Anda di halaman 1dari 37

MODERNISASI PERTANIAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI

PETANI SAWAH DI DESA DURIASI KECAMATAN WONGGEDUKU


KABUPATEN KONAWE (1991-2020)

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal
Penelitian Pada Jurusan Ilmu Sejarah

OLEH
SULIANTI
N1C1 17 085

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

i
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah selesai diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk


dipresentasikan pada Panitia Ujian Seminar Proposal Penelitian pada Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.
Judul Skripsi         :  Modernisasi Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Petani
Sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten
Konawe (1991-2020)
Nama Mahasiswa     : Sulianti
Stambuk                  : N1C117085

Kendari, November 2021

:Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. La Ode Ali Basri, S.Pd, M.Si Dra. Aswati, M., M.Hum


NIP. 19741019 200501 1 001 NIP. 19621022 199003 2 002

Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Dra. Aswati , M.,M. Hum


NIP . 19621022 199003 2 002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah..................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kerangka Konseptual...................................................................... 7
1. Konsep Petani Sawah.................................................................. 7
2.  Konsep Perubahan Sosial Ekonomi............................................ 9
3.  Konsep Revolusi Hijau............................................................... 13
B. Kerangka Teoritis........................................................................... 16
C.  Tinjauan Historiografi .................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 22
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian..................................................... 22
C. Sumber Data Penelitian................................................................... 23
D. Metode Penelitian........................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28

iv
RENCANA DRAFT SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RENCANA DRAFT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan dan Batasan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Petani Sawah
2. Konsep Perubahan Sosial Ekonomi
3. Konsep Revolusi Hijau
B. Kerangka Teoritis
C. Tinjauan Historis

BAB III METODE PENELITIAN

v
A. Waktu dan Tempat Penelitian
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Metode Penelitian
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Kondisi Geografis
B. Kondisi Demografis
C. Kondisi Sosial dan Budaya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah Setelah Modernisasi Teknologi
Pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku
B. Dampak Modernisasi Teknologi Pertanian Terhadap Perubahan Sosial
Ekonomi Petani Sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor

pertanian sebagai sumber mata pecaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

damikian sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor

pertanian. Sebagian penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan

sebagai lahan pertanian serta hampir 50% dari total angkatan kerja masih

menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini (Dillon, 2004: 39).

Pertanian merupakan sebuah sektor yang memiliki peranan penting dalam

kehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar penyedia sandang, papan

dan pangan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu Indonesia, sektor pertanian

menjadi tumpuan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, karena

Indonesia merupakan negara agraris. Akibatnya banyak warga Indonesia yang

berprofesi sebagai petani (Yanis, 2013: 26).

Dewasa ini penggunaan alat-alat pertanian yang bersifat mekanis atau

penggunaan tenaga mesin menjadi kebutuhan bagi petani dalam menunjang

akivitas pertaniannya. Hal ini terlihat banyaknya petani yang sudah meninggalkan

penggunaan alat pertanian tradisional dalam aktivitas bertaninya kemudian beralih

menggunakan alat-alat pertanian yang bersifat modern, adanya perubahan

penggunaan alat pertanian tersebut merupakan implikasi masuknya modernisasi di

sektor pertanian.
Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi dalam sektor

pertanian, maka semakin meningkat pula produksi yang dihasilkan oleh petani.

Hal ini menunjukan bahwa petani semakin rasional di dalam proses penggarapan

lahan pertanian tersebut. Modernisasi masyarakat pertanian tradisional ditafsirkan

seolah-olah sebagai sesuatu yang dapat diresapkan dengan kemajuan teknologi.

Kemajuan yang cepat di bidang ekonomi dan sosial diharapkan terjadi sebagai

konsekuensi segera atas diperkenalkannya suatu paket teknik modern kedalam

suatu tipe pertanian subsisten.

Salah satu modernisasi pertanian yang saat ini banyak dirasakan oleh

masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan adalah teknologi pertanian.

Penciptaan teknologi pertanian seperti penciptaan mesin traktor atau traktor

tangan (hand tractor) yang digunakan pada saat petani mengolah sawah, mesin

perontok padi (combine harvester) yang digunakan untuk merontok padi

sebelumnya petani hanya membanting pada kayu, penggiling padi untuk

menggiling padi menjadi beras, penyemprot hama guna memberantas hama dan

penyakit tanaman padi dan teknologi lainnya yang kesemuanya ini sangat

dirasakan oleh masyarakat petani. Sehingga petani dapat bekerja lebih praktis,

hemat dan produktivitas yang meningkat dari pada sebelum adanya modernisasi

pertanian.

Desa Duriasi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe sebagai daerah yang mayoritas penduduknya

adalah bermata pencaharian sebagai petani khususnya pada petani sawah. Di Desa

Duriasi terdapat lahan permukiman 35 Ha, selain itu terdapat lahan perkebunan 44

2
Ha dan lahan pertanian sawah 68 Ha terdapat sekitar 201 petani sawah, sehingga

menunjukkan bahwa mata pencaharian pokok masyarakat Desa Duriasi adalah

pada sektor pertanian atau usaha pertanian yang meliputi padi sawah, perkebunan,

dan hortikultura petani sayur-sayuran yang ditekuni masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

Wujud modernisasi pertanian di Desa Duriasi yaitu pada awal mulanya

petani sawah dalam bekerja hanya menggunakan peralatan yang sederhana,

misalnya dalam mengolah sawah dahulu hanya menggunakan pacul atau luku

sekarang petani sawah menggunakan traktor tangan (hand tractor), dahulu petani

pada proses penanaman padi dengan menaburkan benih kemudian memindahkan

tanaman, sekarang petani sawah beralih ketanaman benih langsung adalah tidak

melakukan tanaman pindah tetapi benih ditabur secara langsung, kemudian dahulu

petani belum mengenal pupuk dan obat-obatan tanaman, sekarang ini untuk

meningkatkan produksi hasil panen petani telah menggunakan pupuk dan obat-

obatan, dahulu petani hanya mengharapkan air hujan dalam mengairi sawahnya

sekarang ini dengan adanya pompa air, petani tidak lagi mengalami kesulitan

dalam mengairi sawahnya, dan yang paling mencolok adalah dahulu petani dalam

memanen padi menggunakan sabit biasa kemudian bergerigi, sekarang ini petani

dalam proses pemanenan telah menggunakan teknologi pemanen padi Kubota

(combine harvester) yaitu memotong, mengumpulkan dan merontokkan padi dari

tangkainya yang tentunya akan mendukung petani untuk lebih mudah, cepat dan

menghasilkan hasil yang maksimal.

3
Masyarakat di Desa Duriasi mulai mengenal dan menggunakan teknologi

pertanian ini sebagai bentuk dari modernisasi pertanian yakni sekitar tahun 1991,

perkembangan yang terjadi pada masyarakat Desa Duriasi didorong oleh

keinginan masyarakat untuk maju dan berkembang seiring dengan perkembangan

zaman. Masuknya alat-alat pertanian sedikit banyak membawa dampak bagi

kehidupan di Desa Duriasi. Dari Penggunaan alat-alat pertanian yang bersifat

mekanis ini berdampak terhadap kondisi sosial dan ekonomi. Berdasarkan asumsi

pemikiran ini maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Modernisasi Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah di Desa

Duriasi Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi petani sawah sebelum dan setelah

modernisasi teknologi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku?

2. Mengapa modernisasi teknologi pertanian mengakibatkan perubahan

sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku?

2. Batasan Masalah

a. Batasan Temporal (Waktu)

Batasan temporal penelitian ini ialah Tahun 1991-2020. Tahun 1991

ditetapkan sebagai awal kajian, karena pada tahun tersebut awal mula

4
aktivitas masyarakat Desa Duriasi dalam bertani sawah dengan

memanfaatkan teknologi pertanian, tahun 2020 sebagai akhir dari penelitian

hingga saat ini untuk melihat kondisi sosial ekonomi petani sawah setelah

menggunakan teknologi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

sebagai tempat mengalami perubahan.

b. Batasan Spasial (Tempat)

Batasan spasial penelitian ini dilakukan di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe sebagai tempat penelitian ini. Karena desa

tersebut 90% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sawah.

c. Batasan Tematis

Batasan tematis, yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini hanya berfokus pada pembahasan yang berkisar pada aspek

sebagai berikut:

1) Kondisi sosial ekonomi petani sawah sebelum dan setelah modernisasi

teknologi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku?

2) Dampak modernisasi teknologi pertanian terhadap perubahan sosial

ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi petani sawah setelah

modernisasi teknologi pertanian di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

5
2) Untuk mendeskripsikan dampak modernisasi teknologi pertanian terhadap

perubahan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan ilmu

sejarah, dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan

melakukan pengkajian berkaitan dengan judul penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sebagai

berikut:

a. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani sawah di Kabupaten

Konawe, diharapkan dapat termotivasi dalam mengembangkan kegiatan

petani sawah di wilayahnya.

b. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan

kebijakan terkait pengembangan dan pemberdayaan petani sawah yang lebih

baik.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konseptual
1. Konsep Petani Sawah
Petani adalah seseorang yang bergerak dibidang pertanian, utamanya dengan

cara melakukan pengelolaan tanah dan air dengan tujuan untuk menumbuhkan dan

memelihara tanaman dan hewan, dengan harapan memperoleh hasil dari tanaman

dan hewan tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang

lain. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 73 tahun 2007 tentang pedoman

pembinaan kelembagaan pertanian menyebutkan bahwa tani adalah petani yang

dibentuk atas dasar kepentingan, kondisi lingkungan (sosial ekonomi sumber daya)

dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha tani.

Petani sawah adalah seorang yang bekerja mengolah alam memeliki pola

sendiri yang berbeda dari cara kerja perekonomian kapitalis yang cenderung

berupaya mendatangkan keuntungan. Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang

dilakukan dilahan yang basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi,

sawah lebak sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Dengan mengikuti

irama alam pula aktivitas kesibukan kerja petani sawah pun berbeda dengan

kesibukan kerja pada pabrik-pabrik di kota besar. Pada petani sawah, mereka

terbiasa bekerja keras hanya pada masa-masa tertentu, dan mengalami kelonggaran

bekerja pada masa-masa yang lain dalam lingkaran pertanian. Hanya saja, pada
masa-masa tertentu tenaga sendiri biasanya juga tidak cukup untuk menyelesaikan

segala pekerjaan sawah sendiri (Arsten, 2021: 2)

Setiap orang bisa menjadi petani asalkan mempunyai sebidang tanah atau

lebih, walaupun ia sudah mempunyai pekerjaan lain maksudnya bukan berarti

petani tanah harus mencangkul atau mengolah sendiri tanah miliknya, tapi bisa

bekerjasama dengan petani tulen ditanah pertanian miliknya. Apabila ini

diterapkan, berarti pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain

walau hasilnya tidak banyak apabila bermaksud mengolah sendiri, kita tentu harus

benar-benar bisa membagi waktu tetapi kemungkinan akan kesulitan jika tanahnya

lebih dari satu petak.

Petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pemanfaatan sumber daya hayati

yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,

atau sumber energi serta mengolah lingkungan hidupnya guna memenuhi

kebutuhan hidup dengan menggunakan alat yang bersifat tradisional dan modern.

Petani sawah menurut sistemnya :

a. Sawah Irigasi

Sawah irigasi adalah sawah yang dalam proses pengairannya

dilakukan secara teratur dan optimal serta tidak tergantung kepada curah

hujan. Jadi, sistem pengairan ini dilakukan menggunakan sistem irigasi yang

airnya bersumber dari waduk atau bendungan. Itulah sebabnya kenapa disebut

sebagai sawah irigasi. Sistem pertanian dengan menggunakan sawah irigasi

8
ini sangat cocok dari segi musim, karena untuk menanam padi kita tidak

bergantung pada musim hujan saja (Suhari, 1996: 39).

b. Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan adalah sistem pengairan sawah yang hanya

berdasarkan curah hujan atau berdasarkan musm penghujan saja.

c. Sawah Lebak

Sawah lebak adalah sawah yang berada dikiri dan kanan sungai-sungai

besar. Namun jenis sawah ini sekarang sudah jarang sekali karna mengingat

resiko sangat besar dan sangat rentan terhadap banjir (Koentjaraningrat, 1982:

23)

2.  Konsep Perubahan Sosial Ekonomi


a.  Perubahan Sosial
Setiap individu maupun kelompok selalu mengalami perkembangan dan

perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar

lingkungannya. Perubahan yang terus berlangsung dalam kehidupan manusia

sebagai mahluk sosial merupakan usaha untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya atau generasinya sebagai mahluk sosial. Secara umum perubahan sosial

dapat diartikan sebagai perbedaan keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat

dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perkembangan sosial mencakup

proses perkembangan unsur sosial budaya dari waktu ke waktu yang membawa

perbedaan berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat.

9
Perubahan sosial merupakan segala perubahan yang ada pada lembaga

kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya,

termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara

kelompok masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat

juga tidak lepas dari perkembangan ekonomi masyarakat yang dimana diketahui

bahwa Sosiologi ekonomi merupakan study yang mempelajari cara orang atau

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap barang dan jasa,

dengan menggunakan pendekatan atau perspektif analisis sosiologi.Maka dari itu

perubahan sosial yang terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer

misalnya kondisi ekonomi, teknologi, geografi dan biologi. Sehingga kondisi-

kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek

kehidupan sosial lainnya.

Selanjutnya Gilin dalam Soekanto (2009: 263) mengatakan perubahan-

perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara-cara hidup yang telah di terima,

baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil,

komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-

penemuan baru dalam masyarakat.

Dalam pandangan lain Soemardjan dan Soemardi (Basrowi, 2005: 623)

mengemukakan bahwa Perubahan yang berasal dari dalam masyarakat,

perkembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan yang paling luas menghasilakan

teknologi canggih yang mengubah kehidupan manusia. Penemuan-penemuan

baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, baik berupa teknologi

10
maupun berupa gagasan-gagasan menyebar kemasyarakat, dikenal, diakui, dan

selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial.

Sedangkan menurut Nasution (1995: 73) bahwa kehidupan sosial

merupakan suatu proses sosial dalam masyarakat yang mempunyai jangkauan

yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh manusia yang terjadi atas berbagai

kelompok baik kelompok besar maupun kelompok kecil atau tergantung jumlah

anggotanya yakni minimal berjumlah dua orang.

Perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-

lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem

sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara

kelompok-kelompok masyarakat. Jadi perubahan sosial adalah merupakan

sesuatu yang wajar dan timbul dari pergaulan manusia dimana perubahan

tersebut terjadi karena perubahan dalam yang mempertahankan keseimbangan.

Keseimbangan dalam masyarakat merupakan suatu keadaan yang di idam-

idamkan oleh setiap warga masyarakat.

b.  Perubahan Ekonomi

Perubahan ekonomi membawa konsekuensi tersendiri dalam kehidupan

masyarakat petani pedesaan. Perubahan tersebut diantaranya berkaitan dengan

upaya peningkatan produksi pertanian dan pengefektifan tenaga kerja. Pada

akhirnya perubahan ekonomi tersebut mempengaruhi struktur sosial masyarakat.

Hal yang terjadi kemudian adalah munculnya peluang ekonomi dengan

11
memasuki sektor informal sebagai suatu strategi untuk meningkatkan pendapatan

(Tjondronegoro, 2008: 47)

Transformasi masyarakat yang disebabkan oleh perubahan pola

perekonomian terjadi perubahan masyarakat yang bersifat kumulatif dan bahkan

permanen, terjadi pada saat masyarakat mampu memegang kontrol terhadap

sumber daya produksi yang ada dan terkadang pada sumber daya utama seperti

kepemilikan lahan. Hefner menyebutkan bahwa perubahan ekonomi tidak hanya

melulu merupakan persoalan penyebaran teknologi, rasionalisasi pasar ataupun

penetrasi kapitalis, tetapi juga berurusan dengan komunitas, moralitas dan

kekuasaan (Hefner, 1990: 2).

Koentjaraningrat (2003: 35) mengemukakan bahwa kondisi sosial

ekonomi seseorang dapat dilihat dari pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan,

lingkungan tempat tinggal, lingkungan keluarga, dan hal lain yang terkait dengan

aktivitas sosial ekonomi dari individu tersebut. Keadaan sosial ekonomi

masyarakat dapat dikatakan baik jika kebutuhan dasar masyarakat itu telah

terpenuhi. Menurut Hidayat (2006: 31) menyatakan bahwa kehidupan sosial

ekonomi merupakan keadaan pekerjaan yang di tinjau dari segi ekonomi seperti

penghasilan atau upah yang di terima, permodalan dan investasi sedangkan aspek

sosialnya menyangkut lingkungan pemukiman fasilitas sanitasi dan lain-lain.

Selanjutnya Sukirno (1987: 03) memberikan pengertian ekonomi yang

berarti aturan-aturan dalam rumah tangga yang pada dasarnya menerapkan

tentang prinsip-prinsip didalam menggunakan pendapatan rumah tangga tersebut.

12
Mendukung pendapatan tersebut diatas, Soetomo (1995: 117) mengemukakan

pula bahwa dari konsep ekonomi, masalah kemiskinan sangat erat hubungannya

dengan konsep standar hidup, pendapatan dan distribusi pendapatan. Demikian

pula untuk untuk mengukur konsep kemiskinan padat dilihat dari konsep hidup

(level of living) misalnya dapat dilihat dari sudut pandang faktor pendidikan,

kesehatan, perumahan dan kondisi sosialnya.

Berdasarkan definisi di atas, maka sosial ekonomi dalam penelitian ini

adalah perubahan seseorang atau suatu masyarakat mengenai perubahan sosial

yang mencakup tingkat pendidikan, kesehatan, perumahan, komposisi penduduk,

ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam

masyarakat. Sedangkan perubahan ekonomi meliputi pendapatan.

3. Konsep Revolusi Hijau

Revolusi hijau atau revolusi agraria adalah suatu perubahan cara bercocok

tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan

produktivitas pertanian (Suharto, 2008: 17). Definisi lain menyebutkan revolusi

hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari penemuan ilmiah berupa benih

unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak

tingginya hasil panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas

pertanian dengan cara penelitian dan eksperimen bibit unggul.

Perkembangan revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga

berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia. Dengan tumbuhnya kesadaran akan

pentingnya meningkatkan ekonomi dari sektor pertanian yang disebabkan oleh

13
kesadaran akan kebutuhan penduduk yang meningkat dengan pesat, tingkat

produksi pertanian yang masih sangat rendah, dan karena produksi pertanian

belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk, maka upaya yang

dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau ditempuh

dengan cara: Intensifikasi Pertanian, kegiatan pengembangan produksi hasil

pertanian yaitu dengan menerapkan teknologi tepat guna ( panca usaha Tani)

untuk tiap luas tanah pertanian.

Ekstensifikasi Pertanian, ekstensifikasi pertanian, yaitu memperluas lahan

tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan lahanlahan baru (misalnya

mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dan

sebagainya). Diversifikasi Pertanian, usaha penganekaragaman jenis tanaman

pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini

menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas

sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para petani.

Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian

untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya

menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan

teknologi lebih maju atau modern. Revolusi hijau juga mendapatkan kritik dari

pihak pihak yang mempunyai kesadaran akan kelestarian lingkungan karena telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah (Theresia, et al., 2014).

Oleh mereka yang mendukung revolusi industri, mereka menyebutkan

bahwa kerusakan tersebut bukan karena revolusi industri tapi karena akses dalam

14
penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah

ditentukan. Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya

kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan

lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan

karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang

tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan.

Konsep Revolusi Hijau yang di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas

adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya

swasembada beras. Peningkatan produksi beras padi merupakan program yang

mendapat prioritas tertinggi pada Pelita I (dengan harapan dicapainya

swasembada pada akhir pelita I), maka dibentuklah organisasi Bimas tingkat

nasional sampai ketingkat kecamatan (Mubyarto, 1983: 135). Tujuan tersebut

dilatarbelakangi mitos bahwa beras adalah komoditas strategis baik ditinjau dari

segi ekonomi, politik dan sosial.

Revolusi Hijau telah berhasil dalam penyebaran teknologi yang cocok

dan cepat meningkatkan produktivitas padi pada sistem-sistem pertanian dataran

rendah beririgasi (Yoddang, 2005: 4). Di kawasan ini pemerintah membangun

berbagai prasarana guna menunjang program swasembada pangan. Akibatnya

adalah muncul kesenjangan antara kawasan dataran rendah dengan kawasan

dataran tinggi. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kawasan dataran tinggi

membawa akibat pula pada kelestarian dari infrastruktur penunjang Revolusi

Hijau. Revolusi Hijau atau program Bimas meskipun memakan waktu yang

15
relatif lama kurang lebih 20 tahun, telah berhasil mengubah sikap para petani,

khususnya para petani sub sektor pangan, dari “anti” teknologi ke sikap yang

mau memanfaatkan teknologi pertanian modern, seperti pupuk kimia, obatobatan

pelindung, dan bibit padi unggul (Soetrisno, 1995: 13-14).

Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak

mampu mengantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada

pangan secara tetap. Di samping itu Revolusi Hijau juga telah menyebabkan

terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi

Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah

hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat

pedesaan.

B. Kerangka Teoritis
Keberhasilan pembangunan yang diterapkan pada negara-negara di Eropa ini

memberikan pemikiran lanjut untuk melakukan ekspansi pasar ke negara-negara

dunia ketiga, dan banyak memberikan bantuan untuk pembangunannya; dalam

kenyataannya, keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa, ternyata banyak

mengalami kegagalan di negara-negara dunia Ketiga. Penjelasan tentang kegagalan

ini memberikan inspirasi terhadap sarjana-sarjana sosial Amerika, yang kemudian

dikelompokkan dalam satu teori besar, dan dikenal sebagai teori Modernisasi

(Budiman, dalam Frank, 1984: 9).

Asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: (1) Bertolak dari dua kutub

dikotomis yaitu antara masyarakat modern (masyarakat negara-negara maju) dan

16
masyarakat tradisional (masyarakat negara-negara berkembang); (2) Peranan negara-

negara maju sangat dominan dan dianggap positif, yaitu dengan menularkan nilai-

nilai modern disamping memberikan bantuan modal dan teknologi. Tekanan

kegagalan pembangunan bukan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal melainkan

internal; (3) Resep pembangunan yang ditawarkan bisa berlaku untuk siapa, kapan

dan dimana saja (Budiman, dalam Frank, 1984: 10).

Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah, modernisasi seolah-

olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai

sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat

itu sendiri. Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan komentar dari berbagai pihak,

terutama dari kelompok pendukung teori Dependensi, sehingga timbul paradigma

baru yang dikenal sebagai teori Modernisasi Baru (Suwarsono, 1991: 58-61).

Teori modernisasi tersebut dijadikan peneliti untuk menganalisis bagaimana

modernisasi pertanian yang terjadi dan kondisi sosial ekonomi petani sawah di Desa

Duriasi Kecamatan Wonggeduku. Teori modernisasi pada penelitian ini difokuskan

pada analisis peyebab terjadinya modernisasi yang menimbulkan dampak pada

perubahan kondisi sosial ekonomi petani sawah Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku.

C. Tinjauan Historiografi

17
Terkait penelitian terdahulu, penelitian ini yang berjudul “Modernisasi

Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe” dilakukan juga dilandasi oleh beberapa penelitian

terdahulu yang sudah ada. Beberpa penelitian yang terkait dengan penelitian ini

diantaranya.

Yodfiatfinda (2015) penelitian yang berjudul “Perubahan Sosial Kehidupan

Petani Padi Sawah Terhadap Tenaga Kerja Pertanian Di Kabupaten Banggai”.

Penelitian ini mengkaji tentang perubahan sosial kehidupan petani padi sawah dan

pengaruhnya terhadap suplai tenaga kerja pertanian di Kabupaten Banggai Sulawesi

Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan terutama

proyek migas yang sedang pesat dilakukan di Kabupaten Banggai telah membawa

perubahan kegiatan sosial petani sawah di wilayah ini. Perubahan tersebut salah

satunya dapat dilihat dari kecenderungan petani untuk mencari pekerjaan di luar

usaha tani padi sawah. Hal ini menyebabkan berkurangnya suplai tenaga kerja di

usaha tani sawah sehingga mendorong naiknya upah. Di Kabupaten Banggai,

terutama di empat kecamatan wilayah studi kenaikan upah buruh mencapai 10-20%.

Selain kenaikan upah, terbukanya peluang bekerja di proyek migas dan menjadi

penambang emas telah mengurangi suplai tenaga kerja di usaha padi sawah terutama

untuk pekerjaan yang belum bisa digantikan oleh mekanisasi seperti menanam dan

panen.

Wulandari (2015) dengan judul penelitian “Kondisi Sosial Ekonomi Petani

Padi Sawah Di Kelurahan Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”. Hasil

18
penelitian menujukan bahwa latar belakang terjadinya hubungan kerja pemilik sawah

tidak mampu lagi bekerja sibuk dengan pekerjaan lain dan untuk membantu petani

penggarap. Sedangkan petani penggarap dikarenakan tidak punya lahan untuk

menambah penghasilan. Hubungan yang terjalin diantara mereka yaitu hubungan

kerja pada prinsipnya, didasarkan pada pengertian bahwa, kehidupan sosial adalah

keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan sebagai suatu

kesatuan yang tak terpisahkan, untuk mengadakan kerjasama dalam melaksanakan

pekerjaan. Hubungan antara petani pemilik dengan petani penggarap berlangsung

dengan baik. Pada prinsipnya didasarkan pada pengertian bahwa kehidupan social

adalah keseluruhan bagian-bagian atau unsure-unsur yang saling berhubungan

sebagai salah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam melaksakan suatu pekerjaan.

Pola hubungan kerja yang terjadi diantara mereka terlihat dalam bentuk usaha sesuai

dengan peran masing-masing. Pola hubungan kerja yang terjadi melahirkan dua aspek

yang saling menguntungkan diantara mereka, yaitu aspek sosial dan aspek ekonomi.

Hubungan kerja antar petani pemilik dan penggarap terlihat dalam bentuk usaha.

Petani penggarap senantiasa bekerja dengan penuh perhatian dalam melaksanakan

pekerjaannya guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Pemilik sebagai pemilik

sawah mengaharapkan hasil dari sawahnya yang dikerjakan oleh petani penggarap.

Jadi dalam hal ini ada hubungan saling ketergantungan yang menguntungkan kedua

belah pihak. Pendapatan dari hasil sawah yang bervariasi. Hal ini di pengaruhi oleh

luas lahan yang digarap serta hasil kerjaan yang lain. Pendapatan dari hasil

pengolahan sawah sangat tidak memungkinkan untuk memenuhi kehidupan mereka.

19
Dilihat dari jumlah hasil panen yang begitu minim dan harga penjualan padi yang

begitu rendah, serta perlengkapan untuk menggarap sawah yang sangat besar

biayanya.

Nurman (2014) dengan judul penelitian “Perubahan Sosial Ekonomi Dari

Petani Sawah Menjadi Petani Tebu Di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab masyarakat

petani sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng

Kabupaten Bone, untuk mengetahui gambaran perubahan sosial ekonomi dari petani

sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone, dan untuk mengetahui dampak perubahan dari petani sawah menjadi petani

tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Hasil penelitian

menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial ekonomi dari petani

sawah menjadi petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten

Bone, meliputi rasa tidak puas dengan cara bertani sawah, kesadaran akan bertani

sawah bukan lagi cara yang paling aman dalam bertani, karena permintaan dan

penawaran dari pabrik gula, disebabkan oleh diterimanya informasi atau masukan

dari luar, misalnya penyuluhan pertanian untuk menanam tebu demi memenuhi

kebutuhan keluarga, gambaran perubahan sosial ekonomi dari petani sawah menjadi

petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, meliputi

perubahan pola pikir, munculnya usaha tani modern, kondisi perumahan terus

menerus diperbaiki, dan dampak perubahan sosiial ekonomi petani sawah menjadi

petani tebu di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone, meliputi pola

20
hidup yaitu pola konsumsi, kesehatan dan penggunaan teknologi seperti laptop dan

handphone, bertambahnya pendapatan. Sedangkan dampak bagi petani yang tidak

berhasil mereka mengalami kerugian.

Munailatis Zahro, Sri Subekti, dan Lenny Widjayanthi (2017) penelitian

berjudul “Perubahan Sosial Ekonomi Petani Agroforestri Berbasis Kopi di Kabupaten

Jember Jawa Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perubahan sosial

ekonomi petani terhadap konversi hutan menjadi agroforestri berbasis kopi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan agroforestri berbasis kopi menimbulkan

perubahan sosial ekonomi pada petani, perubahan sosial ekonomi yang terjadi yaitu

timbulnya kerjasama antara petani dengan Perhutani terkait dengan pengelolaan lahan

konversi hutan menjadi agroforestri berbasis kopi dan sharing setiap satu tahun

sekali, adanya peningkatan ekonomi petani yang dijadikan sebagai modal perawatan

agroforestri dan pengembangan usaha non pertanian petani, tersedianya surat

pendukung jaminan perkreditan bagi petani untuk melakukan peminjaman modal, dan

tersedianya tabungan untuk biaya pendidikan anak serta masa depan anak petani.

Richi Romel Sembel Martha M. Sendow Welson M. Wangke Jean F.J. Timban

(2015) penelitian ini berjudul “Perubahan Sosial Pada Petani Kelapa (Studi kasus

Petani Kelapa di Desa Senduk, Kecamatan Tombariri)” Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahu terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan petani kelapa

di Desa Senduk selama 10 tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perubahan sosial dalam bentuk tatanan sosial telah pergeseran. Dalam hal ini

pergeseran norma-norma sosial yang mengarah pada perubahan perilaku di

21
masyarakat petani kelapa di Desa Senduk. Demikian juga, telah terjadi perubahan

gaya hidup masyarakat, masyarakat desa lebih cenderung untuk menerapkan gaya

hidup konsumtif. Ditambah dengan masuknya teknologi baru telah mengurangi

interaksi sosial langsung dan juga petani mulai meninggalkan tradisi yang

sebelumnya mereka lakukan. Pertumbuhan penduduk yang terjadi selama 10 tahun

terakhir telah menyebabkan peningkatan kepadatan yang pada gilirannya mendorong

pemerintah Desa Senduk harus memperluas wilayah permukiman baru. Perluasan

daerah pemukiman telah berdampak pada lahan pertanian dengan terjadinya

penyempitan luas lahan pertanian akibat terjadinya alih fungsi penggunaan dari lahan

pertanian menjadi lahan pemukiman.

Beberapa penelitian di atas, pada dasarnya memiliki kesamaan objek dengan

tulisan ini yakni sistem kehidupan bertani masyarakat, namun terdapat beberapa

berbedaan-perbedaan yang sangat spesifik di dalamnya yakni tentang tujuan

penelitian, metode yang digunakan, teori yang digunakan dan lokasi penelitianya.

Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini mengkaji pada perubahan

kehidupan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

Kabupaten Konawe.

BAB III
METODE PENELITIAN

22
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe pada bulan Januari sampai Maret tahun 2022.

Alasan pemilihan lokasi tersebut karena di Desa Duriasi tersebut banyak masyarakat

yang berprofesi sebagai petani sawah.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah sosial ekonomi yang

bersifat deskriptif kualitatif, yakni suatu jenis penelitian berusaha

mendeskripsikan data-data dan fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan bahan

informasi atau temuan dari objek yang diteliti dilapangan atau lokasi penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

multidimensi. Pendekatan multidimensi adalah suatu pendekatan dengan

menggunakan bantuan konsep-konsep dan teori-teori dari berbagai cabang ilmu sosial

untuk menganalisis peristiwa masa lampau.

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan sumber data primer, sekunder, dan tersier.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian tanpa

adanya perantara seperti pernyataan informan mengenai perubahan kehidupan sosial

ekonomi petani sawah. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber

yang telah tersedia seperti gambaran umum lo kasi penelitian. Data ini diperoleh dari

dokumen dan arsip dari pemerintah desa/kelurahan yang menjadi lokasi penelitian.

23
Data tersier adalah data penunjang dari data primer dan sekunder. Data ini diperoleh

melalui kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan perubahan

kehidupan sosial ekonomi petani sawah dan modernisasi teknologi.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian sejarah yang

dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995: 89) yang meliputi lima tahapan yaitu : 1)

pemilihan topik, 2) heuristik sumber, 3) verifikasi sumber, 4) interpretasi sumber dan

5) historiografi.

1. Pemilihan Topik

Pemilihan topik penulis memilih topik yang ada kaitanya dengan sejarah

sebab penelitian ini adalah penelitian sejarah. Topik yang dipilih berdasarkan

pertimbangan dua hal yaitu:

a. Kedekatan Emosional

Penelitian yang dilakukan perlu melihat beberapa hal misalnya

tempatnya yang mudah dijangkau, sumber-sumber yang diperlukan mudah

didapat baik berupa dokumen tertulis dan sumber lisan yang di peroleh dari

informan.

b. Kedekatan Intelektual

Untuk menunjang dan memudahkan penelitian ini tentang penelitan

ini, maka telah dilakukan pengayaan terhadap beberapa konsep dan teori

yang relevan seperti konsep petani sawah, perubahan sosial ekonomi dan

teori modernisasi. Sedangkan dari aspek metodologi telah dilakukan

24
pengayaan terhadap metodologi penelitian sejarah yang dikemukakan oleh

Kuntowijoyo (1995: 89) yang terdiri dari lima tahap yaitu: pemilihan topik,

heuristik sumber, verifikasi sumber, interpretasi sumber dan historiografi.

2. Heuristik Sumber

Heuristik merupakan suatu proses pengumpulan sumber sejarah

sebanyak-banyaknya. Penelitian tentang modernisasi teknologi pertanian dan

kondisi sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku

Kabupaten Konawe 1991-2020 menggunakan tiga bentuk sumber sebagai

berikut:

1. Sumber Tertulis

Sumber tertulis yaitu data yang diperoleh dalam bentuk arsip, buku-buku,

skripsi serta laporan hasil penelitian yang relevan. Adapun sumber tersebut

diperoleh di Perpustakaan Universitas Halu Oleo dan sumber internet berupa

jurnal yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Sumber Lisan

Sumber lisan yaitu data yang diperoleh melalui studi lisan atau hasil

wawancara secara langsung dengan informan yang di anggap mengetahui tentang

perubahan kehidupan sosial ekonomi petani sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku Kabupaten Konawe.

3. Sumber Artefak

25
Sumber artefak yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan berupa

tinjauan langsung terhadap benda-benda atau alat-alat yang berkaitan dengan

perubahan kehidupan sosial ekonomi petani sawah dan modernisasi pertanian

yang diperoleh di Desa Duriasi sebagai lokasi penelitian.

3. Verifikasi Sumber

Pada tahap ini, peneliti menganalisis legitimasi dan kebenaran sumber,

terutama sumber keaslian dan validitasnya perlu dipertanyakan. Analisis sumber

bermaksud untuk memilih atau menyalurkan (menguji) informasi kronik ke

dalam realitas otentik. Untuk menemukan kebenaran (validitas) dan kepercayaan

(realitas) dari informasi yang dikumpulkan, para analis mengarahkan

penyelidikan analisis otentik, baik analisis luar maupun analisis ke dalam.

a. Analisis luar, yakni analisis khusus yang dilakukan untuk memutuskan

keaslian sumber yang diperoleh dengan mengkonfirmasi atau menguji

bagian-bagian dari sumber otentik. Penelusuran sumber-sumber tersusun

yang ada hubungannya dengan latar belakang masyarakat bertani sawah

Desa Duriasi Kecamatan Wonggeduku. Dengan menganalisis sifat luar

untuk memperoleh informasi yang lebih tepat. Mengenai sifat-sifat yang

disinggung dalam surat atau catatan, hal-hal yang harus diperiksa adalah

kertas, tinta, gaya penulisan, bahasa, kalimat, artikulasi, kata-kata, huruf dan

semua penampilan luarnya sehingga dapat diketahui keabsahannya.

b. Analisis ke dalam, yakni analisis khusus yang dilakukan untuk menentukan

keabsahan substansi dari sumber-sumber yang dapat diverifikasi. Analis

26
mencoba data yang diberikan untuk situasi ini sehubungan dengan latar

belakang masyarakat bertani sawah di Desa Duriasi Kecamatan

Wonggeduku.

4. Interpretasi Sumber

Setelah melakukan penelitian data melalui uji outentisitas dan uji

kredibilitas, maka data tersebut diinterpretasi atau ditafsirkan dengan mengacu

pada konsep yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada bagian ini,

outentisitas dan kredibilitas sumber data yang didapatkan melalui kritik

selanjutnya, dihubungkan dengan data yang satu dengan data yang lain sehingga

didapatkan fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya secara ilmiah yang

dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Analisis, yakni proses penguraian sumber-sumber data berdasarkan fakta yang

telah melewati proses tahap kritik dan telah diinterpretasi sehingga dapat

diperoleh kebenaran sesuai kenyataan yang terjadi.

b. Sintesis, yakni proses menyatukan beberapa data yang terkumpul yang

dianggap saling berhubungan dan relevan dengan penelitian yang dikaji.

5. Historiografi

Historiografi atau penulisan sejarah yang relevan dengan topik penelitian

ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian penelitian sejarah. Pada bagian

ini, Penulis menyusun kisah dengan memperhatikan aspek kronologis dan

sistematis. Penyajian penulis dalam bentuk penulisan sejarah ini mempunyai tiga

bagian yaitu pengantar, hasil penelitian dan simpulan hasil penelitian.

27
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Badan Pusat Statistik. 2020. Konawe dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Konawe.

Basrowi. 2005. Perubahan Sosial. Yogyakarta : Prenada Media Group.


Budiman, Arif (terj.) Frank, Andre Gunder. 1984. Sosiologi Pembangunan dan
Keterbelakangan. Jakarta: Pustaka Pulsar.

Dillon, H.S. 2004. Pertanian Membangun Bangsa. Jakarta: Penebar Swadaya.

Dinas Pertanian Kabupaten Konawe. 2020. Statistik Pertanian Kabupaten Konawe.


Dinas Pertanian.

Hefner, R. 1990. The Political Economy Mountain Java: An Interpretative History.


Barkeley and Los Angeles, CA: University of California.

Hidayat. 2006. Sosiologi Pedesaan Mencari Suatu Strategi Pembangunan


Masyarakat Berparadigma Ganda. Jakarta: Adi Offiser.

Koentjaraningrat. 2003. Pokok-Pokok Ilmu Antropologi. Jakarta: UI Press.


Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Tiara wacana

Leirissa, R.Z. 1996. Historiografi Umum Rencana Perkuliahan (Program Register


Study Sejarah UI). Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mubyarto. 1983. Politik Pertaniaan dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar


Harapan.

Nasution, Zulkarnain. 1995. Komunikasi Pembangunan Pengantar Teori dan


Penerapannya. Jakarta: Grafindo persada.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.


Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. Grafindo.

Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisisus.


Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka jaya.
So, Alvin Y., dan Suwarsono. 1991. Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di
Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia. Jakarta:
LP3ES.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suhari. 2007. Sanggar Negeriku. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Peran Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara
Kesejahteraan (welfare state) di Indonesia. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadomo. 1987. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Theresia, Aprilia. Krisnha S. Andini, Prima GP. Nugraha dan Totok Mardikanto.
2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Acuan Bagi Praktisi, Akademisi
dan pemerhati Pengembangan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Tjondronegoro. 2008. Dua Abad Penguasaan Tanah. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Yoddang. 2005. Dari Sistem Tebang Bakar ke Peremajaan Kembali: Revolusi Hijau
di Dataran Tinggi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

B. Jurnal
1. Annisa, Rizki., Muhammad Shulhan Hadi., dan Abdul Hafiz. 2019.
“Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kopi di Desa Jurit Baru
Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur Tahun 1999-2015”. Jurnal
Ilmu Sejarah dan Pendidikan.  3 (2).

Koentjaraningrat, Masalah-Masalah Pembangunan, Bunga Rampai Antropologi


Terapan, Jakarta: LP3ES, 1982.

29
Lathifah, Af’idatul., dan Lydia Christianti. 2019. “Perubahan Sosial-Ekonomi
Masyarakat Petani di Sekitar Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Gunung
Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi.

Rahmawaty, S. 2013. Analisis Peran Serta Masyarakat Dalam Keberhasilan Program


Community Led Total Sanitation (CLTS). Jurnal Promkes. 1 (2), 138-
144.

Yodfiatfinda. 2015. Perubahan Sosial Petani Padi Sawah Terhadap Tenaga Kerja
Pertanian Di Kabupaten Banggai. Jurnal Kesejahteraan Sosial. 2 (1), 43-
50.

Zahro, Munailatis., Sri Subekti., dan Lenny Widjayanthi. 2017. “Perubahan Sosial
Ekonomi Petani Agroforestri Berbasis Kopi di Kabupaten Jember Jawa
Timur”. Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik. 5 (2), 159-168.

C. Skripsi
Blongkod, Kristiana. 2018. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cabe
Rawit di Desa Pinontoyonga Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo
Utara. Skripsi. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Gorontalo.

Nurman, Andi. 2014. Perubahan Sosial Ekonomi Dari Petani Sawah Menjadi Petani
Tebu Di Desa Batulappa Kecamatan Patimpeng Kabupaten Bone. Skripsi.
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.

Wulandari. 2013. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Di Kelurahan


Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Skripsi. Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar.

Yanis. M. 2013. Pengaruh Teknologi Pertanian Terhadap Perubahan Sosial


Masyarakat Petani Padi Sawah (Suatu Penelitian di Kemukiman Glee Yeung
Kecamatan Kuta Cet Gile, Kabupaten aceh Besar). Skripsi. Banda Aceh:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unsyiah Aceh.

Undang-Undang:
Republik Indonesia. Permentan Nomor 73 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan pertanian.

Website:

30
Van, Arsten. Pengertian Petani. Diakses 20 Oktober 2021. http://
www.tokomesin.com/pengertian.pertanian. html.

31

Anda mungkin juga menyukai