Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN

ASPEK-ASPEK KULTURAL DAN STRUKTURAL MASYARAKAT DESA


DAN PERTANIAN

Makalah disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Sosiologi Pertanian

Kelompok 2 :
Allen Fernando Pasaribu 2140401099
Lutfi Kharisma Fatah 2140401091
Muhammad Albi Maulana 2140401093
Riska Nur Safitri 2140401103
Desty Rahmawati 2140401107
Enila Yusma Kurniawati 2140401123

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan Makalah “Aspek-Aspek Kultural dan Struktural Masyarakat dan Pertanian”
ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Pertanian Kelas 03 program studi
Agroteknologi Tahun Pelajaran 2021/2022.
Makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Dosen Mata Kuliah Sosiologi Pertanian serta
teman-teman yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada kami.
Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan
kepada pembimbing, yaitu Eka Nur Jannah, S.P., M.Sc., yang penuh kesabaran dan
kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu baru, dan dorongan yang tiada
henti di sela-sela kesibukannya.
Tidak lupa, kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak/Ibu
Dosen program studi Agroteknologi yang telah memberikan banyak ilmu, pengalaman, dan
dorongan yang luar biasa untuk kami menyelesaikan tugas ini. Ucapan yang sama juga kami
berikan kepada teman-teman sejawat dan kerabat yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu. Mereka telah memberikan dukungan moral, bantuan, dan semangat kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Ibarat sebuah pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, saran dan kritik yang
membangun, selalu kami harapkan. Semoga Makalah ini banyak memberikan manfaat,
khususnya bagi pengembangan di ranah pendidikan.

Magelang, 11 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Identitas Narasumber..................................................................................................3
2.2 Pengertian Pedesaan dan Pertanian (petani)...............................................................3
2.3 Pengertian Aspek Kultural dan Struktural..................................................................5
2.4 Perubahan Sosial di Pedesaan.....................................................................................8
2.5 Hubungan Antara Pedesaan dengan Pertanian...........................................................10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
LAMPIRAN........................................................................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek kultural adalah aspek yang bersifat abstrak. Aspek ini berupa nilai, aturan,
norma, agama, ide gagasan, keinginan, kebutuhan, orientasi dan lain lain. Aspek kultural
bersifat lebih lama dalam proses perubahannya, bersifat abstrak dan dinamis, serta inti
kajiannya terdiri dari nilai (value), aturan (roles), dan norma (norm). Aspek struktural adalah
aspek yang mencakupi hubungan antar masyarakat, aspek solidaritas, struktur kewenangan,
pola politik dan lain lain. Aspek struktural bersifat lebih cepat, lebih visual dan statis, serta
inti kajiannya berada pada peran (roles).

Pertanian pedesaan merupakan suatu aspek pertanian yang bergerak di bidang


kemasyarakatan terutama di wilayah pedesaan. Desa adalah sekumpulan orang yang
menempati suatu wilayah dan memiliki sistem hukum serta norma-norma yang berlaku bagi
setiap manusia yang tinggal di lingkungan tersebut. Pertanian adalah suatu kegiatan produksi
yang dilakukan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menggantungkan
pada hasil alam, binatang dan tumbuhan.

Perubahan alam dan pola pikir masyrakat jaman sekarang juga turut mempengaruhi
sistem pertanian di daerah kota maupun desa. Hasil produkstivitas pertanian mengalami
peningkatan dan kemunduran dilihat dari beberapa aspeknya. Seperti penggunaan teknologi
modern pada alat-alat mesin pertanian, penggunaan pupuk kimia, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi milenial harus paham dan mampu menciptakan
kehidupan pertanian di pedesaan yang berbasis riset dan teknologi. Dengan membangun
kelompok tani dan organisasi-organisasi lainnya, akan sangat memberikan dampak yang luar
biasa terhadap kemajuan ekonomi dan sosial para pelaku petani.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari pedesaan dan pertanian (petani)?
2. Apa pengertian dari aspek kultural dan struktural?
3. Bagaimana perubahan sosial di pedesaan?
4. Bagaimana hubungan antara pedesaan dengan pertanian?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan wawancara ini bertujuan
agar mahasiswa mampu mengetahui aspek-aspek kultural dan struktural masyarakat desa dan
pertanian.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Identitas Narasumber

Nama : Ahmad Arif Fauzi Karim

Umur : 45 Tahun

Alamat : Dusun Randucanan RT 02/RW06 Desa Tonoboyo, Kecamatan Bandongan,

Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Lokasi Lahan : Dusun Randucanan RT 02/RW 06 Desa Tonoboyo, Kecamatan

Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Pekerjaan : Wiraswasta dan Petani Organik

Luas Lahan : 1500 m2

Jenis Tanaman : Tanaman Padi

2.2 Pedesaan dan Pertanian (petani)


A. Pengertian pedesaan dan sosiologi pedesaan
Pedesaan berasal dari kata desa yaitu sebuah tempat tinggal dan kumpulan
daerah pertanian. Sosiologi pedesaan adalah suatu studi yang mempelajari kehidupan
masyarakat dipedesaan, yaitu mengenai perilaku, struktur sosial, organisasi sosial,
lembaga, adat, kebiasaan dan perubahan social serta bagaimana memecahkan
persoalan di pedesaan.. Sosiologi pedesaan memiliki 2 versi yaitu lama (klasik), dan
baru (modern). Sosiologi pedesaan yang baru merupakan perkembangan sosiologi
pedesaan di negara-negara kapitalis Industri modern. Karena telah terjadi perubahan
di negara-negara ini dan perkembangan dramatis (terutama di daerah pedesaan).
Merasa bahwa sosiologi pedesaan kurang tepatnya sosiologi pedesaan lama sebagai
kerangka untuk memahami masyarakat pedesaan apa yang telah berkembang.
Pedesaan memilki banyak pengertian, karena dapat di kaji dari berbagai aspek, yaitu :
a) Aspek geografis, diartikan sebagai perpaduan kegiatan manusia dengan
lingkungannya, b) Aspek psikologis social, dilihat pada derajat intimitas pergaulan

3
masyarakat, c) Segi jumlah penduduk kurang 6 dari 2.500 orang, d) Aspek ekonomi
dilihat pada perhatian masyarakat di bidang pertanian.
B. Pengertian pertanian (petani) dan sosiologi pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan meliputi sektor kehutanan, pertenakan,
perkebunan, dan perikanan. Sosiologi pertanian adalah bidang sosiologi yang
mempelajari hubungan sosial dengan pertanian. Petani adalah semua penduduk yang
berada di pedesaan, namun di sisi lain hanya terbatas pada mata pencahariannya
sebagai petani saja. Di Indonesia, petanipun harus dilihat apakah ia petani pemilik,
petani penggarap dan buruh tani.

C. Pandangan terhadap petani


Pandangan terhadap petani dibagi menjadi 2 yaitu ekonomi moral petani dan
Ekonomi Politik / Rasional. Ekonomi moral politik menurut James. C. Scott mengkaji
Para petani yang tidak punya makanan banyak dikatakan kaya dengan kehidupan
spiritual. Struktur kehidupan yang demikian seperti orang yang terendam dalam air
sampai ke bibirnya dan ombak kecil atau tiupan angin akan menyebabkan
tenggelamnya petani. Ekonomi politik/rasional menurut Samuel Popkin berpendapat
bahwa bukan kolektifitas penghuni desa yang berperan pada jawaban terhadap
perubahan, akan tetapi pribadi petani sendiri dan peranan lembaga desa bagi hidup
pribadi petani.

D. Perbedaan sosiologi perdesaan dan sosiologi pertanian

a. Sosiologi perdesaan
- Mempelajari kehidupan pedesaan meliputi struktur dan proses sosial yang
terjadi di pedesaan.
- Objeknya adalah penduduk pedesaan, baik petani maupun bukan petani.
- Banyak dijalankan di negara berkembang, dimana kehidupan pedesaan masih
dominan
a. Sosiologi pertanian
- Sosiologi pertanian merupakan perkembangan dari sosiologi pedesaan.
Menurut Ulrich Plank (1993), sosiologi pertanian membahas fenomena sosial
dalam bidang ekonomi pertanian.

4
- Objeknya adalah petani dan seluruh pihak yang terlibat dalam pertanian, baik
yang berada di desa maupun di pinggiran kota dan di kota.
- Umumnya dijalankan di negara berkembang, namun juga di negara maju

2.3 Aspek Kultural dan Struktural


1. Aspek Kultural
Objek studi pokok sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat sendiri memiliki
pengertian yaitu sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial.
Mereka mempunyai persamaan budaya, wilayah, identitas, kebiasaan, tradisi, sikap,
dan perasaan persatuan yang diikat oleh sebuah kesamaan.
Masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dengan kebudayaan. Definisi dari
kebudayaan yaitu kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian,
hukum, moral, adat istiadat dan semua kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh
dari seseorang sebagai anggota masyarakat (Horton & Chester, 1996, hlm. 5).
Sementara itu, menurut Coteora (antropolog), berdasarkan wujudnya budaya memiliki
beberapa unsur sebagai berikut :
a. Kebudayaan materil
b. Kebudayaan nonmateril
c. Lembaga sosial
d. Sistem kepercayaam
e. Estetika
f. Bahasa (Sulasman & Gumilar, 2013, hlm 38).
Disebutkan bahwa pengertian aspek kultural di suatu masyarakat yaitu analog
dengan aspek rohani sedangkan aspek strukturalnya yaitu analog dengan aspek
jasmani suatu makhluk (Mayor Polak, 1996). Aspek kultural masyarakat desa
terorientasi pada jangkauan kehidupan asli masyarakat desa yaitu masyarakat
pertanian.
Masyarakat petani sering dimengerti sebagai kategori sosial yang seragam dan
sifatnya umum, artinya sering tidak disadari adanya perbedaan di berbagai aspek
seperti tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang ditanam, teknologi
yang digunakan, sistem pertanian yang dipakai dan topografi atau kondisi fisik
bahkan sampai geografiknya.
Perbedaan atau diferensiasi masyarakat petani ini terbagi menjadi dua, yaitu :

5
a. Peasant yaitu kaum petani yang sangat bergantung dengan alam karena rendahnya
pengetahuan IPTEK, lahannya sempit sehingga produksinya pun cukup untuk
menghidupi kebutuhan keluarga dan tidak mengejar keuntungan.

H. Landis mengemukakan bahwa besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola


kebudayaan masyarakat desa ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Sejauh mana ketergantungan terhadap pertanian
2. Tingkat teknologi
3. Sistem produksi yag diharapkan
Dari faktor tersebutlah, maka muncul kebudayaan tradisional. Ciri-ciri dari
kebudayaan tradisional :
1. Pengembangan adaptasi yang kuat dengan alam.
2. Rendahnya inovasi masyarakat karena apatasi pasif dengan alam.
3. Faktor alam juga memengaruhi kepribadian masyarakat.
4. Pola kebiasaan hidup yang lambat.
5. Percaya tehadap takhayul.
6. Sikap yang pasif dan adaptif.
7. Rendahnya kesadaran waktu.
8. Masyarakat yang cenderung serba praktis.
9. Terciptanya standar moral yang kaku.
b. Farmer/agricultural entrepeneur yaitu kaum petani yang menggunakan teknologi
dan menerapkan sistem pengelolaan modern seperti agribisnis dan agroindustri.
Selain itu, menanam tanaman yang laku di pasaran dan berusaha mengejar
keuntungan.
2. Aspek Struktural
A. Struktur
Dalam KBBI struktur artinya susunan; cara sesuatu disusun atau dibangun.
Struktur sendiri selalu merujuk pada unsur-unsur yang bersifat kurang lebih tetap
dan mantap. Kalau diumpamakan dengan sebuah bangunan rumah, maka dinding
rumah merupakan strukturnya. Dalam pengertian ini, struktur sosial diartikan
sebagai pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok
dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

6
Menurut Abdul Syani, struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat. Tatanan tersebut merupakan jaringan dari unsur-unsur
sosial yang pokok, seperti kelompok sosial, kebudayaam, lembaga sosial,
stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang.
Struktur sosial berkaitan erat dengan kebudayaan. Mayor Polak berpendapat
bahwa antara kebudayaan dan struktur terdapat korelasi fungsional yaitu diantara
keduanya terjadi keadaan saling mendukung dan membenarkan. Misalnya adanya
komputer, alat-alat pertanian modern, mobil, pesawat, kesenian, ilmu
pengetahuan, dan lain-lain.
Struktur sosial dibagi menjadi dua yaitu secara vertikal dan horisontal. Untuk
struktur sosial vertikal menggambarkan kelompok sosial dalam susunan yang
bersifat hierarkis dan berjenjang, sehingga terlihat kelompok lapisan atas,
menengah, dan bawah. Sedangkan untuk struktur sosial horisontal tidak dilihat
dari tinggi rendahnya kedudukan tetapi pada variasi pengelompokan masyarakat.
B. Struktur Fisik Desa
Struktur fisik desa berkaitan erat dengan lingkungan fisik dan geografis desa
tersebut, yang memiliki ciri-ciri seperti : jenis tanah, iklim, curah hujan,
ketinggian tanah, dan lain-lain yang berbeda-beda. Misalnya tanah yang subur
akan cenderung menciptakan desa yang besar, berdekatan satu sama lain dan
padat.
Struktur fisik juga memengaruhi pola pemukiman masyarakat. Dalam
bentuknya terdapat dua pola pemukiman, yaitu :
1. Penduduknya berdekatan tetapi lahan pertanian berada di luar dan teprisah dari
lokasi pemukiman.
2. Penduduknya terpencar dan terpisah, tetapi mereka berada di dalam atau di
tengah lahan pertaniannya.
C. Stratifikasi Sosial
A. Tipe Desa
Dalam pelapisan sosial terdapat dua tipe desa, yaitu :
1. Desa satu kelas merupakan tipe yang pemilikan lahan pertanian warganya
rata-rata sama.
2. Desa dua kelas merupakan tipe desa yang terdiri sedikit warga tetapi
memiliki lahan yang sangat luas, dan selebihnya merupakan warga yang
tidak memiliki lahan pertanian.

7
D. Diferensiasi Sosial
A. Elemen Pengelompokan Desa
Terdapat tiga elemen yang dikaitkan dengan pengelompokan desa, yaitu ;
1. Masyarakat dengan pluralitas rendah sehingga cenderung tidak
menciptakan diferensiasi atau heteroginitas sosial yang tinggi.
2. Cenderung termasuk tipe kelompok primer.
3. Cenderung tipe kohesi sosial yang berlandaskan solidaritas.
E. Variabel Kesamaan
Ada 14 variabel kesamaan yang dapat membentuk solidaritas, antara lain :
1. Kekerabatan dan hubungan darah.
2. Kesamaan dalam bahasa dan adat setempat.
3. Adanaya rasa tanggungjawab bersama.
4. Sama-sama menjadi bawahan bagi tuan.
5. Perkawinan.
6. Pemilikan dan penggunaan tanah bersama.
7. Kebersamaan dalam kepentingan okupasi.
8. Kesamaan dalam akses terhadap suatu lembaga.
9. Kesamaan dalam agama dan kepercayaan.
10. Proksimitas.
11. Kebersamaan dalam kepentingan ekonomi.
12. Pertahanan atau keamanan bersama.
13. Saling tolong menolong.
14. Hidup dan berpengalaman bersama.

2.4 Perubahan Sosial di Pedesaan


A. Pengertian perubahan sosial
Perubahan sosial adalah perubahan perilaku sosial masyarakat yang terjadi akibat
adanya modernisasi, industrial dan pembangunan. Perubahan sosial adalah perubahan
perilaku sosial masyarakat merupakan fungsi manifest (fungsi yang tampak) dari
suatu rekayasa sosial lewat upaya pembangunan yang diwujudkan dalam kegiatan
industrialisasi menuju masyarakat modern (Nora Susilawati, 2012).
B. Kategori perubahan sosial
a. Imanent change, yaitu perubahan sosial yang berasal dari dalam sistem itu
sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar.

8
b. Selective contact change, yaitu perubahan dari pihak luar yang secara tidak
sadar dan spontan membawa ide-ide kepada anggota-anggota dari suatu sistem
sosial.
c. Directed contact change, yaitu ide baru atau cara-cara baru yang dibawa oleh
pihak luar dengan sengaja.
C. Dimensi perubahan sosial
a. Perubahan struktur sosial di pedesaan

Perubahan struktur di desa terjadi karena masuknya teknologi.


Teknologi ini masuk dari golongan ekonomi ke atas atau menengah di desa.
Golongan ini menentukan pasaran kerja di desa. Masuknya traktor atau
penggiling padi menyebabkan berkurangnya peranan buruh tani dalam
pengolahan tanah dan berkurang peranan wanita dalam ekonomi keluarga di
desa.
Teknologi yang datang ke desa tidak datang dengan sendirinya tetapi
diboncengi oleh birokrasi. Akibatnya tidak sedikit lembaga desa yang bergeser
atau beralih fungsi misalnya LKMD. LKMD berfungsi sebagai forum rakyat
pedesaan, tetapi secara fungsional dan operasional ternyata tidak jelas kepala
desa ditunjuk sebagai ketua LKMD. Akibatnya pengaruh negara melalui
kepala desa tetap dominan sehingga LKMD tidak menjadi lembaga aspirasi
masyarakat desa tatapi aspirasi penguasa tidak berfungsi sebagai kontrol sosial
dan tidak mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
(Nora Susilawati, 2012).
b. Perubahan budaya di pedesaan
Perubahan budaya di desa menyangkut segi-segi non material akibat
terjadinya modernisasi. Artinya, terjadi konflik antara unsur baru dan unsur
lama sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penolakan terhadap
modernisasi. Peristiwa-peristiwa terjadinya perubahan budaya meliputi
“culture lag”, “culture survival”, “culture conflict”, dan “culture shock”.
(Nora Susilawati, 2012). Peristiwa “cultire lag” dapat dilihat dari
ketidaksiapan mekanisasi dan mental petani sehingga alat-alat seperti traktor
tidak terpelihara dan rusak
Introduksi teknologi ke desa dapat menimbulkan “culture survival”.
Banyak budaya masyarakat sudah kehilangan fungsi pentingnya, contohnya

9
masuknya traktor menyebabkan peternak kerbau tidak lagi sebagai lambang
struktur sosial dan sumber tenaga kerja pengelola sawah tetapi hanya untuk
kesenjangan atau menabung saja. (Nora Susilawati, 2012)
Peristiwa “culture conflict” atau konflik budaya sifatnya sudah
menyebar ke dalam berbagai tatanan sosial di pedesaan. Peristiwa ini terjadi
akibat sifat relatifnya budaya dan canggihnya teknologi komunikasi (Nora
Susilawati, 2012)
c. Perubahan interaksional di pedesaan
Introduksi teknologi sangat berdampak penting karena melalui
teknologi aktivitas kerja menjadi lebih sederhana dan serba cepat. Teknologi
berkaitan dengan perbatasan pekerjaan yang bersifat kerjasama sehingga dapat
menimbulkan konflik pada komunitas pertanian. Adanya teknologi, praktek-
praktek saling membantu menjadi terhenti dan kerjasama informal menjadi
berkurang. Proses mekanisasi di daerah pertanian menyebabkan hubungan
bersifat kontrak formal. Hubungan kerja menjadi formal yang terbatas pada
keahliannya. Lambat laun dipedesaan akan muncul organisasi formal tenaga
kerja sebagai akibat adanya spesialisasi dan pembagian kerja. (Nora
Susilawati, 2012).
Masuknya teknologi ke desa menyebabkan komunikasi yang awalnya
bersifat tatap muka hilang karena munculnya media komunikasi. Kegiatan
tatap muka berupa pengajian atau kegiatan di mesjid mulai berkurang karena
sudah ada televisi, radio atau kaset-kaset pengajian agama. Keadaan demikian
mengurangi hubungan intim di desa. Begitu pula dengan masuknya sirkulasi
uang di desa menghilangkan sistem gotong royong dan tolong menolong
terutama adanya budaya padat karya dengan sistem upah, sehingga pola tolong
menolong diganti dengan kerja pamrih. (Nora Susilawati, 2012).

2.5 Hubungan Antara Pedesaan dengan Pertanian


Kebanyakan penduduk Indonesia memperoleh penghidupan dalam bidang pertanian,
maka dengan sendirinya produksi pertanian merupakan sumber usaha. Pada pertanian
modern, berdampak pada hubungan sosial antara masyarakat desa, dimana hubungan tidak
menempatkan hubungan bapak anak buah, tetapi kembali menjadi hubungan majikan dengan
buruh. Dengan mengintegrasikan antara sektor pertanian dan industri maka akan dapat
menjadi sektor tangguh perdesaan. Dalam menunjang keberlanjutan kedua aktivitas tersebut,

10
perlu adanya keterkaitan antar desa secara terpadu dalam konteks spasial maupun sistem yang
saat ini belum terpenuhi, sehingga dapat menunjang hubungan antar desa untuk mendukung
kemajuan kawasan perdesaan dalam pengembangan pertanian. Keragaman potensi yang
dimiliki masing-masing desa dapat dioptimalkan untuk menciptakan suatu jaringan hubungan
produksi, distribusi, dan konsumsi secara terpadu dan terus berputar. Dengan demikian akan
muncul keterkaitan antar desa yang mengintegrasikan aktivitas pertanian dan industri untuk
penyediaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan, serta peningkatan ekonomi lokal.
Konsep pengembangan kawasan perdesaan kemudian diintegrasikan dengan sumber
daya lokal yang ada dengan konsep regional network, yang merupakan pengembangan
sumber daya lokal sebagai pilar utama dalam pembangunan perdesaan. Regional network
menjabarkan bagaimana hubungan antar daerah dalam suatu wilayah yang didasarkan atas
pembagian fungsi, yaitu hulu, produksi, dan hilir. Masing-masing fungsi tersebut saling
berhubungan yang merupakan bagian dari proses produksi, baik sektor pertanian maupun
sektor industri. Peran masing-masing desa berbeda, sesuai dengan kemampuan dan
kapasitasnya untuk melakukan kegiatan dalam proses produksi yang dibutuhkan. Salah satu
kebutuhan pokok setiap individu adalah bahan pangan, yang dihasilkan dari sektor pertanian
di perdesaan. Pada masa sekarang ini, penyediaan bahan pangan tersebut beberapa alur
kegiatan, yaitu kegiatan atas bahan masukan (input), produksi (farm), pengolahan
(processing), dan pemasaran bahan pangan (output factor). Semakin majunya perkembangan
zaman, proses produksi hasil-hasil pertanian menjadi bertambah kompleks dan terspesialisasi,
sehingga berpengaruh dalam kuantitas dan kualitas hasil produksi pertanian.

Keterkaitan antara aktivitas pertanian dan industri di perdesaan dapat bermula dari
penemuan potensi desa untuk dapat dipergunakan mendukung kedua aktivitas tersebut dan
digunakan untuk kemakmuran bersama. Sektor pertanian merupakan sektor yang kelebihan
tenaga kerja, yang dicirikan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol, yaitu suatu
situasi yang memungkinkan pengurangan tenaga kerja di sektor pertanian tanpa mengurangi
keluarannya. Sektor industri yang mempunyai produktivitas tinggi sebagai tempat
penampungan tenaga kerja yang pindah dari sektor pertanian, tanpa ada migrasi keluar untuk
bekerja di luar wilayah. Maka perbaikan produktivitas dan pendapatan pertanian tidak
membelenggu pembangunan perdesaan, tetapi harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan
kerja. Maka kegiatan pertanian merupakan penghubung yang dapat memaduserasikan dan
memungkinkan peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

11
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa objeknya adalah petani dan seluruh
pihak yang terlibat dalam pertanian, baik yang berada di desa maupun di pinggiran kota dan
di kota. Masyarakat petani sering dimengerti sebagai kategori sosial yang seragam dan
sifatnya umum, artinya sering tidak disadari adanya perbedaan di berbagai aspek seperti
tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang ditanam, teknologi yang
digunakan, sistem pertanian yang dipakai dan topografi atau kondisi fisik bahkan sampai
geografiknya. Struktur fisik desa berkaitan erat dengan lingkungan fisik dan geografis desa
tersebut, yang memiliki ciri-ciri seperti: jenis tanah, iklim, curah hujan, ketinggian tanah, dan
lain-lain yang berbeda-beda.
3.2 Saran

Setelah melakukan kegiatan wawancara, ada beberapa saran yang diharapkan dapat
menambah pengetahuan petani dan juga pembaca, yaitu: Sosiologi pertanian harus di
terapkan untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi di suatu wilayah, terutama di
lingkung pedesaan. Dengan menerapkan sistem pertanian organik diharapkan bisa menjaga
ketahanan dan stabilitas pangan nasional. Maka dari itu, perlu dilakukan peningkatan
kualitas Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya agar menjadi optimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, L. (2011). SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERTANIAN. BANDA ACEH:


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Kusuma, A.M. (2015). KETERKAITAN DESA MELALUI AKTIVITAS AGRIBISNIS


DAN INDUSTRI PERDESAAN DI KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN
JEPARA. Jurnal Teknik PWK, Vol.4, No.4, 2015, hal 440-456.

Pranadji, T. (2017). PENAJAMAN ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM PERSPEKTIF


PENELITIAN SOSIOLOGI PERTANIAN DAN PEDESAAN. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Prasetyo, D. (2020). MEMAHAMI MASYARAKAT DAN PERSPEKTIFNYA. Jurnal


Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, Vol.1, No.1, 2020, hal 163-175.

Prayogi, R., dan Danial, E. (2016). Pergeseran nilai-nilai budaya pada suku Bonai sebagai
Civic Culture di kecamatan Bonai Darussalam kabupaten Rokan Hulu provinsi Riau.
Humanika. Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, Vol.23, No.1, 2017, hal 61-79.

Susilawati, N. (2012). SOSIOLOGI PEDESAAN. PADANG.

Zid, M., & Alkhudri, A. T. (2017). SOSIOLOGI PEDESAAN:Teoritisasi DAN


PERKEMBANGAN KAJIAN. Depok:RAJAGRAFINDO PERSADA.

13

Anda mungkin juga menyukai