Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

KAJIAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR TERHADAP


LINGKUNGAN DI DESA NAPA KECAMATAN MAWASANGKA
KABUPATEN BUTON TENGAH

OLEH :
FIRMAN
171320491

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER
KOLAKA
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal oleh

Nama : Firman

NIM : 171320491

Program Studi : Pendidikan Geografi

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul : Kajian Dampak Penambangan Pasir Terhadap

Lingkungan Di Desa Napa, Kecamatan Mawasangka,

Kabupaten Buton Tengah.

Telah diperiksa dan disetujui untuk dihadapkan dihadapan panitia ujian


Proposal Penelitian pada Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sembilanbelas November Kolaka.

Kolaka, Desember 2020

Menyetujui :
Doden Pembimbing

Pembimbing1 Pembimbing 2

Nasarudin, S.Pd.,M.pd Sudarwin Kamur, S.Si.,M.Pd


NIDN.0018088504 NIP.198910272019031010

Mengetahui :
Ketua Program Studi

Andri Estining Sejati, S.Pd.,M.Pd


NIP.199006032018031001

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................4
1.3 Tujuan ......................................................................................................4
1.4 Manfaat ....................................................................................................5
1.5 Batasan Masalah.......................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................6


2.1 Kajian Teori dan Konsep .........................................................................6
2.1.1 Penambangan ...............................................................................6
2.1.2 Penggolongan Bahan Galian ........................................................8
2.1.3 Penambangan Bahan Galian C ....................................................10
2.1.4 Penambangan Pasir .....................................................................12
2.1.5 Dampak Penambangan Terhadap Lingkungan ...........................14
2.2 Penelitian Yang Relavan .........................................................................19
2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................24


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................24
1. Waktu Penelitian ...............................................................................24
2. Lokasi Penelitian ...............................................................................25
3.3 Subjek Penelitian.....................................................................................25
3.4 Definisi Operasional................................................................................26

iii
1. Dampak Lingkungan .........................................................................26
2. Penambangan ....................................................................................26
3. lingkungan ........................................................................................27
3.5 Desain dan Prosedur Penelitian ...............................................................27
3.6 Instrumen Penelitian................................................................................28
1. Pedoman Wawancara ........................................................................28
2. Dokumen ...........................................................................................28
3.7 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................28
1. Metode Interview ..............................................................................29
2. Metode Dokumentasi ........................................................................29
3. Metode Observasi..............................................................................30
3.8 Teknik Analisis Data ...............................................................................30
1. Reduksi Data .....................................................................................31
2. Penyajian Data ..................................................................................31
3. Pengambilan Kesimpulan..................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2.1 Waktu Penelitian ..............................................................................24

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Penelitian.................................................................................23
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian .....................................................................25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah

satunya adalah sumber daya mineral yang lebih banyak dipergunakan sebagai

bahan baku industri. Kegiatan penambangan pada hakekatnya adalah kegiatan

manusia dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya

yang meliputi air, udara, tanah dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

(Taufik dkk, 2019).

Kegiatan pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan

pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa

industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja bagi Kabupaten dan Kota

yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (Yudhistira dkk, 2012).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020,

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka,

pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan

atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan

penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Pemerintah Republik Indonesia sendiri membagi bahan galian menjadi 3

golongan, antara lain: Bahan galian golongan A (bahan galian strategis), Bahan

galian golongan B (bahan galian vital), bahan galian golongan C (bahan galian

non strategis dan non vital (UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup).

1
Undang-Undang Nomor 39 tahun 1960 tentang penggolongan bahan

galian, dijelaskan bahwa bahan galian c merupakan golongan bahan galian yang

tidak termasuk golongan a dan b seperti batu kapur, gips, tanah liat, pasir kwarsa,

napal berkapur, kaolin, batu tulis, batu apung, dan bahan galian lain yang tidak

ada di bahan galian a dan b.

Keppres No. 33 Tahun 2002 dijelaskan bahwa pasir pantai adalah salah

satu sumberdaya alam yang bersifat tidak dapat pulih (non renewable resource)

yang telah lama dimanfaatkan dan akhir akhir ini menjadi hal penting baik pada

skala nasional maupun daerah. Pasir laut adalah bahan galian C yang terletak pada

wilayah perairan indonesia yang tidak mengandung unsur mineral golongan A

dan/atau B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan

Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti

pasir (galian C) merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik

secara fisik, ekonomi maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan

sumberdaya yang mampu menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk

suatu negara. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir

tampak semakin meningkat seiring dengan semakin berkembangnya

pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik di berbagai daerah di

Indonesia (Taufik dkk, 2019).

Kegiatan penambangan selain dapat meminimalisir banyaknya

pengangguran dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Kegiatan

penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena adanya

perusakan lingkungan, apalagi penambangan tanpa adanya izin usaha

2
pertambangan (IUP) yang selain merusak lingkungan juga dapat membahayakan

para penambang dan masyarakat dikarenakan minimnya pengetahuan terhadap

pengelolaan lingkungan dan tidak adanya pengawasan dari dinas terkait.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang pengelolaan

lingkungan, pengrusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan

perubahan langsung/tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan atau hayati

lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Profil Kabupaten Buton Tengah di jelaskan bahwa hampir seluruh

daratannya berasal dari endapan batu gamping. Kondisi geografis pada bagian

barat, selatan dan timurnya di dominasi oleh dataran pantai yang menjadikan

wilayah pesisir kaya akan hamparan pasir putih.

Kegiatan penambangan di wilayah pesisir Desa Napa telah lama

dilakukan oleh masyarakat sebelum adanya pemekaran. Dalam terbentuknya

daerah otonomi baru, Kabupaten Buton Tengah mengalami peningkatan

pembangunan yang pesat sehingga memerlukan bahan material berupa pasir

banyak.

Aktivitas Penambangan pasir yang terus menerus di Desa Napa dapat

berdampak pada kerusakan lingkungan pesisir seperti meningkatnya abrasi,

kerusakan vegetasi, dan kerusakan tanggul penahan ombak. Tingginya permintaan

pasir membuat banyak masyarakat melakukan penambangan pasir secara besar-

besaran. Aktifitas ini sudah lama dilakukan oleh sebagian masyarakat yang

menggantungkan hidupnya di penambangan pasir di wilayah Desa Napa,

Kecamatan Mawasangka

3
Kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir Desa Napa

disebabkan oleh aktivitas fisik manusia yaitu adanya penambangan pasir yang

dilakukan secara terus-menerus tanpa memperhatikan dampak yang akan di

timbulkan. Dengan adanya kegiatan penambangan tersebut, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian dengan judul analisis dampak penambangan pasir terhadap

lingkungan di Desa Napa, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, di rumuskan masalah

penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana dampak penambangan pasir terhadap lingkungan di Desa Napa,

Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah?

2) upaya pemerintah untuk mengantisipasi abrasi di wilayah penambangaan

pasir di Desa Napa, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dampak penambangan pasir terhadap lingkungan di

Desa Napa, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah.

2. Mengetahui Langkah apa yang akan diambil pemerintah untuk mencegah

tingginya abrasi diwilayah penambangaan pasir di Desa Napa, Kecamatan

Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah

4
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Menjadi bahan kajian (referensi) terhadap penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

menjadi bahan masukan untuk Pemerintah Kabupaten Buton Tengah

khususnya Desa Napa.

1.5 Batasan masalah

1. Ruang Lingkup Wilayah

Secara administrasi kawasan penelitian berada di Desa Napa, Kecamatan

mawasangka, Kabupaten Buton Tengah.

2. Ruang Lingkup Substansi

Adapun ruang lingkup substansi pada penelitian ini adalah pengaruh

penambangan pasir terhadap lingkungan Desa Napa, Kecamatan

Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori dan Konsep

2.1.1 Penambangan

Menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan atau pemurnian atau pengembangan dan atau

pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Ketentuan umum dalam undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2020 yang

dimaksud dengan:

1. Bahan Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang

memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau

gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

2. Bahan galian adalah adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih

dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan

endapanendapan alam.

3. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.

4. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau

batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,

6
study kelayakan, kontruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

5. Izin Usaha Pertambangan adalah izin untuk melaksanakan usaha

pertambangan.

6. Izin Pertambangan Rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha

pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan

investasi terbatas.

7. Pengelolaan Pertambangan adalah Pengelolaan pertambangan yang

berasaskan manfaat, keadilan dan keseimbangan; Keberpihakan kepada

kepentingan bangsa; partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas; berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan.

8. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh

informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi, sebaran,

kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai

lingungan sosial dan lingkungan hidup.

9. Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara terperinci seluruh aspek yang berkaitan dengan

menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk

analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang.

10. Reklamasi Tambang adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas

lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntuknya

7
Penambangan merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana

(manual) maupun mekanis yang meliputi persiapan pemberaian, pemuatan dan

pengangkutan bahan galian. Barang galian yang terdapat dalam wilayah hukum

pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang merupakan karunia

Tuhan berupa endapan-endapan alam. Barang galian ini dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Ini merupakan rangkaian kegiatan dalam

rangka upaya pencarian, penambangan, pengolahan, pemanfaatan dan penjualan

bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Usaha penambangan

merupakan usaha untuk melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, produksi,

pemurnian, dan penjualan. Bahan galian strategis merupakan bahan galian untuk

kepentingan pertahanan keamanan serta perekonomian Negara (Widiyani, 2017).

2.1.2 Penggolongan Bahan Galian

Dalam Undang-Undang Pertambangan Nomor 37 Tahun 1960 serta di

dalam Undang-Undang Pokok Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967 pasal 3,

adanya penggolongan bahan galian, yaitu: (Undang-Undang Pertambangan, 1960)

1) Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) adalah bahan galian yang

mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kehidupan Negara, misalnya

: gas alam, batubara, timah putih, besi dan nikel. Bahan galian ini dikuasai

oleh Negara.

2) Bahan galian golongan B (bahan galian vital) adalah bahan galian yang

mempunyai peranan penting untuk kelangsungan kegiatan perekonomian

Negara dan dikuasai oleh Negara dengan menyertakan rakyat, misalnya: emas,

perak, intan, timah hitam, belerang dan air raksa. Bahan galian ini dapat

8
diusahakan oleh Badan Usaha Milik Negara ataupun bersama-sama dengan

rakyat.

3) Bahan galian golongan C (tidak termasuk strategis dan vital) adalah bahan

galian yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat,

misalnya : batu kali, batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil, pasir

urug.

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1980 bahan galian di terbagi

atas tiga golongan.

1. Golongan bahan galian yang strategis adalah :

 minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam

 blitumen padat, aspal

 antrasit, batubara, batubara muda

 uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya

 nikel, kobalt,

 timah

2. Golongan bahan galian yang vital adalah

 besi, mangan, moliden, khrom, wolfram, vanadium, titan,

 bauksit, tembaga, timbal, seng

 emas, platina, perak, air raksa, intan

 arsin, antimony, bismuth

 yttrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka laimnya

 berilium, kurondum, zircon, Kristal kwarsa

 kriolit, fluorspar, barit

9
 yodium, brom, khlor, belerang

3. golongan bahan galian yang tidak termaksud golongan a atau b adalah

 nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu

 asbes, talk, mika, granit, magnesit

 yarosit, leusit, tawas, oker

 batu permata, batu setengah permata

 pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit

 batu apung, tras, obsidian,perlit, tanah diatome, tanah serap,

 marmer, batu tulis

 batu kapur, dolomit, kalsit

2.1.3 Penambangan bahan galian C (golongan bahan galian yang tidak

termaksud golongan a atau b adalah)

Kegiatan penambangan yang mengeksploitasi bahan galian dari perut

bumi secara langsung melakukan perusakan atau merubah rona permukaan bumi.

Untuk menghindari kerusakan dan dapat mempengaruhi tata kehidupan ekosistem

dan lingkungan baik terhadap alam sendiri maupun terhadap hewan, tumbuh-

tumbuhan dan manusia perlu pengawasan yang semaksimal mungkin terhadap

alam terutama perusakan dari perilaku manusia seperti penambangan galian C

yang banyak dilakukan oleh masyarakat.

Penambangan galian C akan mengakibatkan kerusakan permukaan lahan

(tanah) yaitu terjadinya perubahan permukaan lahan (bentang alam) yaitu bekas

galian akan meninggalkan lubang besar yang digenangi air dan menjadi sarang

nyamuk yang akan menjadi sumber penyakit, rusaknya jalan yang menjadi sarana

10
transportasi masyarakat dan akan mengakibatkan pencemaran udara pada musim

kemarau.

Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti

pasir (Galian C) merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan

baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Namun disisi lain, kegiatan ini bisa

berdampak negative bagi lingkungan disekitar kegiatan penambangan.

Dalam Keppres No. 33 Tahun 2002 dijelaskan bahwa Pasir laut adalah

salah satu sumberdaya alam yang bersifat tidak dapat pulih (non renewable

resource) yang telah lamadimanfaatkan dan akhir akhir ini menjadi hal penting

baik pada skala nasional maupun daerah. Pasir laut adalah bahan galian C yang

terletak pada wilayah perairan indonesia yang tidak mengandung unsur mineral

golongan a dan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi

pertambangan

Pasir merupakan komoditas tambang yang berperan penting sebagai bahan

baku material untuk berbagai pembangunan infrastruktur. Penambangan pasir

dapat menyerap tenaga kerja dan tumbuhnya kesempatan berusaha masyarakat

sekitar, Namun, apabila penambangan pasir tidak dikelola dengan baik maka akan

menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan dan fungsi lingkungan seperti

menyebabkan terjadinya pengikisan terhadap humus tanah, terbentuknya lubang-

lubang besar dan mengakibatkan erosi (Suherman dkk, 2015).

11
2.1.4 Penambangan pasir

Penambangan pasir di pantai memang dianggap memberikan kontribusi

yang cukup besar bagi masyarakat. Kegiatan penambangan pasir pantai sering

dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan, hal itu dapat

terjadi apabila kegiatan penambangan tidak terkendali pasti akan menimbulkan

dampak lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif (Syafruddin &

Ihsan, 2018)

Kondisi lingkungan sekitar penambangan pasir menjadi rusak dari

kegiatan penambangan pasir hingga mengakibatkan banyaknya terjadi seperti

kerusakan secara fisik. Selain itu, juga terjadinya perubahan pada garis pantai

yang mengakibatkan terjadinya abrasi disepanjang kawasan pesisir pantai. Maka

secara langsung air laut bisa masuk kelahan pertanian dibeberapa lahan milik

petani disekitar kawasan pesisir sepanjang pantai. Jika kegiatan penambangan

tidak dikelolah dengan baik dan benar maka maka akan muncul dampak disekitar

lingkungan, Setiap kegiatan penambangaan pasti akan menimbulkan dampak di

lingkungan sekitar area penambangan, berupa dampak yang muncul dari proses

penambangan pasir, yaitu dampak terhadap lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi

dimasyarakat (Rahman & Sumktaki, 2020)

Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat

permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan

topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit

selama masa pertambangan, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula

(Rahman & Sumktaki, 2020).

12
Cara penambangan pasir yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat

sederhana diantaranya linggis, cangkul, dan sekop. Cara penambangan tradisional

memiliki tahapan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, proses ini diawali dengan pengangkutan berbagai jenis

peralatan tambang, dan selanjutnya adalah pembuatan/pembukaan jalan untuk

proses pengangkutan.

2. Tahap eksploitasi atau penggalian, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

utamanya berupa penambangan atau penggalian pasir.

3. Tahap pengangkutan, Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah ketika

alat-alat berat mulai masuk ke lokasi penambangan untuk mengangkut pasir.

Kegiatan penambangan yang mengeksploitasi bahan galian dari perut

bumi secara langsung melakukan perusakan atau merubah rona permukaan bumi.

Untuk menghindari kerusakan dan dapat mempengaruhi tata kehidupan ekosistem

dan lingkungan baik terhadap alam sendiri maupun terhadap hewan, tumbuh-

tumbuhan dan manusia perlu pengawasan yang semaksimal mungkin terhadap

alam terutama perusakan dari perilaku manusia seperti penambangan galian C

yang banyak dilakukan oleh masyarakat (Rahman & Sumktaki, 2020).

Kegiatan penambangan yang dilakukan secara terus-menerus dalam skala

besar, akan mengakibatkan kerusakan lingkungan khususnya kerusakan fisik

permukaan tanah. Kegiatan penambangan ini mengakibatkan banyaknya

lubanglubang bekas galian yang dibiarkan tanpa ada pemanfaatan serta perbaikan

selanjutnya. Lubang-lubang bekas galian ini akan mengakibatkan daya tahan

lahan atau tanah berkurang, sehingga sangat mudah terjadi longsor. Tidak jarang

13
lahan-lahan bekas galian akan terlantar begitu saja sehingga lebih cenderung

ditumbuhi oleh rumputrumput liar. Tidak jarang pula lahalahan bekas galian

terbengkalai begitu saja sehingga menjadi lahan gersang tanpa ada tumbuhan yang

dapat tumbuh karena tidak adanya unsur organik tanah. Lahan-lahan bekas galian

ini seharusnya lebih mampu dimanfaatkan sehingga lebih bermanfaat bagi

masyarakat dari pada harus dibiarkan menjadi lahan kosong yang tidak berguna

2.1.5 Dampak penambangan terhadap lingkungan

Perusakan lingkungan apabila ditinjau dari peristiwa terjadinya dapat

dibagi menjadi dua yaitu kerusakan yang terjadi dengan sendirinya yang

disebabkan oleh alam , perbuatan manusia dan disebabkan pencemaran baik yang

berasal dari air udara maupun tanah. Kerusakan lingkungan adalah perubahan

langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia atau hayati lingkungan

hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan

penambangan khususnya pasir dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan yang dapat

merubah permukaan bumi (Widiyani, 2017)

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Pasal 20 menyebutkan

bahwa:

1. Barang siapa merusak atau mencemarkan lingkungan hidup memikul tangung

jawab dengan kewajiban membayar ganti rugi kerugian kepada penderita yang

telah dilanggar haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

2. Tata cara pengaduan oleh penderita, tata cara penelitian tim tentang bentuk,

jenis dan besarnya kerugian serta tata cara penuntutan ganti kerugian diatur

dengan peraturan perundang-undangan.

14
3. Barang siapa merusak atau mencemarkan ligkungan hidup memikul tanggung

jawab membayar biaya pemulihan lingkungan hidup kepada negara.

Kondisi lingkungan sekitar penambangan pasir menjadi rusak dari

kegiatan penambangan pasir hingga mengakibatkan banyaknya terjadi seperti

kerusakan secara fisik. kegiatan penambangaan pasti akan menimbulkan dampak

di lingkungan sekitar area penambangan, berupa dampak yang muncul dari proses

penambangan pasir, yaitu dampak terhadap lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi

dimasyarakat (Rahman & Sumktaki, 2020)

Kerusakan sumber daya alam terus mengalami peningkatan baik dalam

jumlah maupun dalam bentuk wilayahnya. Kerusakan fisik tersebut disebabkan

oleh tingginya eksploitasi yang dilakukan. Sehingga masalah lingkungan seperti

pencemaran, kerusakan, dan bencana dari tahun ketahun tidak dapat dipungkiri.

Kondisi tersebut menyebabkan menurunya kualitas lingkungan dan juga

memberikan dampak yang sangat serius bagi kesehatan dan jiwa manusia (Halim

dkk, 2019)

Kegiatan penambangan pasir dapat menyebabkan lingkungan yaitu

berdampak adanya lahan yang rawan longsor potensi terjadinya banjir, terjadinya

polusi asap dan debu berupa udara, masuk keluar kendaraan area penambangan da

sebagian jalan n rusak,menjadi hilangnya pemandangan yang sejuk dan segar

(Indarta, 2020)

Widiyani (2017) menyebutkan Dalam Pasal 3 ayat 1 Usaha atau kegiatan

yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

lingkungan hidup meliputi :

15
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam

2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak

terbaharui

3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya

alam dalam pemanfaatannya

4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya

5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian

kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya

6. Introduksi jenis tumbuh -tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik.

Dara & Sugiri (2014), menyebutkan dampak kegiatan penambangan pasir

adalah sebagai berikut.

1. Abrasi Pantai

Lamanya dampak akan terjadi selama perusahaan masih beroperasi hingga

pada tahap pasca operasi tambang. Kegiatan tambang pasir besi berdampak

negatif terhadap morfologi lahan karena dapat menimbulkan dampak turunan

berupa abrasi yang merugikan masyarakat. Proses alami dan aktivitas manusia

juga dapat menyebabkan abrasi pantai. Keterkaitan ekosistem, maka

perubahan hidrologis dan oseanografis juga dapat mengakibatkan erosi

kawasan pesisir.

16
2. Perubahan Bentuk Pesisir

Kegiatan penggalian tentu saja akan merubah bentuk sebagian wilayah

penambangan memperluas bentuk dan lubang-lubang galian. Dengan adanya

penggalian pasir besi dapat dipastikan kedalaman lubang lubang tersebut akan

menjadi 7 hingga 8 meter.

3. Rentan Terhadap Bencana

Kegiatan pertambangan yang setiap harinya beroperasi selama bertahun-tahun

mengakibatkan perubahan bentuk yang drastis di kawasan pesisir areal

tambang Hal ini sangat membahayakan warga, dan debit air akan mengalami

perubahan struktur, ancaman terhadap kekeringan dan banjir yang mendadak

akibat iklim yang tidak menentu, merupakan ancaman utama bagi warga.

4. Kebisingan serta kerusakan jalan

Kebisingan Kegiatan tambang pasir besi pada tahap prakonstruksi berupa

mobilisasi alat-alat berat dipastikan ini akan meningkatkan kebisingan di areal

tambang dan pemukiman masyarakat. Tingkat kebisingan akan semakin

bertambah ketika operasional pertambangan mulai berjalan normal

Rahmawati (2019), mengungkapkan bahwa beberapa dampak pada

perubahan lingkungan fisik yang terjadi akibat adanya penambangan pasir antara

lain sebagai berikut.

1. Terjadi Perubahan Garis Pantai

Terjadi perubahan garis pantai disebabkan oleh aktifitas penggalian pasir yang

meninggalkan lubang bekas galian. Lubang galian tersebut akan terisi oleh air

secara terus menerus dan mengakibatkan terkikisnya daratan pantai yang

17
disebabkan oleh ombak yang mengikis dan membawa material pasir, sehingga

terjadi perubahan garis pantai.

2. Lingkungan dan Vegetasi di Sekitar Pantai

Lingkungan dan vegetasi di sekitar pantai mengalami kerusakan yang

disebabkan oleh terkikisnya daratan pantai. Daratan pantai yang semula

dipenuhi oleh tumbuhan seperti pohon kelapa tumbang akibat hilangnya

material pasir secara terus menerus, dimana material pasir merupakan

penopang bagi tumbuhan tersebut. Bahkan lahan milik orang lain pun yang

tidak dijual ikut terkikis karena material pasir yang mudah diangkut oleh air.

3. Kerusakan Tanggul Penangkal Ombak

Tanggul yang dibuat sebagai penangkal ombak ikut rusak disebabkan oleh

kegiatan penambangan tersebut. Tanggul tersebut sangat penting bagi

masyarakat nelayan karena tanggul tersebut berfungsi sebagai penangkal

ombak sekaligus tempat berlabunya kapalkapal bagi nelayan. Keadaan bekas

penambangan yang tidak teratur dan berlubang menambah kesulitan

masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan

4. Kekhawatiran Masyarakat

Adanya kekhawatiran masyarakat setempat jika penambangan ini tidak segera

dihentikan maka daratan terus menerus terkikis sehingga menyebabkan air

naik hingga mencapai pemukiman dan jalan

18
2.2 Penelitian Yang Relavan

Penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh :

1. Yani Taufik, Surdin, La Ode Nursalam (2019) dengan judul Dampak

Penambangan Pasir Terhadap Abrasi Pantai Di Desa Sombano Kecamatan

Kaledupa Kabupaten Wakatobi. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian menunjukan

bahwa aktivitas penambangan pasir pantai dapat menimbulkan abrasi pada

pesisir pantai di Desa Sombano. Abrasi pantai yang terjadi mengakibatkan

perubahan garis pantai, kerusakan dan vegetasi di sekitar pantai, tanggul

rusak akibat aktivitas penambangan pasir, dan kekhawatiran masyarakat

akan terjadi kenaikan air laut dipemukiman

2. Joseph Y A Dara, dan Agung Sugiri (2014) dengan Judul Kajian

Penanganan Dampak Penambangan Pasir Besi Terhadap Lingkungan Fisik

Pantai Ketawang Kabupaten Purworejo. penelitian ini menggunakan

metode pendekatan deskriptif analitis. Analisis yang digunakan adalah

analisis deskriptif kualitatif yang Meliputi analisis dampak serta analisis

pendekatan lingkungan dan analisis pendekatan teknologi. Hasil dari

penelitian ini adalah rekomendasi untuk pemerintah, masyarakat maupun

instansi terkait untuk menyelesaikan usaha reklamasi, melakukan

penghijauan kembali, memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat

penambangan pasir besi dan usaha usaha lain untuk mendukung kegiatan

19
masyarakat terkait penambangan pasir besi. Dengan rekomendasi ini

diharapkan lingkungan Pantai Ketawang dapat berfungsi seperti sedia kala

3. Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto (2011) dengan judul

Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan

Pasir Di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi. Metode

penelitian yang digunakan metode analisis kuantitatif. .Hasil penelitian

menunjukkan tingkat erosi di lokasi penambangan pasir adalah moderat

dan ringan dan menimbulkan dampak fisik lingkungan seperti tanah

longsor, berkurangnya debit air permukaan (mata air), tingginya lalu lintas

kendaraan membuat mudah rusaknya jalan, polusi udara, dan dampak

sosial ekonomi. Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena

sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir,

adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk

diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut

menambang sehingga dapat menimbulkan konflik, adanya ketakutan

sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi

longsor.Berdasarkan analisis SWOT maka langkah-langkah yang perlu

dilakukan untuk menghindari dampak lingkungan adalah dengan

memanfaatkan teknologi konservasi lahan dan penegakan hukum melalui

peraturan perundangan yang jelas, transparan dan akuntabel serta

pelibatan peran aktif masyarakat.

4. Christiani Tanuri (2020) dengan judul Penambangan Pasir Laut Yang

Menimbulkan Kerusakan Lingkungan Di Tinjau Dari Undang-Undang

20
Nomor 27 Tahun 2007. Tipe penelitian yang digunakan untuk membahas

permasalahan ini adalah Yuridis Normatif yang merupakan penelitian

kepustakaan, yaitu penelitian yang didasarkan atas peraturan perundang-

undangan dan literatur-literatur yang ada relevasinya dengan materi yang

dibahas. Berdasarkan uraian dan pembahasan sebagaimana yang

sebelumnya telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa A yang melakukan

pertambangan pasir laut di Kawasan lindung yang menimbulkan

kerusakan lingkungan dapat dikenakan pidana sesuai dengan Pasal 73

huruf d Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka berpikir digunakan dalam sebuah penelitian sebagai dasar acuan

untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti. Kerangka berpikir dalam suatu

penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan

dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2017)

Hamparan Pasir putih merupakan bahan galian golongan C yang

membentang disekitaran pesisir Desa Napa, Kecamatan Mawasangka. Keberadaan

pasir ini dapat dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Napa untuk pemenuhan

kebutuhan bangunan yang ada di desa napa tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya penduduk yang

mengakibatkan banyaknya penggunaan pasir sebagai bahan bangunan, kegiatan

penambangan pasir ini menjadi lebih luas yang kemudian berdampak pada

kerusakan lingkungan itu senndiri. Dengan munculnya permasalahan tersebut,

21
bellum membuat pemerintah setempat untuk melakukan pemberhentian kepada

pemilik lahan untuk tidak melanjutkan kegiatan penambangan tersebut yang bisa

membuat lingkungan penambangan tersebut bertambah rusak. dengan adanya

masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak

yang dihasilkan penambangan pasir diwilayah pesisir sehingga nantinya bisa

menjadi bahan pertimbangan pemerintah setempat untuk pemberhentian

penambangan pasir di Desa Napa.

22
(Gambar 2.1 Alur penelitian)

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode

penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive sampling

(Sugiyono, 2015)

Penelitian ini mendeskripsikan perihal dampak dari kegiatan penambangan

pasir terhadap lingkungan di Desa Napa serta hal dilakukan untuk mengetahui

dampaka penambangan pasir yang terjadi di wilayah tersebut.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Sumber : olahan peneliti 2020


(Tabel 3.2.1 Waktu Penelitian)

24
2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini terletak di Desa Napa, Kecamatan Mawasangka,

Kabupaten Buton Tengah.

(Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian)

3.3 Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan suatu atribut, sifat, atau nilai dari orang,

objek serta kegiatan yang mempunyai variabel tertentu, ditetapkan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa peneliti kualitatif sebagai human

instrument, berfungsi menetapkaan focus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulaan atas temuannya.

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik

lahan galian pasir yaitu Bapak Sudarmanto. Kepala Desa yaitu bapak Abdul Azis

25
Ansar, Sekretaris Desa yaitu Bapak Didit Setriyanto, 5 Masyarakat Desa yaitu

Karuniya, Alharis Akbar, Jasmin, Rinto Agus, dan Hafiyani serta 10 pekerja

pekerja tambang.

3.4 Definisi operasional

1. Dampak lingkungan

Dampak lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh

suatu komponen lingkungan tertentu pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat

adanya kegiatan tertentu. Perusakan lingkungan apabila ditinjau dari peristiwa

terjadinya dapat dibagi menjadi dua yaitu kerusakan yang terjadi dengan

sendirinya yang disebabkan oleh alam , perbuatan manusia dan disebabkan

pencemaran baik yang berasal dari air udara maupun tanah.30 Kerusakan

lingkungan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik,

kimia atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan

lingkungan hidup. Kegiatan penambangan khususnya pasir dan lain-lain dikenal

sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi (Widiyani, 2017)

2. Penambangan

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,

penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pasca tambang (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral Dan Batubara)

26
3. Lingkungan

Lingkungan adalah gabungan semua hal di sekitar kita yang

mempengaruhi hidup kita. Suhu udara yang panas dan lembab membuat kita

gerah, sebaliknya suhu udara yang amat dingin membuat kita menggigil. Bukan

hanya suhu, kualitas udara yang lain, misalnya kandungan gas dan partikel juga

mempengaruhi hidup kita. Udara yang berbau busuk dan berdebu

mengganggu kenyamanan hidup kita.Jadi udara merupakan salah satu unsur

lingkungan bagikita. Air juga merupakan komponen lingkungan kita karena

kualitas dan kuantitas air mempengaruhi hidup kita. Air yang bersih dapat

menjadi minuman yang menyehatkan,sebaliknya air yang kotor dapat

mendatangkan penyakit (Wiryono, 2013).

3.5 Desain dan prosedur penelitian

Dalam penelitian ini, tahapan-tahapan yang aka dilakukan adalah sebagai

berikut.

1. Merumuskan latar belakang terkait masalah dalam dampak yang dihasilkan

oleh penambangan pasir

2. Studi literature yang teerdiri dari konsep penambangan, dampak lingkungan

3. Pengumpulan data primer dan data sekunder

4. Analisis data kualitatif

5. Penarikan kesimpulan dan saran

27
3.6 Instrument penelitian

Dalam penelitian ini, instrument yang akan di gunakan adalah :

1. Pedoman wawancara

wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal atau semacam

percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Wawancara dalam

penelitian ini dilakukan dengan sumber data primer yakni 3 orang pemilik lahan

galian pasir yaitu Bapak Sudarmanto, Omo, dan tamsir. Kepala Desa yaitu bapak

Abdul Azis Ansar, Sekretaris adesa yaitu Bapak Didit Setriyanto, 5 Masyarakat

Desa yaitu Karuniya, Alharis Akbar, Jasmin, Rinto Agus, dan Hafiyani serta 10

pekerja pekerja tambang.

2. Dokumen

Sedangkan menurut Sugiyono, dokumen adalah catatan peristiwa yang

sudah belalu. Dokumen yang dibutuhkan yakni studi pnelitian terdahulu untuk

mrndukung penelitian yang dilakukan peneliti dan dokumentasi berupa

fotosebagai pelengkap data observasi.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Agar dalam pengumpulan data baik, penelitian ini peneliti menggunakan

metode dalam pengumpulan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah: Observasi lapangan yaitu suatu teknik penyaringan data melalui

pengamatan langsung di lapangan secara sistematika mengenai fenomena yang

diteliti.

28
1. Metode Interview

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk untuk bertukar informasi

dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu,

Sugiyono (2017), Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah jenis wawancara yang bertujuan

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Pedoman yang digunakan berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan di tanyakan pada 3 orang pemilik lahan

galian pasir yaitu Bapak Sudarmanto, Omo, dan tamsir. Kepala Desa yaitu bapak

Abdul Azis Ansar, Sekretaris adesa yaitu Bapak Didit Setriyanto, 2 orang Guru

yaitu Alharis Akbar (Pendidikan Biologi) dan Hafiyani (Pendidikan Geografi),

Masyarakat yang tinggal di sekitar area penambangan pasir, serta 20 pekerja

pekerja tambang.

2. Metode dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalkan catatan harian sejarah, biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar

hidup, sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat

berupa gambar, patung, film. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif

(Sugiyono, 2017).

29
3. Metode observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang diselidik. Melalui metode observasi dapat

langsung mengamati dan mencatat lebih akurat tentang keadaan objek yang ada

dilapangan. Sugiyono membagi observasi kedalam 3 macam yaitu observasi

partisipatif, observasi terus terang dan tersamar, dan observasi tak berstruktur

(Sugiyono, 2017)

Observari itu sendiri terdiri dari observasi partisipasi (participant

observasi) ialah jika observasi terlibat langsung secara aktif dalam objek yang

diteliti, keadaan yang sebaliknya disebut observasi non partisipasi. Observasi

yang peneliti lakukan bersifat observasi langsung yaitu peneliti melakukan

pengamatan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti. Peneliti melakukan

observasi dengan pengumpulan data-data melalui pengamatan, pendengaran dan

menuliskanya secara sistematis dan terencana atas hasil pengamatan yang

dilakukan. Data yang diperoleh dari metode observasi yaitu penulis mengamati

atau melihat langsung keadaan tempat dimana sebelum adanya penambangan dan

sesudah adanya penambangan tersebut

3.8 Teknik Analisis Data

Annalisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

30
memilih mana yang penting dan man yang akan dipelajari, membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2017)

Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini diantaranya

ialah sebagai berikut (Sugiyono, 2017)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang pokok dicari tema dn polanya

2. Penyajian data

Display data adalah penyajian data dalam bentuk laporan singkat dengan

dilengkapi bagan, tabel dan atau foto yang sesuai dengan penelitian yang

dilakukan.

3. Pengambilan kesimpulan

Langkah terakhir dalam penelitian kualitatif adaalah pengambilan

kesimpulan. Data yang telah diperoleh kemudian diproses melalui langkah-

langkah secara urut sesuai yang dijelaskan sebelumnya untuk mendapatkan suatu

kesimpulan

31
DAFTAR PUUSTAKA

Abd Rahman, I. H., & Sumktaki, P. (2020). Analisis Dampak Penambangan Pasir
Pantai Terhadap Kerusakan Lingkungan Fisik di Kecamatan Morotai
Selatan Kabupaten Pulau Morotai. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 6(4),
887-895.
DantjeTerno Sembel, Toksikologi Lingkungan, Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2015.
Dara, J. Y., & Sugiri, A. (2014). Kajian Penanganan Dampak Penambangan Pasir
Besi terhadap Lingkungan Fisik Pantai Ketawang Kabupaten Purworejo.
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 3(1), 220-229.
Dhiaurrahma. 2018. Pengaruh Keberadaan Tambang Pasir Terhadap Lingkungan
Pemukiman Di Desa Ujung Baji Kecamatan Sanrobone Kabupaten
Takalar. Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota. Makassar.
Halim, A. A., Waskitho, N. T., & Prakosa, G. G. (2019). Analisis Dampak
Penambangan Pasir Ilegal Sungai Brantas terhadap Lingkungan Hidup di
Desa Brumbung Kabupaten Kediri. Journal of Forest Science Avicennia,
2(2), 41-47.
Indarta, D. W. (2020). Dampak Kegiatan Penambangan Pasir Secara Mekanik
Terhadap Lingkungan Di Kabupaten Bojonegoro. Justitiable-Jurnal Hukum,
2(2), 42-53.
Keputusan Presiden Ripublik Indonesia Nomor 33 tahun 2002 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Pasir Laut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1980 tentang
Penggolongan Bahan-Bahan Galian
Rahmawati, N. (2019). Dampak Penambangan Batu Bata Terhadap Kondisi Fisik
Lingkungan Masyarakat Desa Kontumere Kecamatan Kabawo. Jurnal
Penelitian Pendidikan Geografi, 4(2).
Sri Widiyani, 2017. Analisis Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Pasir
Ditinjau Dari Perspektif Etika Bisnis Islam. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam, Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro, Jurusan Ekonomi Syari’ah.
Lampung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung : Alfabeta.

32
Suherman, D. W., Suryaningtyas, D. T., & Mulatsih, S. (2015). Dampak
Penambangan Pasir Terhadap Kondisi Lahan dan Air di Kecamatan
Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental
Management), 5(2), 99.
Syafruddin, S., & Ihsan, I. (2018). Proses Penambangan Pasir Pantai dan
Dampaknya Terhadap Lingkungan Di Kecamatan Ambalawi Kabupaten
Bima. JURNAL PENDIDIKAN IPS, 8(1), 70-75.
Tanuri, C. (2020). Penambangan Pasir Laut Yang Menimbulkan Kerusakan
Lingkungan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007. Jurnal
Education And Development, 8(3), 7-7.
Taufik, Y., & Surdin, S. (2019). Dampak Penambangan Pasir Terhadap Abrasi
Pantai Di Desa Sombano Kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi. Jurnal
Penelitian Pendidikan Geografi, 5(2), 179-184.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Lembaran RI Tahun 2020 No 3. Sekretariat Negara. Jakarta
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pengelolan lingkungaan hidup.
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1960 tentang Pertambangan
Widiyani, S. (2017). Analisis Dampak Lingkungan Akibat Penambangan Pasir
Ditinjau dari Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus di Desa Rejomulyo
Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur) (Doctoral dissertation, IAIN
Metro).
Wiryono, 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bengkulu : Pertelon Media
Yudhistira, Y., Hidayat, W., & Hadiyarto, A. (2012). Kajian Dampak Kerusakan
Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Desa Keningar Daerah
Kawasan Gunung Merapi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(2), 76-84.
https://doi.org/10.14710/jil.9.2.76-84

33

Anda mungkin juga menyukai