Anda di halaman 1dari 34

PRAKTIK KERJA LAPANGAN BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH

DI KELOMPOK TANI SUKA CITA DESA Kp 3 PURBA GANDA

LAPORAN

Oleh :

ELVA AZIZA 170301059


ANDREW LUMBANTORUAN 170301081
REZKIA FITRI 170301108
AGUNG PRAJA HANDIKA 170301205
JIMAS PRADITYA 170301284

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

i
PRAKTIK KERJA LAPANGAN BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH
DI KELOMPOK TANI SUKA CITA DESA Kp 3 PURBA GANDA

LAPORAN

Oleh :

ELVA AZIZA 170301059


ANDREW LUMBANTORUAN 170301081
REZKIA FITRI 170301108
AGUNG PRAJA HANDIKA 170301205
JIMAS PRADITYA 170301284

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melengkapi Komponen Penilaian Praktik Kerja
Lapangan Di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Program Studi, Pembimbing Lapangan,

( Dr.Ir. Sarifuddin, MP ) ( Ngadiman )


NIP ; 196509031993031014 Ketua Kelompok Tani

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

i
Judul : Praktik Kerja Lapangan Di Kelompok Tani Suka Cita
Nama : 1. Elva Aziza 170301059
2. Andrew Lumbatoruan 170301081
3. Rezkia Fitri 170301108
4. Agung Praja Handika 170301205
5. Jimas Praditya 170301284

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Ir. Hamidah Hanum.,MP


NIP. 196905021994032005
UTARA
MEDAN
2020

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya
Adapun judul dari laporan ini adalah “Praktik Kerja Lapangan Budidaya
Tanaman Padi Sawah Di Kelompok Tani Suka Cita Kp 3 Desa Purbaganda” yang
merupakan salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian Pratek Kerja
Lapangan di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Hasanuddin , MS sebagai Dekan Fakultas Pertanian USU Medan
2. Dr. Ir. Sarifuddin , MP sebagai Ketua Prodi Fakultas Pertanian USU
3. Dr. Ir. Hamidah Hanum , MP sebagai Dosen Pembimbing PKL
4. Bapak Ngadiman sebagai Ketua Kelompok Tani Suka Cita
5. Bapak Karsiman yang telah memberikan tempat tinggal selama PKL berlangsung

6. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sangat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja
lapangan serta dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkannya

Medan, Agustus 2020

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKL.......................................................................1
1.2 Tujuan PKL....................................................................................2
1.3 Deskripsi Singkat Kelompok Tani Suka Cita.................................2
1.4 Struktur Organisai...........................................................................3
1.5 Durasi dan Lokasi Praktik Kerja Lapangan....................................3
1.6 Fasilitas yang didapatkan................................................................3
1.7 Mekanisme interaksi dengan pembimbing lapangan......................4

BAB II. METODOLOGI PRAKTIK KERJA LAPANGAN


2.1 Rancangan dan Implementasi..........................................................5
2.1.1 persiapan Administrasi..............................................................5
2.1.2 Penyusunan Program Kerja.......................................................5
2.1.3 Survei Lapangan........................................................................5
2.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Praktik...................................................6
2.1.5 Evaluasi Kegiatan......................................................................6
2.1.6 Pembuatan Laporan dan Video..................................................6

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pengolahan Tanah.............................................................................7
3.2 Pembibian..........................................................................................8
3.2.1 Pindah Tanam...........................................................................9
3.2.2 Penyisipan................................................................................9
3.3 Pemeliharaan.....................................................................................10
3.3.1 Pemupukan...............................................................................10
3.3.2 Waktu, Jenis Dosis dan Teknik Pemupukan............................10
3.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit............................................11
3.3.4 Pengontrolan Tinggi Air...........................................................14
3.4 Panen dan Pasca Panen.....................................................................15
3.4.1 Panen.........................................................................................15
3.4.2 Cara Panen.................................................................................16
3.4.3 Penggilingan..............................................................................16
3.4.4 Pasca Panen...............................................................................17
3.4.5 Pengeringan Gabah...................................................................17
3.4.6 Penyimpanan Gabah..................................................................17
3.4.7 Penggilingan Gabah..................................................................18

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan................................................................................19
4.2 Saran...........................................................................................19

iv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

Lampiran.........................................................................................................22

v
DAFTAR GAMBAR

No Hal
1. Hama Keong..............................................................................................13
2. Knapsack sprayer.......................................................................................14

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKL
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan akademik
terjadwal dilakukan secara mandiri berupa observasi dan orientasi yang dilakukan oleh
mahasiswa pada suatu perusahaan perkebunan/instansi atau balai penelitian, baik milik
pemerintah atau swasta dan juga perkebunan perseorangan atau kelompok tani yang
mempunyai beban sebesar 2 SKS. Dalam pelaksanaan PKL seorang mahasiswa dapat
menambah pengetahuan, pengalaman dan gambaran tentang bagaimana sesungguhnya
realita dunia kerja yang akan dimasukinya yang nantinya diharapkan mampu menciptakan
usaha sendiri bukan sekedar melamar dan mencari pekerjaan. Dalam kegiatan PKL ini
mahasiswa juga terikat kepada peraturan dan hukum yang dibuat oleh negara, perusahaan
atau instansi, tempat terkait dan peraturan mengenai tata tertib selama pelaksanaan PKL
yang dikeluarkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki latar belakang pendidikan dalam
bidang pertanian sangatlah dibutuhkan untuk menunjang terlaksananya kegiatan praktik
kerja lapangan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, maka hal inilah yang menjadi
alasan bagi Universitas-Universitas yang ada di Indonesia termasuk Universitas Sumatera
Utara untuk dapat melahirkan generasi siap kerja yang mampu memberikan kontribusi
yang nyata khususnya di bidang pertanian.
Di dalam dunia pekerjaan sangat diperlukan pengalaman untuk terjun secara
langsung ke lapangan. Khususnya di bidang pertanian, mahasiswa yang memilih untuk
bergabung dalam bidang pertanian setidaknya harus mengetahui secara langsung dunia
pertanian. Dalam teknis budidaya padi masih banyak yang perlu diketahui dan dilihat
secara langsung di lapangan karena mahasiswa masih belum mengetahui jelas tentang
aktivitas dan seluk beluk budidaya tanaman padi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kegiatan yang dapat mendukung berkembangnya potensi dan pengetahuan mahasiswa
pertanian. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL), sehingga mahasiswa dapat mengetahui lebih maksimal dan juga siap bahkan
mampu mengelola dan mengatur kegiatan kelak di dunia kerja.
2

1.2 Tujuan PKL


Tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah belajar
mempersiapkan diri turun ke masyarakat dengan bekal ilmu yang sudah diperoleh dan
mampu membandingkan antara ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan
dengan kenyataan yang ada di dunia kerja nyata. Lebih dapat memahami konsep-konsep
non-akademis dan non-teknis di dunia kerja nyata. Selain itu, diharapkan mahasiswa
mampu menganalisa dan memahami permasalahan dalam sistem yang lebih kompleks dan
luas, serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dengan memberikan
sedikit kontribusi pengetahuan pada masyarakat khususnya petani padi secara jelas dan
konsisten dengan komitmen yang tinggi.
1.3 Deskripsi Singkat Kelompok Tani Suka Cita
Sejarah Kelompok Tani Suka Cita
Kelompok Tani Suka Cita berada di desa Purba Ganda kecamatan Pematang
Bandar kabupaten Simalungun. Desa Purba Ganda merupakan desa agraris karena
sebagian lahan di desa tersebut dihabiskan untuk sektor pertanian. Ruang lingkup
Kelompok Tani Suka Cita terdiri dari tambak berbagai jenis ikan, penghasil padi, jagung,
cabai, kacang panjang dan sektor pertanian lainnya.
Kelompok Tani Suka Cita dibentuk pada tahun 2015 dengan anggota Kelompok
merupakan masyarakat desa Purba Ganda sendiri. Memiliki anggota sebanyak 35 orang
dengan ketua Bapak Ngadiman. Kelompok Tani Suka Cita memiliki luas lahan sebanyak
10 Ha.
Kelompok Tani Suka Cita memiliki tingkat pendidikan yang rendah yakni lulusan
Sekolah Dasar, sehingga mereka menanam padi dengan ilmu yang diturunkan secara turun
temurun. Anggota Kelompok Tani Suka Cita sering melakukan koordinasi dengan PPL
dari Dinas Pertanian yang secara terjadwal akan datang memberikan pengarahan.
Produktivitas lahan yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Suka Cita permusim
tanam dihasilkan panen sebanyak 5,2 ton/Ha. Jenis varietas padi yang digunakan pada
Kelompok Tani Suka Cita adalah Inpari 32 dan IR 32. Dalam satu tahun kelompok tani
Suka Cita melakukan penanaman padi sebanyak 2 kali dalam setahun.
Visi
Terwujudnya masyarakat tani yang sejahtera dan bermartabat
Misi
1. Mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan (organik)
2. Meningkatkan kualitas hasil produk pertanian
3

3. Membangun SDM petani dengan iman, ilmu dan ketrampilan

1.4 Struktur Organisasi


Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Suka Cita adalah sebagai berikut :

KETUA KELOMPOK
NGADIMAN

Sekertaris Bendahara
SAPON PONIDI

ANGGOTA

Bapak Ngadiman selaku ketua Kelompok Tani bertugas sebagai kordinator yang
berkoordinasi dengan para petani agar melakukan tanam padi secara serentak dan
mengedukasi petani tentang pemeliharaan pada tanaman padi.
Tugas selaku sekertaris yaitu mencatat segala hal tentang bantuan dari pusat.
Termasuk mendapat subsidi benih padi.
Tugas bendahara yaitu mengelola uang kas dan juga uang bantuan dari pusat untuk
keperluan petani. Sehingga uang yang dikeluarkan memiliki alur yang jelas untuk
keperluan apa saja.
1.5 Durasi dan Lokasi Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja ini dilaksanakan di Kelompok Tani Suka Cita Desa KP 3 Purba
Ganda Pematang Bandar Kab. Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yang berada pada
ketinggian ±25 m di atas permukaan laut. Praktik kerja ini dilaksanakan pada tanggal 15
Juli 2020 sampai dengan 15 Agustus 2020.
1.6 Fasilitas yang didapatkan
Fasilitas yang didapatkan mahasiswa PKL di Kelompok Tani Suka Cita Desa KP 3
Purba Ganda Pematang Bandar Kab. Simalungun, Provinsi Sumatera Utara yaitu tempat
tinggal, tempat peribadatan bagi mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL), lahan sawah,
benih dan bibit padi, fasilitas kebugaran berupa lapangan bulu tangkis dan sepak bola.
4

1.7 Mekanisme interaksi dengan pembimbing lapangan


Mekanisme interaksi diawali dengan menyusun program kerja yang didiskusikan
oleh dosen pembimbing dan juga ketua Kelompok Tani, lalu dilakukan perbaikan dan
disetujui oleh dosen pembimbing dan ketua Kelompok Tani. Mahasiswa Praktik Kerja
Lapangan (PKL) melakukan komunikasi berupa observasi dan wawancara ke Ketua
Kelompok tani yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilakukan ketika di lapangan.
Dan juga mahasiswa melakukan diskusi setiap minggu nya dengan ketua Kelompok Tani
dan dosen pembimbing PKL.
Selain observasi, anggota PKL juga ikut serta aktif dalam melakukan kegiatan yang
sedang berlangsung di bawah arahan ketua Kelompok Tani. Anggota PKL juga melakukan
wawancara kepada para petani ketika praktik langsung di lapangan. Sehingga anggota
PKL mampu memahami dan mempraktikkan langsung bagaimana kondisi dilapangan.
5

BAB II
METODOLOGI PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.1 Rancangan dan Implementasi
Pelaksanaan yang dilakukan ketika melakukan PKL di Kelompok Tani terdiri dari :
2.1.1 Persiapan Administrasi
Administrasi dilakukan dengan menyerahkan surat izin penyelenggaraan Praktik
Kerja Lapangan kepada Kepala Desa. Setelah melakukan izin pendahuluan terhadap
Kepala Desa, Tim Praktik Kerja Lapangan diarahkan kepada Ketua Kelompok Tani yang
bersangkutan yakni Bapak Ngadiman selaku ketua. Dalam melakukan izin kepada Ketua
Kelompok Tani, Tim Praktik Kerja Lapangan menyerahkan beberapa surat yang
dibutuhkan Kelompok Usaha Tani seperti surat izin Praktik Kerja Lapangan yang sudah
disetujui oleh pihak Program Studi.
2.1.2. Penyusunan Program Kerja
Adapun program kerja Praktik Kerja lapangan ini disusun oleh Tim Praktik Kerja
Lapangan, dimana program kerja ini telah didiskusikan dan disetujui oleh Ketua
Kelompok Usaha Tani dan Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan.
Adapun program kerja yang sudah terbentuk adalah :
Rencana Kegiatan PKL di lokasi Desa Purba Ganda, Kecamatan Pematang Bandar,
Kabupaten Simalungun, komoditi padi (Oryza sativa L.)
a. Pengenalan Kelompok Tani
b. Pengolahan lahan
c. Persemaian
d. Penanaman
e. Manajemen Pemeliharaan
f. Panen
g. Pascapanen
h. Pembuatan Laporan dan video
2.1.3. Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan sehari setelah melakukan penyelesaian administrasi
Praktik Kerja Lapangan. Survei dilakukan dengan di dampingi oleh Ketua Kelompok
Usaha Tani, dimana kegiatan yang lakukan adalah melihat dan melakukan observasi
lapangan secara langsung oleh ketua, serta melihat banyak susunan plot sawah dimana plot
banyak yang telah ditanami tanaman padi. Pada saat survey, tidak hanya komoditi padi
yang terdapat pada lahan sawah tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, melainkan
6

terdapat komoditi lain seperti kacang panjang (Vigna unguiculata sp.), cabai merah
(Capsicum annum L.), jagung (Zea mays L.) serta terdapat beberapa tambak ikan disekitar
lahan sawah.
2.1.4. Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Adapun kegiatan praktik kerja lapangan yang dilakukan antara lain adalah :
a. Pengolahan lahan
b. Persemaian
c. Penanaman
d. Manajemen Pemeliharaan
e. Panen
f. Pascapanen
Pada setiap kegiatan diatas, kami melakukan prakik langsung dan observasi berupa
wawancara dan dokumentasi berupa foto dan video di lapangan bersama petani dengan di
dampingi oleh ketua Kelompok Tani.
2.1.5 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan setiap minggu dengan cara mendiskusikan hasil jurnal
harian PKL ke ketua Kelompok Tani dan dosen pembimbing.
2.1.6 Pembuatan Laporan dan Video
Pembuatan laporan dan video dilakukan pada Minggu ke empat. Dengan cara
didiskusikan kepada satu kelompok PKL dan dosen pembimbing. Setelah didiskusikan
oleh dosen pembimbing dilakukan perbaikan laporan hingga laporan selesai dan disetujui
oleh dosen pembimbing dan ketua Kelompok Tani.
Pembuatan video disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Dikerjakan oleh satu
kelompok PKL dan di diskusikan oleh dosen pembimbing kemudian dilakukan perbaikan
video sehingga video selesai dan disetujui oleh dosen pembimbing lalu di upload ke
Youtube.
7

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kegiatan Budidaya Tanaman Padi di Kelompok Tani Suka Cita, Desa Purba Ganda
3.1 Pengolahan Lahan
Berdasarkan hasil praktik langsung dan observasi di lapangan dapat diketahui
bahwa sebelum melakukan penanaman, petani melakukan pengolahan lahan.
Pengolahan tanah bertujuan :
(a) Mengendalikan gulma secara efektif karena selama pengolahan tanah gulma akan
hancur dan bercampur dengan tanah sehingga mengurangi persaingan pertumbuhan awal
dari bibit
(b) Memperbaiki tata udara tanah yang penting untuk perkembangan akar padi. Dengan
pengolahan tanah, tanah akan menjadi gembur
(c) Mencampur bahan organik dengan tanah ; gulma dan sisa tanaman terdahulu akan
bercampur dengan tanah (Taslim,1989)
Berdasarkan hasil interview dengan para petani di lapangan, pengolahan lahan
dilakukan sebanyak 3x sebelum dilakukan penanaman. Yaitu pembajakan menggunakan
mesin jonder luku dalam kondisi lahan kering sedikit basah yang bertujuan untuk
membolak-balikkan tanah, mereka memanfaatkan sisa-sisa jerami untuk diolah kembali
menjadi pupuk organik. Dalam hal ini petani mampu menerapkan sistem pertanian secara
organik. Lalu mesin jonder gelebek menggemburkan tanah dalam kondisi tanah basah.
Setelah itu pengolahan tanah yang ketiga menggunakan garu dan papan untuk meratakan
tanah dengan kondisi tanah basah.
Pada pengolahan lahan, petani secara umum sudah mampu mengelola penggunaan
jerami, sekam padi dan juga pupuk kandang untuk menyuburkan lahan.
Pengolahan lahan dilakukan secara manual menggunakan cangkul. Luas lahan yang
kami olah pada waktu pelaksanaan sekitar 1 rante atau 20 m x 20 m. Proses awal
pengolahan lahan dilakukan dengan menyiapkan lahan persemaian dengan cara meratakan
sepetakan lahan untuk persemaian benih padi dan membuat aliran air agar lahan
persemaian tidak tergenang. Jika lahan dalam kondisi tergenang maka benih yang
disemaikan akan hanyut terbawa air. Menurut literatur De Dalla (2013) sebelum benih
ditabur, media utama yang harus di buat adalah media semai karena penyebaran benih di
persemaian akan menentukan pertumbuhan padi disawah. Media semai harus sesuai
dengan jenis persemaian, jika dibuat persemaian basah maka sejak awal telah
8

membutuhkan genangan air. Teori ini berbeda dengan kondisi di lapangan, petani
melakukan hal ini dikarenakan ketika lahan dalam kondisi tergenang, maka benih yang
disemaikan akan hanyut terbawa oleh air, terlebih lagi jika setelah persemaian turun hujan.
Untuk lahan penanaman hal yang kami lakukan dan persiapkan adalah pembuatan
bedengan dan irigasi air. Pengolahan lahan dilakukan pada pukul 08:00 -12:00 (Gambar
terlampir).
3.2. Pembibitan
Dari hasil praktik langsung dan observasi di lapangan, dapat diketahui bahwa
kegiatan pembibitan dimulai dengan cara memilih varietas unggul. Jenis padi yang
digunakan adalah Inpari 32, IR32. Pada mulanya kelompok tani mendapatkan padi subsidi
dari Dinas Pertanian, namun ketika dilakukan penanaman, banyak padi yang rusak
sehingga mempengaruhi kuantitas pada saat panen. Dan akhirnya petani beralih ke jenis
Inpari 32, IR 32. Hal ini sesuai dengan literatur Goldsworlby (1992) yang menyatakan
bahwa agar pertumbuhan biji atau benih padi berjalan lancar, maka diperlukan benih yang
bervarietas unggul. Dalam pelaksanaan penyebaran benih harus secara bersamaan agar
mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan tumbuhnya secara bersamaan untuk
memudahkan proses kegiatan pemindahan bibit dari tempat pesemaian atau pembibitan ke
tempat penanaman.
Persemaian / pembibitan dilakukan dengan merendam benih padi terlebih dahulu
dengan air. Benih direndam selama 2 malam sampai benih siap untuk disemai. Persemaian
dilakukan dengan teknik sebar. Anggota PKL melakukan persemaian ini dengan cara
praktik langsung dilapangan. Benih disebar secara merata pada areal lahan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Persemaian / pembibitan benih padi berlangsung selama 3
minggu hingga benih menjadi bibit dan siap untuk dipindah tanamkan.
Pada saat pembibitan, harus diselingi dengan pemeliharaan berupa pembersihan
lahan dari gulma dan hama, serta menjaga ketersediaan air pada lahan pembibitan
dikarenakan pada budidaya padi sawah, air merupakan komponen yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan literatur Zimdahl (2013) yang menyatakan bahwa pemeliharaan bibit
bertujuan agar pertumbuhan bibit dapat optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menjaga ketersediaan air dan menjaga bibit terbebas dari gulma, hama dan penyakit.
Gulma dapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk memperebutkan unsur hara, air,
ruang tempat tumbuh dan sinar matahari sehingga menyebabkan pertumbuhan bibit lambat
(gambar terlampir).
9

3.2.1 Pindah Tanam


Dari hasil praktik langsung dan observasi di lapangan, setelah umur bibit siap
untuk dilakukan pindah tanam, maka dilakukan pencabutan bibit untuk selanjutnya
ditanam pada areal pertanaman. Kondisi di areal pertanaman harus sudah terbebas dari
gulma. Agar hal itu terjadi, maka dilakukan pembajakan yang bertujuan untuk membuat
gulma mati.
Diawali dengan mencabut bibit dipersemaian setelah berumur 21 HST. Pindah
tanam dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 3 sampai 4 bibit lalu ditarik dengan
perlahan sehingga akar tidak terlepas.
Penanaman dilakukan dengan jumlah bibit setiap lubang yaitu 3 sampai 5 bibit
dengan jarak tanam jajar legowo 25 cm x 25 cm dan selang tanaman yaitu 4:1 dengan
mengosongkan satu baris. keadaan lahan pada saat penanaman dalam keadaan macak-
macak atau tidak tergenang. Hal ini sesuai dengan literatur Misran (2014) yang
menyatakan bahwa sistem tanam jajar legowo merupakan sistem tanam yang
memperhatikan larikan tanaman, sistem tanam jajar legowo merupakan tanaman berselang
seling antara 2 atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Keuntungan dari
sistem tanam jajar legowo adalah menjadikan semua tanaman atau lebih banyak tanaman
menjadi tanaman pinggir. Tanaman pinggir akan memperoleh sinar matahari yang lebih
banyak dan sirkulasi udara yang lebih baik, unsur hara yang lebih merata, serta
mempermudah pemeliharaan tanaman.
Menurut Anggraini (2013) penanaman bibit juga harus efisien dan efektif. Dengan
cara memperhatikan jarak tanam dan jumlah tanam. Jarak tanam tidak boleh terlalu rapat
dan untuk jumlah tanam cukup satu bibit perlubang agar pertumbuhan dan jumlah anakan
dapat optimal. Dan menurut teori Kasim (2004) menyatakan bahwa rekomendasi yang
umum untuk penggunaan jumlah bibit padi sawah adalah 3 batang per rumpun. Bahkan
pada teknologi SRI (The System of Rice Intensification), jumlah bibit yang diterapkan
adalah satu batang per rumpun (Gambar terlampir).
3.2.2 Penyisipan
Pada hasil praktik langsung dan observasi di lapangan, ketika padi sudah berumur
1-1,5 bulan perlu dilakukan penyisipan. Hal ini dilakukan karena adanya bibit padi yang
dimakan oleh hama keong, dan juga bibit padi yang mengalami gagal tumbuh, sehingga
menyebabkan kekosongan pada lahan yang dapat mengakibatkan turunnya kuantitas pada
saat panen. Cara penyisipan yang dilakukan yaitu dengan cara mengambil sebagian padi
yang mempunyai anakan banyak (rumpun) dan dipindahkan ke bagian bibit padi yang
10

mengalami kerusakan dan bisa juga menggunakan bibit dengan umur yang sama dari
tempat persemaian, sehingga umur tanaman tetap seragam (Gambar terlampir).
3.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan upaya yang dilakukan oleh petani untuk merawat tanaman
padi mulai dari perlindungan tanaman dari gulma dan hama hingga pemupukan.
3.3. 1 Pemupukan
Pada hasil praktik langsung dan observasi di lapangan, Pemupukan merupakan
faktor penting dalam pengelolaan budidaya tanaman padi, pemupukan bermanfaat untuk
menjaga kesuburan tanah agar mampu menopang kebutuhan hara tanaman, mencegah
terserang hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah agar tanah mampu mengikat air,
dan tanaman tumbuh optimal dengan hasil yang maksimal. Pupuk dibutuhkan oleh
tanaman untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada saat tahap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Notarianto, 2011) (Gambar terlampir).
3.3.2 Waktu, Jenis, Dosis, dan Teknik Pemupukan
a. Waktu Pemupukan
Berdasarkan hasil analisis dan prakik langsung di lapangan, pemberian pupuk tidak
boleh dilakukan pada siang hari. Pupuk harus diaplikasikan pada pagi hari atau sore hari
untuk menghindari tanaman mati karena reaksi kimia terjadi antara matahari dengan
pupuk, biasanya tanaman menjadi layu karena terbakar. Pada pagi hari antara pukul 8-10
WIB.
Frekuensi pemberian pupuk didasarkan pada pertimbangan kemampuan tanaman
dalam mengabsorbsi unsur hara yang diberikan dan dosis pupuk yang dianjuran. Pupuk
yang diberikan juga harus sepadan dengan perkembangan tanaman. Pemupukan yang
dilakukan pada kelompok tani Suka Cita umumnya diberikan 2 kali dalam masa 1x
pertumbuhan.
b. Jenis Pupuk
Pemilihan jenis pupuk harus didasarkan pada sifat pupuk itu sendiri dan pada sifat
tanamannya juga. Jenis pupuk yang digunakan di Kelompok Tani Suka Cita adalah pupuk
Urea, TSP dan KCl. Penggunaan pupuk Urea dinilai tepat karena Urea mengandung unsur
N (nitrogen) sangat banyak 46% yang berfungsi untuk pembentukan hijau daun, dan
mempercepat pertumbuhan tanaman.
c. Dosis Pupuk
Dosis pupuk yang digunakan di Kelompok Tani Suka Cita adalah 50 Kg/Ha urea,
50 Kg/Ha KCl dan 50kg/Ha SP-36. Menurut teori Purwono dan Purnamawati (2007)
11

Dosis pupuk yang disarankan adalah 200 kg urea/Ha, 75 sampai 100 kg SP-36/Ha,
dan 75 sampai 100 kg KCl/Ha. Urea diberikan 2 –3 kali yaitu 14 HST. 30 HST, dan pada
saat menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan saat tanam atau
pada 14 HST. Hal ini tidak sesuai dengan praktik pada lapangan dikarenakan kurangnya
pengetahuan tentang manfaat penggunaan pupuk serta tingkat teknologi budidaya
masih rendah dan terbentur dengan anggaran biaya.
d. Teknik Pemupukan
Berdasarkan hasil praktik langsung dan analisa di lapangan, pemupukan dilakukan
dengan cara menyebarkan pupuk yang telah dicampur rata dan dimasukkan ke dalam
wadah lalu di sebarkan hingga merata, dalam kondisi lahan tergenang dengan tinggi air 5-
7 cm pada tanaman padi yang berumur 1 bulan. (Gambar terlampir).
3.3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit
Upaya pemeliharaan tanaman melalui pengendalian hama dan penyakit dapat
dilaksanakan dengan terpadu meliputi strategi pengendalian dari berbagai komponen yang
saling mendukung dengan petunjuk teknis yang ada (Rahmawati, 2012).
Hama yang umum ditemukan di Kelompok Tani Suka Cita ketika melakukan
Praktik Kerja Lapangan yaitu : tikus, keong mas dan burung. Begitu pula dengan penyakit,
secara umum tanaman padi di Kelompok Tani Suka Cita tidak mengalami serangan
penyakit. Akan tetapi petani tetap melakukan kegiatan pengendalian penyakit.
a. Pengendalian Hama Tikus
Berdasarkan observasi dan interview di lapangan bersama petani, ternyata di
Kelompok Tani Suka Cita hama yang menyerang pada tanaman padi adalah hama tikus.
Hama ini menyerang tanaman padi dari mulai masih menjadi bibit hingga tanaman
memasuki masa pengisian bulir.
Tikus aktif menyerang padi pada malam hari dan pada siang hari. Tikus
bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak, atau
gulma. Dengan perkembangbiakannya yang sangat cepat, kerusakan yang ditimbulkan
tikus akan sangat merugikan. Pada kondisi terparah serangan hama tikus bisa
mengakibatkan tanaman padi gagal panen. Cara pengendaliannya secara mekanik, yaitu
menggunakan perangkap tikus yang diletakkan di gorong-gorong sawah. Dalam hal ini,
para petani di Kelompok Tani Suka Cita sudah mampu menerapkan pertanian yang ramah
lingkungan.
Pada umumnya hewan pengerat (termasuk, tikus sawah) mempunyai potensi
perkembangbiakan yang cepat, sehingga terjadi peningkatan populasi yang cepat pula.
12

Tikus betina bunting selama 21 hari dan menyusui anaknya selama 21 hari. Tikus mampu
bunting dan menyusui anaknya dalam waktu bersamaan dan tikus betina dapat kawin lagi
dalam waktu 48 jam setelah melahirkan (Southwhick 1969, Meehan1984). Pada kondisi
lingkungan yang baik dan pakan cukup tersedia, satu sarang dapat dihuni induk betina
yang sedang bunting bersama dua generasi anak-anaknya (Lam1983;Murakamietal.1992).
Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari
golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman yang
disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi pada areal
yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu tikus juga
menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, tebu, kelapa,
dan kelapa sawit (Kalshoven, 1981).
b. Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Berdasarkan hasil observasi dan analisis di lapangan terdapat hama pada tanaman
padi yaitu keong mas (Pomacea camaliculata Lamarck) menurut Rukmana (2002)
golongan binatang lunak yang potensial menjadi hama tanaman adalah Mollusca dan
nematoda. Mollusca atau siput adalah golongan hewan bertubuh lunak dan tidak beruas.
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan.
Hama keong mas menyerang tanaman padi pada masa vegetatif dan itu dimulai dari
masa pembibitan. Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman
dan memakannya sehingga menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman.
Pengendalian yang dilakukan di kelompok Tani Suka Cita yaitu menggunakan cara
mekanik. Mekanik dengan cara mengambil telur dan keong mas pada area budidaya.
Dalam hal ini petani mampu mengembangkan pertanian yang organik.

Gambar 1. Hama keong


c. Pengendalian Burung
Berdasarkan hasil praktik langsung dan observasi dilapangan, biasanya burung
mulai mendatangi sawah ketika memasuki masa generative, terutama padi stadia matang
13

susu hingga pemasakan bulir (menjelang panen). Pada hasil prakik langsung dan observasi
di lapangan, petani mengusir burung dengan dengan cara mekanik, yaitu dengan
menggunakan orang-orangan sawah atau tali yang yang diberi plastik untuk menakut-
nakuti burung dengan cara kerja yaitu ujung tali diikatkan pada wilayah pematang sawah
secara terpisah dan pangkalnya diikatkan secara menyatu pada satu titik. Pengendali ini
dilakukan dengan sistem manual, karena tali dapat bergerak apabila digerakkan oleh
petani.
Ketika pangkal tali digerakkan, maka seluruh tali akan bergerak secara serentak
bersamaan dengan benda-benda yang digantungkan. Hal ini sesuai dengan literatur
Mackinnon & Phillips (1993) yang menyatakan bahwa beberapa cara pengendalian
terhadap burung telah di kembangkan seperti menggunakan tenaga angina atau seorang
anak kecil yang duduk dalam gubuk dan mengguncangkan tali untuk mengusir burung di
sawah. Para petani menggunakan beberapa cara tradisionla sebagai upaya pengendalian
serangan hama burung yaitu menggunakan jaring, kaleng berisikan batu krikil yang telah
diikat pada tali kemudian dibentangkan ke seluruh areal sawah, atau dengan membuat
orang-orangan sawah. Dan petani secara langsung mengusir burung yang setiap waktu
hinggap di padi mereka. Dan para petani biasanya menjaga sawah dari serangan burung
dari jam 6-10 pagi dan jam 2-6 sore.
Jenis burung yang menyerang pada padi yaitu : burung pipit jawa (Lonchura
leucogastroides Horsfield). Burung pipit ini membuat sarang dari alang-alang, batang padi
atau rumput-rumpuan lainnya. Hidupnya selalu bergerombol dan lebih sering berpasangan.
Bersarang dekat dengan rumah penduduk dan pada pohon-pohon yang rendah. Pada saat
padi menguning burung pipit ini datang bergerombol berkali-kali untuk makan padi yang
sudah masak. Hal ini sesuai dengan teori Balen (2010) yang menyatakan bahwa jenis
burung yang dikenal sebagai hama padi secara umum adalah burung pipit, bandal dan
manyar. Jenis burung ini mengkonsumsi bulir padi yang sudah menguning dan terkadang
menyebabkan kerusakan tanaman pertanian yang parah.
d. Pengendalian Penyakit
Ketika dilapangan, secara umum tanaman padi di Kelompok Tani Suka Cita tidak
mengalami serangan penyakit. Akan tetapi petani tetap melakukan pencegahan berupa
penyemprotan. Pada hasil praktik dan observasi langsung di lapangan dengan
menggunakan kamera sebagai dokumentasi. Penyemprotan pada tanaman padi merupakan
kegiatan dalam budidaya tanaman padi yang bertujuan untuk memberikan asupan unsur
hara mikro dan untuk mengendalikan hama dan penyakit. Pada tanaman padi
14

penyemprotan harus dilakukan dengan tepat dan benar, agar hasil produksi bisa maksimal.
Sebab, penyemprotan pestisida yang digunakan dan dosis penyemprotan memiliki peran
yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya tanaman padi.
Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer yang diberi larutan 16 liter disetiap
keffnya. Digunakan nozzle kuningan dengan waktu yang dibutuhkan rata rata 1 menit per
2 meter. Adapun konsentrasi yang digunakan adalah starelle sebanyak 2 cc/liter air yang
mengandung bahan aktif klorfiripos dan sipermetrin, diffuse sebanyak 1 cc/liter , OBR
sebanyak 3 cc/liter air yang mengandung bahan aktif imidakloropid dan antracol
sebanyak 3cc/liter air yang mengandung bahan aktif propineb. Hal ini menyebabkan
petani di Kelompok Tani Suka Cita belum sepenuhnya mewujudkan pertanian yang ramah
lingkungan.
Penyemprotan tanaman padi dilakukan ketika pagi hari. Karna di pagi hari stomata
(mulut daun) terbuka. Sebab ketika stomata terbuka, cairan pestisida akan mudah diserap
oleh tanaman dan masuk kedalam jaringan tanaman. Dengan demikian hama atau penyakit
yang menyerang tanaman akan mati ketika hama memakan bagian tanaman tersebut,
meskipun hama tidak berada ditempat ketika penyemprotan dilakukan. 

Gambar 2. Knapsack sprayer

3.3.4 Pengontrolan Tinggi Air


Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Pengontrolan tinggi air dilakukan untuk
mengukur tinggi air yang disesuaikan dengan umur padi setelah tanam. Kegiatan ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar dapat tumbuh secara optimal.
Teknik pengontrolan air dilakukan dengan cara membuka dan menutup bendungan
petakan sawah.
15

Pada bulan pertama ketinggian air yaitu 7-10 cm, dan pada bulan kedua ketinggian air
sekitar 5-6 cm, lalu setelah memasuki 2,5 bulan maka air di keringkan dengan cara
membuka bendungan petakan sawah. Hal ini sesuai dengan literatur Purwono dan
Purnawati (2007) yang diberikan pada saat pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan
tanaman dengan mengatur ketinggian genangan berkisar antara 2 –5 cm jika genangan
air melebihi ketinggian tersebut maka akan mengurangi pembentukan anakan. Prinsip
dalam pemberian air antara lain memberikan air pada saat yang tepat, jumlah cukup,
dan kualitas air yang baik. Pengairan dapat diatur sesuai dengan fase pertumbuhan
tanaman (Gambar terlampir).
3.4 Panen, dan Pasca Panen
Panen dan pasca panen dalam budidaya padi perlu ditangani dengan tepat
karena kehilangan hasil serta penurunan kualitas selama panen dan pasca panen
tergolong masih tinggi yaitu sekitar 20% (Bobihoe, 2007).
3.4.1 Panen
Berdasarkan hasil praktik langsung dan observasi yang berupa dokumentasi dan
wawancara pada petani, Panen merupakan serangkaian kegiatan mulai dari pemotongan
malai, pengumpulan malai, perontokan dan pembersihan gabah.
Tujuan panen adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat
kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin.
Jenis varietas padi yang digunakan pada Kelompok Tani Suka Cita adalah Inpari
32 dan IR 32. Potensi hasil yang dimiliki oleh varietas Inpari 32 sekitar 8,53 ton/Ha.
Namun berdasarkan observasi dan interview dengan petani di lapangang, hasil
produktivitas lahan yang dihasilkan permusim tanam sebanyak 5,2 ton/Ha. Hal ini tidak
sesuai dengan potensi hasil yang harusnya didapatkan, dikarenakan kurangnya dosis
pemupukan yang dilakukan oleh petani.
Adapun kriteria matang panen yang diberlakukan di kelompok Tani Suka Cita
adalah mengamati tanaman padi pada hamparan pesawahan dengan cara melihatnya secara
langsung. Jika bulir gabah terlihat 90% sampai 95% bulir gabah pada malai padi dengan
tangan jika 16-30% malai padi rontok maka tanaman padi siap dipanen. Hal ini sesuai
dengan literatur supriyanti (2015) Penentuan saat panen adalah tahap yang paling utama
dalam penanganan pasca panen padi. Penentuan saat panen padi dapat ditentukan dengan
melihat warna padi sudah 90-95% menguning, kadar air pada padi serta sudah mencapai
umur padi yaitu sekitar 110-115 hari setelah tanam atau 35 hari setelah berbunga (Gambar
terlampir).
16

3.4.2 Cara Panen


Malai yang telah memenuhi kriteria matang panen, maka dipersiapkan alat
pemanen padi, seperti : sabit, terpal sebagai alas saat merontokkan padi dan alat perontok
padi. Kemudian, potong batang padi bagian bawah dengan menggunakan sabit.
Berdasarkan hasil praktik langsung dan analisis dilapangan berupa wawancara dan
dokumentasi, maka cara pemanenan yaitu di genggam satu rumpun batang padi dan potong
tepat di bagian bawah. Setelah itu ditumpuk kedalam satu tumpukan kecil. Pada saat
memotong padi, diharapkan berhati-hati karna dapat melukai jari.
Setelah semua batang padi terpotong, dikumpulkan dan diangkut ke dekat terpal
yang telah digelar dan telah disediakan alat perontok padi tradisional dan mulailah
merontokkan padi. Hal ini sesuai dengan teori Kobarsih (2015) alat yang digunakan berupa
ani-ani, sabit biasa, dan sabit bergerigi. Penggunakan alat pemanenan didasarkan pada
varietas padi, dimana bila padi memiliki postur yang tidak terlalu tinggi maka lebih cepat
dan praktis menggunakan sabit, jika padi berpostur tinggi maka lebih efisien
menggunakan ani-ani. Namun dalam perkembangan zaman, sudah tercipta mesin
pemanen padi yang dapat mempermudah petani dalam proses pemanenan (Gambar
terlampir)
3.4.3 Penggilingan
Tujuan penggillingan adalah untuk memisahkan gabah dengan jerami. Berdasarkan
hasil praktik langsung di lapangan, penggilingan padi dapat dilakukan dengan cara
memegang setumpuk padi dan dimasukkan kedalam penggilingan. Maka dengan otomatis
bulir padi akan keluar terpisah dengan jerami. Lalu bulir padi dimasukkan kedalam karung
dan diangkut untuk proses selanjutnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kristanto (2015)
setelah pemanenan kemudian padi dikumpulkan. Pengumpulan harus diberi alas untuk
mengantisipasi terjadinya kehilangan hasil produksi. Proses yang selanjutnya adalah
perotokan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara tradisional yang memerlukan tenaga
lebih besar atau dengan menggunakan mesin yaitu pedal thresher dan power thresher yang
memerlukan tenaga yang lebih kecil dari cara tradisional. Penggunaan mesin juga dapat
meningkatkan produktivitas padi karena dengan menggunakan mesin dapat mengurangi
resiko kehilangan hasil produksi.
Jerami sisa panen digunakan sebagai pakan ternak dan juga dikembalikan ke dalam
pengolahan lahan. Sebagian kecil petani membakar jerami tersebut. Padahal jerami dan
arum sekam potensial jika dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, namun karena kurangnya
pengetahuan sebagian anggota Kelompok Tani Suka Cita yang menyebabkan mereka
17

membakar jerami tersebut. Sehingga dalam hal ini petani kurang mampu ini
mengembangkan pertanian yang organik. (Gambar terlampir)
3.4.4 Pasca Panen
Upaya yang dapat dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan produksi
pangan yaitu dengan mengurangi kehilangan hasil dalam penanganan panen dan
pascapanen secara kualitatif maupun kuantitatif (Purwono dan Purnamawati, 2007).
3.4.5 Pengeringan Gabah
Pengeringan merupakan penurunan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu
sehingga siap untuk diolah/digiling menjadi beras dan aman untuk disimpan dalam waktu
yang lama. Kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan proses pengeringan
dapat mencapai 2,13%.
Berdasarkan hasil observasi dan praktik langsung di lapangan, maka cara
pengeringan yang dilakukan petani yaitu gabah padi dijemur di lapangan dengan
menggunakan terik matahari dan sesekali dibolak-balik agar gabah kering secara merata.
Hal ini sesuai dengan literatur Rojas (2017) setelah padi dirontokan, padi harus dijemur
untuk menurunkan kadar air gabah sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk
diolah dan digiling untuk disimpan dalam waktu yang lama atau disebut proses
pengeringan. Pengeringan merupakan tahapan yang dapat meningkatkan hasil produksi
dan manajemen Pengeringan dapat dilakuan dengan cara penjemuran dengan bantuan
cahaya matahari yang bertujuan agar padi tidak mudah ditumbuhi jamur. Pada proses
penjemuran padi harus diberi alas agar gabah terkontaminasi dengan kotoran,
meminimalisir kehilangan butiran gabah dan mudah dalam pengumpulan gabah.
Sebagian besar dari hasil panen dijual oleh petani. Dengan harga kilang (pabrik)
yaitu Rp. 4.500/Kg dalam kondisi basah, dan jika dijual ke agen maka harga jual yaitu Rp.
4.200/Kg dalam kondisi basah. Namun jika petani menjual dalam kondisi kering, maka
harga jual ke kilang (pabrik) yaitu Rp. 5.500/Kg dan harga jual pada agen yaitu Rp.
5.200/Kg (Gambar terlampir).
3.4.6 Penyimpanan Gabah
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan gabah/beras agar tetap
dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Akibat yang ditimbulkan kalau salah
dalam melakukan penyimpanan gabah atau beras antara lain : tumbuhnya jamur, serangga
seranga, binatang mengerat dan kutu beras yang dapat menurunkan mutu beras/gabah.
Cara penyimpanan gabah/beras dengan menggunakan sistem kemasan didalam karung
goni. Hal ini sesuai dengan literatur Sorn (2017) Saat padi sudah kering, padi harus
18

disimpan pada suatu wadah agar gabah tetap baik dalam jangka waktu lama. Penyimpanan
beras dapat dilakukan dengan dengan sistem curah dan dengan menggunakan kemasan
wadah.
Proses penyimpanan gabah bertujuan untuk menghindarkan padi dari serangan
jamur, terjadi respirasi, serangan serangga dan kutu beras yang dapat menurunkan kualitas
dari padi itu sendiri. Penyimpanan akan berbeda dan tergantung dengan jarak lamanya
tanam terutama dengan kondisi awal padi yaitu pada saat kondisi optimum untuk
penggilingan.
3.4.7 Penggilingan Gabah
Dalam observasi dan interview yang dilakukan di lapangan, penggilingan
merupakan proses untuk mengubah gabah menjadi beras, prosesnya meliputi pengupasan
sekam, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Nama alat yang digunakan adalah
jetor giling. Pada umumnya petani di Kelompok Tani Suka Cita menggiling gabah hanya
untuk dikonsumsi oleh keluarga masing-masing
Sekam padi yang dihasilkan dari penggilingan gabah dimanfaatkan oleh sebagian
petani untuk makan ternak, dan sebagian petani lain memanfaatkannya untuk pengolahan
lahan (Gambar terlampir).
19

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Petani mengolah tanah sebanyak tiga kali dengan menggunakan jetor dan cangkul.
2. Varietas padi yang digunakan pada Kelompok Tani Suka Cita adalah jenis Inpari 32,
IR 32.
3. Pindah tanam dilakukan ketika benih berusia 21 HST, dan menggunakan metode jajar
legowo dengan jarak tanam 25 m x 25 m dan selang tanaman yaitu 4:1.
4. Hama yang menyerang pada padi di Kelompok Tani Suka Cita adalah keong mas
(Pomacea canaliculata L) biasa menyerang ketika masa persemaian dan pembibitan
dan metode pengendaliannya secara mekanik yaitu mengambil telur dan keong mas
pada area budidaya.
5. Pemupukan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan teknik sebar. Jenis dan
dosis pupuk yang dipakai oleh anggota Kelompok Tani Suka Cita adalah 50 Kg
Urea/Ha, 50 Kg TSP/Ha dan 50 Kg KCl/Ha.
6. Penyemprotan dilakukan menggunakan knapsack sprayer dengan dosis starelle
sebanyak 2 cc/liter air, diffuse sebanyak 1 cc/liter , OBR sebanyak 3 cc/liter air dan
antracol sebanyak 3cc/liter air.
7. Pengontrolan tinggi air yang dilakukan dengan menggunakan penggaris dengan
ketinggian 7-10 cm pada bulan pertama, 5-6cm pada bulan kedua setelah penanaman
dan pada 2,5 bulan air di keringkan.
8. Panen dilakukan ketika terlihat 90-95% bulir gabah pada malai pemanenan dilakukan
dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan arit dan perontokan menggunakan
mesin perontok gabah.
9. Pasca panen meliputi pengeringan gabah, penyimpanan gabah dan penggilingan
gabah.
4.2 Saran
1. Sebaiknya petani di Kelompok Tani Suka Cita menggunakan dosis sesuai anjuran
yaitu 200 kg urea/Ha, 75 sampai 100 kg SP-36/Ha, dan 75 sampai 100 kg KCl/Ha.
2. sebaiknya petani di Kelompok Tani Suka Cita lebih memanfaatkan sumber daya alami
berupa pupuk kandang dan sekam padi untuk menyuburkan lahannya.
20

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada
Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi Tanaman,
1 (2) : 52-60.
Ballen, BV. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan: (Termasuk
Sabah, Sarawak, dan Brunei Darussalam). Burung Indonesia. Bogor.
Bobihoe, J. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian, Jambi.
Goldsworlby,PR. Dan Fisher, N.M.1985. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Terjemahan oleh Herawati Susilo. 1992. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kalshoven. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah Jakarta:
Ichtiar Baru-Van Hoeven. Terjemahan dari: De Plagen van de Culture
Gewassen in Indonesia. P.T Ichtiar Baru . Jakarta.
Kobarsih, M., dan N. Siswanto. 2015. Penanganan Susut Panen dan Pasca Panen Padi
Kaitannya dengan Anomali Iklim di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Agro Science,3(2):101-106.
Kristanto, A., dan S. C. Widodo. 2015.Perancangan Ulang Alat Perontok Padi Yang
Ergonomis Untuk Meningkatkan Produktivitas Dan Kualitas Kebersihan
Padi.Teknik Industri,14(1):78-85.
Lam, Y .M. 1983. Reproduction in the rice fieldrat, Rattusar gentiventer. Malaysian Nature
36, p.249-282
MacKinnon J, Phillipps K. 1993. A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java &
Bali. Oxford University Press. Oxford.
Misran. I. A, 2014. Kajian Potensi Bionutrien caf Dengan Penambahan Ion Logam
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Universitas
Pendidikan Indonesia. Pdf.
Ngadiman. 2020. Pedoman Praktik Kerja Lapangan Kelompok Tani Suka Cita. Purba
Ganda. Simalungun. .
Notarianto, D. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada
Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik(Studi kasus: Kecamatan
Sambirejo, Kabupaten Sragen). Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Semarang. (Skripsi Sarjana Ekonomi).
21

Purwono, dan Purnamawati, H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rojas, A. S., M. Nagle, M. Gummert, T. D. Bruin and J. Muller. 2017. Development Of
An Inflatable Solar Dryer For Improved Postharvest Handling Of Paddy Rice In
Humid Climates. Agric & Biol Eng , 10(3)269-282
Rukmana, 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
Sabrina, T dan Luthfi A. M Siregar. 2016. Pedoman Praktik Kerja Lapangan. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Sorn, V., P. Meas, T. Pin and M. Gummert. 2017. Effects of drying and storage
management on fungi (Aflatoxin B1) accumulation and rice quality in
Cambodia. Agr. Rural Develop. Trop. Subtrop,118(1)141-148.
Southwick, C. H. 1969. Reproduction, grouwt hand mortality of murid rodent populations.
Indian Rodent Symposium.p.152-176
Supriyanti, A., Supriyanta, dan Kristamtini. 2015. Karakterisasi Dua Puluh Padi (Oryza
Sativa. L.) Lokal Di Daerah Istimewa Yogyakarta.Vegetalika,4(3):29-41.
Taslim HS. Partohardjono, Subandi. 1989. Padi Buku II. Pemupukan PadiSawah. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor
22

LAMPIRAN
JURNAL HARIAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Kelompok Tani : Suka Cita

Nama Mahasiswa/NIM : Elva Aziza 170301059


Andrew Lumbatoruan 170301081
Rezkia Fitri 170301108
Agung Praja Handika 170301205
Jimas Praditya 170301284

TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN GAMBAR


Rabu Mendatangi Kepala -Mendatangi kepala
15 Juli 20 Desa dan Kelompok desa untuk meminta
Tani izin praktik kerja
-ketua kelompok
tani untuk meminta
izin praktik
lapangan desa
tersebut
Kamis Kelapangan -pengenalan dan
16 Juli 20 meninjau kegiatan peninjauan
persiapan lahan geografis lahan
-pengolahan lahan
untuk penyemaian
benih padi
Jumat Mempersiapkan -membuat aliran
17 juli 20 lahan tanam irigasi untuk
mengeluarkan air di
area pembibitan

Diketahui oleh :

Ketua kelompok tani

Ngadiman
23

TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN GAMBAR


Senin Kelapangan -melakukan
19 Juli 20 melakukan penebaran benih
penebaran padi yang sudah
bibit padi direndam untuk
dijadikan bibit
ditempat yang
sudah disediakan

Selasa Kelapangan -melakukan


20 Juli 20 melakukan pindah tanam
pindah tanam pada benih padi
yang telah
berumur 3-4
minggu

Rabu Kelapangan -melanjutkan


21 Juli 20 melakukan pindah tanam
pindah tanam yang telah
dikumpulkan
sebelumnya

Diketahui oleh :

Ketua kelompok tani

Ngadiman
24

TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN GAMBAR


Kamis Melakukan -melakukan sanitasi
21 Juni 20 sanitasi lahan lahan

Melakukan -melakukan
Jumat penyisipan penyisipan pada
22 juni 20 tanaman padi yang
rusak atau sedikit
-dilakukan setelah
padi berusia satu
bulan lebih setelah
pindah tanam

Sabtu Kelapangan -mengecek dan


23 Juni 20 memperbaiki memperbaiki
system irigasi saluran irigasi
-mengurangi debit
air pada lahan agar
tidak terlalu
menggenangi
tanaman dan
mengurangi proses
penguapan pupuk

Diketahui oleh :
Ketua kelompok tani

Ngadiman
25

TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN GAMBAR


Senin Kelapangan -melakukan
27 Juli 20 melakukan pemupukan pada
pemupukan tanaman padi
dengan
menggunakan
teknik sebar

Selasa Kelapangan -melakukan


28 Juni 20 melakukan penyemprotan
penyemprotan pestisida untuk
mengurangi dan
mencegah hama
penyakit tanaman

Rabu Melakukan -membersihkan


29 Juni 20 sanitasi lahan tanaman dari
gulma

Diketahui oleh :
Ketua kelompok tani

Ngadiman
26

TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN GAMBAR


Kamis Kelapangan -melakukan jaga
28 Juni 20 menjaga padi/mengusir hama
tanaman dari burung pada padi yang
gangguan akan panen
hama

Senin Kegiatan -melakukan pemanenan


3 agustus panen di padi yang telah
20 lapangan berumur 3 bulan lebih

Selasa Kelapangan -melanjutkan


4 agustus kegiatan pemanenan padi
20 pasca panen sekaligus melakukan
penggilingan/pemisaha
n bulir padi dari gabah

Diketahui oleh :
Ketua kelompok tani

Ngadiman
27

TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN GAMBAR


Rabu Kegiatan pasca -melakukan
05 agustus 20 panen di penjemuran pada
lapangan bulir padi yang
telah diiling

Kamis Kegiatan pasca -melakukan


06 Agustus 20 panen di penggilingan pada
lapangan padi yang telah
dijemur sampai
kering

Jumat Supervisi -melakukan


07 agustus 20 dengan dosen supervisi dirumah
pembimbing ketua kelompok
tani dengan dosen
pembimbing ibu
Dr. Ir. Hamidah
Hanum , MP

Diketahui Oleh :
Ketua Kelompok Tani

Ngadiman

Anda mungkin juga menyukai