Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BOSOWA
ANGKATAN 2022 TERHADAP PENGGUNAAN LENSA
KONTAK

TEMA : Lensa Kontak

NAMA : RAVEINA KHAN MOHAMAD

NIM : 4521111088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2023

i
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS BOSOWA ANGKATAN 2022 TERHADAP
PENGGUNAAN LENSA KONTAK

Disusun dan diajukan oleh

Raveina Khan Mohamad


4521111088

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

dr. Meiliaty Ariesta Angky, Sp.M dr. Ayu Ameliyah Hasbullah, Sp.THT-KL., M.Kes
Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,

Ketua Program Studi, Dekan,

dr. Anisyah Hariadi S.S.,M.Kes Dr. dr. Bachtiar Baso, M.Kes


Tanggal: Tanggal:
DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................4

C. Pertanyaan Penelitian.......................................................................4

D. Tujuan Penelitian..............................................................................4

E. Manfaat Penelitian............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7

A. Landasan Teori.................................................................................7

1. AnatomiMata.................................................................................7

2. TinjauanPengetahuan.................................................................11

2.1 PengertianPengetahuan.........................................................11

2.2 TingkatanPengetahuan...........................................................12

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan...................13

2.4 PengukuranPengetahuan.......................................................16

3. Lensa Kontak..............................................................................17

3.1 Definisi Lensa Kontak............................................................17

3.2 Fungsi Lensa Kontak.............................................................17

3.3 Jenis-Jenis Lensa Kontak.......................................................18

3.4 Bentuk-BentukLensa...............................................................23

3.5 Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman.....................23

iii
3.6 Dampak Negatif Lensa Kontak...............................................24

B. Kerangka Teori................................................................................28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.................29

A. Kerangka Konsep.............................................................................29

B. Definisi Operasional.........................................................................29

BAB IV METODE PENELITIAN....................................................................32

A. Desain Penelitian............................................................................32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................32

C. Populasi dan Sampel......................................................................32

D. Besar Sampel..................................................................................33

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................33

F. Alur Penelitian.................................................................................34

G. Prosedur Penelitian........................................................................35

H. Rencana Pengolahan dan Analisis Data.......................................35

I. Dummy Table..................................................................................37

J. Aspek Etika Penelitian...................................................................42

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................43

DAFTAR TABEL

iv
Tabel Judul Tabel Halaman
Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Tingkat
Tabel 1 37
Pengetahuan
Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan
Tabel 2 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas 37
Bosowa Angkatan 2022
Tabel 3 Kuesioner Penelitian 38

DAFTAR GAMBAR

Gambar Daftar Gambar Halaman


Gambar 1. Anatomi Mata Manusia 6
Gambar 2. Kerangka Teori 27
Gambar 3. Kerangka Konsep 27
Gambar 4. Alur Penelitian 32

Daftar Singkatan

No. Singkatan Arti dan Keterangan


1. RGP Rigid Gas-Permeable
2. GPC Giant Papillary Conjunctivitas
3. CL-ISLK Contact Lens-Induced Superior Limbic
Keratoconjunctivitis

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan


penginderaan sebuah objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba (Makhmudah, 2018). Indera pendengaran dan penglihatan
merupakan sebagian besar dari pengetahuan seseorang. Pengetahuan
bervariasi dalam intensitas atau derajat. Domain kognitif mencakup enam
tahap pengetahuan: mengetahui, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.

Selain kacamata, lensa kontak adalah jenis bantuan visual. Lensa


kontak adalah kaca lengkung atau cangkang plastik yang dipasang langsung
ke bola mata atau kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi. Leonardo Da
Vinci pertama kali menemukan lensa kontak pada tahun 1508.
Perkembangan dan penggunaannya meningkat pesat baik di negara industri
maupun negara berkembang. Pada tahun 1801 Thomas Young adalah orang
pertama yang memproduksi lensa kontak yang terbuat dari lilin yang dapat
direkatkan ke kornea dan membuat kelopak mata berkedip. Lensa kontak
memiliki berbagai kegunaan, antara lain sebagai terapi untuk melindungi atau
menyembuhkan kornea, sebagai kosmetik untuk memodifikasi warna bola
mata atau untuk meningkatkan penampilan atau menyamarkan kelainan
mata, misalnya yang terjadi pada pasien yang memiliki jaringan parut di
kornea atau iris dan sebagai optical yang bertujuan untuk mengoreksi

1
kelainan refraksi mata seperti miopia, keratokonus, astigmatisme dan lain
sebagainya, serta sebagai regularisasi permukaan kornea (Deka Liswiana,
Nurkolis, 2018).

Menurut American Optometric Association, orang lebih memilih lensa


kontak daripada kacamata karena lensa kontak dapat mengikuti pergerakan
bola mata dan tidak mengurangi bidang pandang sedikit pun, sehingga tidak
mengganggu penglihatan, mempercantik penampilan, lebih nyaman, lebih
cerah, tidak memiliki frame yang mengganggu pandangan mata, mengurangi
distorsi, tidak berkabut, tidak mudah terkena hujan, dan tidak
menghambat aktivitas.

Setiap tahun, jumlah orang yang memakai lensa kontak terus


bertambah. Pada tahun 2013, ada 37 juta orang Amerika yang menggunakan
lensa kontak lalu, pada tahun 2014 meningkat menjadi 40 juta pemakai lensa
kontak. Pemakai lensa kontak rata-rata berusia di atas 18 tahun, dan
mayoritas penggunanya adalah wanita yang memakai lensa kontak jenis Soft
Contact Lenses (SCL). Saat ini belum ada estimasi resmi pemakai lensa
kontak di Indonesia, namun Riskesdas 2013 mengungkapkan bahwa
prevalensi pengguna kacamata/lensa kontak pada kelompok usia 15-24
tahun adalah 2,9%, dan 2,8% pada kelompok usia 25-34 tahun (Apriliona et
al., 2022). Di Indonesia, pemakai lensa kontak meningkat lebih dari 15%
setiap tahunnya. Ada sekitar 140 juta pengguna lensa kontak di seluruh
dunia, baik untuk memperbaiki kelainan refraksi maupun kosmetik. Pengguna
lensa kontak paling banyak terdapat di Asia dan Amerika, dengan 38 juta
pengguna dari Amerika Utara, 24 juta dari Asia, dan 20 juta dari Eropa.
(Pratiwi, 2020).

2
Penggunaan lensa kontak memiliki dampak negatif yang berbahaya,
terutama bagi individu yang memakainya terus-menerus tanpa
memperhatikan kesehatannya. Masalah lensa kontak disebabkan oleh
berbagai sebab, antara lain bahan lensa, kebersihan lensa, jenis cairan
pencuci lensa, tingkat edukasi pengguna lensa dalam penggunaan dan
rutinitas pembersihan lensa, pemakaian lensa dalam jangka waktu yang
lama, tidur tanpa melepas lensa, dan kebersihan penyimpanan lensa.

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai gambaran tingkat


pengetahuan terhadap penggunaan lensa kontak yang dilakukan oleh Dimas
Angga Pratama di SMA Muhammadiyah 01 Medan memiliki 86 responden
dari 43 siswa laki-laki, 4 responden (9,3%) dengan pengetahuan kurang, 26
responden (60,5%) dengan pengetahuan cukup, dan 13 responden (30,2%)
dengan pengetahuan baik. Sedangkan dari 43 siswi perempuan terdapat, 3
responden (7,0%) dengan pengetahuan kurang, 19 responden (44,2%)
dengan pengetahuan cukup, dan 21 responden (48,8%) dengan
pengetahuan baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa mayoritas
tingkat pengetahuan siswa/siswi di SMA Muhammadiyah 01 Medan berada
pada kategori cukup. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Wulansari di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan
jumlah 209 responden, sebanyak 201 responden (96,2%) memiliki
pengetahuan baik, 8 responden (3,8%) memiliki pengetahuan cukup dan 0
responden (0%) memiliki pengetahuan kurang. Dari hasil tersebut didapatkan
tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin berada pada kategori baik. Berdasarkan dari penjelasan diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat
pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran universitas bosowa angkatan
2022 terhadap penggunaan lensa kontak.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana gambaran tingkat


pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran universitas bosowa angkatan
2022 terhadap penggunaan lensa kontak.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas


kedokteran universitas bosowa angkatan 2022 terhadap penggunaan
lensa kontak?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan 2022 terhadap jenis-jenis lensa kontak?
3. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan 2022 terhadap hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam menggunakan lensa kontak?
4. Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan 2022 terhadap dampak negatif penggunaan
lensa kontak?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswi
fakultas kedokteran universitas bosowa angkatan 2022 terhadap
penggunaan lensa kontak.

4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas
kedokteran universitas bosowa angkatan 2022 terhadap penggunaan
lensa kontak.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan 2022 terhadap jenis-jenis lensa kontak.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan 2022 terhadap hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam menggunakan lensa kontak.
d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan 2022 terhadap dampak negatif penggunaan
lensa kontak.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan peneliti serta menjadi sumber kajian
ilmiah terkhusus mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa Angkatan 2022 Terhadap
Penggunaan Lensa Kontak.

2. Bagi responden
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
responden atau masyarakat mengenai penggunaan lensa kontak
khususnya untuk mahasiswi fakultas kedokteran universitas bosowa
angkatan 2022.

5
3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan dan Kedokteran
Penelitian ini dapat menjadi suatu sumber informasi penelitian
selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan dalam materi-materi yang
lainnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan edukasi
tambahan mengenai pengetahuan penggunaan lensa kontak

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anatomi Mata

Gambar 1. Anatomi Mata Manusia

Mata merupakan indra dan organ yang sangat penting untuk melihat
dan berfungsi untuk mengumpulkan cahaya dari lingkungan sekitarnya
(Rahmadilla, 2020). Secara anatomi mata mempunyai beberapa struktur
yang menunjang bentuk serta fungsinya sebagai organ penglihatan antara
lain:

Lensa mata berbentuk bikonveks, jernih, dan tidak berwarna. Peran


lensa adalah memusatkan sinar cahaya yang masuk melalui kornea sehingga
langsung mendarat di retina. Seiring bertambahnya usia, serat lensa menjadi
lebih tebal dan keruh, menyebabkan lensa kehilangan fleksibilitas dan
kemampuan akomodasi, sehingga dapat menyebabkan seseorang
mengeluhkan masalah penglihatan dekat.

7
Kornea merupakan bagian transparan terletak didepan mata yang
membantu memutuskan cahaya yang masuk, Kornea mata merefraksikan
cahaya masuk kedalam organ-organ mata lainnya. Kornea berfungsi untuk
melindungi lensa mata dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata.
Kornea selalu dibasahi oleh air mata, tidak memiliki pembuluh darah dan
bersifat tembus cahaya.

Retina adalah lapisan yang sangat tipis dari jaringan di dalam mata.
Fungsi retina mata untuk menangkap sinar cahaya yang masuk ke mata.
Impuls cahaya kemudian dikirim ke otak untuk diproses, melalui saraf optik
(Mata & Chaining, 2018). Retina mengubah cahaya yang dikumpulkan oleh
sel fotoreseptor menjadi sinyal listrik, yang selanjutnya dikirim ke pusat
penglihatan otak melalui saraf optik. Kebutaan akan terjadi akibat perdarahan
atau terlepasnya retina (ablasio).

Sklera merupakan selaput pembungkus bolamata. Dimana sklera juga


berfungsi sebagai pelindung mata, agar ketika ada agen yang masuk tidak
langsung masuk ke dalam bola mata. Sklera mempunyai selaput yang sangat
tipis, halus tetapi juga kuat. Sklera juga merupakan jaringan yang paling luar
dari mata (Rahmawaty, 2018).

Koroid adalah salah satu bagian dari mata manusia yang terletak di
antara retina dan sklera. Koroid memiliki struktur yang sangat penting bagi
kesehatan mata, karena mengandung banyak pembuluh darah dan
melindungi retina dari sinar matahari yang berlebihan. Koroid juga berfungsi
untuk memberikan nutrisi dan oksigen pada retina sehingga mata dapat
berfungsi dengan baik.
Bola mata manusia berbentuk bulat dan agak pipih dari atas ke bawah.
Bola mata mempunyai diameter 24 – 25 mm, 5/6 bagiannya terbenam dalam
rongga mata dan hanya 1/6 bagian yang tampak dari luar. Bola mata

8
dilindungi oleh pelupuk mata atas dan bawah. Bola mata mempunyai fungsi
untuk melihat mata dapat terbuka dan bila tidur mata akan menutup dan juga
melindungi serta menjaga kedudukan bola mata di ruang tiga dimensi. Otot
pengaktif bola mata yang terhubung ke sklera hingga ke dinding tulang orbita
dapat membantu pergerakan bola mata ke berbagai arah. Otot-otot ini
termasuk rektus superior, rektus inferior, rektus lateral, rektus medial, oblik
superior, dan oblik inferior.

Pupil, yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah
sinar masuk kedalam bola mata. Seluruh sinar yang datang masuk melalui
pupil diserab sempurna oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang
keluar melalui pupil sehingga pupil akan berwarna hitam (Ariana, 2020).

Palpebra memiliki beberapa fungsi penting dalam menjaga kesehatan


mata manusia. Fungsi utama palpebra adalah melindungi mata dari benda
asing, cedera, debu, cahaya yang terlalu kuat dan melindungi mata ketika
tidur. Selain itu, palpebra juga membantu menjaga kelembaban mata dengan
menyebar air mata ke permukaan bola mata. Tindakan membuka dan
menutup kelopak mata membantu distribusi dan aliran air mata. Kelenjar air
mata tambahan dapat ditemukan di kelopak mata. Saat kelopak mata
terbuka, fisura palpebra atau ujungnya menghasilkan fitur berbentuk almond.
Saraf kranial atau VII mempersarafi otot orbicularis oculi, sedangkan saraf III
mempersarafi otot levator palpebra.

Aparatus lakrimalis adalah saluran yang mengalirkan air mata menuju


konjungtiva kelopak mata atas. Air mata ini berfungsi untuk membasahi dan
membersihkan bola mata, kedipan mata pun dapat membantu penyebaran
air mata (Iswari & Nurhastuti, 2018). Permukaan mata dilapisi air mata
dengan membentuk lapisan tipis setebal 7-10µm yang bermanfaat melindungi
dan membasahi permukaan epitel kornea dan konjungtiva. Nutrisi disediakan

9
air mata untuk kornea yang mengandung antimikroba dan lisozim serta
mempunyai fungsi sebagai pembilasan (Brier & lia dwi jayanti, 2020). Film air
mata memiliki 3 lapisan yaitu:

1. Lapisan superfisial merupakan lapisan lipid monomolekuler yang memiliki


fungsi menghambat penguapan dan sawar kedap air saat palpebra
ditutup.
2. Lapisan tengah merupakan lapisan akuos yang mengandung substansi
larut air seperti protein dan garam.
3. Lapisan dalam berupa lapisan musin dari glikoprotein yang melapisi sel
epitel kornea dan konjungtiva.

Konjungtiva adalah selaput lendir tipis dan transparan yang melapisi


bagian depan bola mata dan meluas ke bagian belakang kelopak mata.
Karena adanya tirai air mata pada konjungtiva sehingga dapat menghasilkan
permukaan yang halus, bola mata bergerak dengan lancar dan tidak
menimbulkan rasa tidak nyaman akibat gesekan.

Iris atau selaput pelangi pada mata dapat dijadikan sebagai basis
sistem biometrik. Dimana setiap iris memiliki tekstur yang amat rinci dan unik
untuk setiap orang serta tetap stabil dalam waktu bertahun-tahun. Letak iris
berada di belakang kornea sehingga membuat iris terlindung dari berbagai
kerusakan atau perubahan dari luar. Bagian mata ini tidak dapat diubah
melalui pembedahan tanpa menimbulkan kerusakan pada penglihatan (Zidan
et al., 2022). Berbagai keuntungan dari pemakaian iris untuk sistem
identifikasi adalah:

1. Iris pada mata berada dibagian yang terlindung dari lingkungan, jadi
keberadaannya akan sangat aman.

10
2. Iris mata tidak mungkin berubah, bahkan dengan melakukan operasi,
iris akan tetap terjaga. Namun jikalau operasi tersebut membuat luka
pada iris akan menyebabkan cacat pada mata.
3. Iris memiliki reaksi terhadap cahaya, sehingga memungkinkan
dilakukan pengujian secara alami terhadap kemungkinan adanya
penipuan serta penggunaan lensa mata palsu.

Badan siliar yang memanjang ke depan dari lapisan koroid hingga ke


dasar iris dan menghasilkan cairan ruang mata. Badan siliaris mengandung
otot siliaris yang bekerja menarik dan mengendurkan zonula ziin sehingga
lensa mata dapat cembung atau mendatar untuk berakomodasi.

Badan vitreous adalah struktur seperti gel yang mengisi ruang di


belakang lensa dan terdiri dari air (99%) dan kombinasi asam hyaluronat dan
kolagen (1%). Badan vitreous berfungsi sebagai media pembiasan cahaya,
mempertahankan bentuk bulat bola mata, dan memberi makan sel-sel di
dalam mata.

2. Tinjauan Pengetahuan
2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu atau bisa juga didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia
dan pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang
dialaminya, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Darsini et
al., 2019).

11
2.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut (Sukarini, 2018) dalam (Notoatmodjo, 2021), pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.

3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

12
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain:

1. Faktor internal
a. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik. Tetapi, pada usia tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun.

13
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir secara abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam
situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil dari proses belajar seseorang. Sehingga
perbedaan intelegensi seseorang akan berpengaruh pula terhadap
tingkat pengetahuan.

c. Pengalaman
Pengalaman adalah sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
adalah cara untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan. Oleh sebab
itu, pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Pengalaman juga
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini
mengandung maksud bahwa semakin bertambahnya umur dan
pendidikan yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan jauh lebih
luas.

d. Jenis Kelamin
Beberapa orang mengklaim bahwa jenis kelamin seseorang
memengaruhi pengetahuannya. Hal ini sudah terjadi sejak zaman
kolonial. Namun, hal ini tidak lagi berlaku karena, tanpa memandang
jenis kelamin, jika seseorang produktif, berpendidikan, atau
berpengalaman, ia akan cenderung memiliki pengetahuan yang tinggi.

14
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum orang yang berpendidikan tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan seseorang yang
tingkat pendidikannya rendah.

b. Sumber Informasi
Informasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Sumber informasi
adalah proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang
mengetahui informasi dengan mendengar atau melihat sesuatu secara
langsung ataupun tidak langsung dan semakin banyak informasi yang
didapat, akan semakin luas pengetahuan seseorang. Kemudahan untuk
memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang
memperoleh pengetahuan yang baru.

c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung dari sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

15
d. Pekerjaan
Dengan bekerja seseorang dapat berbuat yang bernilai,
bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman. Selain itu
pekerjaan juga mempengaruhi daya beli seseorang, sehingga mampu
memperoleh sumber informasi yang lebih banyak untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.

e. Tingkat Ekonomi
Tingkat ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan. Seseorang dengan tingkat ekonomi rendah akan
mengalami kendala untuk mendapatkan informasi, terutama sumber
informasi yang berbayar.

2.4 Pengukuran Pengetahuan


Pengetahuan dapat diuji dengan melakukan wawancara atau
pemberian kuesioner kepada subjek penelitian yang menanyakan tentang
substansi informasi yang akan diukur. Pengetahuan dapat diukur dengan
bagaimana orang yang bersangkutan atau responden menyampaikan apa
yang diketahuinya dengan bukti atau jawaban, baik secara lisan maupun
tulisan. Untuk menilai pengetahuan, bisa melalui pertanyaan atau tes
(Octaviana & Reza Aditya Ramadhani, 2021). Secara umum pertanyaan
dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pertanyaan subjektif, contoh: jenis pertanyaan lisan.
2. Pertanyaan objektif, contoh: pertanyaan pilihan ganda (multiple choice),
betul-salah dan pertanyaan menjodohkan.
Derajat pengetahuan yang akan diukur dapat disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan yang ada. Hasil dari pengukuran pengetahuan dapat
dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:

16
1. Kategori sangat rendah, apabila mempunyai nilai benar < 40 %.
2. Kategori rendah, apabila mempunyai nilai benar 40% - 55%.
3. Kategori cukup tinggi, apabila mempunyai nilai benar 56%-75 %.
4. Kategori tinggi, apabila mempunyai nilai benar 76%-100 %.

3. Lensa Kontak
3.1 Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak merupakan alat bantu penglihatan yang terbuat dari
kaca atau plastik yang melengkung yang digunakan langsung diatas mata
atau kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi mata. Lensa tipis ini
mempunyai diameter 8-10 mm, yang dengan nyaman dapat dipakai akibat ia
terapung pada selaput bening seperti kertas yang terapung pada air. Lensa
kontak juga merupakan alat bantu penglihatan yang ditempatkan menutupi
kornea untuk memperbaiki tajam penglihatan ataupun sekedar mempercantik
diri (Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, 2018).

3.2 Fungsi Lensa Kontak


Menurut (Wulansari, 2022) lensa kontak memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Alat bantu penglihatan


Lensa korektif didesain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada
mata dan kelainan pada mata lainnya, sehingga akan memperbaiki
penglihatan seperti halnya kacamata. Kondisi-kondisi yang dapat
diperbaiki dengan menggunakan soft lens adalah miopia, hipermetropia,
dan astigmatisma.

2. Kosmetik
Lensa kontak sebagai kosmetik didesain untuk mengubah warna
dan penampilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa juga berfungsi

17
untuk memperbaiki penglihatan. Namun terkadang desain maupun warna
dari lensa kontak jenis ini bisa saja membuat pandangan menjadi kabur
ataupun tidak jelas. Lensa kontak non korektif untuk kepentingan
kosmetik ini sering disebut dengan decorative contact lenses ataupun
plano cosmetic.
Bahkan jika lensa kontak kosmetik digunakan, biokomfatibilitasnya
harus dievaluasi, sama seperti lensa kontak konvensional lainnya, karena
lensa kontak kosmetik menghasilkan lebih sedikit oksigen yang dapat
masuk ke mata daripada lensa kontak korektif. Hal ini dapat mengiritasi
dan membahayakan mata.
3. Terapik
Lensa kontak sering digunakan untuk pengobatan dan
penanganan non refraksi pada mata. Lensa kontak dapat melindungi
kornea yang sakit atau cedera dari gesekan akibat kedipan dari kelopak
mata terus menerus. Lensa kontak juga berguna pada pengobatan
seperti pada ulkus kornea, erosi kornea, mata kering, edema kornea,
descematocele, ektasis kornea, ulkus mooren, distrofi kornea anterior,
bulosa keratopati, dan keratokonjungtivitis neurotropik, lensa kontak
sekaligus juga memberikan obat-obat untuk mata yang telah
dikembangkan.

3.3 Jenis-Jenis Lensa Kontak


Jenis - jenis lensa kontak beserta keuntungan dan kelemahannya
antara lain yaitu:

1. Rigid gas-permeable (RGP)


Lensa kontak RGP terbuat dari kombinasi plastik dan bahan lain,
seperti silikon. Lensa kontak RGP memungkinkan oksigen melewatinya

18
dengan mudah, memungkinkan kornea beroperasi dengan benar. Lensa
RGP juga tidak mudah lepas dari kornea dan lebih mudah dipakai.

Kelebihan:
a. Penglihatan yang sangat baik
b. Adaptasi yang singkat
c. Nyaman digunakan
d. Memperbaiki sebagian besar masalah visual
e. Mudah dirawat dan digunakan
f. Jangka waktu RGP cukup lama
g. Tersedia dalam bentuk bifocal dan beragam warna
h. Tersedia untuk pengontrolan miopia dan terapi gangguan refraksi
kornea
i. Lama penggunaan 12-14 jam sehari

Kekurangan:
a. Memerlukan penggunaan yang terus menerus untuk
mempertahankan adaptasi
b. Lebih mudah tergelincir dari mata dibandingkan jenis lensa yang lain
c. Pertikel debu sering kali tersangkut di bawah lensa
d. Membutuhkan pemeriksaan rutin untuk tindak lanjut

2. Daily-wear soft lens


Lensa kontak ini terdiri dari plastik lembut dan fleksibel, yang
memungkinkan oksigen masuk ke mata dengan lebih mudah. Air dapat
diserap oleh plastik lunak ini. Lensa ini lebih tipis dan lebih meredam.
Lensa ini harus dipakai selama 12 hingga 16 jam setiap hari dan
diperbarui setiap 12 hingga 18 bulan.
Kelebihan :

19
a. Masa adaptasi yang sangat cepat
b. Lebih nyaman dan lebih kecil kemungkinannya untuk lepas dari pada
lensa RGP
c. Tersedia dalam bentuk bifocal dan brbagai warna
d. Ada jenis soft lens dalam kategori ini yang tidak perlu dibersihkan.
e. Cocok untuk penggunaan sehari-hari

Kekurangan :
a. Tidak dapat memperbaiki seluruh gangguan visual
b. Penglihatan tidak setajam Rigid Gas Permeable
c. Harus diganti sesuai dengan jadwal

3. Extended-wear
Lensa kontak ini tersedia dalam bentuk soft contact lens ataupun
RGP untuk digunakan di malam hari. Lensa kontak ini dapat dipakai
sepanjang hari.
Kelebihan :
a. Dapat digunakan hingga tujuh hari tanpa dilepas
b. Beberapa jenis memiliki umur simpan 30 hari sebagaimana telah
disetujui oleh FDA

Kekurangan :
a. Tidak bisa memperbaiki seluruh gangguan visual
b. Membutuhkan follow up rutin
c. Meningkatkan kejadian resiko komplikasi
d. Membutuhkan pengawasan ahli secara teratur

20
4. Extended-wear disposable
Lensa kontak ini sama dengan lensa kontak lunak. Lensa ini dapat
digunakan untuk waktu yang lama seperti tipe extended-wear dan
kemudian dapat dibuang.
Kelebihan :
a. Bisa dibersihkan bisa juga tidak sama sekali
b. Bila digunakan dengan instruksi yang benar dapat mengurangi
terjadinya resiko infeksi pada mata
c. Tersedia dalam bentuk bifocal dan beragam warna
d. Tersedia juga lensa terpisah

Kekurangan :
a. Penglihatan tidak setajam lensa RGP
b. Tidak dapat memperbaiki seluruh gangguan visual
c. Penggunaannya lebih sulit

5. Planed replacement
Lensa ini dapat digunakan sebagai pengganti sementara lensa lunak
selama lebih dari dua minggu, sebulan, atau empat bulan.
Kelebihan :
a. Pembersihan dan desinfeksi yang lebih mudah
b. Bermanfaat untuk kesehatan mata
c. Biasanya paling sering diresepkan oleh dokter

Kekurangan :
a. Penglihatan tidak setajam lensa RGP
b. Tidak dapat memperbaiki seluruh gangguan visual
c. Penanganannya lebih sulit

21
6. Bandage Contant Lens
Bandage contact lens adalah lensa kontak yang dirancang untuk
melindungi kornea yang terluka atau berpenyakit dari gesekan mekanik
kelopak mata yang berkedip-kedip, sehingga memungkinkannya untuk
sembuh. Bandage contact lens sering membuat mata terasa lebih
nyaman. Lensa ini tidak memiliki daya fokus. Lensa kontak ini tidak
dimaksudkan untuk memperbaiki penglihatan anda.

Indikasi :
a) Pereda nyeri (misal : keratopati bulosa, sindroma erosi berulang)
b) Promosi penyembuhan epitel (misal : cacat epitel persisten, sindrom
erosi berulang)
c) Perlindungan pasca operasi (misal : pasca operasi konjungtiva /
kornea)
d) Aposisi tepi luka (misal : perforasi kornea, setelah pengangkatan
jahitan)
e) Perlindungan mekanis terhadap permukaan okular (misal : trichiasis,
entropion)
f) Pemeliharaan hidrasi okular (misal : mata kering, paparan kornea)

Tipe Bandage contact lens :


a) Kontak lensa lunak silikon hidrogel adalah Bandage Contact Lens
yang paling umum digunakan
b) PureVision
c) ACUVUE®
d) NIGHT & DAY®
e) Lensa kontak lunak hidrogel tinggi air
f) Proclear
g) Precision UV

22
h) Permalens

3.4 Bentuk-Bentuk Lensa


Bentuk lensa kontak juga bermacam-macam, tergantung pada
gangguan penglihatan yang ingin diperbaiki. Beberapa bentuk lensa kontak
antara lain adalah :
1. Lensa kontak sferis: lensa kontak ini berbentuk bundar, digunakan untuk
penderita miopia (rabun jauh) atau hipermetropia (rabun dekat).
2. Lensa kontak bifokal: lensa kontak yang digunakan untuk melihat dekat
sekaligus untuk melihat (mirip dengan cara kerja kacamata bifokal).
Lensa ini biasanya digunakan untuk memperbaiki presbiopia, yaitu
gangguan penglihatan akibat usia tua.
3. Lensa ortokeratologi: yaitu lensa yang didisain untuk memperbaiki bentuk
kornea. Digunakan hanya di malam hari.

3.5 Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman


Beberapa hal yang harus di perhatikan oleh pemakai lensa kontak,
antara lain :
1. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai
dan layak.
2. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak.
3. Cuci dan disinfeksi lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.
4. Cuci dan keringkan tempat lensa kontak setiap hari, cuci dengan air
mendidih seminggu sekali.
5. Simpan wadah lensa kontak ditempat yang lembab dan terlindung dari
sengatan sinar matahari.
6. Gantilah tempat lensa kontak secara teratur setiap 3 bulan sekali.

23
7. Cairan yang telah dipakai harus segera dibuang, jangan digunakan untuk
kedua kalinya.
8. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam air panas.
9. Konsultasi dengan dokter mata sebelum menggunakan obat tetes mata,
karena, ada obat tetes mata (termasuk yang dijual bebas) yang dapat
bereaksi negatif terhadap lensa kontak.
10. Segera hentikan pemakaian jika mata merah atau tidak nyaman saat
pemakaian lensa kontak. Bisa jadi anda mengidap alergi terhadap larutan
pembasah atau pencuci lensa kontak. Bila masalah berlanjut, segera
datangi dokter mata.
11. Konsultasikan juga dengan dokter atau apoteker setiap kali hendak
memakai obat tetes mata. Tidak semua obat tetes mata cocok dengan
lensa kontak yang digunakan.

3.6 Dampak Negatif Lensa Kontak


1. Pada kelopak mata
Komplikasi yang dapat terjadi pada kelopak mata akibat
penggunaan lensa kontak yaitu :

a. Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)


GPC adalah komplikasi yang paling sering timbul akibat
penggunaan lensa kontak atau soft lens. Ini timbul akibat salah satu
dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan
lama pemakaian lensa kontak, dan perubahan larutan pembersih
yang kuat yang dapat merusak lensa kontak. Manifestasinya terdiri
dari gatal, kemerahan, seperti terdapat benda asing, peningkatan
produksi lender, pandangan kabur dan pergerakan lensa yang
berlebihan.

24
b. Ptosis
Kelopak mata atas yang abnormal disebut dengan “Ptosis”
Biasanya akan tertutup mencakup seperenam bagian atas kornea,
yaitu sekitar 2mm. Ptosis timbul akibat adanya massa pada lensa,
skar, jaringan fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel
pada kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada
jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak
mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis
yang berat.

2. Pada konjungtiva
Komplikasi yang dapat terjadi pada bagian konjungtiva akibat
penggunaan lensa kontak, yaitu :

a. Alergi lensa kontak


Alergi lensa kontak merupakan reaksi hipersensitivitas, seperti
dermatitis kontak, akibat dari zat-zat kimia yang terdapat pada larutan
lensa kontak. Manifestasi klinisnya antara lain pada awalnya ada
eritema dan edema, rasa gatal, rasa terbakar, berair, dan sekret
mukoid.

b. Contact Lens-Induced Superior Limbic Keratoconjunctivitis (CL-ISLK)


CL-ISLK merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva
perifer. Keluhan utamanya adalah iritasi dan hiperemia. Manifestasi
klinisnya adalah penebalan konjungtiva, dan timbul berbagai warna
pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi akan
berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil. Akibatnya

25
akan terasa seperti ada benda asing, berair, rasa terbakar, gatal, dan
penurunan akuitas visual.

3. Pada epitelium kornea


Komplikasi yang dapat terjadi pada bagian epitelium kornea akibat
penggunaan lensa kontak yaitu :

a. Kerusakan epitel yang mekanik


Lensa kontak merupakan banda asing yang akan menggosok
kornea dan menekan epitel kornea setiap mengedipkan mata
sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea. Abrasi kornea
umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata seperti trauma
kuku. Abarsi kornea juga dapat disebebakan karena lebih dari
pemakaian lensa kontak. Jika tidak dikenali dan diobati akan
mengakibatkan stres pada epitel yang kronis. Kerusakan epitel akan
memudahkan bakteri menempel pada kornea dan mengakibatkan
infeksi stroma, serta menstimulus sub-epitel fibrosa tanpa adanya
infeksi.

b. Chemical epithelial defect


Berbagai larutan kimia lensa kontak akan menimbulkan
kerusakan epitel yang ditandai dengan erosi. Larutan pembersih
surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah, fotofobia, dan
berair. Biasanya kondisi seperti ini dianggap sepele dan iritasi
sementara dan tiba-tiba akan kehilangan pada penglihatan.

4. Stroma kornea
Komplikasi yang dapat terjadi pada bagian kelopak mata akibat
penggunaan lensa kontak yaitu :

26
a. Infeksi kornea (keratitis)
Peradangan pada kornea (keratitis) biasanya ditandai oleh
edema kornea. Gejala lain yang sering terlihat adalah mata berair
dan sulit mengedipkan mata. Keratitis disebabkan oleh bakteri, jamur,
dan protozoa. Infeksi bakteri biasanya muncul di kelopak mata dan
kelenjar air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata.
Bakteri yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan
Staphylocoocus epidermidis. Infeksi ini biasanya berasal dari larutan
lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi bakteri akut terjadi dalam
waktu 24 jam dengan gejala nyeri, fotofobia, berair, sekret purulen,
dan penurunan penglihatan.

b. Acanthamoeba keratitis
Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk
diterapi. Penyebab paling umum pada pemakaian lensa kontak
karena menggunakan saline buatan sendiri (dari air keran dan tablet
salin yang terkontaminasi) dimana tempat larutan tersebut telah
terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi klinis awal yang
timbul adalah adanya sensasi benda asing, penglihatan kabur yang
ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang progresif, injeksi
konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada pemeriksaan dengan senter
terlihat adanya penebalan saraf-saraf kornea mata. Infeksi ini bersifat
progresif, berat, dan bentuk infiltratnya seperti cincin di sentral

27
B. Kerangka Teori

Mahasiswi fakultas Lensa kontak


kedokteran universitas
bosowa angkatan 2022

Definisi lensa Jenis-jenis


kontak lensa kontak
Yang memiliki Yang tidak memiliki
riwayat pengguna riwayat pengguna Dampak negatif dan hal-hal
lensa kontak lensa kontak yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan lensa kontak

-baik

Tingkat pengetahuan -cukup


. -kurang

Gambar 2. Kerangka Teori

28
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen


Mahasiswi fakultas kedokteran
universitas bosowa angkatan
Tingkat pengetahuan
2022 yang memiliki riwayat
penggunaan lensa
penggunaan lensa kontak dan
kontak
yang tidak memiliki riwayat
penggunaan lensa kontak

Gambar 3. Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Batasan dalam istilah yang dioperasionalkan untuk semua variabel yang


ada dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan penggunaan lensa kontak

a. Definisi : Tingkat pengetahuan adalah hasil yang diketahui oleh


mahasiswi fakultas kedokteran universitas bosowa angkatan 2022 yang
menjadi responden peneliti mengenai penggunaan lensa kontak.
b. Alat Ukur : Kuesioner
c. Cara Pengukuran : Penentuan tingkat pengetahuan ini diukur
menggunakan kuesioner yang mana dalam kuesioner tersebut terdapat

29
25 soal yang harus dijawab oleh responden. Dalam kuesioner ini sudah
dicantumkan pernyataan-pernyataan mengenai definisi, jenis-jenis,
dampak negatif, dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
lensa kontak dimana sudah sesuai dengan kerangka teori yang dibuat
oleh peneliti.
d. Hasil Ukur : a. Baik (skor jawaban responden 76-100%), dengan jumlah
benar 19-25 soal. b. Cukup (skor jawaban responden 56-75%), dengan
jumlah benar 14-18 soal. c. Kurang (skor jawaban responden 55%),
dengan jumlah benar <14 soal.
e. Skala : Ordinal

2. Mahasiswi fakultas kedokteran universitas bosowa angkatan 2022


yang memiliki riwayat penggunaan lensa kontak
a. Definisi : Mahasiswi yang mempunyai riwayat penggunaan lensa kontak
adalah mahasiswi yang pernah menggunakan lensa kontak walaupun
hanya 1 kali atau beberapa kali untuk kosmetik ataupun untuk gangguan
refraksi.
b. Alat Ukur : Kuesioner
c. Cara Pengukuran : Penentuan mahasiswi yang memiliki riwayat
penggunaan lensa kontak diukur menggunakan kuesioner yang mana
terdapat 1 pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dimana
pertanyaan tersebut berisi pertanyaan yang menanyakan apakah anda
mempunyai riwayat penggunaan lensa kontak dengan pilihan jawaban
ya/tidak.
d. Hasil Ukur : Mahasiswi yang memiliki riwayat penggunaan lensa kontak.
e. Skala : Nominal

3. Mahasiswi fakultas kedokteran universitas bosowa angkatan 2022


yang tidak memiliki riwayat penggunaan lensa kontak

30
a. Definisi : Mahasiswi yang tidak memiliki riwayat penggunaan lensa kontak
adalah mahasiswa yang belum pernah sama sekali menggunakan lensa
kontak.
b. Alat ukur : Kuesioner
c. Cara pengukuran : Penentuan mahasiswi yang memiliki riwayat
penggunaan lensa kontak diukur menggunakan kuesioner yang mana
terdapat 1 pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dimana
pertanyaan tersebut berisi pertanyaan yang menanyakan apakah anda
mempunyai riwayat penggunaan lensa kontak dengan pilihan jawaban
ya/tidak.
d. Hasil ukur : Mahasiswi yang tidak memiliki riwayat penggunaan lensa
kontak.
e. Skala : Nominal

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional yaitu penelitian


deskriptif dengan desain potong lintang (cross-sectional), dimana data
variabel dependen dan independen diambil pada waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Bosowa dengan menggunakan Kuesioner.

2) Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa.

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Bosowa angkatan 2022.

2) Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Bosowa angkatan 2022 dengan kriteria :

32
Kriteria inklusi :
1. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa angkatan 2022
2. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa angkatan 2022
yang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner

Kriteria eksklusi :
1. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa angkatan 2022
yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
2. Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa angkatan 2022
yang tidak bisa melanjutkan sebagai sampel penelitian dikarenakan
mengundurkan diri, sakit, atau meninggal dunia.

D. Besar Sampel

Sampel adalah sebagian objek penelitian yang diambil dari keseluruhan


dari objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut.
Sampel diambil dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
total sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi yang memenuhi
kriteria sampel penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan peneliti secara


langsung dari penelitian dengan mewawancarai responden menggunakan
kuesioner.

33
F. Alur Penelitian

Izin penelitian

Penentuan Sampel

Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas
Bosowa angkatan 2022

Melakukan
Informed Consent

Pengisian Kuesioner

Pengolahan dan
Analisis Data

Penyusunan Laporan
Hasil Analisa

Menyerahkan
Laporan

Gambar 4. Alur penelitian

34
G. Prosedur Penelitian

1. Peneliti melakukan analisis masalah sebagai bahan penelitian dimana


akan dilakukan observasi terhadap masalah yang akan diajukan sebagai
judul penelitian.
2. Peneliti menetapkan judul penelitian yaitu Gambaran Tingkat
Pengetahuan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa
Angkatan 2022 Terhadap Penggunaan Lensa Kontak dan mengajukan
proposal penelitian. Poin-poin dalam proposal penelitian berdasarkan
literatur yang tersedia dan layak untuk dijadikan sebagai sumber
penelitian.
3. Peneliti akan mengajukan dan mendaftarkan proposal pada Komisi Etik,
setelah mendapatkan rekomendasi etik maka peneliti akan melanjutkan
penelitian.
4. Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari pimpinan Fakultas
Kedokteran Universitas Bosowa.
5. Peneliti memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan
dilakukan dan kuesioner diisi oleh Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Bosowa Angkatan 2022
6. Peneliti menerima kembali kuesioner dari responden.
7. Peneliti melakukan dokumentasi penelitian.
8. Peneliti mencatat hasil penelitian.
9. Peneliti melakukan perhitungan skor berdasarkan pernyataan angket.
10. Peneliti melakukan pengolahan data dan menganalisis data.

H. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara univariat.


Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada

35
variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Analisa data
dilakukan dengan menggunakan bantuan software microsoft office.
Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah :
1. Editing
Pada tahap ini, peneliti memeriksa kuesioner yang telah diisi,
apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.

2. Coding
Pada tahap ini, peneliti mengklasifikasikan kategori-kategori dari
data yang didapat dan dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode
berbentuk angka pada masing-masing kategori.

3. Scoring
Data yang telah dikumpulkan kemudian diberi skor sesuai ketentuan
pada aspek pengukuran.

4. Entry
Merupakan kegiatan memasukkan data dari hasil kuesioner ke
dalam komputer setelah kuesioner terisi semua dan benar setelah
melewati tahap coding.

5. Cleaning Data
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan
data.

6. Saving
Penyimpanan data untuk di analisis.

36
7. Analysis
Selanjutnya data dianalisis dengan analisa deskriptif menggunakan
software microsoft office dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi

I. Dummy Table

Tabel 1. Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


Status Pengetahuan Frekuensi Presentase %
Kurang
Cukup
Baik
Total

Tabel 2. Gambaran Frekuensi Sampel Berdasarkan Mahasiswi Fakultas


Kedokteran Universitas Bosowa Angkatan 2022

Lensa Total
Tingkat Pengetahuan
Kontak
Kurang Cukup Baik
Mahasiswi
yang
memiliki
riwayat
penggunaan
lensa kontak
Mahasiswi
yang tidak

37
memiliki
riwayat
penggunaan
lensa kontak
Total

KUESIONER

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS BOSOWA ANGKATAN 2022 TERHADAP
PENGGUNAAN LENSA KONTAK

Tabel 3. Kuesioner Penelitian

No. Pertanyaan Jawaban Hasil


1. Apakah anda pernah a. ya
menggunakan lensa kontak b. tidak
satu kali atau beberapa kali
untuk gangguan refraksi
maupun sekedar untuk
kosmetik?

No Pernyataan Jawaban Skor


1. Lensa kontak merupakan alat a. ya
bantu penglihatan selain b. tidak
kacamata yang digunakan untuk
memperbaiki kelainan refraksi
dan pengobatan pada mata
2. Lensa kontak dapat digunakan a. ya

38
oleh seseorang yang memiliki b. tidak
riwayat penyakit hipertensi
3. Sebelum menyentuh atau a. ya
menggunakan lensa kontak b. tidak
saya harus mencuci tangan
terlebih dahulu
4. Penggunaan lensa kontak a. ya
dalam waktu yang terlalu lama b. tidak
dapat mengakibatkan hipoksia
kornea
5. Penyimpanan wadah lensa a. ya
kontak harus ditempat yang b. tidak
lembab dan terlindung dari sinar
matahari
6. Gatal, perih, kemerahan, mata a. ya
berair, dan mata bengkak b. tidak
merupakan gejala iritasi
pemakaian lensa kontak yang
salah.
7. Saat berenang atau mandi air a. ya
panas, lensa kontak bisa b. tidak
digunakan.
8. Lensa kontak hanya terdiri dari a. ya
satu macam saja yaitu lensa b. tidak
kontak lunak (soft contact lens)
9. Lensa kontak lunak (soft contact a. ya
lens) terbuat dari materi b. tidak
hydrogel silicon

39
10. Acanthamoeba adalah salah a. ya
satu mikro organisme penyebab b. tidak
infeksi pada penggunaan lensa
kontak
11. Infeksi kornea (Keratitis) dapat a. ya
terjadi pada seseorang yang b. tidak
menggunakan lensa kontak
12. Lensa kontak dapat digunakan a. ya
untuk pengobatan misalnya b. tidak
pada kasus keratopati akibat
bells palsy
13. Seseorang boleh melanjutkan a. ya
pemakaian lensa kontak jika b. tidak
mata terlihat merah atau tidak
nyaman saat pemakaian lensa
kontak
14. Permeabilitas oksigen adalah a. ya
kemampuan material lensa b. tidak
kontak untuk mengantarkan
oksigen melalui difusi
15. Lensa kontak hanya dapat a. ya
digunakan untuk kelainan mata b. tidak
berupa rabun jauh (Miopia)
16. Cuci dan keringkan tempat a. ya
lensa kontak setiap hari, cuci b. tidak
dengan air mendidih seminggu
sekali
17. Gantilah tempat lensa kontak a. ya

40
secara teratur setiap 3 bulan b. tidak
sekali
18. Lensa kontak dapat digunakan a. ya
oleh olahragawan, pilot dan b. tidak
aktor untuk menunjang
pekerjaan
19. Penggunaan lensa kontak toric a. ya
dapat mengoreksi kelainan b. tidak
refraksi berupa astigmatisma
20. Orthokeratology adalah lensa a. ya
kontak yang digunakan untuk b. tidak
mengubah bentuk kornea
sementara
21. Lensa kontak boleh digunakan a. ya
lebih dari jangka waktu yang b. tidak
telah ditentukan
22. Diameter atau ukuran pada a. ya
semua jenis lensa kontak selalu b. tidak
sama
23. Lensa kontak keras (Hard a. ya
Contact Lens) adalah salah satu b. tidak
jenis lensa kontak
24. Membersihkan lensa kontak a. ya
tidak dapat menghilangkan b. tidak
kotoran pada lensa kontak
25. Perawatan lensa sama untuk a. ya
semua jenis lensa kontak b. tidak
J. Aspek Etika Penelitian

41
Hal-hal yang terkait dengan etika dalam penelitian ini adalah:
1. Peneliti menjelaskan secara lengkap tentang tujuan dan manfaat
penelitian dengan menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada
responden sebagai permohonan untuk melakukan penelitian.
2. Menjaga kerahasiaan identitas sampel dengan tidak mencantumkan
nama sampel pada lembar pengumpulan data yang nantinya akan
disajikan secara lisan maupun tulisan sehingga diharapkan tidak ada
pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.
3. Menjaga sikap dan perilaku sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi sampel penelitian.
Diharapkan penelitian dapat bermanfaat kepada semua pihak yang
terkait. Sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Apriliona, P. F., Sunariasih, N. N., & Ningrum, R. K. (2022). Hubungan Lama

42
Pemakaian Soft Contact Lens dengan Keluhan Sindrom Mata Kering.
1(2), 51–57.

Ariana, R. (2020). Hubungan Aktivitas Gadget dengan Ketajaman


Penglihatan pada Anak Usia Sekolah: Literature Review. 1–23.

Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Siswa/Siswi SMA Muhammadiyah 01 Medan Terhadap Penggunaan
Lensa Kontak Kosmetik (Vol. 21, Issue 1). http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Darsini, D., Fahrurrozi, F., & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan; Artikel


Review. Jurnal Keperawatan, 12(1), 13.

Deka Liswiana, Nurkolis, G. A. (2018). HUBUNGAN TINGKAT


PENGETAHUAN PEMAKAI LENSA KONTAK DENGAN KEJADIAN
IRITASI MATA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI ANGKATAN 2015. JMP Universitas PGRI
Semarang, 7(2), 1–17.

Diassanti, A. (2023). Faktor Risiko Komplikasi Pemakaian Lensa


Kontak. Cermin Dunia Kedokteran, 50(1), 16-21.

Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, D. S. (2018). Perubahan Pengetahuan


Siswa Sma Tentang Lensa Kontak Sebelum Dan Sesudah Edukasi.
Journal of Chemical Information and Modeling, 8(9), 1–58.
http://eprints.undip.ac.id/61939/

Iswari, M., & Nurhastuti. (2018). Anatomi, Fisiologi Dan Genetika. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1.
http://repository.unp.ac.id/20541/1/BUKU Anatomi, Fisiologi dan
Genetika edit.pdf

43
Makhmudah, S. (2018). Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern
dan Islam. 4, 202–217.

Mata, P., & Chaining, F. (2018). SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA


PENYAKIT MATA BERBASIS MOBILE Ali Subhan Afrizal Program Studi
Teknik Informatika Politeknik Sekayu Email : alisubhan@rocketmail.com.
VII(2), 11–23.

Octaviana, D. R., & Reza Aditya Ramadhani. (2021). HAKIKAT MANUSIA:


Pengetahuan (Knowladge), Ilmu Pengetahuan (Sains), Filsafat Dan
Agama. 5(2), 143–159.

Pratiwi, D. (2020). ANALISIS PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA MATA


REMAJA.

Rahmadilla, A. P. (2020). Hubungan Pemakai Lensa Kontak Lunak (Soft


Contact Lens) Dengan Dry Eye Syndrome. Jurnal Medika Hutama,
02(01), 377–381.

Rahmawaty, D. R. I. (2018). Hubungan Penggunaan Gadget Dengan


Ketajaman Pengelihatan Pada Siswa Kelas VII dan VIII. The Relation
With the Use of Gadgets Acuteness of Sight To Students, 68–70.

Sammulia, S. F., Gusmali, D. M., & Mardiana, N. (2023). Hubungan


Karakteristik Mahasiswa/I Terhadap Tingkat Pengetahuan Pemakaian
Lensa Kontak di Stikes Mitra Bunda Persada Batam. SEHATMAS: Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 2(1), 63-72.

Sukarini, L. P. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil


Tentang Buku Kia. Jurnal Genta Kebidanan, 6(2).
https://doi.org/10.36049/jgk.v6i2.95

Wulan (2022). Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Pengguna Lensa Kontak

44
Pada Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Kedokteran Makassar Universitas
Hasanuddin.

Zidan, A., Hakim, N. U. R., Judul, H., Matematika, P. S., Sains, F., Teknologi,
D. A. N., Islam, U., Maulana, N., & Ibrahim, M. (2022). Implementasi
Metode Fire Dan Image Processing Citra Mata Untuk Mendeteksi Pola
Iris Pada.

45

Anda mungkin juga menyukai