Anda di halaman 1dari 44

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENAMBANG

PASIR DESA WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU

UTARA KABUPATEN BUTON UTARA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar proposal pada

Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi

OLEH:

ALMA SARI

A1P1 19 001

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

SEMINAR PROPOSAL

KONDISI EKONOMI MASYARAKAT PENAMBANG PASIR DESA

WAODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON

UTARA

Oleh

ALMA SARI

A1P1 19 001

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang panitian ujian

Proposal padaJurusan/Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

Kendari, Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. La Ode Amaluddin, SPd.,M.Pd Drs. H. Surdin, M.Pd


NIP. 19750310 200112 1 002 NIP. 19601231 198903 1 024

Diketahui Oleh,

KetuaJurusan/Program Studi Pendidikan Geografi

Dr. La Ode Amaluddin, S.Pd.,M.Pd


NIP. 19750310 200112 1 002

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................i

Halaman Pengesahan................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................iii

Daftar Tabel...............................................................................................v

Daftar Gambar .........................................................................................iv

Bab 1 Pendahuluan ...................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................3

C. Tujuan Penelitian.............................................................................3

D. Manfaat Penelitian...........................................................................4

E. Definisi Operasional Penelitian.......................................................4

Bab II Kajian Pustaka...............................................................................6

A. Konsep Sosial Ekonomi...................................................................6

B. Konsep Masyarakat........................................................................16

C. Konsep Pertambangan...................................................................20

D. Penelitian Yang Relevan................................................................25

E. Kerangka Pikiran...........................................................................27

Bab III Metode Penelitian.......................................................................28

A. Jenis Penelitian ..............................................................................28

iii
B. Lokasi Penelitian............................................................................28

C. Populasi Dan Sampel Penelitian....................................................29

D. Sumber Dan Jenis Data Penelitian.................................................30

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................31

F. Teknik Analisis Data......................................................................32

G. Indikator Penilaian Sosial Ekonomi...............................................33

Daftar Pustaka.........................................................................................37

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kondisi Sosial Ekonomi.............................36

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir............................................................27

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian............................................................29

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketergantungan bangsa indonesia kepada alam dapat dilihat dari

pemanfaatan sumber daya alam yang besar besaran tanpa melihat kelanjutan

fungsinya. Pada masa sentralisasi pemerintahan, kegiatan eksploitasi terhadap

sumber daya alam yang tidak berwawasan lingkungan masih terbatas pada

pemanfaatan wilayah-wilayah yang strategi saja, namun setiap daerah saling

berlomba-lomba mengekspoitasi dan memanfaatkan kekayaan alam masing-

masing. Aktivitas penambang pasir atau bahan galian seperti pasir merupakan

salah satu pendukung sektor pertambangan baik secara fisik, ekonomi maupun

sosial. Hasil pertambangan merupakan sumber daya yang mampu meghasilkam

pendapatan yang sangat besar untu suatu negara ( Hasniar 2013) kebutuhan akam

bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir tampak semakin meningkat

seiring dengan semakin berkembangnya berbagai sarana maupun prasarana fisik

diberbagai daerah indonesia pertambangan diidonesia tersebar diseluruh pulau-

pulau. Pertambangan hasil bumi antara satu pulau dengan pulau yang lain

berbeda, karena setiap pulau memiliki karakteristik yang berbeda (Kusmawati dan

utami, 2012) salah satu pulau yang memiliki hasil tambang yang melimpah adalah

pulau sulawesi khususnya sulawesi tenggara.

Hasil tambang yang terdapat di pulau sulawesi tenggara sangat beragam

salah satunya adalah pasir yang terdapat didesa waode buri kecamatan kulisusu

1
2

utara kabupatem buton utara. Pasir dan kerikil merupakan salah satu bahan

material utama dalam kegiatan konstrruksi jalan, bangunan bertingkat tinggi

ataupun perumahan sederhana aktivitas penambangan pasir atau kerikil memiliki

potensi untuk merusak lingkungan yang hampir sama dengan bahan galian yang

lain, hal ini dikarenakan penambngan pasir atau kerikil adalah penembangan yang

secara teknis mudah dilakukan karena dapat dillakukan dengan peralatan yang

sederhana (manual) yang memakai perahu hingga menggunakan alat berat

(mekanik) yaitu pompa hisab.

Masalah sosial ekonomi merupakan masalah yang masih menghantui

masyarakat desa waode buri yang tidak pernah habisnya, beberapa permasalahan

sosial ekonomi itu adalah masih rendahnya tingkat pendidikan, kurang terbukanya

kesempatan kerja untuk masyrakat dan tingkat pendapatan yang rendah, hal

tersebutlah yang mendorong masyaarakat untuk menggali serta memanfaatkan

sumber daya alam demi membutuhakan keperluan hidup dan dalam meningkatkan

sosial ekonomi. Begitu banyaknya aktivitas penggalian pasir yang di lakukan oleh

masyarakat diberbagai daerah dikabupaten buton utara khususnya dikecamatan

kulisusu utara didesa waode buri menunjukan kegiatan penambangan pasir

merupakan salah satu penunjang ekonomi masyarakat, disebabkan besarnya

permintaan pasar menyebabkan kegiatan penambangan masih dilakukan hingga

saat ini oleh masyarakat setempat sehingga turut mempengaruhi pula kondisi

sosial ekononmi masyarakat desa waode buri.

Mencermati fenomena dampak kondisi sosial ekonomi di desa waode buri

kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara, kenyataannya menimbulkan


3

dampak lingkungan baik positif maupun negatif bagi masyarakat. Adanya

kegiatan penambangan pasir di desa waode buri membuat masyarakat memiliki

harapan bagi terciptanya lapangan pekerjaan, peningkatan pelayanan fasilitas

kesehatan seperti puskesmas, serta bantuan-bantuan sarana sanitasi lingkungan

bagi desa dan bantuan pendidikan. Namun, disisi lain juga meresahkan

masyarakat setempat, terutama adanya kerusakan lingkungan yang mengganggu

aktivitas masyarakat seperti terkorbankannya lahan sebagai area penambangan

serta lahan menjadi rusak, debu yang menimbulkan polusi udara, jalan raya

menjadi rusak dan kotor akibat dari lalu lintas truk pengangkutan pasir serta

munculnya gangguan masyarakat seperti batu, flue ispa dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Kondisi sosial ekonomi Masyarakat Penambangan

Pasir Desa Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara

“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jabarkan diatas, maka rumusan

masalah di dalam penilitian ini yaitu:

1. Bagaiamana kondisi sosial masyarakat penambang pasir desa waode

buri kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara?

2. Bagaiamana kondisi ekonomi masyarakat penambang pasir desa

waode buri kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara?


4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. bagaimana kondisi sosial masyarakat penambangan pasir desa waode

buri kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara.

2. bagaimana kondisi ekonomi masyarakat penambangan pasir desa

waode buri kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik ssecara

teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat

selama menempuh pendidikan sebagai sarana media untuk memberikan

informasi mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat penambangan pasir

desa waode buri kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara.

2. Secara Praktis

Secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dijadikan

bahan informasi dalam bermuamalah khususnya yang berkaitan dengan

kondisi sosial ekonomi masyarakat penambangan pasir desa waode buri

kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara.


5

E. Definisi Operasional Penelitian

1. Tingkat pendidikan: diukur dari tingkat pendidikan terakhir yang

sudah ditempuh baik dari tingkat SD, SMP,SMA sampai perguruan

tinggi

2. Perumahan adalah kondisi fisik rumah yang di tempati oleh responden

yang meliputi: staatus kepemilikan rumah luas bangunan rumah, atap

rumah sumber penerangan rumah dan kepemilikan MCK rumah.

3. Kesehatan responden dilihat dari tempat berobat, frekuebsi anggota

keluarga yang sakit selama enam bulan dan jenis penyakit yang

diderita.

4. Tingkat pendapatan: diukur dari tingkat pendapatan rata-rata perbulan


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Sosial Ekonomi

Sosial menurut KBBI adalah hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat

atau sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan umum. Jadi sosial bisa

dikakatan sebuah perilaku manusia yang berhubungan ataupun bekerja sama satu

sama lain dalam kehidupan bermasyarakatnya, dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan dan keiginanan didalam hidupnya masing-masing baik kebutuhan

sandang, papan dan juga pangan. Sedangkan ekonomi dapat diartikan sebagai

prilaku manusia dalam mencari alat pemuas kebutuhan untuk mencapai

kesejahteraan dan kebahagiaan di dalam kehidupannya.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang yang

diatur sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial

masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam

struktur sosial masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat

hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status (Dewi, 2009).

Ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat

yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta pendapatan

(Wayan, 2014). Soerjono Soekanto (2012) menyatakan bahwa, Ukuran atau

kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota

masyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah sebagai berikut: (1). Ukuran

kekayaan, Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam

6
7

lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah

yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta

bahan, pekerjaan orang tua, penghasilan dan seterusnya, (2) Ukuran kekuasaan,

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar,

menempati lapisan atasan, (3). Ukuran kehormatan, Ukuran kehormatan tersebut

mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang

paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini,

banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka

adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa. Misalnya aktivitas sosial di

lingkungan masyarakat, (4). Ukuran ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan sebagai

ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa kondisi

sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan

ukuran ratarata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang,

dan patisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya, sedangkan kondisi

sosial ekonomi kaitanya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan

kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok. Dari uraian diatas, dapat

disimpulkan bahwa, kondisi sosial ekonomi adalah kondisi seseorang yang dapat

diukur dari pendidikannya, keadaan perumahan, keadaan kesehatan serta

pendapatan. Dengan demikian indikator kondisi sosial ekonomi yang akan diteliti

terdiri atas, (a) tingkat pendidikan, (b) perumahan, (c) kesehatan dan (d)

pendapatan.
8

a. Tingkat pendidikan

1) Pengertian pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar dalam upaya

untuk meningkatkan pengetahuan penduduk, karena pada pembangunan sekarang

ini sangat diperlukan partisipasi dari penduduk yang terdidik dan terampil agar

dapat berpartisipasi penuh dalm pembangunan. Pendidikan adalah daya upaya

untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani manusia agar dapat

menunjukkan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dari penghidupan yang

selaras dengan alamnya dan masyarakat serta dapat mencapai keselamatan dan

kebahagian setinggitingginya. (Soesanto 2002) berpendapat bahwa melalui

pendidikan bagi individu yang berasal dari masyarakat miskin terbukalah

kesempatan baru untuk menemukan suatu lapangan baru yang memberikan hasil

yang lebih tinggi.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

pembangunan nasional, karena dalam pembangunan nasional itu diperlukan

manusia-manusia yang berkualitas dalam segala hal. Dari sini dapat dilihat betapa

pentingnya pendidikan, tetapi tidak semua manusia dapat mengenyam pendidikan.

Hal ini dikarenakan salah satu penyebabnya adalah ekonomi. Masyarakat yang

ekonominya tidak mampu maka sulit untuk mendapatkan pendidikan. Apalagi

tingkat pendidikan tinggi, karena untuk mencapai tingkat pendidikan tersebut

diperlukan biaya yang tidak sedikit. Maka dari penjelasan di atas penulis ingin

mengetahui tingkat pendidikan masyarakat di Desa Srigading, Kecamatan

Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur.


9

Pendidikan sekolah sangat diperlukan untuk mencapai sumber daya yang

berkualitas. Dalam Pembangunan yang mengarah pada era Industrialisasi perlu

dikembangkan suatu model (sistem) pengelolaan pembangunan sumber daya

manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan mereka untuk

dapat memasuki lapangan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan,

sehingga perlu ditetapkan mutu ketrampilan kerja pada jenjang jabatan atau

produksi (Tirtarahardja, 2000). Upaya tersebut dapat dilaksanakan melalui

berbagai upaya antara lain dengan pendidikan formal atau pelatihan. Pelaksanaan

pendidikan dasar Sembilan tahun merupakan salah satu cara atau upaya yang

dilakukan pemerintah untuk memenuhi tuntutan dunia kerja. Persyaratan dunia

kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis

pendidikan dasar sembilan tahun tentunya lebih baik.

Tingginya rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sangat penting bagi

kesiapan bangsa menghadapi tantangan global di masa depan (Tirtarahardja,

2000). Pendidikan yang tinggi tidak mudah didapat bagi anak, terutama di daerah

pedesaan, banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain berasal dari

orang tua. Zamroni (2000) menjelaskan bahwa faktor orang tua dalam

keberhasilan belajar anaknya sangat dominan. Banyak peneliti baik dari dalam

maupun dari luar negeri menemukan kesimpulan tersebut. Faktor orang tua dapat

dikatagorikan ke dalam dua variabel, Variabel struktural dan variabel proses.

Yang dikatagorikan variabel struktural antara lain latar belakang status ekonomi,

pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orang tua. Sedangkan variabel proses


10

adalah perilaku orang tua dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada

anaknya dalam belajar.

2) Lembaga pendidikan

Menurut Mukhlison Effendi (2008) dalam buku Ilmu Pendidikan, ada 3

lembaga pendidikan yaitu:

1. Lembaga pendidikan formal

Lembaga pendidikan formal adalah semua bentuk pendidikan yang

diadakan di sekolah atau tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai

jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, serta berlangsung mulai dari

Taman Kanak-kanak, sampai perguruan tinggi. Berdasarkan aturan resmi

yang telah ditetapkan.

2. Lembaga pendidikan non formal

Lembaga pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah

adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja,

tertib dan terencana di luar kegiatan persekolahan. Bidang pendidikan non

formal meliputi:

a) Pendidikan masyarakat

b) Keolahragaan

c) Pembinaan generasi muda.


11

3. Pendidikan in formal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung di luar

sekolah yang tidak terorganisir secara ketat, tak terbatas waktu dan tanpa

evaluasi. Pendidikan in formal ini terutama berlangsung di tengah

keluarga, namun mungkin juga terjadi di lingkungan sekitar keluarga.

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan tingkatan

tertentu seperti :

a. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD, SMP.

b. Pendidikan lanjut

1) Pendidikan menengah minimal 3 Tahun meliputi, SMA atau

sederajat.

2) Pendidikan Tinggi meliputi diploma, sarjana, magister,doktor, dan

spesialis yang diselenggarakan oleh perguruantinggi (Kumalasari,

2014).

b. Perumahan

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,

rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian

dan sarana pembinaan keluarga. Menurut John F.C Turner, 1972, dalam

bukunya Freedom To Build mengatakan, “Rumah adalah bagian yang utuh

dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan

merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas


12

sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Menurut Siswono

Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991), rumah adalah bangunan

yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan

keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang

digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya,

rumah merupakan tempat awal pengembangan kehidupan.

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman,

perumahan berada dan merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah

kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan

(pasal 1 ayat 2).  Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus

Bahasa Indonesia, 1997). • Kebutuhan akan dapat berlindung sebenarnya

termasuk kebutuhan yang utama, selanjutnya karena manusia tidak lagi hidup

secara berpindah-pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal yang tetap,

yang sekarang bisa disebut rumah. (Juhana, 2000) Menurut Kaare Svalastoga

dalam Aryana untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari

rumahnya, dapat dilihat dari:

1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.

Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya

menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial


13

ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi permanen atau tidak

permanen.

3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada

umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

c. Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan negara sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, setiap

kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggitingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,

partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi

pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan

daya saing bangsa serta pembangunan nasional.

Kesehatan memiliki makna dan dimensi yang luas sesuai definisi

menurut WHO maupun UU Kesehatan, yaitu keadaan sehat yang meliputi

aspek fisik, mental, spiritual dan sosial serta dapat produktif secara sosial

maupun ekonomis.1 Hal ini menunjukkan bahwa status kesehatan seseorang

tidak hanya diukur dari aspek fisik dan mental semata, namun juga dinilai

berdasarkan produktivitas sosial atau ekonomi. Kesehatan mental (jiwa)

mencakup komponen pikiran, emosional dan spiritual.


14

Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap

tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki

keterkaitan yang erat dengan tingkat kemiskinan. Sementara, tingkat

kemiskinan akan terkait dengan tingkat kesejahteraan. Keterkaitan tingkat

kesehatan dengan kemiskinan dapat dilihat pada siklus lingkaran setan

kemiskinan (the vicious circle of poverty). Dalam suatu lingkaran setan

kemiskinan tersebut, dapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang

menjadi miskin, yaitu:

1) Rendahnya Tingkat Kesehatan,

2) Rendahnya Pendapatan, Dan

3) Rendahnya Tingkat Pendidikan.

Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya

kemiskinan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tingkat kesehatan masyarakat

yang rendah akan menyebabkan tingkat produktivitas rendah. Tingkat

produktivitas yang rendah lebih menyebabkan pendapatan rendah. Pendapatan

yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kemiskinan ini selanjutnya

menyebabkan seseorang tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas

serta membayar biaya pemeliharaan dan perawatan kesehatan. Oleh karena

kesehatan merupakan faktor utama kesejahteraan masyarakat yang hendak

diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi perhatian utama

pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik.


15

d. Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah penerimaan berupa uang atau

barang yang dihasilkan oleh segenap orang yang merupakan balas jasa untuk

faktor-faktor produksi (BPS, 2006). Ada 3 sumber penerimaan rumah tangga

yaitu: (1) . Pendapatan dari gaji dan upah yaitu balas jasa terhadap (2) .

Pendapatan dari asset produktif yaitu asset yang memberikan pemasukan atas

balas jasa penggunaannya (3) . Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan

transfer adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atau input

yang diberikan.

Menurut Kieso, Warfield dan Weygantd (2011) Pendapatan adalah

arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan

kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Sedangkan menurut Skousen dan Stice (2011) Pendapatan adalah arus masuk

atau penyelesaian (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi

barang, memberikan jasa atau melakukan aktivitas utama atau aktivitas centra

yang sedang berlangsung. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat

ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode;

arus masuk itu mengakibatkan kenaikan modal (ekuitas) dan tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal (Kuswandi, 2015). Berdasarkan

penggolongannya (BPS 2014) yang dikutip oleh La Isa (2016:26)

membedakan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:


16

1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata- rata lebih

dari RP 4.500.000 per bulan

2. Golongan pendapatan tinggi jika pendapatan tara-rata antara Rp 3.500.000

s/d Rp 4.500.000 per bulan

3. Golongan pendapatan rendah jika pendapatan rata-rata antara Rp

2.500.000 s/d 3.500.000 per bulan

4. Golongan pendapatan sangat rendah jika pendapatan rata-rata dibawah Rp

2.500.000 per bulan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan dari pengertian diatas, bahwa

pendapatan merupakan jumlah uang yang diperoleh dari hasil pekerjaan yang

telah ditekuni.

B. Konsep masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari

kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa

Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi).

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah

ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai

prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain,

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu

rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang

memiliki keempat ciri yaitu:


17

1) Interaksi antar warga-warganya,

2). Adat istiadat,

3) Kontinuitas waktu,

4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat,

2009).

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup

bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan

keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan

Page (dalam Soerjono Soekanto 2006), memaparkan bahwa masyarakat adalah

suatu sistem dari kebiasaan, tata cara,dari wewenang dan kerja sama antara

berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-

kebiasaan manusia.

Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka

waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph

Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006) masyarakat merupakan setiap kelompok

manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka

dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan

sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat

menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006) adalah orang-orang

yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai

kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan

persatuan yang diikat oleh kesamaan.


18

Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1986) bahwa

masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari

individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai

sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun

unsur-unsur tersebut adalah:

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama;

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama;

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan;

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994:)

keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-

prinsip fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial

diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat

sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia.

Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana

manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama. Sistem

kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok

merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soerjono Soekanto, 2006: 22).

Menurut Ralp Linton, masyarakat adalah kelompok manusia yang telah

hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

dan mengganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas

yang telah dirumuskan secara jelas.


19

Menurut Maclver, masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata

cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, berbagai golongan,

dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan individu (manusia).

Menurut Selo Soemardjan, masyarakat ialah orang-orang yang hidup

bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Sedangkan ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto adalah:

1) Hidup Berkelompok;

2) Melahirkan Kebudayaan;

3) Mengalami Perubahan;

4) Saling Berinteraksi;

5) Memiliki Kepemimpinan; Dan

6) Ada Stratifikasi Sosial.

Masyarakat mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar

mereka dapat hidup secara terus-menerus. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:

a. Populasi (population replacement);

b. Informasi;

c. Energi;

d. Materi;

e. Sistem komunikasi;

f. sistem produksi;
20

g. Sistem distribusi;

h. Sistem organisasi sosial;

i. Sistem pengendalian sosial; dan

j. Perlindungan jiwa dan harta benda.

Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat

memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris

disebut society. Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia

yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan

budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan

persatuan yang diikat oleh kesamaan.

C. Konsep pertambangan

Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 menyatakan

bahwa: “penambangan adalah bagian kegiatan Usaha Pertambangan untuk

memproduksi Mineral dan/atau Batubara dan Mineral ikutannya.” Berdasarkan

uraian diatas, penambangan merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat

proses pengambilan bahan mineral maupun batubara dan unsur lainnya yang

kemudian dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Selain itu juga dalam kegiatan

penambangan terdapat tahapan pra-penambangan, saat penambangan, dan pasca

penambangan. Tahapan pra-penambangan diantaranya terdapat kegiatan

penyelidikan, eksplorasi, studi kelayakan, dan kontruksi. Pada tahap

penambangan terdapat proses penambangan (pengambilan bahan tambang),

pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan. Tahap yang terakhir yaitu


21

tahapan pasca penambangan biasanya dilakukan reklamasi ataupun pemulihan

kembali lahan bekas tambang.

Uno (2010) menyatakan bahwa pasir merupakan salah satu bahan galian

utama yang keberadaannya cukup luas dan produksinya besar. Bahan galian

golongan ini menjadi penghasil terbesar dan sangat bernilai apabila pada tahapan

survei hingga produksi dan pemasaran dilakukan dengan optimal. Pasir

merupakan salah satu bahan tambang yang biasa dieksploitasi yang dimanfaatkan

sebagai campuran bahan bangunan maupun dijadikan salah bahan dalam

pembuatan jalan. Penambangan pasir seringkali dilakukan dengan menggunakan

sistem penambangan terbuka, yaitu penambangan yang dilakukan langsung

berhubungan dengan udara terbuka tanpa harus menggali jauh kedalam

permukaan tanah. Berdasarkan SNI 6728.4 tahun 2015 tentang penyusunan neraca

spasial sumber daya dan cadangan mineral dan batubara kelompok dan klasifikasi

sumber daya mineral dan batubara berdasarkan jenis usaha pertambangan:

1. Pertambangan mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium,

kalium, kalsium, emas, tembaga, perak timbal, seng, timah, nikel,

mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram,

titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium,

galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium,

zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, yternium, dyprosium, thorium, cesium,

lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, alumunium,

palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, tellurde,

stronium, germanium, xenotim, dan mineral logam lainnya.


22

2. Pertambangan mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit,

arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat,

halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay,

zeolit, kaolin, felspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit,

kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu,

lempung, batu gamping, dan mineral bukan lainnya.

3. Pertambangan batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer,

perlit, tanah diatome, tnah serap, batu sabak, granit, granodiorit, andesit,

gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung,

opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan,

gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian

dari bukit, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil

berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), timbunan tanah

setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir

yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan

logam dalm jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Penambangan pasir dapat dilakukan dengan cara konvensional dan cara

mekanis. Penambangan konvensional dilakukan dengan menggunakan alatalat

sederhana seperti linggis, cangkul dan sekop. Penambangan dilakukan dengan

cara berkelompok terdiri atas 4-5 orang. Suherman (2015) menyatakan bahwa

penambangan secara mekanis dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu


23

a. Pengupasan yaitu kegiatan memindahkan lapisan tanah penutup (over

burden) yang tebalnya sekitar 0.5-5 meter dengan menggunakan alat berat

Back Hoe dan Excavator.

b. Penggalian dan pemuatan yaitu kegiatan penggalian pasir dari sumber

lapisan dan sekaligus memuatnya ke dalam truk. Alat yang digunakan

adalah Back Hoe, Excavator dan Wheel Loader.

c. Pengangkutan yaitu kegiatan mengangkut/memindahkan bahan galian

pasir dari tempat penggalian ke tempat penimbunan atau langsung kepada

konsumen dengan menggunakan truk berkapasitas ± 6 m3.

Menurut Nurdin dkk (2000) lahan yang dijadikan lahan pertambangan

dilakukan secara bertahap. Lahan yang digunakan untuk penambangan menjadi

lahan yang tidak produktif. Lahan bekas penambangan dapat produktif kembali

apabila dilakukan reklamasi. Menurut Widjadjanti (2009) limbah merupakan hasil

buangan dari suatu proses produksi yang keberadaannya dapat menganggu

lingkungan dan tidak bernilai ekonomis, sehingga perlu penganan khusus.

Dampak negatif dari limbah terhadap lingkungan yaitu berupa pencemaran, baik

pencemaran air, udara, maupun tanah.

Pencemaran yang akan terjadi dapat dikurangi dampaknya dengan

penanganan yang tepat dari limbah yang dihasilkan. Menurut Nasir dan Edy

(2015) aspek penting dalam manajemen lingkungan terkait limbah industri yaitu

dengan meminimalisir atau mengurangi sumber penghasil limbah yaitu dengan

penggunaan teknologi yang modern dalam proses produksi. Selain itu, aspek

lainnya adalah mengoptimalisasi pemanfaatan limbah hasil industri yaitu bisa


24

dengan memanfaatkan limbah menjadi bernilai ekonomi. Limbah yang dihasilkan

dapat dikurangi seminimal mungkin bahkan dapat dimanfaatkan kembali apabila

limbah dikelola dan diolah dengan baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 Pasal 20 menyatakan bahwa

pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) wajib melakukan pengelolaan,

pemantauan, penanggulanagan, dan pemulihan lingkungan. Penanganan limbah

termasuk kedalam salah satu cara dalam proses pengelolaan lingkungan hidup.

Perusahaan merupakan usaha atau upaya yang dilakukan oleh sekelompok

orang yang bekerjasama dalam kegiatan ekonomi untuk mencapai tujuan secara

terstruktur sehingga menghasilkan produk tertentu baik barang maupun jasa.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik perusahaan industri pengolahan dibagi dalam 4

golongan yaitu :

1. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)

2. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)

3. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)

4. Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang

Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 menyatakan bahwa

usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau

Batubara yang meliputi tahapan kegiatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Studi

Kelayakan, Konstruksi, Penambangan, Pengolahan dan/atau Pemurnian,

Pengangkutan dan Penjualan, serta pascatambang. Sedangkan penambangan itu

sendiri adalah bagian kegiatan Usaha Pertambangan untuk memproduksi Mineral


25

dan/atau Batubara dan Mineral ikutannya. Pertambangan yaitu sebagian atau

seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengolahan dan pengusahaan

mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan

dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

D. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasniar (2013) yaitu

dengan judul dampak aktivitas penambang pasir terhadap kondisi sosial ekonomi

desapolua kecamatan sampara kabupatren konawe. Dari hasil penelitian tersebut

dapat diketahui dari beberapa aspek yaitu sebagai berikut:

1. Aspek pendidikan dimana hampir semua keluarga penambang pasir

memiliki pendidikan yang rendah sehingga dengan pendidikan yang

rendah tersebut tidak adanya kemampuan untuk bekerja disektor

formal, yaitu sebanyak 5 orang hanya menamatkan pendidikan

disekolah dasar (SD) 31,25%, dengan SLTP 3 orang dengan persentase

12,5%.

2. Aspek kesehatan kegiatan penambvang pasir berdampak pada

kesehatan penambang itu sendiri. Hal ini ditunjukan dengan adanya

penyakit yang timbul pada penambang pasir yang sering kali diderita.

3. Aspek interaksi sosial, menunjukan bahwa interaksi sosial antara

sesama penambang bverjalan dengan baik, hal ini terlihat adanya

jalinan kekeluargaan antara sesama penambang pasir.


26

4. Aspek pendapatan, dimana pendapatan setiap keluarga penambang

pasir dalam setiap harinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

5. Aspek pengeluaran, seorang penambang dalam mengeluarkan sesuatu

dari hasil kerja menambang harus pandai mengatur uang dari hasil

menambvang tiap harinya.

Juliati (2010) yaitu dengan judul kondisi sosial ekonomi masyarakat

penambang pasir desa mendikonu kecamatan bondoala kabupaten konawe.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial konomi masyarakat

penambang pasir desa mendikonu kecamatan bondoala kabupaten konawe

mengumpulkan data menggunakan isian. Data diperoleh dari 32 responden

dimana hasil analisis menunjukan kondisi sosial ekonomi masyarakat penambang

pasir desa mendikonu menunjukan suatu gambaran kondisi sosial ekonomi yang

baik. Hal ini dapat dilihat dari indikatotr yang terdapat didalamnya, yaitu

pendidikan, perumahan, kesehatan dan pendapatan.


27

E. KERANGKA PIKIRAN

Untuk memudsahkan proses penelitian, maka peneliti membuat sebuah

kerangka pikirsebagai acuan dalam peneloitian ini. Kerangka pikir tersebut dapat

dilihat dibawah.

Masyarakat Penambang Pasir

Kondisi Sosial Ekonomi

Pendidikan Perumahan Kesehata Pendapata

n n

Gambar 2.1 bagan kerangka pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Saryono (2012), Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan

kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,

diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini

diuraikan dengan jelas berdasarkan landasan teori yang dimanfaatkan sebagai

panduan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan yang

mengenai bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat penambang pasir Desa

Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa waode buri, kecamatan kulisusu utara,

kabupaten |buton utara setelah diseminarkan. Secara astronomis desa waode buri

terletak diantara 12309'10"BT- 123012'30" BT dan 4042'30" LS- 4040'50"

LS.Untuk lebih jelasnya, wilayah desa waode buri kecamatan kulisusu utara dapat

dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

28
29

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang akan diteliti Sugiyono (2012). Populasi adalah keseluruhan element yang

akan dijadikan wilayah generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan subjek

yang akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti. Dalam hal ini populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek dan subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada di desa waode

buri, kecamatan kulisusu utara, kabupaten buton utara sejumlah 454 kepala

keluarga (KK) dan 1.554 jiwa.


30

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di desa waode

buri, kecamatan kulisusu utara, kabupaten buton utara. Penentuan sample dalam

penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling.

Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

mengacak semua populasi tanpa memperhatikan kriteria khusus dalam populasi

tersebut (Sugiyono, 2013). Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 20

orang, jumlah responden ini diambil berdasarkan teori (Suharsimi Arikunto, 2013)

yang menyatakan bahwa, jika subjeknya kurang dari 100 maka harus diambil

semua tetapi jika subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil sebanyak 10-15%

atau 20-25%. Jumlah responden ini juga diambil berdasarkan Teori Rosceo dalam

Sugiono (2012) bahwa ukuran sampel sebanyak 20 dikali dari jumlah variable,

berdasarkan variable dalam penelitian ini adalah 1 variabel maka 20 × 1 = 20

orang.

Dengan demikian, jabaran sample penetiannya yaitu: Kepala Desa waode

buri, pengelolah tambang pasir, serta masyarakat yang ada di desa waode buri.

D. Sumber Dan Jenis Data Penelitian

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu

data yang menjelaskan secara deskriptif mengenai Bagaimana kondisi sosial

ekonomi masyarakat penambang pasir desa waode buri, kecamatan kulisusu utara,

kabupaten buton utara.


31

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi 2 yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Adapun data primer pada penelitian ini diperoleh

dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi Sugiyono (2017).

Mengenai bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat penambang pasir

desa waode buri kecamatan kulisusu utara kabupaten buton utara.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalkan dari pihak lain atau lewat dokumen

Sugiyono (2017). Adapun data sekunder dari penelitian ini yaitu melaui

Badan Pusat Statistik (BPS), Google Earth, serta artikel-artikel dari

berbagai Jurnal Nasional yang terkait dengan judul penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan

yang diteliti. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi

dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2017).

1. Teknik observasi

Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan secara

sistematis. Bungin (dalam ariana 2011) untuk memperoleh data mengenai


32

permasalahan yang diteliti, peneliti menggunakan teknik pengamat. Pengamat

yang dilakukan dalam peneliti ini adalah mengamati atau melihat secara

langsung kelokasi penelitian. Adapun yang diamati yaitu kegiatan atau

aktivitas sehari-hari masyarakat sekitar penambang pasir, pekerjaan atau mata

pencarian masyarakat sekitar tambang pasir di Desa Waode Buri, Kecamatan

Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.

2. Wawancara

Mengadakan tanya jawab atau wawancara langsung kepada sejumlah

responden untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai kondisi sosial

ekonomi masyarakat penambang pasir.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada.

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi sosial dan segala

kegiatan yang ada didalamnya yang dilakukan yang dilakukan oleh reponden

yang akan berdampak pada kondisi sosial ekonomi atau dengan

berkomunikasi langsung untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, digunakan teknik analisis

data secara kualitatif dapat diuraikan dalam bentuk deskriptif. Prinsip pokok

penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data. Teknik analisis data

kualitatif Sugiyono (2010) terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu:


33

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan, observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat

ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo

dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak

relevan.

3. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.

Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and

Verification).

Penyajian data yang telah dikemukakan didukung oleh data-data yang

valid, maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan kesimpulan yang kredibel.

G. Instrument Penelitian

Pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya penelitian harus

melakukan pengukuran maka harus ada alat ukur yang baik. alat ukur dalam

penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument

penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang di amati Sugiyono (2018).


34

Badan pusat statistik 2014 dalam melakukan pengamatan serta

memberikan penilaian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat selalu

didasarkan pada indikator-indikator penilaian yang sifatnya fisik dan non fisik

sehingga mengambarkan kondisi yang sesungguhnya. Olehnya itu dalam

memberikan penilaian merunjuk pada tolak ukur sebagai berikut.

Adapun Indikator Penilaian Kondisi Sosial Ekonomi

Variabel penelitian Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1 2 3 4

1. Pendidikan

Pendidikan formal

 SD

 SMP

 SMA

2. Perumahan

Status kepemilikan rumah

 Menempati/ menumpang

 Sewa

 Milik sendiri

Luas bangunan rumah

 40-70 M2

 71 -101 M2
35

 102 – 131 M2

Jenis dinding rumah

 Papan

 Semi permanen

 Permanenn

Jenis atap rumah

 Rumbia

 Seng

 Genteng

Jenis lantai rumah

 Tanah

 Semen

 Tegel

Sumber penerangan rumah

 Teplok

 Listrik PLN

Sumber air bersih

 Mata air

 Sumur gali

 PDAM

Kepemilikan MCK

 Milik pribadi
36

 Milik umum

3. Kesehatan

Frekuensi keluarga yang sakit

selama 6 bulan

 Ada

 Tidak ada

Ttempat pengobatan

 Dukun

 Puskesmas

 Dokter umum/ RSUD

Kemampuan pembayaran

pengobatan

 Jamkesma

 Biaya sendiri

4. Pendapatan

Rp > 4.500.000

Rp 3.500.000 – 4.500.000

Rp 2.500.000 – 3.500.000

Rp < 2.500.000

Table 3.1 Sumber BPS 2014


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. III; Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media,2016. Akbar, Muhammad. Implikasi Penambangan Pasir Dalam
Meningkatkan Perekonomian.
Astrawan, Wayan Gede. Analisis Sosial Ekonomi Penambangan Galian C di Desa
Sebudi
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balaidi Kecamatan Tamansari Bogor, Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, 2011.
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2016. Rozalinda, Dr. Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya Pada
Aktivitas Ekonomi edisi1 cet.3. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Fatima, Sitti. Interaksi Sosial Antar Penambang Pasir Di Situbondo. Skripsi
Jember: Madani, vol 5:1, 2016.
Harlan Wilo, Gian Yuniarto. Analisis Nilai Guna Ekonomi dan Dampak
Penambangan PasirKecamatan Selat Kabupaten Sarang Asem. Jurnal
Penelitian, vol 4:1, 2014. Belling dan Totten. Modernisasi Masalah
Model Pembangunan. Jakarta: CV. Rajawali, 1985. Lingkungan di Desa
Cikeusik Kec Sukahaji Kab Majalengka”
https://dadangodoz.wordpress.com/2011/06/29/proses-
penambanganpasir-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan-di-desa-
cikeusik-kecamatansukahaji-kabupaten-majalengka/, Matthew B. Milles
dan A. Michel Huberman. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Prees, 1992.
Juariyah, S. (2010). Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat
Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 7(1).
Jariyah, N. A. (2020). Analisis Aspek Sosial Ekonomi Untuk Mendukung
Pengelolaan Das Moyo, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)
(Analysis of Socio Economic Aspects to Support the Management of
Moyo watershed, Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara). Jurnal
Vol, 4(2), 95-114
Langumadi, W. A. P. (2017). Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Transmigran di
UPT Arongo Desa Persiapan Bosenga Indah Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi, 1(2)
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.

37
38

Muhajir, Noeng. Metodologi Kualitatif. Yogyakarta: Reke Serasia, 1998. Nur


Afni, Daya Dukung Lingkungan Kecamatan Pattalassang Kabupaten
Takalar.
Planopustaka, 1989. Ramdan, Dadan Muhammad. “Proses Penambangan Pasir
dan Dampaknya TerhadapMasyarakat Padaidi Kabupaten Pindrang.
Skripsi tidak diterbitkan Parepare: Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam,
2018. Madani, vol 5:1, 2016.
Reksohadiprodjo, Sukamto. Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Energi. edisi
kedua.
S. Margono, Metode Penelitian Kualitatif . Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Setiawan, Hendro. Manusia Utuh. Yogyakarta: PT Kanisius, 2014. Sudarmo Ali
Murtolo dkk, Dampak Pembangunan Ekonomi(pasar) Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat DIY: Studi Kasus Pertanian Salak
Pondok desa Bangunkerto (Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayan, 1995)
Sumardjono, Maria S.W dkk. Pengaturan Sumber Daya Alam Di Indonesia
Supardi. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press,
2005.
Suratmo, Gunarwan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai