang
AB dalam grafik Newmark adalah 5 m.
(2) Gambarkan denah pondasi dengan skala panjang sesuai
dengan panjang satuan garis AB. Artinya jika panjang
pondasi L=10m dan lebarnya B=5m, maka panjang
pondasi yang digambarkan pada lingkaran Newmark
adalah 2 kali panjang garis AB dan lebar pondasinya
digambarkan 1 kali panjang garis AB.
(3) Denah pondasi diletakkan sedemikian rupa sehingga
proyeksi titik tegangan pada denah pondasi yang akan
ditentukan tegangannya berimpit dengan pusat lingkaran
Newmark.
(4) Hitunglah jumlah elemen yang tertutup oleh denah
pondasi, misalnya n-elemen.
(5) Tambahan tegangan pada kedalaman (z), dihitung
dengan menggunakan persamaan :
z = n.q.I
Yang mana :
q = beban terbagi rata pada pondasi
n = jumlah elemen yang tertutup oleh denah pondasi
I = faktor pengaruh (diambil standard diagram
Newmark)
Metode Newmark ini cocok dipergunakan untuk bentuk
pondasi sembarang, sejauh bentuk pondasi masih dapat
digambarkan dengan skala yang sesuai.
4.8. Teori Westergaard

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 223


Menurut Westergaard (1938), bahwa tegangan yang
terjadi di dalam tanah dapat dihitung dengan menganggap massa
tanah sebagai material yang mendapat perkuatan dalam arah
lateral oleh lapisan yang sangat tipis tetapi cukup kuat, dan
massa tanah dianggap berada pada ujung ruang tertutup,
sehingga tegangan yang terjadi hanya dalam arah vertikal.
Isobar tegangan yang cocok diterapkan teori
Westergaard ini adalah yang menunjukkan tempat kedudukan
titik- titik yang mempunyai tegangan vertikal yang sama oleh
akibat beban berbentuk lajur memanjang ditunjukkan dalam
Gambar 5.11.

Gambar 4.15. Isobar tegangan untuk beban terbagi rata


berbentuk lajur memanjang dan bujur sangkar teori
Boussinesq (Westergaard, 1938)

224|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Westergaard memberikan metode untuk
memperhitungkan tambahan tegangan dalam tanah akibat beban
titik di permukaan, dengan persamaan sebagai berikut :
Q (1  2 ) /(2  2 )
 z  ............
2z [(1  2 ) /(2  2 )  (r / z) 2 ]3 / 2
2

(4.37)

Untuk angka poisson =0, maka persamaan tersebut akan


menjadi :
Q 1
 z  2 ............ (4.38)
z [(1  2(r / z ) 2 ]3 / 2

4.9. Teori Penyebaran Beban (2V : 1H)


Metode ini merupakan salah satu cara pendekatan yang
sangat sederhana untuk menghitung penyebaran tegangan akibat
pembebanan yang diberikan oleh Boussinesq. Caranya dengan
membuat garis penebaran beban 2V:1H (2vertikal dibanding
satu horizontal ). Dalam cara ini, beban fondasi Q dianggap
didukung oleh piramid yang mempunyai kemiringan sisi 2V:1H
(Gambar 4.16).

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 225


Gambar 4.16. Cara penyebaran tegangan 2V : 1H
Dengan cara pendekatan ini, lebar dan panjangnya
bertambah 1meter untuk tiap penambahan kedalaman 1 meter.
Untuk fondasi 4 persegi panjang:
Q
 z  ............ (4.39)
( L  z)B  z)
Atau untuk beban merata :
qLB
 z  ............ (4.40)
( L  z)B  z)
Yang mana :
Δσz= tambahan tegangan vertikal pada kedalaman z
(kN/m2)
Q = beban total (kN)
q = tekanan terbagi rata (kN/m2)
L = Panjang luasan beban (m)
B = Lebar luasan beban (m)
Z = kedalaman (m)
Cara ini dapat juga untuk menghitung fondasi berbentuk
memanjang. Tambahan tegangan vertikal pada fondasi
memanjang dinyatakan oleh :
qB
 z  ............ (4.41)
Bz

Contoh soal 4.4 :


Luasan beban berbentuk bujur sangkar fleksibel berukuran 3 m
x 3 m terletak dipermukaan tanah. Di pusat luasan beban bekerja
beban titik sebesar 100 kN. Berapa tambahan tegangan yang
terjadi pada kedalaman 4 m, bila dipakai cara penyebaran 2V
: 1H ?
Penyelesaian :
Tambahan tegangan pada kedalaman (z = 4m), adalah :
Q 100
 z  = = 2 kN/m2
( L  z)B  z  (3  4)3  4)
226|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
BAB –V
SIFAT KOMPRESIBILITAS TANAH

5.1. Lingkup Sifat Kompresibilitas Tanah


Lapisan tanah sering mengalami pembebanan yang
seragam di suatu area yang luas, seperti beban pondasi,
timbunan atau tanggul yang luas. Dalam kondisi seperti itu,
tanah yang jauh dari tepi area yang terbebani akan mengalami
regangan vertikal, namun tidak ada ketegangan horizontal.
Dengan demikian, penyelesaian hanya terjadi dalam bentuk
solusi satu dimensi. Kompresibilitas tanah dengan kompresi satu
dimensi dapat digambarkan dari penurunan volume rongga
dengan kenaikan tegangan efektif. Perbandingan antara pori (e)
dengan tegangan efektif (’), dapat digambarkan sebagai plot
aritmatika atau plot semi-log. Seperti yang diperlihatkan pada
gambar berikut.

Gambar 5.1. Kurva Angka Pori vs Tegangan Efektif


Dalam grafik seperti yang ditunjukkan di atas, akibat tanah
memadat pada peningkatan kepadatan yang sama dari tegangan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 227


efektif ', maka perbandingan pori akan berkurang atau
menjadi lebih kecil, dari e1 ke e2. Ini disebabkan oleh partikel
tanah yang semakin padat saat air pori dipaksa keluar. Pada
tanah berbutir halus, waktu yang jauh lebih lama diperlukan agar
air pori bisa keluar dibandingkan dengan tanah kasar. Dapat
dikatakan bahwa kompresibilitas tanah berkurang apabila
tegangan efektif meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
kemiringan pada grafik hubungan angka pori vs tegangan
efektif, yang biasa dikenal sebagai koefisien kompresibilitas
(Cc), yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
de
Cc   ............................(5.1)
d '
Untuk perubahan tegangan efektif yang kecil, maka :
e
Cc   ............................(5.2)
 '
Tanda–e (digunakan untuk menghasilkan nilai parameter
positif).
Jika e0 adalah angka pori awal dari lapisan konsolidasi, maka
dapat dihitung nilai parameter lain yang sangat berguna, yaitu
koefisien kompresibilitas volume (mv), yang dinyatakan
sebagai;
Cc
mv  ............................(5.3)
(1  e0 )
Nilai mvmenunjukkan nilai kompresi tanah per satuan ketebalan
aslinya, akibat adanya kenaikan tekanan satuan.
Menurut A.Sridharan&Gurtug (2005), bahwa
karakteristik kompresibilitas tanah merupakan salah satu
parameter penting yang diperlukan dalam pertimbangan desain.
Indeks kompresi (Cc), yang merupakan kemiringan dari bagian
linear dari rasio void (e) versus logaritma dari tekanan p (e vs
log p), telah digunakan secara luas untuk penentuan penurunan
suatu konstruksi. Kurva e vs log p, paling sering diasumsikan
linier pada kisaran tekanan yang lebih tinggi, dan karena itu,

228|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


maka Cc dianggao sebagai konstanta. Dari hasil eksperimen
mereka membuktikan bahwa kurva e vs log p dapat melengkung
cekung ke atas atau cekung ke bawah tergantung pada
karakteristik plastisitas tanah dan kadar air awalnya. Oleh
karena itu asumsi bahwa Cc adalah konstan, mungkin tidak
berlaku untuk semua kasus. Hasil penelitian mereka juga
menunjukkan bahwa deformasiakan lebih refresentatif bila
dinyatakan dalm persentase ketebalan tanah, atau dalam
hubungan (strain) vs tekanan efektif, karena dapat diperlakukan
sebagai hiperbola persegi panjang dan perilaku tersebut dapat
dicirikan oleh dua parameter, 'a' dan 'b'. Karakterisasi perilaku
kompresibilitas (Cc) dengan tekanan efektif pada dua parameter
lebih baik daripada parameter tunggal.

5.2.Teori Konsolidasi
Konsolidasi (consolidation) adalah suatu proses
pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh
sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
sebagian air pori. Dengan kata lain, pengertian konsolidasi
adalah proses terperasnya air tanah akibat bekerjanya beban
statis, yang terjadi sebagai fungsi waktu karena kecilnya
permeabilitas tanah. Proses ini berlangsung terus sampai
kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan
tegangan total telah benar-benar hilang. Kasus yang paling
sederhana adalah konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi
regangan lateral nol mutlak ada. Proses konsolidasi dapat
diamati dengan pemasangan piezometer, untuk mencatat
perubahan tekanan air pori dengan waktunya. Besarnya
penurunan dapat diukur dengan berpedoman pada titik referensi
ketinggian pada tempat tertentu.
Proses pemuaian (swelling), kebalikan dari konsolidasi,
adalah bertambahnya volume tanah secara perlahan-lahan akibat
tekanan air pori berlebih negatif (berkurang).

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 229


Ketika lapisan tanah mengalami tekanan vertikal,
perubahan volume akibat perubahan susunan partikel-partikel
tanah, dan mungkin terjadi sejumlah pecahan (fraksi)
butirantanah. Sebenarnya volume butiran tanah tetap konstan,
akan tetapi perubahan volume total disebabkan oleh perubahan
volume pori. Pada tanah jenuh, perubahan volume bisa terjadi
hanya jika air terdorong keluar dari pori tanah (berdisipasi).
Pergerakan air keluar dari pori tanah membutuhkan waktu dan
dikendalikan oleh permeabilitas tanah, dan permukaan batas
pengeringan bebas (free draining boundary).
Hal ini diperlukan untuk menentukan besarnya perubahan
volume (atau penurunan), dan waktu yang dibutuhkan untuk
perubahan volume tersebut terjadi. Besarnya penurunan tanah
bergantung pada tiga faktor, yakni ;besarnya tegangan yang
diterapkan, ketebalan lapisan tanah, dan kompresibilitas tanah.
Pada saat tanah dibebani, tekanan pori meningkat. Karena
tekanan pori berlebih, maka air pori meninggalkan massa tanah,
sehingga penurunan tanah terjadi. Proses ini membutuhkan
waktu, dan tingkat penurunanyang terjadi seiring berjalannya
waktu. Pada jenis tanah berbutir kasar (pasir dan kerikil),
perubahan volume terjadi segera saat tekanan pori-pori
terdisipasi dengan cepat, karena permeabilitasnya tinggi.
Sedangkan pada tanah halus (lanau dan lempung), rembesan
lambat terjadi karena permeabilitas rendah.
Total konsolidasi yang terjadi pada tanah yang mengalami
pembebanan terdiri atas tiga komponen, yakni :
(1) Konsolidasi elastis, yaitu perubahan bentuk pada volume
konstan, yaitu karena kompresi vertikal dan ekspansi
lateral.
(2) Konsolidasi primer / konsolidasi sederhana (primary or
simply consolidation), adalah perubahan karena aliran
air yang keluar dari rongga, dan merupakan fungsi dari
permeabilitas dan kompresibilitas tanah.

230|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


(3) Konsolidasi sekunder, adalah perubahan yang
tergantung pada perilaku tanah seperti creep, particle
fracture, dan sebagainya.
Konsolidasi primermerupakan komponen konsolidasi
yang utama, dan dapat diperkirakan secara wajar. Sebuah teori
umum untuk konsolidasi, yang menggabungkan aliran tiga
dimensi, namun cukup rumit dan hanya digunakan untuk
penyelesaian masalah yang sangat terbatas di dalam rekayasa
geoteknik. Untuk sebagian besar penyelesaian masalah secara
praktis,cukup dengan berasumsi bahwa rembesan, deformasi
dan regangan pada tanah hanya berlangsung dalam satu arah
saja, sebagai konsolidasi satu dimensi yaitu dalam arah vertical
(one-dimensional consolidation).

5.2.1. Konsolidasi Normal dan Konsolidasi Berlebih.


Pada tanah lempung, setiap mengalami pembebanan, akan
meninggalkan perubahan susunan partikel tanah yang bersifat
permanen dlam bentuk sisa tegangan (residual stress), sehingga
dengan sendirinya akan mengubah tegangan efektif di dalam
tanah. Fenomena semacam ini dapat ditunjukkan dengan kurva,
dimana pada gambar berikut, yang menunjukkan hubungan
rasio void dan tegangan efektif tanah pada liat dalam grafik
semi-log.

Gambar 5.2. Kurva Angka Pori vs Tegangan (skala logaritme)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 231


Garis OP,menunjukkan deformasi tanah saat pembebanan
awal tanah. Garis PQ, menunjukkan pemekaran tanah (unload)
akibat pengurangan beban pada tanah. Garis QFR, menunjukkan
deformasi akibat pembebaban ulang (reload)pada lapisan tanah.
Setelah pembebanan ulang di luar P, deformasi tanah
berlanjut di sepanjang jalur yang akan diikuti, jika dimuat dari
O ke R secara terus menerus (contineous load, tanpa melakukan
pembebanan load-unload-reload).
Tegangan pra-konsolidasi (preconsolidation stress, 'pc),
didefinisikan sebagai tegangan efektif maksimum yang dialami
oleh tanah. Tegangan pra-konsolidasi dapat diidentifikasi, jika
dibandingkan dengan tekanan efektif dalam keadaan saat ini.
Untuk tanah pada keadaan Q atau F, ini sesuai dengan tegangan
efektif pada titik P.
Jika tegangan efektif saat ini (current effective stress,
'),samaatau lebih besar daripada tegangan pra-konsolidasi,
maka tanah tersebut dikatakan berkonsolidasi normal (normally
consolidated - NC). Sedangkan jika tegangan efektif saat ini
kurang dari tekanan pra-konsolidasi, maka tanah dikatakan
berkonsolidasi berlebih (over consolidated - OC).
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa untuk kenaikan
tegangan efektif yang sama, perubahan angka pori jauh lebih
sedikit untuk tanah yang over konsolidasi (dari e0 sampai ef),
daripada untuk tanah yang berkonsolidasi normal seperti pada
jalur OP. Pada saat beban dikurangi (unload), tanah akan
membengkak namun pertambahan volume jauh lebih sedikit,
daripada pengurangan volume awal untuk tingkat perubahan
tegangan yang sama.
Jarak dari garis konsolidasi normal memiliki pengaruh
penting pada perilaku tanah. Ini dijelaskan secara numerik
dengan overconsolidation ratio(OCR), yang didefinisikan
sebagai perbandingan antara tekanan pra-konsolidasi
('pc)terhadap tegangan efektif saat ini (').

232|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


 ' pc
OCR   ............................(5.4)
'
Jadi : Untuk tanah yang berkonsolidasi normal  OCR  1
Untuk tanah yang berkondolidasi berlebih  OCR > 1
Kegunaan mengetahui tingkat konsolidasi pada tanah,
diantaranya bahwa penurunan pada umumnya akan jauh lebih
kecil untuk struktur yang dibangun di atas tanah yang memiliki
kondisi over-consolidated. Sebagian besar tanah akan
berkonsolidasi di alam sampai pada tingkat tertentu. Proses
konsolidasi alami semacam ini dapat terjadi karena penyusutan
dan pembengkakan tanah pada saat pengeringan dan pengisian
ulang (rechange), perubahan tingkat air tanah, dan
pembongkaran tanah akibat erosi pada lapisan atas.

Untuk tanah lempung NC, hubungan angka pori dengan


tegangan efektif (skala log)dapat didekati dengan garis lurus,
dan kemiringan garis ini ditunjukkan oleh parameter yang
disebut sebagai “indeks kompresi(Cc)”. Indeks kompresi
dirumuskan sebagai berikut :
e
Cc   ............................(5.5)
  '2 
log 10  

 1'
Estimasi tekanan pra-konsolidasi yang dialami tanah,
dapat dilakukan melalui pengujian di laboratorium, untuk
mendapatkan hubungan antara angka pori versus tegangan
efektif (e vs log ’). Beberapa prosedur empiris yang dapat
digunakan untuk memperkirakan tegangan pra-konsolidasi,
namun pendekatan Casagrande yang paling banyak digunakan
yang diilustrasikan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 233


Gambar 5.3. Grafik e vs log ’ (Casagrande Method)
Langkah-langkah dalam prosedur Casagrandeadalah:
(1) Gambarkan grafik menggunakan skala yang sesuai.
(2) Tentukan titik kelengkungan maksimum A.
(3) Pada A, tarik garis AB yang bersinggungan dengan
kurva.
(4) Pada A, gambarlah garis horizontal AC.
(5) Gambarkan ED ekstensi dari bagian garis lurus kurva.
(6) Dimana garis ED memotong garis tengah AF dari sudut
CAB, titik itu sesuai dengan tegangan pra-konsolidasi
(’pc).
5.2.2. Teori Terzaghi (Analisis Konsolidasi)
Tegangan total () meningkat bila beban vertikal
tambahan pertama kali diterapkan, dan seketika itu juga secara
instan, tekanan air pori(u) akan meningkat dengan jumlah yang
persis sama dengan peningkatan tegangan total. Selanjutnya
akan terjadi aliran air dari daerah yang memiliki tekanan pori
(exess pore pressure) yang lebih tinggi ke daerah dengan
tekanan pori yang lebih rendah, dan hal ini yang menyebabkan
proses disipasi. Akibatnya tegangan efektif (’) akan berubah

234|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


dan tanah akan berkonsolidasi seiring berjalannya waktu. Hal ini
ditunjukkan secara skematis.

Gambar 5.4. Grafik Proses Disipasi & Konsolidasi


Dengan asumsi bahwa drainase air pori hanya terdapat di
sepanjang garis vertikal, prosedur analitis dapat dikembangkan
untuk menghitung tingkat konsolidasi, sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 235


Gambar 5.5. Tegangan Pada Elemen Tanah Jenuh
Perhatikan elemen tanah jenuh dari sisi ;dx, dy dan dz.
Volume awal elemen tanah = dx.dy.dz
Jika n adalah porositas, volume air dalam elemen =
n.dx.dy.dz
Persamaan kontinuitas untuk aliran satu dimensi dalam arah
vertikal adalah :

.......................(5.6)
Hanya kelebihan kepala (h) yang menyebabkan
konsolidasi, dan ini terkait dengan tekanan air pori berlebih (u)
oleh: h = u / gw. Persamaan Darcy dapat ditulis sebagai:

............................(5.7)
Persamaan Darcy dapat disubstitusi dalam kontinuitas
eqn., dan porositas n dapat dinyatakan dalam bentuk rasio void
e, untuk mendapatkan persamaan arus sebagai :

...................(5.8)

Unsur tanah dapat digambarkan secara skematis :

Gambar 5.6. Skema Unsur Tanah

236|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Jika e0 adalah rasio void awal dari lapisan konsolidasi,
Volume awal padatan dalam elemen adalah :
(dx dy dz) / (1 + e0), yang tetap konstan.
Perubahan volume air dapat diwakili oleh perubahan kecil (e)
dalam angka pori saat ini (e)., maka persamaan aliran dapat
dituliskan sebagai berikut :

..........................(5.9)
atau :

............................(5.10)
Persamaan ini merupakan persamaan hidrodinamika
untuk konsolidasi satu dimensi.
Jika av = koefisien kompresibilitas, maka perubahan
angka pori dapat dinyatakan sebagai :
e = av.(') = av.(u) ............................(5.11)
Oleh karena setiap kenaikan tegangan efektif, sama
dengan penurunan tekanan air pori, maka dapat dituliskan
sebagai berikut :

Kemudian dapat dinyatakan sebagai :

............................(5.12)
atau

............................(5.13)
Dengan memperkenalkan parameter yang disebut
“koefisien konsolidasi (Cv)”,maka :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 237


............................(5.14)
Bila dijabarkan lebih lanjut maka didapat :

............................(5.15)
Persamaan ini adalah persamaan konsolidasi satu dimensi
dari Terzaghi. Dari persamaan ini akan menjelaskan bagaimana
menghitung kelebihan tekanan air pori (exess pore pressure)
yang hilang seiring dengan pertambahan waktu t
dan/ataupenambahan kedalaman z. Ketika semua tekanan air
pori (u) telah berhenti sepenuhnya sepanjang pada kedalaman
lapisan tanah kompresibel, maka proses konsolidasi selesai, dan
situasi aliran transien tidak ada lagi.
Selama proses konsolidasi, berikut hal berikut yang
diasumsikan konstan, yakni :
1. Penambahan tegangan total () pada lapisan tanah
kompresibel diasumsikan tetap (konstan).
2. Koefisien kompresibilitas volume (mv) tanah,
diasumsikan konstan.
3. Koefisien permeabilitas (k) untuk aliran vertical,
diasumsikan konstan.
Sementara itu yang perlu diperhatikan, bahwa ada tiga
variabel penting dalam persamaan konsolidasi:
1. kedalaman unsur tanah pada lapisan (z)
2. tekanan air pori berlebih (u)
3. waktu yang telah berlalu sejak aplikasi pemuatan (t)

238|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.7. Skema Tanah Berkonsolidasi dan Berdrainase
Untuk menangani ketiga variabel konsolidasi, maka ada
tiga parameter non-dimensi disediakan, yakni :
1. Rasio jalur drainase, yaitu :

Dimana H = jalur drainase yang merupakan jalur


terpanjang yang diambil oleh air pori untuk mencapai
lapisan sub-permukaan permeabel di atas atau di
bawahnya.
2. Rasio konsolidasi pada kedalaman z = Uz, yang
merupakan rasio tekanan pori yang terdisipasi terhadap
tekanan pori berlebih awal. Ini merupakan tahap
konsolidasi di lokasi tertentu di lapisan kompresibel.
3. Faktor waktu (time factor), yaitu :

............................(5.16)
Solusi grafis dari persamaan konsolidasi satu dimensi,
oleh Terzaghi menggunakan parameter non-dimensi yang
ditunjukkan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 239


Gambar 5.8. Grafik Parameter Non-dimensional (Terzaghi)
Angka tersebut simetris dengan garis horisontal pada :
z
Z 1
H
Untuk kondisi drainase ganda, air pori di atas lokasi ini
mengalir ke atas, sedangkan air di bawah lokasi ini mengalir ke
bawah. Dengan demikian, garis horisontal pada Z = 1,sama
dengan batas kemutlakan (imperious). Untuk kondisi drainase
tunggal, hanya separuh bagian atas atau bawah dari gambar yang
akanberfungsi sebagai drainase, dan jalur drainase sama dengan
ketebalan lapisan kompresibel.
Solusi grafis di atas menunjukkan bagaimana konsolidasi
berjalan seiring waktu di lokasi yang berbeda untuk seperangkat
kondisi batas tertentu, namun tidak menggambarkan berapa
banyak konsolidasi terjadi secara keseluruhan pada keseluruhan
lapisan yang dapat dikompres.
Variasi konsolidasi total dengan waktu paling mudah
diplot dalam bentuk tingkat konsolidasi rata-rata (U), untuk
keseluruhan strata versus waktu berdimensi T, dan gambaran
tersebut diilustrasikan di bawah sebagai berikut :

240|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.9. Grafik Tingkat Konsolidasi (U) vs Faktor Waktu
(T)
Catatan penting tentang hubungan U vs T, sebagai berikut :
Untuk U 0,60, maka T = (p/4).U2
Untuk U> 0,60, maka T = 1,781 – 0,933.log10 (100 – U%)

5.2.3. Penurunan dan Waktu Konsolidasi


Untuk memperkirakan jumlah konsolidasi yang akan
terjadi dan waktu yang dibutuhkan, perlu diketahui beberapa hal
:
1. Kondisi batas dan drainase
2. Kondisi pembebanan
3. Parameter yang relevan dari tanah, termasuk angka pori
awal, koefisien permeabilitas, koefisien kompresibilitas
volume, indeks kompresi, dan koefisien konsolidasi.
Parameter-parameter tanah tersebut dapat diperoleh dari
tes konsolidasi pada sampel tak terganggu (undisturbed sample),
yang representatif dari strata tanah kompresibel.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 241


Gambar 5.10. Ketebalan Lapisan (D) dan Perubahan Ketebalan
(D)
Untuk membandingkan lapisan tanah kompresibel dengan
elemen tanah lapisan ini, maka :

............................(5.17)
Dimana : e dapat dinyatakan dalam istilah av atau Cc.
;
atau
............................(5.18)
Besarnya konsolidasi adalah :

............................(5.20)
atau

............................(5.21)

242|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


5.3. Penurunan (Settlement).
Tegangan yang meningkat akibat pembebanan dari
pondasi atau beban lainnya yang menekan lapisan tanah.
Kompresi disebabkan oleh (a) deformasi partikel tanah (b)
relokasi partikel tanah, dan (c) pengusiran air atau udara dari
rongga atau pori-pori tanah. Secara umum, penurunan pada
tanah yang disebabkan oleh pembebanan, dapat dibagi menjadi
tiga kategori besar, yakni :
(1) Penurunan seketika (immediate settelement) ; yang
merupakan akibat dari deformasi elastis tanah kering,
basah dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air.
Perhitungan penurunan segera umumnya didasarkan pada
penurunan yang diturunkan dari teori elastisitas.s
(2) Penurunan konsolidasi primer (primaryconsolidation
settlement) ; yang merupakan hasil dari perubahan volume
tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air yang
menempati pori-pori tanah.
(3) Penurunan konsolidasi sekunder (secoundary
consolidation settlement) ; yang merupakan hasil dari
perubahan volume tanah adanya kondisi-kondisi khusus
pada partikel tanah, seperti creep, particle fracture, dan
lain sebagainya, yang mengakibatkan perubahan susunan
partikel di dalam massa tanah. Penurunan konsolidasi
sekunder jarang terjadi (specific case), dan kalau pun
terjadi waktu penurunannya (settlement time) berlangsung
sangat lama. Oleh karena itu secara umum deformasi
akibat tanah berkonsolidasi hanya memperhitungan
penurunan seketika dan penurunan konsolidasi.
Penurunan total yang terjadi pada tanah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Stot = Si + Sc + Ss ............................(5.22)
Yang mana :
Stot = penurunan total.
Si = penurunan seketika

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 243


Sc = penurunan konsolidasi primer
Ss = penurunan konsolidasi sekunder
Apabila penurunan konsolidasi sekunder diabaikan (umum),
maka :
Stot = Si + Sc ............................(5.23)

5.3.1. Penurunan Seketika


Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa penurunan
seketika (Immediate Settlement) mengacu pada deformasi
elastisitas. Oleh karena itu pembahasan tentang penurunan
seketika didasarkan pada teori elastisitas.
A. Penurunan akibat beban titik terpusat di permukaan
Untuk penurunan elastis akibat beban titik
terkonsentrasi,seperti yang digambarkan berikut :

Gambar 5.11. PenurunanElastis Akibat Beban Titik Terpusat


Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa regangan pada
kedalaman z dapat diberikan dalam koordinat silinder, dengan
persamaan sebagai berikut :

244|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


ez 
1
 z   r     ............................(5.24)
E
Dimana E adalah modulus Young dari tanah. Variabel σ ,
σ , dan σθ, adalah tegangan pada masing-masing arah.
Q  3(1  )r 2 z 3   (1  2 ) z 
ez   2
2 .E  (r 2  z 2 ) 5 / 2  .........(5.25)
(r  z 2 ) 3 / 2 
Penurunan pada titik dengan kedalaman z, dapat
ditemukan dengan teknik integral terhadap persamaan di atas,
maka di dapat :
Q  (1  ) z 2 2(1  2 ) 
Se   ez dz  
2 .E  (r 2  z 2 ) 3 / 2 (r 2  z 2 )1 / 2 
.....(5.26)
Penurunan di permukaan tanah, dapat dievaluasi dengan
menempatkan z = 0 pada persamaan di atas, didapat :

Se( surface) 
Q
 .E

1  2  ............................(5.27)

B. Penurunan Akibat Beban Merata Melingkar Fleksibel


Penurunan elastis akibat beban merata melingkar yang
seragam dapat dianalisis dari gambar berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 245


Gambar 5.12. PenurunanElastis Akibat Beban Merata
Melingkar
Dari gambar di atas dapat dianalisis dengan menggunakan
prosedur yang sama seperti yang didiskusikan untuk suatu beban
titik, yang melibatkan penentuan regangan dari persamaan
dan penentuan penyelesaian dengan integrasi terhadap z.

ez 
1
 z   r     ............................(5.28)
E
Subtitusi nilai σ , σ , dan σθ dari persamaan sebelumnya
untuk regangan dan dapat disederhanakan (Ahlvin dan Ulery,
1962), di mana q adalah beban per satuan luas. A' dan B'
konstanta (non-dimensional), serta fungsi z b dan s/b; yang
nilainya diambil dari tabel 7 dan 8 di Bab 3, didapat :

246|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1 
ez  q 1  2 ) A' B' ............................(5.29)
E
Defleksi vertikal (penurunan elastis) pada kedalaman z
dapat diperoleh dengan mengintegrasi persamaan di atas, yang
mana diambil 1 = ' ; dan b adalah jari-jari dari beban
melingkar. Sedangkan nilai numerik 2 (yang merupakan fungsi
z/b dan s/b) diambil pada tabel berikut. Maka dihasilkan
penurunan elastis :
1   z 
Se  q b I1  (1  ) I 2  ............................(5.30)
E b 
Dari persamaan di atas, maka penurunan di permukaan
(yaitu pada z = 0) adalah :
1 
Se( surface)  q.b. I2 ............................(5.31)
E
Faktor I2 dalam persamaan di atas, biasanya disebut
sebagai angka pengaruh. Untuk tanah liat jenuh, kita dapat
mengasumsikan = 0,5. Sehingga, di tengah area yang terisi
penurunan dapat dihitung (yaitu: s/b = 0), 2 = 2. Sehigga dapat
dituliskan :
1,5qb 0,75q.B
Se( surface _ centre)   ...............(5.32)
E E
Maka di tepi area yang terbebani (𝑖. ., / = 0 dan s/b = 1), I2 =
1,27, dan penurunannya adalah :
qb qb 0,475q.B
Se( surface _ edge)  (1,27).(0,75)  0,95 
E E E

......................(5.3
3)
Sedangkan penurunan permukaan rata-rata adalah :
Se( surface _ average)  0,85.Se( surface _ centre)
.....(5.34)
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 247
Tabel 5.1. Nilai I2(Ahlvin and Ulery 1962)

Dimana : = 2 adalah diameter area yang terbebani oleh q.

C. Penurunan Akibat Beban Merata Persegi Fleksibel


Deformasi elastis pada arah vertikal pada sudut area suatu
persegi panjang dengan ukuran yang seragam × , dapat
diperoleh dengan integrasi ekspresi terhadap regangannya.
Deformasi pada kedalaman z di bawah sudut area persegi
panjang, dapat dinyatakan dalam bentuk (Harr, 1966) :
qB   1  2 
Se(corner )  (1   2 )  I 3    I 4
2E   1  
..........(5.35)
Yang mana :

248|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


  1  m 2  n 2  1 
1   1  m1  n1  m1 
2 2

I3  ln  m. ln  1 1 
n    
  1  m1  n1  m1   1  m1  n1  1 
2 2 2 2

 
tan 1  
n1 m1
I4 
  
 n1 1  m1  n1
2 2

L z
m1  & n1 
B B
Nilai I3 dan I4 dapat diambil dari tabel berikut :
Tabel 5.2. Nilai I3 dan I4 dari Harr (1966)

Untuk penurunan permukaan elastis pada sudut area


persegi panjang, ganti / = 1=0, maka persamaannya dapat
dituliskan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 249


qB
Se(corner )  (1  2 ) I 3
2E
......................(5.36)
Penurunan di permukaan di titik pusat area persegi
panjang, dapat ditentukan dengan menambahkan penurunan di
sudut empat persegi panjang berdimensi /2 × /2 (lihat
gambar). Jadi, didapatkan persamaan :
 q.(B / 2)  q.B
Se(center )  4.  (1  2 ).I 3  (1  2 ).I 3
 2E  E
...(5.37)
Penurunan rata-rata dapat diperoleh sebagai berikut :
Se(average _ surface)  0,848.Se(center )
.............(5.38)

Gambar 5.13. Penentuan Penurunan di Pusat Persegi (Dimensi


× )
Ringkasan penurunan elastis pada permukaan tanah (z=0),
akibat beban merata vertikal yang terdistribusi pada permukaan
dengan fleksibel sebagai berikut :
250|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Untuk beban lingkaran :
(1  2 )
Se  q.B I 2 ......................(5.39)
2E
Yang mana :
B = diameter beban lingkaran.
q = beban merata vertikal
 = angka poisson’s tanah
E = modulus elastis tanah
I2 = 2 (di titik pusat beban)
I2 = 1,27 (di titik sudut beban)
I2 = 0,85 x 2 = 1,7 (rata-rata)
Untuk beban persegi panjang :
(1  2 )
Se  q.B I 5 ......................(5.40)
E
Yang mana :
I5 = I3(di titik pusat beban)
I5 = ½ I3(di titik sudut beban)
I5 = 0,848 I3 (rata-rata)
Tabel 5.3.Nilai 5 untuk berbagai rasio L/B

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 251


D. Penurunan Akibat Beban Merata pada Lapis Tebal
Terbatas

Jika lapisan tanah elastis yang menerima beban merata


ditopang oleh lapisan dasar yang kaku (incompressible) pada
kedalaman H (lihat gambar), maka penurunan dapat dihitung
secara pendekatan sebagai berikut :
Se  Se( z 0)  Se z  H  ......................(5.41)
Yang mana :
( = 0), adalah penurunan di permukaan.
( = ), adalah penurunan pada kedalaman z = H.

252|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.14. Pembebanan Lentur pada Lapisan Tanah Elastis
Dengan Ketebalan Terbatas
Sebagaimana diketahui bahwa pondasi hampir tidak
pernah diletakkan di permukaan tanah, namun umumnya
diletakkan pada kedalaman tertentu, (lihat gambar berikut).

Gambar 5.15. Penurunan Seketika Rata-rata Akibat Beban


Persegi Lentur dengan Kedalaman dari permukaan tanah
Oleh karena itu, koreksi perlu diterapkan pada nilai
penurunan yang dihitung berdasarkan asumsi bahwa beban

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 253


diterapkan pada permukaan tanah. Fox (1948) mengusulkan
suatu faktor koreksi untuk ini yang merupakan fungsi dari
perbandingan / , / dan angka Poisson (v), sebagai berikut
:
S ' e( average)  I 6 .Se( average)
......................(5.42)
Yang mana :
6 = faktor koreksi untuk kedalaman pondasi,
' = penurunan elastisitas terkoreksi
= penurunan elastis yang dihitung dengan asumsi bahwa
beban diterapkan pada permukaan tanah.
Dengan pemrograman komputer, dari persamaan yang
diajukan oleh Fox (1948), Bowles (1977) memperoleh nilai 6
untuk berbagai nilai rasio / , dengan perbandingan panjang
terhadap lebar pondasi (L/B), dan angka Poisson pada lapisan
tanah. Nilai tersebut ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 5.16. Faktor koreksi untuk kedalaman dasar pondasi.


(Bowles 1977)

254|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Janbu dkk, (1956) mengusulkan persamaan umum untuk
penurunan elastis rata-rata untuk landasan fleksibel yang
dibebani secara merata, dalam bentuk persamaan :
q.B
Se(average)  1  0 ; Untuk :  = 0,50
E
.........(5.43)
Yang mana :
1 = Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan tanah elastis
yang terbatas, H, seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
0 = Faktor koreksi kedalaman tanggul pijakan, ,
seperti terlihat pada gambar.
B = Lebar untuk beban persegi, atau diameter untuk
beban lingkaran.

Gambar 5.17. Grafik Faktor Koreksi Janbu (Disempurnakan


oleh Christian & Carrier, 1978)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 255


Terdapat pula metode lain untuk memperkirakan
penurunan elastis adalah dengan membagi lapisan tanah atas
beberapa lapisan sesuai ketebalannya masing-masing (multi
layer). Regangan ditinjau pada tengah setiap lapisan. Penurunan
elastis total dapat diperoleh, di mana Δ (𝑖) adalah ketebalan
lapisan ke-i dan (𝑖) adalah regangan vertikal di tengah lapisan
ke-i. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut :
i n
Se   z (i).z (i) ......................(5.44)
i 1

5.3.2. Penurunan Konsolidasi Primer


Menurut Barden (1968) bahwa model rheologi sederhana
untuk menggambarkan perilaku deformasi pada elemen tanah
liat jenuh, sebagai pemecahan masalah konsolidasi satu
dimensi, cukup memuaskan.

(a) (b) (c)


Pembebanan Awal Tekanan Air Pembebanan Final
Air melawan beban Poriberlebih Air mereda
Tanah (menjadi Air berdisipasi berdisipasi
pegas) tidak memikul Tanah mulai Tanah memikul
beban mengambil beban beban

256|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.20. Rheology Penurunan Konsolidasi Tanah
Lempung
Penurunan konsolidasi primer mengacu pada teori
konsolidasi satu dimensi, sehingga analisisnya didasarkan pada
kondisi konsolidasi yang dimiliki oleh lapisan tanah.
Beberapa teori deformasi yang perlu dipahami dalam
penjabaran teori penurunan konsolidasi primer, diantaranya ;
1. Hubungan antara perubahan volume dengan penurunan
konsolidasi primer.

Gambar 5.21. Konsolidasi Primer (B.M.Das, 2005)


Dari gambar di atas, dapat dituliskan hubungan sebagai
berikut :
V  V0  V1  HA  ( H  S p ). A  Sp. A
...........(5.45)
Yang mana :
V0 = Volume Awal (initial volume)
V1 = Volume Akhir (final volume)
Sp = Penurunan Konsolidasi Primer

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 257


2. Hubungan antara volume butir dengan volume pori

Gambar 5.22. Volume Butir dan Volume Pori (B.M.Das, 2005)

Dari gambar di atas, dapat dituliskan hubungan berikut :


V  Sp.A  Vv0  Vv1  Vv
......................(5.46)
Yang mana :
Vv0 = Volume Pori Awal (initial void volume)
Vv1 = Volume Pori Akhir (final void volume)
Selanjutnya :
Vv  e.Vs
Yang mana : e = perubahan angka pori
Maka didapat :
V A.H
Vs  0  ......................(5.47)
1  e0 1  e0
Yang mana : e0 = angka pori awal
3. Hubunigan perubahan angka pori dengan regangan vertikal

258|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.23. Angka Pori & Regangan Vertikal (B.M. Das,
2005)
Dari gambar di atas, dapat dituliskan hubungan berikut :
A.H
V  Sp. A  eVs  e
1  e0
e
atau : Sp  H
1  e0
Sp e
Didapat :    v ......................(5.48)
H 1  e0
Yang mana :v = regangan vertikal
Vv0 = Volume Pori Awal (initial void volume)
Vv1 = Volume Pori Akhir (final void volume)

Untuk lapis tanah dalam kondisi berkonsolidasi normal,


lalu menerima beban, penurunan konsolidasi primernya dapat
dihitung dengan persamaan berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 259


1. Penurunan pada tanah berkonsolidasi normal (NC)

Gambar 5.24. Hubungan Angka Pori dengan Perubahan


Tegangan Pada Kondisi Berkonsolidasi Normal (NC)
Keterangan Gambar :
’vm = tegangan vertikal akhir maksimum
’f = tegangan efektif vertikal akhir
e0 = angka pori awal
ef = angka pori akhir
Cc, didapat dari kemiringan kurva konsolidasi sesuai
kondisi tanah asli di lapangan
= Indeks Kompresi
Cs = Cr, didapat dari kemiringan kurva rebound.
= Indeks Pengembangan (Swell Index)
Penurunan konsolidasi primeruntuk tanah berkonsolidasi
normal (normally consolidated) seperti yang digambarkan di
atas, dapat dituliskan sebagai berikut :

260|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


CC H   '  ' 
Sp  log 0  ......................(5.49)
1  eo   ' 0 
Yang mana :
Sp = penurunan konsolidasi primer
Cc = koefisien konsolidasi
H = ketebalan lapisan tanah
e0 = angka pori awal
’0 = tegangan efektif awal
’ = perubahan tegangan efektif vertikal
2. Penurunan pada tanah berkonsolidasi berlebih (OC)

Gambar 5.25. Hubungan Angka Pori dengan Perubahan


Tegangan Pada Kondisi Berkonsolidasi Lebih (OC)
Keterangan Gambar :
’vm = tegangan vertikal akhir maksimum
’f = tegangan efektif vertikal akhir

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 261


e0 = angka pori awal
ef = angka pori akhir
Cc, didapat dari kemiringan kurva konsolidasi sesuai
kondisi tanah asli di lapangan
= Indeks Kompresi
Cs = Cr, didapat dari kemiringan kurva rebound.
Penurunan konsolidasi primer untuk tanah berkonsolidasi
lebih (over consolidated) seperti yang digambarkan di atas,
dapat dituliskan sebagai berikut :
(1) Untuk kondisi : o'  '  p' ; maka :

Cr.H   '  ' 


Sp  log 0  ......................(5.50)
1  eo   ' 0 
(2) Untuk kondisi : o'  '  p' ; maka :

Cr.H   '  Cc.H   '  ' 


Sp  log vm   log 0 
1  eo   '0  1  eo   '0 
...(5.51)
Yang mana :
Sp = penurunan konsolidasi primer
Cc = koefisien konsolidasi
H = ketebalan lapisan tanah
e0 = angka pori awal
’0 = tegangan efektif awal
’ = perubahan tegangan efektif vertikal

262|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tabel 5.4. Perkiraan Kompresi (Cc) dari Beberapa Uji
Laboratorium

Jenis Tanah Persamaan Cc Referensi


Lempung Tak
Cc = 0,009(LL – 10)
Terganggu Terzaghi &
Lempung Peck (1967)
Cc = 0,007(LL – 10)
Terganggu
Tanah Organik,
CC = 0,0115.Wn
Gambut
Cc = 1,15(e0 – 0,35)
Lempung Murni Cc = 0,012.Wn EM 1110-1-
1904
Cc = 0,01(LL – 13)
Lempung Hidup Cc=(1-e0)–[0,1+0,006(Wn-25)]
Lanau Seragam Cc = 0,20

 1  e0 
2,38
Rendon &
Lempung Cc  0,141.Gs 
1, 2

 Gs  Herrero (1983)

 LL  Nagaraj &
Lempung Cc  0,2343. .Gs
 100  Murty (1985)
Yang mana :
LL = Batas cair (%)
Wn = Kadar air natural (%)
Gs = Berat jenis (spesific gravity)
e0 = Angka pori awal

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 263


5.3.3. Penurunan Konsolidasi Sekunder
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
penurunan konsolidasi sekunder hanya terjadi secara spesifik
pada kondisi tanah tertentu. Tanah yang dapat mengalami
penurunan sekunder, adalah tanah yang mengalami konsolidasi
sekunder, sehingga dapat merepresentasikan suatu nilai indeks
kompresi sekundernya. Walaupun sangat jarang diterapkan di
dalam rekayasa berbagai macam konstruksi, namun tetap dirasa
perlu untuk dijabarkan di dalam buku ini, agar pembaca dapat
menerapkannya sesuai dengan kebutuhannya.
Kurva kompresi tanah yang mengalami konsolidasi
sekunder seperti yang digambarkan berikut ini :

Gambar 5.26. Grafik Konsolidasi Sekunder (B.M.Das, 2005)

Indeks kompresi sekunder (C) yang tergambar di atas,


dapat dituliskan sebagai berikut :

264|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


e
C 
log t 2  log t1
Yang mana :
C = Indeks kompresi sekunder
e = Perubahan angka pori
t1 = waktu awal kompresi sekunder
t2 = waktu akhir kompressi sekunder
Selanjutnya indeks kompresi sekunder dikoreksi sebagai berikut
:
C
C '   ......................(5.52)
1 ep
Yang mana :
C = Indeks kompresi sekunder awal
C’ = Indeks kompresi sekunder terkoreksi
ep = Angka pori di akhir periode konsolidasi primer.
Penurunan konsolidasi primer, dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
t 
S s  C ' H . log 2  ......................(5.53)
 t1 
Yang mana :
H = Ketebalan lapisan tanah

5.4. Kompaksi (Pemadatan)


Material tanah bukan hanya dimanfaatkan sebagai sebagai
lapisan pendukung konstruski, tetapi juga tidak jarang
digunakan secara langsung sebagai bahan konstruksi. Tanah
yang dimanfaatkan sebagai pendukung konstruksi seperti pada
subgrade jalan, lapisan dasar pondasi untuk berbagai jenis
konstruksi, dan lain lain. Sedangkan tanah yang digunakan
secara langsung sebagai bahan konstruksi seperti backfill
dinding penahan, subbase jalan, material bendung tipe urugan,
material tanggul/pematang, dan lain sebagainya. bangunan pada

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 265


Dalam pemanfaatan material tanah, maka tanah biasa
dipergunakan sebagai bahan bangunan seperti pada tubuh
bendungan, badan tanggul, atau base perkerasan jalan.
Apabila kondisi tanah kurang baik, maka perlu dilakukan
perbaikan, dan metode pemadatan adalah salah satu cara
perbaikan tanah yang sering dilakukan, baik untuk tanah yang
digunakan sebagai material bangunan maupun tanah yang
dimanfaatkan sebagai lapisan dasar pendukung pondasi.
Peristiwa bertambahnya berat volume kering pada tanah
akibat beban dinamis disebut ”pemadatan”. Akibat beban
‘dinamis’ butir-butir tanah akan merapat satu sama lain,
sehingga mengakibatkan berkurangnya rongga udara di dalam
tanah. Jadi pemadatan adalah penerapan ‘energi mekanis’
terhadap tanah sehingga dapat memperbaiki susunan
partikelnya,dan mengurangi angka pori tanah.
Sedangkan ”konsolidasi” adalah pengurangan secara
pelan-pelan volume pori di dalam tanah, yang mengakibatkan
bertambahnya berat volume kering tanah, sebagai akibat
bekerjanya beban ‘statis’ dalam periode tertentu. Dengan kata
lain konsolidasi adalah penerapan ‘energi potensial’ terhadap
tanah, sehingga dapat memperbaiki susunan partikelnya, dan
mengurangi angka pori tanah.
Maksud dari pemadatan tanah adalah untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah yang ada,terutama pada pekerjaan urugan atau
reklamasi seperti dalam konstruksi tanggul, subgrade jalan,
landasan pacu, bendungan tanah, dan dinding tanah yang
diperkuat, dan lain sebagainya. Pemadatan juga biasanya
digunakan untuk menyiapkan lahan tempat material (stock
field)selama pelaksanaan konstruksi.
Pada dasarnya pemadatan tanah merupakan salah satu
usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya dukung
dan kekuatan geser, serta memperbaiki sifat-sifat fisis pada
tanah. Secara terinci tujuan dari pemadatan tanah antara lain
adalah :

266|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1. Meningkatkan daya dukung tanah ; yang mana pemadatan
dapat mengakibatkan meningkatnya berat volume ()
pada tanah, sehingga akan memperbesar daya dukung
tanah (lihat formula berikut).
qu = c.Nc + .h.Nq + ½ ..N
......................(5.54)
2. Meningkatkan kekuatan geser tanah ; yang mana
peningkatan berat volume tanah akan meningkatkan
tegangan () tanah, dan penurunan angka pori tanah akan
menurunkan pula tekanan pori (u) pada tanah.
 = c + (.h – u).tan ......................(5.55)
3. Mengurangi permeabilitas tanah ; yang mana dengan
penurunan angka pori akan menurunkan debit air yang
mampu menembus massa tanah.
Q.L
k ......................(5.56)
h. At
4. Mengurangi kompresibiltas tanah ; yang mana pemadatan
tanah akan membuat perubahan angka pori sebelum dan
setelah bekerjanya beban bangunan menjadi kecil,
sehingga koefisien pemampatan (av) akan menurun pula.
e e1  e2
av   ......................(5.57)
p p1  p2
5. Mengurangi volume change (perubahan volume) pada
tanah sebagai akibat dari perubahan kadar air tanah, yang
mana dengan pori yang mengecil akan menjadikan
perubahan angka pori yang kecil pula.
a p e1  e2
V  v  ......................(5.58)
1  e1 1  e1
Kepadatan tanah dapat diukur dengan nilai berat volume
kering yang dapat dicapai (d). Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas pemadatan di lapangan antara lain :
(a) Jenis tanah yang dipadatkan,
(b) Cara pemadatan
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 267
(c) Mesin pemadat
(d) Jumlah lintasan/frekuensi pemadatan
Tanah granuler lebih mudah dipadatkan dibandingkan
dengan tanah bergradasi halus. Pemadatan pada tanah granuler
akan mengakibatkan peningkatan kekuatan geser yang cukup
besar, dengan hanya sedikit perubahan volume tanah (volume
change). Akan tetapi pemadatan pada tanah granuler tidak
banyak mengubah sifat permeabilitasnya.
Tanah lanau juga akan memberikan hasil pemadatan yang
cukup baik, yang mana kuat gesernya meningkat tinggi, dengan
sedikit perubahan volume (volume change) yang lebih besar
dibandingkan tanah pasir (granuler). Kelemahan tanah lanau
adalah sulitnya dipadatkan dalam kondisi basah, karena
permeabilitasnya yang rendah.
Tanah lempung membutuhkan metode khusus untuk
pemadatannya, dan hanya akan memberikan hasil optimal bila
metode yang diterapkan sesuai dengan sifat dan kondisi
lempungnya. Lempung montmorillonite memiliki perubahan
volume yang cukup besar dibandingkan dengan lempung
kaolinite, sehingga pada saat pemadatan berlangsung kadar air
lapangan lempung montmorillonite harus lebih rendah
dibandingkan kadar air lapangan pada tanah kaolinite. Tetapi
pada umumnya semua jenis tanah lempung sangat sulit
dipadatkan dalam kondisi basah apa lagi bila kondisi jenuh.
Pada pemadatan beban yang dipergunakan adalah beban
dinamis, dan proses bertambahnya berat volume kering pada
tanah, sebagai akibat merapatnya partikel tanah, yang diikuti
pengurangan volume udara, dengan volume air tetap (tidak
berubah). Pada saat air ditambahkan pada proses pemadatan, air
ini akan melunakkan partikel-partikel tanah, sehingga partikel
tanah akan menggelincir dan bergerak pada posisi yang lebih
rapat. Oleh karena itu maka pada pekerjaan pemadatan biasanya
dilakukan dengan penambahan air secara bertahap, hingga kadar
air mencapai nilai optimum (wopt).

268|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Pada proses pemadatan akan memperlihatkan fenomena
bahwa “berat volume kering” akan bertambah seiring
penambahan kadar air. Pada kadar air nol (w=0), berat volume
tanah basah (b), akan sama dengan berat volume tanah kering
(d).Apabila kadar air ditambahkan secara berangsur-angsur dan
pemadatan tetap dilakukan dengan nilai usaha pemadatan yang
sama, maka berat butiran tanah per satuan volume juga akan
bertambah (lihat gambar)

Gambar 5.27. Kurva Kadar Air vs Berat Volume pada


Pemadatan
Pada saat kadar air melampaui kadar air tertentu, terlihat
fenomena lain bahwa kenaikan kadar air justru akan mengurangi
berat volume kering pada tanah, maka nilai kadar air tersebut
dinamakan “kadar air optimum”. Menurunnya nilai berat
volume kering setelah kadar air optimum terlampaui,
disebabkan karena air yang ditambahkan bukan lagi berfungsu
melunakkan partikel tanah, tetapi justru mengisi rongga yang
seharusnya diisi oleh butiran padat. Hal iniakan menyebabkan
partikel tanah menjadi renggang kembali, karena volume pori
meningkat akibat peningkatan tekanan air pori di dalam tanah.

5.4.1. Uji Pemadatan Laboratorium

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 269


Sebelum pelaksanaan pemadatan tanah di lapangan,
terlebih dahulu dilakukan simulasi pemadatan di laboratorium.
Pengujian pemadatan tanag di laboratorium dimaksudkan untuk
mengetahui kadar air optimum (optimum moisture content –
OMC) pada material pilihan yang akan dipadatkan, dan juga
diperlukan untuk mengetahui parameter tanah, sehingga dapat
dilakukan perhitungan tingkat perbaikan kinerja tanah sesuai
tujuan yang hendak dicapai, setelah tanah mengalami
pemadatan seperti peningkatan daya dukung, kuat geser, dan
lain sebagainya. Pada dasarnya uji pemadatan diperlukan untuk
menentukan hubungan antara kadar air dengan berat volume,
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi persyaratan kepadatan
tanah. Ada beberapa pengujian di laboratorium yang biasa
dilakukan sebagai prosedur standar dalam uji pemadatan tanah,
antara lain :
1. Uji Pemadatan Proctor Standard.
2. Uji Pemadatan Proctor Modified.
3. Uji Pemadatan yang bersifat lokal, seperti Indian
Standard, Japan Standard, dan lain sebagainya.

A. Uji Pemadatan Proctor Standard


Standar pengujian kepadatan tanah yang pertama kali
digunakan adalah pengujian standar Proctor (1933). Yang mana
hasilnya akanmenggambarkan bahwa terdapat satu nilai “kadar
air optimum” untuk mencapai “berat volume kering
maksimum”.
Pengujian Proctor Standard, menggunakan Mold dengan
volume 9,44x10-4 m3 (1/30 ft3), berat penumbuk sebesar 2,5 kg
(5,5 lb), serta tinggi jatuh penumbuk 30,5 cm (1 feet), yang
dilakukan dengan prosedur pengujian sebagai berikut :
1. Masukkan tanah (dengan kadar air tertentu) sebanyak 1/3
dari volume uji ke dalam mold sebagai lapis pertama,
kemudian tumbuk sebanyak 25 kali pukulan.

270|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


2. Masukkan tanah lapis kedua, dengan volume kuranglebih
1/3 dari volume uji, kemudian tumbuk sebanyak 25 kali
pukulan.
3. Masukkan tanah lapis ketiga, dengan volume kuranglebih
1/3 dari volume uji, kemudian tumbuk sebanyak 25 kali
pukulan.
4. Setelah tanah dipadatkan, lakukan sampling kemudian
ukur berat volume keringnya (d).
5. Lakukan uji proctor ini minimal 5 kali dengan kadar air
yang berbeda-beda (misalnya 5%, 10%, 15%, dst).
6. Buat grafik hubungan antara kadar air tanah yang
dipadatkan, dengan berat volume kering tanah hasil
pemadatan (d).
7. Dari grafik tersebut, dapat tentukan woptimum dan d(maks)

Gambar 5.28. Grafik kadar air vs berat volume kering


Hubungan antara berat volume kering (d), berat volume
basah (b), dan kadar air (w), dapat ditunjukkan dengan formula
berikut :
b
d  ......................(5.59)
1 w

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 271


Nilai berat volume kering setelah tanah dipadatkan sangat
tergantung pada ; jenis tanah, kadar air saat dipadatkan, dan
enersi pemadatan yang diberikan.

B. Uji Pemadatan Proctor Modified


Pengujian Modified Proctor dilakukan dengan tetap
menggunakan Mold volume 9,44x10-4 m3 (1/30 ft3), dan jumlah
tumbukan per lapis tetap 25 pukulan. Yang dimodifikasi adalah
berat penumbuk sebesar 4,54 kg (10 lb), dan tinggi jatuh
penumbuk 45,72 cm (1,5 feet), serta jumlah lapisan sebanyak 5-
lapis.
Jika berat volume kering maksimum dapat dinyatakan
sebagai berat volume kering tanpa rongga udara atau “berat
volume kering jenuh” (sav), yang dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut :
Gs. w
 sav  ......................(5.60)
1  w.Gs
Oleh karena tanah pada saat jenuh  S = 1, dan e = w.Gs,
maka persamaan tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut
:
Gs. w
 sav  ......................(5.61)
1 e
Pada kadar air (w), dan kadar udara (A), yang mana
Va
A , maka berat volume kering dapat dihitung sebagai
V
berikut :
Gs.(1  A). w
d  ......................(5.62)
1  w.Gs
Untuk tanah dengan berat jenis (Gs) = 2,65 dapat dibuat
gambaran hubungan antara berat volume kering dengan kadar
air, pada kadar udara tertentu dari hasil uji Proctor Standar atau
uji Proctor Modified, dapat dilihat pada grafik berikut :

272|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar. 5.29. Hubungan d vs w, pada kadar udara A
(tertentu) dari Hasil Uji Froctor Standar & Froctor Modified

C. Uji Pemadatan Indian Standard


Dari hasil kajian mereka disimpulkan bahwa
pengujianpemadatan standar (Standard Froctor), tidak dapat
mereproduksi kerapatan yang diukur di lapangan dalam kondisi
pembebanan yang lebih berat, dan ini menyebabkan mereka
melakukan pengembangan yang hampir sama dengan pengujian
Modified Proctor. Peralatan dan prosedur pada dasarnya sama
dengan yang digunakan untuk pengujian Standard Froctor,
kecuali bahwa tanah dipadatkan dalam 5 lapisan, masing-
masing lapisan juga menerima 25 pukulan. Cetakan yang sama
juga digunakan. Untuk memberikan peningkatan usaha yang

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 273


komperhensif, maka digunakan berat penumpuk yang lebih
berat yaitu 4,9 kg, dan tinggi jatuh penumbuk setinggi 450 mm.
Dalam menilai tingkat pemadatantanah yang dicapai,
perlu menggunakan berat unit kering, yang merupakan indikator
kekompakan partikel tanah padat dalam volume tertentu.
Pengujian laboratorium dimaksudkan untuk menetapkan
kepadatan kering maksimum yang dapat dicapai untuk tanah
tertentu dengan jumlah standar usaha yang sesuai.
Dalam pengujian, kerapatan kering tidak dapat ditentukan
secara langsung, oleh karena itu kerapatan material curah(bulk)
dan kadar air diperoleh terlebih dahulu untuk menghitung
kerapatan kering. Dari serangkaian sampel tanah yang
dipadatkan pada kandungan air yang berbeda, dan dibuat kurva
dengan sumbu kerapatan kering dan kadar air. Lalu diplot ke
dalam kurva, yang dihasilkan biasanya memiliki puncak yang
berbeda, tergantung pada tingkat enersi pemadatan yang
diterapkan.Kurva biasanya berbentuk lengkung"U" terbalik
yang diperoleh untuk tanah kohesif (tanah berbutir halus), yang
dikenal sebagai kurva pemadatan seperti yang tergambar berikut
ini :

Gambar. 5.30. Hubungan OMC vs MDD


Kepadatan kering dapat dikaitkan dengan kadar air dan
derajat kejenuhan (S), yang ditunjukkan oleh persamaan berikut:
274|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
Gs. w Gs. w
d   ......................(5.63)
1 e w.Gs
1
S
Dengan demikian, dapat divisualisasikan bahwa kenaikan
kerapatan kering berarti penurunan rasio rongga dan tanah yang
lebih kompak.Demikian pula kepadatan kering dapat dikaitkan
dengan persentase rongga udara (na) sebagai :
d 
1  na .Gs. w
......................(5.64)
1  w.Gs
Hubungan antara kadar air dan berat unit kering untuk
tanah jenuh adalah garis nol pada pori udara. Dalam kondisi
seperti ini tidak dapat mengeluarkan udara dari massa tanah
sepenuhnya oleh pemadatan, tidak peduli berapa banyak usaha
yang digunakan dan dengan cara apa pun.

5.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemadatan


Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil
pemadatan pada tanah, yakni :
i. Kadar air tanah pada saat pemadatan.
ii. Jenis tanah yang dipadatkan.
iii. Enersi pemadatan per volume satuan tanah.

A. Pengaruh Kadar Air


Pengaruh kadar air tanah pada saat dipadatkan telah
banyak diuraikan pada bagian sebelumnya, dan dengan jelas
terlihat bahwa terdapat nilai kadar air optimum yang dapat
memberikan hasil pemadatan yang maksimum pada tanah.
Karena adanya air yang ditambahkan ke tanah yang
memiliki kadar air rendah,maka partikel tanah akan menjadi
lebih lunak sehingga mudah bergerak melewati satu sama lain,
pada saat dilakukan penerapan energi pemadatan. Partikel
semakin dekat, rongga berkurang dan ini menyebabkan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 275


kerapatan kering meningkat. Saat kadar air meningkat, partikel
tanah mengembangkan film air yang lebih besar di sekitar
mereka.
Kenaikan kerapatan kering ini berlanjut sampai pada
kondisi tertentutercapai, dimana air mulai menempati ruang
yang bisa ditempati oleh butiran tanah. Dengan demikian air
pada tahap ini menghalangi penyusunan butir yang lebih rapat,
dan akanmengurangi berat unit kering. Kerapatan kering
maksimum (maximum dry density, MDD) terjadi pada kadar air
optimum (optimum moisture content, OMC), dan nilainya dapat
diktahui dari kurva pemadatan.

B. Pengaruh Jenis Tanah


Jenis tanah yang digambarkan dengan distribusi ukuran
butir, bentuk butiran, berat jenis, dan mineral lempung yang
terdapat dalam tanah, sangat berpengaruh pada berat volume
kering maksimum dan kadar air optimum pada tanah.Untuk
menggambarkan hubungan tersebut, berdasarkan hasil
pengujian terhadap berbagai jenis tanah berdasarkan prosedur
ASTM D-698, diperlihatkan dalam gambar berikut ini.

276|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar. 5.31. Kurva Hasil Pengujian Pemadatan Berbagai
Jenis Tanah(ASTM-698)
Pada grafik di atas, terlihat bahwa untuk jenis tanah
berpasir, d cenderung berkurang saat kadar air bertambah. Hal
ini disebabkan karena hilangnya tekanan kapiler dalam pori
tanah pasir, saat kadar air bertambah. Pada kadar air rendah
tekanan kapiler dalam rongga pori menghalangi kecenderungan
partikel tanah untuk bergerak (distorsi), sehingga butiran
cenderung akan merapat (padat).
Lee dan Suedkamp (1972), melakukan uji pemadatan
terhadap 35 jenis tanah, yang hasilnya digambarkan sebagai
berikut :

Gambar. 5.32. Bentuk-BentukKurva Pemadatan(Lee &


Suedkamp, 1972)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 277


Kurva tipe-A ; adalah kurva dengan satu puncak, yang paling
umum terdapat pada jenis tanah yang normal.
Kurva tipe-B ; adalah kurva yang berbentuk S arah horisontal,
kurva tipe ini biasanya terjadi pada jenis tanah
dengan batas cair (LL) kurang 30.
Kurva tipe-C ; adalah kurva dengan dua puncak, biasanya terjadi
pada jenis tanah yang mempunyai variasi batas
cair.
Kurva tipe-D ; adalah kurva tanpa puncak, biasanya terjadi pada
jenis tanah dengan batas cair (LL) yang lebih
besar dari 70.Jenis tanah yang memberikan kurva
tipe-D, agar dihindarkan untuk menjadi material
urugan pada berbagai keperluan konstruksi.

C. Pengaruh Enersi Pemadatan


Efek dari upaya peningkatan enersi pemadatan dapat
dilihat pada kurva pemadatan yang dihasilkan dari pengujian
dengan penerapan enersi tumbukan yang bervariasi. Kurva yang
berbeda akandiperoleh untuk berbagai tingkat enersi kompaksi
yang diterapkan. Upaya kompaksi yang lebih besarakan
mengurangi kadar air optimum, dan meningkatkan kerapatan
kering maksimum.Gejala semacam ini dapat diamati pada
gambar berikut :

278|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar. 5.33. Kurva Pemadatan dengan Enersi Pemadatan
Berbeda
Peningkatan enersi pemadatan menghasilkan kerapatan
kering tanah yang lebih besar, apabila tanah dipadatkan pada
kandungan air yang lebih kering daripada kandungan
kelembaban optimum. Perlu diketahui bahwa untuk tanah
dengan kadarair lebih tinggi dari kadar air optimum,
peningkatan enersi pemadatan, hanya akan memberikan sedikit
efek terhadap peningkatan bobot unit kering. Dari kurva di atas,
terlihat bahwa kurva pemadatan bukan merupakan karakteristik
tanah yang unik. Bentuk kurva pemadatan tergantung pada
enersi pemadatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mempertimbangkan metode uji pemadatan laboratorium yang
digunakan, karena faktor enersi pemadatan sangat menentukan
nilai MDD dan OMC yang dihasilkan. Sebaiknya pemilihan
metode uji pemadatan di laboratorium disesuaikan dengan
tingkat pembebanan yang akan diterapkan pada bangunan
pasca-konstruksi.
Besarnya enersi pemadatan per volume satuan (E),
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Nb.Nl.W .H
E ......................(5.65)
V

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 279


Yang mana :
E = enersi pemadatan per volume satuan
Nb = jumlah pukulan per lapisan
Nl = jumlah lapisan
W = berat penumbuk
H = tinggi jatuh penumbuk
V = volume mould
Contoh Perhitungan Enersi Pemadatan:
Pada uji Standard Proctor :
(25).(3).(5,5).(1) ft  lb
E  12375 3
 (592,5kJ / m 3 )
(1 / 30) ft
 1 kJ/m = 20,88 ft-lb/ft3.
3

Pada uji Modified Proctor :


(25).(5).(10).(1,5) ft  lb
E  22500 3
 (1077 ,3kJ / m 3 )
(1 / 30) ft
Apabila enersi pemadatan per volume satuan berubah,
maka akan mengakibatkan pula perubahan mendasar pada kurva
pemadatan. Untuk melihat kurva lintasan titik optimum pada
kurva pemadatan, dapat dilihat pada hasil pengujian pemadatan
(Standard Proctor), terhadap tanah lempung berpasir, dengan
memberikan enersi pemadatan yang berbeda-beda, mulai dari 20
pukulan sampai 50 pukulan per lapisan. Jumlah enersi yang
diterapkan pada setiap pengujian dihitung dengan persamaan di
atas, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5. Perhitungan Enersi Pemadatan


Jumlah pukulan per Enersi pemadatan
No. Kurva
lapisan (Nb) (ft-lb/ft3)
1 20 9900
2 25 12375
3 30 14850
4 50 24750

280|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Catatan : 1 ft-lb/ft3 = 47,88 J/m3 atau 1 kJ/m3 = 20,88 ft-
lb/ft3.
Dari pengujian ini dihasilkan grafik seperti yang tergambar
berikut :

Gambar 5.34. Pengaruh Enersi Pemadatan terhadap Hasil


Pemadatan (Das,1994)
Dari grafik dan tabel di atas, maka dapat disimpulkan dua
hal penting, yakni :
1. Jika enersi ditambah, berat volume kering maksimum juga
bertambah.
2. Jika enersi ditambah, kadar air optimum akan berkurang.
Kedua fenomena tersebut hampir berlaku umum pada
semua jenis tanah, akan tetapi perlu diingat bahwa ; derajat
kepadatan tidak langsung bertambah secara proporsional dengan
penambahan enersi pemadatan.

5.4.3. Kondisi Khusus Dalam Pemadatan Tanah

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 281


Terdapat beberapa kondisi yang akan menjadi masalah
khusus di dalam pengujian laboratorium dan pada pekerjaan
pemadatan di lapangan, baik yang berasal dari kondisi tanah
yang dipadatkan, maupun masalah yang berasal dari alat
pemadatan yang dipergunakan.

A. Pemadatan Tanah Tanpa Kohesi


Untuk tanah tanpa kohesi (non cohesive soils), pengujian
pemadatan standar sulit dilakukan. Untuk pemadatan tanah non
cohesive, penerapan beban dinamik (getaran) adalah metode
yang paling efektif. Metode penyiraman juga menjadi alternatif
yang sering dipilih dalam uji pemadatan tanah granuler.Daya
rembesan air yang meresap melalui tanah tak berkohesi, akan
membuat butiran tanah menempati posisi yang lebih stabil.
Namun diperlukan sejumlah besar air dalam metode ini. Untuk
mencapai kepadatankering maksimum, sebaiknya tanah
granulerdipadatkan dalam kondisi jenuh.
Untuk jenis tanah granuler, biasanya untuk menentukan
parameter standar diambil dari nilai kerapatan relatif (Dr) yang
harus dicapai. Jika e adalah angka pori saat ini atau d adalah
kepadatan kering saat ini, kerapatan relatif (Dr) biasanya
didefinisikan dalam persentase sebagaiberikut :
e e
Dr  max x100 ......................(5.66)
emax  emin
    d min 
atau : Dr  d max d x100 ......................(5.67)
 d  d max   d min 
Yang mana :
emax = angka pori maksimum
emin = angka pori minimum
dmax = kepadatan kering maksimum
dmin = kepadatan kering minimum

282|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Berdasarkan nilai kerapatan relatif yang dimiliki,
selanjutnya pasir dan kerikil dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori yang berbeda, seperti yang diperlihatkan pada
tabel berikut :
Tabel 5.6. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Dr.
Nilai Kerapatan Relatif (%) Klasifikasi Tanah
< 15 Sangat longgar
15 – 35 Longgar
35 – 65 Sedang
65 – 85 Padat
> 85 Sangat padat

Dalam kasus pemadatan tanah granuler tidak mungkin


untuk menentukan kerapatan kering dari nilai kerapatan relatif.
Alasannya adalah bahwa nilai kerapatan kering maksimum dan
minimum, serta nilai angka pori maksimum dan minimum,
semuanya sangat tergantung pada gradasi, bentuk dan sudut
butir partikel tanah.

B. Pemadatan dan Struktur Tanah


Bentuk dan struktur tanah sangat mempengaruhi tingkat
pemadatan yang dicapai, disamping pengaruh enersi yang
diterapkan. Untuk tanah memiliki struktur flokulasi pada sisi
kering (yaitu partikel tanah yang diorientasikan secara acak),
memiliki rensponsi pemadatan yang lebih rendah, sehingga
dibutuhkan enersi pemadatan yang lebih besar. Sedangkan jenis
tanah yang memiliki struktur dispersi pada sisi basah (partikel
lebih berorientasi pada susunan paralel yang tegak lurus
terhadap arah penerapan beban), relatif lebih responsif
menerima enersi pemadatan. Hal ini disebabkan oleh lapisan air
teradsorpsi dengan baik dari water film, yang mengelilingi
masing-masing partikel di sisi basah.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 283


Gambar 5.35. Bentuk-Bentuk & Struktur Partikel Tanah

C. Hasil Pemadatan dan Sifat-Sifat Tanah


Terdapat beberapa karakteristik tanah yang cukup
menentukan hasil akhir dari suatu pekerjaan pemadatan, antara
lain ; sifat kembang-susut, tekanan air pori, permeabilitas,
kompresibilitas, dan lain sebagainya.
(1) Sifat kembang (Swell)
Apabila tanah yang memiliki kadar air rendah, lalu
ditambahkan air sehingga meningkatkan kadar airnya, maka
partikel tanah lempung yang memiliki potensi kembang-
susut (swelling potential), akan menyerap sebanyak
mungkin air melalui lapisan water film, sehingga akan
mengalami pembengkakan (mengembang), hingga berlipat
kali dari volume pada saat kadar air tanah rendah. Tanah
semacam ini disebut tanah ekspansif (expansive soils).
Terhadap jenis tanah semacam ini, hampir dipastikan bahwa
upaya pemadatan tidak ada manfaatnya, karena pasca
pemadatan, apabila kadar airnya mengalami perubahan
akan segera berakibat pada pembengkakan tanah, yang
dengan sendirinya membuat tanah kembali longgar (loose
condition).
(2) Sifat susut (Shrinkage)

284|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Masih terkait dengan sifat tanah ekspansif, maka sifat
penyusutan yang besar juga ditimbulkan oleh keluarnya air
dari partikel tanah selama terjadi proses pengeringan.
Keluarnya air dalam jumlah besar dari partikel tanah pada
saat pengeringan (musim kemarau), akan berakibat
menyusutnya volume partikel tanah, dan juga berdampak
pada lepasnya ikatan antar partikel tanah. Dengan demikian
tanah semacam ini, kepadatannya tidak akan bertahan
dalam kondisi kadar air yang turun secara drastis. Dalam
kasus penerapan pemadatan, tanah yang dipadatkan di sisi
basah cenderung menunjukkan susut lebih banyak daripada
yang dipadatkan di sisi kering. Di sisi yang basah, orientasi
partikel yang lebih teratur memungkinkan mereka
merekatsecara lebih efisien.
(3) Tekanan Air Pori
Pemadatan merupakan buatan manusia, yang dilakukan
secara berlapis-lapis, sehingga tekanan air poriakan
diinduksikan pada lapisan di bawahnya, saat dilakukan
pemadatan lapis yang di atas. Tanah yang dipadatkan pada
kondisi basah optimum,akan memiliki tekanan air pori yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang dipadatkan
pada kondisi kering optimum, yang pada awalnya memiliki
tekanan air pori negatif.
(4) Permeabilitas
Tanah yang berorientasi acak di sisi kering (floculate
oriented) menunjukkan permeabilitas yang sama ke segala
arah.Sedangkan tanah yang terdispersi permeabilitasnya
berbeda-beda ke segala arah, dan lebih permeabel pada arah
sejajar orientasi partikelnya.
Permeabilitas tanah pasca pemadatan, akan mengecil
dengan penambahan kadar air pada usaha pemadatan yang
sama. Dan akan mencapai permeabilitas minimum pada
kira-kira kadar air optimumnya.Jika enersi pemadatan
ditambahkan, maka koefisien permeabilitas akan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 285


berkurang, karena pori-pori di dalam tanah akan semakin
menyempit.
Dari hasil penyelidikan Lambe (1958), didapat gambaran
tentang perubahan permeabilitas tanah lempung yang
dipadatkan, dengan tingkat kadar air pemadatan yang
berbeda-beda, seperti grafik di bawah.

Gambar 5.36. Hubungan permeablitas dengan kadar air


pemadatan(Lambe,1958)

Bila diperhatikan grafik Lambe di atas, terlihat bahwa nilai


koefisien permeabilitas tanah lempung akan lebih ”kecil”
bila tanah dipadatkan pada konsisi ”basah optimum” dari
pada tanah yang dipadatkan pada kondisi ”kering
optimum”.
(5) Kompresibilitas
Kompresibiltaspada tanah lempung, adalah fungsi dari
tingkat tekanan yang dibebankan terhadap tanah.Pada
kondisi ”basah optimum”, tingkat tekanan yang ”rendah”
286|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
pada pemadatan akan mengakibatkan tanah lempung lebih
kompresibel, dibandingkan dengan pemadatan yang
dilakukan dengan tingkat tekanan yang ”tinggi”. Hal ini
disebabkan oleh karena proses dispersi berjalan lebih
beraturan pada tekanan yang rendah. Sedangkan tanah
lempung pada kondisi ”kering optimum” akan lebih
kompresibel di bawah tekanan yang ”tinggi” (lihat gambar).

Gambar 5.37. Hubungan angka pori dengan tingkat


tekanan pemadatan(Lambe,1958)
Selanjutnya untuk membandingkan hasil pemadatan tanah
yang dipadatkan dalam kondisi kering dan tanah yang
dipadatkan dalam kondisi basah, dapat disimak pada kurva
berikut ini.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 287


Gambar 5.38. Kurva Tegangan-Regangan Tanah
Dipadatkan
(6) Ekspansifitas
Ekspansifitastanah lempung pada umumnya akan lebih
besar bila dipadatkan pada kondisi ”kering optimum”
dibandingkan tanah lempung yang dipadatkan pada kondisi
”basah optimum”. Karena lempung yang dipadatkan dalam
kondisi kering optimum relatif ”kekurangan” air, sehingga
mempunyai kecenderungan besar untuk menyerap air, dan
akibatnya adalah tanah tersebut ”mudah mengembang”.
Oleh karena itu maka tanah yang dipadatkan dalam kondisi
kering optimum akan lebih sensitif terhadap perubahan
kadar air dan/atau perubahan iklim
lingkungannya.Sedangkan tanah lempung yang dipadatkan
dalam kondisi ”basah optimum” akan memiliki sifat ”mudah
susut” yang lebih besar. Gambaran ini dapat disimak pada
gambar di bawah ini.

288|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.39. Hubungan penyusutan dan berat volume
kering tanah lempung dengan kadar air (Seed &
Chan, 1959)
(7) Kuat Geser
Kuat geser (shear strength) tanah lempung yang dipadatkan,
pada kondisi kering optimum akan memiliki kekuatan yang
lebih besar dibandingkan dengan tanah lempung yang
dipadatkan dalam kondisi basah optimum.Kuat geser tanah
lempung yang dipadatkan pada kondisi basah optimum
sangat tergantung pada tipe pemadatan yang dilaksanakan.
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara ”remasan
(kneading)” pada beberapa jenis enersi pemadatan dapat
dilihat pada gambar berikut.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 289


Gambar 5.40. Hubungan kuat geser dengan enersi
pemadatan dan kadar air (Seed & Chan, 1959)

Kurva di atas memperlihatkan bahwa pada konsisi kadar air


basah optimum dengan regangan sebesar 5%, tekanan yang
menyebabkan regangan 5% akan lebih kecil pada penerapan
energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan
enersi yang lebih rendah.Hasil pengujian CBR (California
Bearing Ratio) yang diperlihatkan pada grafik berikut ini.

290|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 5.41. Hubungan kuat geser dan berat volume
kering dengan kadar air (Turnbull & Foster, 1956)
Dari kurva di atas terlihat bahwa enersi pemadatan yang
lebih besar akan menghasilkan CBR kering optimum yang
lebih besar, tetapi nilai CBR basah optimum akan lebih kecil
pada enersi pemadatan yang lebih tinggi. Kenyataan seperti
ini sangat penting untuk diperhatikan dalam perencanaan,
dan harus dipertimbangkan pada setiap penanganan
pekerjaan penimbunan tanah.Pengaruh kadar air kering
optimum dan basah optimum terhadap beberapa sifat teknis
tanah lempung yang dipadatkan dapat dilihat pada tabel
berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 291


Tabel 5.7. Perbandingan sifat-sifat teknis tanah dari hasil
pemadatan pada kondisi kering optimum dan
basah optimum (Lambe, 1958)
No Sifat Perbandingan
1 Susunan : Kering optimum lebih acak
a. Susunan butiran Kering optimum lebih kekurangan
b. Kekurangan Air air, akibatnya lebih menyerap air,
c. Sifat permanen lebih mudah mengembang,
mempunyai tekanan pori lebih
rendah.
Kering optimum lebih sensitif untuk
berubah
2 Permeabilitas : Kering optimum lebih lolos air
a. Ukuran besarnya Permeabilitas pada kering optimum
b. Sifat permanen akan terkurangi lebih banyak oleh
penyerapan.
3 Kompressibilitas Basah optimum lebih mudah mampat
(sifat mudah dalam interval tekanan yang lebih
mampat) : rendah. Kering optimum dalam
a. Ukuran besarnya interval tekanan yang tinggi.
b. Kecepatannya Konsolidasi pada kering optimum,
lebih cepat.
4 Kuat Geser : Kering optimum sangat tinggi
a. Selama Kering optimum agak lebih tinggi
pelaksanaan Kering optimum agak lebih tinggi
- Undrained (tak bila pengembangan dicegah, basah
terdrainase) optimum dapat lebih tinggi bila
- Drained pengembangan diizinkan
(terdrainase) (dilepaskan)
b. Kekurangan Air Kering optimum sedikit lebih besar
- Undrained (tak atau kurang lebih sama.
terdrainase) Basah optimum lebih tinggi
- Drained Kering optimum sangat lebih besar
(terdrainase) Kering optimum cenderung lebih
c. Tekanan air pori sensitif
pada keruntuhan
geser

292|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


d. Modulus
tegangan-
regangan
e. Sensitivitas

5.4.4. Spesifikasi Pekerjaan Pemadatan Tanah


Untuk melakukan pekerjaan pemadatan tanah,
sebelumnya diperlukan penetapan spesifikasi pemadatan. Ada
dua spesifikasi pada pemadatan tanah yang perlu ditetapkan,
yakni :
(1) Spesifikasi untuk pelaksanaan pemadatan
(2) Spesifikasi hasil akhir pemadatan
(3)
Pengujian pemadatan tanah di laboratorium dilaksanakan
terhadap contoh tanah (sampel) yang diambil dari lokasi quarry
(pengambilan) dalam bentuk tanah asli (borrow material).
Sehingga dihasilkan sifat-sifat teknis tanah timbunan yang
dibutuhkan dalam perencanaan, untuk merumuskan spesifikasi
pelaksanaan.
Sesudah bangunan tanah (tanggul, jalan, bendung,
bendungan, dan sebagainya) direncanakan, selanjutnya
ditentukan spesifikasi hasil akhir, yaitu spesifikasi yang akan
menjadi pedoman standar dalam pengontrolan kualitas
pekerjaan pemadatan.
A. Spesifikasi Pelaksanaan
Untuk mengendalikan sifat tanah di lapangan selama
konstruksi pekerjaan tanah, biasanya ditentukan tingkat
pemadatan (juga dikenal sebagai pemadatan relatif).
Spesifikasi ini biasanya adalah persentase tertentu dari
kerapatan kering maksimum, seperti yang ditemukan dari
uji laboratorium (Light atau Heavy Compaction), harus
dicapai. Misalnya, dapat ditentukan bahwa kerapatan kering
di lapangan harus lebih besar dari 95% kerapatan kering
maksimum (MDD) sebagaimana ditentukan dari uji
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 293
laboratorium. Nilai target untuk kisaran kadar air di dekat
kadar air optimum (OMC) yang akan diadopsi di lokasi
kemudian dapat diputuskan, seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut.

Gambar 5.42. Kurva Pemadatan Lapangan


Oleh karena itu sangat penting untuk memiliki parameter
kontrol yang baik terhadap kadar air selama pemadatan
lapisan tanah dilaksanakan di lapangan. Kemudian kepada
kontraktor lapangan, diperkenankan untuk memilih
penerapan ketebalan lapisan tanah yang akan dipadatkan,
namun harus memilih jenis alat pemadatan yang sesuai dan
dapat memenuhi spesifikasi lapangan yang telah ditentukan.
Hasil pelaksanaan pemadatan yang dilakukan oleh
kontraktor di lapangan, harus diperiksa oleh pihak yang
memiliki kewenangan teknis, dengan menggunakan
spesifikasi akhir, yang juga biasa disebut spesifikasi
pemeriksaan.
Standar pemadatan lapangan biasanya dikendalikan melalui
spesifikasi produk dan spesifikasi metode.
Dalam spesifikasi produk, kerapatan kerapatan lapangan
yang dibutuhkan ditentukan sebagai persentase kepadatan
kering maksimum laboratorium, biasanya 90% sampai

294|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


95%. Parameter target ditentukan berdasarkan hasil uji
laboratorium, adalah :
AchievedFieldDryDensity
Re lativeCompaction 
LabMaximumDryDensity
..(6.69)
Kisaran rentang kadar air lapangan biasanya berada dalam
± 2% dari kadar air optimum laboratorium.Hal ini
diperlukan untuk mengontrol kadar air sehingga mendekati
nilai yang dipilih. Pemompaan air dari sumur air tanah,
dapat digunakan jika tanahnya kering.Airnya
disiramkansecara merata sebelum dipadatkan. Jika
tanahnya terlalu basah, maka terlebih dahulu perlu
dikeringkan (alami).
Di lapangan, pemadatan dilakukan secara bertahap lapis per
lapis. Setelah setiap lapisan telah dipadatkan, kadar air dan
kerapatan lapangan diperiksa di beberapa titik secara acak.
Ini kemudian dibandingkan dengan nilai OMC dan MDD
yang ditentukan dalam spesifikasi pelaksanaan, dengan
menggunakan salah satu dari kedua metode, yakni metode
sand cone atau metode bor inti.
Sedangkan spesifikasi metode, meliputi ketentuan-
ketentuan yang mencakup :
1. Jenis dan berat peralatan pemadat
2. Ketebalan lapisan tanah maksimal
3. Jumlah lintasan untuk setiap lapisan
Spesifikasi metode ini sangat penting terutama untuk
proyek berskala besar, yang memiliki kuantitas pekerjaan
yang banyak. Hal ini memerlukan pengetahuan sebelumnya
untuk bekerja dengan tanah pilihan yang akan digunakan.

B. Spesifikasi Pemeriksaan (Akhir)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 295


Untuk spesifikasi hasil akhir dari pemadatan, parameter
”kepadatan relatif (Rc)” sangat penting. Kepadatan relatif
untuk pelaksanaan didasarkan pada hasil pengujian di
laboratorium, yaitu perbandingan antara berat volume
kering di lapangan dengan berat volume kering di
laboratorium (Proctor standar atau Proctor
modified).Pertimbangan ekonomis untuk memperoleh hasil
pemadatan dapat dillustrasikan seperti pada kurva berikut :

Gambar 5.43. Garis Optimum Faktor Ekonomis untuk


Memaksimalkan Hasil Pemadatan
Kurva di atas memperlihatkan gambaran hasil pemadatan pada
tanah yang sama dengan 3 macam enersi pemadatan yang
berbeda.
Kurva-A ; adalah kurva pemadatan yang diperoleh dari alat
pemadat standar. Kemudian untuk memperoleh kepadatan

296|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


sebesar 90% dari kepadatan maksimum, maka kadar air
tanah yang akan dipadatkan harus diatur antara kadar air
w1 dan w2. Interval kadar air dari w1 sampai w2, didapat
dengan menarik garis horisontal 90% dari maks pada
kurva-A. Jika tanah yang akan dipadatkan kadar airnya
berada di luar interval w1 sampai w2, maka akan sulit
diperoleh hasil pemadatan sesuai dengan yang diinginkan.
Kurva-B dan Kurva-C ; adalah kurva pemadatan yang diperoleh
dengan mengurangi enersi pemadatan. Enersi pemadatan
yang paling ekonomis adalah bila kadar air tanah pada saat
pemadatan sebesar w3. Interval kadar air tanah yang paling
baik dilakukan (aspek efisiensi enersi) di lapangan adalah
tanah dengan kadar air antara Wopt sampai w3.
Pemadatan tanah pada kondisi basah optimum, pada umumnya
akan menghasilkan kuat geser yang lebih rendah dibandingkan
dengan pemadatan pada kondisi kering optimum. Selain itu
potensi kembang susut dan sifat permeabilitas sangat
dipengaruhi pula oleh kadar air tanah yang dipadatkan. Oleh
karena itu parameter yang penting untuk ditentukan pada
spesifikasi hasil pemadatan adalah :
a. Tingkat kepadatan relatif (%)
b. Interval kadar air tanah yang dipadatkan
Untuk pekerjaan pemadatan tanah yang berskala besar seperti
pada bendungan tanah, maka perlu pula ditentukan parameter
pemadatan yang meliputi :
a. Jenis alat pemadat
b. Berat mesin pemadat
c. Jumlah lintasan mesin pemadat
d. Ketebalan tiap lapisan pemadatan.
Ada berbagai jenis peralatan pemadatan. Sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya, maka hasil pemadatan yang
dicapai sangat tergantung pada ketebalan lapisan, jenis alat
pemadat, jumlah. lintasan, dan intensitas tekanan pada tanah.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 297


Pemilihan peralatan tergantung pada jenis tanah, seperti yang
ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 5.8. Jenis Alat Pemadatan & Kesesuaiannya.
Tanah Paling Tanah Kurang
Jenis Peralatan
Cocok Cocok
Smooth Steel Kerikil pasir
Pasir sergam,
Drum Rollers bergradasi baik, batu
pasir berlumpur,
(static or pecah, &
tanah liat lunak.
vibratory) pengaspalan
Pneumatic Tanah berbutir kasar Tanah liat lembut
Tyred Rollers sampai halus (very soft clay)
Tanah berbutir Kerikil seragam,
Sheepsfoot halus, yang tanah berbutir
Rollers mengandung kasar
pasir/kerikil> 20%
Tanah dari lapukan Material seragam,
Grid Rollers batuan dan lempung berlanau,
bergradasi baik lempung.
Tanah kasar dengan
Vibrating Plates 4 sampai 8% butir -
halus
Tampers and
Semua jenis tanah -
Rammers
Sumber :NPTEL (2009).

BAB –VI
KEKUATAN TANAH

298|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


6.1. Ruang Lingkup Kekuatan Tanah
Kekuatan tanah sering diartikan persis sama dengan
kekuatan geser tanah. Walapun asumsi seperti itu tidaklah salah,
namun juga tidak sepenuhnya benar. Karena kekuatan tanah
(soil strength), sebenarnya bukan hanya terbatas berupa
kekuatan geser tanah (soil shear strength) saja, namun meliputi
beberapa aspek, antara lain :
- Kuat geser (shear strength)
- Daya dukung (bearing capacity)
- Tekanan tanah lateral (earth lateral pressure), dan
- Stabilitas lereng (slope stability).
Oleh karena tanah pada dasarnya merupakan gabungan
bahan yang saling bergesekan (frictional materials), dimana
tanah terdiri atas susunan partikel yang relatif bisa meluncur dan
berguling satu sama lain. Salah satu konsekuensi dari sifat
gesekan butir itu, adalah bahwa kekuatan tanah bergantung pada
tekanan efektif di dalam tanah. Seiring saat tekanan efektif
meningkat dengan kedalaman, maka secara umum kekuatannya
juga akan meningkat. Kekuatan tanah juga tergantung pada
apakah deformasi tanah terjadi dalam kondisi berdrainse, atau
pada kondisi volume konstan karena tanah tidak berdrainase
(undrained), atau terjadi kondisi berdrainase transisi
(intermediate state of drainage). Dalam setiap kasus dimana
tekanan pori berlebih, akan menghasilkan tekanan efektif yang
berbeda, dan karenanya akan memberikan kekuatan tanah yang
berbeda pula.

6.2. Kekuatan Geser Tanah


Di bidang teknik, pengertian kekuatan geser adalah
kekuatan material atau komponen material terhadap jenis beban

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 299


atau kegagalan struktur dimana material atau komponennya
gagal dalam geser. Beban geser adalah gaya yang cenderung
menghasilkan kegagalan geser pada material sepanjang bidang
yang sejajar dengan arah gaya. Contoh saat kertas digunting
dengan gunting, kertas terpotong berarti kertas gagal terhadap
gaya guntingan.
Secara umum Kekuatan geser tanah diartikan sebagai
kemampuan tanah melawan tegangan geser yang timbul di
dalam tanah.
Kekuatan geser adalah istilah yang digunakan dalam
mekanika tanah untuk menggambarkan besarnya tegangan geser
yang dapat dipertahankan oleh tanah. (Wikipedia, the free
encyclopedia).
Kekuatan geser tanah didefinisikan oleh Duncan dan
Wright (2005) sebagai, "Tegangan geser maksimum yang dapat
bertahan dari tanah". Penilaian yang tepat terhadap kekuatan
geser untuk analisis stabilitas lereng merupakan aspek penting
dalam memahami dan memprediksi kinerja stabilitas suatu
lereng.
Pengertian lain dari kekuatan geser tanah adalah fungsi
dari tekanan yang diterapkan padanya dan juga cara tekanan ini
diterapkan. Dengan kata lain bahwa kuat geser tanah adalah
gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah
terhadap desakan atau tarikan.
Pengetahuan tentang kekuatan geser dalam bidang
mekanika tanah diperlukan untuk ; (1) menentukan daya dukung
pondasi, (2) tekanan lateral yang diberikan pada dinding
penahan, dan (3) stabilitas lereng.
Berdasarkan anggapan bahwa ada dua unsur pokok yang
menentukan kuat geser di dalam tanah, yakni gaya kohesi yang
bergantung pada jenis dan kepadatan tanah, serta gaya gesekan
antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan
tegangan normal pada bidang gesernya, maka Coulumb (1776)
mendefinisikan kuat geser sebagai berikut :

300|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


𝜏 = +𝜎  .............(6.1)
Yang mana :
ԏ = kuat geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah (kN/m2)
= sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern
(derajat)
σ = tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)

6.2.1. Teori Lingkaran Mohr


Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
secara umum pengertian kuat geser tanah adalah gaya
perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap
desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, maka apabila
tanah mengalami pembebanan, beban tersebut akan akan
ditahan oleh:
(1) Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan
kepadatannya, tetapi tidak bergantung dari tegangan
normal yang bekerja pada bidang geser.
(2) Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya
berbanding lurus dengan tegangan normal pada bidang
gesernya.
Untuk mengetahui nilai dari kedua parameter kuat geser
tanah tersebut perlu dilakukan pengujian terhadap tanahnya.
Dalam pengujian tanah, sampel berbentuk silinder biasanya
digunakan, dimana tegangan radial dan aksial bekerja pada
bidang utama. Bidang vertikal biasanya merupakan bidang
utama minor sedangkan bidang horizontal adalah bidang utama
major. Tegangan radial (r) adalah tegangan utama minor (3),
dan tegangan aksial (a) adalah tegangan utama major (1).

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 301


Gambar 6.1. Sampel Silinder Untuk Pengujian Kuat Geser
Tanah
Untuk memvisualisasikan tegangan normal dan
tegangan geser yang bekerja pada bidang runtuh di dalam
sampel tanah, dibuat representasi grafis dari tegangan yang
disebut ‘lingkaran Mohr’, diperoleh dengan merencanakan
tegangan utama. Kaidah umum atau konvensi yang digunakan
di dalam analisis tegangan, adalah bahwa untuk tegangan tekan
dianggap sebagai ‘positif’, dan sudut yang diukur berlawanan
arah jarum jam juga ‘positif’. Begitu pula sebaliknya, bahwa
tegangan tarik adalah ‘negatif’ dan sudut yang searah jarum jam
adalah ‘negatif’.

Gambar 6.2. Lingkaran Mohr.

302|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tarik garis miring dari garis horisontal dengan , hingga
memotong lingkaran Mohr. Koordinat titik potong tersebut
adalah merupakan letak tegangan normal () dan kuat geser
tanah () yang bekerja pada bidang, yang cenderung pada sudut
di dalam sampel tanah. Nilai tegangan normal dan kuat geser
tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Tegangan normal, adalah :
 
 1   3    1  3  cos 2
.............(6.2)
2 2
Kuat geser, adalah :
 
 1  3  cos 2
.............(6.3)
2
Untuk bidang runtuh yang condong membentuk sudut
45oterhadap arah horizontal, maka pada kuat geser
maksimumdan tegangan normal maksimumnya, masing-masing
adalah :
 
 1  3   
 1  3 
2 2
Nilai perbandingan maksimum antara kuat geser terhadap
tegangan normal, cenderung akan terjadi ketika terbentuk sudut
:

Dimana :  adalah kemiringan garis yang bersinggungan dengan


lingkaran Mohr dan melewati titik pangkal (0,0).
Berdasarkan teori tersebut, oleh Mohr (1910) menyatakan
bahwa kondisi keruntuhan suatu bahan akan terjadi akibat
adanya kombinasi antara kondisi kritis dari tegangan normal dan
tegangan geser pada bidang runtuhnya, yang dinyatakan dengan
persamaan umum sebagai berikut :
  f ( ) .............(6.4)
Yang mana :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 303


ԏ adalah tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan
atau kegagalan (failure), dan
σadalah tegangan normal pada saat kondisi tersebut.

6.2.2. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb


Ketika sampel tanah runtuh, maka tegangan geser pada
bidang keruntuhan akanmenentukan kekuatan geser tanah.
Dengan demikian, perlu untuk mengidentifikasi kegagalan
sampel. Apakah itu bidang dimana tegangan geser maksimum
bekerja, atau apakah bidang di mana rasio tegangan geser
terhadap tegangan normal adalah mencapai maksimum.
Untuk saat ini, dapat diasumsikan bahwa ada bidang
kegagalan dan mungkin akibat tekanan utama (tegangan geser),
dan untuk mengukurnya di laboratorium yaitu dengan
melakukan uji triaksial. Kemudian, lingkaran Mohr dari
tegangan pada kegagalan sampel dapat ditarik dengan
menggunakan nilai tegangan utama yang dihasilkan dari
pengujian tersebut.
Jika data dari beberapa pengujian yang dilakukan pada
sampel yang berbeda sampai terjadi kegagalan, maka dapat
digambarkan serangkaian lingkaran Mohr. Penggambarannya
lebih mudah bila hanya menampilkan bagian atas dari lingkaran
Mohr. Selanjutnya garis tangensial dari sejumlah lingkaran
Mohr bisa digambar, yang disebut selimut keruntuhan (failure
envelope) Mohr-Coulomb.

304|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 6.3. Lingkaran Mohr-Coulomb
Jika kondisi tegangan untuk sampel tanah lainnya
ditunjukkan oleh lingkaran Mohr yang terletak di bawah selimut
keruntuhan, maka setiap bidang dalam sampel mengalami
tegangan geser yang lebih kecil dari pada kekuatan geser
sampel. Dengan demikian, titik singgung dari selimut
keruntuhan pada lingkaran Mohr, akan menjadi petunjuk pada
penentuan kemiringan bidang keruntuhan. Orientasi bidang
keruntuhan akhirnya dapat ditentukan dengan metode kutub
(pole method) sebagai berikut :.

Gambar 6.4. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Pole


Method)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 305


Kriteria keruntuhan dari Mohr-Coulomb, dapat ditulis
sebagai persamaan untuk garis yang mewakili garis lurus
(failure anvelope), dengan persamaan umum adalah :
 f  c   f . tan  .............(6.5)
Yang mana :
f = tegangan geser pada bidang kegagalan
c = kohesi tanah
f = tegangan normal pada bidang kegagalan
 = sudut gesekan dalam tanah
Kriteria keruntuhan juga dapat dinyatakan dalam
kaitannya dengan hubungan antara tegangan-tegangan utama.
Dari geometri lingkaran Mohr, didapat hubungan sebagai
berikut :
1   2
R 2
sin   
c. cot  p  3
c. cot  1
2
Sehingga didapat :
 1  sin   1  sin 
 1   3    2c .............(6.6)
 1  sin   1  sin 

Yang mana :
 1  sin     
   tan 2   
 1  sin    4 2
Sehingga didapat :
     1  sin 
 1   3  tan 2      2c
  4 2 1  sin 
.............(6.7)

6.2.3. Metode Penentuan Kuat Geser Tanah

306|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Penentuan kuat geser tanah dapat dilakukan melalui
pengujian lapangan maupun melalui pengujian laboratorium.
Pengujian lapangan yang dapat memberikan nilai kuat geser
tanah seperti Vane Shear, Direct Shear Box, dan lain lain, namun
metode pengujian lapangan tersebut tidak akan dibahas pada
bagian ini. Sedangkan penentuan kuat geser tanah melalui
pengujian laboratorium yang sering dilakukan, diantaranya
adalah :

A. Uji Geser Langsung


Pengujian dilakukan pada sampel tanah yang dibatasi pada
kotak logam penampang persegi yang terbelah horizontal pada
ketinggian pertengahan. Sebuah beban normal (normal load)
diberikan untuk sebatas dipertahankan posisikedua belah kotak
sebelum digeser. Selanjutnya tanah digeser sepanjang bidang
yang telah ditentukan dengan menggerakkan bagian atas,dengan
gaya geser (shear force). Kotak biasanya persegi dalam rencana
ukuran60 mm x 60 mm. Kotak geser ditampilkan seperti pada
gambar berikut :.

Gambar 6.5. Skema Alat Uji Geser Langsung

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 307


Jika sampel yang diuji berupa tanah jenuh sepenuhnya
atau tanah jenuh sebagian, maka digunakan pelat logam
berlubang dan diberikan batu berpori di bawah dan di atas
sampel, agar air pori dapat berdrainase bebas ke luar dari massa
tanah. Jika sampel kering, maka digunakan pelat logam padat.
Beban normal pada bidang geser dapat diterapkan pada sampel
tanah melalui tutup kotak (seperti tergambar).
Pengujian geser untuk tanah pasir dan kerikil dapat
digunakan merode pengujian cepat (quick test), dan biasanya
dilakukan dalam kondisi kering, karena pada jenis tanah tersebut
air poritidak berpengaruh secara signifikan terhadap kekuatan
gesernya. Sedangkan untuk tanah liat, gaya geser harus
dilakukan secara perlahan dengan penambahan gaya yang
ditentukan (slow test), untuk mencegah terbentuknya tekanan
pori berlebih di dalam massa tanah.
Penerapan beban normal vertikal dilakukan bersamaan
dengan penerapan gaya geser, namun yang ditambahkan secara
bertahap hanya gaya geser, sedangkan beban normal diatur
konstan (biasanya diambil : N = 0.A, dimana A = luas
penampang sampel &0 = .h).
Gaya geser secara bertahap diterapkan pada arah
horizontal, yang menyebabkan kedua bagian kotak akan
bergerak satu sama lain. Besarnya gaya geser yang bekerja
selalu diukur bersamaan dengan perpindahan geser yang terjadi
akibat beban geser yang bekerja. Pada saat bersamaan
perubahan ketebalan sampel (h) juga diukur.
Dari sejumlah sampel tanah yang diuji masing-masing di
bawah beban normal yang berbeda.Kemudian nilai gaya geser
maksimum yang dicapai pada saat sampel runtuh, kemudian
diplot terhadap tegangan normal untuk setiap pengujian. Dari
kurva yang menggambarkan hubungan gaya geser dengan
tegangan normal tersebut, maka selimut keruntuhan (failure
envelope) bisa digambarkan. Apabila tidak ada tekanan air pori

308|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


berlebih yang terjadi di dalam tanah, maka tegangan total dan
tegangan efektif akan sama besar.
Uji geser langsung memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
a) Mudah untuk menguji pasir dan kerikil.
b) Sampel besar dapat diuji dalam kotak geser besar, karena
sampel kecil biasanya memberikan hasil yang kurang
akurat, karena ketidaksempurnaan kondisi yang dimiliki,
seperti fraktur dan retakan, atau mungkin tidak benar-benar
representatif.
c) Sampel dapat digeser di sepanjang bidang yang tersedia
(lebih leluasa), apabila kekuatan geser sampel cukup besar,
sehingga membutuhkan bidang geser yang lebih panjang.
Sedangkan kelemahan dari uji geser langsung, antara lain :
a) Bidang keruntuhan selalu dalam arah horizontal, padahal
mungkin bidang tersebut bukanlah bidang terlemah dalam
sampel. Keruntuhan tanah selalu terjadi secara progresif,
yaitu dari ujung-ujungnya ke arah pusat sampel.
b) Tidak dilengkapi dengan alat untuk mengukur tekanan air
pori dalam kotak geser, dan oleh karena itu tidak mungkin
dapat menentukan tekanan efektif pada pengujian kondisi
undrained.
c) Alat kotak geser tidak dapat memberikan kekuatan
undrained yang dapat diandalkan, karena itu tidak mungkin
untuk mencegah terjadinya drainase air pori yang
terlokalisir keluar dari bidang geser.

B. Uji Triaxial
Uji triaksial dilakukan pada sel pada sampel tanah
berbentuk silinder yang memiliki rasio panjang terhadap
diameter = 2. Ukuran yang digunakan biasanya adalah 76 mm x
38 mm dan 100 mm x 50 mm. Tiga arah tekanan utama yang
diterapkan pada sampel tanah, dari mana dua arah tekanan (2
dan 3). diaplikasikan dengan tekanan air di dalam sel yang

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 309


sama (2 = 3). Sedangkan tegangan utama ketiga (1)
diterapkan oleh ram pemuat melalui bagian atas sel,berupa
tegangan simpangan (deviator stress). Skema alat uji triaksial
yang khas diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 6.6. Skema Alat Uji Triaxal


Sampel tanah ditempatkan di dalam selubung karet yang
disegel pada bagian atas dan bagian bawah, dengan
menggunakan cincin karet O. Untuk pengujian dengan
pengukuran tekanan pori, maka batu berpori ditempatkan di
bagian bawah, dan terkadang di bagian atas spesimen. Saringan
kertas dapat dipasangkan di sekitar bagian luar sampel untuk
mempercepat proses konsolidasi. Tekanan pori yang dihasilkan
di dalam sampel tanah selama pengujian, dapat diukur dengan
alat transduser tekanan, atau dibaca melalui panel tekanan pori
(pore pressure). Sedangkan perubahan volume sampel selama
pengujian, dibaca melalui panel perubahan volume (volume
change).
Pengujian triaxial terdiri dari dua tahap, yaitu :
Tahap pertama:
- Sampel tanah diatur sedemikian rupa di dalam sel
triaksial

310|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


- Penerapan tekanan pengekang (confining pressure),
yang dilakukan dengan mengatur tekanan air atau
tekanan sel (cell pressure).
- Penerapan tekanan mula (overburden pressure), yang
dilakukan dengan memberikan tekanan dari ram pemuat,
sesuai dengan kondisi mula saat tanah di lapangan.
Maksud dari pemberian tekanan pengekang, adalah
untuk mengkondisikan sampel tanah untuk kembali pada
kondisinya di lapangan, dimana kondisi tanah asli di
lapangan menerima tegangan vertikal (v) dan tegangan
horisontal (h).
v = 0 = .h, sedangkan h = 2 = 3 = Ko.v
Oleh karena itu tahap pertama ini biasa juga disebut
tahap pemulihan sampel.
Tahap kedua:
- Penerapan tegangan aksial tambahan (deviator stress),
untuk menginduksi tegangan geser terhadap sampel.
Tegangan aksial terus meningkat sampai sampel
mengalami keruntuhan. Sedangkan tekanan pengekang
atau confining pressure (2 = 3) dikonstankan, selama
pengujian tahap kedua.
- Setiap interval waktu yang ditentukan dalam pengujian
tahap kedua, dilakukan pembacaan ukuran-ukuran untuk
deformasi atau regangan axial (axial strain), tekanan air
pori (pore pressure), dan perumahan volume sampel
(volume change).
Ada beberapa variasi atau jenis pengujian triaxial yang
biasa digunakan dalam praktik, antara lain :
1. Triaxial UU-test (unconsolidated undrained): Dalam hal
ini, tekanan sel diterapkan tanpa membiarkan terjadinya
proses drainase,dan menjaga tekanan sel agar tetap konstan.
Tegangan deviator langsung diterapkan tanpa didahului
dengan pembebanan konsolidasi (unconsolidation), dan
terus meningkat sampai sampel mengalami

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 311


keruntuhan,dengan tetap tanpa berdrainase
(undrained).Keadaan tanpa drainase ini menyebabkan adanya
kelebihan tekanan pori (excess pore pressure) karena tidak ada
tahanan geser hasil perlawanan dari butiran tanah.
2. Triaxial CU-test (consolidated undrained): Dalam hal ini,
sampel mula-mula dibebani dengan tekanan sel tertentu
dengan mengizinkan air mengalir ke luar dari benda uji
sampai proses konsolidasi selesai (consolidation). Tahap
selanjutnya, tegangan deviator diterapkan dengan katup
drainase dalam keadaan tertutup, sampai benda uji
mengalami keruntuhan (undrained). Karena katup drainase
tertutup, maka volume benda uji tidak berubah selama
penggeseran. Pada pengujian dengan cara ini, akan terjadi
kelebihan tekanan air pori (exess pore pressure) dalam
benda uji. Pengukuran tekanan air pori dapat dilakukan
selama pengujian berlangsung.
3. Triaxial CD-test (consolidated drained): Dalam hal ini,
mula-mula tekanan sel tertentu diterapkan pada sampel
dengan katup drainase terbuka sampai konsolidasi selesai.
Setelah itu, dengan katup drainase tetap terbuka, tegangan
deviator harus diterapkan dengan kecepatan yang rendah,
yang dimaksudkan agar dapat menjamin tekanan air pori nol
selama proses penggeseran. Pada kondisi ini seluruh
tegangan selama proses pengujian ditahan oleh gesekan
antar butiran tanah.
Hal-hal yang penting di dalam pengujian triaksial, antara lain :
- Tahap pertama pengujian mensimulasikan di laboratorium
kondisi lapangan (in-situ condition), bahwa tanah pada
kedalaman yang berbeda mengalami tekanan efektif yang
berbeda.
- Konsolidasi akan terjadi jika tekanan air pori yang
berkembang pada saat penerapan tekanan pengekangan
diperbolehkan untuk menghilang. Jika tidak, tekanan efektif
pada tanah adalah tekanan pengekangan (atau tekanan total)
dikurangi tekanan air pori yang ada di dalam tanah.
312|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
- Selama proses pembebanan (shearing), sampel tanah
mengalami regangan aksial, dan perubahan volume atau
perkembangan tekanan air pori terjadi.
- Besarnya tegangan geser yang bekerjaakan berbeda, pada
bidang yang berbeda dalam sampel tanah berbeda.
- Dari kurva hasil uji triaxial, tegangan geser yang berada
pada bidang keruntuhan disebut kekuatan geser.
Uji triaksial memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan uji geser langsung, antara lain :
a) Penampang sampel tanah dikenai tekanan yang seragam,
sehingga regangan yang terjadi juga seragam.
b) Kombinasi tekanan pengekang (confining pressure) dan
tekanan aksial (deviator stress) yang berbeda-beda dapat
diterapkan.
c) Pengujian sampel berdrainase dan sampel tidak
berdrainase (undrained) dapat dilakukan.
d) Tekanan air poritetap dapat diukur pada kondisi dengan
pengujian tak berdrainase (undrained test).
e) Perilaku tegangan -regangan secara lebih lengkap dapat
ditentukan.

6.2.4. Parameter Tegangan Total


Parameter tegangan total (total stress) yang dapat
dihasilkan sangat tergantung pada kondisi pengujian yang
dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan parameter
yang dihasilkan dari pengujian triaxial, yang berbeda antara
hasil uji sampel yang tidak berkonsolidasi dengan uji sampel
yang berkonsolidasi.
1. Parameter tegangan total dari pengujian UU:

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 313


Gambar 6.7. Kurva Lingkaran Mohr Hasil UU-test
Semua lingkaran Mohr dari hasil pengujian UU yang diplot
dalam hal tekanan total memiliki diameter yang sama.
Sehingga garis selimut keruntuhannya berbentuk garis lurus
horisontal. Maka : nilai UU = 0 dan nilai CUU  0.
Dari hasil pengujian UU-test, dapat dituliskan persamaan
sebagai berikut :
1   3
 f  cUU  .............(6.8)
2

2. Parameter tegangan total dari pengujian CU dan CD :

Gambar 6.8. Kurva Lingkaran Mohr Hasil CU-test & CD-test


Untuk pengujian yang melibatkan drainase pada tahap
pertama dan terdapat pembebanan konsolidasi, maka ketika
lingkaran Mohr diplot dalam hal tekanan total, diameternya
meningkat seiring dengan perbedaan penerapan tekanan

314|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


pengekang (confining pressure). Sehingga garis selimut
keruntuhan (failure envelope) yang dihasilkan adalah
berbentuk garis lurus miring dengan memotong pada sumbu
vertikal.
Dari kurva semacam itu, dapat diketahui nilai parameter
tegangan totalnya, masing-masing :
CCU, CU, atau CCD, CD
Dari hasil pengujian CU-test dan CD-test, dapat dituliskan
persamaan sebagai berikut :
 fCU  cCU   fCU tan CU
atau :  fCD  cCD   fCD tan CD
Menurut Jean-Yves Delenne et al. (2013), bahwa derajat
kejenuhan di atas 40% (S > 0,4), akan menyebabkan kekuatan
kohesif tanah turun, disebabkan karena terjadi penurunan
tekanan Laplace di dalam massa tanah.

6.2.5. Parameter Tegangan Efektif


Jika hasil pengujian triaksial yang sama(UU-test, CU-
testatau CD-test), diplot dengan menggunakan tegangan efektif
dan mempertimbangkan tekanan air pori yang terukur, ternyata
bahwa semua lingkaran Mohr pada keruntuhan bersinggungan
dengan selimut keruntuhan (failure envelope) yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa kuat geser adalah fungsi unik dari tegangan
efektif pada bidang keruntuhan.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 315


Gambar 6.9. Hubungan Kuat Geser dengan Tegangan Efektif

Garis selimut keruntuhan menunjukkan kuat geser, yang secara


umum dapat dituliskan sebagai berikut :
 f  c' '.tan  ' .............(6.9)
Yang mana :
’ = tegangan efektif
c’= kohesi efektif, pada kondisi tekanan efektif
’ = sudut geser dalam efektif, pada kondisi tegangan
efektif

Jika :’nadalah tegangan efektif yang bekerja pada bidang


keruntuhan (failure plane), dannadalah tegangan geser
pada bidang yang sama, dan parameter tersebut
merupakan kekuatan geser.
Maka : Hubungan antara tegangan efektif pada bidang
keruntuhan adalahsebagai berikut :
 1  sin  '  1  sin  '
 '1   '3    2c' .............(6.10)
 1  sin  '  1  sin  '

6.2.6. Parameter Tekanan Air Pori


Perbedaan antara tegangan total dan tegangan efektif
hanyalah akibat tekanan air pori(u). Akibatnya, tegangan total
dan tegangan efektif pada Lingkaran Mohr memiliki diameter
yang sama, dan hanya dipisahkan sepanjang sumbu s oleh
besarnya tekanan air pori.
Mudah untuk menentukan serangkaian tegangan total
untuk diplot pada lingkaran Mohr, namun kadang parameter
tegangan total yang disimpulkan tidak memiliki relevansi
dengan perilaku tanah yang sebenarnya. Pada prinsipnya,
parameter kekuatan efektif diperlukan untuk memeriksa
stabilitas terhadap kegagalan konstruksi tanah di lapangan.

316|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Untuk melakukan pemeriksaan terhadap stabilitas konstruksi
tanah di lapangan, tekanan air poripada lapisan tanah di bawah
kondisi pembebanan harus diketahui,yang pada umumnya
dalam praktik di lapangan hal ini sering tidak mendapat
perhatian.
Dalam pengujian triaksial undrained, apabila dilakukan
pengukuran tekanan pori, memungkinkanuntuk menentukan
tegangan efektifnya. Sebagai alternatif, dalam pengujian sampel
yang dikeringkan, tingkat pembebanan dapat dibuat cukup
lambat, sehingga memungkinkan semua tekanan air pori
berlebih (exess pore pressure) dapat berdisipasi. Namun untuk
tanah dengan permeabilitas yang rendah, proses drainase akan
membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dalam pengujian undrained, ekspresi umum yang
berkaitan dengan tekanan air pori total (total pore pressure)
dapat dikembangkan, dan perubahan pada tekanan yang
diterapkan pada kedua tahap pengujian adalah:
Du  Du1  Du 2  B.Ds1  B.A(Ds1  Ds3 )  BDs3  A(Ds1  Ds3 )

.............(6.11)

Yang mana :
Du1 = tekanan air pori dikembangkan pada tahap pertama selama
penerapan tegangan pengurang Ds3,
Du2 = tekanan air pori yang dikembangkan pada tahap kedua saat
aplikasi tegangan deviator (Ds1 - Ds3), dan
B dan A adalah parameter tekanan air pori Skempton.
Parameter B adalah fungsi dari tingkat kejenuhan tanah (B= 1
untuk tanah jenuh, dan B= 0 untuk tanah kering).
Parameter A juga tidak konstan, dan bervariasi dengan rasio
over-consolidaton pada tanah dan juga dengan besarnya
tegangan deviator. Nilai A pada saat keruntuhan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 317


diperlukan dalam menggambarkan lingkaran Mohr
untuk tegangan efektif.
Pertimbangkan perilaku sampel tanah jenuh sangat
diperlukan dalam pengujian triaksial undrained. Pada tahap
pertama, meningkatkan tekanan sel tanpa membiarkan air
poridrainase, memiliki efek yang meningkatkan tekanan air pori
dengan jumlah yang sama.Dengan demikian, tidak ada
perubahan pada tegangan efektif.
Selama tahap geser kedua, perubahan tekanan air pori bisa
menjadi positif atau negatif.
Untuk UU-test pada tanah jenuh, tekanan air pori tidak hilang,
baik tahap pertama maupun tahap kedua (yaitu :Du = Du1
+ Du2).
Untuk CU-test pada tanah jenuh, tekanan air pori tidak hilang
hanya pada tahap kedua saja (yaitu :Du = Du2).
Sementara itu menurut Nicholas et al. (2015), bahwa
tekanan air pori (u) dan penurunan (S) dipengaruhi oleh 3 faktor,
yakni : (1) letak muka air tanah (ketebalan lapis tanah jenuh);
(2) ketebalan lapisan yang terkompresi; dan (3) kecepatan (rate)
perubahan beban yang diaplikasikan.

6.2.7. Perilaku Tegangan-Regangan Tanah Pasir


Tanah pasir biasanya digeser (shearing) dalam kondisi
berdrainase karena permeabilitasnya relatif lebih tinggi.
Perilaku ini dapat diselidiki dalam uji geser langsung ataupunuji
triaksial. Ada dua parameter terpenting yang mengatur perilaku
tanah pasir, yaitu kerapatan relatif (Dr), dan besarnya tegangan
efektif (’). Kerapatan relatif biasanya didefinisikan dalam
persentase sebagai :

318|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


emax  e
Dr  x100 .............(6.12)
emax  emin
Yang mana :
e = angka porisaat ini.
emax =angka pori maksimum
emin =angka pori maksimum (keduanya didapat dari uji
standar di laboratorium)
Kerapatan relatif juga dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai
:
   d min  d max
Dr  d x x100 .............(6.13)
 d max   d min  d
Yang mana :
d = berat volume kering saat ini.
dmax = berat volume kering maksimum
dmin = berat volume kering minimum,
Pada umumnya pasir umumnya disebut pasir padat jika Dr>
65%, dan disebut pasir longgar jikaDr<35%.
Pengaruh kerapatan relatif terhadap perilaku pasir jenuh
dapat dilihat padakurva hasil pengujian CD yang dilakukan pada
tegangan pengekang efektif yang sama (tidak ada tekanan air
pori induksi pada sampel yang diuji).

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 319


Gambar 6.10. Kurva Tegangan Deviator, Regangan Volume
dan Angka Pori pada Tingkat Regangan Aksial Yang Sama
Untuk Berbagai Konsistensi Pasir (D = pasir padat, M = pasir
sedang, L = pasir lepas)

Berikut pengamatan yang bisa dilakukan atas ketiga kurva di


atas :
a. Pada kurva tegangan deviator; pada sampel pasir yang padat
(D), tegangan deviator mencapai puncak pada nilai sumbu
aksial rendah dan kemudian turun, sedangkan untuk sampel
pasir lepas (L), tegangan deviator meningkat secara
bertahap seiring peningkatan regangan aksial. Perilaku pasir
sedang (M) berada di antara keduanya.
b. Pada kurva regangan volume ; sampel yang kondisi
awalnyalebih padat akan melebar pada saat digeser
(shearing), sedangkan sampel yang awalnya lepas akan
terkompresi.
c. Pada kurva angka pori ; semua sampel mendekati kondisi
akhir yang sama dengan tegangan geser dan angka pori,

320|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


terlepas dari kondisi kepadatan awal. Sampel yang lebih
padat mencapai sudut geser yang lebih tinggi dibanding
sampel yang lebih lepas.

6.3. Kapasitas Daya Dukung Tanah


Kapasitas daya dukung tanah (bearing capacity), adalah
kemampuan tanah memikul tekananatau melawan penurunan
akibat pembebanan. Atau dengan kata lain bahwa kapasitasdaya
dukung tanah adalah kekuatan tanah untuk menahan suatu beban
yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui
pondasi.
Tekanan pada saat dimana tanah masih dapat dengan
mudah menahan beban disebut daya dukung yang diijinkan.
Tekanan total yang terjadi di dasar fondasi pada saat tanah
mengalami kegagalan disebut daya dukung batas (ultimate
bearing capacity, qult).
Kapasitas daya dukung tanah batas (qu = qult = ultimate
bearing capacity) adalah tekanan maksimum yang dapat
diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa
menimbulkan kelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di
bawah dan/atau sekeliling pondasi.
Bila daya dukung batas dibagi dengan faktor keamanan
maka akan menghasilkan daya dukung yang aman.
qult
qs  .................(6.14)
SF
Bila memperhitungkan tekanan overburden,maka dari
daya dukung batas kita akan mendapatkan daya dukung batas
netto, yang dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
qnu  qult   .Df .................(6.15)
Dengan asumsi bahwa pada keruntuhanhanya terjadi
kegagalan geser, maka daya dukung batas netto dibagi dengan
faktor keamanan, akan memberi daya dukung netto,yang dapat
dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 321


qnu
qns  .................(6.16)
SF
Yang mana : SF = 2 s/d 3

6.3.1. Pola Keruntuhan Tanah


Konsep perhitungan daya dukung tanah, didasarkan pada
pola atau bentuk keruntuhan geser yang terjadi dalam tanah
akibat pembebanan. Terdapat 3 kemungkinan pola keruntuhan
tanah yang dapat menjadi acuan terhadap rumusan kapasitas
dukung tanah, yaitu :
A. Keruntuhan Geser Menyeluruh (General Shear Failure)
Keruntuhan geser menyeluruh dapat terjadi apabila :
1) Kondisi kesetimbangan plastis terjadi penuh diatas
bidang keruntuhan (failure plane).
2) Muka tanah di sekitarnya meningkat (naik)
3) Keruntuhan terjadi di satu sisi sehingga pondasi miring
4) Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas rendah (tanah
padat dan/atau kaku)
Pada kasus keruntuhan menyeluruh, kapasitas dukung batas
(qu) dapat diamati dengan baik. Pola keruntuhan geser
menyeluruh dapat digambarkan sebagai berikut :

322|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 6.11. Pola Keruntuhan Geser Menyeluruh
(General Shear Failure).
B. Keruntuhan Geser Setempat (Local Shear Failure)
Keruntuhan geser setempat dapat terjadi apabila :
1) Muka tanah disekitar pondasi tidak terlalu mengembang,
karena dorongan kebawah dasar pondasi lebih besar
2) Kondisi kesetimbangan plastis hanya terjadi pada
sebagian tanah saja
3) Miring yang terjadi pada pondasi tidak terlalu besar
terjadi
4) Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi yang
ditunjukkan dengan penurunan yang relatif besar
Pada kasus keruntuhan setempat, kapasitas dukung batas
(qu) sulit dipastikan dan sulit dianalisis, hanya bisa diamati
penurunannya saja. Pola keruntuhan geser setempat dapat
digambarkan sebagai berikut :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 323


Gambar 6.12. Pola keruntuhan Geser Setempat (Local
Shear Failure).
C. Keruntuhan Geser Baji (Punching Shear Failure)
Keruntuhan geser baji dapat terjadi apabila :
1) Terjadi desakan di bawah dasar pondasi disertai
pergeseran arah vertikal sepanjang tepi
2) Tidak terjadi kemiringan pondasi dan pengangkatan di
permukaan tanah
3) Penurunan yang terjadi cukup besar
4) Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi dan
kompresibilitas rendah jika kedalaman pondasi agak
dalam.
Pola keruntuhan geser baji dapat digambarkan sebagai
berikut :

324|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 6.13. Pola Keruntuhan Geser Baji (Punching
Shear Failure)

6.3.2. Teori Kapasitas Daya Dukung Terzaghi


Analisis kapasitas daya dukung dari Terzagh (1943,
didasarkan kondisi general shear failure, dengan anggapan-
anggapan sebagai berikut:
 Tahanan geser yang melewati bidang horisontal di bawah
pondasi diabaikan.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 325


 Tahanan geser tersebut digantikan oleh beban sebesar q = 
. Df
 Distribusi tegangan tanah di bawah pondasi dibagi menjadi
tiga bagian (zona).
 Tanah adalah material yang homogen, isotropis dengan
kekuatan gesernya yang mengikuti hukum Coulumb.
 = c +  . tan
Yang mana :  = tegangan geser
c = kohesi tanah
 = tegangan normal
 = sudut geser dalam tanah
 Untuk pondasi menerus penyelesaian masalah seperti pada
analisa dua dimensi.
Distribusi tegangan pada lapisan tanah di bawah dasar
pondasi menurut teori Terzaghi terbagi pada tiga zona
keruntuhan, seperti yang tergambar berikut :

Gambar 6.13. Distribusi Tegangan Tanah Bawah Pondasi


(Terzaghi, 1943)
Zona I (Zona Baji) ;
Bagian ACD adalah bagian yang tertekan ke bawah dan
menghasilkan suatu keseimbangan plastis dalam zona
segitiga atau berbentuk baji (conus) di bawah pondasi dasar,
dengan sudut ACD = CADadalah :
α = 45o +/2 .................(6.17)
Gerakan tanah pada zona ACD mengarah ke bawah, dan
mendorong tanah disampingnya arahradial ke samping.

326|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Zona II (Zona Geser Radial)
Akibat distribusi tegangan dari zona baji ke lapisan tanah
disampingnya, akan membentuk kurva DE dan DF yang
bekerja pada busur spiral logaritma dengan pusat pada
ujung pondasi, dan terbentukbagian ADF dan CDE, yang
disebut radial shear zone (zona geser radial).
Zona III (Zona Pasif Rankine)
Tegangan dalam tanah selanjutnya didistribusi dari zona
geser radial ke arah samping, dan masing-masing
membentuk segitiga AFH dan CEG. Bagian ini dinamakan
zona pasif Rankine (Rankine passive zone), dimana bidang
tegangannya merupakan bidang longsor.Di atas bidang
horisontal, menurut Terzaghi tidak ada terjadi bidang
longsor, karena adanya tekanan overburden yang
merupakan beban vertikal sebesar :
q =  . Df .................(6.18)
Kapasitas daya dukung tanah menurut teori Terzaghi,
tergantung pada bentuk penampang pembebanan yang diterima
oleh lapisan tanah. Terzaghi (1943) memformulasikan
persamaan untuk masing-masing bentuk geometri pembebanan
sebagai berikut :

A. Untuk tanah dengan keruntuhan geser umum (general


shear failure)
Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
menerus, dengan lebar beban = B, maka ;
qu = c Nc +  Df Nq + 1/2  B N .................(6.18)
Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
berbentuk lingkaran, dengan jari-jari = R, maka :
qu = 1,3 c Nc +  Df Nq + 0,6  R N .................(6.19)
Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
berbentuk bujur sangkar, dengan sisi-sisinya = B, maka :
qu = 1,3 c Nc +  Df Nq + 0,4  B N .................(6.20)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 327


Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
berbentuk persegi panjang, dengan dimensi (B x L), maka :
qu = c Nc (1 + 0,3 B/L) +  Df Nq + 1/2  B N(1-0,2 . B/L)
.................(6.21)
Yang mana:
qu = daya dukung batas (ultimate bearing capacity)
c = kohesi tanah
 = berat isi tanah
B = lebar pondasi (bujur sangkar & persegi panjang)
D = daiamter pondasi (lingkaran)
L = panjang pondasi
Df = kedalaman pondasi
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung, yang besarnya dapat
dihitung dengan formula berikut, atau dengan
mengambil nilai yang terdapat pada tabel
Terzaghi atau pada grafik Terzaghi.
 
 e 2(3/4φ/2)tanφ 
N c  cot φ   1  cot (N q  1)
  π φ  
 2cos  4  2  
2

   
.......(6.22)
e 2(3/4φ/2)tanφ
Nq 
 φ .................(6.23)
2cos 2  45  
 2
1  K p 
N    1tanφ .................(6.24)
2  cos φ 
2

Yang mana : Kp = koefisien tekanan tanah pasif.

B. Untuk tanah dengan keruntuhan geser setempat (local


shear failure)

328|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
menerus, dengan lebar beban = B, maka ;
qu’ = c’Nc’ + Df Nq’ + 1/2  B N’ .................(6.25)
Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
berbentuk lingkaran, dengan jari-jari = R, maka :
qu’ = 1,3 c’Nc’ + Df Nq + 0,6 R N’ .................(6.26)
Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
berbentuk bujur sangkar, dengan sisi-sisinya = B, maka :
qu’ = 1,3 c’Nc’ + Df Nq’ + 0,4 B N’ .................(6.27)
Kapasitas daya dukung tanah yang menerima beban merata
berbentuk persegi panjang, dengan dimensi (B x L), maka :
qu’= c’Nc’(1+0,3.B/L) + Df Nq’+ 1/2B N’.(1–0,2.B/L)
.................(6.28)
Untuk tanah yang mengalami keruntuhan setempat, nilai
kohesi diambil sebesar c’, yang mana c′ = 2/3 c.Sedangkan
nilai sudut geser dalam diambil sebesar ’, yang mana ′ =
tan-1 (2/3.tan ).
Nilai ′, digunakan untuk menghitung atau untuk
mengambil nilai-nilai faktor-faktor daya dukung (N′c; N′q;
N′). Sedangkan nilai c′,digunakan untuk menghitung
kapasitas daya dukung tanah (qu).

Tabel 6.1 Faktor Daya Dukung Terzaghi untuk Kondisi


Keruntuhan Geser Menyeluruh (general shear
failure)
 Nc Nq N  Nc Nq N
0 5,70 1,00 0,00 26 27,09 14,21 9,84
1 6,00 1,10 0,01 27 29,24 15,90 11,60
2 6,30 1,22 0,04 28 31,61 17,81 13,70
3 6,62 1,35 0,06 29 34,24 19,98 16,18
4 6,97 1,49 0,10 30 37,16 22,46 19,13
5 7,34 1,64 0,14 31 40,41 25,28 22,65
6 7,73 1,81 0,20 32 44,04 28,52 26,87
7 8,15 2,00 0,27 33 48,09 32,23 31,94

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 329


8 8,60 2,21 0,35 34 52,64 36,50 38,04
9 9,09 2,44 0,44 35 57,75 41,44 45,41
10 9,61 2,69 0,56 36 63,53 47,16 54,36
11 10,16 2,98 0,69 37 70,01 53,80 65,27
12 10,76 3,29 0,85 38 77,50 61,55 78,61
13 11,41 3,63 1,04 39 85,97 70,61 95,03
14 12,11 4,02 1,26 40 95,66 81,27 115,31
15 12,86 4,45 1,52 41 106,81 93,85 140,51
16 13,68 4,92 1,82 42 119,67 108,75 171,99
17 14,60 5,45 2,18 43 134,58 126,50 211,56
18 15,12 6,04 2,59 44 151,95 147,74 261,60
19 16,56 6,70 3,07 45 172,28 173,28 325,34
20 17,69 7,44 3,64 46 196,22 204,19 407,11
21 18,92 8,26 4,31 47 224,55 241,80 512,84
22 20,27 9,19 5,09 48 258,28 287,85 650,67
23 21,75 10,23 6,00 49 298,71 344,63 831,99
24 23,36 11,40 7,08 50 347,50 415,14 1072,80
25 25,13 12,72 8,34
Sumber : Kumbhojkar (1993)

Tabel 6.2 Faktor-faktor daya dukung Terzaghi modifikasi untuk


kondisi keruntuhan geser setempat (local shear
failure)

 N′c N′q N′  N′c N′q N′


0 5,70 1,00 0,00 26 15,53 6,05 2,59
1 5,90 1,07 0,005 27 16,30 6,54 2,88
2 6,10 1,14 0,02 28 17,13 7,07 3,29
3 6,30 1,2 0,04 29 18,03 7,66 3,76
4 6,51 1,30 0,055 30 18,99 8,31 4,39
5 6,74 1,39 0,074 31 20,03 9,03 4,83
6 6,97 1,49 0,10 32 21,16 9,82 5,51
7 7,22 1,59 0,128 33 22,39 10,69 6,32
8 7,47 1,70 0,16 34 23,72 11,67 7,22
9 7,74 1,82 0,20 35 25,18 12,75 8,35
10 8,02 1,94 0,24 36 26,77 13,97 9,41

330|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


11 8,32 2,08 0,30 37 28,51 15,32 10,90
12 8,63 2,22 0,35 38 30,43 16,85 12,75
13 8,96 2,38 0,42 39 32,53 18,56 14,71
14 9,31 2,55 0,48 40 34,87 20,50 17,22
15 9,67 2,73 0,57 41 37,45 22,70 19,75
16 10,06 2,92 0,67 42 40,33 25,21 22,50
17 10,47 3,13 0,76 43 43,54 28,06 26,25
18 10,90 3,36 0,88 44 47,13 31,34 30,40
19 11,36 3,61 1,03 45 51,17 35,11 36,00
20 11,85 3,88 1,12 46 55,73 39,48 41,70
21 12,37 4,17 1,35 47 60,91 44,54 49,30
22 12,92 4,48 1,55 48 66,80 50,46 59,25
23 13,51 4,82 1,74 49 73,55 57,41 71,45
24 14,14 5,20 1,97 50 81,31 65,60 85,75
25 14,80 5,60 2.25
Sumber : Kumbhojkar (1993)

Gambar 6.14. Grafik FDD untuk Keruntuhan Geser


Menyeluruh dan Keruntuhan Geser Setempat (Terzaghi, 1943)
6.3.3. Teori Kapasitas Daya Dukung Meyerhoff
Meyerhoff (1963), mengembangkan analisis daya dukung
tanah yang didasarkan pada pola keruntuhan tanah dengan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 331


asumsi bahwa distribusi tegangan geser sampai ke lapisan
permukaan tanah. Tidak sama dengan asumsi Terzaghi (1943),
bahwa distribusi tegangan geser hanya sampai pada garis
referensi dasar pondasi. Berdasarkan aumsi tersebut Meyerhoff
telah mengembangkan formula untuk perhitungan kapasitas
daya dukung, dengan mempertimbangkan adanya factor-faktor :
- Faktor kedalaman (depth factor)
- Faktor bentuk (shape factor)
- Faktor kemiringan beban (load inclination factor).
Rumus kapasitas daya dukung dari Meyerhoff adalah :
qu = c.Nc.Fcs.Fcd.Fci + .Df.Nq.Fqs.Fqd.Fqi +
½..B.N.Fs.Fd.Fi
.................(6.29)

Yang mana :
qu = daya dukung maksimum
c = kohesi tanah
B = lebar pondasi (= diameter untuk pondasi lingkaran )
 = berat isi tanah
Df = kedalaman pondasi
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk
Fcd, Fqd, Fd = faktor kedalaman
Fci, Fqi, Fi = faktor kemiringan beban
Nc; Nq; N adalah faktor daya dukung, yang besarnya dapat
dihitung dengan formula berikut, atau dengan
mengambil nilai yang terdapat pada tabel
Meyerhoff atau pada grafik Meyerhoff.
 
N q  tan 2  45    e π.tan .................(6.30)
 2
Nc  (N q  1).cot  .................(6.31)
N  2.(N q  1).tan  .................(6.32)

332|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tabel 6.3 Faktor daya dukung Meyerhof (1963)
 Nc Nq N Nq/Nc tan   Nc Nq N Nq/Nc tan 
0 5,14 1,00 0,00 0,20 0,00 26 22,25 11,85 12,54 0,53 0,49
1 5,38 1,09 0,07 0,20 0,02 27 23,94 13,20 14,47 0,55 0,51
2 5,63 1,20 0,15 0,21 0,03 28 25,80 14,72 16,72 0,57 0,53
3 5,90 1,31 0,24 0,22 0,05 29 27,86 16,44 19,34 0,59 0,55
4 6,19 1,43 0,34 0,23 0,07 30 30,14 18,40 22,40 0,61 0,58
5 6,49 1,57 0,45 0,24 0,09 31 32,67 20,63 25,99 0,63 0,60
6 6,81 1,72 0,57 0,25 0,11 32 35,49 23,18 30,22 0,65 0,62
7 7,16 1,88 0,71 0,26 0,12 33 38,64 26,09 35,19 0,68 0,65
8 7,53 2,06 0,86 0,27 0,14 34 42,16 29,44 41,06 0,70 0,67
9 7,92 2,25 1,03 0,28 0,16 35 46,12 33,30 48,03 0,72 0,70
10 8,35 2,47 1,22 0,30 0,18 36 50,59 37,75 56,31 0,75 0,73
11 8,80 2,71 1,44 0,31 0,19 37 55,63 42,92 66,19 0,77 0,75
12 9,28 2,97 1,69 0,32 0,21 38 61,35 48,93 78,03 0,80 0,78
13 9,81 3,26 1,97 0,33 0,23 39 67,87 55,96 92,25 0,82 0,81
14 10,37 3,59 2,29 0,35 0,25 40 75,31 64,20 109,41 0,85 0,84
15 10,98 3,94 2,65 0,36 0,27 41 83,86 73,90 130,22 0,88 0,87
16 11,63 4,34 3,06 0,37 0,29 42 93,71 85,38 155,55 0,91 0,90
105,1
17 12,34 4,77 3,53 0,39 0,31 43 99,02 186,54 0,94 0,93
1
118,3
18 13,10 5,26 4,07 0,40 0,32 44 115,31 224,64 0,97 0,97
7
133,8
19 13,93 5,80 4,68 0,42 0,34 45 134,88 271,76 1,01 1,00
8
152,1
20 14,63 6,40 5,39 0,43 0,36 46 158,51 330,35 1,04 1,04
0
173,6
21 15,82 7,07 6,20 0,45 0,38 47 187,21 403,67 1,08 1,07
4
199,2
22 16,88 7,82 7,13 0,46 0,40 48 222,31 496,01 1,12 1,11
6
229,9
23 18,05 8,66 8,20 0,48 0,42 49 265,51 613,16 1,15 1,15
3

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 333


266,8
24 19,32 9,60 9,44 0,50 0,45 50 319,07 762,89 1,20 1,19
9
25 20,72 10,66 10,88 0,51 0,47
Sumber : Kumbhojkar (1993)

Selanjutnya Meyerhoff memberikan formula untuk


menghitung faktor-faktor pengaruh, sebagai berikut :
Tebel 6.4. Formula Faktor Pengaruh Meyerhoff (1963)
Faktor Bentuk (Shape Factor)

B Nq B
tan 
B
Fcs  1   Fqs  1  F s  1  0,4 
L Nc L L

Faktor Kedalaman (Depth Factor)


1. Untuk Df/B  1,00 & = 0 (c-soil)
Df Fqd  1
Fcd  1  0,4 Fd  1
B
2. Untuk Df/B  1,00 &> 0 (c-soil &-soil)
1 - Fqd
Fqd  1  2 tan 1  sin ²
Df
Fcd  Fqd - Fd  1
N c  tan B
3. Untuk Df/B > 1,00 & = 0 (c-soil)
D  Fqd  1
Fcd  1  0,4 tan 1  f  Fd  1
 B
4. Untuk Df/B > 1,00 &> 0 (c-soil &-soil)
1 - Fqd D 
Fcd  Fqd - Fqd  1  2 tan 1  sin ²tan 1  f  F d 1
N c  tan  B

Faktor Kemiringan Beban (Load Inclination Factor)

334|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


2
   
2 2
 
Fci  1   Fqi  Fci  1   F i  1  
 90   90    
Keterangan Sudut Kemiringan Beban ()

6.3.4. Pengaruh Muka Air Tanah terhadap Daya Dukung


Tanah

Gambar 6.14. Posisi Muka Air Tanah di Bawah Pondasi


Terdapat empat kemungkinan posisi muka air tanah (ground
water table) terhadap dasar pondasi, seperti yang
ditunjukkanpada gambar di atas. Oleh karena itu terdapat pula
empat kemungkinan bentuk formula tegangan kontak tanah dan

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 335


nilai  yang diperhitungkan, akibat posisi muka air tanah sebagai
berikut :
1) Kasus-I (muka air tanah di atas dasar pondasi : 0 < D1< Df)
;
Yang terkoreksi adalah tegangan kontak (overburden
pressure) yang bekerja di dasar pondasi, menjadi :
q = D1. + D2(sat – w), dan
nilai dibawah dasar pondasi menjadi : ´= sat – w
2) Kasus-II (muka air tanah persis di dasar pondasi : d = 0) ;
Tegangan kontak tidak terkoreksi, q = Df., dan
nilai dibawah dasar pondasi adalah ´= sat – w
3) Kasus-II (muka air tanah di bawah pondasi ; 0 < d < B) ;
Tegangan kontak tidak terkoreksi, q = Df., tetapi
nilai dibawah dasar pondasi terkoreksi,
d
menjadi :    (  )
B
4) Kasus-III (muka air tanah di bawah pondasi ; d  B) ;
Pada kasus semacam ini, maka muka air tanah tidak
berpengaruh terhadap kapasitas dukung tanah.

Contoh Soal 6.1 :


Diketahui : Sebuah pondasi bujur sangkar dengan sisi B = 2,25
m diletakkan pada kedalaman Df = 1,5 m pada pasir, di
mana parameter kuat gesernya c’ = 0 dan  = 38o.
Diminta : Tentukan daya dukung batas pondasi tersebut :
(a) Apabila muka air tanah persis di dasar pondasi, dan
(b) Jika muka air tanah berada pada permukaan tanah.
Berat isi pasir di atas muka air tanah adalah 18 kN/m3,
berat isi jenuhnya sebesar (sat =20 kN/m3).
Penyelesaian :
Karena pondasi berbentuk bujur sangkar& c = 0 (tanah non
kohesif):
Maka formula : qu = DNq + 0.4 BN ;

336|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Bila  = 38oDari tabel Terzaghi,
Didapat : Nq = 49 dan N = 67
’ = sat – w = 20 – 9,8 = 10,2 kN/m3
Maka :
(1) Daya dukung tanah bila m.a.t. persis di dasar
pondasi, (nilai  = 18 kN/m3), adalah sebagai berikut
:
qu = DNq + 0,4.’.BN
qu = (18 x 1,5 x 49) + (0,4 x 10,2 x 2,25 x 67)
= 1323 + 615 = 1938 kN/m2
(2) Daya dukung tanah bila m.a.t. persis di muka tanah,
(nilai ’ = sat - w = 20 – 9,8 = 10,2 kN/m3), sbb :
qu = ’DNq + 0,4 ’BN
qu = (10,2 x 1,5 x 49) + (0,4 x 10,2 x 2,25 x 67)
= 750 + 615 = 1365 kN/m2
Contoh Soal 6.2 :
Diketahui :Sebuah pondasi jalur yang didesain untuk memikul
beban sebesar 800 kN/m,dengan kedalaman pondasi 0,70
m, pada lapisan pasir berkerikil. Parameter kekuatan geser
yang tersedia adalah c’=0 dan ø’=40o.
Diminta :Tentukan lebar pondasi, bila faktor keamanan = 3, dan
diasumsikan mungkin muka air tanah mencapai dasar
pondasi. Berat isi pasir adalah 17 kN/m3, berat isi
jenuhnya 20 kN/m3.
Penyelesaian :
Karena pondasi jalur (menerus) & c = 0 (tanah non kohesif):
Maka formula : qu = DNq + 0.5 BN ;
Bila  = 40oDari tabel Terzaghi,
Didapat : Nq=64& N = 95
’ = sat – w = 20 – 9,8 = 10,2 kN/m3
qu = (17 x 0,7 x 64) + (½ x 10,2 x B x 95)= 762 + 485.B
Karena beban batas netto (qnu) = qu – D ;
Maka dari beban kerja (q), dapat dirumuskan qnu, sebagai berikut
:

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 337


q
q nu  - .D
B , sehingga dapat dituliskan persamaan ;
qu – D =
qxSF  - .D
B
(762 + 485.B) – (17 x 0,7) =
800 x3 - (17x0,7)
B
(485.B + 762) – (17 x 0.7) = {(800x3)/B} – (17 x 0.7)
2400
485.B + 762 =
B
485B + 762.B – 2400 = 0
2

Gunakan metode trial and error sebagai berikut :


Jika B = 1,50 m 485.(1,5)2 + 762x1,5 – 2400 = – 166,8
(?)
Jika B = 1,60 m  485.(1,6)2 + 762x1,6 – 2400 = + 60,8
(?)
Jika B = 1,57 m  485.(1,57)2 +762x1,57–2400 = -8,18
(Ok)
Jadi didapat lebar pondasi = B = 1,57 m.

6.4. Tekanan Tanah Lateral


Tekanan tanah lateral dapat didefinisikan sebagai tekanan
yang diberikan oleh tanah terhadap struktur penahan pada
permukaan tanah di sekitarnya. Dapat pula diartikan bahwa
tekanan tanah lateral adalah tekanan yang diberikan tanah pada
arah horisontal. Nilai dari ekanan tanah lateral penting diketahui,
karena mempengaruhi perilaku konsolidasi dan kekuatan tanah,
sehingga penting diperhitungkan di dalam perancangan
berbagai bentuk struktur geoteknik seperti dinding penahan
(retaining walls), ruang bawah tanah (basement), terowongan
(tunnel), pondasi dalam (deep foundation), dan penggalian (soil
excavation) yang berskala besar, serta bangunan-bangunan
bawah tanah yang lainnya.

338|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Tekanan tanah dapat diklasifikasikan sebagai tekanan
tanah pada saat diam, tekanan tanah aktif, dan tekanan tanah
pasif.Ketika massa tanah menekan struktur penahan, tekanan
dikenal sebagai tekanan aktif. Di sisi lain, jika struktur penahan
mendorong massa tanah, tekanan yang dihasilkan dikenal
sebagai tekanan pasif. Tekanan tanah saat diam adalah dimana
struktur penahan tidak memiliki gerakan lateral.
Koefisien tekanan tanah lateral (K), didefinisikan sebagai
perbandingan antara tegangan efektif horizontal (σ'h) terhadap
tegangan efektif vertikal (σ'v).
'
K h .................(6.32)
 'v
Tegangan efektif adalah tegangan intergranular yang
dihitung dengan mengurangi tekanan pori (u) dari tegangan total
(). K untuk deposit tanah tertentu adalah fungsi dari sifat tanah
dan riwayat tegangannya. Nilai stabil minimum K disebut
koefisien tekanan tanah aktif (Ka); Tekanan tanah aktif
diperoleh, misalnya, saat dinding penahan bergerak menjauh
dari tanah. Sedangkan nilai stabil maksimum K disebut
koefisien tekanan tanah pasif (Kp); Tekanan tanah pasif akan
berkembang, misalnya melawan tekanan vertikal yang
mendorong tanah secara horisontal. Untuk lapisan tanah di
bawah permukaan, dengan regangan lateral nol (h = 0), maka
koefisien tekanan tanah lateral = K0, yang diperoleh :
1. Untuk tanah berkonsolidasi normal (normally
consolodated),
K 0  1  sin  .................(6.33)
2. Untuk tanah berkonsolidasi berlebih (over consolodated),
K 0  K 0( NC ) . OCR .................(6.34)
Oleh Mayne & Kulhawy (1982), Untuk tanah OC,
digunakan :
K 0  K 0( NC ) . OCR.(Sin ) .................(6.35)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 339


3. Secara umum (NC & OC), dapat dihitung sebagai berikut :

K0  .................(6.36)
1 
Yang mana :  = angka poisson.
Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa tekanan tanah
diklasifikasi dalam tiga kategori, yakni :
(1) Tekanan tanah dalam keadaan diam; yaitutekanan tanah
yang terjadi akibat massa tanah pada dinding penahan
dalam keadaan seimbang.
(2) Tekanan tanah aktif;yaitu tekanan yang berusaha untuk
mendorong dinding penahan tersebut untuk bergerak ke
depan (menjauhi lereng tanah).
(3) Tekanan tanah pasif; yaitutekanan yang berusaha menahan
atau mengimbangi tekanan tanah tanah aktif.

6.4.1. Tekanan Lateral Tanah pada Saat Diam


Tekanan tanah diam, terjadi jika dinding tidak bergerak
ke kiri atau kanan dari posisi awal seperti pada gambar di
bawah ini :

Gambar 6.14. Tekanan Tanah Diam


Koefisien tekanan tanah diam = Ko,

340|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


 'h
Ko 
 'o .................(6.37)
Yang mana :
’o = .z = berat tanah pada kedalaman z
Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut :
' '
Ko  h  h
 ' o  .z .................(6.38)
Untuk tanah berbutir kasar (Jaky, 1944)
Ko = 1 – sin’ .................(6.39)
Untuk lempung normal konsolidasi (Brooker & Ireland, 1965)
Ko = 0,95 – sin’ .................(6.40)
Yang mana
‘ = sudut geser dalam kondisi drained
Untuk lempung Over konsolidasi,
K 0(OC )  K 0( NC ) OCR
( persamaam  6.34)
Yang mana :
OCR = Over Consolidated Ratio
 pc (tekanan _ prakonsolidasi)
OCR 
p0 (tekanan _ efektif _ berat _ sendiri _ tan ah
......(6.41)
Jika nilai Ko didasarkan pada nilai Plastic Index (PI),
oleh Alpan (1967) memberikan formula sebagai berikut :
Ko = 0,19 + 0,233 Log (PI)

Besar tekanan tanah diam pada kedalaman z, adalah :


 z   .z  q .K 0  2c. K 0

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 341


Gambar 6.15. Diagram-diagram Tekanan Lateral Diam

6.4.2. Tekanan Lateral Tanah Aktif (Tekanan Aktif Rankine)


Rankine (1857) menginvestigasi kondisi tekanan tanah
dengan Plastic Equilibrium. Teori Rankine untuk tekanan tanah
aktif adalah sebagai berikut :

342|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 6.16. Diagram-diagram Tekanan Lateral Aktif
CD CD
sin   
Dari Gambar (b), didapat : AC AO  OC
Yang mana :
 '0  ' a
CD = Jari-jari lingkaran keruntuhan = 2
AO = c’ cot ’
 '0  ' a
OC = 2
Sehingga, didapat persamaan :

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 343


 '0  ' a
CD 2
sin   
AC  '0  ' a
c' cot '
2
 '0  ' a  '0  ' a  'a
c' cot '.sin  ' . sin  
2 2 x c' cot '.sin  '
( '  ' a ). ' a ( '0  ' a ). ' a
 'a  0 
2(c' cot ' ) 2(c' cot '.sin  ' )
cos ' 1  sin  '
 ' a 2c'.   '0
1  sin  ' 1  sin  '
1  sin  ' cos '
 ' a   '0  2c'.
1  sin  ' 1  sin  '
Yang mana : ’0 = .z
Persamaan Trigonometri, didapat :
1  sin  '
 tan 2 (45   ' / 2)
1  sin  '
cos '
 tan( 45   ' / 2)
1  sin  '
 ' a   '0 . tan 2 (45   ' / 2)  2.c' tan( 45   ' / 2)
Untuk tanah non kohesif ( c=0 ) :
 ' a   '0 . tan 2 (45   ' / 2)
Koefisien Tekanan Tanah Aktif, didapat :
'
Ka  0  tan 2 (45   ' / 2)
 'a .................(6.42)

344|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


6.4.3. Tekanan Lateral Tanah Pasif (Tekanan Pasif Rankine)

Gambar 6.16. Diagram-diagram Tekanan Lateral Pasif


CD CD
sin   
Dari Gambar (b), didapat : AC AO  OC
Yang mana :
 '0  p
CD = Jari-jari lingkaran keruntuhan = 2

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 345


AO = c’ cot ’
 '0  p
OC = 2
Sehingga didapat persamaan :
 '0  p
CD 2
sin  '  
AC  '0  p
c' cot '
2
 '0  p  '0  p
(c' cot ' ). sin  ' 
2 2
Didapat :
 ' p   '0 tan 2 (45   ' / 2)  2.c' tan( 45   ' / 2)
Yang mana : ’0 = .z
Sehingga :
 ' p   .z. tan 2 (45   ' / 2)  2.c' tan( 45   ' / 2)
Persamaan Trigonometri, didapat :
1  sin  '
 tan 2 (45   ' / 2)
1  sin  '
cos '
 tan( 45   ' / 2)
1  sin  '
 ' p   '0 . tan 2 (45   ' / 2)  2.c' tan( 45   ' / 2)
Untuk tanah non kohesif ( c=0 ) :
 ' p   '0 . tan 2 (45   ' / 2)
Koefisien Tekanan Tanah Pasif, didapat :
'
Kp  0  tan 2 (45   ' / 2)
 'p
.................(6.43)

346|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


6.5. Stabilitas Lereng
Lereng baik yang terjadi secara alami atau hasil rekayasa
manusia. Masalah stabilitas lereng telah dihadapi sepanjang
sejarah sejak manusia atau proses alami yang telah mengganggu
keseimbangan pada lereng tanah alami.
Menurut definisi, stabilitas lereng adalah ukuran seberapa
tahan lereng alami atau lereng buatan manusia menjadi gagal
akibat keruntuhan atau geser. Kestabilan lereng merupakan
pertimbangan penting dalam pengelolaan berbagai jenis operasi
tambang atau konstruksi bangunan sipil (Eberhardt
&Erik,2003).Sebagai contoh:
 Stabilitas lereng tambang permukaan (tambang terbuka)
 Stabilitas lereng tambang bawah tanah
 Stabilitas lereng tumpukan pembuangan sampah
 Stabilitas lereng bendungan, atau tanggul
 Stabilitas lereng penggalian besar pada berbagai proyek
sipil, dan lain-lain.
Kestabilan lereng adalah potensi lereng tanah tertutup
untuk menahan dan mengalami pergerakan. Stabilitas
ditentukan oleh keseimbangan tegangan geser dan kekuatan
geser. Kemiringan yang sebelumnya stabil pada awalnya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga lereng secara
kondisional menjadi tidak stabil (Kliche &Charles A.,1999 dan
Eberhardt &Erik,2003).
Pada dasarnya kestabilan lereng adalah tentang tegangan
dan kekuatan. Gaya gravitasi dan faktor lainnya bergabung
untuk menghasilkan "kekuatan pendorong" yang berpotensi
untuk mampu memobilisasi massa tanah hingga terjadi
keruntuhan. Kekuatan geser di dalam tanah dan/atau massa
batuan memberikan "kekuatan penahan" untuk membantu
mempertahankannya. Salah satu cara memeriksa stabilitas
lereng adalah dengan menghitung Faktor Keamanan (safety
factor, SF), yang dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara daya tahan terhadap gaya penggerak. Faktor Keamanan
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 347
memberitahu kita, secara persentase, seberapa besar kekuatan
penahannya daripada kekuatan pendorong. Ketika Faktor
Keamanan mendekati 1, kekuatan penangkal dan penggerak
seimbang, dan kegagalan diasumsikan segera terjadi hanya
dengan sedikit pengurangan kekuatan penahan atau sedikit
peningkatan tekanan pendorongnya.
Daya _ Tahan
SF 
Gaya _ Dorong .................(6.44)
Analisis stabilitas lereng dalam bidang geoteknik,
mengikuti perkembangan ilmu mekanika tanah dan mekanika
batu secara keseluruhan. Analisis stabilitas lereng dilakukan
untuk menilai desain yang aman dari suatu lereng alami atau
lereng buatan manusia (misalnya tanggul, jalan raya,
pertambangan terbuka, penggalian, tempat pembuangan sampah
dll.), dalam kondisi seimbang (equilibrium) (Eberhardt
&Erik,2003).
Kestabilan suatu lereng adalah resistansi bidang miring
terhadap kegagalan dengan cara menggeser atau merosot
(longsor). Tujuan utama dari menganalisis stabilitas lereng
adalah menemukan daerah yang terancam runtuh, menyelidiki
mekanisme kegagalan potensial, menentukan kepekaan lereng
terhadap mekanisme pemicu yang berbeda, merancang lereng
optimal berkenaan dengan keamanan dna keselamatan,
keandalan dan perimbangan ekonomi, merancang kemungkinan
tindakan perbaikan, sepertipencegahan longsor atau stabilisasi
lereng.(Kliche &Charles A.,1999 dan Eberhardt &Erik,2003).
Dengan kata lain bahwa analisa kestabilan lereng
ditujukan untuk mendapatkan angka faktor keamanan dari suatu
bentuk lereng tertentu. Dengan diketahuinya faktor keamanan
lereng, akanmemudahkan pekerjaan pembentukan atau
perkuatan lereng untuk memastikan apakah lereng yang telah
dibentuk mempunyai risiko longsor atau cukup stabil.
Bertambahnya tingkat kepastian untuk memprediksi ancaman
longsor dapat bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut :

348|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


1. Untuk memahami perkembangan dan bentuk dari lereng
alam dan proses yang menyebabkan terjadinya bentuk –
bentuk alam yang berbeda.
2. Untuk menilai kestabilan lereng dalam jangka pendek
(biasanya selama kontruksi) dan jika kondisi jangka
panjang.
3. Untuk menilai kemungkinan terjadinya kelongsoran yang
melibatkan lereng alam atau lereng buatan.
4. Untuk menganalisa kelongsoran dan untuk memahami
kesalahan mekanisme dan pengaruh dari faktor
lingkungan.
5. Untuk dapat mendisain ulang lereng yang gagal serta
perencanaan dan disain pencegahannya, serta pengukuran
ulang.
6. Untuk mempelajari efek atau pengaruh dari beban gempa
pada lereng dan tanggul.
Dalam praktek perekayasaan, analisis stabilitas lereng
didasarkan pada konsep keseimbangan plastis batas (limit
plastic equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas adalah
untuk menentukan faktor keamanan dari bidang longsor yang
potensial.Dalam analisis stabilitas lereng, berlaku asumsi-
asumsi sebagai berikut :
a) Kelongsoran lereng terjadi disepanjang permukaan bidang
longsor tertentu dan dapat dianggap sebagai masalah
bidang dua dimensi (2-D)
b) Massa tanah yang longsor dianggap berupa benda yang
pasif.
c) Tahanan geser dari massa tanah yang setiap titik sepanjang
bidang longsor tidak tergantung dari orientasi permukaan
longsoran, atau dengan kata lain kuat geser tanah
dianggap isotropis
d) Faktor keamanan, didefinisikan dengan memperhatikan
tegangan geser rata–rata sepanjang bidang longsor yang
potensial dan kuat geser tanah rata–rata sepanjang

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 349


permukaan longsoran. Jadi, kuat geser tanah mungkin
terlampaui di titik–titik tertentu pada bidang longsornya,
padahal faktor keamanandari hasil hitungan lebih besar 1.
Faktor keamanan didefenisikan sebagai nilai bidang
antara gaya yang menahan dan gaya menggerakan, atau

SF 
d .................(6.45)
Yang mana :
 = tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah
d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat
tanah yang akan longsor
SF = factor keamanan

Menurut teori Mohr – Columnb, tahanan terhadap


tegangan geser () yang dapat dikerahkan oleh tanah,
disepanjang bidang longsornya, dapat dinyatakan oleh :

 = c +  tg  .................(6.46)
Yang mana : c = kohesi
 = tegangan normal
 = sudut geser dalam tanah
Nilai – nilai c dan  adalah parameter kuat geser tanah di
sepanjang bidang longsornya. Dengan cara yang sama, dapat
dituliskan persamaan tegangan geser yang terjadi (d) akibat
beban tanah dan beban – beban lain pada bidangnya :
d = cd +  tan d .................(6.47)
Dengan cd dan d adalah kohesi dan sudut gesek dalam
yang terjadi atau yang dibutuhkan untuk keseimbangan pada
bidang longsornya.Substitusi nilai  dan dke persamaan faktor
keamanan, akan diperoleh persamaan faktor keamanan sebagai
berikut :
c   tan 
SF 
cd   tan d .................(6.48)

350|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Persamaan keamanan dapat pula dituliskan dalam bentuk :
c tan 
cd   tan d  
SF SF .................(6.49)

Untuk maksud memberikan faktor keamanan masing-


masing komponen pada kuat geser, faktor keamanan parsial
dapat dinyatakan oleh :
C
Fc 
Cd .................(6.50)
tan 
F 
tan d .................(6.51)
Yang mana :
Fc = faktor keamanan pada komponen kohesi.
F = faktor keamanan pada komponen gesekan.
Umumnya faktor keamanan terhadap kuat geser tanah
diambil lebih besar atau sama dengan 1,2.

6.5.1. Metode Irisan (Method of Slice)


Apabila tanah yang tidak homogeny, dan aliran
rembesan terjadi di dalam tanahnya memberikan bentuk aliran
dan berat volume tanah yang tidak menentu, maka cara yang
lebih cocok digunakan adalah dengan metode irisan (method of
slice).
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik di lingkaran
bidang longsor, terutama dipengaruhi oleh berat sendiri tanah
di atas titik longsor tersebut. Dengan metode irisan, massa
tanah yang longsor dipecah-pecah menjadi beberapa irisan
vertikal. Kemudian, keseimbangan dari tiap-tiap irisan
dianalisis.
Pada gambar berikut,diperlihatkan satu irisan dengan
gaya- gaya yang bekerja pada irisannya. Gaya-gaya tersebut

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 351


terdiri atasgaya geser (Xr dan X1), sertagaya normal efektif (Er
dan E1)yang bekerja di sepanjang sisi irisannya.Juga ada
resultan gaya geser efektif ( Ti ),serta resultan gaya normal
efektif ( Ni ) yang bekerja di sepanjang dasar irisannya. Pada
irisannya, tekanan air pori U1 dan Ur bekerja di kedua sisinya,
dan tekanan air pori Ui bekerja pada dasar irisannya. Dianggap
bajwa tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya.

352|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Gambar 6.17. Gaya – gaya yang bekerja pada irisan
6.5.2. Metode Fellenius
Analisis kestabilian lereng dengan caraFellenius
(1927),didasarkan pada asumsi bahwa gaya-gaya yang bekerja
pada sisi kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan
nol (R=0) pada arah tegak lurus bidang longsornya. Dengan
anggapan ini, keseimbangan arah vertical dari gaya-gaya yang
bekerja dengan memperhitungkan tekanan air pori,adalah :
Ni  U i  Wi . cosi .................(6.51)
atau
N i  Wi . cosi  U i

maka
N  W . cos  u .a
i i i i i .................(6.52)
Faktor keamananmenurut Fellenius, didefinisikan sebagai :
JumlahMomenDariTahananGeserSepanjangBidangLongsor
SF 
JumlahMomenDariBeratMassaTanahYangLongsor

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 353


SF 
M r

M d
.................(6.53)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah
= R.sin, maka momen dorong yang terjadi adalah :
i n

 Md  RWi sin i
i 1 .................(6.54)
Yang mana : R = jari – jari lingkaran bidang longsor
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke – i
i = sudut yang didefinisikan pada Gambar
3.9a
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah
yang akan longsor adalah :
i n

 Mr  R (Cai  Ni tan  )
i 1 .................(6.55)
Oleh karena itu, persamaan untuk faktor keamanannya
dapat dituliskan sebagai berikut :
i n

 (Ca  N tan  )
i i

SF  i 1
i n

Wi sin i
i 1 .................(6.56)
Bila terdapat air pada lerengnya, maka tekanan air pori
pada bidang longsor tidak berpengaruh terhadap momen
dorong(Md), karena resultan gaya akibat tekanan air pori akan
melewati titik pusat lingkaran. Substitusi nilai Ni ke persamaan
di atas, diperoleh :

354|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


i n

 Ca  (W cos  u a ) tan 
i i i i. i

SF  i 1
i n

W sin 
i 1
i i
.................(6.57)
Yang mana :
SF = faktor keamanan
C = kohesi tanah
 = sudut gesek dalam tanah
αi = panjang bagian lingkaran pada irisan ke-i
Wi = berat irisan tanah ke-i
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i
i = sudut yang didefinisikan pada gambar di atas
(6.17)
Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng tanahnya
sendiri, seperti adanya beban bangunan di atas lereng, maka
momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai momen dorong
(Md). Metode Fellinius memberikan faktor keamanan yang
relatif lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti.
Batas-batas nilai kesalahan dari metode Fellinius dapat
mencapai kira-kira 5 sampai 40%, tergantung dari faktor
keamanan, sudut pusat lingkaran yang dipilih, dan besarnya
tekanan air pori yang ada. Walaupun analisisnya ditinjau dalam
tinjauan tegangan total, kesalahan masih merupakan fungsi
dari faktor keamanan dan sudut pusat dari lingkarannya
(Whitman &Baily, 1967). Cara ini telah banyak digunakan
dalam praktek rekayasa pada konstruksi lereng. Karena cara
hitungannya yang sederhana dan kesalahan yang terjadi masih
dianggap berada pada sisi yang aman.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 355


6.5.3. Metode Bishop Sederhana (Simplified Bishop method)
Metode Bishop (1955), juga didasarkan pada metode
irisan yang telah dikembangkan sebelumnya. Metode ini
menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi
irisan mempunyai resultan nol pada arah vertikal.
Kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif yang dapat
dikerahkan di dalam tanah, hingga tercapainya kondisi
keseimbangan batas dengan mamperhatikan faktor keamanan,
dapat dituliskan sebagai berikut :
c' tan  '
  (  u )
SF SF .................(6.58)
Yang mana : σ = tegangan normal total pada bidang longsor
u= tekanan air pori
Untuk irisan ke-i, maka nilai i = .αi, yaitu nilai gaya
geser yang berkembang pada bidang longsor untuk
keseimbangan batas. Oleh karena itu, maka dapat ditulis
sebagai berikut :
c'  i tan  '
i   ( N i  u. i )
SF SF.................(6.59)
Kondisi keseimbangan momen terhadap pusat rotasi O
antara berat massa tanah yang akan longsor dengan gaya geser
total pada dasar bidang longsornya dapat dinyatakan oleh :
Wi xi   i R .................(6.60)
Yang mana : xi= jarak Wi ke pusat rotasi O
Dari persamaan di atas, dapat diperoleh :
i n

 C ' a  ( N  u  ) tan  '


i i i i

SF  i 1
i n

W x
i 1
i i
.................(6.61)

Dari kondisi keseimbangan vertikal, jika X1=Xi dan Xr = Xi+1 :

356|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Ni cos Øi + i sin i = Wi+ Xi – Xi+1
Wi  Xi  Xi  1  i sin i
Ni 
cosi .................(6.62)
Dengan Ni’ = Ni – uiαi.substitusi Persamaan (3.20) ke
Persamaan (3.23), dapat diperoleh persamaan :

 
Wi  Xi  Xi  1  uii cos  c'i sin  i 
Ni '   SF 
 ' 
cosi  sin i tan  
 SF  .........(6.63)

Substitusi nilai Nike persamaan faktor keamanan, diperoleh :

i n
 Wi  Xi  Xi  1  uiai cosi  c' ai sin i / SF 
R c' ai  tan  ' 
i 1  cosi  sin i tan  ' / SF 
SF  i n

Wixi i 1

.................(6.64)
Untuk penyederhanaan dianggap Xi–Xi+1 = 0,
dan dengan mengambil :
xi = R sin i
bi= ai cos i
Substitusi nilai xidan bi kepersamaan di atas, diperoleh
persamaan faktor keamanansebagai berikut :
c' bi  (Wi  uibi) tan  ' 
i n
1
    

SF 
i 1  cos i .(1 tan i tan ' / F ) 
i n

Wi sin i
i 1
.................(6.65)

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 357


Yang mana : SF = faktor keamanan
c’ = kohesi tanah efektif
’ = sudut gesek dalam tanah efektif
bi = lebar irisan ke – i
Wi = lebar irisan tanah ke – i
i = sudut yang didefinisikan dalam
gambar II.9
ui = tekanan air pori pada irisan ke – i
Nilai perbandingan tekanan pori (pore pressure ratio),
didefinisikan sebagai :
ub u
ru  
W h .................(6.66)
Yang mana :
ru = nilai banding tekanan pori
u = tekan air pori
b = lebar irisan
γ = berat volume tanah
h = tinggi irisan rata-rata
Sehingga dapat persamaan faktor keamanan dapat dituliskan
dalam bentuk lain untuk analisis stabilitas lereng cara Bishop,
adalah :
c' bi  Wi(1  ru) tan  ' 
i n
1
 
cosi.(1  tan i tan  ' / F ) 
SF 
i 1 
i n

Wi sin i
i 1

.................(6.67)
Persamaan faktor keamanan Bishop ini lebih sulit
pemakainya dibandingkan dengan metode Fellenius. Lagi pula
metode ini masih membutuhkan cara coba-coba (trial and
error), karena nilai faktor keamananSF nampak di kedua sisi
persamaannya. Akan tetapi, cara ini telah terbukti memberikan
358|Dasar-Dasar Mekanika Tanah
nilai faktor keamanan yang mendekati nilai faktor keamanan
dari hitungan yang dilakukan dengan cara lain yang lebih teliti.
Untuk mempermudah hitungan dengan metode Bishop,
dapat digunakan metode grafis dari Janbu (1965), untuk
menentukan nilai fungsi Mi, dengan persamaan sebagai berikut
:
Mi = cosi.[ 1+ tani.tan(’ /SF)] .................(6.68)

Gambar 6.18. Diagram untuk menentukan M, (Janbu dkk.,


1965)
Lokasi lingkaran longsor kritis dari metode bishop (1955),
biasanya mendekati nilai dari hasil pengamatan di lapangan.
Karena itu, walaupun metode Fellenius lebih mudah, metode
Bishop (1955) lebih disukai karena menghasilkan penyesaian
yang lebih teliti.
Dalam praktek, diperlukan untuk melakukan cara
coba-coba, dalam menemukan bidang longsor dengan nilai
faktor keamanan yang terkecil. Jika bidang longsor dianggap
lingkaran, maka lebih baik kalau dibuat kotak-kotak di mana
tiap titik potong garis-garis tersebut merupakan tempat
kedudukan pusat lingkaran longsornya. pada titik-titik potong
garis yang merupakan pusat lingkaran longsornyadituliskan
Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 359
nilai faktor keamanan terkecil pada titik tersebut (lihat betikut).
Perlu diketahui bahwa pada tiap titik pusat lingkaran harus
dilakukan pula hitungan faktor keamanan, untuk menentukan
nilainya yang terkecil dari bidang longsor dengan pusat
lingkaran pada titik tersebut, yaitu dengan cara mengubah
jari-jarilingkarannya. Kemudian, setelah faktor keamanan
terkecil dari tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, lalu
digambarkan garis kontur yang menunjukkan tempat kedudukan
dari titik-titik pusat lingkaran yang mempunyai faktor
keamanan yang sama. Gambar di bawah ini menunjukkan
contoh kontur-kontur faktor keamanan yang sama.Dari kontur
faktor keamanan tersebut dapat ditentukan letak kira-kira dari
pusat lingkaran yang menghasilkan faktor keamanan terkecil.

Gambar 6.19. Kontur faktor keamanan

DAFTAR PUSTAKA

360|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


A.S.C.E, 1997, Chemical Grouting, New York U.S.A, ASCE
Press.
A.S.T.M. 1981, Annual Book of ASTM Standards
04.08.,Philadelphia U.S.A.
A.Sridharan, Yesim Gurtug. 2005. Compressibility characteristics
of soils. Journal of Geotechnical & Geological
Engineering. September 2005, Volume 23, Issue 5, pp
615–634.
Abdul S. Abdul, Sheila F. Kia, and Thomas L. Gibson. 1989.
Limitations of Monitoring Wells for the Detection and
Quantification of Petroleum Product in Soils and
Aquifers. Spring 1989, GWMR.
Alfreds R. Jumikis. 1969. Theoritical Soil Mechanics, Van
NostrandReilhold Company, 1969.
Alisson Jadavi Pereira da Silva and Eugênio Ferreira Coelho. 2014.
Estimation of Water Percolation by Different Methods
Using TDR. R. Bras. Ci. Solo, No. 38: page 73-81, 2014.
Amitha Kommadath. 2000. Estimation of Natural Groundwater
Rechange. SECTION-7 Ground Water and
Hydrogeology. 2000.
Aschuri I., 1993. Strength, Volume Change and Index Properties
Characteristic of Some Wesr Java Soils. ,Thesis, Bandung
Institute of Technology.
AUSTROAD 1998, “Guide to Stabilization in Roadworks”,
Austroad Publication No. AP-60/98. Sydney.
Barden Laing, Ph.D., MSc., A.M.T.C.E. 1968. Primary and
Secondary Consolidation of Clay and Peat.
Giotechnique,Vol.18: pp l-24.
Barenblatt G.I., I.P. Zheltov and I.N. Kochina. 1960. Basic Seepage
Concept in The Theoty of homogeneoas liquids in

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 361


fissured rocks. PMM Vo1.24, No.5, 1960, pp. 852-864.
Moscow.
Bowles J.E. 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soils,
McGraw-Hill, Inc., USA, 1984
Braja M. Das. 1995. Advanced Soil Mechanics, McGraw-Hill, Inc.,
New York, 1995.
Craig. 1976. Soil Mechanics, Van NostrandReilhold Company,
1976.
Darwis. 2017a. Pengaruh Jumlah Bambu-Rongga Sebagai Alat
Pengimbuh, Terhadap Durasi Kejut Kapiler dan Waktu
Pemulihan Muka Air Tanah, Pada Periode Awal Musim
Hujan.Proceeding Sinaltsub(Seminar Ilmiah Nasional
Teknik Sipil Universitas Bosowa). ISSN : 2613-9448.
Desember 2017.
Darwis. 2017b. Capillary Shock Phenomenon of Groundwater at
The Begininng of Rainy Season. Internatioanl Journal on
Advanced Science, Engineering and Infromation
Technology. Dec. 2017.
David Muir Wood. 1991. Soil Behavior and Critical State Soil
Mechanics, Cambridge University Press, First
Publication, 1991.
Duncan, J.M., and S.G. Wright 2005. Soil Strength and Slope
Stability. John Willey and Sons.
Eberhardt, Erik (2003), Rock Slope Stability Analysis - Utilization
of Advanced Numerical Techniques (PDF), Vancouver,
Canada: Earth and Ocean Sciences, University of British
Columbia
Ellen R. Turner. 2006. Comparation of Infiltration Equationa and
Their Field Validation with Rainfall Simulation. Master
Thesis for degree of the Master of Science in University
of Maryland, 2006.
F.H. Chen. 1988. Foundations on Expansive Soils, Second Edition
(Developments in Geotechnical Engineering). Elsevier,
Oct 15, 1988.

362|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


HarrM.E. 1966. Foundations of Theoritical Soil Mechanics,
McGraw-Hill, Inc., 1966
Harris, C.C., and N.R. Morrow. 1964. Pendular moisture in
packings of equal spheres. Nature 203:706–708.
Jean-Yves Delenne, Vincent Richefeu and Farhang Radjai. 2013.
Capillary States of Granular Materials in the Funicular
State. AIP Conference Proceedings 1542, 1023 (2013);
Published by the American Institute of Physics
John Nelson, Debora J. Miller. 1997. Expansive Soils: Problems
and Practice in Foundation and Pavement Engineering.
Wiley, Feb 13, 1997.
Joshua Connelly, Wayne Jensen, and Paul Harmon. 2008. Proctor
Compaction Testing. University of Nebraska – Lincoln.
Nebraska Department of Transportation Research.
DigitalCommons@University of Nebraska – Lincoln.
Reports Nebraska LTAP, 5-2008.
Kliche, Charles A. (1999), Rock Slope Stability, Colorado, USA:
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, ISBN 0-
87335-171-1
Lav M. Aysen, Ansal Atilla M. 2001. Regression Analysis of Soil
Compressibility. Turkey Journal Engineering
Environmen-tal Science. No. 25 (2001), pp 101 – 109 @
TUBITAK.
Lenk P. 2009. Modelling of Primary Consolidation. Slovak Journal
of Civil Engineering. 2009/2 Pages 26 – 37 Received
7.5.2008, Accepted 10.6.2009.
Made AstawaRai. 1990. MekanikaBatuan, PAU ITB Bandung,
1990.
Mark L. Porter, Dorthe Wildenschild, Gavin Grant, and Jason I.
Gerhard. 2010. Measurement and prediction of the
relationship between capillary pressure, saturation, and
interfacial area in a NAPL‐water‐glass bead system.
WATER RESOURCES RESEARCH, VOL. 46,
W08512, doi:10.1029/2009WR007786, 2010.

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 363


Mitchell J., and K. Soga. 2005. Fundamentals of Soil Behavior,
Wiley, New-York, NY, 2005.
Nicholas G.Schmitt, Scott E,Bonds, Ariel I.Sarno. 2015.
Geotechnical Instrumentation to Measure Pore-water
Pressure and Settlement of an Ash Pond due to
Construction of an Ash Landfill (Overfill). World of Coal
Ash (WOCA), Conference in Nasvhille, May 5-7, 2015.
http://www.flyash.info/
NPTEL. 2009. Civil Engineering, Soil Mechanics Course Modules.
December 2009. http://nptel.ac.in/courses/105103097/55.
Phanikumar B.R. 2009. Expansive Soils – Problems and Remedies.
IGC 2009, Guntur, India.
PunmiaB.C. 1981. Soil Mechanics and Foundations, Standard
Book House Delhi, 6th Edition, 1981.
PunmiaBC : “Soil Mechanics and Foundations”, Standard Book
House Delhi, 6th Edition, 1981.
Radjai F., and F. Dubois. 2011. Discrete-element Modeling of
Granular Materials, Wiley, 2011.
Silva, A.J.P. & Coelho, E.F. 2103. Water percolation estimated
with time domain reflectometry (TDR) using drainage
lysimeters. R. Bras. Ci. Solo, 37:929-927, 2013.
Silva, A.J.P.; Coelho, E.F.; Miranda, J.H. & Workman, S.R. 2009.
Estimating water application efficiency for drip irrigation
emitter patterns on banana. Pesq. Agropec. Bras.,44:730-
737, 2009.
Silva, A.L.; Reichardt, K.; Roveratti, R.; Bacchi, O.O.S.; Timm,
L.C.; Oliveira, J.C.M. & Dourado-Neto, D. 2007. On the
use of soil hydraulic conductivity functions in the field.
Soil Till. Res, 93:162-170, 2007.
Skempton, A. W., 1953, The Colloidal Activity of Clays,
Proceeding 3rd Int. Conference Soil Mechanics Found.
Eng., Switzerland.

364|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Terzaghi K.& Peck R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering
Practice, John Wiley & Sons Inc., 2nd Edition, 1967
USGS. 2016. Groundwater storage – The Water Cycle. USGS
Water Science School. Last Modified: Thursday, 15-Dec-
2016.
Vaccaro, J.J., 2006, A deep percolation model for estimating
ground-water recharge: Documentation of modules for
the modular modeling system of the U.S. Geological
Survey: U.S. Geological Survey Scientific Investigations
Report 2006-5318, 30 p
Warren K. Wray. 1995. So Your Home Is Built on Expansive
Soils: A Discussion of How Expansive Soils Affect
Buildings. ASCE Publications, Jan 1, 1995.
Wesley, L. D. 1973. Some Basic Engineering Properties of
Halloysite and Allophane Clays in Java, Indonesia,
Geotechnique Vol 23.
Wildenschild D., Hopmans J.W., and Simunek J.. 2003. Flow Rate
Dependence of Soil Hydraulic Characteristics. Published
in Soil Sci. Soc. Am. Journal. 65:35–48 (2001).

INDEX

Angka pori
Angka pori maksimum

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 365


Angka pori minimum
Anisotropis
Batas cair
Batas plastis
Batas susut
Berat jenis
Berat jenis
Berat volume
Common soil
Daya dukung
Depth of puddle
Derajat kejenuhan
Derajat kepadatan
Derajat kerapatan
Exess pore pressure
Faktor keamanan
Flooding time
Flownet
Homogen
Indeks cair
Indeks kelompok
Indeks kompresi
Indeks pengembangan
Indeks plastis
Infiltrasi komulatif
Kadar air
Kapasiats perkolasi
Kapasitas infiltrasi
Karaktersitik tanah
Kepadatan relatif
Kerapatan relatif
Klasifikasi tanah
Koefisien kompresi
Koefisien kompresibilitas

366|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


Koefisien konsolidasi
Koefisien permeabilitas
Kohesi
Kohesive soil
Kompresibilitas
Konduktivitashidrolik
Konsolidasi
Kuat geser
Laju infiltrasi
Laju perkolasi
Non-kohesive soil
Overburden
Penurunan
Perkolasi komulatif
Permeabilitas
Piping
Plastisitas
Porositas
Regangan horisontal
Regangan vertikal
Regangan volume
Residual soil
Seepage
Stabilitas lereng
Sudut geser dalam
Tegangan efektif
Tegangan total
Tekanan pra-konsolidasi
Tekanan tanah lateral
Transmibilitas
Transported soil
Trial and error
Waktu konsolidasi

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 367


GLOSERIUM

368|Dasar-Dasar Mekanika Tanah


AASHTO = American Association of State Highway and
Transportation Officials.
ASCE = American Sociaty Civil Engineering.
ASTM = American Standard Testing of Material.
BS = British Standard.
BSCS = British Soil Classification System.
CD = Consolidated drained.
CU = Consolidatedundrained.
Dr = Relative density.
FAO = Food and Agriculture Organization.
GI = Group Index
GSA = Geological Society of America.
IFA = Inter-face
IISc = Indian Institute of Science.
IP = Indeks plasitisitas
LI = Liquid Index
LL = Liquid Limit
MDD = Maximum dry density.
NC = Normally consolidated.
NPTEL = National Programme on Technology Enhanced
Learning (Indian Institute of Science).
OC = Over consolidated.
OCR = Over consolidated ratio.
OMC = Optimum moisture content.
PI = Plasticity Index
PL = Plastic Index
s.m.d. = Soil moisture deficiency.
SF = Safety factor.

SL = Shrikage Limit

Dasar-Dasar Mekanika Tanah| 369


UNESCO = United Nation Educatioal, Scientific and Cultural
Organization.
USAGE = United State Army Corps of Engineer.
USBR = United State Bureau of Reclamation.
USCS = Unified Soil Classification System.
USDA = United State Department of Agriculture.
USGS = United State Geological Survey’s.
UU = Unconsolidatedundrained.

370|Dasar-Dasar Mekanika Tanah

Anda mungkin juga menyukai