Anda di halaman 1dari 19

ANTROPOLOGI DALAM LINGKUP

MASYARAKAT

OLEH:
KELOMPOK IV / TINGKAT 2C

1. (2014086) ANDI FIRA NURRAHMAH.S (Pencari Materi)


2. (2014091) DWI SYAHRANI TAUFIQ (Pengetik)
3. (2014097) HASTUTI (Pencari Materi)
4. (2014102) MUH ALWI (Presentasi)
5. (2014108) NUR HIKMAH Presentasi)
6. (2014113) NURUL AINUN (Presentasi)
7. (2014118) SITTI NUR ULFA RAMADHANTHI (Pembuat PPT)
8. (2014123) MUH REZA ATAM PUTRA (Print)

AKADEMI KEPERAWATAN
MAPPA OUDANG MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah yang
berjudul “ANTROPOLOGI DALAM LINGKUP MASYARAKAT” dapat tersusun
dengan baik dan dapat disajikan dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya


masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifat-sifatnya membangun sangat penulis harapkan, demi untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

Demi kelancarannya mengerjakan tugas ini saya ucapkan terima kasih


kepada Kedua orang tua saya yang telah memberikan motivasi dan dosen mata
kuliah Antropologi yang telah memberikan bimbingannya serta semua teman –
teman yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, dan akhirnya
mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin ya robbal ‘alamin.

Makassar, 18 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................3

D. Manfaat..............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4

A. Definisi................................................................................................................4

B. Ciri-Ciri Dan Unsur-Unsur Masyarakat...............................................................5

C. Kesatuan Sosial Masyarakat.............................................................................8

D. Tujuan Antropologi Dalam Masyarakat............................................................12

E. Hubungan Antara Antropologi Dan Masyarakat...............................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................15

A. Kesimpulan.......................................................................................................15

B. Saran................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Antropologi berasal dari dua akar kata Yunani: anthropos, artinya


“orang” atau “manusia”; dan logos, artinya “ilmu/nalar”. Menurut kamus
athropology dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha
mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari
aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta
kebudayaannya1. Dari analisis usul asal kata, disimpulkan bahwa
antropologi merupakan ilmu pengetahuan tentang manusia. Dalam
refleksi yang lebih bebas, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang
mencoba menelaah sifat-sifat manusia secara umum dan menempatkan
manusia yang unik dalam sebuah lingkungan hidup yang lebih
bermartabat.

C. Antropologi modern meneruskan apa yang telah dimulai oleh strategi


tradisional dari usaha antropologi pada masa-masa lampau. Yang terasa
sepanjang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, ilmu
antropologi berupaya untuk membangun sebagai kajian ilmiah tentang
manusia dalam bingkai kehidupan sosial dengan membuat
perbandingan antar sosialitas yang satu dengan yang lain.
Perbandingan tersebut terutama berkenaan dengan pola menempatkan
model sosialitas masa silam dengan yang sekarang, dan bahkan
berkaitan dengan yang bakal terjadi (nanti). Pemahaman antropologi
dalam kerangka perbandingan ini bersifat komprehensif, dalam arti
elemen-elemen yang diambil untuk dibuat perbandingan sungguh
memberi satu pemahaman yang menyeluruh berkenaan dengan
kehidupan manusia, baik pribadi maupun kelompok. Dengan demikian,
kajian perbandingan antropologi merangkumi manusia, karya dan
seluruh keberadaannya, seperti terlihat secara struktural dalam uraian
mengenai dua elemen dasar kehidupan manusia sebagai satu entitas
pribadi dan makhluk sosial.

D. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Antropologi masyarakat?
2. Jelaskan ciri-ciri dan unsur masyarakat?
3. Jelaskan hubungan antara antropologi dan masyarakat?

1
E. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Antropologi masyarakat
2. Untuk mengetahui apa ciri-ciri dan unsur masyarakat
3. Untuk mengetahui hubungan antara antropologi dan masyarakat

F. Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Antropologi
masyarakat.
2. Agar mahasiswa mengetahui apa ciri-ciri dan unsur masyarakat.
3. Agar mahasiswa mengetahui hubungan antara antropologi dan
masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Definisi

Masyarakat adalah makhluk yang hidup tidak bisa hidup sendiri,


mereka ditakdirkan untuk hidup berkelompok. Sama seperti makhluk
berkelompok lainnya, manu- sia memiliki struktur dalam kelompoknya.
Struktur ini membedakan manusia sesuai dengan posisinya dalam
masyarakat. Misalnya, ada posisi Kepala Desa, Kepala Adat, Dukun, Tabib,
dan lain sebagainya. Mereka menjalankan posisinya sesuai dengan
kedudukannya dalam masyarakat.
Masyarakat (manusia) memiliki perbedaan yang mendasar dengan
hewan. Meskipun mereka sama-sama memiliki naluri, baik untuk makan,
berkembang biak, mempertahankan diri, dan lain sebagainya, perbedaan
mendasamya terletak pada akal pikiran. Manusia dia nugerahi Allah SWT
akal pikiran agar mereka berbeda dengan hewan. sedangkan hewan hanya
memiliki naluri.
Masyarakat dalam bahasa Inggris ditulis dengan isti- lah society yang
berasal dari bahasa Latin socius yang berar- ti "kawan". Istilah masyarakat
sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu syaraka yang berarti "ikut serta,
berpartisipasi" (Koentjaraningrat, 2009). Koentjaraningrat mengartikan
masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berin- teraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang vles bersifat kontinu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama.
Djojodigoeno membedakan masyarakat dalam arti luas dan
masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat Indo- nesia adalah contoh
masyarakat dalam arti luas, sedangkan masyarakat yang terdiri dari warga
suatu kelompok kekerabatan seperti marga, suku, atau dadia adalah contoh
masyarakat dalam arti sempit. Untuk menjadi sebuah masyarakat,
Koentjaraningrat mengatakan sebuah kelompok masyarakat harus memiliki
empat ciri berikut, yaitu : 1) interaksi antarwarganya; 2) adat-istiadat, norma,
hukum dan aturan-aturan khas mengatur seluruh pola tingkah-laku warga
negara kota atau desa; 3) kontinuitas waktu; 4) dan rasa identitas yang kuat
yang mengikat semua orang. Keempat ciri inilah yang kemudian mengikat
sebuah entitas atau kelompok menja- di sebuah masyarakat.

3
Adat istiadat, norma, serta aturan aturan yang berlaku dalam
masyarakat menyebabkan setiap masyarakat memiliki ciri khas tertentu yang
membedakannya dengan masyarakat lain. Misalnya, masyarakat petani
memiliki perbedaan yang tampak jelas jika dibandingkan dengan masyarakat
nelayan. Masyarakat petani terbiasa hidup sederhana karena hasil panen
hanya bisa diambil sekitar 4 bulan sekali, itu pun kalau panennya berhasil,
sedangkan pada masyarakat nelayan, mereka cenderung lebih boros dan
konsumtif karena mereka terbiasa mencari uang (melaut untuk mencari ikan)
dan langsung bisa menikmati hasilnya (bisa langsung dijual). Norma dalam
masyarakat Batak, misalnya, berbeda dengan masyarakat Minang. Dalam
masyarakat Batak yang menganut sistem patrilinealisme, di mana garis
keturunan ditentukan oleh garis ayah. Sistem ini menyebabkan memi- liki
anak laki-laki menjadi sangat penting karena mar- ga yang dimiliki oleh
keluarga akan diturunkan melalui anak laki-laki. Masyarakat Batak, terutama
yang masih tradisional akan melakukan apa saja untuk mendapatkan anak
laki-laki. Mereka akan merasa malu jika tidak bisa meneruskan marga
keluarganya.
Berbeda dengan masyarakat Batak, masyarakat Minangkabau
mernganut sistem matrilinealisme, di mana garis keturunan berada pada garis
ibu. Oleh karena aturan dalam masyarakat ini, harta komunal diberikan
kepada anak perempuan dan anak laki-laki tidak mendapatkan apa-apa. Laki-
laki akan menjadi "berharga" ketika posi- sinya sebagai mamak (paman).
Posisi mamak bahkan lebih berharga daripada posisi ayah. Mamak
bertanggung jawab pada keponakan dari saudara perempuannya. Di masa
Talu (mungkin sekarang sudah jarang dilakukan), mamak bertanggung jawab
untuk menyekolahkan keponakan- nya bahkan ketika ingin menikah,
keponakannya harus mendapatkan restu dari mamaknya. Untuk menjadi
sebuah masyarakat, rasa sebagai bagian dari masyarakat tertentu juga
sangat penting. Misalnya saja, meskipun kita berada dalam mayoritas
masyarakat Dayak, sedangkan kita sendiri adalah etnis Jawa, rasa identitas
ke-Jawaan yang begitu kuat tidak ser- ta-merta hilang karena berada dalam
komunitas etnis lain. Nilai-nilai identitas ke-Jawaan itu akan terus hidup misal-
nya dengan tetap menyakini nilai-nilai Kejawen, melaku- kan tradisi-tradisi
4
khas Jawa, dan lain sebagainya meski- pun hidup di tengah tradisi etnis lain.
Biasanya, etnis yang sama akan berkumpul bersama-sama dengan orang-
orang yang beretnis sama sehingga tak jarang kita menemu- kan sekelompok
masyarakat Jawa di Aceh, masyarakat Minang di Papua, masyarakat Bugis di
Ambon, dan lain sebagainya.
Berpijak pada definisi singkat ini dapat disimpulkan bahwa Antropologi
dalam masyarakat adalah suatu pengaruh/manfaat atau kegunaan
Antropologi yang diperoleh secara nyata dalam masyarakat, yaitu Prospek
sosial budaya dalam pelayanan kesehatan khu- susnya keperawatan adalah
untuk menerapkan pendekatan Antropologi yang berorientasi pada
keanekaragaman budaya baik antar budaya maupun lintas budaya terhadap
asuhan keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan
melaksanakan sesuai dengan hati nurani dan sesuai dengan standar
penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya dan lain-lain.

B. Ciri-Ciri Dan Unsur-Unsur Masyarakat

1. Ciri-ciri Masyarakat
Berbicara mengenai ciri ciri masyarakat, maka dapat dipaparkan
mengenai ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Seakanto sebagai berikut:
a. Ciri-ciri Masyarakat adalah Manusia Yang Hidup Berkelompok
Ciri ciri masyarakat yang pertama adalah Manusia yang hidup secara
bersama dan membentuk kelompok. Kelompok ini lah yang nantinya
membentuk suatu masyarakat. Mereka mengenali antara yang satu
dengan yang lain dan saling ketergantungan. Kesatuan sosial
merupakan perwujudan dalam hubungan sesama manusia ini.
Seorang manusia tidak mungkin dapat meneruskan hidupnya tanpa
bergantung kepada manusia lain. Manusia maupun makhluk lain yang
hidup bersama individu-individu sejenisnya hidup dalam suatu
kelompok. Ciri khas kehidupan kelompok yaitu:
1) pembagian kerja yang tetap;
2) ketergantungan antar individu;
3) kerjasama antar individu;
4) komunikasi antar individu; dan
5
5) diskriminasi antara individu-individu warga dan individu-individu dari
luarnya.
b. Ciri-ciri Masyarakat ialah Yang Melahirkan Kebudayaan
Ciri ciri masyarakat yang berikutnya ialah yang melahirkan kebudayaan. Dalam
konsepnya tidak ada masyarakat maka tidak ada budaya, begitupun sebaliknya.
Masyarakatlah yang akan melahirkan kebudayaan dan budaya itu pula diwarisi dari
generasi ke generasi berikutnya dengan berbagai proses penyesuaian. Adanya
kebudayaan dalam masyarakat merupakan satu dukungan yang sangat besar bagi
individu-individu dalam beberapa perspektif (1) awal permulaan adanya masyarakat,
(2) awal terbentuknya pemahaman persekutuan dan (3) proses pengembangan
masyarakat dalam menanggapi trend-trend modern. Secara eksistensial
kebudayaan adalah jalan atau arah di dalam bertindak dan berpikir, sehubungan
dengan pengalaman-pengalaman manusia yang fundamental dalam satu
persekutuan. Dengan demikian kebudayaan tak pernah dijelaskan terlepas dari
individu (manusia perorangan) dan masyarakat secara keseluruhan.
c. Masyarakat yaitu yang Mengalami Perubahan
Ciri ciri masyarakat yang berikutnya yaitu yang mengalami perubahan.
Sebagaimana yang terjadi dalam budaya, masyarakat juga turut
mengalami perubahan. Suatu perubahan yang terjadi karena faktor-
faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Dalam suatu
penemuan baru mungkin saja akan mengakibatkan perubahan kepada
masyarakat itu. Setiap unsur di masyarakat pasti mengalami
perubahan, contohnya perubahan sosial dapat meliputi perubahan
nilai-nilai, norma, teknologi, dan interaksi sosial.
d. Masyarakat adalah Manusia Yang Berinteraksi
Ciri ciri masyarakat yang berikutnya adalah manusia yang berinteraksi. Salah satu
syarat perwujudan dari masyarakat ialah terdapatnya hubungan dan bekerja sama di
antara ahli dan ini akan melahirkan interaksi. Interaksi ini boleh saja berlaku secara
lisan maupun tidak dan komunikasi berlaku apabila masyarakat bertemu di antara
satu sama lain. Terlihat bahwa di dalam masyarakat, terdapat individu-individu yang
saling berinteraksi (saling bergaul satu terhadap yang lainnya) membentuk sebuah
entitas sosial yang hidup. Ada sekian banyak sarana dan prasaran yang menjalin
interaksi dan kontak sosial antar individu-individu tersebut, yang cakupannya tidak
6
saja sebatas keluarga yang satu dengan keluarga yang lain semata, melainkan lebih
luas dari itu, yakni para ranah hubungan internasional. Walau nanti harus diingat
bahwa tidak semua pergaulan antara individu itu boleh dikategori ke dalam istilah
masyarakat.
e. Ciri-ciri Masyarakat yaitu Terdapat Kepimpinan
Ciri ciri masyarakat yang berikutnya yaitu terdapat kepemimpinan. Dalam hal ini
pemimpin adalah terdiri dari ketua keluarga, ketua kampung, ketua negara dan lain
sebagainya. Dalam suatu masyarakat Melayu awal kepimpinannya bercorak
tertutup, hal ini disebabkan karena pemilihan berdasarkan keturunan. Menurut
Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
pemimpin atau leader untuk mempengaruhi orang yang dipimpin atau pengikut-
pengikutnya. Sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana
dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan
sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai
kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu
proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang
atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
f. Ciri-ciri Masyarakat yaitu adanya Stratifikasi Sosial
Ciri ciri masyarakat yang terakhir ialah adanya stratifikasi sosial. Istilah stratifikasi
(stratification) berasal dari kata strata dan stratum yang berarti lapisan. Karena itu
stratifikasi sosial (social stratification) sering diterjemahkan dengan pelapisan
masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama
menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan (stratum).
Stratifikasi sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda
secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula
antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Stratifikasi sosial yaitu
meletakkan seseorang pada kedudukan dan juga peranan yang harus dimainkannya
di dalam masyarakat. Masyarakat sebenarnya menganut sistem adaptif (mudah
menyesuaikan diri dengan keadaan), oleh karena masyarakat merupakan wadah
untuk memenuhi berbagai kepentingan dan tentunya juga untuk dapat bertahan.
Selain itu masyarakat sendiri juga mempunyai berbagai kebutuhan yang harus
7
dipenuhi agar masyarakat itu dapat hidup secara terus-menerus. Sistem stratifikasi
sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah.
Dasar dan inti sistem stratifikasi masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan
pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab masing-masing individu atau
kelompok dalam suatu sistem sosial. Penggolongan dalam kelas-kelas tersebut
berdasarkan dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam suatu lapisan-lapisan yang
lebih hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Stratifikasi sosial
terjadi karena adanya pembagian kelas-kelas sosial di masyarakat. Kelas sosial
adalah suatu lapisan (strata) dari orang-orang yang memiliki berkedudukan sama
dalam rangkaian kesatuan dari status sosial.

2. Unsur-unsur masyarakat
Masyarakat yang terbentuk paling tidak memiliki unsur-unsur
pembentuknya, berikut dibawah ini unsur-unsur pembentuk masyarakat
menurut Soerjono Soekanto, dalam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini:
a. Berangotakan minimal dua orang/lebih.
b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat.
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

8
C. Kesatuan Sosial Masyarakat
Kesatuan sosial berarti unsur studi dalam kemasyarakatan yang diberi batasan
tertentu dan yang secara relatif bersifat konstan, seperti individu, keluarga, taraf
hidup. Kesatuan sosial merupakan perwujudan dalam hubungan sesama manusia.
Namun perlu dipahami bahwa tidak semua kesatuan manusia yang berlangsung
interaksi antar anggota didalamnya dikatakan sebagai masyarakat, karena suatu
masyarakat harus dan pasti memiliki suatu ikatan yang khusus. Ikatan khusus
tersebut berupa suatu pola tingkah laku dalam suatu batas kesatuan. Pola tingkah
laku tersebut juga diatur atau didasarkan pada nilai dan norma yang berlaku
didalamnya, dimana nilai dan norma yang berlaku didalam satu masyarakat belum
tentu berlaku pula pada masyarakat yang lainnya. Berikut ini adalah kesatuan
masyarakat dan non masyarakat diantaranya:
1. Kategori Sosial
Kategori Sosial adalah Kesatuan manusia yang terwujud karena adanya
suatu ciri atau kompleks ciri-ciri objektif yang dapat diidentifikasikan pada
manusia-manusia itu. Kecenderungan kompleksitas ciri ini diberikan oleh
kelompok/orang di luar struktur sosial di mana kelompok tersebut berada,
misalnya oleh penguasa, aparat, peneliti, pengamat. Maksud praktis
tertentu penyebutannya tidak dipahami, karena tidak dijumpai suatu
mekanisme pengikat dalam kesatuan (organisasi), tidak ada identitas
yang jelas, sistem nilai, maupun lokasi. Sebagai contoh adalah dalam
suatu negara ditentukan melalui hukum bahwa ada kategori orang-orang
yang berumur diatas 18 tahun dan ada orang-orangyang berumur
dibawah 18 tahun, untuk membedakan warganegarayang telah memiliki
hak pilih dan warganegara yang belummendapat hak pilih dalam Pemilu.
2. Golongan Sosial
Golongan sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena suatu ciri
yang dikenakan kepada masyarakat yang bersifat spesifik dari pihak luar.
Mirip dengan kategori sosial, dalam golongan sosial sudah muncul suatu
ikatan sosial. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya suatu kesadaran
dalam kelompok golongan sosial sebagaiakibat respons terhadap cara
pandang orang luar terhadap kelompok. Sebagai contoh adalah dalam
masyarakat Indonesia ada konsep golongan pemuda. Golongan sosial ini
9
terdiri dan sekelompok manusia yang oleh pihak luar disatukan
berdasarkan suatu ciri yaitu sifat “muda ”. Kecuali ciri objektif tersebut,
golongan sosial ini digambarkan oleh umum sebagai suatu golongan
manusia yang penuh idealisme, yang belum terikat oleh kewajiban hidup
yang membebankan, dan masih sanggup mengabdi dan berkorban
kepada masyarakat, penuh vitalitas, serta memiliki jiwa perubahan dan
kreatif. Gambaran umum steorotipe yang baik tentang golongan pemuda
dalam masyarakat Indonesia terjadi dan berkembang karena ada
beberapa peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah negara kita.
Inisalnya, dalam Kongres Pemuda tahun 1928 pada gambar diatas, yang
menyerukan kesatuan bangsa Indonesia dan revolusi fisik melawan
pemerintah penjajah Belanda, para pemuda memegang peran yang
sangat penting. Masyarakat Indonesia pada umumnya menganggap
golongan pemuda sebagai golongan yang terdiri dan orang-orang muda.
Contoh lain: Golongan Negro atau Blacks dalam masyarakat Negara
Amerika Serikat terjadi karena ciri-ciri ras yang tampak pada mereka
membedakan mereka dari warganegara Amerika Serikat lain yang
mempuyai ciri-ciri ras Kaukasoid. Mereka (orang-orang Negro itu)
mempunyai rasa identitas sosial sebagai suatu golongan khusus karena
dalam masyarakat mereka didiskriminasi dengan pandangan stereotipe
yang biasanya merendahkan mereka.
3. Komunitas (Community)
Komunitas adalah satu kesatuan hidup manusia (kumpulan dari berbagai
populasi) yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berintegrasi
menurut sistem adat istiadat dan terikat oleh rasa identitas komunitas.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua
organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya
saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Komunitas, menurut
John Dewey, terbangun dari ikatan-ikatan (commonalities) yang secara
rumit saling terkait melalui komunikasi. Masyarakat tidak terus ada karena
penyebaran, karena komunikasi, tetapi cukup layak jika dikatakan bahwa
masyarakat terwujud dalam komunikasi. Ikatan-ikatan, dalam bentuk
10
seperti ‘tujuan,kepercayaan, dan pengetahuan ’, adalah keharusan bagi
terbentuknya komunitas, dan terbangun melalui komunikasi. Dalam
konsepsi Dewey, komunikasi dan cara-cara di mana komunikasi
dilakukan adalah krusial bagi pembentukan komunitas, dan kita bisa
menyimpulkan juga bahwa ‘kualitas’ komunikasi menyatu dengan kualitas
komunitas tersebut. Komunitas dapat terbentuk oleh empat faktor:
Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling
menolong satu sama lain, Tempat yang disepakati bersama untuk
bertemu, Ritual dan Kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan
periodik, Influencer: influencer merintis sesuatu hal dan para anggota
selanjutnya ikut terlibat. Dalam komunitas juga terdapat beberapa aturan
sendiri, yaitu saling berbagi (share), komunikasi, transparasi dan
kejujuran, serta partisipasi (dari anggota komunitas tersebut). Contohnya
Komunitas Pemain Sepak Bola, Komunitas Mobil Antik.
4. Kelompok (Group)
Kelompok dikatakan sebagai masyarakat karena memenuhi syarat-
syaratnya, yaitu sistem interaksi antara para anggota, dengan ada-istiadat
serta sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya
kontinuitas, serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan
semua anggota manusia tadi. Dalam suatu kelompok dikenal yang
namanya organisasi dan sistem pimpinan. Selain itu lokasi bukan
merupakan unsur yang menentukan hidup matinya suatu kelompok.
Dalam suatu kelompok, sistem pimpinan yang dimiliki bukanlah bersifat
buatan, melainkan atas dasar orgasisasi adat, dan berdasarkan
kewibawaan dan karismatik, sedangkan hubungan dengan warga
kelompok yang dipimpin lebih berdasar asas perseorangan. Hubungan
yang terjadi dalam suatu kelompok adalah bersifat kekeluargaan.
5. Perkumpulan (Association)
Perkumpulan dijelaskan berdasarkan prinsip guna serta keperluannya
atau fungsinya, misalnya suatu perkumpulan dagang, koperasi, suatu
perseroan, atau suatu perusahaan dan sebagainya. Dalam kelompok,
sistem pimpinan yang dimiliki berdasarkan organisasi buatan, dan
berdasarkan wewenang dan hukum yang berlaku. Selain itu hubungan
11
dengan anggota kelompok lebih berlandaskan anonim dan asas guna.
Hubungan yang mendasari pergaulan manusia dalam perkumpulan
adalah hubungan contractual, yaitu berdasarkan kontrak dan bukan
berdasarkan kekeluargaan. Contoh dari perkumpulan antara lain seperti
Ikatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Ormas, Himpunan. Perkumpulan
berbadan hukum: Yayasan, Perseroan Terbatas. Dalam kehidupan
kesatuan sosial bukan hanya manusia saja, tetapi juga banyak jenis
makhluk hidup lain yang hidup berkelompok bersama individu-individu
sejenisnya. Ketika hidup berkelompok tentu saja memerlukan suatu
pergaulan. Asas-asas pergaulan dalam kehidupan kesatuan sosial
masyarakat menurut ahli filsafat H. Spencer yaitu:
a. Asas Egoisme
Mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan orang lain, mutlak perlu
bagi jenis-jens makhluk untuk dapat bertahan dalam alam yang kejam. sikap egois
memungkinkan “the survival of the fittest“ artinya keberlangsungan hidup makhluk
yang paling fit/ kuat muncul manakala dihadapkan dengan kondisi sedemikian rupa
terhadap gangguan alam, musim, sehingga mahluk pendukung kolektif yang betul-
betul kuatlah yang akan mampu bertahan. Individu yang dapat bertahan akan
meneruskan keturunan dan berkembang biak.

b. Asas Altruisme
Pengutamaan hidup berbakti untuk kepentingan yang lain (kelompok,
dalam arti luas) juga dapat membuat jenis makhluk iti menjadi
sedemikian kuatnya sehingga dapat bertahan dalam proses seleksi
alam yang kejam, bertentangan dengan asas egoisme

D. Tujuan Antropologi Dalam Masyarakat

1. Mengetahui tentang gambaran sosial budaya yang dijelaskan dengan


Antropologi Kesehatan dalam Praktik Keperawatan.
2. Mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap Praktik Keperawatan
3. Mengetahui penjelasan para ahli mengenai Antropologi Kesehatan,
Keperawatan dan siapa saja yang berperan dalam Praktik Keperawatan.

12
4. Sebagai bahan ajar dan penambahan pengetahuan ten- tang gambaran
prospek sosial budaya dalam Pelayanan Kesehatan.

E. Hubungan Antara Antropologi Dan Masyarakat

Sosial budaya erat kaitannya dengan pendekatan ilmu Antropologi


yaitu Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, Anthropos dan Logos.
Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara
sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari
manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak ilmu
yang mempelajari manusia. Menurut William A. Haviland, seorang Antropologi
Amerika, Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua
hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang
berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam
kebudayaan manusia. Karena melalui Antropologi kita berusaha mencapai
sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam
masyarakatnya dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis,
Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan
manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat
diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman
baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya.
Secara praktis juga, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk
membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat
masyarakat dan kebudayaan itu kehilangan identitas atau tersingkir dari
peradaban. Dengan demikian jelas bahwa prospek sosial budaya dalam
pelayanan kesehatan khususnya keperawatan adalah untuk menerapkan
pendekatan Antropologi yang berorintasi pada keanekaragaman budaya baik
antar budaya maupun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan yang tidak
membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan hati
nurari dan sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras,
budaya dan lain-lain.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada
abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap Asuhan Keperawatan yang
13
berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi dan MEA tahun
2015 dimana perpindah- an penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan
serta persaingan tenaga kesehatan semakin tajam, menyebabkan adanya
pergeseran terhadap tuntutan Asuhan Keperawat- an. Keperawatan sebagai
profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat
dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan
yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory.
Sosiologo membantu antropologi dalam mempelajari ilmu
kemasyarakatan, latar belakang, serta kebudayaanmanusia dalam pola
kehidupan manusia.Antopologi sosiologi menurut Saefudi AF (2005)
antropologi sosiologi adalah “prespektif antropologi mengenai masyarakat
(sebagia satuan sosial) atau kebudayaan (sebagai perangkat gagasan,
aturan-aturan, keyakinan-keyakinan yang dimiliki bersama). Antropologi sosial
pada awalnya adalah mengenai ciri-ciri dan-sifat masyarakat: bagimana
mereka berhubungan dengan satu sama lain, dan bagaimana mengapa
masyarakat berubah sepanjang waktu. Prespektif yang mengabungkan kajian
kajian tentang masyarakat dan kebudayaan. Perhatian strukturalisme, secara
khusus, berorientasi pada masyarakat dan yang berorientasi pada
kebudayaan. Feminisme juga berorientasi pada masyarakat (hubungan antar
laki-laki dan perempuan).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berpijak pada definisi singkat ini dapat disimpulkan bahwa Antropologi


dalam masyarakat adalah suatu pengaruh/manfaat atau kegunaan
Antropologi yang diperoleh secara nyata dalam masyarakat, yaitu Prospek
sosial budaya dalam pelayanan kesehatan khu- susnya keperawatan adalah
untuk menerapkan pendekatan Antropologi yang berorientasi pada
keanekaragaman budaya baik antar budaya maupun lintas budaya terhadap
asuhan keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan
melaksanakan sesuai dengan hati nurani dan sesuai dengan standar
penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya dan lain-lain

B. Saran
Mungkin sebagai manusia kita sangat perlu mempelajari Antropologi,
sebab Antropologi selalu dikaitkan dengan masyarakat dan budaya, baik
mengenai fisik individu, perbedaan Bahasa-bahasa di berbagai budaya, dan
social budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Mungkin hanya itu yang
bisa saya paparkan atau share mengenai antropologi masyarakat dan
budaya, jika ada kekurangan dan kesalahan terhadap pemaparan saya
mohon di maklumi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gunsu, Nunung, Recca. 2019. Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal


Antropologi. Bandar. Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja

Jimung, Martinus. 2017. Antropologi Kesehatan Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: CV.
Trans Info Media

Permata, Intan. 2017. Pengantar Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suryani, Budi. 2012. Pengantar Antropologi. Yogyakarta : P3AI UNLAM

16

Anda mungkin juga menyukai