Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

SAINS TANAH
“PENGAMBILAN SAMPEL TANAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Sains Tanah

Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : II C

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada mata kuliah Sains Tanah dengan judul
“Pengambilan Sampel Tanah”.
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum Sains Tanah, penulis menyusun
laporan praktikum ini untuk menjelaskan proses pengambilan sampel tanah. Dalam
hasil praktikum ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Putra Utama, S.P., M.P selaku dosen pengampu mata kuliah Sains
Tanah yang sudah memberi arahan terkait praktikum ini.
2. Bapak Dr. Abdul Hasim Sodiq, S.P., M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Sains Tanah yang sudah memberi arahan terkait praktikum ini.
3. Ibu Endang Sulistorini, S.P., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Sains Tanah yang sudah memberi arahan terkait praktikum ini.
4. Saudari Maesaroh selaku Asisten Praktikum Sains Tanah kelas II C yang
sudah membantu dalam berjalannya praktikum ini.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa dan
khalayak umum.

Serang, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanah ............................................................................ 3
2.2 Faktor dan Klasifikasi Sifat Tanah .......................................................... 4
2.3 Kesuburan dan Produktivitas Tanah ........................................................ 5
2.4 Pengambilan Sampel Tanah .................................................................... 6
2.5 Tanah Dijadikan Sampal ......................................................................... 7
2.5.1 Tanah Utuh ......................................................................................... 7
2.5.2 Tanah Agregat Utuh ........................................................................... 8
2.5.3 Tanah Terganggu................................................................................ 8
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 9
3.3 Cara Kerja ................................................................................................ 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................................... 11
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 12
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 19
5.2 Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil teknik pengambilan sampel tanah.................................................. 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Pembentukan Tanah ................................................................ 3


Gambar 2. Faktor Pembentuk Tanah ...................................................................... 4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah sumber daya alam yang berperan penting terhadap kehidupan
manusia. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa
bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Definisi tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi
yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan
organik, air, udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Arifin et al.,
2018). Tanah memiliki sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Dalam bidang pertanian, tanah merupakan
media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu
menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari
bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan (Sutanto, 2005).
Setiap tanah yang terbentuk dapat diklasifikasikan dengan suatu sistem
klasifikasi tanah. Klasifikasi ini, karena didasarkan pada karakteristik permanen
tanah, akan mencerminkan pula kemampuan tanah tersebut untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Tanah merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah karena setiap jenis tanah mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda-
beda, yang kemampuan dukungannya terhadap pertumbuhan tanaman di atasnya
juga berbeda-beda (Widiatmaka et al., 2015).
Saat ini pengembangan ilmu tanah adalah dengan melakukan penelitian
terhadap sifat tanah. Namun kendala penentuan sampel merupakan proses yang
cukup kritis untuk analisis laboratorium karena akan sangat menentukan tingkat
generalisasi yang dapat dicapai. Begitu pentingnya kualitas sampel tanah, sehingga
hasil penelitian dianggap tidak bernilai apabila sampel yang digunakan tidak
memenuhi persyaratan akurasi, kesahihan serta keandalan. Kesulitan dalam
penentuan sampel penelitian umumnya terkait dengan upaya pemenuhan kriteria
sampel yang baik, yaitu memenuhi syarat akurasi dan dapat menghasilkan data
yang validitas dan reliabilitasnya memadai (Abadi, 2012).

1
Kegiatan pengambilan sampel tanah dapat mewakili sifat dan ciri yang dimiliki
oleh tanah pada suatu lokasi. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pengambilan sampel tanah adalah banyaknya profil yang digunakan, letak profil
harus mewakili, pengambilan setiap horizon dengan interval 10 cm ataupun secara
acak, serta peralatan yang digunakan. Sampel tanah merupakan suatu
volume/massa tanah yang diambil untuk keperluan laboratorium yang dapat
mewakili seluruh sifat tanah (Prayogo dan Saptowati, 2016).
Pengambilan sampel tanah dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: sampel tanah
utuh, sampel tanah terganggu dan sampel tanah agregat utuh. Sampel tanah utuh
diambil menggunakan ring sample yang digunakan untuk analisis permeabilitas
dalam keadaan jenuh sedangkan sampel tanah terusik diambil pada tiap horizon
tanpa ring sample agar diperoleh data berupa kadar air, tekstur, kerapatan partikel,
konsistensi dan kapilaritas tanah. Sampel tanah agregat utuh merupakan tanah yang
merupakan bongkahan utuh yang kuat dan tidak mudah pecah untuk analisis indeks
keutuhan agregat (Maharani et al., 2015).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengambilan contoh tanah yang akan menentukan
keberhasilan hasil analisis laboratorium
2. Untuk membedakan pengambilan sampel tanah utuh, tanah agregat utuh, dan
tanah terganggu atau tidak utuh.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanah


Tanah merupakan unsur konseksual untuk sumber daya alam manusia, selain
itu tanah juga menjadi akar kehidupan manusia, lainnya adalah menjadi sumber
pendapatan dari hasil produksi tanaman yang bernilai ekonomis. Hadirnya nilai
ekonomis tersebut maka timbul gesekan akibat pemanfaatan tanah tersebut, baik
untuk siapa yang memiliki hak dan wewenang atas tanah tersebut sebagai tempat
tinggal atau kegiatan lain (Ramadhani, 2021). Tanah juga merupakan tempat
penyimpan karbon terbesar dan memegang peranan penting dalam siklus karbon
global. Sekitar 60% atau 500 milyar ton, tersimpan dalam tanah hutan dan akar-
akar tumbuhan di dalam tanah, sedangkan sisanya sekitar 40 % atau 330 milyar ton
karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya diatas
permukaan tanah (Wilia et al., 2020).
Tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari kumpulan mineral, bahan organik
dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar
(bedrock). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat,
zat organik atau oksida-oksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Proses
pelapukan batuan atau proses geologi lainnya yang terjadi di dekat permukaan bumi
membentuk tanah. Pembentukan tanah dari batuan induknya, dapat berupa proses
fisik maupun kimia. Proses pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi, angin, air,
es, manusia, atau hancurnya partikel tanah akibat perubahan suhu atau cuaca.
Umumnya, pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi oleh pengaruh oksigen,
karbondioksida dan air (Hardiyatmo, 2002).

Gambar 1. Struktur Pembentukan Tanah


(Sumber: Nugroho, 2019)

3
Campuran partikel pembentuk tanah yang terdiri dari jenis berangkal
(boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm
sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini
disebut kerakal (cobbles). Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm
sampai 150 mm. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5
mm, berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm). Lanau (silt),
partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan lempung
dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke dalam
danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai. Lempung (clay), partikel
mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan
sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif (Fauziek et al., 2018).

2.2 Faktor dan Klasifikasi Sifat Tanah


Pada hakikatnya tanah memiliki keberagaman dari suatu tempat ke tempat
yang lain. Perbedaan ini dicirikan oleh karakteristik tanah secara vertikal maupun
horizontal. Paling tidak terdapat 5 faktor pembentuk tanah penting yaitu iklim,
bahan organik, bahan induk, organisme, topografi dan waktu. Setiap tanah yang
terbentuk dapat diklasifikasikan dengan suatu sistem klasifikasi tanah. Klasifikasi
ini, karena didasarkan pada karakteristik permanen tanah, akan mencerminkan pula
kemampuan tanah tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pada
klasifikasi tanah alami, pengelompokannya dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik,
kimia, mineralogi dan sifat mikro morfologi tanah. Sedangkan yang kedua yaitu
klasifikasi tanah teknis yang merupakan klasifikasi tanah yang didasarkan dengan
sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap penggunaannya, seperti klasifikasi
kemampuan lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan (Widiatmaka et al., 2015).

Gambar 2. Faktor Pembentuk Tanah


(Sumber: Nugroho, 2019)

4
Sifat tanah sangat menentukan dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sifat tanah dibedakan menjadi 3 diantaranya sifat fisik,
biologi dan kimia tanah. Sifat fisik tanah antara lain tekstur, struktur dan
permeabilitas tanah. Sifat kimia tanah antara lain pH tanah dan kandungan unsur
hara. Kandungan hara, terdiri dari kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan bahan
organik. Sifat biologi tanah antara lain mikroorganisme pengurai bahan organik di
dalam tanah (Randy et al., 2016). Peranan sifat fisika terutama terhadap
ketersediaan air di dalam matriks tanah, mengatur sirkulasi udara di dalam tanah,
mempengaruhi sifat reaktif koloid tanah dan mempengaruhi tumbuh kembang
tanaman. Sifat fisik tanah mempengaruhi pertumbuhan akar dan kemampuannya
dalam menyerap air dan unsur hara (Hartanto et al., 2022).
Pada sifat kimia tanah yaitu sebagai keseluruhan reaksi kimia yang
berlangsung antar penyusun tanah serta antar penyusun tanah dan bahan yang
ditambahkan dalam bentuk pupuk ataupun pembenahan tanah lainnya. Faktor
kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah mempunyai
kisaran agak lebar, yakni sangat singkat dan luar biasa lamanya. Reaksi yang terjadi
dalam tanah diimbas oleh faktor lingkungan tertentu (Bakri et al., 2016). Sedangkan
sifat biologi tanah berhubungan dengan aktivitas makhluk hidup yang ada di dalam
dan permukaan tanah. Berbagai jenis makhluk hidup berkembang dalam tanah, baik
berbagai jenis tumbuhan, hewan, atau makhluk hidup yang berukuran besar
(makro) maupun yang makhluk hidup yang ada di berukuran kecil (mikro) (Atmaja,
2017).

2.3 Kesuburan dan Produktivitas Tanah


Pada bidang pertanian tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman.
Tanaman menyerap makanan dari dalam tanah untuk proses pertumbuhannya.
Sehingga kesuburan tanaman tergantung pada kandungan unsur hara dalam tanah.
Unsur hara dapat diserap oleh tanaman dari dalam tanah adalah unsur hara yang
dalam bentuk tersedia. Tanah merupakan penyedia makanan bagi tumbuhan.
Kesuburan tanah adalah aspek hubungan tanah tanaman, yaitu pertumbuhan
tanaman dalam hubungannya dengan unsur hara yang tersedia dalam tanah
(Handayanto et al., 2017).

5
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan
oleh interaksi sejumlah sifat fisik, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang
menjadi habitat akarakar aktif tanaman. Kesuburan tanah bersifat spesifik, spesifik
lokasi (site specific) maupun spesifik tanaman (crop specific) yang berarti bahwa
tanah yang subur untuk suatu jenis tanaman belum tentu subur untuk jenis tanaman
lainnya. Konsep yang lebih luas berkaitan dengan kemampuan tanah untuk
menyangga pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan adalah produktivitas tanah
(Handayanto et al., 2017).
Produktivitas tanah sekilas serupa dengan kesuburan tanah, namun ada
beberapa perbedaan di antara keduanya. Produktivitas tanah lebih mengutamakan
konsep ekonomi dari kemampuan tanah menghasilkan tanaman. Produktivitas
tanah adalah kemampuan tanah untuk menghasilkan produk tertentu dengan
pengelolaan yang optimum yang menghasilkan produksi yang optimal. Tanah yang
produktif akan menghasilkan tanaman yang menguntungkan bagi pengelola tanah.
Produktivitas tanah tergantung dengan kesuburan tanah, tanah yang subur salah satu
indikator produktivitas tanah yang baik. Produktivitas tanah dapat ditingkatkan
dengan perbaikan kesuburan tanah melalui pengelolaan lahan untuk perbaikan sifat
fisik tanah merupakan tindakan perbaikan produktivitas tanah. (Purba et al., 2021).

2.4 Pengambilan Sampel Tanah


Pengambilan sampel tanah (reference soil samples) merupakan sampel tanah
yang digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi reliabilitas (reliability) hasil
analisis (kimia) suatu seri sampel tanah yang dilakukan oleh suatu laboratorium
analisis tanah. Sampel tanah standar ini dapat diperoleh dari suatu lembaga
sertifikasi sampel tanah (dan tanaman) dengan cara membeli, dimana sampel tanah
standar tersebut telah dianalisis dan dievaluasi melalui program uji kelayakan
sampel (proficiency testing samples). Penetapan sampel tanah standar dengan
menggunakan sampel tanah pada suatu wilayah tertentu (local samples) juga dapat
dilakukan dengan menganalisis sampel tanah yang akan digunakan sebagai sampel
tanah standar pada beberapa laboratorium dan mengevaluasi konsistensi hasil
analisis dari beberapa laboratorium tersebut (Supriatin et al., 2017).

6
Pengambilan sampel tanah meliputi dua macam sampel yaitu sampel tanah
utuh menggunakan ring sampel dan tanah biasa. Sampel tanah utuh digunakan
untuk analisa sifat fisik tanah meliputi berat berat isi tanah, struktur tanah dan
permeabilitas tanah, sedangkan sampel tanah biasa digunakan untuk analisa tekstur
tanah dan kandungan bahan organik tanah. Sedangkan analisa di lapang diantaranya
melakukan pengukuran panjang dan kemiringan lereng, pengamatan komoditas
tanaman serta tindakan pengelolaannya. Selain data tersebut diperlukan juga data
klimatologi yakni data curah hujan guna menghitung guna perhitungan erosivitas
hujan (Arifin, 2010).
Contoh tanah dibedakan atas contoh tanah terganggu (disturbed soil sample)
yang digunakan untuk menganalisis sifat fisika dan kimia seperti struktur, pH,
kapasitas tukar kation, kandungan gipsum, dan lain-lain, dan contoh tanah tidak
terganggu (undisturbed soil sample) untuk penentuan sifat fisika khusus seperti
bobot isi, permeabilitas, untuk analisis mikromorfologi, dan sebagai alat peraga
untuk pengajaran (Maharani et al., 2015).

2.5 Tanah Dijadikan Sampal


2.5.1 Tanah Utuh
Tanah utuh merupakan tanah yang diambil dari lapisan tertentu dalam
keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di
lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan berat, distribusi pori
pada berbagai tekanan (Kurnia et al., 2006). Menurut Evarnaz et al, (2014) sampel
tanah utuh digunakan untuk menganalisis bulk densiy, permeabilitas tanah, serta
porositas tanah, yang dilakukan dengan cara menggunakan ring sampel.
Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan cara mengambil tanah yang ada
di bawah tegakan eboni, kemudian bersihkan tanah dari seresah dan rumput lalu
meletakan ring sampel di atas tanah. Ring sampel dimasukkan ke dalam tanah
dengan menggunakan martil, setelah itu angkat ring sampel dengan menggunakan
sekop beserta tanah yang ada di dalamnya, kemudian ring yang berisi tanah
diratakan dengan cutter sehingga kedua permukaan benar-benar rata dengan bibir
ring sampel. Selanjutnya kedua ujung ring ditutup dengan menggunakan tutup
ring yang terbuat dari plastik.

7
2.5.2 Tanah Agregat Utuh
Agregat tanah merupakan karakteristik tanah yang sensitif terhadap
perubahan akibat pengolahan tanah. Pemberian bahan organik dan perbedaan
pengolahan tanah sangat menentukan kualitas dan kuantitas agregat tanah.
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan. Agregat
yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar
tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi, dan daya menahan air
(Kurnia et al., 2006).
Proses pembentukan agregat tanah melibatkan organisme seperti benang-
benang hifa pada jamur yang mampu mengikat pertikel tanah dengan partikel lain.
Organisme juga memproduksi sejumlah bahan kimia atau asam yang dapat
merekatkan tanah. Pertumbuhan struktur miselium akan semakin meningkat
apabila semakin lama waktu inkubasi. Hal ini akan berdampak pada semakin
mantap nya pembentukan agregat tanah. Struktur miselium yang terdapat pada
jamur serta polisakarida memiliki pengaruh dalama memantapkan agregat tanah
(Hikmawati et al., 2022).
2.5.3 Tanah Terganggu
Tanah terganggu merupakan tanah yang memiliki distribusi ukuran partikel
sama dengan seperti di tempat asalnya, tetapi strukturnya telah cukup rusak atau
hancur seluruhnya. Dengan pengertian lain, tanah di lokasi tempat pengambian
sebagai material untuk konsentrasi sebelum dipindahkan merupakan tanah yang
tidak terganggu dan mempunyai struktur yang unik dan tersendiri, serta
mengandung sejumlah air di dalamnya (Wiharti, 2013). Tanah terganggu,
terutama digunakan untuk uji klasifikasi dan uji pemadatan. Tanah terganggu
dapat diperoleh dari operasi sekop dan garpu, pemotongan dengan auger, dan
percobaan penetrasi. Untuk mempertahankan kadar air alamiahnya, maka contoh
tanah harus diletakkan dalam kaleng kedap udara dan tidak korosif (Anastasia et
al., 2021).

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul “Pengambilan Sampel Tanah” ini dilaksanakan pada
Hari, Senin 10 Maret 2023 pada pukul 13.30-15.10 WIB di Laboratorium
Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung logam,
kuningan atau tembaga (ring sampel), sekop/cangkul, pisau tajam tipis, kotak
contoh, bor tanah, dan kantong plastik tebal. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah tanah, yang dibagi menjadi tanah utuh (undistrubed soil sampel), tanah
agregat utuh (undistrubed soil aggregate) dan tanah terganggu (distrubed soil
sample).

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
3.3.1 Tanah Utuh
1. Diratakan dan dibersihkan lapisan atas tanah dar rumput atau serasah.
Kemudian letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut (Nomor tabung
jangan sampai terbalik, bagian tabung yang runcing ada di bawah sedangkan
bagian yang tumpul ada di atas).
2. Digali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) disekitar calon tabung
tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.
3. Diletakkan tabung di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan
permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang
diletakkan di atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai ¾ bagian masuk
ke dalam tanah.
4. Diletakkan tabung lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk
ke dalam tanah.
5. Disahkan tabung bagian atas dari tabung bagian bawah.

9
6. Digali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus lebih
dalam dari ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.
7. Diiris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar
permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian tutuplah tabung
menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu iris dan potong
kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tutuplah tabung.
8. Dicantumkan label di atas tutup tabung di bagian atas contoh tanah yang
berisi informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.
3.3.2 Tanah Agregat Utuh
1. Diambil menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah
dimasukkan ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau
kantong plastik tebal.
2. Dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan tanah
tidak hancur diperjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau
kardus yang kokoh.
3.3.3 Tanah Tergganggu
1. diambil menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm.
2. diberikan label yang berisikan informasi tentang lokasi, tempat pengambilan,
dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di dalam atau di luar kantong
plastik.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil teknik pengambilan sampel tanah
No. Metode Kimia Fisika Di laborarium
1. Tanah Utuh pH, C-organik, N, Berat isi tanah, Bulk density
P dan K, Ca, dan struktur tanah, (metode
Mg, KTK, permeabilitas gravimetry)
kejenuhan basa tanah, kurva pF Distribusi pori
(KB), dan dan porositas pada berbagai
kemasaman dapat tanah/distribusi tekanan (metode
ditukar (Al dan H) pori di berbagai gravimetry, dan
tekanan. pressure plate)
Permeabilitas
(metode constant
head test dan
falling head test)
C-organik
(metode Walkey
and Black)
2. Tanah Digunakan untuk Agregat tanah Analisis IKA
Agregat analisis kadar dengan nilai, (ayakan ganda)
utuh bahan organik. Analisis indeks Kadar bahan
kestabilan agregat organik (Walkey
(IKA) and Black)
3. Tanah C-organik dan N- Pemadatan, batas KA (metode
Terganggu total, dan P- kerut, kandungan gravimetry)
tersedia. air, tekstur tanah, KTK (metode
perkolasi, warna ammonium asetat
tanah, batas cair, 1M pH 7)
batas plastis.

11
KB (metode
ammonium asetat
1M pH 7)
Tekstur tanah
(metode
hydrometer dan
pipet)
pH tanah (metode
pH meter)
Kandungan unsur
hara (Near
InfraRed (NIR))

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul pengambilan sampel tanah dilakukan
pengambilan sampel terhadap tiga macam tanah yakni tanah utuh (undisturbed
soil), tanah agregat utuh (undisturbed soil aggregate) dan tanah terganggu
(disturbed soil). Tujuan kegiatan pengambilan contoh tanah yang berbeda tersebut
dilakukan guna mengetahui sifat dan ciri yang dimiliki tanah pada suatu lokasi
tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prayogo dan Saptowati (2016) bahwa
dalam pengambilan contoh tanah hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pengambilan adalah banyaknya profil tanah yang digunakan, letak profil harus
mewakili, dan sebaiknya diambil setiap horizon dengan interval 10 cm ataupun
secara acak, serta peralatan yang digunakan. Tanah yang diambil merupakan suatu
volume/massa tanah yang dapat mewakili seluruh sifat tanah untuk dilakukan
pengamatan di laboratorium. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka hasil
pengamatan tidak akan maksimal.
Berdasarkan hasil pada praktikum kali ini bahwa pengambilan pada sampel
tanah utuh (undisturbed soil sample) yaitu tanah yang belum penah digunakan
untuk budidaya tanaman atau untuk kegiatan lainnya sseperti pertambangan atau
yang lainnya. Pengambilan sampel tanah dengan agregat utuh adalah pengambilan
tanah yang memiliki atau membentuk agregat yang dimana tanah tesebut belum

12
penah dilakukan pengolahan atau budidaya tanaman dan kegiatan lainnya.
Sedangkan sampel tanah terganggu (disturbed soil) berarti tanah tersebut telah
pernah digunakan untuk budidaya tanam atau kegiatan lainnya. Menurut Umayyah
et al, (2018) pengambilan tanah utuh dan agregat utuh, dilakukan dengan
menemukan batas lapisan tanah pada dinding lubang profil tanah, meratakan dan
membersihkan lapisan permukaan tanah di samping lubang profil yang akan
diambil. Meletakkan ring sampel secara tegak lurus (vertikal) dengan bagian tajam
menghadap ke bawah pada lapisan tersebut letakkan balok kayu diantaranya.
Sedangkan untuk pengambilan tanah terganggu dilakukan penggalian tanah dengan
lubang yang berbeda dengan masing-masing kedalaman 10-15 cm. Menurut
Bintoro et al, (2017) pengambilan tanah terganggu bertujuan untuk menetapkan
sifat fisika tanah atau morfologi tanah, yakni kadar air, kerapatan partikel, tekstur
tanah, konsistensi dan kapilaritas. Tekstur tanah dapat terdiri dari butiran tanah
dengan ukuran yang beragam. Butiran tanah < 2 mm disebut bahan tanah halus,
sedangkan butiran tanah > 2 mm disebut bahan tanah kasar. Selain itu, pengambilan
tanah terganggu juga bertujuan dalam menguji sifat kimia tanah yakni kandungan
pH tanah, kandungan bahan organik dan kadar unsur hara. Pengambilan tanah
menggunakan metode komposit yakni menggali beberapa lubang yang berbeda
dengan kedalaman 10-15 cm. Pengambilan tanah terganggu ini harus telah di
bersihkan terlebih dahulu dari gulma yang ada di atasnya. Kemudian tanah diambil
dengan menggunakan alat berupa bor tanah, setelah tanah didapat masukkan tanah
ke dalam plastik penyimpanan.
Berdasarkan hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat beberapa fungsi
pengambilan sampel tanah pada sifat fisika, kimia dan di laboratorium. Setiap
fungsi dari sifat tanah digunakan untuk uji analisis tanah yang akan mengukur setiap
kesuburan tanah yang akan digunakan, untuk bidang apa pun terutama bidang
pertanian. Hasil pada sampel tanah utuh didapatkan bahwa fungsi untuk sifat kimia
adalah mengukur pH, C-organik, N, P dan K, Ca, dan Mg, KTK, kejenuhan basa
(KB), dan kemasaman dapat ditukar (Al dan H). Karena pada dasarnya tanah utuh
yang merupakan tanah yang belum digunakan untuk kegiatan apa pun, maka fungsi
akan analisis kandungan sifat kimia tanah diperlukan sebagai evaluasi awal
kesuburan tanah. Menurut Dotulong et al, (2015) sifat kimia tanah antara lain pH

13
tanah dan kandungan unsur hara. Kandungan hara terdiri dari kandungan pH, C-
organik, N, P dan K, Ca, dan Mg, KTK, kejenuhan basa (KB), dan kemasaman
dapat ditukar (Al dan H). Reaksi tanah (pH) adalah suatu ciri atau parameter yang
menunjukkan keadaan masam-basa dalam tanah. Sifat kimia tanah utuh
menunjukkan aktivitas ion yang tidak dapat dilihat secara langsung namun dapat
diuji dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Sifat kimia tanah juga dapat
digunakan sebagai rekomendasi dalam pemupukan untuk unsur hara tanaman.
Hasil pada tanah agregat utuh menunjukkan hasil bawah sifat kimia yang
menjadi komponen analisisnya digunakan untuk analisis kadar bahan organik.
Bahan organik merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari
sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus
mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor fisika, biologi, dan
kimia. Nangaro et al, (2021) mengemukakan bahwa fungsi bahan organik tanah di
antaranya sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan akan dilepaskan ke
dalam larutan air tanah dan disediakan untuk tanaman. Bahan organik di dalam atau
di atas tanah juga melindungi dan membantu mengatur suhu dan kelembaban tanah.
Bahan organik juga dapat meningkatkan daya sangga tanah. Bahan organik tanah
adalah bahan yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan di
dalam tanah dan mengalami perombakan secara terus menerus. Selaras dengan
Hanafiah (2014) bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri
atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang
terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari
tanaman dan hewan.
Pada hasil tanah terganggu menunjukkan bahwa analisis yang dilakukan pada
tanah ini berdasarkan sifat kimianya adalah analisis C-organik dan N-total, dan P-
tersedia. Hal ini selaras dengan Hanafiah (2014) mengemukakan bahwa tanah
terganggu dapat digunakan untuk sifat-sifat kimia tanah. Untuk kondisi sampel
tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena terganggu seak
dalam pengambilan sampel. Menurut Lestari dan Pratama (2020) sifat tanah yang
berbeda dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, iklim, topografi, manusia
dan lain sebagainya. Sifat kimia tanah adalah suatu sifat tanah yang dipengaruhi
oleh lingkungan, bahan organik dan komposisi mineral di dalam tanah. Perubahan

14
pada sifat kimia tanah akan menyebabkan perubahan pada sifat fisika maupun
biologi tanah. Sifat kimia akan berpengaruh terhadap aktivitas di dalam tanah,
seperti kandungan N total, kadar P, KTK, pH dan sifat kimia lainnya. Aktivitas
yang terganggu di dalam tanah akan mempengaruhi ketersediaan hara esensial dan
berpengaruh pada serapan unsur hara tersebut terhadap tanaman. Sifat kimia di
dalam tanah sangat berpengaruh satu dengan lainnya, seperti pada keadaan pH
tanah yang masam akan berpengaruh pada ketersediaan P di dalam tanah, dimana
unsur tersebut menjadi tidak larut karena diikat oleh ion Al.
Berdasarkan hasil sifat fisik tanah menunjukkan fungsi sifat tanah pada tanah
utuh adalah berat isi tanah, struktur tanah, permeabilitas tanah, kurva pF dan
porositas tanah/distribusi pori di berbagai tekanan. Hal ini sesuai dengan Evarnaz
et al, (2014) menyatakan sampel tanah utuh yang digunakan untuk menganalisis
bulk densiy, permeabilitas tanah, serta porositas tanah, yang dilakukan dengan cara
menggunakan ring sampel. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan cara
mengambil tanah yang ada di bawah tegakan eboni, kemudian bersihkan tanah dari
seresah dan rumput lalu meletakan ring sampel di atas tanah. Jumlah sampel tanah
utuh adalah enam belas (16) yang diambil dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm
pada masing-masing ketinggian. Menurut Arifin (2010) sampel tanah utuh
digunakan untuk analisa sifat fisik tanah meliputi berat berat isitanah, struktur tanah
dan permeabilitas tanah, sedangkan sampel tanah biasa digunakan untuk Analisa
tekstur tanah dan kandungan bahan organik tanah. Sedangkan analisa di lapang
diantaranya melakukan pengukuran panjang dan kemiringan lereng, pengamatan
komoditas tanaman serta tindakan pengelolaannya.
Hasil pada sifat fisika tanah yaitu untuk mengukur Agregat tanah dengan nilai
Coefficient of Linier Extensibility dan analisis indeks kestabilan agregat (IKA).
Menurut Hikmawati et al, (2022) menyatakan stabilitas agregat tanah merupakan
salah satui ndikator dalam mengukur tingkat degradasi lahan. Meningkatnya
stabilitas agregat tanah akan berdampak baik bagi sifat fisika tanah lain seperti total
ruang pori, aerasi dan drainase tanah, infiltrasi, dan permeabilitas tanah. Selain itu,
tingkat kepekaan tanah terhadap laju erosi juga akan menurun pada tanah dengan
agregat yang mantap. Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas agregat tanah
antara lain aktivitas mikroorganisme tanah, bahan induk, pengolahan tanah, serta

15
tutupan kanopi pada permukaan tanah yang dapat menghindari percikan erosi
akibat curah hujan yang tinggi. Agregat berpengaruh terhadap porositas, aerasi,
dan daya menahan air untuk lingkungan fisik yang baik dalam perkembangan akar
tanaman. Jika agregat kurang stabil, maka agregat tanah tersebut akan mudah rapuh
dan hancur.
Hasil pada sifat fisik tanah terganggu menunjukkan hasil bahwa tanah
terganggu berfungsi untuk pemadatan, batas kerut, kandungan air, tekstur tanah,
perkolasi, warna tanah, batas cair, batas plastis. Hal ini sesuai dengan Sumarno et
al, (2018) menyatakan bahwa tanah terganggu, terutama digunakan untuk uji
klasifikasi dan uji pemadatan. Tanah terganggu dapat diperoleh dari operasi sekop
dan garpu, pemotongan dengan auger, dan percobaan penetrasi. Untuk
mempertahankan kadar air alamiahnya, maka contoh tanah harus diletakkan dalam
kaleng kedap udara dan tidak korosif. Sampel tanah terganggu adalah sampel tanah
yang memiliki distribusi susunan partikel sama dengan kondisi lapangan tetapi
struktur tanahnya telah rusak atau bahkan telah hancur seluruhnya.
Berdasarkan hasil pada uji laboratorium dari tanah utuh, tanah agregat utuh dan
tanah terganggu yaitu metode gravimetry), distribusi pori pada berbagai tekanan
(metode gravimetry, dan pressure plate), permeabilitas (metode constant head test
dan falling head test), C-organik (metode Walkey and Black), Analisis IKA (ayakan
ganda), kadar bahan organik (walkey and black), KA (metode gravimetry), KTK
(metode ammonium asetat 1M pH 7), KB (metode ammonium asetat 1M pH 7),
tekstur tanah (metode hydrometer dan pipet), pH tanah (metode pH meter),
kandungan unsur hara (Near InfraRed (NIR). Menurut Hermawan (2011)
penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran
perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak langsung
melalui pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan air tanah. Metode
gravimetri merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Metode ini dilakukan di laboratorium sehingga penerapannya membutuhkan waktu
dan tenaga yang banyak mendapatkan suatu nilai kadar air tanah. Sifat-sifat
dielektrik tanah seperti konduktivitas, kapasitansi dan imdepensi listrik pada suatu
media berpori bervariasi menurut kadar air. Pengukuran sifat dielektrik untuk
menduga kepadatan tanah. Menurut Chandra (2016) penetapan tekstur tanah

16
biasanya menggunakan metode pipet dan hidrometer. Penentuan tekstur tanah
mengunakan standar deviasi menunjukkan metode pipet lebih homogen daripada
metode hidrometer. Kelebihan dan kekurangan analisis penetapan tekstur tanah
metode hidrometer lebih efisien dibandingkan dengan metode pipet tetapi dari segi
akurasi, metode pipet lebih tepat digunakan dalam penetapan tekstur dibandingkan
dengan metode hidrometer. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel
penyusun tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara
fraksi pasir, debu dan liat. Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai
poripori makro (besar) disebut lebih porous, tanah yang didominasi debu akan
banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak porous, sedangkan yang
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) tidak poros.
Semakin porous tanah akan semakin mudah akar untuk berpenetrasi, serta semakin
mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik, air dan udara
banyak tersedia bagi tanaman), tetapi semakin mudah pula air untuk hilang dari
tanah, dan sebaliknya. Menurut Munawar et al, (2017) Near Infrared Reflectance
Spectroscopy (NIRS) merupakan metode yang dapat menganalisa kualitas pangan
dengan waktu yang sangat cepat dan dilakukan secara non-destruktif bahkan tanpa
menyentuh produk tersebut. Keunggulan metode ini yang tidak merusak bahan,
persiapan sampel yang relatif mudah, tidak memerlukan bahan kimia serta dapat
menduga beberapa kualitas bahan secara simultan, menjadikan metode ini banyak
diteliti dan diterapkan di banyak bidang Pertanian.
Kadar air kapasitas lapang dapat ditetapkan dengan tiga metode yang berbeda-
beda, yaitu metode Alhricks, Drainase bebas, dan pressure plate. Ketiga metode
tersebut memiliki prinsip yang berbeda. Secara umum prinsip metode Alhricks dan
Drainase bebas berdasarkan hilangnya air gravitasi, sedangkan metode pressure
plate berdasarkan tekanan setara pF 2.54 (1/3 atm). Menurut hasil penelitian
Sulaeman (2011) terdapat perbedaan hasil yang nyata diantara metode Alhricks dan
metode pressure plate, yaitu kadar air yang dihasilkan oleh metode Pressure plate
lebih kecil jika dibandingkan dengan metode Alhricks. Menurut Baskoro dan
Tarigan (2015) perbedaaan nilai kadar air tersebut dapat disebabkan karena
pemberian tekanan 1/3 atm pada penetapan dengan metode pressure plate
sebenarnya hanya merupakan pendekatan. Contoh tanah utuh yang digunakan

17
dalam penetapan kadar air kapasitas lapang dengan metode pressure plate hanya
setebal +1 cm. Air yang ada pada contoh tanah tersebut lebih mudah hilang
dibandingkan dengan air dalam tanah dengan kolom yang tebal seperti pada metode
Alhricks.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa tanah merupakan
hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di muka daratan bumi. Tanah
terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa
yang sangat panjang. Tanah merupakan media tumbuh bagi tumbuhan tingkat tinggi
dan lingkungan hidup bagi hewan dan manusia. Tanah merupakan tubuh di
permukaan bumi yang tersusun atas horizon atau lapisan yang berada di atas bahan
induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil interaksi faktor-faktor pembentuk
tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk, relief dan waktu.
Pengambilan contoh tanah dapat mewakili sifat dan ciri yang dimiliki oleh
tanah pada suatu lokasi atau pada suatu wilayah. Dalam melakukan pengambilan
sampel tanah, dilakukan dengan pengujian fisika, kimia dan laboratorium serta
dilakukan terhadap tiga jenis tanah, yaitu tanah utuh, tanah agregat utuh dan tanah
terganggu.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini dilakukan praktikum lebih lanjut dan
pengenalan, praktik secara langsung agar dapat lebih mendapatkan hasil yang
akurat untuk hasil yang didapatkan. Kemudian praktikan diharapkan memahami
dan mempelajari materi agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan apa yang diinginkan

19
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.A. 2012. Problematika Penentuan Sampel dalam Penelitian Bidang


Perumahan dan Permukiman. Dimensi Teknik Arsitektur. Vol. 34(2): 138-
146.
Anastasia, N., L.P. Thiosalima, M.I. Malelak. 2021. Determinants of Intention of
Using Mortgage in Financing Home Ownership in Surabaya. Asia-Pacific
Management and Business Application. Vol. 10(1): 55-68.
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan dalam
Hubungan dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian Mapeta. Vol.
12(2): 74-144.
Arifin, M., N.D. Putri, A. Sandrawati, dan R. Haryanto. 2018. Pengaruh Posisi
Lereng terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Inceptisols di Jatinangor.
Soilerns. Vol. 16(2): 37-44.
Atmaja, I.W.D. 2017. Sifat Biologi Tanah. Bahan Ajar. Prodi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Udayana Press. Kutai Selatan.
Bakri, I., A. R. Thaha, Isran. 2016. Status Beberapa Sifat Kimia Tanah pada
Berbagai Penggunaan Lahan di Das Poboya Kecamatan Palu Selatan. e-J.
Agrotekbis. Vol. 4(1): 16-23.
Baskoro, D.P.T. dan S.D. Tarigan. 2015. Karakteristik Kelembaban Tanah Pada
Beberapa Jenis Tanah. J Tanah Lingkungan. Vol. 9(2): 77-81.
Bintoro, A., D. Wdjajanto dan Isrun. Karakteristik Fisik Tanah pada Beberapa
Pengguanaan Lahan di Desa Beka Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. e-
J. Agrotekbis. vol 5(4): 423-430.
Chandra, A. 2016. Penentuan Tekstur Tanah dengan Metode Hidrometer dan Pipet
pada Tipe Lahan Kering dan Basah Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya. Skripsi. Universitas Sriwijaya Press. Palembang.
Dotulong, J.R.G., W.J.N. Kumolontang, D. Kaunang, dan J.J. Rondonuwu. 2015.
Identifikasi Keadaan Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Tanaman Cengkeh
di Desa Tincep dan Kolongan Atas Kecamatan Sonder. e-Jurnal Unsrat. Vol.
6(5): 1-7.

20
Evarnaz, N., B. Toknok, S. Ramlah. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan
Eboni (Dispyros celebia Bakh) pada Kawasan Cagar Alam Pangi Binangga
Kabupaten Parigi Moutong. Warta Rimba, Jurnal Ilmiah Kehutanan. Vol.
2(2): 109-1116.
Fauziek, M., dan A. Suhendar. 2018. Efek dari Dynamic Compaction (DC) terhadap
Peningkatan Kuat Geser Tanah. Jurnal Mitra Teknik Sipil. Vol.1(2): 205-
214.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Handayanto, Eko, Nurul Muddarisna, and Amrullah Fiqri. 2017. Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Hardiyatmo, H.C. 2002. Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Hartanto N., Zulkarnain., dan Abror A.W. 2022. Analisis Beberapa Sifat Fisik
Tanah Sebagai Indikator Kerusakan Tanah Pada Lahan Kering. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Lembab. Vol. 4,(2): 107-112.
Hermawan. 20011. Korelasi Antara Berat Volume dan Impedensi Listrik pada
Tanah Podlosik: I. Percobaan di Laboratorium. JIPI. Vol. 2(5): 60-67.
Hikmawati, R.F., dan S. Prijono. Analisis Stabilitas Agregat dan Sifat Fisik Tanah
dengan Penaung Berbeda pada Sistem Agroforestri di Lahan Kopi
Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Vol 9(2): 405-412.
Kurnia, U., F. Agus, A. Adimihardja, A. Dairah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan
Metode Analisisnya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian: Bogor.
Lestari, N.D., dan N.R. Potensi Tanaman Rami (Boehmeria nivea) untuk
Fitoremediasi Tanah Tercemar Tembaga. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Vol 7(2): 291-297.
Maharani, P.H., B.H. Sunarminto dan E. Hanudin. 2015. Penggunaan Fungsi Tanah
Pedotransfer untuk Memperkirakan Permeabilitas Tanahdi Sumatera
Selatan dan Riau. Ilmu pertanian. Vol. 18(1): 37-43.
Munawar, A.A., Yusmanizar, Hafidz dan Zulfahrizal. 2017. Kajian Teknologi Near
Infrares Spectroscopy Sebagai Metode Baru untuk Prediksi Kualitas Madu.

21
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana. Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh. Hal. 27-31.
Nangaro, R.A., Z.E. Tamod dan T. Titah. 2015. Analisis Kandungan Bahan
Organik Tanah di Kebun Tradisional Desa Sereh Kabupaten Kepulauan
Talaud. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi. Vol.
1(1): 1-17.
Prayogo, K., dan Saptowati, H. 2016. Penyelidikan Struktur dan Karakteristik
Tanah Untuk Desain Pondasi Iradiator Gamma Kapasitas 2 MCL. Jurnal
Perangkat Nuklir. Vol. 10(1): 30-49.
Purba, T., H. Ningsih, P.A.S. Junaedi, B.G Junairiah, R. Firgiyanto, Arsi. 2021.
Tanah dan Nutrisi Tanaman.
Ramadhani, R. 2021. Analisis Yuridis. Penguasaan Tanah Garapan Eks Hak Guna
Usaha PT. Perkebunan Nusantara II Oleh Para Penggarap. Seminar
Nasional Teknologi Edukasi dan Humaniora. Sintesa. Hal. 857-864.
Sulaeman, D. 2011. Efek Kompos Limbah Baglog Jamur Tiram Putih Terhadap
Sifat Fisik Tanah Serta Pertumbuhan Bibit Markisa Kuning. Skripsi. IPB
Press. Bogor.
Sumarno, Purwanto, S. Rakhmawati. 2018. Kajian Faktor Penyebab Kerusakan.
Tanah dalam Memproduksi Biomassa di Kecamatan Padas Kabupaten
Ngawi. Agrotech Res J. Vol. 2(1): 35-40.
Supriatin, J L., dan Dermiyanti. 2017. Penetapan Sampel Tanah Standar Untuk
Menjamin Mutu (Quality Control) Hasil Analisis Sanpel Tanah di
Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung. Skripsi. Program Studi
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah-Konsep dan Kenyataan. Kanisius,
Yogyakarta.
Tewu, R.W.G., L.T. Karamoy, D.D Pioh. 2016. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah
pada Tanah Berpasir di Desa Noongan Kecamatan Lawongan Barat. e-
Journal Unsrat. Vol. 7(2): 1-8.
Umayyah, S., S.L. Nugroho, dan F. Dyta. 2018. Pengambilan Contoh Tanah. Jurnal
Sains Tanah. Vol. 1(1): 1-4.

22
Widiatmaka, A. Mediranto, H. Widjaja. 2015. Karakteristik Klasifikasi Tanah, dan
Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectona grandis Linn f.) var. Unggul
Nusantara di Ciampe, Kabupaten Bogor. Jurnal Pengelolaan dan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Vol. 5(1): 87-97.
Wiharti, R.A. 2013. Studi Mengenai Kuat Geser Antara Geotekstil dengan Lapisan
Tanah Gambut. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yogyakarta.
Wilia, W., Y.M.S. Rambe, dan A. Kurniawan. 2020. Studi Sifat Biologi, Fisika dan
Kimia Tanah pada Pertanaman Kulit Manis Dataran Tinggi. J.
Agroecotenia. Vol. 3(1): 19-27.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Bor Tanah Lampiran 2. Alat Tabung

Lampiran 3. Pengambilan Sampel Lampiran 4. Metode Pengambilan


Tanah Utuh Sampel Diagonal

Lampiran 5. Metode Pengambilan Lampiran 6. Pengambilan Sampel


Sampel Zigzag Tanah Berdasarkan Kedalam

Anda mungkin juga menyukai