LAPORAN PBL
“MODUL GANGGUAN BERJALAN”
BLOK MUSKULOSKELETAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR
Kami berterima kasih kepada Allah atas berkah dan berkah dari rahmat-Nya
sehingga hasil tutorial ini dapat diselesaikan dengan baik. Dan jangan lupa untuk
mengirim salam dan doa kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari dunia yang penuh kebodohan ke alam yang penuh dengan kecerdasan.
Semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang telah
membaca laporan ini dan terutama untuk tim penyusunnya sendiri. Semoga
setelah membaca laporan ini bisa menambah pengetahuan pembaca.
Kelompok 11
SKENARIO 2
Tn. Budi 80 thn dengan jalan pincang akibat nyeri progresif pada panggul kiri dan
menjalar hingga lutut tanpa rasa tertusuk. Tidak ada riwayat trauma atau penyakit
sebelumnya di daerah panggul tersebut. Pasien mengeluh nyeri bertambah dengan
berjalan dan kesulitan untuk memakai sepatu atau mengikat tali sepatunya. Hanya
sedikit perubahan dengan analgetik dan istirahat.
I. KATA SULIT
1. Progresif
Bertingkat-tingkat naik
Referensi : Kamus Besar Bahasa Indonesia
2. Analgetik
Obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Referensi : Mita Soraya Ratnawulan.2017.Pemberian Pemahaman
Mengenai Penggunaan Obat Analgetik Secara Rasional Pada
Msyarakat. Bandung. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran
III. PERTANYAAN
1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi berdasarkan pada skenario ?
2. Bagaimana patomekanisme nyeri pada panggul ?
3. Kenapa nyeri bertambah pada saat berjalan, memakai dan mengikat
tali sepatu ?
4. Mengapa pasien hanya dapat sedikit perubahan dengan analgetik ?
5. Apa etiologi kasus pada skenario ?
6. Apa faktor resiko kasus pada skenario ?
7. Bagaimana langkah diagnosis pada skenario ?
8. Apa differensial diagnosis pada skenario ?
9. Bagaimana penatalaksanaan kasus ?
10. Bagaimana prognosis kasus pada skenario ?
11. Bagaimana pencegahan kasus pada skenario ?
12. Apa perspektif islam pada skenario ?
IV. JAWABAN
1. Anatomi dan Fisiologi Vertebrae dan Panggul
a. Anatomi Vertebrae
a. Vertebra Servikal
Vertebra servikal terdiri dari tujuh tulang atau ruas tulang
leher, ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Ruas tulang
leher pada umumnya mempunyai ciri badanya kecil dan persegi
panjang, lebih panjang ke samping daripada ke depan atau ke
belakang. Lengkungnya besar, prosesus spinosus atau taju duri
ujungnya dua atau bivida. Prosesus transverses atau taju sayap
berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri
vertebralis
b. Vertebra Torakalis
Vertebra torakalis terdiri dari dua belas tulang atau nama
lainnya ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang
servikal dan disebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khasnya
adalah badannya berbentuk lebar lonjong dengan faset atau
lekukan kecil disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya
agak kecil, taju duri panjang dan mengarah kebawah, sedangkan
taju sayap yang membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat
serta memuat fasetpersendian untuk iga
c. Vertebra Lumbalis
Vetebra lumbalis terdiri dari lima ruas tulang atau nama
lainnya adalah ruas tulang pinggang, luas tulang pinggang
adalah yang terbesar. Taju durinya lebar dan berbentuk seperti
kapak kecil. Taju sayapnya panjang dan langsing. Ruas kelima
membentuk sendi dan sakrum pada sendi lumbo sacral.
d. Vertebra Sakralis
Vertebra sakralis terdiri dari lima ruas tulang atau nama
lainnya adalah tulang kelangkang. Tulang kelangkang berbentuk
segi tiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis,
terjepit diantara kedua tulang inominata. Dasar dari sakrum
terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima
dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tapi anterior
dari basis sakrum membentuk promontorium sakralis. Kanalis
sakralis terletak dibawah kanalis vertebra. Dinding kanalis
sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sakral. Taju duri
dapat dilihat pada pandangan posterior dan sacrum.
e. Vertebra Kosigeus
Vertebra Kosigeusnama lainnya adalah tulang tungging.
Tulang tungging terdiri dari empat atau limavertebra yang
rudimenter yang bergabung menjadi satu (Pearce, 2006).
Fungsi dari kolumna vertebralis atau rangkaian tulang
belakang adalah bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh
sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan
tulang rawan cakram intervertebralisyang lengkungannya
memberi fleksibilitas dan memungkinkan membengkok tanpa
patah.
Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang
terjadi bila menggerakan berat seperti waktu berlari dan
meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum tulang
belakang terlindung terhadap goncangan. Gelang panggul
adalah penghubung antara badan dan anggota bawah.
Sebagian dari kerangka axial, atau tulang sakrum dan
tulang koksigeus, yang letaknya terjepit antara dua tulang koxa,
turut membentuk tulang ini.Dua tulang koxa itu bersendi satu
dengan lainnya di tempat simfisis pubis
f. Artikulasio
Permukaan atas dan bawah korpus dilapisi oleh kartilago
hialin dan dipisahkan oleh discus intervertebralis dan
fibroblastilaginosa. Tiap discus memiliki anulus fibrosus di
perifer dan nukleus pulposus yang lebih lunak di tengah yang
terletak lebih dekat ke bagian belakang daripada bagian depan
discus.
Nukleus pulpsus kaya akanglikosaminoglikan sehingga
memiliki kandungan air yang tinggi, namun kandungan air ini
berkurang dengan bertambahnya usia. Kemudian nukleus bisa
mengalami hernia melalui anulus fibrosus, berjalan ke belakang
(menekan medula spinalis) atau ke atas (masuk ke korpus
vertebralis–nodus Schmorl).
Diskus vertebra lumbalis dan servikalis paling tebal, karena
ini paling banyak bergerak. Persendian pada korpus vertebra
adalah symphysis (articulation cartilaginosa sekunder) yang
dirancang untuk menahan berat tubuh dan memberikan
kekuatan. Permukaan yang berartikulasio pada vertebra yang
berdekatan dihubungkan oleh diskus IV dan ligamen. Discus IV
menjadi perlengketan kuat di antara korpus vertebra, yang
menyatukannya menjadi kolummna semirigid kontinudan
membentuk separuh inferoir batas anterior foramenIV. Pada
agregat, discus merupakan kekuatan (panjang) kolumna
vertebralis. Selain memungkinka gerakan di antara vertebra
yang berdekatan, deformabilitas lenturnya memungkinkan
discus berperan sebagai penyerap benturan.
g. Persarafan Vertebra
Sendi-sendi di antara korpora vertebra dipersarafi oleh
ramus meningei kecil setiap nervus spinalis. Sendi-sendi di
antara prosesus artikularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari
ramus posterior nervus spinalis.
b. Fisiologi Vertebrae
Diskus intervertebralis berperan untuk menstabilkan dan
mempertahankan satu pola garis lurus vertebra dengan cara
menjangkarkan antara satu diskus dengan diskus yang lainnya. Selain
itu, diskus intervertebralis juga berperan dalam penyerapan energi,
pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas vertebra.
Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus fibrosus) yang
mengelilingi substansi gelatin lunak, yang disebut nukleus pulposus.
Prosesus transversus merupakan titik penting bagi ligamen dan otot
untuk memulai gerakan vertebra. Titik ini berperan untuk menjaga
stabilisasi. Ligamen di sekitar vertebra memandu gerakan segmental,
berkontribusi untuk menjaga stabilitas instrinsik vertebra dengan cara
membatasi gerakan yang berlebihan. Ada dua sistem utama ligamen di
vertebra, yaitu sistem intrasegmental dan intersegmental. Sistem
intrasegmental, yang terdiri dari ligamentum flavum, kapsul faset,
ligamen interspinosus dan ligamen intertransversus, berfungsi
memegang satu vertebrasecara bersama–masa. Sistem intersegmental
tidak hanya memegang satu vertebra, tapi juga ligamentum longitudinal
anterior dan posteriorserta supraspinosus.Gerakan intervetebralis
memiliki enam derajat kebebasan yaitu rotasi dan translasi sepanjang
sumbu inferior–superior, medial–lateral dan posterior–anterior. Kondisi
vertebra akan berubah secara dinamis ketika fleksi dan ekstensi
c. Anatomi Hip
Sendi panggul merupakan jenis persendian enarthrosis yang
dibentuk oleh caput ossis femoris dan acetabulum dari os coxae.
Cartilago yang paling tebal terletak pada daerah di atas dan sedikit
anterior dari fovea capitis. Ligamentum teres femoris (ligamentum
capitis femoris) merupakan selubung berbentuk silinder dari
jaringan ikat yang dilapisi membrana synovial yang berjalan di
antara ligamentum transversum acetabuli dan fovea capitis
(Gambar 2). Meskipun ligamentum tersebut teregang selama fleksi
dan adduksi, ligamentum tersebut hanya memiliki sejumlah
kontribusi kecil terhadap stabilitas sendi. Menariknya, ligamentum
tersebut terutama berfungsi sebagai pelindung saluran, atau
selubung, untuk tempat berjalannya arteria acetabularis (cabang
dari arteria obturatoria) menuju caput ossis femoris (Gambar 2).
Arteria acetabularis yang kecil dan tidak konstan hanya
menyediakan suatu sumber darah yang kecil untuk os femur.
Suplai darah utama untuk caput ossis femoris dan collum ossis
femoris adalah melalui arteria circumflexa femoris medialis dan
arteria circumflexa femoris lateralis, yang menembus capsula
articularis yang berdekatan dengan collum ossis femoris.
b) Acetabulum
Acetabulum (dari bahasa Latin, yang berarti “cangkir cuka”)
adalah socket/cekungan yang dalam dan berbentuk cangkir
setengah bulat. Sekitar 60°-70° dari tepi acetabulum, tidak
melingkar lengkap di dekat inferiornya, terbentuk incisura
acetabuli. Caput ossis femoris kontak dengan acetabulum hanya di
sepanjang permukaan yang berbentuk tapal kuda (facies lunata).
Facies lunata ditutupi dengan cartilago articularis, yang paling
tebal di sepanjang daerah superior anterior kubahnya (Gambar 2).
Daerah dengan cartilage yang paling tebal (sekitar 3,5 mm) sesuai
dengan kira-kira daerah berkekuatan sendi tertinggi selama
berjalan. Selama berjalan, kekuatan panggul berubah-ubah dari
13% berat badan (BB) selama fase midswing sampai di atas 300%
BB selama fase midstance. Selama fase stance-- ketika kekuatan
terbesar-- facies lunata sedikit mendatar sebagaimana incisura
acetabuli sedikit melebar sehingga meningkatkan area kontak
sebagai cara untuk mengurangi tekanan tertinggi. Hal ini
merupakan mekanisme peredam alami yang menggambarkan
desain lain yang berusaha untuk menjaga stress pada tulang
subchondral pada level fisiologis yang dapat ditoleransi. Fossa
acetabuli adalah suatu cekungan yang terletak dalam pada dasar
dari acetabulum (Gambar 2). Karena fossa acetabuli biasanya tidak
kontak dengan caput ossis femoris, fossa tersebut tanpa cartilago.
Sebaliknya, fossa acetabuli berisi ligamentum teres femoris, lemak,
membrana synovialis, dan pembuluh darah.
d. Fisiologi Hip
Sendi panggul adalah persendian yang dibentuk oleh caput femoris
dengan acetabulum dari os coxae dan termasuk persendian multiaxial
sehingga memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan
rotasi. Sendi panggul memiliki banyak gambaran anatomis yang cocok
untuk stabilitas dan penyangga berat badan selama berdiri, berjalan, dan
berlari.
Sendi panggul relatif sering mengalami kelainan da n trauma,
khususnya pada usia muda dan usia lanjut. Dislokasi sendi panggul
terutama terjadi pada pria usia 16-40 tahun yaitu akibat kecelakaan serta
pada usia lanjut rentan mengalami penyakit degenerasi sendi dan fraktur
sendi panggul akibat osteoporosis. Dengan pengetahuan dan pemahaman
yang baik tentang anatomi, biomekanis dan latihan pada sendi panggul
diharapkan dapat menghindari seseorang dari cedera pada sendi panggul
baik saat berolahraga maupun beraktifitas sehari-hari, serta sebagai dasar
untuk terapi dan
diagnosis masalah-masalah muskuloskeletal.
Duduk dan berdiri untuk waktu yang lama dapat menyebabkan
ketidaknyamanan di bagian panggul. Hal ini disebabkan karena bagian
panggul menyokong berat tubuh bagian atas ketika seseorang bertumpu
dengan kakidan ini juga dipengaruhi oleh tarikan gravitasi ke arah bawah
tubuh, apalagi jika ditambah dengan beban yang dibawa sehingga akan
menyebabkan kelelahan di daerah panggul bahkan dapat menimbulkan
nyeri. Dengan melakukan peregangan lembut pada otot-otot di sekitar
sendi panggul diharapkan dapat membantu meredakan rasa lelah dan nyeri
di daerah tersebut.
Gait atau gaya berjalan merupakan suatu fenomena siklik yang bisa dibagi
dalam segmen atau fase. Berdasarkan terminologi tradisional, gait
digambarkan sebagai proses heelstrike, heel rise, dan toe off. Sedangkan
menurut terminologi Rancho Los Amogis (RLA) yang populer di awal
1990-an, lebih menekankan pada lamanya segmen atau proses, seperti
loading response, terminal stance, dan preswing20. saat berjalan salah satu
ekstremitas akan berperan memberikan support bagi ekstremitas lainnya
yang berpindah maju / berganti gerakan. Ekstremitas akan bergerak
bergantian hingga seseorang mencapai tempat yang dituju. Urutan tunggal
fungsi tersebut oleh satu ekstremitas disebut gait cycle yang diatur menjadi
gerakan secara ritmik tejadi secara berurutan oleh sistem reticulospinal.
Siklus gait dimulai dari salah satu kaki bersentuhan tanah hingga diakhiri
kontak lantai/tanah berikutnya oleh kaki yang sama. Ada beberapa
parameter dalam analisis gaya berjalan/gait .
1. Step length. Jarak kaki kontak dengan tanah dengan kaki lainnya,
jarak normal kaki kanan dan kiri pada gait normal adalah sama.
2. Stride length. Jarak antara kontak kaki dengan tanah dengan kaki
yang sama berikutnya.
3. Cadence atau irama jalan. Irama normal pada dewasa sekitar 101-
120 langkah/menit.
4. Walking velocity/ gait speed. Perkalian antara cadence dengan
step length. Pada dewasa normal biasanya 1,5 m/s.
Satu gait cycle terhadap dua periode, stance phase dan swing phase. Stance
merupakan kondisi dimana kaki menyentuh lantai atau tanah dimulai
dengan initial contact, sedangkan swing phase didefinisikan kaki
mengayun dimulai dengan toe-off. Manusia memiliki dua ekstremitas
bawah sehingga proses stance dan swing berlangsung bergantian
(contralateral) kanan dan kiri.
Dalam fase stance meliputi proses heel contact/intial contact, foot-flat atau
loading response yaitu permulaan kontak kaki dengan tanah, midstance,
heel-off atau terminal stance, dan toe-off atau pre-swing, midswing, dan
deceleration atau terminal swing. Durasi terselesaikannya siklus gait
dikenal dengan gait time, yang terbagi dengan stance time dan swing time.
Satu siklus berjalan/gait dimulai dari tumit salah satu kaki mengenai lantai
(heel strike) hingga heel strike berikutnya pada kaki yang sama, disebut 100%
total siklus berjalan. Titik-titik tertentu dari siklus ini dapat diamati. • 0 % : heel
strike pada permulaan fase berdiri (stance phase) • 15% : kaki bagian depan
menyentuh lantai, disebut juga foot flat • 30% : tumit terangkat dari lantai (heel
off) • 45% : lutut dan panggul menekuk untuk mempercepat kaki kedepan dalam
antisipasi fase mengayun (swing phase) disebut knee band • 60% : jari-jari
terangkat dari lantai, akhir dari fase berdiri untuk mengawali fase mengayun,
disebut toe off. Pada pertengahan ayunan diperlukan dorsofleksi kaki untuk
mencegah jari-jari menyentuh lantai. • 100% : tumit kaki yang sama kembali
menyentuh lantai. Selama total siklus berjalan, fase berdiri meliputi 60% total
siklus danfase mengayun 40%
Referensi : ums.ac.id
3. Hambatan gerak sendi
5. Etiologi
b. ETIOLOGI SCIATICA
c. ETIOLOGI OSTEOARTHRITIS
Situs yang paling umum untuk rasa sakit adalah pangkal paha dan anterior
dan lateral, bokong, dan lutut. Pemeriksaan pinggul rematik dapat menunjukkan
gaya berjalan antalgik atau trendelenburg, meskipun tanda ini tidak dapat
diandalkan. Biasanya mungkin untuk menunjukkan nyeri pada fleksi dan rotasi
internal, bersama dengan penurunan rentang gerak, bersama dengan penurunan
abduksi dan adduksi kontraktur fleksi pinggul dan pinggul, dan nyeri pada
gerakan ekstrem. Perbedaan panjang kaki yang lebih besar dari 1,5 cm, baik benar
maupun nyata, juga dapat dideteksi dengan andal.
1) Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya;
lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang
memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain
nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.
2) Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.8
a) Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena
akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b) Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c) Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon
menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti
menunjukkan segmen S1 terganggu.
Lakukan penekanan pada lutut yang difelsikan Akan timbul nyeri pada
sendi panggul ipsilateral pada saat dilakukan penekanan pada lutut yang
difleksikan tersebut
7. Differential Diagnosis
1. Konservatif.
a. Tirah baring.
Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap kembali
ke aktidfitas yang biasa.
b. Medikamentosa.
1) Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamol, aspirin,
tramadol. Contoh NSAID : ibuprofen, Natrium diklofenak,
ethodolak, selekoksib, perlu diperhatikan efek samping obat.
2) Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol.
3) Opioid.
4) Kortikosteroid oral.
5) Analgetik adjuvant : Amitriptilin, carbamazepin dan gabapentin.
c. Terapi fisik.
1) Traksi pelvis.
2) Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.
3) Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.
4) Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup.
d. Akupuntur.
e. Penyuluhan pasien.
2. Terapi bedah.
Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila : setelah satu bulan dirawat secara
konservatif tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang menetap
atau bertambah berat, ada gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti
terganggunya radik saraf, adanya paresis otot tungkai bawah.
B. Penatalaksanaan HNP
1. Terapi Non Farmakologis
a. Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
1) Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa
pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan
yang lain pada pengkompresan dingin.
2) Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan
nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri
akut.
3) Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan
ke otak
4) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna
dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong
terjadinya penyembuhan jaringan.
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.
d. Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
f. Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan
menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa
bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang
rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
Referensi : Mansjoer, Arif, et all, . Ilmu Penyakit Saraf dalam Kapita Selekta
Kedokteran, edisi III, jilid kedua, cetakan keenam. Media
Aesculapius : Jakarta.
Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia
Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta.
Indonesia
9. Prognosis
Referensi :
2. Jameson, S. S., Mason, J., Baker, P., Gregg, P. J., Mcmurtry, I. A.,
Deehan, D. J. & Reed, M. R. 2014. A Comparison Of Surgical Approaches
For Primary Hip Arthroplasty: A Cohort Study Of Patient Reported
Outcome Measures (Proms) And Early Revision Using Linked National
Databases. J Arthroplasty, 29, 1248-1255.E1.
3. Neogi, T., Frey-Law, L., Scholz, J., Niu, J., Arendt-Nielsen, L., Woolf, C.,
Nevitt, M., Bradley, L. & Felson, D. T. 2015. Sensitivity And Sensitisation
In Relation To Pain Severity In Knee Osteoarthritis: Trait Or State? Ann
Rheum Dis, 74, 682-8.
10. Pencegahan
Referensi : digilib.unimus.ac.id
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” (HR. Muslim)
Pesan :