Anda di halaman 1dari 20

TUGAS FILSAFAT ILMU MKDU PPDS-1

BUDAYA ILMIAH
Dosen Pengajar : Dr. Achmad Chusnu Romdhoni, dr., SpTHT-KL (K), FICS

Kelompok 10:
Agustinus Vincent, dr. – 012018026303
Tedo Briantono, dr. – 012018026306
Amal Arifi Hidayat, dr. – 012018026314
Iva Nur Annia Syukur, dr. – 012018116303
Karina Pharamita Dewi, dr. – 012018116306
Achmad Fahmi Alisaputra, dr. – 012018086303
Immanuel Van Donn Batubara, dr. – 012018076303
Maharani Kartika Anggraeni, dr. – 012018016311
Lissa Novia Permatasari, dr. – 012018016306
Fitra Tri Kurniasari, dr. – 012018046304

MATA KULIAH DASAR UMUM


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
JANUARI 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena hanya dengan limpahan
rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Budaya Ilmiah” tepat
pada waktunya. Makalah ini Kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
sebagai salah satu materi dalam MKDU PPDS (Mata Kuliah Dasar Umum Pogram
Pendidikan Dokter Spesialis) di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Kami merasa masih banyak sekali kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun
materi, sesuai dengan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan
makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Panitia Kuliah
MKDU dan dosen pengajar Dr. Achmad Chusnu Romdhoni, dr., SpTHT-KL (K), FICS yang
telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membutuhkan, baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Surabaya, 21 Januari 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Definisi Budaya Ilmiah...........................................................................3
2.2 Perpektif Budaya Ilmiah..........................................................................9
2.3 Ciri-ciri Budaya Ilmiah...........................................................................9
2.4 Ciri Masyarakat Ilmiah………………………………………………..10
2.5 Sikap Budaya Ilmiah………………….………………………………12
2.6 Keseimbangan Antara Scepticism dan Receptivity……………..……16
2.7 Implementasi Budaya Ilmiah……………………………………...…...16

BAB 3 PENUTUP...............................................................................................17
3.1 Simpulan ...............................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ilmu merupakan kajian yang melihat visi dan pergeseran
paradigma yang menandai revolusi ilmu pengetahuan. Rentang waktu revolusi ini
berada pada ruang zaman Yunani hingga zaman Kontemporer. Perkembangan ilmu
dapat ditelusuri berdasarkan rentang sejarahnya. Perjalanan ilmu mulai dari zaman
pra-Yunani Kuno, zaman Yunani, zaman Pertengahan, zaman Renaissance, zaman
Modern, dan zaman Kontemporer. Mulai dari zaman pra Yunani kuno dimana masih
mempercayai mitologis hingga pada zaman kontemporer dimana perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat memberikan banyak perubahan
dan manfaat bagi umat manusia. (Suaedi, 2016)
Kebudayaan merupakan ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan.
Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi yakni
proses pengambil alihan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia. Aspek lain
dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi sikap mental,
tingkah laku, bahkan menjadi kepribadian. Sedangkan landasan pendidikan sendiri
adalah filsafat. Jadi hubungan antara pendidikan dan kebudayaan terdapat pada
hubungan nilai demokrasi, dimana fungsi pendidikan sebagai kebudayaan mempunyai
tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif
dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan. (Teng, 2017)
llmiah biasanya merujuk kepada sesuatu yang empiris atau sudah melaui
proses pembuktian fakta dan teruji kebenarannya dan terpercaya sebelum terungkap
fakta-fakta baru, sesuatu yang bersifat ilmiah akan terus menjadi hal yang dianggap
benar. Sehingga bisa diartikan budaya ilmiah merupakan suatu tradisi atau kebiasaan
yang dicirikan dengan adanya pembuktian-pembuktian rasioanlitas manusia, sebab
akibat yang dibuktikan dengan sebuah data, Analisa dan pengecekan atau
pemeriksaan benar tidaknya suatu fakta. (Ilham, 2012)
Proses penciptaaan kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh
manusia dimulai dari sebuah proses yang paling dasar, yakni kemampuan manusia
untuk berpikir. Kemampuan manusia untuk berpikir inilah yang membuat manusia
mampu bertahan hidup dengan segala fenomena yang ada di dunia. Kebudayaan yang

4
lahir hasil dari interaksi pengetahuan dan lingkungan tentu saja memiliki banyak
keragaman budaya. Adanya kemampuan berpikir manusia menyebabkan rasa ingin
tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia dapat
mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan
dengan pengetahuannya yang diperoleh hingga menghasilkan pengetahuan dan
teknologi-teknologi baru. Dengan budaya ilmiah, masyarakat atau sumber daya
manusia akan semakin baik dan terus mewariskan sifat-sifat baik kepada generasi
selanjutnya sehingga mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat di semua
bidang di dunia internasional. (Ilham, 2012)
Di bidang kedokteran sendiri, budaya ilmiah sangat diperlukan. Mayoritas hal-
hal di bidang kedokteran selalu melibatkan ilmiah. Mulai dari pengambilan
keputusan-keputusan di bidang kedokteran seperti penentuan diagnostic penyakit,
terapi, persetujuan Tindakan dan banyak hal lainnya melibatkan ilmiah. Kemajuan
pengetahuan di bidang kedokteran pun ditunjang melalui ilmiah. Melalui proses
berpikir yang ilmiah dan berlandaskan filsafat ilmu, maka ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kedokteran akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang logis,
sistematis, analitis, dan rasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah tujuan mempelajari budaya ilmiah?
2. Apakah manfaat mempelajari budaya ilmiah?

1.3 Tujuan Makalah


Mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran budaya ilmiah

1.4 Manfaat Makalah


1. Memberikan pemahaman tentang konsep-konsep budaya ilmiah
2. Memberikan gambaran dan implementasi budaya ilmiah dalam kehidupan
sehari-hari

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Budaya Ilmiah


2.1.1. Definisi Budaya
Disebutkan oleh Kuntjaraningrat, bahwa budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta yaitu “buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa inggris
kebudayaan disebut “culture” yang berasal dari kata latin “colere”, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata culture juga
kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia1. Kuntjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu 1). Sebagai suatu
ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma peraturan, dan sebagainya; 2). Sebagai suatu aktifitas
kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat; 3). Benda-benda hasil
karya manusia2.
Seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan definisi kebudayaan yang
berbeda dengan perngertian kebudayaan dalam kehidupan sehari- hari : “Kebudayaan adalah
seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup
saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan” 2. Jadi, kebudayaan menunjuk pada
berbagai aspek kehidupan, istilah ini meliputi cara- cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan,
sikap- sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu. Selain tokoh diatas ada beberapa tokoh antropologi yang
mempunyai pendapat berbeda tentang arti dari budaya (Culture).
Sementara Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai
semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan, kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan
masyarakat3. Tylor mendefinisikan kultur sebagai suatu keseluruhan yang kompleks termasuk
didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat, segala kemampuan dan
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat 4, sedangkan
Kroeber dan Kluckhohn merumuskan definisi budaya dengan pola-pola tingkah laku, baik
yang eksplisit maupun implisit yang diperoleh melalui simbol-simbol yang membentuk
6
pencapaian yang khas dari kelompok- kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam
benda- benda
materi5. Linton menerjemahkan budaya sebagai keseluruhan dari pengetahuan, sikap
dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota
suatu masyarakat tertentu6. Salah satu tokoh yang memberikan pandangan tentang kebudayan
serta telah jauh memberikan landasan berfikir tentang arti budaya adalah Clifford Geertz,
menurutnya kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam
pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya, dan
memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis,
diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang
mengomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan
merupakan suatu sistem simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan
diinterpretasikan2.

2.1.2. Definisi Ilmiah


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmiah berarti bersifat ilmu, secara ilmu
pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
2.1.3. Definisi Budaya Ilmiah
Budaya ilmiah dapat diartikan sebagai segala cara berpikir, cara bersikap dan
berperilaku serta cara bertindak manusia yang berkecimpung dalam dunia ilmu, sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmuan dan etika ilmu. Karena budaya ilmiah adalah budaya yang sesuai
dengan kaidah-kaidah, maka budaya ilmiah sangat erat kaitannya dengan filsafat ilmu dan
etika ilmiah. Dapat dikatakan bahwa budaya ilmiah, filsafat ilmu, dan etika ilmiah adalah tiga
hal yang tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Filsafat ilmu adalah kegiatan berpikir
yang berupaya untuk memahami secara mendasar mendalam tentang ilmu, termasuk di
dalamnya kaidah-kaidah dan etika ilmu. Sedangkan etika ilmiah membicarakan kepribadian
seorang individu manusia apakah sesuai atau tidak hati nurani, ucapan, atau perbuatannya
dengan budaya ilmiah, etika ilmu, dan kaidah keilmuan.8
Bicara tentang budaya terbersit dalam pikiran kita tentang suatu kebiasaan yang turun
temurun, bisa dikatakan budaya merupakan tradisi bertahun-tahun yang diwariskan dari
generasi sebelumnya, dan biasanya dipegang teguh oleh suatu kelompok masyarakat yang
menghargai para pendahulunya. Namun bagaimana bila dihubungkan dengan istilah ilmiah,
kata ilmiah biasanya merujuk kepada sesuatu yang empiris atau sudah melaui proses

7
pembuktian  fakta dan teruji kebenarannya dan terpercaya sebelum terungkap fakta-fakta baru,
sesuatu yang bersifat ilmiah akan terus menjadi hal yang dianggap benar. 8
Jadi budaya ilmiah bisa diartikan suatu tradisi atau kebiasaan yang dicirikan dengan
adanya pembuktian-pembuktian rasionalitas manusia, sebab akibat yang dibuktikan dengan
sebuah data, analisa dan pengecekan atau pemeriksaan terhadap benar dan tidaknya suatu
fakta.

2.2 Perspektif Budaya Ilmiah


Budaya ilmiah bukan hanya sekedar bagaimana kita memandang sebuah kebenaran, tetapi
lebih pada bagaimana kita menempatkan sebuah pemikiran yang orisinil yang
membudayakan kebenaran. Sehingga budaya itu mempunyai nilai yang luhur yang
merupakan hasil karya manusia. 8

2.3 Ciri-ciri budaya ilmiah


Budaya ilmiah dicirikan dengan adanya pembuktian-pembuktian rasionalitas manusia,
sebab akibat yang dibuktikan dengan sebuah data, analisa dan pengecekan atau pemeriksaan
terhadap benar dan tidaknya suatu fakta. Adapun ciri-ciri dari budaya ilmiah adalah sebagai
berikut:
a. Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif
Menghargai pendapat orang lain tanpa membedakan kelompok, suku dan agama. Jika
pendapatnya benar maka akan diambil sebagai sebuah rujukan dan jika salah akan
dieavaluasi kembali.
b. Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral
Setiap persoalan yang muncul akan di analisis secara rasional dan dikaji ulang baik
dari segi positif dan negatif atau dari segi halal dan haram, sehingga bisa dipertangung
jawabkan baik dihadapan manusia maupun di hadapan Tuhan YME.
c. Kebiasaan membaca
Membiasakan diri membaca dari berbagai sumber dan karangan tanpa terikat oleh
satu buku atau seorang pengarang.
d. Penambahan ilmu dan wawasan
Menambah ilmu dari berbagai bahan bacaan dan kajian sehingga akan bertambah
ilmu pengetahuan.
e. Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat

8
Membiasakan diri meneliti terhadap berbagai fenomena yang muncul dalam
masyarakat dan melakukan pengabdian.
f. Penulisan artikel, makalah, buku
Menulis ilmu yang sudah dimiliki atau diteliti dalam berbagai bentuk baik dalam
bentuk makalah, artikel, buku, opini dan lain-lain.
g. Diskusi ilmiah
Melakukan diskusi ilmiah untuk menambah wawasan dari berbagai narasumber
h. Proses belajar mengajar partisipatif
Proses belajar-mengajar berjalan dengan baik dari segi materi, metode, sarana dan
prasarana, evaluasi, dan lain-lain.
i. Manajemen yang baik
Manajemen pengelolaan berjalan dengan baik dari aspek struktur organisasi,
kepemimpinan dan program kerja dan tersedianya sarana dan prasarana ilmiah yang
memadai, seperti: perpustakaan yang lengkap, dan laboratorium yang modern.
j. Tersedianya sumber daya manusia
Tersedianya SDM yang memadai, salah satunya adalah pengajarnya yang mempunyai
kelebihan akademik dan mempunyai dedikasi tinggi untuk pengembangan keilmuan
dan menguasai tradisi ilmiah yang aktual. realistik, dan berorientasi ke depan.
Pengajarannya melalui proses belajar-mengajar dialogis, bebas, dan objektif, dan
kemudian dikembangkan dalam bentuk diskusi, seminar, penelitian, penerbitan buku
dan jurnal ilmiah, yang disebarluaskan kepada masyarakat

2.4 Ciri masyarakat ilmiah


Masyarakat ilmiah adalah kelompok masyarakat yang warganya memiliki sifat ingin
menegetahui gejala-gejalan dengan melakukan pengkajian secara ilmiah, agar diperoleh
kebenaran yang teruji sesuai dengan metode ilmu pengetahuan (Mada, 2010). Terdapat
sejumlah ciri masyarakat ilmiah yang harus dikembangkan dari suatu masyarakat akademik
(Mada, 2010):
a. Kritis
b. Kreatif
c. Objektif
d. Analitis
e. Konstruktif
f. Dinamis

9
g. Menerima kritik
h. Menghargai prestasi ilmiah
i. Bebas dari prasangka
j. Menghargai waktu
k. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah,
l. Berorientasi ke masa depan
m. Kesejawatan/kemitraan
a. Kritis
Berarti setiap insan akademik harus senantiasa mengembangkan sikap ingin tahu,
untuk selanjutnya diupayakan jawaban dan pemecahannya melalui suatu kegiatan ilmiah
(penelitian). Dengan budaya kritis ini, ilmu pengetahuan akan terus berkembang karena
adanya temuan-temuan baru. (Mada, 2010)
b. Kreatif
Setiap insan akademikharus senantiasa mengembangkan sikap inovatif,
berusaha menemukan sesuatu yang baru, yang bermanfaat bagi masyarakat. Kreatif
dapat juga diartikan banyak alternatif. Sehingga apabila sebuah alternatif menemui
kendala untuk diimplementasikan, mendorong kita untuk berpikir lagi mencari
alternatif lain yang relevan. (Mada,2010)
c. Objektif
Kegiatan ilmiah yang dilakukan haruslah benar-benar berdasarkan pada suatu
kebenaran ilmiah, bukan karena intervensi kekuasaan, uang, atau ambisi pribadi.
Dengan demikian kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh berdasarkan
analisis secara benar, jujur, dan transparan. (Mada,2010)
d. Analitis
Suatu kegiatan ilmiah harus dilakukan dengan metode ilmiah yang merupakan
suatu prasarat untuk tercapainya suatu kebenaran ilmiah. Dengan demikian
tercapainya kebenaran ilmiah mesti didahului dengan suatu analisis terhadap
persoalan, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Mada,2010)
e. Konstruktif
Konstruktif setiap kegiatan ilmiah yang merupakan budaya akademik harus benar-
benar mampu mewujudkan suatu karya baru yang memberikan asas manfaat bagi
masyarakat. (Kaelan, 2002)
f. Dinamis

10
Ciri ilmiah sebagai budaya akademik tersebut harus selalu dikembangkan terus-
menerus. (Kaelan, 2002)
g. Dialogis
Proses transformasi ilmu pengetahuan dalam masyarakat akademik harus memberikan
ruang pada peserta didik untuk mengembangkan diri dan melakukan kritik serta
mendiskusikannya. (Kaelan, 2002)
h. Menerima kritik
Suatu konsekuensi suasana dialogis, yaitu setiap insan akademik harus senanitasa
terbuka terhadap kritik. (Kaelan, 2002).
i. Menghargai prestasi ilmiah
Masyarakat intelektual harus  menghargai suatu kegiatan ilmiah. (Taniredja,2012)
j. Bebas dari prasangka
Budaya akademik harus mendasarkan kepada suatu kebenaran ilmiah.
(Taniredja,2012)
k. Menghargai waktu,
Masyarakat intelektual harus senantiasa memanfaatkan waktu seefektif dan
seefisien mungkin. (Taniredja,2012)
l. Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah,
Masyarakat akademik harus memiliki karakter ilmiah sebagai inti pokok budaya
akademik. (Taniredja,2012)
m. Berorientasi ke masa depan,
Masyarakat akademik harus mampu mengantisipasi suatu kegitan ilmiah ke
masa depan. (Taniredja,2012)
n. Kesejawatan,
Masyarakat ilmiah harus memiliki rasa persaudaraan yang kuat.
(Taniredja,2012)

2.5 Sikap Budaya ilmiah


2.5.1 Pengertian Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah adalah suatu sikap mampu menerima pendapat orang lain dengan baik
dan benar, bertindak dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
langkahlangkah ilmiah yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga
keterbukaan (Ulfa, 2018).
Sikap Ilmiah adalah suatu sikap menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar
tanpa mengenal putus asa dengan ketekunan dan keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap
yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-
persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula.

11
Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen
kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu
obyek. Sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk berprilaku atau bereaksi dengan
cara tertentu bilamana dihadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
2.7.2 Macam-macam Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat
mereka melakukan kegiatan ilmiah. Dengan perkataan lain, kecenderungan individu untuk
bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah
pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk
sikap ilmiah yang antara lain adalah:
1. Jujur
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan
sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus
dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari
cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang
bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itu, kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan
manusia.
Kejujuran merupakan bekal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang
telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut dapat dipercaya
dan diberi amanat oleh banyak orang.
2. Terbuka
Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari
praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya
atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Seorang ilmuwan akan
menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Dengan kata
lain, ia terbuka akan pendapat orang lain.
Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk
masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan
aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran, dan pendapat
orang lain dalam pergaulan.
3. Toleran

12
Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui
bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia
belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia
memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari sikap angkuh. Toleransi
adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana
seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap
toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan
menciptakan adanya kerukunan hidup.
4. Skeptis
Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi. Namun,
skeptis bukan berarti sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum teruji dan
didukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dalam membuat
pernyataan, keputusan atau kesimpulan. Seseorang yang mencari kebenaran akan bersikap
hati-hati dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu
kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu
kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang
kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah. Bila
ilmuwan tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, kemungkinan ada informasi
yang salah sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun salah. Oleh karena itu, setiap informasi
perlu diuji kebenarannya.
Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh.
Secara sepintas skeptis dan apatis memiliki kesamaan arti dan maksud. Skeptis berarti sikap
curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi
acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian dan curiga
merupakan sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan
sehingga menjadi sebuah sikap yang kreatif dan bersifat konstrukstif. Seseorang harus apatis
untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu orang
harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi,
dan dijelaskan secara akurat. Dengan bersikap skeptis dapat ditemukan titik terang, kepastian,
dan kebenaran.
5. Optimis
Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus
asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya”.
Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa humor yang tinggi. Sikap
13
optimis berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu dijadikan
sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Jika seorang ilmuwan mempunyai
keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga mempunyai persiapan dan pengetahuan
yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri, maka segala tujuan pasti
akan cepat tercapai/terwujud. Percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain.
Percaya diri tanpa optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan
daya yang besar untuk mendorong apa yang dipikirkan dan akan dilakukan. Percaya diri
sangat membutuhkan sikap optimis.
6. Pemberani
Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi
ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat
kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti Copernicus,
Galilleo, Socrates, dan Bruno. Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani
menentang konsep bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar
mengelilingi bumi (Geosentris). Galilleo mendeklarasikan bahwa matahari adalah menjadi
pusat tata surya, dan bumi serta planet lainnya berputar mengitari matahari (Heliosentris).
Socrates memilih mati meminum racun daripada harus mengakui sesuatu yang salah. Bruno
tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan kebenaran.
Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan adalah kisah
Marie Curie seorang fisikawan, kimiawan yang berhasil menemukan zat radio aktif,
bertahun-tahun ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan harapan dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan manusia, dengan perlahan radiasi unsur tersebut merambah ke dalam
tubuh Marie Curie. Marie Curie mengetahui bahwa ia mengindap penyakit kanker. Namun,
dalam setiap kuliahnya ia menjelaskan tentang radioaktif tanpa pernah menunjukan ketakutan
akan bahaya radiasi. Keadaan tersebut terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri pada
saat-saat ajalnya tiba.
7. Kreatif
Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang
berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan
berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut
di atas menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak
menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki
sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha yang
sungguh-sungguh.
14
8. Kritis
Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik
dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun
dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.

9. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain


Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan
menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang
orisinal milik pengarangnya.
10. Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan
jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu
teori baru.

2.6 Keseimbangan Antara Scepticism dan Receptivity


Sikap kritis itu penting. Semua data dan interpretasi harus dievaluasi terlebih dahulu,
bukan langsung diterima mentah-mentah. Akan tetapi, yang lebih penting ialah mencapai
keseimbangan antara sikap skeptis dan penerimaan. Salah satunya kesedian untuk
mengajukan hipotesis yang mungkin terbukti salah, dibarengi dengan kemampuan untuk
memilah hipotesis yang tidak tepat. Seorang ilmuwan seharusnya menerima (dan kemudian
mengkritisi) suatu konsep atau hasil baru yang diajukan ketimbang menghadapinya dengan
penolakan. Sikap kritis yang menolak semua hal baru telah terbukti merampas baik
kesenangan dalam sains maupun bahan mentah bagi kemajuan sains.

2.7 Implementasi Budaya Ilmiah


Mustiningsih (2011:239) menjelaskan dalam penelitiannya yaitu, “kebebasan akademik
bagi mahasiswa adalah kebebasan mahasiswa secara bertanggungjawab melakukan kegiatan
terkait dengan statusnya sebagai mahasiswa yang meliputi kebebasan: (1) Mengikuti
pembelajaran; (2) Melakukan penelitian dan pengkajian; (3) Melakukan praktik dan
berinteraksi dengan masyarakat; (4) Berorganisasi; (5) Melakukan kegiatan penalaran
(menyampaikan pendapat); dan (6) Mengembangkan bakat, minat dan kemampuan”. Budaya
akademik memiliki pengaruh bagi terciptanya lingkungan pendidikan yang disiplin. Para
sivitas akademika terutama mahasiswa dapat membantu dengan pencapaian prestasi
15
akademiknya. Sebagaimana pendapat Ariftianto (2010:1) yang menyebutkan, “Faktor-faktor
yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar,
kiat untuk berburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dan
sebagainya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya
mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga
akademik dan mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruaan tinggi.”

2.8 Hubungan Implementasi Budaya Ilmiah dengan Sikap Ilmiah


Dewi (2010:32) menjelaskan dalam kutipannya tentang hubungan budaya akademik
dengan sikap ilmiah yaitu, “pada dasarnya budaya akademik meliputi kultur, suasana, dan
kualitas tata kehidupan dan tradisi akademik yang universal yang bersangkutan dengan para
pelaku akademik di dalamnya (menjunjung sangat tinggi kebenaran yang dibuktikan secara
ilmiah), berpengaruh sangat kuat dalam melahirkan dan menumbuhkembangkan kualitas dan
keunggulan kepribadian, norma, potensi serta kemampuan akademik dari para anggota
masyarakatnya (kemampuan progresif), berpengaruh sangat kuat dalam melahirkan serta
membangun prestasi pada kontribusi lembaga kepada lingkungannya, dan merupakan value
(nilai jual) dari keberadaan institusi bagi stake holders (lingkungan sekitarnya).” Pendapat di
atas menunjukkan bahwa budaya akademik merupakan tradisi akademik para pelaku
akademik untuk menjunjung sangat tinggi kebenaran yang dibuktikan secara ilmiah.
Mahendra (2013:1) juga mengungkapkan dalam kutipannya, yakni “pengembangan budaya
akademik menjadi titik temu antara upaya pembinaan karakter dengan peningkatan kualitas
hasil dari proses pendidikan.
Karakter merupakan bagian integral dari budaya akademik, mengingat karakter
diperlukan dan berpotensi dikembangkan dari setiap aktivitas akademik. Ciri-ciri
perkembangan budaya ilmiah mahasiswa, dapat dilihat dari berkembangnya; (1) kebiasaan
membaca dan penambahan ilmu dan wawasan, (2) kebiasaan menulis, (3) diskusi ilmiah, (4)
optimalisasi organisasi kemahasiswaan, dan (5) proses belajar mengajar norma-norma
akademik merupakan hasil dari proses belajar dan Latihan.

16
BAB 3
KESIMPULAN

Berdasarkan telaah pustaka dan analisis yang dilakukan oleh penulis, tujuan dan
manfaat pembelajaran budaya ilmiah dalam keseharian dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tujuan pembelajaran budaya ilmiah:
1. Bisa menempatkan sebuah pemikiran yang orisinil yang membudayakan kebenaran.
Sehingga budaya Ilmiah itu mempunyai nilai yang luhur yang merupakan hasil karya
manusia.8
2. Mampu menanamkan sikap Ilmiah sebagai seorang ilmuan dan akademisi dalam
bertindak atau berperilaku memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui
langkah-langkah ilmiah.
3. Dengan mempelajari Budaya akademik akan memiliki pengaruh bagi terciptanya
lingkungan pendidikan yang disiplin. Para sivitas akademika terutama mahasiswa
dapat membantu dengan pencapaian prestasi akademiknya.
Manfaat pembelajaran budaya ilmiah:
1. Jika seorang ilmuwan mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan
juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan
rasa optimis dan percaya diri, maka segala tujuan pasti akan cepat
tercapai/terwujud.
2. Dengan memiliki Budaya akademik akan menjadikan terprogramnya kegiatan
belajar, kiat untuk berburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial
akademik, dan sebagainya
3. Dengan melakukan aktivitas Budaya Ilmiah Akademik seperti itu diharapkan
dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat
menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam proses
pendidikan di perguruaan tinggi.
17
4. Dengan memiliki budaya ilmiah mahasiswa, maka akan terjadi kebiasaan
membaca dan penambahan ilmu dan wawasan, kebiasaan menulis, diskusi
ilmiah, optimalisasi organisasi kemahasiswaan, danproses belajar mengajar
norma-norma akademik merupakan hasil dari proses belajar dan Latihan.

BAB 4
DAFTAR PUSTAKA

1. Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama, hal 9.
2. Tasmuji, Dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar.
Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, hal 151.
3. Jacobus, Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor:
Ghalia Indonesia, hal 21.
4. William A. Haviland. 1985. Antropologi, Jilid 1. Jakarta: Erlangga, hal 332.
5. Clifford Geertz, Mojokuto. 1986. Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa. Jakarta:
Pustaka Grafiti Perss, hal 11.
6. Roger M. Keesing. 1989. Antropologi Budaya, Suatu Prespektif Kontemporer, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga, hal 68.
7. Anonimous. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/ilmiah. Diakses pada
tanggal 21 Januari 2021 pukul 16:08.
8. Ilham. Penerapan Budaya Ilmiah Dalam Dunia Pendidikan. https://online-
journal.unja.ac.id/index.php/csp/article/view/701/. Diakses tanggal 21 Januari 2021
pukul 17:00
9. Silahuddin M., BUDAYA AKADEMIK Dalam Sistem Pendidikan. Banda Aceh:
Bandar Publishing, 2016.
10. Mada, 2010. Jurnal managemen pendidikan No.02, Yogyakarta.
11. Kaelan, 2002, Filsafat Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.
12. Taniredja Tukiran Dkk, 2012, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk
Mahasiswa, Alfabeta, Bandun.

18
13. Ganjarsagoyo. 2015. Teori Ilmiah, Sikap Ilmiah, dan Hipotesis. Diakses tanggal 23
November 2015 dari https://ganjarsayogo.wordpress.com/2015/04/15/teori-ilmiah-
sikap-ilmiah-dan-hipotesis/
14. Ikhsandi, dkk. 2014. Sikap Ilmiah. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darussalam.
15. Mamad Tamamadin. 2010. Ilmuwan (The Scientist). Diakses tanggal 23 November
2015 dari https://mamadtama.wordpress.com/2010/04/09/ilmuwan-the-scientist/
16. Ulfa, Syariah Widya. 2018. MENTRADISIKAN SIKAP ILMIAH DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI. Jurnal Biolokus, Vol. 1, No. 1, Edisi Januari-Juni
2018
17. Nikmah, DN. Implementasi Budaya Akademik dan Sikap Ilmiah Mahasiswa.
Manajemen Pendidikan Volume 24, Nomor 6, 2015: 483-490.
18. Teng. 2017. Filsafat Kebudayaan dan Sastra (dalm Perspektif Sejarah). Jurnal Ilmu
Budaya
19. Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Penerbit IPB Press

19
20

Anda mungkin juga menyukai