Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MASALAH PEDESAAN DAN PERKOTAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar

Dosen Pengampu: Apri Triana, M.Pd.

Disusun oleh:

I/HKI-A

KELOMPOK 12

Firdan Fadilah (221110014)

Muhammad Rizaludin Hawari (221110005)

Ana Rodiana (221110004)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Kami bersyukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Tentang kebaikan dan
keanggunannya yang menginspirasi kami untuk menulis makalah berjudul "Masalah
Pedesaan dan Perkotaan". Demikian pula limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
Swt berikan kepada kita, Materi ini didapat melalui berbagai sumber seperti kajian literatur
dan media internet.

Kami ingin mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih kepada semua orang
yang mendukung dan juga Ibu Apri Triana, M.Pd selaku dosen pengampu yang memberi
kami inspirasi dan motivasi yang baik. Semoga informasi dan materi yang dimuat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kelalaian dalam informasi yang
terkandung dalam makalah ini. Kami menyambut umpan balik dan saran dari pembaca
sebanyak mungkin untuk membantu membuat makalah yang lebih baik di lain waktu.

Serang, 5 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1. Pengertian Masyarakat......................................................................................2
2.2. Masyarakat Pedesaan........................................................................................2
2.3. Masyarakat Perkotaan.......................................................................................4
2.4. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan.....................5
2.5. Hubungan Kota dan Desa.................................................................................6

BAB III. PENUTUP..........................................................................................................8

3.1. Simpulan...........................................................................................................8
3.2. Saran.................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sistem semi-
tertutup (atau semi-terbuka), dengan sebagian besar interaksi terjadi antara individu-
individu yang ada di dalam kelompok tersebut. Dalam istilah yang lebih abstrak,
masyarakat adalah jaringan hubungan antar entitas. Masyarakat adalah masyarakat
yang saling bergantung (interdependen). Secara umum, istilah komunitas digunakan
untuk merujuk pada sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu masyarakat
yang terorganisasi.
Masyarakat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan komunitas
manusia yang hidup bersama. Masyarakat juga dapat dikatakan sebagai jaringan
hubungan antar individu yang berbeda. Sehubungan dengan implementasi, maksud
kami adalah yang dibuat atau tidak oleh grup itu. Masyarakat adalah subjek utama dari
ilmu-ilmu sosial.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu masyarakat pedesaan dan perkotaan?
2. Apa sajakah perbedaan dari masyarakat pedesaan dan perkotaan?
3. Bagaimana hubungan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu masyarakat pedesaan dan perkotaan.
2. Mengetahui dan memahami perbedaan dari masyarakat pedesaan dan perkotaan.
3. Mengetahui hubungan diantara masyarakat pedesaan dan perkotaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Masyarakat


Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syaraka yang artinya ikut
serta atau berpartisipasi. Sedangkan dalam bahasa inggris masyarakat adalah society
yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan.
Dalam literatur lainnya, masyarakat juga disebut dengan sistem sosial. Masyarakat juga
berarti bahwa kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. 1
M.J. Herskovits menyatakan, masyarakat adalah kelompok individu yang
diorganisasikan, yang mengikuti satu cara hidup tertentu. Sedangkan, JL. Gillin dan J.P.
Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. S.R.
Steinmetz, memberikan batasan mengenai masyarakat sebagai kelompok manusia yang
terbesar meliputi pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai
perhubungan erat dan teratur. Pendapat dari Maclver yang mengatakan bahwa
masyarakat adalah satu sistem cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling
membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lainya,
sistem pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang kompleks dan
selalu berubah, atau jaringan relasi sosial. 2
Kelompok sosial atau masyarakat terbentuk karena orang berinteraksi dengan
lingkungannya dengan pikiran, perasaan, dan keinginan mereka. Orang selalu memiliki
naluri ingin terhubung satu sama lain. Hubungan yang bertahan lama ini menghasilkan
model asosiatif yang dikenal dengan model interaksi sosial.
2.2. Masyarakat Pedesaan
Sebuah desa dapat secara sederhana didefinisikan sebagai badan hukum,
tempat tinggal masyarakat dengan pemerintahannya sendiri. Sebuah desa mungkin
hanya memiliki satu rumah masyarakat, atau mungkin terdiri dari beberapa tempat
tinggal individu, yang merupakan unit rumah individu yang disebut kampung. Kota-

1
Prof. Dr. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta,2013)
2
Beni Ahmad Saebani. Pengantar Antropologi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 137

2
kota kecil atau kampung seringkali memiliki lahan seperti kebun, lahan pertanian,
ladang, hutan, dan lain-lain.
Karena berlakunya Undang-Undang Pemerintahan Dalam Negeri atau otonomi
daerah, istilah desa mungkin memiliki nama yang berbeda, misalnya di Sumatera Barat
disebut nigari dan di Papua disebut kampung. Demikian pula menurut ciri adat desa,
segala istilah dan sistem desa dapat disebut dengan nama yang berbeda-beda. Ini adalah
pengakuan dan penghormatan pemerintah terhadap darah dan adat istiadat setempat.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.3
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.4
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu
memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku
keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat
dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun dengan adanya
perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik
tersebut sudah tidak berlaku.

3
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2005 TENTANG DESA
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49852/pp-no-72-tahun-2005)
4
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN
PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5482/pp-no-43-tahun-2014)

3
Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika
dan budaya mereka yang bersifat umum.
1. Sederhana;
2. Mudah curiga;
3. Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya;
4. Mempunyai sifat kekeluargaan;
5. Lugas atau berbicara apa adanya;
6. Tertutup dalam hal keuangan mereka;
7. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota;
8. Menghargai orang lain;
9. Demokratis dan religious;
10. Jika berjanji, akan selalu diingat.
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung
tinggi sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik
adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan.5
2.3. Masyarakat Perkotaan
Dalam definisi globalnya, kota adalah kawasan perkotaan yang berbeda dalam
ukuran, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum dari kota dan desa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah pada Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1. Kawasan Perkotaan adalah kawasan
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi..6
Beberapa ahli juga mengungkapkan pengertian dari kota, yaitu:
1. Grunfeld menyatakan bahwa kota adalah suatu wilayah yang di mana jumlah
penduduk yang tinggal cukup padat dan lebih padat daripada kepadatan wilayah
nasional dan bagi para penduduk yang tinggal di perkotaan biasanya bekerja di
sektor non agraris atau bukan sektor pertanian.

5
Mahasiswa.ung.ac.id, PERBEDAAN MASYARAKAT KOTA DENGAN MASYARAKAT DESA,
https://mahasiswa.ung.ac.id/921412186/home/2013/2/20/perbedaan_masyarakat_kota_dengan_masyarakat
_desa.html
6
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/45329/uu-no-22-tahun-1999)

4
2. Menurut Max Weber, kota adalah sebuah wilayah atau daerah yang di mana
penduduk dari wilayah tersebut mayoritas bisa memenuhi semua kebutuhan
ekonomi pasar lokal yang ada di wilayah tersebut.
3. Menurut Burkhad Hofmeister, kota adalah sebuah pemusatan keruangan mulai dari
tempat tinggal, tempat kerja bagi manusia itu sendiri, hingga kegiatan umum.7

Masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Dibandingkan dengan kehidupan beragama di desa, kehidupan beragama di kota


semakin menyusut.
2. Penduduk perkotaan umumnya tidak bergantung pada orang lain dan mencari
nafkah sendiri.
3. Di perkotaan, kehidupan keluarga seringkali sulit untuk didamaikan karena
perbedaan politik dan agama.
4. Mentalitas rasional masyarakat urban.
5. Terlibat dalam interaksi berdasarkan kepentingan pribadi, bukan kepentingan
umum.
Ini adalah ciri umum masyarakat perkotaan dan pedesaan, dengan banyak
orang bermigrasi dari kota ke pedesaan untuk mencari ketenangan, dan masyarakat
pedesaan dari pedesaan ke kota untuk mencari kehidupan dan pekerjaan yang
manusiawi.
2.4. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan
Ada perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan, terutama dalam hal
kebutuhan hidup. Prioritas desa adalah memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
dasar penghidupan, sandang, gizi dan perumahan dalam hubungan antarmanusia.
Pemandangan dari masyarakat sekitar. Misalnya, saat menangani makanan, kesan yang
diterima diprioritaskan terlepas dari status sosialnya yang tinggi. Manjakan tamu Anda
dengan makanan kaleng. Penduduk desa tidak tertarik dengan ini. Apakah tamu Anda
menyukainya atau membencinya, mereka akan memasak untuk Anda sendiri. Makanan
untuk penduduk kota harus terlihat mewah dan enak. Anda dapat melihat perbedaan
peringkat di sini. Orang pedesaan melihat makanan sebagai alat pemuas kebutuhan
fisiologis, sedangkan orang kota melihat makanan sebagai alat pemuas kebutuhan
sosial.
7
Gramedia.com, Kota: Pengertian, Klasifikasi, Fungsi, dan Ciri-Ciri,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kota/

5
Hal yang sama berlaku untuk pakaian. Bagi penduduk desa, fungsi pakaian
yang paling penting adalah untuk menahan hawa dingin, sehingga bentuk dan warna
pakaian tidak menjadi masalah. Bagi penduduk kota, pakaian sebagai alat kebutuhan
sosial, sehingga mahalnya harga pakaian yang digunakan merupakan tanda status sosial
pemakainya. Fakta ini menunjukkan bahwa kehidupan di kota dan pedesaan sangatlah
berbeda.
2.5. Hubungan Kota dan Desa

Hubungan perkotaan-pedesaan seringkali muncul secara alami. Dengan kata


lain, yang lebih kuat menang. Oleh karena itu, dalam hubungan desa dengan kota,
semakin besar kota, semakin produktif dan menentukan kehidupan pedesaan tersebut.

Salah satu bentuk hubungan antara kota dan desa adalah:

1. Urbanisme dan Urbanisasi

Tantangan baru muncul dalam hubungan antara kota dan desa yang erat dan
saling menguntungkan. Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa
ke kota, dan urbanisasi dapat dikatakan sebagai fungsi masyarakat perkotaan.
(Bugwan-dong, 1969: 123)

2. Sebab-sebab Urbanisasi
a. Faktor yang menyebabkan penduduk desa meninggalkan wilayahnya (Push
Factors). Hal-hal tercakup dalam faktor pendorong, yaitu:
1) Pertumbuhan penduduk yang tidak sesuai dengan luas lahan pertanian.
2) Kerajinan desa tersingkir oleh produk industri modern.
3) Penduduk desa, terutama yang muda, merasa tertekan oleh adat yang ketat
dan menjalani kehidupan yang monoton.
4) Sedikitnya peluang untuk meningkatkan pengetahuan di desa.
5) Dampak merugikan tanaman yang disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti banjir, hama, dan kemarau panjang. Hal ini memaksa penduduk desa
untuk mencari mata pencaharian lain di desa mereka.

6
b. Faktor dalam kota yang memfasilitasi migrasi dan pemukiman penduduk desa
ke kota (Pull Factors). Hal-hal yang tercakup dalam Pull Factors, yaitu:
1) Sebagian besar penduduk desa berpikir bahwa lebih mudah mencari uang di
kota karena banyak pekerjaan.
2) Peluang untuk mengembangkan homecraft menjadi handmade semakin
meningkat di perkotaan.
3) Pendidikan, terutama pendidikan seumur hidup, mudah digunakan dan
diperoleh kota.
4) Kota dianggap memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat yang berhubungan dengan segala macam kebudayaan
manusia.
5) Kota memberikan kesempatan untuk menghindari kontrol sosial yang ketat
atau mengangkat status sosial yang lebih rendah (Soekanti, 1969: 124-125).

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Manusia yang menjalani kehidupan di dunia ini tidak dapat hanya
mengandalkan dirinya sendiri dalam artian membutuhkan pertolongan dan bantuan dari
orang lain, sehingga manusia disebut sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu,
kehidupan sosial harus menjadi penggerak atau sumber kekuatan untuk mencapai cita-
cita kehidupan yang harmonis baik di kehidupan pedesaan maupun perkotaan.
Ini tentu saja harapan kita bersama, namun fenomena apa yang kita saksikan
sekarang, jauh dari harapan dan tujuan pembangunan nasional negeri ini, kesenjangan
sosial, pengayaan si kaya dan pemiskinan si miskin dan masih banyak lagi fenomena
lainnya. Dari kehidupan yang kita alami bersama di atas, mungkin fenomena ini juga
ada di lingkungan tempat kita tinggal..
3.2. Saran
Perkembangan kota harus berbanding lurus dengan perkembangan pedesaan,
dan pedesaan memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan kota. Masalah
yang muncul di kota tidak dapat dipisahkan dengan masalah yang muncul di kota, dan
paradigma sempit tentang kebahagiaan dan kemakmuran menjadi masalah yang serius.
Jika pemerintah mengikuti arus investasi perkotaan untuk menciptakan lapangan kerja
di pedesaan, menerapkan pemerintahan daerah dan desentralisasi, memberikan
fleksibilitas pembangunan daerah, dan lebih memperhatikan pembangunan desa-desa
miskin, masalah ini akan mudah diselesaikan. Ini menawarkan kemungkinan terbaik
bagi kota dan negara untuk saling mendukung dalam semua aspek kehidupan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bempah, H. 2013, Februari 20. Perbedaan Masyarakat Kota dengan Masyarakat Desa. Retrieved
Oktober 2022, from Mahasiswa.ung.ac.id:
https://mahasiswa.ung.ac.id/921412186/home/2013/2/20/perbedaan_masyarakat_kota_de
ngan_masyarakat_desa.html

Desa. Retrieved Oktober 2022, from peraturan.bpk.go.id:


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49852/pp-no-72-tahun-2005

Koentjaraningrat. 2013. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Pemerintahan Daerah. Retrieved Oktober 2022, from peraturan.bpk.go.id:


https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/45329/uu-no-22-tahun-1999

Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Retrieved Oktober
2022, from peraturan.bpk.go.id: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5482/pp-no-43-
tahun-2014

Restu. Kota: Pengertian, Klasifikasi, Fungsi, dan Ciri-Ciri. Retrieved Oktober 2022, from
Gramedia.com: https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kota/

Saebani, B. A. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: Pustaka Setia.

Wahyu, R. 2017. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai