Oleh :
Fitriana
NIM C1051181084
1
PENGELOLAAN KONSERVASI TANAH BERDASARKAN
KELAS KEMAMPUAN LAHAN DI KEBUN RAYA SAMBAS
Fitriana
NIM C1051181084
Tim Pembimbing :
Pembimbing Pertama : Pembimbing Kedua :
Disahkan Oleh,
Ketua Jurusan Ilmu Tanah
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya,penulis
dapat menyelesaikan rencana penelitian dengan judul “Pengelolaan Konservasi
Tanah Berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan di Kebun Raya Sambas” dibawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. U. Edi Suryadi, MP. dan Bapak Ari Krisnohadi, SP., M.Si.
Penulisan rencana peelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak yang terlibat baik secaralangsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan
baik secara moril maupun materil.
2. Ibu prof. Dr.Ir. H. Denah Suswati, MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian.
3. Ibu Dr. Rossie W. Nusantara, SP., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah.
4. Ibu Rini Hazrini, SP., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Tanah.
5. Bapak Ari Krisnohadi, SP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA)
dan Dosen Pembimbing Kedua
6. Bapar Dr. Ir. U. Edi Suryadi, MP. selaku Dosen Pembimbing Pertama
7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Tanah dan Civitas Akademik Fakultas Pertanian.
8. Seluruh Mahasiswa Ilmu Tanah khususnya kepada angkatan 2018.
Penulis menyadari bahwa penulisan rencana penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan masukan dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan rencana penelitian ini. Akhir kata, semoga
rencana penelitian ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan pihak yang
membutuhkan.
Fitriana
NIM C1051181084
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Perumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................3
A. Tinjauan Pustaka..................................................................................................4
1. Survei Tanah..................................................................................................4
2. Satuan Lahan..................................................................................................4
3. Evaluasi Lahan...............................................................................................5
4. Kemampuan Lahan........................................................................................6
5. Konservasi Tanah.........................................................................................20
B. Kerangka Konsep...............................................................................................25
C. Iklim...................................................................................................................27
D. Jenis Tanah........................................................................................................28
E. Penggunaan Lahan.............................................................................................28
F. Kependudukan....................................................................................................28
ii
B. Alat dan Bahan...................................................................................................29
1. Alat...............................................................................................................29
2. Bahan...........................................................................................................29
C. Metode Penelitian..............................................................................................29
1. Persiapan......................................................................................................30
2. Survei pendahuluan......................................................................................31
3. Pelaksanaan lapangan..................................................................................31
4. Analisis data.................................................................................................33
5. Penyajian hasil.............................................................................................34
D. Parameter Penelitian..........................................................................................34
1. Kemiringan Lereng......................................................................................34
2. Erosi.............................................................................................................34
4. Drainase Tanah............................................................................................35
7. Tekstur Tanah..............................................................................................35
8. Permeabilitas Tanah.....................................................................................35
9. Salinitas........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................37
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri dari komponen-
komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik
(Arsyad, 2010 dalam Fathoni, 2011). Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu
(1) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan,
dan (2) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan (Lidiawati, 2020). Kedua
Fungsi tersebut dapat menurun atau hilang. Hilangnya atau menurunnya fungsi
tanah inilah yang disebut dengan degradasi lahan. Hilangnya fungsi tanah yang
pertama tidak mudah untuk diperbaiki karena memerlukan waktu yang sangat
lama, puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukkan tanah.
Erosi pada dasarnya adalah hilang atau terkikisnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin, (Sitanala Arsyad, 2010: 5).
Besarnya erosi dipengaruhi oleh posisi lereng (landai sampai curam) yang
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat fisika tanah. Sifat fisika tanah yang
dipengaruhi meliputi kedalaman solum tanah, bobot isi, berat jenis partikel,
porositas tanah, dan kedalaman efektif. Erosi tanah akan menurunkan kualitas
tanah serta produktivitas alami lahan pertanian dan ekosistem hutan. Pada lahan
yang berlereng resiko terjadinya erosi dan aliran permukaan cukup besar.
Penerapan konservasi tanah mampu menanggulangi masalah erosi yang
menyebabkan degradasi lahan.
1
Menurut Sitanala Arsyad (1989) dalam Terakusuma (2017) konservasi
tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai
dengan kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Tanah yang awalnya
subur akan mengalami penurunan jika pemanfaatannya tidak sesuai dengan
kemampuan lahan sehingga akan menimbulkan kerusakan pada tanah. Konservasi
tanah dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan pada tanah berupa
pembuatan teras, menanam tanaman secara kontur, dan pemanfaaatan pupuk
organik secara in situ adalah suatu tindakan yang bijaksana dalam penyelamatan
lingkungan dalam mengatasi degradasi lahan.
Oleh karena itu, salah satu upaya dalam mengurangi kerusakan pada tanah
adalah dengan menentukan pengelolaan konservasi tanah yang sesuai berdasarkan
pada kelas kemampuan lahan.
B. Perumusan Masalah
Pada Peraturan Presiden No.93 tahun 2011 tentang Kebun Raya bahwa
kebun raya berperan dalam rangka mengurangi laju degradasi keanekaragaman
2
tumbuhan melalui koleksi tumbuhan yang terdokumentasi dan ditata berdasarkan
pola klasifikasi. Sehingga penataan dan pengelolaannya diawali dengan
perencanaan yang tepat sesuai dengan kemampuan lahan tersebut. Penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan tidak diikuti dengan usaha
konservasi tanah akan mengakibatkan potensi pengelolaan lahan menjadi tidak
optimal dan cenderung merusak.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
3
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Survei Tanah
4
evaluasi lahan, satuan lahan homogen ini dianggap sebagai satuan peta
(mapping unit ) dengan ciri karakteristik atau kualitas lahan yang akan di
dipadankan (matching) dengan persyaratan tumbuh tanaman.
3. Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah proses membandingkan persyaratan yang
diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat
atau kualitas lahan yang dimilki oleh lahan yang akan digunakan. Evaluasi
lahan dapat dilakukan dengan dua cara, secara langsung dan secara tidak
langsung. Pada evaluasi lahan secara langsung, lahan dievaluasi melalui
percobaan-percobaan misalnya dengan menanam tanaman untuk melihat apa
yang akan terjadi. Evaluasi lahan secara tidak langsung meliputi penentuan
ciri lahan (Land Properties) yang ada hubungannya dan dapat diukur atau
dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha sangat besar.
5
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yag akan
dilakukan.
4. Kemampuan Lahan
a. Pengertian Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk
digunakan sebagai usaha pertanian intensif (termasuk tindakan
pengelolaannya) tanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak / menjaga
integritas tanah dalam jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 1989 :
212).
6
Klasifikasi kemampuan lahan (Land capability classification)
adalah penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat
yang merupakan penghambat dalam penggunaannya secara lestari
(Arsyad, 1989 :209).
1) Kemiringan lereng
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan
bidang horizontal, dinyatakan dalam persen (%). Pembagian kelas lereng
adalah sebagai berikut :
2) Erosi
Tingkat kepekaan erosi dinilai berdasarkan nilai K. Nilai diperoleh
dari perhitungan beberapa data seperti tekstur tanah, struktur tanah,
kandungan organik tanah, dan permeanbilitas tanah. kelas yang
diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya nilai K atau kepekaan erosi
7
tanah tersebut”.35 Semakin kecil nilai K, semakin kurang peka tanah
terhadap erosi. Tingkat rendahnya erodibilitas tanah dipengaruhi oleh
keberadaan sebagai berikut :
4) Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai
sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
8
2 t1 = tanah bertekstur agak halus Tekstur lempung liat berpasir,
lempung berliat, lempung liat
berdebu
3 t2 = tanah bertekstur sedang Tektur
4 t3 = tanah bertekstur agak kasar Tekstur lempung berpasir,
lempung berpasir halus dan
lempung berpasir sangat halus
5 t4 = tanah bertekstur kasar Tekstur pasir berlempung dan
pasir
5) Permeabilitas
Permeabilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air meresap ke
dalam tanah melalui pori-pori tanah, baik horizontal (kemampuan tanah
dalam menyerap air) cepat lambatnya perembasan air ini sangat
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah, maka
semakin cepat pula perembasan air. Klasifikasi permeabilitas
dikelompokkan sebagai berikut pada tabel
6) Drainase
Drainase tanah adalah kemampuan tanah mengalir dan mengatur
kelebihan air yang berada dalam tanah maupun pada permukaan tanah. air
yang berlebihan mengenangi tanah disebabkan oleh pengaruh topografi,
air tanah yang dangkal, dan curah hujan”.31 Kriteria drainase tanah di
klasifikasikan sebagai berikut pada tabel
9
1 d1 = baik Tanah mempunyai peredaran udara yang
baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke
bawah (150 cm) berwarna terang yang
seragam dan tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat atau kelabu
2 d2 = agak baik Tanah mempunyai peredaran udara baik di
daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-
bercak kuning, coklat atau kelabu pada
lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah
(sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah)
3 d3 = agak buruk Lapisan atas tanah mempunyai peredaran
udara baikm tidak terdapat bercak-bercak
kuning, coklat atau kelabu. Bercak-bercak
terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah
(sekitar 40 cm dari permukaan tanah)
4 d4 = buruk Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan)
terdapat warna atau bercak-bercak berwarna
kelabu, coklat dan kekuningan.
5 d5 = sangat buruk Seluruh lapisan sampai permukaan tanah
berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah
berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak
berwarna kebiruan, atau terdapat air yang
menggenang di permukaan tanah dalam
waktu yang lama sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman.
10
pertumbuhan tanaman agak
terganggu
3 b2 = banyak 50-90 % volume tanah ; pengolahan
tanah sangat sulit dan pertumbuhan
tanaman terganggu
4 b3 = sangat banyak > 90 % volume tanah ; pengolahan
tanah tidak mungkin dilakukan dan
pertumbuhan tanaman terganggu.
Batuan lepas adalah batuan yang terbesar di atas permukaan tanah dan
berdiameter lebih besar dari 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu
memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan lepas
di atas permukaan tanah adalah sebagai berikut:
11
No Batuan tersingkap Ciri-ciri
1 b0 = tidak ada < 2% permukaan tanah tertutup
2 b1 = sedikit 2-10% permukaan tanah tertutup ;
pengolahan tanah dan penanaman
terganggu.
3 b2 = sedang 10-50% permukaan tanah tertutup;
pengolahan tanah da penanaman
terganggu
4 b3 = banyak 50-90% permukaan tanah tertutup;
penolahan tanah dan penanaman sangat
terganggu
5 b4 = sangat banyak > 90% permukaan tanah tertutup; tanah
sama sekali tidak dapat digarap
No Kerikil Ciri-ciri
1 b0 = tidak ada atau sedikit 0-15% volume tanah
2 b1 = sedikit 15-50% volume tanah
3 b2 = sedang 50-90% volume tanah
4 b3 = banyak > 90% volume tanah
No Kriteria Ciri-ciri
1 00 Tidak pernah : dalam periode satu tahun tanah tidak
12
pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam
2 01 Kadang-kadang : banjir yang menutupi tanah lebih dari
24 jam terjadinya tidak teratur dala periode kurang dari
satu bulan
3 02 Selama waktu satu bulan dalam waktu setahun, secara
teratur tertutup banjir dalam jangka waktu lebih dari 24
jam
4 03 Selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara
teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24
jam
5 04 Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah selalu dilanda
banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam.
9) Salinitas
Salinitas adalah keadaan dimana terjadi akumulasi garam terlarut
dalam tanah. sebagai berikut:
No Kriteria Ciri-ciri
1 g0 = bebas 0-0,15 % garam laut; 0-4 (EC x 103)
mmhos cm-1 pada suhu 250C
2 g1 = bebas 0,15 – 0,35 % garam laut; 4 – 8 (EC x
103) mmhos cm-1 pada suhu 250C
3 g2 = bebas 0,35 – 0,65 % garam laut; 8 – 15 (EC x
103) mmhos cm-1 pada suhu 250C
4 g3 = bebas > 0,65 % garam laut; > 15 (EC x 103)
mmhos cm-1 pada suhu 250C
13
4,0 – 4,5 3,4 – 3,9 Sangat masam h4
1). Kelas I.
14
Tanah pada kelas I mempunyai sedikit hambatan yang membatasi
penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan
pertanian (tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur
tanah diperlukan agar dapat mempertahankan kesuburan dan
produktivitasnya) mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian
pada umumnya), tanaman rumput, hutan dan cagar alam. Lahan kelas 1
mempunyai sifat-sifat lahan dan kualitas lahan sebagai berikut: (1)
terletak pada topografi hamper datar, (2) ancaman erosi kecil, (3)
mempunyai kedalaman tanah efektif yang dalam, (4) umumnya
berdrainase baik, (5) mudah diolah, (6) kapasitas menahan air baik, (7)
subur atau responsif terhadap pemupukan, (8) tidak terancam banjir, (9)
di bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman
umumnya.
15
tindakan-tindakan yang diperlukan bervariasi dari suatu tempat
ketempat lain, tergantung dari sifat-sifat tanah, iklim dan sistem usaha
tani yang dilakukan.
16
sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saliran bervegetasi,
dan pengendali di samping tindakan yang dilakukan untuk memelihara
kesuburan dan kondisi fisik tanah. Lahan di dalam kelas IV dapat
dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian pada
umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, padang pengembalan,
hutan lindung atau suaka alam. Hambatan atau ancaman kerusakan
lahan kelas IV disebabkan oleh salah satu kombinasi faktor-faktor
berikut: (1) lereng miring atau relief berbukit, (2) kepekaan erosi yang
besar, (3) pengaruh erosi agak berat yang telah terjadi, (4) tanahnya
dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6) sering tergenang
yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman, (7) kelebihan air dan
ancaman kejenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah didrainase,
(8) salinitas atau kandungan natrium yang tinggi, dan (9) keadaan iklim
yang kurang menguntungkan.
5). Kelas V.
Tanah pada lahan kelas V tidak terancam erosi, akan tetapi mempunyai
hambatan lain yang tidak dihilangkan dan membatasi pilihan
penggunaannya. Sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang
pengembalaan hutan produksi atau hutan lindung dan suaka alam.
Lahan di dalam kelas V mempunyai hambatan yang mempunyai pilihan
macam penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengelolaan tanah
bagi tanaman semusim. Lahan ini terletak pada topografi datar atau
hampir datar tetapi tergenang air, sehingga terlanda banjir, berbatu-batu
iklim yang kurang sesuai atau mempunyai kombinasi hambatan
tersebut. Contoh lahan kelas V adalah: (1) lahan yang sering dilanda
banjir, sehingga sulit dipergunakan untuk penanaman tanaman semusim
secara normal, (2) lahan datar yang berada pada kondisi iklim yang
tidak memungkinkan produksi tanaman secara normal. (3) lahan detar
atau hampir datar yang berbatu-batu dan (4) lahan tergenang yang tidak
layak didrainase untuk tanaman semusim tetapi dapat ditumbuhi rumput
atau pohon-pohonan.
17
6). Kelas VI.
Tanah pada lahan kelas VII tidak sesuai untuk budi daya pertanian. Jika
dipergunakan sebagai padang rumput atau hutan produksi harus
dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat. Lahan kelas VII
tidak peka erosi jika digunakan untuk tanaman pertanian harus dibuat
teras bangku yang ditunjang dengan cara-cara vegetatif untuk
konservasi tanah, disamping tindakan pemupukan. Lahan kelas VII
mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan berat dan tidak
dapat dihilangkan seperti: (1) terletak pada lereng yang curam, (2) telah
teresolasi sangat berat bahkan berupa erosi parit dan (3) daerah
perakaran sangat dangkal.
Tanah pada lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budi daya pertanian,
tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas
VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam
pembatas atau ancaman kerusakan pada kelas VIII dapat berupa: (1)
terletak pada lereng yang sangat curam, (2) berbatu atau (3) kapasitas
18
menahan air sangat rendah. Contoh kelas VIII adalah tanah mati, batu
tersingkap, pantai pasir dan puncak pegunungan.
Hambatan atau ancaman yang disebabkan oleh bahaya erosi, kelebihan air,
kedangkalan, batuan, kapasitas menahan air yang rendah, salinitas atau
19
kandungan garam, dapat diubah untuk sebagian dapat diatasi, merupakan
pembatas yang didahulukan dari pada iklim dalam menentukan sub kelas.
Tanda pada sub kelas dituliskan di belakang tanda kelas seperti IIIe, IVw
atau IVs.
5. Konservasi Tanah
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2010). Konservasi tanah bukan berarti
penundaan atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis
penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah berfungsi secara lestari.
Konservasi tanah dan air melalui pendekatan agroekosistem dapat
meningkatkan keuntungan usaha tani, memperbaiki ketahanan pangan, dan
meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan (FAO 2011). Upaya
lain yang dapat dilakukan yaitu menerapkan secara simultan tiga prinsip
20
konservasi tanah dan air, yaitu olah tanah minimum, penggunaan penutup
tanah permanen berupa residu tanaman dan atau tanaman penutup tanah
(cover crop), serta rotasi tanaman (FAO 2010).
Konservasi tanah secara vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara seperti tanaman penutup tanah (cover crop), wanatani
(agroforestry), teknik penanaman menurut strip (strip cropping), penghutanan
kembali (reforestatation), strip rumput (grass strip), barisan sisa tanaman
(trash line), dan penyiangan parsial (Kustantini, 2014)
21
tanaman semusim dapat bermanfaat bagi keberlanjutan sumber daya air-tanah
dan penyerapan karbon (Lal 2004).
Keberadaan perakaran dari tanaman pohon dapat memperbaiki sifat tanah
yaitu menciptakan agregasi yang lebih baik sehingga dapat mendukung
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan daya cengkram terhadap tanah,
sehingga tahan terhadap percikan air hujan dan tidak mudah longsor. Pada
lereng yang curam, aplikasi agroforestri dengan tanaman pertanian lainnya
(pangan/sayuran) dapat menghambat laju erosi dibandingkan dengan hanya
tanaman semusim. Terdapat proporsi tanaman tahunan dan tanaman semusim
yang berbeda-beda pada berbagai tingkat kelerengan. Pada kelerengan
22
Kebun Raya Sambas dirancang untuk menjadi kebun raya riparian pertama di
Indonesia dan berfungsi sebagai pusat konservasi dan pengembangan
tumbuhan riparian dataran rendah. Pengembangan Kebun Raya Sambas
sebagai pusat konservasi ex-situ tumbuhan Kalimantan dengan prioritas yang
endemis menjadi peluang peningkatan ekonomi yang bernilai tinggi seperti
tumbuhan tumbuhan kayu, buah-buahan, dan tumbuhan obat-obatan.
Berdasarkan hasil inventarisasi oleh LIPI tahun 2008 tercatat sekurang-
kurangnya 41 suku, 86 marga dan 113 jenis tumbuhan dapat ditemukan di
kawasan ini.
Potensi tumbuhan teretrial dataran rendah selain tersebut di atas yaitu untuk
bahan obat seperti Akar Kuning (Arcangelisia flava), Daun Asam (Begonia
bracteata), Mentagor (Calophyllum pulcherrimum), Kembang Semangkok
(Dipterocarpaceae). Potensi sebagai buah-buahan seperti Cempedak
(Artocarpus integer), Tampui Ceriak (Baccaurea dulcis), Tampui Hijau (B.
macrocarpa), Ulap Rambai (B. motleyana), Keranji (Dialium indum),
(Sudarmono, et, al., 2008).
Pada Peraturan Presiden No.93 tahun 2015 tentang Kebun Raya berperan
dalam rangka mengurangi laju degradasi keanekaragaman tumbuhan melalui
koleksi tumbuhan yang terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi.
23
Untuk Kebun Raya Sambas sendiri dalam perencanaan fisik dan tata ruang
kawasan yang perlu diperhatikan antara lain adalah kesesuaian dengan rencana
tata ruang kabupaten Sambas untuk mensinkronkan dengan pemanfaatan lahan
sekitar dan dukungan sarana prasarana. Dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten
Sambas, kawasan ini diperuntukkan untuk Kebun Raya sehingga pemanfaatan
untuk kebun raya sangat sesuai karena salah satu fungsi kebun raya juga untuk
konservasi. Saat ini sudah ada akses jalan yang langsung menghubungkan
lokasi kebun raya.
24
remaja, dewasa dan manula; g. memperbaiki iklim mikro; dan h. meningkatkan
cadangan oksigen dan reduksi karbon.
B. Kerangka Konsep
25
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kebun Raya Sambas terletak di desa Mukti Raharja dan desa Sungai Deden
dengan luas wilayah sekitar 311.73 Ha. Secara administrasif, batas Kebun Raya
Sambas berdasarkan peta administrasi Kebun Raya Sambas adalah :
26
Kelas Persentase
No Kemiringan Luas (Ha)
Lereng (%)
1 Datar 0-3 134.31 43.09
2 Landai/ berombak 3-8 177.42 56.91
Total 311.73 100
C. Iklim
Berdasarkan data curah hujan dari layanan online BMKG Stasiun
Meteorologi Paloh selama 10 periode 10 tahun terakhir (2010-2020) di Kabupaten
Sambas bahwa jumlah curah hujan rata-rata bulanan sebesar
Curah Hujan
No
Bulan (mm)
1 Januari 182.97
2 Februari 233.59
3 Maret 367.73
4 April 398.10
5 Mei 279.68
6 Juni 323.14
7 Juli 254.27
8 Agustus 474.21
9 September 209.20
10 Oktober 294.28
11 November 149.90
12 Desember 71.26
Rata-Rata Perbulan 269.86
Rata-Rata Pertahun 261.20
Temperatur
No
Bulan (0C)
1 Januari 26.15
2 Februari 26.10
3 Maret 26.69
4 April 27.36
5 Mei 27.86
6 Juni 27.60
7 Juli 27.30
8 Agustus 27.33
27
9 September 27.08
10 Oktober 26.94
11 November 26.68
12 Desember 26.49
Rata-Rata Perbulan 27.01
Rata-Rata Pertahun 27.12
D. Jenis Tanah
E. Penggunaan Lahan
No Keterangan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Hutan Lahan Rendah 285.07 91.45
2 Perkebunan 6.41 2.06
3 Semak dan Belukar 20.25 6.50
Total 311.73 100
F. Kependudukan
Berdasarkan angka hasil proyeksi, penduduk Kecamatan Subah pada tahun
2019 berjumlah sekitar 18.253 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 28
jiwa/km2 . Desa Bukit Mulya merupakan desa dengan tingkat kepadatan penduduk
tertinggi yaitu 138 jiwa/km2 . Sebaliknya, desa Sabung dengan luas sekitar 15,94
persen dari total wilayah Kecamatan Subah hanya dihuni 10 jiwa/km 2 . (BPS
Kecamatan Subah Dalam Angka, 2020).
28
Sedangkan di desa Mukti Raharja memiliki jumlah penduduk sekitar 1.409
jiwa yang terdiri dari 711 penduduk laki-laki dan 698 penduduk perempuan,
sedangkan di desa Sungai Deden memiliki jumlah penduduk sekitar 2.414 jiwa
yang terdiri dari 1.265 penduduk laki-laki dan 1.149 penduduk perempuan.
Penduduk di Kecamatan Subah rata-rata bekerja di bidang pertanian dan
perkebunan khususnya kebun kelapa sawit. (BPS Kecamatan Subah Dalam
Angka, 2020).
29
IV. METODELOGI PENELITIAN
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah :
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei lapangan melalui
pendekatan fisiografi dan analisis tanah akan dilaksanakan di laboratorium.
Penelitian terbagi menjadi beberapa kegiatan yaitu : persiapan, survei
30
pendahuluan, pelaksanaan di lapangan, analisis data laboratorium serta penyajian
hasil.
1. Persiapan
Tahapan persiapan dilakukan pengumpulan data dan informasi untuk
menunjang pelaksanaan penelitian berupa :
31
2. Survei pendahuluan
Tahapan survei pendahuluan merupakan kegiatan kunjungan langsung ke
lapangan untuk memperoleh gambaran umum mengenai lokasi penelitian dan
melakukan peninjauan lokasi titik pengamatan dan titik pengambilan sampel
tanah.
3. Pelaksanaan lapangan
Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer sesuai dengan
parameter yang akan diamati di lapangan meliputi : kemiringan lereng, erosi,
kedalaman efektif tanah, drainase, ancaman banjir dan kondisi kerikil dan
batuan. Pelaksanaan untuk analisis di laboratorium di lakukan pengambilan
sampel tanah sesuai dengan parameter berupa : tekstur tanah, permeabilitas
tanah, salinitas dan reaksi tanah (pH). Kegiatan dilapangan yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
a. Pengeboran tanah
32
Tabel
No Kode X Y
331623.66921 140620.16414
1 T1
2 3
331316.79592 141134.81466
2 T2
5 1
330960.58485 141027.68520
3 T3
0 3
331202.12029 140752.56257
4 T4
9 2
330990.22292 139949.58304
5 T5
4 6
330744.86806 140128.02294
6 T6
8 1
330354.53079 140079.69546
7 T7
9 9
330469.77323 140332.48532
8 T8
1 0
330133.09651 140013.29062
9 T9
8 9
329899.75299 140100.55731
10 T10
7 1
330023.06461 140092.96890
11 T11
4 4
329577.57375 140852.93501
12 T12
7 3
329611.03123 141168.92232
13 T13
8 6
329767.16614 141446.24766
14 T14
5 3
329975.34602 141390.48519
15 T15
3 6
330269.62294 141467.97658
16 T16
8 0
330451.65990 141388.92374
17 T17
3 6
330239.28836 141160.00033
18 T18
7 2
330332.79261 140903.40960
19 T19
7 3
20 T20 329897.78978 140809.55162
33
7 9
330052.32618 140485.57177
21 T21
8 9
Pembuatan profil dilakukan dengan cara membuat lubang pada lubang pada
tanah dengan ukuran 150 cm x 100 cm x 200 cm (panjang x lebar x dalam).
Pembuatan profil tanah akan dilakukan berdasarkan data hasil boring yang
telah di klasifikasikan. Pengamatan profil meliputi batas, bentuk horizon,
warna, tekstur, struktur, konsistensi, karatan, pori, kedalaman muka air tanah,
drainase, kedalaman perakaran dan sifat lainnya yang menunjang dalam
pengamatan.
4. Analisis data
Tahapan yang dilakukan pada saat analisis data yaitu :
Tumpang susun (overlay) peta jenis tanah, peta kelas lereng, dan peta
penggunaan lahan untuk menghasilkan peta satuan lahan berikut luasannya
dari hasil verifikasi lahan.
34
(matching) dengan kriteria klasifikasi kemampuan lahan dimulai dari kelas
dan sub-kelas untuk menentukan kelas kemampuan lahan beserta faktor
penghambatnya pada masing-masing satuan lahan. Tahap menghasilkan peta
kemampuan lahan dapat dilihat pada Gambar 1.
Tabel Atribut
5. Penyajian hasil
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel grafik dan peta-peta.
Peta yang akan disajikan antara lain :
D. Parameter Penelitian
1. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat (0) atau persen (%). Dua
titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10
meter membentuk lereng 10 persen. Pengamatan kemiringan lereng di
lapangan menggunakan alat ukur clinometer dengan satuan persen.
35
2. Erosi
Erosi merupakan perpindahan tanah permukaan, dapat juga termasuk
lapisan/bagian bawah (subsoil). Prosesnya dapat terjadi secara alamiah, atau
dipercepat akibat aktivitas manusia. Tingkat erosi dapat ditentukan dengan
melihat kerusakan tanah yang terjadi dilapangan sedangkan kepekaan erosi
ditentukan berdasarkan data tekstur, struktur, kandungan C-organik, dan
permeabilitas tanah. Di penelitiann ini erosi dikategorikan menjadi tingkat
bahaya erosi yang didapat dari hasil analisis Sistem Informasi Geografis
(SIG) dengan menggunakan metode RUSLE (Revised Universal Soil Loss
Equation) yang merupakan penyempurnaan dari metode sebelumnya. Data-
data yang digunakan dalam analisis ini berupa data curah hujan, peta jenis
tanah, peta kelas lereng, peta penggunaan lahan, dan citra satelit DEM
(Digital Elevation Mode).
4. Drainase Tanah
Drainase tanah menunjukan kecepatan mersapnya air dari tanah atau keadaan
tanah yang menujukan lama dan seringnya jenuh air. Pengukuran drainase
tanah secara langsung di lapangan dengan cara melihat warna tanah pada
profil/ minipit apakah berwarnan terang, pucat atau da bercak pada tanah.
36
keadaan banjir yang pernah terjadi sebelumnya dengan mewawancari
penduduk setempat.
7. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi pasir, debu, dan liat dalam
massa anah. Penetapan tekstur tanah dilapangan dilakukan dengan cara
memijat/ memirid tanah menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
merasakan tekstur kasar atau halusnya tanah. penentuan fraksi berdasarkan
hasil analisis di laboratorium dengan metode Pipet dan bouyoucos ( cara
hidrometer )
8. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air merembes ke dalam tanah ke arah
vertikal maupun horizontal melalui pori-pori tanah dalam keadaan jenuh air.
Pengukuran permeabilitas berdasarkan uji laboratorium menggunakan metode
Constat Head Permeameter untuk butiran kasar dan Variable/Falling Head
Permemeter untuk butiran halus.
9. Salinitas
Salinitas tanah adalah kandungan garam-garam yang berada di tanah.
pengukuran salinitas tanah dengan mengukur daya hantar listrik (dhl) atau
electrical conductivity (ec).
37
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 2010 . Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua. IPB Press, Bogor.
Balkwill, K., Coetzee, M., & Lotter, M. 2013. Conservation: Principles too guide a
Land Optimitation Strategy in Mpumalanga. South African Journal of
Botany, 86, 167-168.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 tahun 2011 Tentang Kebun Raya,
LIPI, 2011,
Riquier, J. 1977. Philosophy of the world Assessment of Soil Degradation and Items
for Discussion. FAO Soils Bull, Rome.
Sitorus RPS. (2010). Land Capability Classification For Land Evaluation: Review.
Jurnal Of Agricultured Land Resource, 4 (2), 69-78.
Yalew.D., and Yilak, T., 2014. A GIS based Land Capability Classification of
Guang Watershed, Highlands of Ethiopia. Journal Of Agricultural and
Biological Sscience, 6 (4), 46-55.
38