Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

KEARIFAN LOKAL DAN MODAL SOSIAL

(Di Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba)

OLEH :
KELAS C4
KELOMPOK 2
FITRIA YUSVITASARI YUSUF 08320200043
SHANDY AMRAN 08320200046
NURUL ANNISA 08320210106
JUSMADI 08320190222

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN
1. Mata Kuliah : Kearifan Lokal dan Modal Sosial
2. Identitas Mahasiswa

a. Nama lengkap dan stambuk : Fitria Yusvitasari Yusuf 08320200043


Shandy Amran 08320200046
Nurul Annisa 08320210106
Jusmadi 08320190222
b. Fakultas/ Jurusan : Pertanian/ Agribisnis

c. Perguruan Tinggi : Universitas Muslim Indonesia

d. Lokasi Praktik Lapang :Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa,

Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi

Selatan.

Makassar, 12 Mei 2023

Disetujui Oleh;

Koordinator Praktik Lapang Asisten Praktik Lapang

Dr. Andi Masliah Tenrisau`Adam, S.P, M.Si

Mengetahui;

Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Rasmaeidah Rasyid, M.M


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kita diberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan yang berjudul Laporan Praktek Lapang Kearifan Lokal
Dan Modal Sosial ini tepat pada waktunya.
Dalam penulisan laporan ini kami berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini karena banyak mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak baik berupa materi maupun sumbangan
pemikiran.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangan sangat kami
harapkan untuk membuat laporan ini lebih baik lagi.

Makassar, 12 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Lapang........................................................................ 6
1.3 Kegunaan Praktik Lapang................................................................... 6
II. TINJAUAN TEORITIS..........................................................................
2.1 Kearifan Lokal.....................................................................................
2.2 Fungsi Kearifan Lokal.........................................................................
2.3 Modal Sosial........................................................................................
2.4 Jenis-jenis Modal Sosial......................................................................
III. KEADAAN UMUM WILAYAH PRAKTIK LAPANG.....................
3.1 Letak Geografis Wilayah Praktek Lapang..........................................
3.2 Keadaan Penduduk..............................................................................
3.3 Keadaan Pertanian...............................................................................
3.4 Sarana dan Prasarana...........................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
4.1 Identitas Responden.............................................................................
4.2 Pelaksanaan Nilai-nilai Kearifan Lokal pada Usahatani Padi.............
4.3 Modal Sosial Yang Ada Dalam Masyarakat Tani...............................
V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
5.1 Kesimpulan..........................................................................................
5.2 Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L) merupakan tanaman yang sangat penting


keberadaannya, karena beras yang dihasilkan merupakan sumber makanan pokok
dan bahkan bagi separuh penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa, dari 3 miliar
penduduk Asia termasuk 200 juta penduduk Indonesia, sangat menggantungkan
kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara 100 juta dari 1,2 milyar penduduk
Afrika dan Amerika latin hidup dengan mengkonsumsi beras. Di Negara-negara
Asia pada umumnya beras memiliki nilai ekonomis sangat berarti. Oleh karena
itu padi dapat mempengaruhi kestabilan politik, ekonomi dan pertanian negara,
serta mempengaruhi biaya kerja dan harga bahan lainnya ( Suarjana dkk, 2015).
Kegiatan dalam budidaya tanaman padi pada umumnya meliputi
pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit tanam, pemupukan dan
pemeliharaan yang meliputi pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan
penyakit dan panen, serta pasca panen. Beberapa dekade terakhir telah banyak
diperkenalkan dan dikembangkan berbagai jenis teknologi budidaya tanaman
padi. Teknologi tersebut terbagi dalam sistem tanpa olah tanah (TOT) yaitu
penanaman tanaman padi dengan melakukan spesifik pengolahan tanah untuk
menjaga keadaan lingkungan pada kondisi yang sebenarnya. Teknologi jajar
legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar barisan
sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah. Teknolgi sistem tanam
benih secara langsugn dengan cara menabur atau memasukkan benih langsung ke
dalam tanah dengan cara ditugal, biasanya sistem tanam seperti ini diaplikasikan
pada tanaman padi SRI yang adapat ditanam secara langsung di lahan.( Rauf.A
dkk, 2014).

Tanaman padi tumbuh di daerah dengan iklim tropis dan subtropis dengan
garis lintang 450 lintang utara dan 450 lintang selatan dengan kondisi panasa
dankelembaban yang tinggi. Tanaman padi menghendaki sinar matahari penuh
selama 12 jam. Berbagai sistem tanam yang dilakukan oleh petani, namun sistem
tanam jajar legowo mulai banyak diterapkan di indonesia. Berdasarkan
permasalahan yang mendasar pada cuaca dan iklim di negara tropis sangat sulit
untuk ditentukan. Penanaman tanaman padi sebaiknya serentak untuk
memperoleh hasil produksi yang maksimal dan mencegah berkembangnya hama
dan penyakit. Produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor
penting yang perlu mendapat perhatian. Faktor tesebut adalah syarat tumbuh
tanaman, cuaca dan iklim, teknik atau teknologi yang diterapkan, varietas yang
digunakan, panen, dan penanganan pasca panen. Salah satu langkah yang mudah
dilakukan adalah dengan menggunakan varietas tanaman unggul yang tahan
terhadap cekaman lingkungan aupun serangan hama dan penyakit.(Rauf.A dkk,
2014)

Namun, jika kita berbicara tentang lingkungan, maka lingkungan


merupakan faktor pembatas dalam budidaya tanaman padi karena iklim tidak
dapat dimanipulasi. Berbagai teknik penanaman sudah dilakukan oleh petani di
indonesia. Sistem penanaman yang dilakukan mulai dari penaman lahan basah
dengan irigasi yang cukup, penanaman pada lahan berlumpur dan penanaman
dengan jarak tanam dan irigasi yang baik. Pemeliharaan tanaman sangat erat
kaitannya dengan menjaga kebutuhan tanaman akan nutrisi. Pemupukan
merupakan salah satu kegiatan untuk menambahkan nutrisi melalui media tanah
sebagai suber bahan organik untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Hal-hal yang
kurang diperhatikan oleh petani adalah saat panen dan pasca penen tanaman padi.
Penanganan pasca panen tanaman padi kurang diperhatikan oleh masyarakat.
Sistem budidaya yang dapat dilakukan adalah sitem tanpa olah tanah, penanaman
langsung, dan jajar legowo.(Ikhwani dkk, 2013)
Padi merupakan komoditas utama yang selalu di budidayakan oleh petani
Indonesia, tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas
budidaya tanaman padi salah satunya adalah pemupukan. Pupuk merupakan salah
satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan
memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian.
Pemupukan adalah tindakan penambahan unsur hara pada tanah untuk
memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaa pupuk secara
berlebihan dapat menurunkan efisiensi pemupukan dan kualitas lingkungan. Oleh
karena itu pemupukan berimbang menjadi hal yang sangat penting dalam proses
produksi suatu komoditas dalam bidang pertanian. Pemupukan berimbang
spesifik lokasi merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan
meningkatkan produktifitas pertanian. Pemupukan berimbang spesifik lokasi
perlu dilakukan karena sangat berguna dalam menetapkan pemberian pupuk yang
tepat takaran, tepat waktu, dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai dengan status
kesuburan tanah sawahnya sehingga pemupukan akan lebih efisien. Pemupukan
berimbang spesifik lokasi perlu dukungan dari hasil uji tanah yang mewakili sifat
kimia tanahnya. Uji tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia tanah untuk
mengevaluasi status kesuburan tanah (Suarjana dkk, 2015).
Kearifan lokal merupakan modal sosial yang harus digali dalam
mengahadapi tantangan budaya global. Keberagaman suku bangsa yang di miliki
Indonesia merupakan modal bangsa untuk terus berkembang sebagai bangsa yang
kuat dalam menjalin hubungan sosial dengan landasan nilai-nilai yang dimiliki
oleh masyarakat. Kehadiran modal sosial yang dimiliki oleh Indonesia dapat
menjadi titik balik bagi sebuah identitas dan eksistensi sebagai masyarakat yang
dapat hidup dengan kebijaksanaannya (Syifa Ayyada Jannati, 2020).
Modal sosial merupakan sarana agar terjadi keikatan yang kokoh dalam
membangun suatu masyarakat. Ada dua kategori dalam modal sosial yaitu yang
menekankan pada jaringan hubungan sosial dan menekankan pada karakteristik
yang melekat pada diri individu yang terlibat dalam interaksi sosial. Modal sosial
sangat diperlukan oleh masyarakat agar terjaga kelangsugnan hidupnya dalam
menghadapi gelombang yang dasyat dalam era teknologi informasi. Kualitas
masyarakat yang modal sosialnya tinggi diwarnai oleh adanya konsep,
kompetensi, koneksi, kredibilitas dan kepedulian (Djamaludin Ancok, 2013).

1.2 Tujuan Praktik Lapang


Adapun tujuan dilaksankannya praktik lapang, yaitu :
1. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat tani dalam berusahatani
padi di Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
2. Mendeskripsikan alasan petani melaksanakan atau tidak melaksanakan nilai-
nilai kearifan lokal dalam berusahatani padi di Desa Bontominasa, Kecamatan
Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis modal sosial yang ada dalam masyarakat tani di
Desa Bontominsa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
1.3 Kegunaan Praktik Lapang
Adapun kegunaan praktik lapang Kearifan Lokal dan Modal Sosial di Desa
Buntuminasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah
Memberikan suatu informasi kepada pemerintah tentang kearifan lokal dan
modal sosial yang ada di Desa Buntuminasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Petani
Memberikan informasi kepada petani tentang kearifan lokal dan modal
sosial yang ada di Desa Buntuminasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Mahasiswa
Memberikan informasi kepada seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa
pertanian mengenai kearifan lokal dan modal sosial yang ada di Desa
Buntuminasa, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan.pada daerah terssebut.
II. TNJAUAN TEORITIS

2.1 Kearifan Lokal


Kearifan lokal menurut Rinitami Njatrijani (2018), adalah semen pengikat
dalam bentuk kebudayaan yang sudah ada sehingga didasari keberadaan. Kearifan
lokal dapat didefinisikan sebagai suatu budaya yang diciptakan oleh aktor-aktor
lokal melalui proses yang berulang-ulang, melalui internalisasi dan interpretasi
ajaran agama dan budaya yang disosialisasikan dalam bentuk norma-norma dan
dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.
Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan komprehensif. Cakupan
kearifan lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi oleh ruang.
Kearifan tradisional dan kearifan kini berbeda dengan kearifan lokal. Kearifan
lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari kearifan tersebut sehingga
tidak harus merupakan sebuah kearifan yang telah diwariskan dari generasi ke
generasi. Kearifan lokal bisa merupakan kearifan yang belum lama muncul dalam
suatu komunitas sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan alam dan
interaksinya dengan masyarakat serta budaya lain (Rinitami Njatrijani, 2018).
Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta
sebagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kearifan lokal adalah
segala bentuk kebijaksanaan yang didasari nilai-nilai kebaikan yang dipercaya,
diterapkan dan senantiasa dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang
cukup lama (secara turun temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau
wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Secara etimologi, kearifan
lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal
(local). Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat
(local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat
(local genious) (Rinitami Njatrijani, 2018).
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan berarti kebijaksanaan,
kecendekiaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam berinteraksi. Kata lokal,
yang berarti tempat atau pada suatu tempat atau pada suatu tempat tumbuh,
terdapat, hidup sesuatu yang mungkin berbeda dengan tempat lain atau terdapat di
suatu tempat yang bernilai yang mungkin berlaku setempat atau mungkin juga
berlaku universal.
2. Pengertian Kearifan Lokal menurut UU No. 32 Tahun 2009 adalah nilai-nilai
luhur yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk
melindungi sekaligus mengelola lingkungan hidup secara lestari.
3. Menurut Sedyawati, kearifan lokal diartikan sebagai kearifan dalam
kebudayaan tradisional suku-suku bangsa. Kearifan dalam arti luas tidak hanya
berupa norma-norma dan nilai-nilai budaya, melainkan juga segala unsur gagasan,
termasuk yang berimplikasi pada teknologi, penanganan kesehatan, dan estetika.
Dengan pengertian tersebut maka yang termasuk sebagai penjabaran kearifan
lokal adalah berbagai pola tindakan dan hasil budaya materialnya.
4. Menurut Rosidi, istilah kearifan lokal adalah hasil terjemahan dari local genius
yang diperkenalkan pertama kali oleh Quaritch Wales pada tahun 1948-1949 yang
berarti kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh
kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan (Rinitami
Njatrijani, 2018).
2.2 Fungsi Kearifan Lokal
Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam masyarakat baik pelestarian
sumber daya alam dan manusia, adat, dan budaya, serta bermanfaat untuk
kehidupan, dan menjadi bagian dari cara hidup masyarakat yang arif untuk
menghadapi dan memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Menurut
Rohaendi (1986:21) fungsi kearifan lokal di antaranya: a) sebagai filter dan
pengendali terhadap budaya luar, b) Mengkomodasi unsur-unsur budaya luar, c)
Mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, d) Memberi arah pada
perkembangan budaya (I Gede Januariawan, 2021).
Kearifan lokal dipandang sangat bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri
dalam kehidupan masyarakat. Sistem tersebut dikembangkan karena adanya
kebutuhan untuk menghayati, mempertahankan, dan melangsungkan hidup sesuai
dengan situasi, kondisi, kemampuan, dan tata nilai yang dihayati di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, kearifan lokal tersebut
kemudian menjadi bagian dari cara hidup mereka yang arif untuk memecahkan
segala permasalahan hidup yang mereka hadapi. Berkat kearifan lokal mereka
dapat melangsungkan kehidupannya, bahkan dapat berkembang secara
berkelanjutan (I Gede Januariawan, 2021).
Adapun fungsi kearifan lokal terhadap masuknya budaya luar adalah
sebagai berikut:

1. Sebagai filter dan pengendali terhadap budaya luar.


2. Mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
3. Mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.
4. Memberi arah pada perkembangan budaya.
2.3 Modal Sosial
Modal sosial adalah sekumpulan sumberdaya aktual atau potensial yang
terkait dengan pemilikan suatu jejaring yang tahan lama dari hubungan-hubungan
yang sudah terlembagakan yang berawal dari pengenalan dan pengakuan yang
saling menguntungkan (Anyualatha Haridison, 2013).
Modal sosial dilihat berdasarkan fungsinya, yang bukan merupakan entitas
tunggal tetapi terdiri dari berbagai entitas yang berbeda-beda, dengan dua
karakteristik umum, yakni: (1) semuanya terdiri-dari atas beberapa aspek dari
struktur sosial, dan (2) entitas-entitas tersebut memfasilitasi tindakan
individuindividu yang ada dalam struktur tersebut. Seperti bentuk modal lainnya,
modal sosial bersifat produktif, yang memungkinkan pencapaian beberapa tujuan
yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. Seperti modal fisik dan modal
manusia, modal sosial tidak sepenuhnya dapat ditukar, tetapi dapat ditukar terkait
dengan aktivitas-aktivitas tertentu. Bentuk modal tertentu yang bernilai untuk
memudahkan beberapa tindakan bisa jadi tidak berguna atau merugikan orang 6
lain. Tidak seperti modal lainnya, modal sosial melekat pada struktur relasi di
antara orang dan kalangan orang (Anyualatha Haridison, 2013).
Modal sosial adalah suatu kumpulan dari asosiasiasosiasi yang bersifat
horisontal di antara orang-orang yang mempunyai pengaruh terhadap
produktivitas dari masyarakat setempat. Asosiasi-asosiasi yang dimaksud,
termasuk jejaring dari pertalian warga masyarakat (civic engagement) dan
normanorma sosial. Asumsi yang mendasari konsep Putnam adalah: (1) jejaring
dan norma-norma yang secara empiris saling terkait; dan (2) jejaring dan
normanorma dimaksud mempunyai konsekuensi-konsekuensi ekonomi yang
penting. Oleh sebab itu, ciri kunci dari modal sosial sebagaimana definisi Putnam
adalah modal sosial memfasilitasi koordinasi dan kerja sama bagi keuntungan
bersama (timbal balik) dari para anggota suatu asosiasi (Anyualatha Haridison,
2013).
Modal sosial adalah kemampuan dari para aktor untuk menjamin manfaat
dengan bertumpu pada keanggotaan dalam jejaring sosial dan struktur-struktur
sosial lain. Sedangkan menurut Woolcock (1998) modal sosial adalah derajat
kohesi sosial yang ada dalam komunitas. Ia mengacu pada proses-proses antar
orang yang membangun jejaring, norma-norma, dan social trust, dan
memperlancar koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan (Anyualatha
Haridison, 2013).
Modal sosial umumnya merujuk pada ketersediaan rasa saling percaya di
dalam masyarakat (stocks of sosial trust), norma-norma, dan jejaring yang dapat
dimanfaatkan masyarakat dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan
bersama. Fukuyama (1995) mengkonsepsikan modal sosial sebagai suatu norma
informal yang mendorong kerjasama yang saling menguntungkan (Anyualatha
Haridison, 2013). Dapat disimpulkan bahwa modal sosial adalah : (1) sekumpulan
sumberdaya aktual dan potensial; (2) entitasnya terdiri-dari atas beberapa aspek
dari struktur sosial, dan entitasentitas tersebut memfasilitasi tindakan
individuindividu yang ada dalam struktur tersebut; (3) asosiasi-asosiasi yang
bersifat horisontal; (3) kemampuan aktor untuk menjamin manfaat; (4) informasi;
(5) 7 norma-norma; (6) nilai-nilai; (7) resiprositas; (8) kerjasama; (9) jejaring
(Anyualatha Haridison, 2013).
2.4 Jenis-Jenis Modal Sosial
2.4.1 Kepercayaan
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat pihak-pihak
yang berinteraks. Kepercayaan (trust) merupakan suatu komponen penting ketika
seseorang menjalankan suatu usaha atau kegiatan produksi. Kepercayaan
merupakan hal yang mendasar untuk membentuk dan menjalankan sebuah
hubungan (kerjasama). Kepercayaan merupakan “hubungan antara dua belah
pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu pihak
atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial”. Kepercayaan adalah dasar dari
tatanan sosial, komunitas tergantung pada kepercayaan timbal balik dan tidak
akan muncul secara spontan tanpanya (Thomas Santoso, 2020).
Setiap individu memiliki keterbatasan dalam memperkirakan sesuatu untuk
mengatasi ketidakpastian, maka setiap individu harus menjalin hubungan
kepercayaan dengan orang lain. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia
untuk bekerja sama, kerja sama tidak mungkin terjalin jika tidak didasari dengan
adanya saling percaya di antara semua pihak yang terlibat. Rasa saling
mempercayai antar anggota di dalam suatu kelompok sangat menentukan kerja
sama antar anggota yang pada akhirnya akan menentukan hasil dari output suatu
kelompok. Unsur terpenting dalam modal sosial adalah kepercayaan yang
merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat.
Dengan kepercayaan orang-orang tersebut akan bisa bekerjasama secara lebih
efektif. Kepercayaan adalah dimensi yang paling dekat berhubungan dengan
modal sosial, baik itu sebagai suatu bagian langsung dari modal sosial ataupun
sebagai hasil dari modal social (Thomas Santoso, 2020).
Rasa percaya merupakan perwujudan dari modal sosial kognitif yang dapat
tercermin dari persepsi sikap percaya individu terhadap anggota komunitas. Pada
lingkup mikro seperti masyarakat desa, sikap percaya tercermin dalam interaksi
seharihari antar anggota masyarakat yang bersifat vertikal maupun horizontal.
Selain itu, modal sosial kognitif juga tercermin dari sikap toleransi 8 antar
anggota masyarakat yang tergambar dalam kerukunan hidup masyarakat (Thomas
Santoso, 2020).
2.4.2 Jaringan
Salah satu pengertian yang dikemukakan oleh Robert Lawang (2004),
jaringan merupakan terjemahan dari network yang berasal dari dua suku kata yaitu
net dan work. Net diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai jaringan, tenunan
seperti jala, terdiri dari banyak ikatan antar simpul yang saling terhubung satu
sama lain. Sedangkan kata work bermakna sebagai kerja. Gabungan kata net dan
work, sehingga menjadi network yang menekankan pada kerja bukan jaring, yang
dimengerti sebagai bekerja dalam hubungan simpul-simpul seperti halnya jarring
(net) (Thomas Santoso, 2020).
Modal sosial dapat dibangun oleh setiap individu, yang memiliki
kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisai sebagai
bagian yang penting dari nilai-nilai yang melekat. Salah satu kunci keberhasilan
membangun modal sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam
suatu organisasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu hubungan
jaringan social. Ide sentral dari modal sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial
merupakan suatu aset yang bernilai. Jaringan-jaringan menyediakan suatu basis
bagi kohesi sosial karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama
lain dan bukan hanya dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar
saling menguntungkan (Thomas Santoso, 2020).
Untuk memperoleh manfaat modal sosial, setiap individu harus
memelihara dan memperluas jejaringan sosial, setiap individu harus memelihara
dan memperluas jejaring sosial. Keduanya dapat dilakukan dengan menjadi
bagian dalam kelompok sosial dan aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Semakin besar dan banyak jejaring sosial yang terbentuk, semakin terbuka
kesempatan seseorang untuk mengakses dan memnfaatkan modal sosial yang ada
dalam jejaring (Thomas Santoso, 2020).
2.4.3 Norma
Setiap manusia membutuhkan aturan yang lebih dikenal dengan norma
sosial. Aturan-aturn kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh
semua anggota masyarakat dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan
dalam konteks hubungan sosial. Dapat dikatakan bahwa norma merupakan wujud
konkrit dan nilai-nilai pedoman yang berisi keharusan, kebolehan, dan suatu
larangan (Thomas Santoso, 2020).
Modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma dan
kepercayaan bagian yang mendorong partisipan bertindak secara lebih efektif
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup tanpa kerjasama dengan individu lainnya, untuk dapat bekerja sama
dengan individu lainnya maka dibutuhkan kondisi dan suasana yang tertib dan
teratur. Untuk hal ini setiap individu membutuhkan aturan, tata pergaulan,
sehingga dapat meciptakan suasana yang harmonis (Thomas Santoso, 2020).
Manusia sebagai sumber daya sosial yang terakhir, dipahami sebagai aturan
main bersama yang menuntun perilaku seseorang. Norma terbentuk karena adanya
interaksi sosial dalam suatu kelompok individu. Agar suasana tetap harmonis
maka dibutuhkannya tata pergaulan untuk mengatur agar suasana tetap harmonis.
Untuk mencapainya maka dibentuklah norma sebagai pedoman yang dapat
digunakan. Bangsa yang memiliki modal sosial tinggi cenderung leebih efisien
dan efektif dalam menjalankan berbagai kebijakan untuk menyejahterakan dan
memajukan kehidupan rakyatnya. Modal sosial dapat meningkatkan kemampuan
indivi du untuk menyelesaikan kompleksitas permasalahan bersama, mendorong
perubhan yang cepat di dalam masyarakat, menumbuhkan kesadaran kolektif
untuk memperbaiki kualitas hidup, dan mencari peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan kesejahteraan. Hal ini terbangun karena adanya kohefisien
dalam masyarakat yang ditandai dengan semangat untuk melakukan kebaikan
secara ikhlas dan berpartisipasi aktif dalam rangka mendukung berbagai kegiatan
yang dilaksanakan untuk peningkatan kesejahteraan (Thomas Santoso, 2020).
III. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK LAPANG

3.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Bulukumba adalah merupakan salah satu kabupaten yang


terletak di bagian Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak kurang lebih 153 Km
dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak diantara 05” 20” - 05” 49
Lintang Selatan (LS) dan 119” 58" - 120” 28' Bujur Timur (BT)

Tabel 1. Batas wilayah Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.


Letak Batas Kabupaten
Sebelah Utara Kabupaten Sinjai
Sebelah Selatan Laut Flores
Sebelah Barat Kabupaten Bantaeng
Sebelah Timur Teluk Bone
Sumber: BPS Kabupaten Bukulumba, 2023.

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 Km atau sekitar


1,85 % dari luas wilayah Sulawesi Selatan, terbagi dalam 10 kecamatan yang
meliputi 126 desa/kelurahan yang terdiri dari 24 kelurahan dan 102 desa. Ditinjau
dari 10 kecamatan terdapat 2 kecamatan yang luas, yaitu Kecamatan Gantarang
dan Kecamatan Bulukumpa, masing - masing 173,51 Km2 dan 171,33 Km2 sekitar
29,87 % dari luas Kabupaten Bulukumba, kemudian kecamatan yang terkecil
adalah Kecamatan Ujung Bulu yang berlokasi di ibukota kabupaten.

3.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bontominasa berjumlah kurang lebih 402 jumiah kepala


rumah tangga struktur penduduk umur di Kecamatan Bulukumpa dan sebagian
besar tergolong dalam kelompok usia produktif (15 - 64 tahun) sedangkan untuk
jumlah penduduk yang tergolong yang tidak produktif (15-64 tahun).
Rumah penduduk kebanyakan rumah beton berlantai satu. Berdasarakan
agama ,pendududk Desa Bontominasa 100% Menganut agama islam . Kerapatan
rumah penduduk dengan penduduk lain sangat renggang dengan penduduk lain.
Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian sangat bervariasi terdiri atas
pertanian , perkebunan, ternak, perdagangan dan terdapat pasar umum yang berda
di DesaBontominasa . Sumber daya manusia yang dimiliki di Desa Bontominasa
yaitu sebagaia berikut

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Bontominasa


Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi
Selatan.
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Laki-laki 964 47,02
2 Perempuan 1.086 52,98
Total 2.050 100.00
Sumber, BPS Kabupaten Bulukumba, 2023.

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa di Desa Bontominasa


penduduknya lebih banyak perempuan. Dimana penduduk laki-laki 964 orang
(47,0256) dan penduduk perempuan sebanyak 1.086 orang (52,98”4).

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Strata Pendidikan di Desa Bontominasa


Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi.
No Strata Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Sarjana (S1, S2, S3) 112 5,46
2. Diploma (D1, D2, D3) 50 2,43
3. SLTA/Sederajat 256 12,48
4. SMP/Sederajat 350 17,07
5. SD/Sederajat 387 18,87
6. TK (Taman Kanak-Kanak) 126 6,14
7. Madarasah Aliyah 102 4,97
8. Tidak Sekolah 667 32,58
Total 2.050 100
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2023.
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pendidikan yang paling
dominan di Desa Bontominasa yaitu SD/sederajat (18,87%) dan jumlah orang
yang tidak sekolah ada pada angka tertinggi yang berdomisili di Desa
Bontominasa (32,58%).

Jumlah penduduk menurut usia meliputi usia dan jumlah (orang) yang ada
di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi
Sulawesi Selatan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Usia di Dcsa Bontominasa Kecamatan


Bulukumba Kabupatcn Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Presentase (%)1.
.
1. 0-15 702 34,24
2. 16-45 568 27,72
3. >45 780 38,04
Total 2,050 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2023

Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa penduduk yang paling dominan


di desa tersebut yaitu berumur di atas 45 tahun (38,044%) dan terendah ada pada
umur 16-45 tahun (27,72%).

3 .3. Keadaan Pertanian

Sebagian besar lahan yang ada, dipergunakan untuk lahan perkebunan dan
pertanian (sawah dan lahan tanaman karet). Hasil dari sumberdaya alam subsektor
pertanian meliputi padi, kacang-kacangan, ubi kayu, ubi jalar, cabai, tomat dan
tanaman hortikultura lainnya. Terdapat sekitar 760 orang/jiwa yang bekerja
sebagai petani ataupun perkebunan. Tanaman pokok yang diusahakan di Desa
Bontominasa yaitu tanaman karet dan padi. Sedangkan sistem pengelolaannya
meliputi pemilik tanah pertanian, penyewa, penggarap dan buruh tani. Secara
garis besar sektor peternakan di Desa Bontominasa ciri-ciri peternakan meliputi
ayam, kambing, bebek dan sapi. Terdapat Kopcrasi Unit Desa (KUD) sebanyak 1
unit, PKK sebanyak 1 unit dan agen penyaluran pupuk. Prasarana pcrtanian
terdapat sebagai berikut:

Tabel 5. Prasarana Pertanian di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa,


Kabupatcn Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

No Prasarana Pertanian Jumlah (Unit)


.
1. Penggilingan Padi 1
2. Irigasi 1
3. Pompanisasi 2
4. Penyaluran Pupuk 2
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2022

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa prasarana pertanian yang


terdapat di Desa Bontominasa masih tergolong kurang atau sedikit seperti
pompanisasi.

Potensi sumberdaya alam di Desa Bontominasa meliputi sumberdaya alam


non hayati yaitu air, lahan dan udara, sedangkan sumber daya alam hayati yaitu
perkebunan, flora dan fauna. Adapun luar area yaitu:

Tabel 6. Luas Area di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten


Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Area Jumlah (ha)1
.
1. Pemukiman 21,00
2. Perkebunan 350,60
3. Persawahan 250,50
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2022
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa tuas area yang digunakan untuk
perkebunan dengan luas kurang lebih 350,60 ha dan persawahan dengan luas
kurang lebih 250,50 ha sedangkan luas area pemukiman 21,00 ha.
3.4 Keadaan Sarana dun Prasaran

Sarana dan prasarana di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa,


Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Sclatan. yaitu sebagai berikut:

1. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan meliputi prasarana dan jumlah prasarana yang ada di

Desa Bontominasa yaitu:

Tabel 7. Prasarana Umum di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa,


Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)
.
1. Gedung TK 2
2. Gedung SD 2
3. Gedung Sekolah SMP/SMA 1
4. Lapangan Sepak Bola 1
5. Panti Asuhan -
6. Taman Bacaan 1
7. Kantor Kelurahan -
8. Gedung Posyandu 1
9. Baruga 1
10. Pertamina -
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2023.

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa di Desa Bontominasa terdapat


beberapa prasaranan pendidikan. Di desa tersebut juga terdapat pos kesehatan
desa untuk melayani warga dalam konsultasi kesehatan tetapi tidak terdapat
gedung perguruan tinggi.
Prasarana transportasi meliputi prasarana, jumlah prasarana transportasi
yang ada di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba,
Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 8. Prasarana Transportasi di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa,


Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
No. Prasarana Transportasi Status Jalan
1. Jalan Kecamatan Aspal
2. Jalan Desa Rabat Beton dan Aspal
3. Jalan Dusun Pengerasan
4. Jalan Usahatani Pengerasan
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2023.

Berdasarkan Tabel 8, menunjukkan bahwa prasarana transportasi di Desa


Bontominasa terdiri atas aspal untuk jalan kecamatan, rabat beton dan aspal untuk
jalan desa, pengerasan untuk jalan dusun dan usahatani.

2. Sarana Ibadah

Sarana Ibadah meliputi jenis sarana dan jumlah sarana yang ada di Desa

Bontominasa Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi


Selatan.

Tabel 9. Sarana Ibadah di Desa Bontominasa Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten


Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
No Sarana Ibadah Jumlah (Unit)
.
1. Mesjid 6
2. Mushollah 1
3. Gereja -
Sumber: BPS Kabupaten Bulukumba, 2023.
Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa sarana ibadah yang terdapat di
desa tersebut terdapat yaitu masjid, mushollah dan gereja yang digunakan warga
untuk kegiatan ibadah.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Responden


Identitas responden meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan pokok,
pekerjaan sampingan dan luas lahan yang dimiliki. Adapun identitas responden
yang diperoleh saat praktik lapang yaitu:
Tabel 10. Identitas Responden di Desa Bontominasa, Kecamatan Bulukumpa,
Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
NO Responden
Uraian 1 2 3 4
1 Nama Rahmat Baso Kadir
2 Umur 51 66 41
3 Pendidikan SMA SMA SD
4 Pekerjaan Pokok Petani PNS Petani
5 Pekerjaan - Petani Penjual
Sampingan Ikan
6 Luas Lahan (Ha) 0,5 2,5 0,5
Sumber : Data Sekunder, 2023
Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa responden berjumlah sebanyak

8 orang dengan jumlah umur 296 tahun, rata-rata umur 49,3 tahun, maksimum

umur 64 tahun dan minimum umur 30 tahun. Rata-rata pendidikan responden

yaitu SD, rata-rata pekerjaan pokok sebagai IRT dan rata-rata pekerjaan

sampingan sebagai petani. Sedangkan jumlah luas lahan sebanyak 4,7 Ha, rata-
rata luas lahan 0,78 Ha, maksimum luas lahan 2 Ha dan minimum luas lahan 0.25

Ha.

4.2 Pelaksanaan Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Usahatani Padi

Nilai-nilai kearifan lokal dalam usahatani padi di Desa Bontominasa terdiri

dari mattanra esso (penentuan hari baik), maddoja bine (berjaga semalaman),

mappalece bine (merayu atau membujuk benih), mappangolo (berdoa), mappasili

(memandikan/mensucikan benih), mappanguju bine (menyiapkan benih),

mangampo bine (menabur benih), massisi bine (menanam bibit), mappalece ase

lunrara (merayu padi hamil/saat batang benih telah berisi), mappiara ase

(perawatan atau pengecekan padi selama proses tanam sampai tiba waktunya

panen), mappemmaling (pantangan atau larangan-larangan yang dilakukan

masyarakat selama proses bertani), menggala (panen) dan mappadekko (pesta

panen).

Tabel 11. Jenis Kearifan Lokal dalam Berusahatani Padi di Desa Bontominasa,
Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba.
DAFTAR PUSTAKA

Fajarini, Ulfah. "Peranan kearifan lokal dalam pendidikan karakter." Sosio

didaktika 1.2 (2014): 123-130.

Ikhwani, G. R. Pratiwi. E. Paturrohman. A. K. Makarim. 2013. Peningkatan

Produktivitas Padi Melalui Pe (Placeholder1)nerapan Jarak Tanam Jajar

Legowo. Iptek tanaman pangan

Rauf, A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi

Sawah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di

Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Perspektif pembiayaan dan

pembangunan daerah

Suarjana, I. Wayan, AA Nyoman Supadma, and I. DEWA MADE Arthagama.

"Kajian status kesuburan tanah sawah untuk menentukan anjuran

pemupukan berimbang spesifik lokasi tanaman padi di Kecamatan

Manggis." Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4.4 (2015): 314-323.


Jannati, Syifa Ayyada, Dani Ramadhan, and Cindy Nadya Dewi Pertiwi. "Modal

Sosial Dalam Revitalisasi Kearifan Lokal (Studi Kasus Desa Wisata

Kandri Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang)." Jurnal Analisa

Sosiologi 9 (2020).

Ancok, Djamaludin. "Modal sosial dan kualitas masyarakat." Psikologika: jurnal

pemikiran dan penelitian psikologi 8.15 (2003): 4-14.

Anda mungkin juga menyukai