Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIO ANTROPOLGI

KEBUDAYAAN DAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

 MUHAMMAD YALDA IRAQI


 GABRIEL TARIGAN
 FARHAN HANIF

DOSEN PENGAMPU :

ENDANG HAYATI, S.Psi, M.Psi

PROGRAM STUDI STRATA I FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI HAJAR MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa karena telah

memberikan nikmat rezeki yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

Makalah ini dengan judul “antropologi Kesehatan dan kebudayaan ” sebagai

tugas dalam mata kuliah Sosio-Antropologi.

Dalam proses penyusunan makalah ini tidak jarang penulis menemukan

beberapa hambatan. Namun, berkat adanya motivasi, dukungan, dan bimbingan

dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tentunya

banyak rasa terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang membantu

dalam proses pengerjaan makalah ini.

Penulis juga menyadari dan memohon maaf sebesar-besarnya apabila

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah. Oleh

karena saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan bagi penulis

untuk dapat menyempurnakan penyusunan makalah lainnya dikemudian hari.

Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca dan kita semua.

Medsn, 14 Oktober 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

1.1 Latar Belakang............................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5

2.1 Definisi Budaya dan kesehatan ..................................................................5

2.2 Hubungan antara budaya dan kesehatan ....................................................6

2.3 Perkembanngan budaya kesehatan masyarakat ........................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................11

3.1 Kesimpulan...............................................................................................11

3.2 Saran ....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir

tersebut digerakkan olen insting dan naluri. Insting atau naluri ini tidak

termasuk dalam kebudayaan, tetapi mempengaruhi kebudayaan. Contohnya

adalah kebutuhan akan tempat tinggal,dulu manusia hanya hidup berpindah-

pindah atau

Nomaden .Mereka hanya mencari perlindungan di goa atau di bawah pohon-

pohon besar agar tidak diserang oleh binatang buas, tetapi sekarang tempat

tinggal adalah kebutuhan dasar yang tidak termasuk dalam kebudayaan.

Bagaimana kebutuhan itu dipenuhi;dengan cara apa agar kebutuhan itu

terpenuhi adalah bagian dari kebudayaan. Semua manusia perlu tempat tinggal

yang bersih dan nyaman bagi kehidupannya,agar tidak diserang penyakit tetapi

kebudayaan yang berbeda dari kelompok kelompoknya menyebabkan manusia

melakukan kegiatan itu dengan cara yang berbeda.

Sebagai contoh adanya kepercayaan masyarakat Jawa memiliki budaya

mencuci kaki selepas bepergian dengan alasan kepercayaan menghindari

musibah dan gangguan makhluk halus. Meskipun memiliki alasan yang tidak

ilmiah, namun budaya tersebut secara langsung mempengaruhi kesehatan

masyarakat Jawa. Contoh lainnya adalah budaya sumpah-serapah dalam

keluarga di beberapa daerah di Indonesia. Budaya ini lebih jauh dapat

mempengaruhi kesehatan kejiwaan anggota keluarga. Hal ini semua terjadi

karena manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang dilakukan oleh

generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan

3
berguna dalam hidupnya. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada

masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya adalah naiknya derajat

kesehatan Masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang akan di sampaikan :

1. Apa yang dimaksud dengan Budaya dan kesehatan?

2. Bagaimana hubungan antara budaya dan kesehatan?

3. Bagaimana perkembangan budaya kesehatan manusia

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1. Agar mahasiswa mampu menganalisis hubungan antropologi dengan

Ilmu Kesehatan Masyarakat

2. Agar mahasiswa mengetahui, hubungan antara budaya dan kesehatan;

3. Agar mahasiswa mengetahui perkembangan budaya kesehatan manusia;

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Budaya Dan Kesehatan


A. Definisi Budaya

Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir

akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu

berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang mereka5 hasilkan. Budaya manusia pun juga akan ikut berkembang dan

berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya kesehatan yang ada

di masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan

kemajuan ilmu pengethuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih,

budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa

sekarang dan mendatang. Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang

cara menjaga kesehatan personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi.

B. Definisi Kesehatan

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini

juga merupakan tingkat fungsional dan / atau efisiensi metabolisme organisme,

sering secara implisit manusia. Pada saat berdirinya Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "keadaan

lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan

penyakit atau kelemahan.Pada 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk

Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah "sumber daya bagi

kehidupan sehari-hari, bukan tujuan dari kehidupan. Kesehatan adalah konsep

5
yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan

fisik". Ciri Ciri Sehat : Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa

dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif

tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami

gangguan. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,

emosional, dan spiritual.

1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan

sebagainya.

3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan

rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di

luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat

spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

2.2 Hubungan Antara Budaya Dan Kesehatan


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J

Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu

yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari

satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai

superorganic

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,

6
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik

yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor,

kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,

dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,

kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi

sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,

religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia

dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Mengacu pada esensi

budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan

keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian

budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat

ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita

akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di

masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya

berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki.

7
Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum

berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial

and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk

mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman

empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam

hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif. Sebagai

contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan

kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di

kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna

penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam.

Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun

3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan

bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh

terhadap Kesehatan

2.3 Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia


Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya formula untuk membuat

sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di berbagai daerah di belahan

bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan badan. Penggunaan

yang lazim pada masa itu diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung

sesuai dengan kebudayaan mereka.

Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan

kombinasi minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan

pengganti sabun. Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit

kulit sekaligus untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan

8
kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh

dengan menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga

mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan

orang Sunda kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi

mereka. Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi.

Tempat mandi Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang

dibangun tahun 312 SM itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi

hal yang mewah dan populer.

Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk

pengobatan dan pembersih. Akhirnya, mandi dengan memnggunakan sabun

menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini. Bukan hanya cara mandi yang

berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga budaya gosok gigi. Pada

zaman dahulu masyarakat Jazirah Arab menggunakan kayu siwak untuk

menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai bagian

dari pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan

halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta

gigi untuk menggosok gigi. Begitu juga dengan shampoo yang secara luas

digunakan. Dahulu, secara luas masyarakat menggunakan merang untuk

keramas. Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang

mengalami perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah

mengalami perubahan jika dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat

lebih ke arah paradigma sakit. Namun saat ini seiring dengan perkembangan

zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan

mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu

9
faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa

sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat. Perilaku sakit yaitu

segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar

memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan

kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh.

Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit,

personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi.

Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit.

Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan

kesehatan, membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari

makanan berkolesterol tinggi dan lain-lain.

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya

kesehatan dalam masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan

minta bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini

masyarakat lebih banyak yang ke bidan atau dokter kandungan dengan

peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan

calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih

memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan yang diberikan melalui

penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat

mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan

berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun

orang lain. Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif

10
terhadap adanya suatu penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya

penyakit itu lebih baik daripada mengobati penyakit.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Antropologi kesehatan mempelajari bagaimana kesehatan individu,

formasi sosial yang lebih luas dan lingkungan dipengaruhi oleh hubungan

antara manusia dan spesies lain, norma budaya dan institusi sosial, politik

mikro dan makro, dan globalisasi. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan

kesehatan. Hal ini tidak lain karena pngertian budaya itu sendiri mencakup

pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kebiasaan.

Ini dikarenakan budaya bersifat dinamis sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan.

3.2 SARAN
Sebagai individu yang berperan dalam kesehatan masyarakat,

pemahaman akan budaya masyarakat sangat penting dalam memecahkan

permasalahan kesehatan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama. Anderson, Foster. (2006).

Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press.

12

Anda mungkin juga menyukai