Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KELAS LAPANGAN SOSIO ANTROPOLOGI

INTERAKSI SOSIAL DAN POLA HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT PENDATANG


DAN MASYARAKAT ASLI DI KAMPUNG ARSO II KABUPATEN KEEROM

DOSEN PENDAMPING :
FRITZ RAMANDEY, S.Sos., M.Hum

DISUSUN OLEH :
CECYLL LENORA AZARIA SITUMORANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDI D III GIZI SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaan-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan Sosio Antropologi. Terimakasih saya ucapkan kepada
pihak-pihak yang telah membantu saya dalam proses pengerjaan laporan ini. Karena tanpa
bantuan dari mereka, tugas ini tidak akan terselesaikan seperti apa yang ada sekarang.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini memiliki banyak kekurangan, baik dari
segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami
terima dengan senang hati. 
Semoga laporan ini dapat memenuhi syarat proses kegiatan belajar dalam Mata Kuliah Sosio
Antropologi, apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam penyusunan makalah ini. kami mohon
maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terima kasih.

Sentani, 18 Maret 2020


Penyusun

Cecyll Lenora Azaria Situmorang


NIM. P07131219003

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................. ( 1 )


KATA PENGATAR ............................................................. ( 2 )
DAFTAR ISI ............................................................. ( 3 )
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................. ( 4 )
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................. ( 6 )
1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................................. ( 6 )
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................. ( 7 )
BAB III METODOLOGI ............................................................. ( 8 )
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN ............................................................. ( 9 )
4.2 PEMBAHASAN ............................................................. ( 10 )
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ............................................................. ( 14 )
5.2 SARAN ............................................................. ( 14 )
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. ( 15 )
LAMPIRAN ............................................................. ( 16 )

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk, kemajemukan ini ditandai oleh adanya suku-
suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam
masyarakat suku bangsanya sendiri-sendiri sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan
antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam
satu wadah masyarakat Indonesia dan berada di bawah naungan sistem nasional dengan kebudayaan
nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Suparlan, 1989:4).

Adanya perbedaan kebudayaan diantara masing-masing suku bangsa di Indonesia, menurut


Suparlan  (1989:4-5), pada khakekatnya disebabkan oleh adanya perbedaan sejarah perkembangan
kebudayaan masing-masing dan oleh adaptasi terhadap lingkungan masing-masing. Kemajemukan
masyarakat Indonesia  menjadi lebih kompleks lagi karena adanya sejumlah warga negara/masyarakat
Indonesia yang tergolong sebagai keturunan orang asing yang hidup di dalam dan menjadi sebagian
dari masyarakat Indonesia. Mereka ini mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda dengan
kebudayaan-kebudayaan yang ada pada umumnya yang dipunyai orang Indonesia.

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada
reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok
dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok.
Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial. Kontak sosial dapat
berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A
dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip
salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak
langsung.

Dalam hubungan  sosial berbagai komunitas yang berbeda latar belakang kebudayaan


tersebut, akan menghasilkan dua kemungkinan yaitu baik yang bersifat positif maupun negatif.
Interaksi sosial yang positif akan timbul manakala pertemuan berbagai etnik dalam masyarakat
majemuk tersebut  mampu menciptakan suasana hubungan sosial yang harmonis. Interaksi sosial yang
bersifat negatif muncul manakala dalam melakukan hubungan sosial yang tidak harmonis karena
adanya perbedaan sikap dalam kehidupan bersama.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi,
indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang

4
lain. Atas dasar uraian tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa pola-pola tindakan dalam
berinteraksi pada suatu masyarakat dibentuk olehh sistem nilai budaya yang tercermin dalam
karakteristik kelompok masyarakat dan persepsi atau sikap yang hidup dalam masyarakat itu. Setiap
masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa
perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang
pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali,
akan tetapi ada juga berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan oleh
seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang
lampau.Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-
pola prilaku organisasi, sususnan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial
dan sebagainya. 

Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan
membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai bermasyarakat yang
berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah tertentu akan berbeda dengan
kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang
berbeda. Dan kebudayaan juga dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan kepercayan.
Secara etimologi, kata kebudayaan berasal dari kata sangsekerta buddayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal, dengan kata lain kebudayaan diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Seorang antropolog, yaitu E.B. Tylor dalam tahun
1871 mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut “Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan itu adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pentingnya
kebudayaan tersebut dapat disimpulkan dari pendapat dua antropolog yatu Melvile J. Herkovits dan
Bronislaw Malinowski yang mengemukakan pengertian Cultural Determinism yang berarti bahwa
segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, kebudayaan dipandang sebagai sesuatu yang super organik,
karena kebudayaan itu tetap ada secara turun temurun dari generasi ke generasi yang seterusnya tetap
terus hidup walaupun anggota masyarakatnya telah berganti karena kematian ataupun kelahiran.
Dengan kata lain, pengertian kebudayaan mencangkup sesuatu yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku
yang normatif, yang mencangkup segala cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan, dan bertindak.
Kebudayaan tersebut dimiliki oleh setiap masyarakat, bedanya hanyalah bahwa kebudayaan
masyarakat yang satu lebih sempurna daripada kebudayaan masyarakat yang lain dalam
perkembangannya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya.

5
Dengan selalu memperhitungkan kearifan lokal lewat dan dalam pendidikan budaya,
keniscayaan manusia didik terperangkap dalam situasi disinherired-masses, yaitu manusia yang
terasing dari realitas dirinya yang “menjadi ada” dalam pengertian “Menjadi seperti (orang lain) dan
bukan dirinya sendiri” dapat dihindari. Jadi, mutan lokal dalam pendidikan budaya harus selalu
dimaknai dalam konteks pemerdekaan dalam rangka lebih mengenal diri dan lingkungan, dan
bukannya sebagai domestikasi atau penjinakan sosial budaya.

Arso II identik dengan wilayah transmigrasi, karena Arso II adalah tempat dimana semua
suku ada untuk merantau. Karena itu, banyak terjadi perubahan dalam kebiasaan di Arso II
dikarenakan banyak kebuadayaan yang berasal dari pendatang dan masyarakat asli Arso. Bukan hanya
itu saja, kehidupan sosial antara masyarakat asli dan pendatang terjadi kesenjangan dikarenakan
perbedaan. Tetapi adapun perubahan di bidang perekonomian masyarakat Arso II yang dibawa oleh
masyarakat pendatang. Banyak terjadi perubahan dengan adanya masyarakat pendatang. Bukan hanya
dengan menghasilkan kebiasaan baru, tetapi juga menciptakan pola kehidupan dan interaksi sosial
antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang. Oleh karena itu, saya akan membahas interaksi
sosial dan pola kehidupan diantara masyarakat asli dan msyarakat pendatang di kampung Arso II
kabupaten Keerom.

2.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam observasi penelitian kami adalah sebagai berikut :

1.1 Bagaimana gambaran umum wilayah Kampung Arso II Kabupaten Keerom?


2.1 Ruang lingkup publik apa sajakah yang digunakan untuk melakukan interaksi sosial?
3.1 Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial dan pola hubungan?
4.1 Bentuk-bentuk interaksi sosial dan pola hubungan?
5.1 Bagaimana konsep migrasi interaksi, adaptasi, dan hubungan masyarakat asli Arso dan
masyarakat pendatang?

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio Antropologi.


2. Memahami interaksi sosial yang dilakukan masyarakat Arso II.
3. Memahami pola hubungan diantara masyarakat asli Arso dan masyarakat pendatang.
4. Dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai interaksi sosial dan pola hubungan.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

Pindahnya penduduk ke suatu daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk. Sedangkan
perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah disebut dengan migrasi keluar (Depnaker,
1995).  Menurut BPS (1995) terdapat tiga jenis migran antar propinsi, yaitu :

1. Migran semasa hidup (life time migrant) adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke tempat
tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan di wilayah propinsi tempat
kelahirannya.
2. Migran risen (recent migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas propinsi dalan kurun
waktu lima tahun terakhir sebelum pencacahan.
3. Migran total adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat
tinggal pada waktu pengumpulan data.

Menurut  Mantra (1985:157) mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu
mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen atau mobilitas sirkuler. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan.
Sedangkan mobilitas non permanen ialah gerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan
tidak ada niatan untuk menetap didaerah tujuan.

Zastrow (dalam Lubis, 1999) mengatakan bahwa setiap kelompok etnis memiliki keterikatan
etnis yang tinggi melalui etnosentrisme. Etnosentrisme  merupakan suatu kecenderungan untuk
memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai suatu yang mutlak dan
digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain.
Etnosentrisme membimbing para anggota kelompok untuk memandang kebudayaan mereka sebagai
yang terbaik, terunggul daripada kebudayaan lainnya.

7
BAB III

METODOLOGI

Kelas lapangan mata kulliah Sosio Antropologi yang dilaksanakan oleh mahasiswa prodi gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura pada tanggal 14 Maret 2020 dengan didampingi oleh dosen
Sosio Antropologi, Bapak Fritz Ramandey, S.Sos., M.Hum. dengan uraian sebagai berikut :

Tempat Penelitian : Kampung Yuwani Arso 2, Kabupaten Keerom

Tanggal Pelaksanaan : 14 Maret 2020 s.d. 15 Maret 2020

Waktu Pelaksanaan : 09.00 s.d selesai pengambilan data

Jenis Penelitian : Kelas Lapangan

Teknik Pengambilan Data : Wawancara

Sampel : Masyarakat Asli Arso dan Masyarakat Pendatang

Dengan rincian sampel :

Keluarga Suwarni – Jawa Timur

Keluarga Nuveni – Sentani

Tanggal Penulisan Laporan : 16 Maret 2020 – 22 Maret 2020

Tanggal Pengumpulan Laporan : 23 Maret 2020

8
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


a. Gambaran umum Kampung Yuwani Arso II
Alamat : Kampung Yuwani Arso II, Kabupaten Keerom
Kepala Kelurahan : Bapak Abdul Gofar
Jumlah RT/RW : 26 RT / 6 RW
Data Kependudukan : Jumlah penduduk sekitar 7000 jiwa
Mayoritas pekerjaan penduduk ialah Petani, Pedagang/Wirausaha,
Pegawai Swasta, Pegawai Sipil
Agama yang dianut penduduk ialah Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Islam, Pentakosta
Ruang Publik : Kantor Kelurahan : 1 unit
SD : 2 unit
Taman Kanak-Kanak : 2 unit
Puskesmas : 1 unit
Apotek : 2 unit
Gereja : 4 unit
Mushola : 5 unit
PLN : 1 unt
Posyandu : 4 unit
b. Wawancara
Masyarakat Asli Arso : Nama : Ibu Heny Nuveni
Umur : 32 Tahun
Asal : Sentani
Anggota Keluarga : 5 orang
Pekerjaan : Pedagang Pinang dan Kios
Ibu Heny adalah orang Sentani yang lahir besar di Arso 2 dan menikah
dengan orang asli Arso. Dari wawancara yang telah kami lakukan Ibu Heny
beranggapan bahwa hubungan interaksi di wilayah sekitar sangat aman
mesikpun di kampung Yuwani tidak terlalu banyak masyarakat asli arso yang
tinggal menetap disini dan kebanyakan orang Papua yang tinggal disini
hanya seorang pegawai yang tinggal sementara. Hubungan dengan tetangga
juga sangat baik saling membantu bila sedang kesusahan, mereka suka
berbagi hasil panen.

9
Masyarakat Pendatang : Nama : Ibu Suwarni
Umur : 42 Tahun
Asal : Jawa Timur
Anggota Keluarga : 2 orang
Pekerjaan : Wirausaha Penjual Kue
Ibu Suwarni tiba di Arso saat kelas 1 SD, Ia menetap di Arso selama 34
Tahun. Bagi Ibu Suwarni hubungan sosial di wilayah sekitar sangat aman.
Tidak ada gangguan dari masyarakat yang lain. Ibu Suwarni hidup dengan
tidak membeda-bedakan SARA jadi dia menanggap situasi aman bila kita
bisa memulai untuk saling menghargai. Dia selalu ramah terhadap
tetangganya sehingga orang lain akan membalas hal yang sama. Tetapi dia
akan menerima dengan lapang dada bila mereka tidak membalas dengan
baik.
Pendamping dari balai : Nama : Bapak Rivan
Kampung Asal : Serui
Pekerjaan : Sekertaris
Menurut Bapak Rivan hubungan sosial diantara masyarakat asli Arso dan
masyarakat Pendatang baik. Kami disini membudayakan hidup rukun dan
gotong royong. Contohnya apabila akan dilakukan bersih-bersih di gereja
masyarakat akan saling gotong royong untuk membantu karena jika semakin
banyak orang yang membantu maka pekerjaan akan cepat terselesaikan.

4.2 Pembahasan
A. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL DAN POLA HUBUNGAN

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan


antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, ataupun individu dengan kelompok.
Dalam proses interaksi sosial, terdapat syarat-syarat yang terjadi. Ada dua syarat utama terjadinya
interkasi sosial, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak berasal dari bahasa Latin yaitu cum atau
con yang artinya bersama-sama, dan tango atau tangere yang artinya menyentuh. Meskipun secara
harafiah diartikan bersama-sama menyentuh, namun pada kenyataannya kontak yang terjadi tidak
harus selalu bersentuhan. Kontak sosial terjadi ketika ada aksi dan reaksi antar pihak yang berkontak.
Sedangkan komunikasi sendiri terjadi penyampaian dan pertukaran pesan. 
Pola hubungan adalah hasil dari aturan bersama yang telah dikembangkan diantara orang
yang terlibat. Manusia sebagai makhluk sosial  dalam kehidupannya pada dasarnya dalam untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan manusia lain di
sekelilingnya. Atau dengan kata lain bahwa dalam hidupnya manusia tidak terlepas hubungannya
dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia tersebut merupakan kebutuhan objektif.

10
11
B. BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL DAN POLA HUBUNGAN
Menurut Gillin dan Gillin, terdapat dua bentuk interaksi sosial, yatu proses asosiatif dan
proses disosiatif. Proses asosiatif merupakan bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama
antar pihak, sedangkan proses disosiatif merupakan proses sosial yang mengarah kepada pertentangan
antara pihak yang terlibat.
1. Kerja sama adalah salah satu bentuk proses asosiatif. Kerja sama terjadi apabila pihak yang
yang memiliki suatu kepentingan bersama atau persamaan tujuan. Kerja sama juga sering
disebut dengan istilah cooperation.
2. Bentuk yang kedua dari kerja sama adalah akomodasi. Akomodasi adalah upaya untuk
meredakan pertentangan yang terjadi. Tujuannya adalah untuk mencapai keseimbangan dan
mencegah membesarnya suatu pertentangan.
3. Bentuk yang ketiga adalah asimilasi. Asimilasi adalah percampuran dua budaya atau lebih
dan menghasilkan budaya baru. Dalam proses asimilasi, budaya baru yang terbentuk benar-
benar berbeda dari budaya yang ada sebelumnya. Proses asimilasi seringkali disamakan
dengan proses akulturasi, padahal sebenarnya berbeda.
Bentuk lain yang berlawanan dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif, yang mengarah kepada
pertentangan. Berikut adalah bentuk-bentuk proses disosiatif.
1. Persaingan atau kompetisi, yaitu proses dimana pihak yang terlibat dari bersaing
memperebutkan sesuatu. Hal yang diperebutkan bermacam-macam bentuknya, misalnya
keuntungan, sumber daya, status, dsb.
2. Kontravensi, yaitu bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan, namun
belum mencapai pertentangan. Beberapa bentuk kontravensi adalah penolakan, penyangkalan,
penghasutan, dan pengkhianatan.
3. Pertentangan atau konflik, yaitu proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha
mencapai tujuannya dengan upaya menantang atau menyerang lawan, sekalipun dengan
ancaman atau kekerasan. Menurut Soerjono Soekanto, penyebab konflik antara lain adalah
perbedaan individu, perbedaan kebudayaan atau nilai, perbedaan kepentingan, dan perubahan
sosial. Meskipun lebih sering membawa dampak negatif seperti kerusakan materi dan korban
jiwa, konflik juga dapat membawa dampak positif. Dampak positif konflik adalah semakin
menguatnya solidaritas dalam satu kelompok karena adanya musuh bersama.

Sedangkan pola hubungan diantaranya yang paling umum ialah: (1) Iklim suportif dan
defensive;(2) ketegantungan dan ketidaktergantungan,dan (3) spiral kemajuan dan spiral kemunduran.
1. Iklim Suportif dan Defensif
“Saya menghargai dukungan anda,saat saya dalam kekecewaan kemarin malam.’’
“Saya berharap anda akan lebih menghargai saya.”

12
Pernyataan di atas adalah komentar tentang seberapa mendukung atau seberapa defensif
seorang pembicara mempersepsi orang lain dan hubungan secara keseluruhan untuk berada pada titik
tertentu.Orientasi individu dalam hubungan dan pola mereka berkomunikasi satu sama lain
menciptakan iklim komunikasi.Iklim dan perilaku individu akan dapat dicirikan sepanjang garis
kontinum yang menghubungkan titik sangat defensive.
Ada sejumlah perilaku komunikasi yang cenderung untuk menciptakan dan memelihara iklim
defensive dalam hubungan:
 Mengevaluasi : Menilai perilaku orang lain.
 Mengendalikan : Berusaha keras untuk mengendalikan atau mengatur perilaku orang lain.
 Mengembangkan strategi : Merancang teknik,agenda tersembunyi,dan membuat gerakan
untuk digunakan dalam hubungan seperti halnya dalam permainan catur.
Sebaliknya perilaku berikut dianggap sebagai kontribusi terhadap iklim yang mendukung:
 Menggambarkan : Memilih menggambarkan daripada menilai atau mengevaluasi perilaku
orang lain.
 Berionterasi pada satu masalah : Fokus pada masalah khusus untuk dipecahkan.
 Berempati : Mengerti berbagai hal dari sudut pandang orang lain.
 Penegasan kesetaraan : Melihat diri dan menyajikan diri sebagai sama dengan orang lain.

2. Ketergantungan dan Ketidaktergantungan


Dinamika ketergantungan dan ketidaktergantungan adalah hal yang lazim dalam banyak
hubungan dari waktu ke waktu. Hubungan ketergantungan muncul ketika satu orang dalam suatu
hubungan sangat tergantung pada yang lain untuk dukungan,uang,kerja,kepemimpinan,atau
pengarahan,sehingga melengkapkan ketergantungan sebagai salah satu sisi hubungan.
Contoh klasik dari dinamika hubungan jenis ini adalah yang terjadi diantara anak dan orang
tua,atau dalam beberapa kasus,antara ahli terapi dan pasiennya.Dalam kedua contoh tersebut,seorang
individu memiliki kebutuhan khusus atau tujuan khusus yang dipenuhi oleh individu atau individu-
individu lain dalam hubungan.Pola orang tergantung itu bias sangat umum,akan tetapi seorang yang
bergantung pada yang lain dalam keadaan jarak yang luas,hal itu tidak berhubungan dengan bentuk
asli ketergantungan.Ketika ini terjadi,sebuah dinamika diatur dalam gerakan yang bias berdampak dan
berakibat luas baik kepada individu maupun terhadap hubungan.
Dalam hubungan yang lain atau dalam hubungan yang sama diwaktu lain,ketergantungan
berada dalam arah yang berlawanan.Dalam keadaan ini,satu orang berhubungan dengan yang lain
bukan sebagai yang tergantung tetapi sebaliknya,sebagai counterdependent atau
ketidaktergantungan.Ketika individu tergantung patuh kepada orang lain dalam hubungan untuk
berbagai persoalan,orang yang tidak tergantung bercirikan tidak setuju.

13
3. Spiral Kemajuan dan Spiral Kemunduran
Ketika aksi dan reaksi orang-orang dalam sebuah hubungan konsisten dengan tujuan dan
kebutuhan mereka,berarti hubungan itu mengalami kemajuan dengan pertambahan dalam level
keselarasan dan kepuasan. Keadaan ini dapat digambarkan sebagai spiral kemajuan atau progressive
spiral. Dalam spiral kemajuan,prose timbal balik pengolahan pesan dari peserta interaksi
mengantarkan pengalaman mereka kearah yang positif. Kepuasan setiap peserta berasal dan dibangun
oleh dirinya sendiri, dan hasilnya adalah sebuah hubungan yang menjadi sumber tumbuhnya
kesenangan dan penghargaan bagi partisipan.
Hal yang berlawanan dengan pola diatas dapat pula berkembang dimana setiap percakapan
menyumbang kepada proses semakin berkurangnya kepuasan dan keselarasan. Dalam keadaan ini
terjadi spiral kemunduran atau regressive spiral yang didalamnya terjadi penambahan
ketidaknyamanan,berjarak, frustasi, dan ketidakpuasan untuk setiap orang yang terlibat.

C. INTERAKSI SOSIAL DAN POLA HUBUNGAN DI KAMPUNG YUWANI ARSO II

Masyarakat di Kampung Yuwani Arso II melaksanakan bentuk interaksi sosial Asosiasif yang
mengarah pada kerja sama antar individu maupun kelompok. Sedangkan pola hubungan yang
digunakan Iklim Suportif dan Defensif dimana hubungan antar masyarakat yang saling mendukung
dan gotong royong. Hubungan sosial masyarakat asli dan pendatang dapat dilakukan dengan berbagai
cara agar dapat melakukan interaksi dengan baik dengan menggunakan ruang publik yang sudah
tersedia dan melakukan kegiatan sosial untuk mempererat silaturahmi diantara mereka.
Masyarakat Kampung Yuwani jarang terjadi konflik antar masyarakat yang menimbulkan
kerugian seperti kerusuhan etnis yang sering diberitakan di media massa. Di kampung Yuwani semua
masyarakat dapat hidup berdampingan dengan baik.
Bapak pendamping dari Balai Desa mengatakan jika terjadi masalah seperti hak tanah,
masyarakat segera melapor ke pihak terkait seperti kepala kampung untuk dilakukan pemecahan
masalah. Kepala kampung akan mengambil tindakan damai dalam menyelesaikan masalah dengan
cara musyawarah didalam Baperkam Distrik Arso. Hal ini menunjukkan bahwa di Kampung Yuwani
dapat menciptakan integrasi bangsa dan memahami konsep interaksi sosial dan pola hubungan dengan
baik sehingga ketika ada masalah dapat menyelesaikan dengan cara musyawarah antar warga.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya berikan dalam laporan ini adalah bahwa di Kampung Yuwani
terdapat berbagai macam suku yang mendiami. Ada masyarakat asli Arso, Papua, Jawa, Makassar,
dan lai-lain. Ada berbagai macam cara agar semua masyarakat dapat melakukan interaksi dengan baik
dengan menggunakan ruang publik yang sudah tersedia dan melakukan kegiatan sosial untuk
mempererat silaturahmi diantara mereka.

Hal ini sesuai dengan bentuk Interaksi Sosial dan Pola Hubungan yang mengarah pada
kepentingna bersama. Kerja sarna antara pendatang dan masyarakat asli, masing-masing punya
kepentingan terhadap kerja sama yang diciptakan itu. Saling bekerja sama untuk mempertahankan
situasi yang aman bagi kampung tersebut.

Mengatakan jika terjadi masalah seperti hak tanah, masyarakat segera melapor ke pihak
terkait seperti kepala kampung untuk dilakukan pemecahan masalah. Kepala kampung akan
mengambil tindakan damai dalam menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah didalam
Baperkam Distrik Arso.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan dari kelas lapangan yang dilakukan kemudian memberikan
pembahasan dan menarik kesimpulan adalah bahwa kita harus menyadari bahwa sebagai manusia kita
pasti membutuhkan orang lain untuk hiup. Manusia merupakan makhluk sosial yang pasti akan
melakukan interaksi dengan makhluk hidup lainnya. Hendaknya dalam melakukan interaksi tersebut
manusia berusaha mewujudkan integrasi bangsa dengan menciptakan lingkungan yang aman,
nyaman, dan tentram meskipun di lingkungan tempat tinggal terdapat banyak lapisan masyarakat
dengan latarbelakang yang berbeda.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suhanadji.2014.Sosiologi Antropologi Pendidikan. Surabaya:Unesa Press.


Syani,Abdul.1994.Sosiologi (sistematika,teori dan terapan).Jakarta.Bumi Aksara.
Mahmud. 2012.Sosiologi Pendidikan.Bandung:Pustaka setia.
Koentjaraningrat.2000.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineka Cipta Sarjono.
Soekanto, Soejono.2012.Sosiologi suatu pengantar.Jakarta:PT Rajagrafindo persada.
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_32373_KKNUA.pdf diakses pada 19 Maret.
Boouman, P.J.1957.Ilmu Masyarakat Umum. (Terjemahan).Jakarta: Dian Rakyat.
Geerzt, Hildred.1969.Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia.Jakarta:YIIS. 
Garna,Judistira.K.1992.Ilmu-Ilmu Sosial, Dasar-Konsep-Posisi.Bandung:Program Pascasarjana
Unpad.

16
LAMPIRAN

Hari Pertama ( Sabtu, 14 Maret 2020 )

Penyerahan Mahasiswa dan Pengenalan Kampung Yuwani Arso II

Ibu Suwarni

17
Hari Kedua ( Minggu, 15 Maret 2020 )

Ibadah Hari Minggu di Gereja

Ibu Heny Nuveni

18

Anda mungkin juga menyukai