Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANTROPOLOGI KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah: Antropologi Kesehatan
Dosen Pengampu: Aswati, Ners., M.Pd.

Disusun oleh:

NAMA: NIM:
1. ANISA AGUSTINA 002SYE20
2. BAIQ NIA ANDRIANI 004SYE20
3. HENDRY 008SYE20
4. KADARIAH ALFANDI 012SYE20
5. QADRIATUL FIRDAUS 023SYE20
6. GEO FANI PUTRA 028SYE20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG D3 KEPERAWATAN
TA.2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah
“Farmakologi” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf.

Mataram, 16 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Konsep Antropologi Kesehatan..............................................................................................5
B. Proses Sosial dan Interaksi Sosial...........................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai
individu berarti manusia dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya
sendiri. Manusia mempunyai sifat-sifat pribadi khas dan spesifik, yang berbeda
dengan individu lain. Dengan kata lain, setiap individu memiliki keinginan, pikiran,
dan tingkah laku yang berbeda-beda.
Manusia juga merupakan makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup
sendiri, tanpa adanya lingkungan sosial atau orang lain di sekitarnya. Sebagai
makhluk sosial, secara kodrati manusia memerlukan interaksi dengan orang lain.
Semua itu dalam rangka memenuhi kodratnya sebagai makhluk individu maupun
sebagai makhluk sosial. Pada titik kematangannya, perilaku manusia akan berimbang
antara kebutuhan pribadi maupun kebutuhan akan berkelompok atau berinteraksi
dengan orang lain. Titik kematangan setiap individu pun berbeda. Hal ini dapat
dipengaruhi atau dilatarbelakangi oleh berbagai hal, antara lain bahasa, pendidikan,
agama, norma keluarga maupun masyarakatnya, ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) , peran dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep antropologi kesehatan?
2. Bagaimana proses dan interaksi social?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep antropologi kesehatan.
2. Mengetahui proses dan interaksi social.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Antropologi Kesehatan


1. Konsep Dasar Individu dan Masyarakat
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka
kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia
sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan
yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam
kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat
pula diartikan sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola
tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah
laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki perananperanan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan
juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam
suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya,
karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku
masa.
Pengertian Masyarakat merupakan sekelompok orang yang hidup bersama di
suatu daerah dan membentuk sistem yang setengah terbuka dan setengah tertutup
dan di mana interaksi antara individu individu dalam kelompok berlangsung.
Secara etimologis, dalam sebuah kata “Masyarakat” yakni telah berasal dari
bahasa Arab, yang berarti “Musyarak”, yang berarti hubungan (interaksi). Jadi
definisi masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama di satu tempat
dan berinteraksi satu sama lain dalam komunitas yang terorganisir.
Masyarakat yakni telah diciptakan karena setiap orang menggunakan
perasaan, pikiran, dan keinginan mereka untuk bereaksi terhadap lingkungan
mereka. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang secara
alami saling membutuhkan.
2. Manusia dan Budaya

5
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan ini. Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari dan
kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati
dengan panca indera kita. Seperti lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur merupakan
salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Untuk menjadi manusia
yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan
industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu
kesinambungan yang saling bersinergi.
Manusia berperan sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal,
untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang diciptakan oleh Allah SWT
melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu
kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digaris bawahi
bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat
mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
Dalam hal membahas tentang hubungan antara manusia, masyarakat, dan
kebudayaan ketiganya saling berhubungan satu sama lain . Masyarakat adalah
suatu organisasi manusia yang saling berhubungan dengan kebudayaan. Mc Iver
pakar sosiologi politik pernah mengatakan:”Manusia adalah makhluk yang dijerat
oleh jaring – jaring yang dirajutnya sendiri”. Jaring – jaring itu adalah
kebudayaan. Mc Iver ingin mengatakan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang
diciptakan oleh masyarakat tetapi pada gilirannya merupakan suatu kekuatan yang
mengatur bahkan memaksa manusia untuk melakukan tindakan dengan “pola
tertentu”. Kebudayaan bahkan bukan hanya merupakan kekuatan dari luar diri
manusia tetapi bisa tertanam dalam kepribadian individu . Dengan demikian
kebudayaan merupakan kekuatan pembentuk pola sikap dan perilaku manusia dari
luar dan dari dalam. Unsur paling sentral dalam suatu kebudayaan adalah nilai –
nilai yang merupakan suatu konsepsi tentang apa yang benar atau salah (nilai
moral), baik atau buruk (nilai etika) serta indah atau jelek (nilai estetika). Dari
sistem nilai inilah kemudian tumbuh norma yang merupakan patokan atau rambu
– rambu yang mengatur perilaku manusia di dalam masyarakat.
Secara umum kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
pengetahuan, gagasan, ide, yang dimiliki oleh suatu kelompok manusia, yang
berfungsi sebagai pengarah bagi mereka yang menjadi warga kelompok itu dalam
bersikap dan bertingkah laku. Karena berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap

6
dan bertingkah laku, maka pada dasarnya kebudayaan mempunyai kekuatan untuk
memaksa pendukungnya untuk mematuhi segala pola acuan yang digariskan oleh
kebudayaan itu. Dalam konteks Negara, kebudayaan merupakan sebuah penentu
penting bagi kemampuan suatu Negara untuk makmur, oleh karena itu budaya
membentuk pemikiran orang – orang mengenai resiko, penghargaan dan
kesempatan. Sementara itu disisi lain, pembangunan pada dasarnya merupakan
proses aktivitas yang bersifat continue dan terencana yang ditujukan untuk
merubah dan meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi kearah yang lebih
baik dan wajar dari waktu ke waktu.
3. Hubungan Manusia dan Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia
tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai
makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan
simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak
dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
a. Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang
menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu.
Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1) Dorongan untuk makan
2) Dorongan untuk mempertahankan diri
3) Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu
merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan.
Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia
sebagai makhluk sosial.
b. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri
atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung
untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.

7
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk
hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang
lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau organissai
harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia nampaknya akan bersandar
kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih
besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam
masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari pada
wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik
itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk formal (institusi,
negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

B. Proses Sosial dan Interaksi Sosial


1. Pengertian Proses Sosial dan Interaksi Sosial
Dalam membahas mengenai proses sosial dan interaksi sosial, sebelumnya
perlu diketahui apa itu pengertiannya. Berikut ini adalah beberapa pendapat para
ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial :
a. Adham Nasution; proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan
individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi
sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia
atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian
ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia
(human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di
dalam hubungannya satu sama lain.
b. Abu Ahmadi; Dengan proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan
reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara
hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan
proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di
dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam
usaha mereka untuk mencapai tujuannya.
c. Soerdjono Dirdjosisworo; mengartikan proses sosial sebagai pengaruh timbal
balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci
pengertian rumusan ini sebagai berikut :

8
1) Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara
individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai
berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial budaya
dan keamanan.
2) Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama
dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan
perkembangan dalam kehidupan bersama.
Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal
balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
dengan kelompok-kelompok manusia.
d. Roucek dan Warren; Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-
tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari
kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu
kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat
demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.
e. Gillin dan Gillin; proses-proses sosial adalah cara berhubungan yang dapat
dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling
bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau
apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
f. Robert M.Z.; mengemukakan Definisi perubahan sosial yaitu proses dimana
dalam suatu sistem sosial terdapat perbedaan yang dapat diukur yang terjadi
dalam suatu kurun waktu tertentu.
2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial
Dalam proses sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah
memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu adanya kontak
sosial dan komunikasi sosial.
a. Kontak Sosial (Social Contact)
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui
percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing
dalam kehidupan masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung antara pihak satu dengan pihak lainnya. Kontak sosial tidak

9
langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantaranya.
Misalnya : melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain.
b. Komunikasi (Communication)
Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak
badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang
lain tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu pihak
orang atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami.

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk tersebut
dihasilkan dari suatu proses sosial. Ada yang merupakan suatu kontinuitas, dan
ada pula yang berlangsung sendiri-sendiri atau saling terpisah. Gillin dan Gillin
( dalam Soekanto, 2010) menyebutkan dua proses yang dihasilkan dari interaksi
sosial yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
a. Proses Asosiatif
Yang dimaksud dengan proses asosiatif adalah sebuah proses terjadinya saling
pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang-perorangan atau kelompok
satu dengan lainnya. Proses ini menghasilkan pencapaian bagi tujuan-tujuan
bersama. Bentuk-bentuk dalam proses asosiatif adalah:
1) Kerjasama (Cooperation)
Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, bahkan bagi
beberapa ahli, kerjasama merupakan proses utama. Kerjasama dimaksudkan
sebagai suatu usaha bersama antara orang-perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Selanjutnya,
kerjasama dibedakan lagi menjadi empat, yakni kerjasama spontan,
kerjasama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional.
Kerjasama spontan adalah kerjasama yang serta-merta. Kerjasama langsung
merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa. Kerjasama kontrak
merupakan kerjasama yang terjadi atas dasar tertentu. Kerjasama tradisional
adalah bentuk kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Kerjasama merupakan gejala universal yang ada pada masyarakat di
manapun mereka berada. Meski terkadang terjalin secara tidak sadar,
kerjasama mungkin dapat timbul pada keadaan di mana terdapat ancaman

10
dari luar. James D. Thompson dan William J. McEwen pun memaparkan
bentuk-bentuk kerjasama, yakni kerukunan (gotong royong dan kerja bakti),
bargaining ( proses pertukaran barang/jasa), kooptasi (proses penerimaan
unsur-unsur baru), koalisi (kombinasi dua organisasi atau lebih), dan joint
ventrue (kerjasama pengusahaan proyek tertentu).
2) Akomodasi (Accomodation)
Sebagai sebuah keadaan, akomodasi dapat diartikan sebagai suatu
keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-
kelompok manusia. Hal ini berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-
nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sementara itu, sebagai suatu
proses, akomodasi dapat diartikan dengan merujuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan atau usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan. Tujuan akomodasi ialah untuk mengurangi pertentangan
antarindividu atau kelompok agar terjalin kerjasama.
3) Asimilasi
Proses interaksi sosial pun tidak hanya sampai pada bentuk akomodasi,
karena setelah itu bisa pula berlanjut pada proses berikutnya yakni asimilasi.
Asimilasi adalah suatu proses pencampuran dua atau lebih budaya yang
berbeda sebagai akibat dari proses sosial, kemudian menghasilkanbudaya
tersendiri yang berbeda dengan budaya asalnya. Proses asimilasi pun menjadi
penting dalam kehidupan masyarakat yang individunya berbeda secara
kultural, sebab asimilasi yang baik akan melahirkan budaya-budaya yang
dapat diterima oleh semua anggota kelompok dalam masyarakat. Proses
asimilasi dapat terjadi apabila ada:
a) kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan;
b) individu sebagai warga kelompok bergaul satu dengan lainnya secara
intensif untuk waktu relatif lama;
c) kebudayaan dari masing-masing kelompok saling menyesuaikan,
terakomodasi satu dengan lainnya.
b. Proses Disosiatif
Proses disosiatif merupakan proses perlawanan (oposisi) yang dilakukan
oleh individu-individu dan kelompok dalam proses sosial pada suatu
masyarakat. Oposisi dalam hal ini diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseorang atau kelompok tertentu, atau norma dan nilai yang dianggap tidak

11
mendukung perubahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Bentuk-
bentuk proses disosiatif antara lain:
1) Persaingan (Competition)
Persaingan adalah proses sosial antara individu atau kelompok-kelompok
dalam berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan pada bidang-bidang
kehidupan yang menjadi pusat perhatian umum. Cara yang ditempuh yakni
dengan menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang
telah ada. Namun semua itu dilakukan tanpa menggunakan ancaman atau
kekerasan. Persaingan memiliki dua tipe umum, yakni persaingan yang
bersifat pribadi dan tidak pribadi.
Persaingan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan sesuatu yang
positif pula. Bentuk persaingan yang biasa terjadi dalam interaksi sosial
diantaranya, persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan
kedudukan, ataupun persaingan ras.
2) Kontraversi (Contravertion)
Kontraversi adalah proses sosial yang berada di antara persaingan dan
pertentangan. Pada kontraversi, proses sosial pertentangan terjadi pada
tataran konsep dan wacana, dan pertentangan tersebut telah memasuki
klasifikasi tindakan kekerasan dalam prosesnya. Kontraversi ditandai dengan
adanya gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan
perasaan tidak suka yang disembunyikan. Tipe-tipe kontraversi antara lain,
kontraversi antarmasyarakat setempat, antagonisme keagamaan, kontraversi
intelektual, dan oposisi moral. Bentuk kontraversi menurut Leopald von
Wiese dan Howard Becker ialah:
3) Konflik (Conflict)
Konflik adalah proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan
yang dimiliki antarindividu ataupun antarkelompok. Misalnya perbedaan
dalam ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku,
prinsip, politik, ideologi maupun kepentingan dengan pihak lain. Perbedaan
ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu
pertentangan. Dari pertentangan yang terjadi timbul ancaman dan kekerasan
fisik.
Akar dari konflik bisa dikarenakan perbedaan antara individu-
individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan

12
sosial. Meski terkesan negatif, keberadaan konflik juga tidak selalu
berdampak negatif. Positif atau negatifnya dampak dari konflik bergantung
dari persoalan yang dipertentangkan atau dari struktur sosial terjadinya
konflik. Karena pada dasarnya, konflik juga bisa menjadi sarana untuk
mencapai keseimbangan antarkekuatan dalam masyarakat.
4. Faktor-Faktor Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu interaksi sosial didasarkan pada berbagai faktor. Pada
kenyataannya, interaksi sosial sering sangat kompleks, sehingga terkadang antara
faktor satu dengan yang lain sulit dibedakan. Namun terdapat faktor-faktor
minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:
a. Faktor Imitasi
Jika ditinjau lebih mendalam, faktor imitasi memiliki peran yang sangat
penting dalam proses interaksi sosial. Faktor ini mempunyai segi positif, yakni
dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang
berlaku. Meski demikian, ada pula sisi negatifnya jika yang ditiru adalah
tindakan-tindakan yang menyimpang. Selain itu, faktor imitasi juga dapat
melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.
b. Faktor Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau
sikap yang berasal dari dirinya, yang kemudian diterima oleh pihak lain. Proses
ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi, tetapi titik-tolaknya berbeda.
Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh
emosi, yang berakibat pada terhambatnya daya berpikir secara rasional.
Kemungkinan proses sugesti ini terjadi apabila orang yang memberikan
pandangan adalah orang yang berwibawa, atau mungkin karena sifatnya yang
otoriter. Ada pula kemungkinan sugesti terjadi apabila yang memberikan
pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang
bersangkutan, atau masyarakat.
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih
mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas
dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya atau
secara tidak sadar. Namun bisa pula terjadi dengan disengaja karena sering kali

13
seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.
Dapat disimpulkan bahwa berlangsungnya identifikasi mengakibatkan
terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam dibandingkan dengan
proses imitasi dan sugesti. Walaupun masih ada kemungkinan bahwa proses
identifikasi terjadi dengan diawali proses imitasi ataupun sugesti.
d. Faktor Simpati
Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dari seseorang yang
merasa tertarik pada pihak lain. Dalam proses ini perasaan memegang peranan
sangat penting. Meski demikian, dorongan utama pada simpati adalah keinginan
untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya. Inilah
perbedaan utama simpati dengan identifikasi. Simpati lebih didorong oleh
keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap berkedudukan lebih tinggi
dan harus dihormati. Proses simpati akan dapat berkembang dalam suatu
keadaan di mana faktor saling pengertian telah terjamin (Soekanto, 2010).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Pengertian Masyarakat merupakan
sekelompok orang yang hidup bersama di suatu daerah dan membentuk sistem yang
setengah terbuka dan setengah tertutup dan di mana interaksi antara individu individu
dalam kelompok berlangsung. Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan
yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia adalah makhluk yang
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkan dengan dirinya sendiri. Proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan
manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons
di dalam hubungannya satu sama lain. Dalam proses sosial baru dapat dikatakan
terjadi interaksi sosial, apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan
bersama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Bentuk-bentuk tersebut
dihasilkan dari suatu proses sosial. dua proses yang dihasilkan dari interaksi sosial
yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati,Nunung. Dewi Mardiyanti Prihatin Putri. 2018. Antropologi Kesehatan. Pustaka


Baru Press. 192.
https://id.scribd.com/doc/265817625/MAKALAH-PROSES-SOSIAL-DAN-INTERAKSI-
SOSIAL-docx
Nasrullah, Dede. 2019. Modul, Antropologi Kesehatan. 45.

16

Anda mungkin juga menyukai