Anda di halaman 1dari 27

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI DAN

ANTROPOLOGI KESEHATAN

Disusun Oleh : Rahayu Prasasti


NIM : 20020020
Tingkat / Semester : II/III
Mata Kuliah :Antropologi Keperawatan
Dosen Pembimbing : Trilia, M.Kes

PROGRAM STUDY DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021/2022
DAFTAR ISI

HALAMAN
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
A. Konsep Antropologi sosial dan kesehatan.............................................................................6
B. Sejarah perkembangan ilmu antropologi...............................................................................9
C. Sejarah perkembangan antropologi Kesehatan....................................................................10
D. Definisi Antropologi Kesehatan..........................................................................................15
E. Konsep Dasar Individu dan Masyarakat..............................................................................15
F. Manusia dan kebudayaan.....................................................................................................20
G. Hubungan manusia dan kebudayaan....................................................................................23
BAB III...........................................................................................................................................24
PENUTUP......................................................................................................................................24
A. Kesimpulan.........................................................................................................................24
B. Saran dan Kritik...................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25

2
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas laporan ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Antropologi Keperawatan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Laporan ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang Antropologi Keperawatan yang saya
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, jurnal, dan buku.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang. Penulis sadar bahwa
laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada
dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
ini di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Palembang, 16 September 2021

Rahayu Prasasti

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian pemahaman
tentang manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik. masyarakat dan
kebudayaannya. Manusia merupakan makhluk yang unik dan dapat dipandang dari
berbagai segi baik dari segi eksakta, sosial, maupun filsafat. Apabila manusia
dipandang dari kepribadian terdapat tiga unsur yaitu;
1. Id
Id merupakan struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak
tampak. Id merupakan libido murni atau energi psikis yang menunjukkan ciri
alami yang irasional dan terkait dengan sex dan ketidaksadaran (unconscious). Id
tidak membatasi dirinya dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur
lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting id dengan
dunia luar. Id diatur oleh prinsip kesenangan, mencari kepuasan instingtual
libidinal yang harus dipenuhi secara langsung maupun tidak langsung.

2. Ego
Ego merupakan bagian dari struktur kepribadian, sering disebut dengan
kepribadian eksekutif karena peranannya 7 menghubungkan energi Id ke dalam
saluran sosial yang dapat dimengerti oleh orang lain. Perkembangan ego antara
usia 1-2 tahun di mana anak mulai mengenal dunia luar. Ego diatur oleh prinsip
realitas, ego sadar akan tuntunan dunia luar dan mengatur tingkah laku manusia.

3. Super ego
Super ego merupakan struktur kepribadian yang muncul terakhir kira kira
pada usia lima tahun. Super ego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi saper
ego merupakan kesatuan standar standar moral yang diterima oleh ego baik yang
positif maupun negatif. Kode moral positif dischut ego ideal yaitu suatu perbuatan
yang tepat untuk dilakukan oleh individu. Sedangkan kode moral negatif
menentukan mana perbuatan tabu sehingga apabila tindakan tabu dikerjakan akan
mendapatkan sanksi. Jadi antara Id dan super ego terjadi konflik, sedangkan ego
menjadi penengah (mediator). Dengan demikian super ego menunjukkan pola

4
aturan dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui reward dan
punishment.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Konsep Antropologi sosial dan kesehatan?
2. Bagaimana Sejarah perkembangan ilmu antropologi?
3. Bagaimana Sejarah perkembangan antropologi kesehatan?
4. Apa Definisi antropologi kesehatan?
5. Apa saja Konsep dasar individu dan masyarakat?
6. Apa yang dimaksud Manusia dan kebudayaan?
7. Bagaimana Hubungan manusia dan sosial?

C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Antropologi sosial dan kesehatan
2. Mengetahui Sejarah perkembangan ilmu antropologi
3. Mengetahui Sejarah perkembangan antropologi kesehatan
4. Mengetahui Definisi antropologi kesehatan
5. Mengetahui Konsep dasar individu dan masyarakat
6. Mengetahui Manusia dan kebudayaan
7. Mengetahui Hubungan manusia dan sosial

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Antropologi Sosial dan Kesehatan


1. Konsep antropologi sosial
Manusia merupakan makhluk yang memiliki peradaban. Hal ini dapat
dibuktikan sejak zaman manusia purba sampai zaman manusia modern. Keunikan
dalam hal peradaban ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya, sehingga
para ilmuan tertarik untuk mempelajari tentang manusia. Dan ilmu yang
mempelajari tentang manusia disebut antropologi. Ada beberapa ilmu terapan
yang berhubungan dengan antropologi, antara lain sosiologi, politik, sejarah,
ekonomi, dan lain lain (Sagardan 2020).
Makluk manusia yang membedakan dengan makhluk lainnya adalah adanya
akal pikiran, dan dengan akalnya inilah bisa berpikir, berkreasi, dan dapat survive
di dunia hingga sekarang. Kebudayaan manusia berkembang seiring dengan
perkembangan zaman karena pada hakikatnya kebudayaan dan lingkungan saling
terkait. Dengan adanya perubahan lingkungan maka manusia akan berusaha
menyesuaikan diri (adaptasi) dengan berbagai cara, hasil dari adaptasi ini
merupakan kebudayaan.
Antropologi diharapkan dapat menjadi wahana edukatif dalam
mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan
komitmen Negara Kesamaan Republik Indonesia. Untuk mengakomodasikan
perkembangan baru dan perwujudan pendidikan sebagai proses pencerdasan
kehidupan bangsa dalam arti utuh dan luas (dkk, 2016)
Sosial berarti segala sesuatu yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau
hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang di dalamnya sudah
tercakap struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara
mencapainya Budaya berarti cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya
secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang di dalamnya
tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik
materiil maupun yang psikologis, idil, dan spiritual. Kehidupan masyarakat
sebagai sistem sosial dan budaya dipandang sebagai suatu sistem atau sistem

6
sosial, yaitu satu keseluruhan bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan
dalam suatu kesatuan (Husaini et al., 2017).

2. Konsep Antropologi Kesehatan


Antropologi Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan sosio
budaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari kesehatan dan kesakitan yang dilihat
dari segi-segi fisik, jiwa dan sosial serta perawatannya masing-masing dan
Interaksi antara ketiga segi ini dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat
individual maupun pada tingkat kelompok social keseluruhannya. Professional
Kesehatan membutuhkan pengetahuan tentang budaya dan keterampilan
hubungan lintas budaya karena layanan Kesehatan lebih efektif bila responsive
terhadap kebutuhan budaya (Ronal, dkk, 2020).
Antropologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari tentang pengaruh
unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
Kesehatan. Antropologi kesehatan adalah bidang ilmu yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia,
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia itu sendiri
(Asriwati and Irawati, 2019).
Keterampilan lintas budaya juga penting dalam hubungan antara penyedia
budaya yang berbeda ketika, misalnya, perawat Amerika, Filipina dan Indonesia
berinteraksi satu sama lain. Pengetahuan tentang budaya juga diperlukan untuk
bekerja di lingkungan masyarakat, seperti berkolaborasi dengan beragam
kelompok dan organisasi untuk mengembangkan program kesehatan masyarakat
yang relevan secara budaya. Penyedia layanan kesehatan dan pasien lebih efektif
dalam mengelola kesehatan dan perawatan mereka dengan kesadaran budaya dan
kemampuan untuk mengelola berbagai faktor yang memengaruhi kesejahteraan.
Apa yang profesional kesehatan-penyedia, peneliti, petugas layanan sosial,
pendidik, dan “profesional penolong” lainnya-perlu mengetahui tentang efek
budaya pada kesehatan? Mereka semua membutuhkan cara sistematis untuk
mempelajari pengaruh budaya terhadap kesehatan dan mengembangkan
kompetensi budaya. Responsivitas budaya diperlukan bagi penyedia, peneliti, dan
pendidik jika mereka ingin efektif dalam berhubungan dengan orang lain
melintasi hambatan perbedaan budaya. Perspektif budaya antropologi kesehatan

7
sangat penting untuk memberikan perawatan yang kompeten, program kesehatan
masyarakat yang efektif, dan pendidikan pasien. Agar biomedis efektif, penyedia
perlu mengetahui apakah pasien memandang dokter sebagai orang yang dapat
dipercaya dan dapat dipercaya, diagnosis yang dapat diterima, gejala yang
bermasalah, dan pengobatan yang dapat diakses dan efektif.
Konsep budaya sangat penting untuk memahami kesehatan karena perilaku
kesehatan pribadi dan praktik profesional kedokteran dan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh budaya. Budaya melibatkan pola yang dipelajari dari perilaku
kelompok bersama. Perilaku bersama yang dipelajari ini adalah kerangka kerja
untuk memahami dan menjelaskan semua perilaku manusia. Ini termasuk perilaku
kesehatan, khususnya perbedaan antarkelompok dalam perilaku dan keyakinan
kesehatan. Budaya adalah penentu utama kondisi Kesehatan, terutama dalam
mengekspos atau melindungi kita dari penyakit melalui penataan interaksi kita
dengan lingkungan fisik dan sosial: misalnya, melalui produksi pencemaran
lingkungan, aktivitas kerja, kontak dengan hewan, hubungan seksual, praktik, pola
makan, pakaian, praktik higienis, dan lain-lain. Budaya juga mendefinisikan jenis
masalah kesehatan yang ada dan sumber daya untuk menanggapi masalah
kesehatan, mendefinisikan persepsi kita, dan menghasilkan sumber daya untuk
menanggapinya.
Pengetahuan budaya juga penting untuk menangani mandat kesehatan
masyarakat untuk menilai kebutuhan kesehatan masyarakat, mengembangkan
kebijakan dan program kesehatan yang sesuai, dan memastikan layanan kesehatan
yang memadai dan kompeten secara budaya. Kebutuhan kesehatan masyarakat
sangat bervariasi, membutuhkan pemahaman tentang persepsi masing-masing
masyarakat tentang kesehatan dan penyakit untuk mengembangkan layaran yang
sesuasi. Inisiatif kesehatan musyarakat membutuhkan pengetahuan budaya untuk
mengubah perilaku dan gaya hidup yang terkait dengan peningkatan insiden
penyakit. Mengatasi dampak budaya pada kesehatan merupakan masalah penting
bagi semua orang, bukan hanya dokter, karena penyakit dalam kelompok mana
pun berdampak pada masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Durch, Bailey, dan Stoto (1997), “Meningkatkan kesehatan adalah
tanggung jawab bersama penyedia layanan kesehatan, pejabat kesehatan
masyarakat, dan berbagai aktor lain di masyarakat.” Ini membutuhkan orang-
orang dengan kemampuan untuk melibatkan masyarakat dengan cara yang sesuai

8
secara budaya dan pemahaman tentang sistem budaya, keyakinan kesehatan, dan
praktik mereka. Perspektif untuk mengatasi hubungan budaya dan kesehatan
disediakan oleh antropologi medis dan model sistem budaya yang digunakan
dalam keperawatan, kesehatan masyarakat, dan kedokteran untuk memahami efek
ekologi dan sosial sistemis pada kesehatan.
Fokus pada faktor-faktor utama yang memengaruhi kesehatan mencerminkan
tradisi utama antropologi medis:
a. Ekologi medis, yang mengkaji mediasi budaya kesehatan melalui hubungan
fisik, biologis, dan material dengan lingkungan.
b. Ekonomi politik dan pendekatan kritis yang membahas bagaimana kesehatan
dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi, kekuasaan, dan aktivitas sosial yang
menghasilkan risiko dan mendistribusikan sumber daya.
c. Pendekatan simbolik yang memeriksa bagaimana makna budaya menciptakan
proses penyembuhan yang dilegitimasi secara sosial dan menghubungkan
keyakinan dengan proses fisiologis.

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi


Antropologi sama seperti ilmu-ilmu lainnya tidak muncul secara tiba-tiba akan
tetapi telah mengalami proses sejarah yang Panjang sehingga keberadaannya masih
eksis hingga saat ini. Koentjaraningrat menyusun perkembangan antropologi menjadi
4 fase sebagai berikut:
I. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Pada abad 15 dan 16, bangsa-bangsa Eropa mulai menjelajahi dunia mulai
dari benua Afrika, Amerika, Asia hingga Australia. Dalam perjalanan mereka
banyak menemukan hal-hal baru termasuk bertemu dengan suku-suku asing yang
berbeda dengan mereka, kemudian mereka menuliskan segala hal yang ditemukan
yang berhubungan dengan suku asing mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan,
susunan masyarakat dan Bahasa dalam jurnal perjalanan mereka yang kemudian
dijadikan sebagai bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Hal ini
menarik perhatian para pelajar Eropa untuk belajar etnografi suku-suku di luar
Eropa, sehingga pada awal abad ke-19 timbul usaha-usaha untuk
mengintegrasikan seluruh bahan etnografi.

9
II. Fase (Tahun 1800-an)
Pada fase ini bahan-bahan etnografi disusun menjadi karangan-karangan,
bangsa Eropa menganggap bangsa lain sebagai bangsa-bangsa yang primitif dan
tertinggal. Tujuan antropologi pada tahap ini adalah untuk ilmu pengetahuan,
mereka berusaha mempelajari masyarakat dan budaya tertinggal untuk dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang tingkat-tingkat sejarah
penyebaran budaya manusia.

III. Fase Ketiga (Awal abad 20)


Awal abad ke-20 bangsa Eropa berlomba-lomba untuk membangun koloni di
benua Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Dalam membangun koloni tersebut
bangsa Eropa mengalami beberapa kendala soperti. Serangan bangsa asli,
pemberontakan pemberontakan, cuaca, dan hambatan-hambatan lainnya. Untuk
mengatasi hal ini kolonial Eropa berusaha mempelajari kelemahan kelemahan dari
suku asli untuk dapat menaklukkannya, pada fase ini mempelajari bahan bahan
etnografi adalah untuk pemerintahan kolonial.

IV. Fase Keempat (Setelah tahun 1930-an)


Pada fase ini perkembangan antropologi sangat pesat, kebudayaan suku asli
yang dijajah bangsa Eropa mulai hilang dan terpengaruh oleh kebudayaan Eropa.
Munculnya Perang Dunia II (PD II) membawa banyak perubahan dalam
kehidupan manusia, terjadi kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan
yang tidak berujung. Di sisi lain PD II memunculkan semangat nasionalisme dari
bangsa-bangsa yang dijajah oleh bangsa Eropa dan Sebagian dari mereka berhasil
merdeka dari jajahan bangsa Eropa. Kemudian perhatian para ilmuan antropologi
beralih kepada suku-suku di daerah pedalaman Eropa seperti suku Soami, Flam
dan Lapp (Asriwati and Irawati, 2019).

C. Sejarah perkembangan antropologi Kesehatan


Tahun 1849 Rudolf Virchow, seorang ahli patologi Jerman yang terkemuka, pada
tahun 1849 telah menuliskan apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang
sehat maupun yang sakit, maka apa ilmu pula yang merumuskan hukum-hukum yang
menjadi fondasi struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang melekat dalam
manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang

10
memengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai
antropologi.
Pada tahun 1953 dimulai sejarah pertama timbulnya perhatian pada Antropologi
Kesehatan yang terdapat pada tulisan yang ditulis oleh Caudill dengan judul “Applied
Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang,
akan tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan
suatu sub disiplin baru.
Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada tahun 1963, Scoth memberi judul
“Antropologi Kesehatan” dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan”
dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah tulisan
Scoth dan Paul barulah ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai
implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu
antropologi.
Selanjutnya pengesahan atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behavioral
Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang buku
atau artikel terdaftar yang tidak dapat diragukan lagi menunjukkan pentingnya sistem
medis bagi Antropologi (Aditya et al., 2020).
a. Perkembangan Antropologi Kesehatan dari sisi Biological Pole
Biological atau physical anthropology, berusaha untuk memahami jasad/fisik
manusia melalui evolusi, kemampuan adaptasi, genetika populasi, dan primatologi
(studi tentang makhluk primate / binatang yang menyerupai manusia). Sub bidang
dari Antropologi fisik mencakup: anthropometrics, forensic anthropology,
osteology, and nutritional anthropology.
Di bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan
penemuan ilmu-ilmu kedokteran seperti mikrobiologi, biokimia, genetik,
parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk
dapat menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan
menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di
masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albino di suatu daerah di Nusa
Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara
anggota keluarga.
Adapun sumbangan Antropologi kesehatan pada ilmu kesehatan lain sebagai
berikut:

11
1. Memberikan metode untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya, yaitu cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun. Contohnya dengan pendekatan sistem, holistik, emik,
relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat
menjadi lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang dapat digunakan untuk menguraikan proses
sosial budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik untuk
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

Ada juga beberapa bidang ilmu yang memberikan sumbangan terhadap


antropologi kesehatan, antara lain:
1. Antropologi fisik/biologi/ragawi, contoh: nutrisi memengaruhi pertumbuhan,
bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit
sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.
2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat
primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan
lebih lanjut stereotip ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak
selamanya terbelakang atau salah.
3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di
berbagai belahan dunia. Misalnya: penanganan schizophrenia di suatu daerah
untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi
pola perawatan penyakit yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, di mana beberapa program kesehatan bekerja sama
dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan
praktik Kesehatan (Asriwati and Irawati, 2019).

b. Perkembangan Antropologi Kesehatan dari sisi Sosiocultural Pole


Socio-cultural anthropology, adalah suatu investigasi yang memerlukan
jangka waktu yang cukup panjang dan intensif (dengan observasi partisipan), atas

12
budaya dan organisasi sosial dari suku bangsa tertentu khususnya tentang: bahasa,
organisasi ekonomi dan politik. hukum dan resolusi konflik, pola konsumsi dan
perdagangan, kinship (kekerabatan) dan struktur keluarga, relasi gender,
sosialisasi dan pemeliharaan anak, agama, mytologi, simbolisme, dan sebagainya.
Sub bidang dari Antropologi Budaya adalah: Subfields and related fields
include psychological anthropology, folklore, anthropology of religion, ethnic
studies, cultural studies, anthropology of media and cyberspace, Social
Anthropology, Politic Anthropology, study of the diffusion of social practices and
cultural forms.
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat
yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya
objek yang menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes).
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural
maupun supernatural atau penyihir.
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap
kelompok masyarakat.
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh.
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara
individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20,
pada tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa
kepercayaan medis dan praktiknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan
organisasi sosial yang lain. Ia menyatakan "praktik medis primitif mengikuti dari
dan membuat pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis"
la juga menyatakan keberadaan tentang tiga pandangan dunia yang berbeda (gaib,
religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem sistem kepercayaan, dan tiap-
tiap pandangan memiliki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerknecht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya
diungkapkan dalam bentuk lima generalisasi yaitu:
1. Studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal melainkan
konfigurasi budaya secara keseluruhan dari masyarakat dan tempat di mana
pola medis berada dalam totalitas tersebut.

13
2. Ada begitu banyak pengobatan primitif,
3. Bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara
fungsional saling berkaitan,
4. Metode Pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan
dan definisi budaya.
5. Manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan
pengobatan gaib (Aditya et al., 2020)
Pusat perhatian antropologi Kesehatan meliputi banyak faktor yaitu, sosial.
budaya, biologi dan fenomena sehat dan sakit pada masa kini maupun masa
lampau (Muslimin, 2019).

c. Perbedaan Perkembangan Antropologi Keperawatan Biological Pole dengan


Sosio Cultural Pol
Menurut Foster dan Anderson, Antropologi keperawatan mengkaji masalah
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi
dan kutub sosial budaya. Fokus perhatian kutub biologi adalah pertumbuhan dan
perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia, palcopatologia
(studi mengenai penyakit-penyakit purba), sementara fokus perhatian kutub sosial
budaya yaitu sistem medis tradisional (etnomedisin), masalah petugas-petugas
kesehatan dan persiapan profesional mereka, tingkah laku sakit, hubungan antara
dokter pasien, dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat
kepada masyarakat tradisional (Indirawaty. AB and Sumarmi, 2018).

d. Perkembangan Antropologi Kesehatan di Indonesia


Perkembangan Antropologi Kesehatan di dunia internasional dan di Indonesia
khususnya, telah membentuk kondisi dasar bagi pengembangan dan peningkatan
mutu pendidikan maupun penambahan jumlah tenaga ahli antropologi Kesehatan.
Dengan demikian peranan mereka dalam penelitian berbagai masalah kesehatan
dapat berkembang. Kondisi ini bukan hanya bagi kepentingan penelitian
konseptual dan teoritis tetapi juga dalam menanggulangi masalah kesehatan bagi
kepentingan masyarakat.
Foster (1981) mengembangkan Pelayanan Kesehatan Primer (PKP) atau
Primary Health Care (Alma Ata 1978). Deklarasi ini bertujuan untuk mengurangi
ketidakadilan pada sistem pelayanan kesehatan nasional negara berkembang

14
seperti Indonesia, juga menetapkan bahwa kesehatan adalah suatu hak asasi
manusia dan upaya meningkatkan derajat kesehatan setinggi mungkin merupakan
tujuan sosial yang penting. Di pihak lain dinyatakan bahwa rakyat di setiap negara
memiliki hak dan kewajiban untuk berperan serta/berpartisipasi sosial, baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaan pelayanan kesehatan mereka (Indirawaty, AB
and Sumarmi, 2018).

D. Definisi Antropologi Kesehatan


Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap

penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993).


Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak
terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan
bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya
(1984;76). Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson
merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi
seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi
Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan danpenyakit dari dua kutub yang
berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin
yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia
(Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Menurut Weaver: Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan
yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
Menurut Hasan dan Prasad: Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu
mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia
(termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran
(medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal),
aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia
(Hasan dan Prasad, 1959; 21-22).

15
Menurut Hochstrasser: Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya
manusia dan karya-karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan
(Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).

E. Konsep Dasar Individu dan Masyarakat


Antropologi Pendidikan memahami tentang bagaimana suatu individu melakukan
proses praktik pendidikan yang ditinju dari perspektif menurut sudut pandang
kebudayaan masyarakat.Dengan adanya antropologi pendidikan dapat memperhatikan
latar kebudayaan yang berbeda disetiap peserta didik sehingga dapat terwujudnya
kegiatan belajar dan mengajar yang berwawasan kearifan.Dengan begitu merupakan
salah satu langkah bijak dalam memperkenalkan faktor kebudayaan dalam
perkembangan kecerdasan peserta didik.
Dindonesia perkembangan di masyarakat setiap wilayah masing-masing suku
bangsa memiliki kebudayaan yang bebeda-beda dengan pengalaman individu yang
berbeda.Tingkat kemajuan masyarakat di setiap wilayah masing-masing suku bangsa
Indonesia dipengaruhi oleh pengetahuandan pegalaman masyarakat itu. Kemudian
tingkat kebutuhan,pola pikir serta ctata cara bertahan hidup masyarakat dipengaruhi
oleh perkembangan dan kemajuan kebudayaan masyarakat disetiap wilayahnya
masing-masing. Dengan adanya antropologi pendidikan dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan dapat membantu mewariskan sistem nilai-nilai kebudayaan.
a. Pengertian Antropologi
Kata Antropologi dalam (Hasaini et al., 2017) berasal dari bahasa Yunani
yaitu "antropo" dan "logo" yang berarti manusia dan ilmu. Antropologi berarti
ilmu yang mempelajari tentang manusia, sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial. Antropologi mempelajari mama dari segi keragaman fisik dan
keragaman kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang
dihasilkan mansia), sehingga antara yang dihasilkan oleh manusia yang satu
dengan manusia lainnya akan berbeda.
Pengertian antropologi menurut istilah, dikemukakan beberapa pendaput ahli
dalam (Kemendikbud, 2020).
1. William A. Haviland, menyatakan halwa antropologi adalah studi tentang
kebudayaan, berusaha menyusun pendeskripsian yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh keanekaragaman yang
lengkap tentang manusia.

16
2. David Hunter, mengemukakan bahwa antropologi adalah ilmu yang lahir dari
keingintahuan yang tidak terbatas tentang manusia.
3. E.A. Hochel yang menyatakan bahwa antropologi ialah stadi tentang manusia
dan kerjanya.
4. Ariono Suyono bahwa antropologi salah suatu itu yang berusaha mencapai
pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna
bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudayaan.

b. Cabang – Cabang Antropologi


Secara makro antropologi dalam (smail, 2020) dibagi menjadi dua yaitu
1. Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang
melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi
biologisnya dalam berbagai jenis (spesies). Dalam hal ini, yang diselidiki
ialah asal usul manusia, perkembangan evolusi organik, struktur tubuh dan
kelompok-kelompok manusia yang disebut ras.
Adapun cabang-cabang antropologi fisik adalah:
a) Paleontologi primat, yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi dari varietas-
varietas manusia yang tidak ada lagi di dunia.
b) Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari perkembangan tipe-tipe
manusia, dimulai dari makhluk-makhluk bukan manusia.
c) Antropometri, yaitu studi tentang teknik pengukuran tubuh manusia.
d) Somatologi yaitu studi tentang varietas manusia yang masih hidup dan
tentang perbedaan sex dari variasi perseorangan.
e) Antropologi rasial, yaitu ilam yang mempelajari tentang penggolongan
manusia dalam kelompok-kelompok ras, sejarah ras manusia dan hal-hal
tentang percampuran ras.

2. Antropologi Budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan
manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarikat. Antropologi budaya juga
merupakan studi tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan
penggunaan bahasa di mana makna diciptakan dan dup sebelum digunakan
masyarakat manusia.

17
Adapun cabang-cabang antropologi budaya yaitu:
a) Prehistrory
Mempelajari sejarah perkembangan persebaran kebudayaan-
kebudayaan manusia di muka bumi dalam zaman manusia belum
mengenal huruf. Cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari
benda-benda peninggalan lama dengan maksud untuk menggambarkan
serta menerangkan perilaku manusia karena dalam peninggalan
peninggalan lama itulah terpantul ekspresi kebudayaan.
b) Emolinguistik
Mempelajari kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat,
yang dikumpulkan sebanyak-banyaknya suku bangsa yang tersebar dari
ucapan-ucapan dan perbendaharaan kata. Manusia adalah makhluk yang
paling mahir dalam menggunakan simbol-simbol sehingga manusia
disebut homo symbolicum, karena itulah manusia dapat berbicara,
berbahasa dan melakukan gerakan-gerakan lainnya yang juga banyak
dilakukan makhluk-makhluk lain yang serupa dengan manusia.
c) Etnologi
Mempelajari tentang kebudayaan manusia yang di muka bumi.
Memusatkan perhatiannya pada kebudayaan-kebudayaan zaman
sekarang, telaahannya pun terpusat pada perilaku manusianya
sebagaimana yang dapat disaksikan langsung, dialami, serta didiskusikan
dengan pendukung kebudayaannya.
Dengan demikian etnologi ini mirip dengan arkeologi, bedanya
dalam etnologi tentang kekinian yang dialami dalam kehidupan sekarang,
sedangkan arkeologi tentang kelampauan yang klasik. Antropologi pada
hakikatnya mendokumentasikan kondisi manusia pada masa lampau dan
masa kini.

Bidang-bidang khusus dalam antropologi lainnya selain antropologi fisik dan


kebudayaan menurut Supandan (2020) adalah
1. Antropologi ekonomi
Bidang ini merupakan cara manusia dalam mempertahankan dan
mengekspresikan diri melalui penggunaan barang dan jasa material. Ruang
lingkup antropologi ekonomi mempelajari tentang teknologi, produksi,

18
perdagangan, konsumsi, serta tinjauan tentang berbagai bentuk pengaturan
sosial dan ideologis manusia untuk mendukung kehidupan materi manusia.

2. Antropologi medis
Setiap kelompok masyarakat memiliki keunikan baik dalam struktur fisik
maupun resistensi mereka terhadap penyakit. Antropologi medis mempelajari
hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak memengaruhi
perkembangan manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan
poleopatologi.

3. Antropologi psikologi
Mengkaji tentang hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan
kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Fokus antropologi psikologi
terpusat pada individu dalam masyarakat makin mendekatkan hubungan
dengan pikologi dan psikiatri dibanding dengan mainstream antropologi.
a) Antropologi sosial
Antropologi ini mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan
untuk merekonstruksi masyarakat primitif asli dan mencatat
perkembangannya melalui berbagai tingkat peradaban.
b) Antropologi hukum
Antropologi hukum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia
dengan kebudayaannya yang khusus di bidang hukum.

Selain bidang antropologi spesialisasi, juga terdapat antropologi terapan.


Bidanga kajian dalam antropologi memiliki aspek terapi sendiri-sendiri. Contoh-
contoh dari antropologi terapan adalah penerapan gagasan-gagasan antropologi
budaya dalam bidang kedokteran, pemulihan akibat bencana, pembangunan
komunitas, dan dalam bidang-bidang lain dimana pengetahuan kebudayaan dan
masyarakat relevan.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, antropologi terapan mencakupi aspek-
aspek antropologi biologi, linguistic atau bahwa arkeologi. Sebagai contoh,
antropologi biologi dapat membantu mengungkapkan identitas korban
pembunuhan. Antropologi linguistic dapat diterapkan untuk mengajar orang

19
tunawicara dan dalam terapi bicara. Penemuan-penemuan arkeologi mengenai
system irigasi kuno dapat membantu dalam pembangunan system irigasi modern.

Paleoantropologi
Antropologi fisik
Antropologi biologis
Antropolog
Antropologi prehistori

Antropologi budaya Etnolinguistik Etnologi dalam


arti khusus
Etnologi

Antropologi
sosial

20
F. Manusia dan kebudayaan
Manusia dalam bahasa inggris disebut man. Arti dasar dari kata ini tidak jelas
tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin) yang berarti “ada yang
berfikir”. Demikian halnya arti kata anthropos (yunani) tidak begitu jelas.Semula
anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”.Sekarang kata ini di pakai untuk
mengartikan “wajah manusia”.Dan akhirnya homo bahasa latin yang artinya “orang
yang dilahirkan di atas bumi”. Pada dasarnya,manusia adalah makhluk individu
manusia yang merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau manusia
sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia
merupakan kumpulan dari berbagai individu.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya
mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut Effendi,
adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung
pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi
atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu
merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua
aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-
masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik
mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan
banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut
dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungannya. Lebih lanjut, dalam pandangan humanistik, manusia
memiliki potensi lebih banyak daripada apa yang mereka capai. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa apabila dapat melepaskan potensi itu, maka setiap individu dapat
mencapai keadaan eksistensi yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orang yang
mengaktualisasikan diri. Menurut Nursid Sumaatmadja dalam Effendi, kepribadian
adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-
potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental
psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa
faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas

21
dari seseorang. Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang
berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi:
1. Minat (sense of interest)
2. Dorongan ingin tahu (sense of curiousity)
3. Dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality)
4. Dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry)
5. Dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang
jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di
lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus
berkembang.

Secara etimologi kata Kebudayaan dari akar budaya yang berasal dari bahasa
sangsekerta. Dari akar kata Buddhi-tunggal-, jamaknya adalah buddhayah yang
diartikan budi, atau akal, atau akal budi atau pikiran. Setelah mendapat awalan ke- dan
akhirannya menjadi kebudayaan Yang berarti hal ihwal tentang alam pikiran manusia.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan
kebudayaan berasal dari kata Latin colore. Artinya mengolah atau mengajarkanm,
yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colore dan culture,
diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam.
Menurut Sir Edward B. Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk menunjuk
“keseluruhan kompleks dari ide dan segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam
pengalaman historinya”. Termasuk disini ialah “pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Robert H. Lowie, kebudayaan adalah
“segala sesuatu yang diperoleh oleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan,
adat-istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan
karena kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang dapat
melalui pendidikan formal atau imformal”.
Menurut Clyde Kluckhohn, mendefisikan kebudayaan sebagai “total dari cara
hidup suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh individu dari grupnya”. Gillin,
beranggapan bahwa “kebudayaan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang terpola dan
secara fungsional salingb bertautan dengan individu tertentu yang membentuk grup-
grup atau kategori sosial tertentu. sedangkan menurut Koentjaraningrat, kebudayaan

22
adalah “keseluruhan system gagasan , tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan
tidak diwariskan secara biologis, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara
belajar dan kebudayaan tersebut diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Luasnya bidang kebudayaan
menimbulkan adanya telahan mengenai apa sebenarnya isi dari sama memahami
bahwa kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang terintegrasi. Unsur-unsur
kebudayaan terdapat pada setiap kebudayaan dari semua manusia dimanapun berada.
Selanjutnya Koentjaraningrat menyusun tujuh unsur-unsur kebudayaan yang bersifat
universal berdasarkan pendapat para ahli antropologi.
Tujuh unsur kebudayaan yang dimaksud adalah :
1. Bahasa.
2. Sistem pengetahuan.
3. Organisasi sosial.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi.
5. Sistem mata pencarian hidup.
6. Sistem religi.
7. Sistem kesenian.

Koenjtaraningrat dalam Warsito, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga bagian


yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-
2. Norma, peraturan, dan sebagainya.
3. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
4. Manusia dalam masyarakat.
5. Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia.

Ketiga wujud yang telah disebutkan di atas, dalam kenyataan kehidupan


msyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat
mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia.Pikiran dan ide-ide
maupun tindakan dan karya manusia. Menghasilkan benda-benda kebudayaan fisik.
Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang

23
semakin lama semakin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga
mempengaruhin pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berpikirnya.
G. Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku
kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam
ilmu sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur
kehidupan manusia yang sesuai dengannya. Lingkungan hidup pada dasarnya adalah
suatu system kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan
ekosistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem. Lingkungan dapat pula berbentuk
lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik.
Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia itu
berada. Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada
lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia, karma lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan
untuk mendukung perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainya arti penting
lingkungan bagi manusia karena lingungan merupakan tempat hidup manusia,
Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia, Lingkungan
memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang memiliki peradaban. Hal ini dapat dibuktikan
sejak zaman manusia purba sampai zaman manusia modern. Keunikan dalam hal
peradaban ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya, sehingga para ilmuan
tertarik untuk mempelajari tentang manusia. Dan ilmu yang mempelajari tentang
manusia disebut antropologi. Ada beberapa ilmu terapan yang berhubungan dengan
antropologi, antara lain sosiologi, politik, sejarah, ekonomi, dan lain lain (Sagardan
2020).
Antropologi Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan sosio
budaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari kesehatan dan kesakitan yang dilihat dari
segi-segi fisik, jiwa dan sosial serta perawatannya masing-masing dan Interaksi antara
ketiga segi ini dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat individual maupun pada
tingkat kelompok social keseluruhannya. Professional Kesehatan membutuhkan
pengetahuan tentang budaya dan keterampilan hubungan lintas budaya karena layanan
Kesehatan lebih efektif bila responsive terhadap kebutuhan budaya (Ronal, dkk,
2020).
Kata Antropologi dalam (Hasaini et al., 2017) berasal dari bahasa Yunani yaitu
"antropo" dan "logo" yang berarti manusia dan ilmu. Antropologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang manusia, sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi mempelajari mama dari segi keragaman fisik dan keragaman kebudayaan
(cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang dihasilkan mansia), sehingga
antara yang dihasilkan oleh manusia yang satu dengan manusia lainnya akan berbeda.
Hubungan manusia dan kebudayaan adalah sebagai perilaku kebudayaan dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi
manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan
setelah kebudayaan tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang
sesuai dengannya.

25
B. Saran dan Kritik
Saran dari para pembaca sebagai masukan sangat diperlukan untuk perbaikan bagi
penulis, diharapkan penulis mampu membuat karya tulisannya lagi lebih baik dimasa
mendatang.

26
DAFTAR PUSTAKA

Puji Hastuti, dkk. “Antropologi Kesehatan Dalam Keperawatan.” Yayasan Kita


Menulis (2021).

Taqwim, Titis Muthiana. "ANTROPOLOGI PENDIDIKAN DAN


MENGAPLIKASIKAN DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA." (2021).

Mahdayeni, Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, and Ahmad Syukri Saleh.


"Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam
Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan)." Tadbir:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 7.2 (2019): 154-165.

27

Anda mungkin juga menyukai