Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN ASPEK SOSIAL BUDAYA TERADAP


PEMBANGUNAN KESEHATAN

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Hilda Fachriza
2. Lokot Fitriani
3. Lilis Karlina
4. Khoiriah Lubis
5. Juli Mardiah
6. Ifdaul Khawari

Guru Pengampu :
Mawaddah, SKM., M.Kes.

STIKES NAMIRA MADINA PANYABUNGAN


T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Panyabungan, 20 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1

1.3 Tujuan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat.........................................................................................3

2.2 Budaya................................................................................................4

2.3 Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan....................5

2.4 Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku/Status Kesehatan..7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................11

3.2 Saran...................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting


dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui
pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan
tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat secara memadai. Berhasilnya pembangunan
kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat
yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan
kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan
kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-
penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar
luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah,
serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
Individu merupakan faktor penentu dalam menentukan status kesehatan.
Pengetahuan budaya pada masa awal perkembangan sangat mempengaruhi
prilaku kesehatan seseorang pada saat dewasa. Seoarang perawat sangat perlu
untuk mengetahui bagaimana sosial budaya pada masyarakat untuk merubah
pola hidup ataupun kebudayaan pada seseorang tentang kesehatan yang biasa
dilakukan untuk mengikuti perubahan jaman, sehingga dapat meningkatkan
status kesehatan pada masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah pengaruh
sosial budaya terhadap prilaku kesehatan pada masyarakat ?”

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap prilaku kesehatan
pada masyarakat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Masyarakat
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Budaya
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aspek sosial yang
mempengaruhi kesehatan
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan    aspek budaya yang
mempengaruhi perilaku/status kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang
berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa arab, yaitu syirk,
artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk
aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan,
melainkan oleh unsur-unsur kekutan lain dalam lingkungan sosial yang
merupakan kesatuan. Para ahli sepoerti Maclver, J.L. Gillin, dan J.P. Gillin
sepakat, bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-
nilai, norma-norma, cara-cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan
bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu
dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Selo Sumardjan
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan dan menurut Koentjaraningra, masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang
sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama. Dapat
disimpulkan masyarakat merupakan orang-orang yang hidup bersama, saling
berinteraksi sesuai dengan sistem adat yang berkesinambungan dan memiliki
suatu identitas bersama.
Menurut Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut :
1. Beranggotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan
antar anggota masyarakat.

3
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
2.2 Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Menurut Taylor, 1981 Kebudayaan adalah peradaban yang
mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman, dan perasaan suatu
bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari
anggota masyarakat. Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan
akal. Kata budaya berati perkembangan majemuk dari budi dan daya. Jadi
kebudayan adalah hasil cipta rasa dan karsa Koentjoroningrat (1980). Jadi
Budaya merupakan suatu perkembangan yang majemuk dari nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,


yaitu:
- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

4
- Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
- Organisasi ekonomi
- Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
- Organisasi kekuatan (politik)

2.3  Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan


Aspek sosial yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam
bidang kesehatan diantaranya adalah :

A.   Pengaruh Self Concept Terhadap Perilaku


Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan
oleh diri sendiri terutama bagaimana cara individu itu dapat
merefleksikan kepuasannya kepada orang lain. Apabila orang lain
merasakan kepuasan yang kita berikan direspon sebagai hal yang positif
maka orang lain akan merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi
sebaliknya apabila kepuasan yang kita berikan direspon negatif oleh
masyarakat, maka dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa
tidak puas. Kondisi semacam ini kita harus melakukan promosi bagai
mana tingkat kepuasan yang kita terima akan direspon positif bagi orang
lain. Misalnya : apabila kita merasa sudah puas dengan hanya membawa
kartu JKBM daripada KTP untuk pendaftaran ke puskesmas, sedangkan
orang lain merasa lebih repot untuk membawa kartu JKBM, maka
puskesmas harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan
lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang penting dalam upaya
kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat.

5
B.  Pengaruh Image Kelompok Terhadap Perilaku Kesehatan
Image perorangan akan sangat dipengaruhi oleh image kelompok
Sebagai Contoh: “ seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter,
sedangkan bapak petani apabila sakit pergi ke balian, maka akan
berpengaruh pada keluarga petani juga akan berobat ke balian, walaupun
sekolah menganjurkan ke Puskesmas. Image masyarakat bahwa sakit
harus disembuhkan pada balian maka apabila ada keluarga kita ada yang
sakit akan dibawa ke balian bukan ke dokter”

C.   Pengaruh Indentifikasi Individu dalam kelompok terhadap perilaku


kesehatan
Beberapa indentitas sosial yang mempengaruhi status kesehatan
diantaranya :
(1) Umur,
(2) Jenis kelamin,
(3) Pekerjaan,
(4) Sosial ekonomi : dalam segi epidemiologi faktor individu sangat
berpengaruh dalam status kesehatan disamping, lingkungan dan
agent.
Indentifikasi tersebut akan mempengaruhi dalam pembentukan
kelompok sosial dan cara aktifitasnya, dimana kelompok sosial kemudian
membentuk budaya/ perilaku kelompok. Contoh : Perilaku anak muda
yang merokok dimulai dari individu dalam kelompok, Kelompok kerja
dengan debu akan merangsang orang lain pakai masker dll. Perilaku
kelompok suatu desa lebih senang BAB disungai ternyata ketika mereka
BAB di sungai terbiasa terjadi transaksi pekerjaan, perjodohan dll,
sehingga walaupun dibuatkan tempat BAB yang baik mereka tetap akan
kembali disungai. Jika dilihat dari aspek umur, maka ada perbedaan
golongan penyakit berdasarkan golongan umur. misalnya dikalangan
balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan
dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.

6
Demikian juga dengan  aspek golongan menurut jenis kelamin,
dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara, sedangkan
pada pria lebih banyak menderita kanker prosat. begitu juga dengan jenis
pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,
karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah, sedangkan pada buruh
tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan karena banyak
terpapar debu. keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola
penyakit, bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka
kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah
dibandingkan dengan status ekonominya tinggi, demikian juga obesitas
lebih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya
tinggi.

2.4 Aspek Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku/Status Kesehatan


Menurut G.M. Foster (1973 ) ada beberapa aspek budaya yang
mempengaruhi kesehatan seseorang diantaranya :

A. Tradisi Terhadap Perilaku Kesehatan


Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status
kesehatan misalnya tradisi merokok laki-laki maka kebanyakan laki-laki
lebih banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita.
Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan
berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.

B. Pengaruh sikap fatalistis terhadap perilaku/status kesehatan


Adalah suatu hal berkaitan dengan agama yang diyakini oleh
masyarakat, tanpa harus ada pembuktian kebenarannya. Sikap fatalistis
juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Misalnya beberapa anggota
masyarakat di kalangan kelompok yang beragama hindu percaya bahwa
banyak penyakit yang dialami oleh salah satu anggota keluraga adalah

7
akibat dari ilmu hitam atau liak sehingga saat sakit orang bali cenderung
untuk berobat kebalian atau dukun.

C. Pengaruh Sikap Ethnocentris Terhadap Perilaku Kesehatan


Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya
kelompok adalah yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan
pihak lain. Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan
ilmu dan teknologi yang dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa
kebudayaannya paling maju, sehingga merasa superior terhadap budaya
dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain semua
anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar
alamiah adalah yang terbaik. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan
kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah
orang yang paling pandai, paling mengetahui tentang masalah kesehatan
karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat
setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini memang petugas
lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana 
mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
Contoh lain : Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling
tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan
sehat sedangkan masyarakat tidak.

D. Perasaan Bangga Pada Statusnya


Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya
tidak sesuai dengan konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap
ethnosentrisme. Misal : orang bangga kalau dapat makan dengan beras
yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan-akan sebagai lambang
kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan Burger dibanding makan
ikan lele.

8
E. Pengaruh Norma Terhadap Perilaku Kesehatan
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku
masyarakat dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki
diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik. Misal : adanya norma
bahwa laki-laki tidak boleh bersalaman dengan Perempuan yang bukan
mukrimnya, sehingga seorang wanita apabila periksa bagian tubuhnya
harus dilakukan oleh dokter wanita, sampai pada pemberian alat KB IUD,
suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk periksa wanita
hamil harus oleh dokter wanita. Norma di masyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang
mendukung norma tersebut.

F. Pengaruh Nilai Terhadap Perilaku Kesehatan


Nilai yang berlaku dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap
perilaku individu masyarakat, kerena siapa yang tidak melakukan nilai
maka dianggap berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada
dimasyarakat tidak semua mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut
ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan.
1. Nilai yang merugikan kesehatan : Arti anak yang banyak akan
membawa rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak
banyak.
2. Nilai yang mendukung kesehatan : tokoh masyarakat setiap tutur
katanya harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh
masyarakat dapat di pakai untuk membantu sebagai key person dalam
program kesehatan.

G. Pengaruh Unsur Budaya Yang Diajarkan Pada Tingkat Awal Dari Proses
Sosialisasi Dalam Menciptakan Perilaku Kesehatan

9
Pada tingkat awal proses sosialisasi, sebaiknya seorang anak mulai
diajarkan karena nantinya akan menjadi nilai/ norma masyarakat. Misalnya
: anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air besar di kakus, membuang
sampah ditempat sampah, cara makan/berpakaian yang baik sejak awal,
dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan
bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku
kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.

H. Pengaruh Konsekuensi Dari Inovasi Kesahatan Terhadap Perilaku


Kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan
sesuatu perubahan selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti
perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. apabila seorang pendidik
kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,
maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang
terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi
tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut, apabila ia tahu
budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan
kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang
mempengaruhi outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan
perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya
sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh
rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku
kesehatan yang baik adalah kepunyaan/hanya petugas kesehatan yang
benar.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan suatu perkembangan yang majemuk dari nilai
sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat. Terdapat beberapa unsur dari kebudayaan yaitu
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik, sistem
norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, organisasi ekonomi,
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama), organisasi kekuatan (politik).
Kebudayaan sangat mempengaruhi prilaku atau status kesehatan baik
individu maupun masyarakat. Terdapat beberapa aspek yang sosial budaya
yang dapat mempengaruhi kesehatan yaitu self concept, image kelompok,
identifikasi individu, tradisi, sikap fatalistis, sikap ethnocentris, bangga
terhadap status sosial, nilai, norma, pengaruh budaya yang diajarkan pada
tingkat awal dan konsekuensi dari inovasi kesehatan. Untuk mencapai status
kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap
individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk
memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan
lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan
sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang
positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial, budaya dan personal.

3.2 SARAN
            Kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, perlu
peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan terutama

11
kesehatan masyarakat. Dibutuhkan kerja sama dalam merumuskan dan
mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah
setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat sehat  dalam
pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan
masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa kesehatan
merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran,
pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas,
Poskesdes, Posyandu, UKS dan PMR sangatlah penting didalam
mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju
masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan partisipasi masyarakat
semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti
Kader Posyandu, PKK, Pramuka, dan organisasi lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Moeluk NF. Bonus Demografi dan Investasi pada Pembangunan Kesehatan dan

Gizi [Internet]. Departemen Kesehatan RI. 2016 [cited 2019 Oct 1].

Available from:

http://www.depkes.go.id/article/view/16102800001/bonusdemografi-dan-

investasi-pada-pembangunan-kesehatan-dan-gizi-.html2016.

Rahmayulis R, Kresnawan T, Iwaningsih S, Rochani N. Stop Stunting dengan

Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Plus; 2018.

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Buku

Saku Desa dalam Penangan Stunting. Jakarta: KDPDT; 2017.

Budhisantoso, S. 1987. Jawanisasi atau Keterikatan Budaya dalam Kontak

Antarkebudayaan. Dalam Muhajir, dkk. (Penyunting Seminar Budaya

Februari 1987) “Evaluasi dan Strategi Kebudayaan”. Jakarta: UI Press.

13

Anda mungkin juga menyukai