Anda di halaman 1dari 31

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 20 Oktober 2019

LAPORAN PBL
“MODUL GANGGUAN BERJALAN”
BLOK MUSKULOSKELETAL

Pembimbing : dr. Agung Dirgantara


Disusun Oleh :
Kelompok 11 A
Anjani Berliana Alitu 11020180009
Andi Zahra Shafanisa Oddang 11020180008
Mahdiyyah Hanifah Ridwan 11020180007
Resti 11020180006
Lidiana 11020180098
Dina Astarifa 11020180004
Nita Bonita 11020180003
Annisa Tri Srilistiany 11020180002
Zulfiyanti Tamsil 11020180001
Noor Qadriyanti Ramadhani 11020160090
Wira Dharma Pratiwi 11020180109

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Kami berterima kasih kepada Allah atas berkah dan berkah dari rahmat-Nya
sehingga hasil tutorial ini dapat diselesaikan dengan baik. Dan jangan lupa untuk
mengirim salam dan doa kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari dunia yang penuh kebodohan ke alam yang penuh dengan kecerdasan.

Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu membuat


laporan ini dan tutor yang membimbing kami selama proses PBL.

Semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang telah
membaca laporan ini dan terutama untuk tim penyusunnya sendiri. Semoga
setelah membaca laporan ini bisa menambah pengetahuan pembaca.

Makassar, 20 Oktober 2019

Kelompok 11
SKENARIO 2

Tn. Budi 80 thn dengan jalan pincang akibat nyeri progresif pada panggul kiri dan
menjalar hingga lutut tanpa rasa tertusuk. Tidak ada riwayat trauma atau penyakit
sebelumnya di daerah panggul tersebut. Pasien mengeluh nyeri bertambah dengan
berjalan dan kesulitan untuk memakai sepatu atau mengikat tali sepatunya. Hanya
sedikit perubahan dengan analgetik dan istirahat.

I. KATA SULIT
1. Progresif
Bertingkat-tingkat naik
Referensi : Kamus Besar Bahasa Indonesia
2. Analgetik
Obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Referensi : Mita Soraya Ratnawulan.2017.Pemberian Pemahaman
Mengenai Penggunaan Obat Analgetik Secara Rasional Pada
Msyarakat. Bandung. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran

II. KALIMAT KUNCI


1. Tn. Budi 80 thn
2. Jalan pincang akibat nyeri progresif pada panggul kiri menjalar hingga
lutut tanpa rasa tertusuk
3. Tidak ada riwayat trauma
4. Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
5. Nyeri bertambah sakit saat berjalan
6. Kesulitan memakai sepatu atau mengikat tali sepatu
7. Sedikit perubahan dengan analgetik dan istirahat

III. PERTANYAAN
1. Bagaimana Anatomi dan fisiologi berdasarkan pada skenario ?
2. Bagaimana patomekanisme nyeri pada panggul ?
3. Kenapa nyeri bertambah pada saat berjalan, memakai dan mengikat
tali sepatu ?
4. Mengapa pasien hanya dapat sedikit perubahan dengan analgetik ?
5. Apa etiologi kasus pada skenario ?
6. Apa faktor resiko kasus pada skenario ?
7. Bagaimana langkah diagnosis pada skenario ?
8. Apa differensial diagnosis pada skenario ?
9. Bagaimana penatalaksanaan kasus ?
10. Bagaimana prognosis kasus pada skenario ?
11. Bagaimana pencegahan kasus pada skenario ?
12. Apa perspektif islam pada skenario ?

IV. JAWABAN
1. Anatomi dan Fisiologi Vertebrae dan Panggul
a. Anatomi Vertebrae

Anatomi Vertebra Tulang Belakang secara medis dikenal sebagai


columna vertebralis. Rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau
ruas tulang belakang. Diantara setiap dua ruas tulang belakang terdapat
bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang
dewasa mencapai 57 sampai 67 sentimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas
tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang terpisah dan 9 ruas sisanya
dikemudian hari menyatu menjadi sakrum 5 buah dan koksigius 4 buah.
Tulang vertebra merupakan struktur komplek yang secara garis besar
terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra,
diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh
ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian
posteriortersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong
dan pelindung kolumna vertebrae. Bagian posterior vertebra antara satu
dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset). Stabilitas vertebra
tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus intervertebralis
serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot
(aktif)
Vertebra dikelompokan dan dinamai sesuai dengan daerah yang
ditempatinya, yaitu:

a. Vertebra Servikal
Vertebra servikal terdiri dari tujuh tulang atau ruas tulang
leher, ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Ruas tulang
leher pada umumnya mempunyai ciri badanya kecil dan persegi
panjang, lebih panjang ke samping daripada ke depan atau ke
belakang. Lengkungnya besar, prosesus spinosus atau taju duri
ujungnya dua atau bivida. Prosesus transverses atau taju sayap
berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri
vertebralis

b. Vertebra Torakalis
Vertebra torakalis terdiri dari dua belas tulang atau nama
lainnya ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang
servikal dan disebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khasnya
adalah badannya berbentuk lebar lonjong dengan faset atau
lekukan kecil disetiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya
agak kecil, taju duri panjang dan mengarah kebawah, sedangkan
taju sayap yang membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat
serta memuat fasetpersendian untuk iga

c. Vertebra Lumbalis
Vetebra lumbalis terdiri dari lima ruas tulang atau nama
lainnya adalah ruas tulang pinggang, luas tulang pinggang
adalah yang terbesar. Taju durinya lebar dan berbentuk seperti
kapak kecil. Taju sayapnya panjang dan langsing. Ruas kelima
membentuk sendi dan sakrum pada sendi lumbo sacral.

d. Vertebra Sakralis
Vertebra sakralis terdiri dari lima ruas tulang atau nama
lainnya adalah tulang kelangkang. Tulang kelangkang berbentuk
segi tiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis,
terjepit diantara kedua tulang inominata. Dasar dari sakrum
terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima
dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tapi anterior
dari basis sakrum membentuk promontorium sakralis. Kanalis
sakralis terletak dibawah kanalis vertebra. Dinding kanalis
sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sakral. Taju duri
dapat dilihat pada pandangan posterior dan sacrum.

e. Vertebra Kosigeus
Vertebra Kosigeusnama lainnya adalah tulang tungging.
Tulang tungging terdiri dari empat atau limavertebra yang
rudimenter yang bergabung menjadi satu (Pearce, 2006).
Fungsi dari kolumna vertebralis atau rangkaian tulang
belakang adalah bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh
sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan
tulang rawan cakram intervertebralisyang lengkungannya
memberi fleksibilitas dan memungkinkan membengkok tanpa
patah.
Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang
terjadi bila menggerakan berat seperti waktu berlari dan
meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum tulang
belakang terlindung terhadap goncangan. Gelang panggul
adalah penghubung antara badan dan anggota bawah.
Sebagian dari kerangka axial, atau tulang sakrum dan
tulang koksigeus, yang letaknya terjepit antara dua tulang koxa,
turut membentuk tulang ini.Dua tulang koxa itu bersendi satu
dengan lainnya di tempat simfisis pubis

f. Artikulasio
Permukaan atas dan bawah korpus dilapisi oleh kartilago
hialin dan dipisahkan oleh discus intervertebralis dan
fibroblastilaginosa. Tiap discus memiliki anulus fibrosus di
perifer dan nukleus pulposus yang lebih lunak di tengah yang
terletak lebih dekat ke bagian belakang daripada bagian depan
discus.
Nukleus pulpsus kaya akanglikosaminoglikan sehingga
memiliki kandungan air yang tinggi, namun kandungan air ini
berkurang dengan bertambahnya usia. Kemudian nukleus bisa
mengalami hernia melalui anulus fibrosus, berjalan ke belakang
(menekan medula spinalis) atau ke atas (masuk ke korpus
vertebralis–nodus Schmorl).
Diskus vertebra lumbalis dan servikalis paling tebal, karena
ini paling banyak bergerak. Persendian pada korpus vertebra
adalah symphysis (articulation cartilaginosa sekunder) yang
dirancang untuk menahan berat tubuh dan memberikan
kekuatan. Permukaan yang berartikulasio pada vertebra yang
berdekatan dihubungkan oleh diskus IV dan ligamen. Discus IV
menjadi perlengketan kuat di antara korpus vertebra, yang
menyatukannya menjadi kolummna semirigid kontinudan
membentuk separuh inferoir batas anterior foramenIV. Pada
agregat, discus merupakan kekuatan (panjang) kolumna
vertebralis. Selain memungkinka gerakan di antara vertebra
yang berdekatan, deformabilitas lenturnya memungkinkan
discus berperan sebagai penyerap benturan.

g. Persarafan Vertebra
Sendi-sendi di antara korpora vertebra dipersarafi oleh
ramus meningei kecil setiap nervus spinalis. Sendi-sendi di
antara prosesus artikularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari
ramus posterior nervus spinalis.

Gambar 1.2 Persarafan sendi-sendi vertebra. Pada tingkat


vertebra tertentu, sendi menerima serabut saraf dari dua nervus
spinalis yang berdekatan

b. Fisiologi Vertebrae
Diskus intervertebralis berperan untuk menstabilkan dan
mempertahankan satu pola garis lurus vertebra dengan cara
menjangkarkan antara satu diskus dengan diskus yang lainnya. Selain
itu, diskus intervertebralis juga berperan dalam penyerapan energi,
pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas vertebra.
Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus fibrosus) yang
mengelilingi substansi gelatin lunak, yang disebut nukleus pulposus.
Prosesus transversus merupakan titik penting bagi ligamen dan otot
untuk memulai gerakan vertebra. Titik ini berperan untuk menjaga
stabilisasi. Ligamen di sekitar vertebra memandu gerakan segmental,
berkontribusi untuk menjaga stabilitas instrinsik vertebra dengan cara
membatasi gerakan yang berlebihan. Ada dua sistem utama ligamen di
vertebra, yaitu sistem intrasegmental dan intersegmental. Sistem
intrasegmental, yang terdiri dari ligamentum flavum, kapsul faset,
ligamen interspinosus dan ligamen intertransversus, berfungsi
memegang satu vertebrasecara bersama–masa. Sistem intersegmental
tidak hanya memegang satu vertebra, tapi juga ligamentum longitudinal
anterior dan posteriorserta supraspinosus.Gerakan intervetebralis
memiliki enam derajat kebebasan yaitu rotasi dan translasi sepanjang
sumbu inferior–superior, medial–lateral dan posterior–anterior. Kondisi
vertebra akan berubah secara dinamis ketika fleksi dan ekstensi

c. Anatomi Hip
Sendi panggul merupakan jenis persendian enarthrosis yang
dibentuk oleh caput ossis femoris dan acetabulum dari os coxae.

Gambar 1.3. Sendi panggul (Drake, et al., 2012)

a) Caput ossis femoris


Caput ossis femoris terletak tepat di inferior dari 1/3 tengah
ligamentum inguinale. Pertengahan dari dua caput ossis femoris
pada dewasa rata-rata adalah 17,5 cm dari masing-masing caput
ossis femoris. Caput ossis femoris berbentuk 2/3 dari sebuah bola.
Terdapat suatu cekungan yang prominen terletak sedikit posterior
dari pertengahan caput ossis femoris yang disebut fovea capitis.
Seluruh permukaan dari caput ossis femoris ditutupi oleh cartilage
articularis, kecuali daerah fovea capitis.

Gambar 1.4. Sendi panggul bagian medial. A. Ligamentum


transversum acetabuli B. Ligamentum teres femoris. Caput ossis
femoris dirotasikan ke lateral luar dari acetabulum untuk
menunjukkan ligamentum (Drake, et al., 2012).

Cartilago yang paling tebal terletak pada daerah di atas dan sedikit
anterior dari fovea capitis. Ligamentum teres femoris (ligamentum
capitis femoris) merupakan selubung berbentuk silinder dari
jaringan ikat yang dilapisi membrana synovial yang berjalan di
antara ligamentum transversum acetabuli dan fovea capitis
(Gambar 2). Meskipun ligamentum tersebut teregang selama fleksi
dan adduksi, ligamentum tersebut hanya memiliki sejumlah
kontribusi kecil terhadap stabilitas sendi. Menariknya, ligamentum
tersebut terutama berfungsi sebagai pelindung saluran, atau
selubung, untuk tempat berjalannya arteria acetabularis (cabang
dari arteria obturatoria) menuju caput ossis femoris (Gambar 2).
Arteria acetabularis yang kecil dan tidak konstan hanya
menyediakan suatu sumber darah yang kecil untuk os femur.
Suplai darah utama untuk caput ossis femoris dan collum ossis
femoris adalah melalui arteria circumflexa femoris medialis dan
arteria circumflexa femoris lateralis, yang menembus capsula
articularis yang berdekatan dengan collum ossis femoris.
b) Acetabulum
Acetabulum (dari bahasa Latin, yang berarti “cangkir cuka”)
adalah socket/cekungan yang dalam dan berbentuk cangkir
setengah bulat. Sekitar 60°-70° dari tepi acetabulum, tidak
melingkar lengkap di dekat inferiornya, terbentuk incisura
acetabuli. Caput ossis femoris kontak dengan acetabulum hanya di
sepanjang permukaan yang berbentuk tapal kuda (facies lunata).
Facies lunata ditutupi dengan cartilago articularis, yang paling
tebal di sepanjang daerah superior anterior kubahnya (Gambar 2).
Daerah dengan cartilage yang paling tebal (sekitar 3,5 mm) sesuai
dengan kira-kira daerah berkekuatan sendi tertinggi selama
berjalan. Selama berjalan, kekuatan panggul berubah-ubah dari
13% berat badan (BB) selama fase midswing sampai di atas 300%
BB selama fase midstance. Selama fase stance-- ketika kekuatan
terbesar-- facies lunata sedikit mendatar sebagaimana incisura
acetabuli sedikit melebar sehingga meningkatkan area kontak
sebagai cara untuk mengurangi tekanan tertinggi. Hal ini
merupakan mekanisme peredam alami yang menggambarkan
desain lain yang berusaha untuk menjaga stress pada tulang
subchondral pada level fisiologis yang dapat ditoleransi. Fossa
acetabuli adalah suatu cekungan yang terletak dalam pada dasar
dari acetabulum (Gambar 2). Karena fossa acetabuli biasanya tidak
kontak dengan caput ossis femoris, fossa tersebut tanpa cartilago.
Sebaliknya, fossa acetabuli berisi ligamentum teres femoris, lemak,
membrana synovialis, dan pembuluh darah.

c) Capsula articularis dan ligamenta panggul


Membrana synovialis melapisi permukaan dalam dari capsula
articularis panggul. Membrana synovialis melekat pada tepi dari
permukaan sendi pada femur dan acetabulum, membentuk suatu
pembungkus tubuler di sekitar ligamentum capitis femoris, dan
membatasi membrana fibrosum sendi. Mulai dari tempat
perlekatannya sampai pada tepi dari caput ossis femoris, membrane
synovialis membungkus collum ossis femoris sebelum berefleksi
menuju membrana fibrosum. Membrana fibrosum yang menutupi
sendi coxae kuat dan pada umumnya tebal. Ke arah medial,
membrana fibrosum melekat pada tepi dari acetabulum,
ligamentum transversum acetabuli, dan tepi dari foramen
obturatum di dekatnya. Ke arah lateral, membrane fibrosum
melekat pada linea intertrochanterica pada aspectus anterior femur
dan pada collum ossis femoris tepat di proximal terhadap crista
intertrochanterica pada permukaan posterior (Gambar 4).

Gambar 1.5. Membrana synovialis dari sendi panggul

d. Fisiologi Hip
Sendi panggul adalah persendian yang dibentuk oleh caput femoris
dengan acetabulum dari os coxae dan termasuk persendian multiaxial
sehingga memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan
rotasi. Sendi panggul memiliki banyak gambaran anatomis yang cocok
untuk stabilitas dan penyangga berat badan selama berdiri, berjalan, dan
berlari.
Sendi panggul relatif sering mengalami kelainan da n trauma,
khususnya pada usia muda dan usia lanjut. Dislokasi sendi panggul
terutama terjadi pada pria usia 16-40 tahun yaitu akibat kecelakaan serta
pada usia lanjut rentan mengalami penyakit degenerasi sendi dan fraktur
sendi panggul akibat osteoporosis. Dengan pengetahuan dan pemahaman
yang baik tentang anatomi, biomekanis dan latihan pada sendi panggul
diharapkan dapat menghindari seseorang dari cedera pada sendi panggul
baik saat berolahraga maupun beraktifitas sehari-hari, serta sebagai dasar
untuk terapi dan
diagnosis masalah-masalah muskuloskeletal.
Duduk dan berdiri untuk waktu yang lama dapat menyebabkan
ketidaknyamanan di bagian panggul. Hal ini disebabkan karena bagian
panggul menyokong berat tubuh bagian atas ketika seseorang bertumpu
dengan kakidan ini juga dipengaruhi oleh tarikan gravitasi ke arah bawah
tubuh, apalagi jika ditambah dengan beban yang dibawa sehingga akan
menyebabkan kelelahan di daerah panggul bahkan dapat menimbulkan
nyeri. Dengan melakukan peregangan lembut pada otot-otot di sekitar
sendi panggul diharapkan dapat membantu meredakan rasa lelah dan nyeri
di daerah tersebut.

e. Fisiologi cara berjalan


Gaya berjalan merupakan hasil integrasi antara tulang, sistem saraf
(sistem saraf pusat dan perifer), otot, dan factor lingkungan (sepatu,
permukaan tempat pijakan). Secara mekanis, gaya berjalan atau gait
membutuhkan kerjasama antara ekstremitas atas dan bawah pada kedua
sisi. Ketika satu kaki menyentuh tanah sebagai penahan, pendukung gerak,
dan pendorong, kaki lainnya mengayun untuk membuat satu langkah. Hal
tersebut menimbulkan gait / gaya berjalan sebagai gerakan bergantian
yang ritmis antara kaki, lengan dan badan untuk membuat gerak maju.
Syarat terbentuknya suatu gait adalah balance (keseimbangan), weight
bearing, dan forward propultion (dorongan kedepan).

Gait atau gaya berjalan merupakan suatu fenomena siklik yang bisa dibagi
dalam segmen atau fase. Berdasarkan terminologi tradisional, gait
digambarkan sebagai proses heelstrike, heel rise, dan toe off. Sedangkan
menurut terminologi Rancho Los Amogis (RLA) yang populer di awal
1990-an, lebih menekankan pada lamanya segmen atau proses, seperti
loading response, terminal stance, dan preswing20. saat berjalan salah satu
ekstremitas akan berperan memberikan support bagi ekstremitas lainnya
yang berpindah maju / berganti gerakan. Ekstremitas akan bergerak
bergantian hingga seseorang mencapai tempat yang dituju. Urutan tunggal
fungsi tersebut oleh satu ekstremitas disebut gait cycle yang diatur menjadi
gerakan secara ritmik tejadi secara berurutan oleh sistem reticulospinal.
Siklus gait dimulai dari salah satu kaki bersentuhan tanah hingga diakhiri
kontak lantai/tanah berikutnya oleh kaki yang sama. Ada beberapa
parameter dalam analisis gaya berjalan/gait .
1. Step length. Jarak kaki kontak dengan tanah dengan kaki lainnya,
jarak normal kaki kanan dan kiri pada gait normal adalah sama.
2. Stride length. Jarak antara kontak kaki dengan tanah dengan kaki
yang sama berikutnya.
3. Cadence atau irama jalan. Irama normal pada dewasa sekitar 101-
120 langkah/menit.
4. Walking velocity/ gait speed. Perkalian antara cadence dengan
step length. Pada dewasa normal biasanya 1,5 m/s.
Satu gait cycle terhadap dua periode, stance phase dan swing phase. Stance
merupakan kondisi dimana kaki menyentuh lantai atau tanah dimulai
dengan initial contact, sedangkan swing phase didefinisikan kaki
mengayun dimulai dengan toe-off. Manusia memiliki dua ekstremitas
bawah sehingga proses stance dan swing berlangsung bergantian
(contralateral) kanan dan kiri.
Dalam fase stance meliputi proses heel contact/intial contact, foot-flat atau
loading response yaitu permulaan kontak kaki dengan tanah, midstance,
heel-off atau terminal stance, dan toe-off atau pre-swing, midswing, dan
deceleration atau terminal swing. Durasi terselesaikannya siklus gait
dikenal dengan gait time, yang terbagi dengan stance time dan swing time.

Referensi: dr Al muqhsith.2017.Anatomi dan Biomekanika Sendi


Panggul.Universitas Malikussaleh.Unimal Press.
Undip.ac.id. GA Permatasari. 2017

2. Mekanisme Berjalan Normal

Satu siklus berjalan/gait dimulai dari tumit salah satu kaki mengenai lantai
(heel strike) hingga heel strike berikutnya pada kaki yang sama, disebut 100%
total siklus berjalan. Titik-titik tertentu dari siklus ini dapat diamati. • 0 % : heel
strike pada permulaan fase berdiri (stance phase) • 15% : kaki bagian depan
menyentuh lantai, disebut juga foot flat • 30% : tumit terangkat dari lantai (heel
off) • 45% : lutut dan panggul menekuk untuk mempercepat kaki kedepan dalam
antisipasi fase mengayun (swing phase) disebut knee band • 60% : jari-jari
terangkat dari lantai, akhir dari fase berdiri untuk mengawali fase mengayun,
disebut toe off. Pada pertengahan ayunan diperlukan dorsofleksi kaki untuk
mencegah jari-jari menyentuh lantai. • 100% : tumit kaki yang sama kembali
menyentuh lantai. Selama total siklus berjalan, fase berdiri meliputi 60% total
siklus danfase mengayun 40%

Mekanisme Nyeri Pada Panggul

OA panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas dan


ketidakmampuan pada seseorang terutama pada orang diusia tua. Gejala yang
paling banyak terjadi adalah nyeri dan kekakuan sendi. Gejala tersebut bisa
menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
mana bisa mempengaruhi kapabilitas kerja dan kualitas hidup seseorang
(Yildirim et. al, 2010). Hasil dari penelitian Alves (2011) setelah pasien OA
diukur derajat nyeri dengan menggunakan WOMAC, nyeri sedang terjadi pada
45% pasien ketika mereka berjalan pada bidang yang datar dan 40% nyeri pada
malam hari terjadi ketika duduk atau hendak tidur, selain itu 55% mengalami
nyeri yang ekstrim/buruk ketika menaiki atau menuruni tangga (Alves dan
Bassitt, 2011). Nyeri tersebu t disebabkan karena degenerasi dari proteoglikan,
dan sendi rawan, pelepasan mediator inflamasi serta pembentukan osteofit. Pada
fase awal terjadi degenerasi rawan sendi yang nantinya akan membentuk produk
inflamasi. Pada fase inflamasi mekanisme tubuh berupaya dengan mengeluarkan
prostaglandin dan interleukin sebagai reseptor nyeri. Bila terjadi inflamasi akan
menyebabkan sel kurang sensitif. Nyeri juga disebabkan karena Iskemik dan
nekrosis jaringan serta osteofit yang menekan periosteum dan radiks syaraf.
Pada tahap yang lebih lanjut akan terjadi disfungsi pada sendi dan otot sehingga
nyeri yang dirasakan semakin berat dan intens (Sudoyo et. al, 2007). Nyeri akan
menyebabkan keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan keseimbangan ototb ,
kesulitan dan keterbatasan dalam beraktifitas. Kehilangan fungsi kapasitas kerja
dan berujung pada penurunan/gangguan kualitas hidup (Reis et. al, 2014).
Pengukuran kualitas hidup merupakan pengukuran yang relevan dan penting
dalam menilai kondisi fisik, sosial, emosional yang mana sebagai akibat dari
menderita osteoarthritis.

Referensi : ums.ac.id
3. Hambatan gerak sendi

Kelainan ini ditemukan pada osteoartritis sedang sampai berat. Hambatan


gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, fleksi kontraktur kelainan sendi,
atau deformitas. Hamb atan gerak sendi biasanya dirasakan pada saat berdiri
dari kursi, bangun dari tempat periksa, menulis, atau berjalan. Semua
gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang
terkena.
Gejala ini timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat
sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi. Pada perabaan dapat
dirasakan pembangkakan sendi. Pembengkakan pada pasien OA dapat timbul
karena efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (<100cc). Sebab lain
adalah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah permukaan sendi. Nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan
mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Nyeri tersebut muncul
secara spontan dan juga saat dilakukan penekanan. Akibat nyeri tersebut,
gerakan sendi lutut pasien menjadi terbatas dan pergerakan sendi pun menjadi
terganggu. Saat tiba di rumah sakit, nyeri yang dirasakan oleh pasien sudah
menetap sehingga pasien sulit berjalan

Referensi: B Mandelbaum, W David. Etiology and Pathophysiology of


Osteoarthritis. ORTHO Supersite Februari 1 2005

4. Sedikit perubahan yang diberikan oleh obat analgetik

Menurut The American College of Rheumatology (ACR) dan


TheAmerika Pain Society (APS), parasetamol adalah obat lini pertama untuk
pengobatan OA. Parasetamol efektif, murah, serta relatif aman untuk
pengobatan OA ringan sampai OA sedang (Jackson et al., 2009). Dosis dan
durasi terapi yang tepat harus digunakan sebelum beralih ke golongan obat
lainnya (Epstein et al., 2008).
Parasetamol bekerja pada sentral yang menghasilkananalgesia
dengan menghambat sintesis prostaglandin di otak dan sumsum tulang
belakang dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase. Namun,
penghambatan biosintesis prostaglandin lemah, sehingga efektif sebagai
NSAID untuk nyeri sendi ringan sampai sedang dan tidak menyebabkan
iritasi lambung (Syarif et al., 2012).
Parasetamol oral diserap dengan baik dengan bioavailabilitas 60%-
98% dan mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam, diaktivasi di hati dengan
cara konjugasi dengan sulfat atau glukoronida dan metabolitnya diekskresi
lewat ginjal (Buys and Elliott, 2008). Aman bila digunakan 2-3 g per hari,
namun dapat menyebabkan hepatotoksik bila dosis lebih dari 4 g (Epstein et
al., 2008).
Referensi : Rika Nur F. 2016. STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA
PASIEN OSTEOARTHRITIS. Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga. Surabaya

5. Etiologi

a. ETIOLOGI HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Penyebab dari herniasi nucleus pulposus biasanya didahului dengan


perubahan degenerative yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein
polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nucleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di annulus melemahkan pertahanan pada
herniasi nucleus pulposus. HNP kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai diskus invertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma
bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera diskus yang tidak terlihat
selama beberapa bulan atau tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya
mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan
nucleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat
muncul dari kolumna spinal.

b. ETIOLOGI SCIATICA

Penyebab Sciatica lainnya dapat dibagi menjadi intraspinal atau


ekstraspinal. Penyebab intraspinal termasuk spondylosis dan osteoarthritis
dengan gangguan pada foramina intervertebralis. Stenosis kanal tulang belakang
lumbal lateral karena osteoartritis dapat dibagi menjadi zona awal, zona tengah
dan stenosis zona akhir. Penyebab paling umum dari stenosis zona awal adalah
osteoartritis hipertrofik sendi facet, terutama yang melibatkan proses artikular
superior, sedangkan stenosis zona akhir biasanya disebabkan oleh sendi facet
subluxed atau oleh punggungan osteofit sepanjang margin superior disk. Namun,
stenosis zona tengah secara klinis merupakan entitas yang paling penting, karena
DRG menempati sebagian besar zona tengah. Dua penyebab umum adalah
pembentukan osteofit di bawah pars interarticularis di mana ligamentum flavum
terpasang, dan hipertrofi jaringan fibrokartilagen atau bursal pada defek
spondilolitik. Spondylolisthesis kadang-kadang bertanggung jawab untuk Sciatica,
dan gejalanya biasanya bilateral. Kista sendi zygoapophyseal, di sisi lain,
menghasilkan gejala unilateral. Proses intraspinal lain yang menyebabkan Sciatica
termasuk tumor, abses dan TBC. Penyebab ekstraspinal dapat dibedakan menjadi
penyakit pleksus lumbosakral dan lesi saraf skiatik atau cabang-cabangnya. Lesi
pada pleksus lumbosakral biasanya menghasilkan gejala lebih dari satu segmen,
dan seringkali kondisi panggul yang menyebabkan nyeri lumbosakral menutupi
sciatica. Pada penyakit saraf sciatic, nyeri biasanya bukan gejala yang menonjol.
Penyakit pleksus lumbosakral meliputi tumor panggul, aneurisma intrapelvic dan
endometriosis. Penyakit saraf skiatik dapat disebabkan oleh kompresi saraf seperti
pada hamstring dan sindrom piriformis , atau oleh kompromi vaskular seperti
pada diabetes. Penyebab langka Sciatica adalah kompresi sumsum tulang
belakang leher dan dada. Dokter harus mengenali nyeri nondermatomal yang
identik dengan nyeri yang dirujuk dari struktur mesenkimal (tulang, sendi,
ligamen dan bursae) dari tulang belakang lumbosakral, panggul dan ekstremitas
bawah. Nyeri yang dimaksud dalam, membosankan, membosankan dan sakit. Ini
mengikuti distribusi miotom dan sklerotom, sebagai lawan dari nyeri radikuler
yang terdistribusi secara dermatom.

c. ETIOLOGI OSTEOARTHRITIS

Osteoartritis adalah kelainan terkait usia, yang dapat didefinisikan


berdasarkan gejala atau patologi. Hal ini ditandai dengan kerusakan tulang rawan
artikular hialin. Ini melibatkan seluruh sendi dan memiliki perubahan pada
permukaan subchondral yang melibatkan remodeling tulang. Pasien mungkin
memiliki tingkat sinovitis yang terkait dengan artritis serta penebalan kapsul
secara umum di sekitar sendi . Perubahan radiografi bukan refleksi gejala karena
banyak orang dengan bukti radiografi osteoarthritis tidak memiliki gejala.
Perubahan radiografi termasuk penyempitan ruang sendi, osteofit, kista
subkondral, dan bukti kelebihan beban dalam bentuk sklerosis tulang.
Osteoartritis bermanifestasi sebagai nyeri sendi, meskipun penyebab nyeri pada
osteoartritis tidak diketahui . Penyakit ini juga memiliki kekakuan sendi yang
terbatas setelah tidak aktif.

Osteoartritis tetap merupakan indikasi paling umum untuk artroplasti


pinggul. Faktor paling penting yang harus diganti oleh pinggul adalah pereda
nyeri, kemampuan untuk kembali bekerja, dan peningkatan tingkat aktivitas
pasien dengan penekanan khusus pada kapasitas berjalan. Sangat penting bahwa
pasien puas dengan penggantian, dan parameter pemeriksaan harus ditingkatkan .
Ini telah berubah dari indikasi awal untuk penggantian panggul total yang pada
pasien lansia lumpuh dengan artritis, dan peningkatan pasien muda mengalami
artritis, ingin meningkatkan kualitas hidup mereka serta ingin melanjutkan
kegiatan yang menuntut fisik .
Nyeri istirahat dan nyeri dengan aktivitas serta keterbatasan fungsional
disepakati sebagai indikasi untuk operasi. Khususnya, rasa sakit yang tak
tertahankan di malam hari, pengurangan yang signifikan dalam jarak berjalan
kaki, dan ketidakmampuan untuk mengenakan sepatu atau kaus kaki atau
memotong kuku kaki Anda sendiri tanpa bantuan adalah keluhan klasik sebelum
operasi. Temuan X-ray saja tidak cukup sebagai indikasi untuk penggantian sendi.

Situs yang paling umum untuk rasa sakit adalah pangkal paha dan anterior
dan lateral, bokong, dan lutut. Pemeriksaan pinggul rematik dapat menunjukkan
gaya berjalan antalgik atau trendelenburg, meskipun tanda ini tidak dapat
diandalkan. Biasanya mungkin untuk menunjukkan nyeri pada fleksi dan rotasi
internal, bersama dengan penurunan rentang gerak, bersama dengan penurunan
abduksi dan adduksi kontraktur fleksi pinggul dan pinggul, dan nyeri pada
gerakan ekstrem. Perbedaan panjang kaki yang lebih besar dari 1,5 cm, baik benar
maupun nyata, juga dapat dideteksi dengan andal.

Artritis pinggul (osteoartritis) umumnya memengaruhi kemampuan


menaiki tangga dan menyebabkan kesulitan berjalan ; kehilangan fungsi ini
bersama dengan kesulitan dalam mengenakan sepatu dan kaus kaki dan kegiatan
kehidupan sehari-hari lainnya juga dianggap indikasi untuk artroplasti pinggul
total, sementara kehadiran sepsis merupakan kontraindikasi absolut untuk operasi.

Referensi : Noor, Zairin. 2017. Buku ajar gangguan musculoskeletal. Jakarta :


Salemba Medika
Karppinen, Jaro. Sciatica. Studies Of Symptoms, Genetic Factors,
And Treatment With Periradicular Infiltration.
Sellam J dkk. Osteoarthritis : pathogenesis, clinical aspects and
diagnosis. In EULAR Compendium in Rheumatic disease, 2009: 444-
63.
Buku Rekomendasi Ira Untuk Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Osteoartritis
Wood, Alexander MacDonald, dkk. 2013. International Journal of
Chronic Diseases. A Review on the Management of Hip and Knee
Osteoarthritis.
6. Langkah Diagnosis

1) Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya;
lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang
memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain
nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.

2) Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan
saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.8
a) Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada
gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena
akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
b) Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c) Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon
menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti
menunjukkan segmen S1 terganggu.

3) Straight Leg Raise (Laseque) Test


Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur
dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif,
dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul
rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada
kompresi dari arah saraf lumbal
4) Patrick test

Lakukan penekanan pada lutut yang difelsikan Akan timbul nyeri pada
sendi panggul ipsilateral pada saat dilakukan penekanan pada lutut yang
difleksikan tersebut

5) Tes kontra Patrick


Lipat tungkai klien yang sakit dan endorotasikan serta aduksikan. Lakukan
penekanan sejenak pada lutut tungkai tersebut. Akan timbul rasa nyeri
pada garis sendi sakroiliaka bila di situ terdapat suatu keadaan patologis
(arthritis), baik berupa nyeri yang menjalar sepanjang tungkai maupun
yang terbatas pada daerah bluteal atau sacral saja.
Referensi : S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI.
Jakarta Badan Penerbit FK UI. Hal 18-19

7. Differential Diagnosis

OSTEOARTHRITIS HERNIA NUKLEUS ISCHIALGIA


HIP PULPOSUS LUMBAL
Pengertian Osteoarthritis merupakan Hernia Nucleus Pulposus Ischiagia adalah
penyakit sendi (HNP) adalah turunnya penjepitan pada saraf
degenerative yang kandungan annulus fibrosus ischiadicus yang
berkaitan dengan dari diskus intervertebralis menyebabkan
kerusakan kartilago sendi lumbal pada spinal canal pengalihan nyeri dari
atau rupture annulus punggung sampai pada
fibrosus dengan tekanan tungkai bawah baik
dari nucleus pulposus yang salah satu maupun
menyebabkan kompresi keduanya
pada element saraf.
Etiologi Multifaktoral - meningkatnya usia perjalanan menuju
menyebabkan munculnya terjadi perubahan nervus ischiadicus
jejas mekanis dan degeneratif yang terperangkap dalam
kimiawi pada synovial mengakibatkan proses patologi di
sendi yang merupakan kurang lentur dan berbagai jaringan yang
produk degradasi tipisnya nucleus terlewatinya seperti
kartilago sendi, yang pulposus. pleccus lumbosacralis.
akibatkan inflamasi - Annulus fibrosus
sendi, kerusakan mengalami
kondrosit dan nyeri perubahan dan
pecah karena
digunakan terus
menerus.
- suatu trauma
derajat sedang yang
berulang mengenai
discus
intervertebralis
sehingga
menimbulkan
sobeknya annulus
fibrosus
Manifestasi Nyeri pada waktu Nyeri bersifat tajam seperti merasakan nyeri pada
klinis melakukan aktivitas atau terbakar, dan berdenyut, punggung bawah
jika ada pembebanan menjalar sampai kebawah menjalar sampai pada
pada sendi yang terkena lutut kaki sebelah kiri, sering
merasakan kesemutan,
bangun tidur merasa
sangat kesakitan dan
susah untuk bangun
Factor - Usia >60th - Usia - Hnp
resiko - Jenis kelamin : - Trauma - Sindrom
mayoritas - Pekerjaan piriformis
perempuan pada - Gender : Pria - Truma langsung
OA lutut, laki- - Usia 18-55th
laki pada OA - Spasme otot
panggul
- Genetika :
herediter
- Kegemukan
- Penyakit
metabolic : DM,
jantung coroner
- Cidera sendi,
pekerjaan :
memakai sendi
terus-menerus
Pemeriksaan - hambatan gerak - MRI - tes freinberg
sendi (GALS) - Laseque Test
- Radiologi (X- - Patrick test
ray) - Hambatan gerak
- Laboratorium sendi
Terapi Terapi Non-farmakologi - Terapi non Terapi Non-farmakologi
- edukasi farmakologi seperti - Fisioterapi
- terapi fisik edukasi, bed rest - Rehabilitasi
- rehabilitasi (saat akut), latihan - Edukasi
- penurunan berat fisioterapi, Terapi farmakologi
badan diatermi, - NSAID
Terapi farmakologi ultrasound, - Paracetamol :
- analgesic oral akupuntur, acetaminophen
- OAINS penunjang lumbos - Injeksi steroid :
- Steroid akral (korset), TNS triamicinolone
intraartikular (transcutaneous 80mg
Terapi bedah electric nerve Terapi Bedah
stimulation)
- Terapi farmakologi
seperti obat anti
nyeri sederhana
Contoh obat adalah
parasetamol,
aspirin
- Terapi Bedah

Referensi : Soeroso, joewono..2014.Osteoarthritis Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam;Ningrum,setia; Abdullah, Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi
10 Besar Kasus Muskuloskeletal dalam Praktik Klinik Fisioterapi.
Jakarta: Trans Info Media Albert, J & Vaccaro, A.R. 2005. Physical
Examination of the Spine. Thieme: New York. Tinjauan
pustakahttp://eprints.ums.ac.id/35747/10/BAB%20II%20KTI.pdf
8. Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Osteorthtritis hip

1. Konservatif.

a. Tirah baring.
Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap kembali
ke aktidfitas yang biasa.

b. Medikamentosa.
1) Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamol, aspirin,
tramadol. Contoh NSAID : ibuprofen, Natrium diklofenak,
ethodolak, selekoksib, perlu diperhatikan efek samping obat.
2) Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol.
3) Opioid.
4) Kortikosteroid oral.
5) Analgetik adjuvant : Amitriptilin, carbamazepin dan gabapentin.

c. Terapi fisik.
1) Traksi pelvis.
2) Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.
3) Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.
4) Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.
5) Latihan dan modifikasi gaya hidup.

d. Akupuntur.

e. Penyuluhan pasien.

2. Terapi bedah.
Terapi bedah perlu dipertimbangkan bila : setelah satu bulan dirawat secara
konservatif tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang menetap
atau bertambah berat, ada gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti
terganggunya radik saraf, adanya paresis otot tungkai bawah.

B. Penatalaksanaan HNP
1. Terapi Non Farmakologis
a. Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
1) Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa
pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan
yang lain pada pengkompresan dingin.
2) Iontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan
nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri
akut.
3) Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan
ke otak
4) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna
dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong
terjadinya penyembuhan jaringan.

b. Latihan dan modifikasi gaya hidup


Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan
memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan
penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang mempunyai berat
badan berlebihan. Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan
tanpa stres secepat mungkin. Endurance exercisi latihan aerobit yang
memberi stres minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau
berenang dimulai pada minggu kedua setelah awaitan NPB.
Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot punggung
dimulai sesudah dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin
akan memperberat keluhan pasien. Latihan memperkuat otot
punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif daripada
latihan tanpa alat.
2. Terapi Farmakologis
a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik :
paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium
diklofenak, Etodolak, Selekoksib.

b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)


Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya
tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.

c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.

d. Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.

e. Anelgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
f. Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.

3. Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:


a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa,
atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan
selama 6 sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.

Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:

a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan
menggunakan jarum secara aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa
bagian dari vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang
rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.

Referensi : Mansjoer, Arif, et all, . Ilmu Penyakit Saraf dalam Kapita Selekta
Kedokteran, edisi III, jilid kedua, cetakan keenam. Media
Aesculapius : Jakarta.
Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia
Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta.
Indonesia

9. Prognosis

Terapi obat dapat melibatkan agen anti-inflamasi untuk mengurangi


peradangan di situs sendi, mengurangi rasa sakit dan membantu mencegah
kerusakan lebih lanjut dari proses inflamasi. Ini dapat berupa steroid, dan
'obat antiinflamasi non-steroid' (NSAID). Obat-obatan juga dapat bertindak
atas penularan rasa sakit di saraf, dan dalam perjalanan rasa sakit diproses di
otak. Jika penyakit ini dikaitkan dengan kondisi peradangan sistemik, 'obat
anti-rematik pemodifikasi penyakit' (DMARDs) juga dapat digunakan untuk
efek yang baik dalam mencegah perkembangan penyakit. Perawatan fisik
mungkin juga bermanfaat, dan penggunaan alat bantu seperti kruk akan
mengurangi pemuatan. Pendekatan fisik yang paling penting adalah
penurunan berat badan.

Ada bukti bahwa perubahan sistem saraf perifer dan sentral


berkembang sebagai bagian dari nyeri osteoartritik, dan ini dapat membuat
perawatan lebih menantang. Beberapa individu nampak rentan terhadap
kepekaan terhadap rasa sakit, dan alih-alih merasakan rasa sakit secara
langsung sebanding dengan OA mereka, mereka dapat menjadi peka sejak dini
dalam pengembangan OA yang mengarah ke sensasi rasa sakit yang lebih
tinggi yang tidak dijelaskan oleh tingkat kehadiran OA (Neogi). et al., 2015).
Terapi multidisiplin termasuk obat-obatan, terapi fisik dan psikoterapi dapat
bermanfaat secara signifikan dalam kasus-kasus ini.

Aktivitas dalam banyak kasus tidak berbahaya, dan telah terbukti


mengurangi rasa sakit dan memperlambat perkembangan penyakit. Penting
untuk membedakan antara aktivitas bermanfaat ringan dan aktivitas berulang
yang berat yang meningkatkan risiko pengembangan penyakit. Pembedahan
untuk memotong asetabulum atau tulang paha (osteotomi) dan menyesuaikan
sudut sendi dapat meredakan rasa sakit dan menghasilkan sendi yang
berfungsi penuh yang mampu bertahan dalam dinas militer, polisi atau
pemadam kebakaran.

OA tahap akhir sering sekarang dirawat dengan operasi penggantian


sendi dan ini dalam banyak kasus sangat berhasil menghilangkan rasa sakit
dan meningkatkan mobilitas. Itu tidak selalu mengarah pada kembali ke
aktivitas penuh termasuk olahraga dan penanganan manual yang berat.
Tingkat rasa sakit pada persendian yang memiliki perubahan OA yang
substansial dapat bervariasi secara signifikan antara individu; beberapa dapat
melanjutkan dengan sebagian besar aktivitas fisik termasuk berjalan,
mengangkat dan membawa beban yang signifikan, melakukan DIY dan
bahkan terus berpartisipasi dalam olahraga dengan perubahan Grade 3 atau 4,
sementara yang lain menjadi cacat secara substansial di Grade 1 atau 2.

Penggantian pinggul total melibatkan penghancuran signifikan pada


femur proksimal, dengan risiko yang terkait dengan tekanan tinggi di sekitar
poros komponen femoralis dan akibatnya melemah. Pelapisan ulang
memungkinkan hemat tulang di sekitar tulang paha proksimal, dengan
kemungkinan artroplasti panggul total berikutnya jika dan ketika kegagalan
pinggul yang muncul kembali membutuhkannya.

Pilihan pendekatan bedah diharapkan memiliki dampak pada kembali


ke olahraga setelah artroplasti panggul total. Pendekatan anterolateral dan
lateral langsung memerlukan detasemen parsial abduktor dari trokanter yang
lebih besar yang dapat mengakibatkan kelemahan abduktor postoperatif
sementara atau permanen, tetapi memiliki tingkat dislokasi pasca operasi yang
rendah. Pendekatan posterior memiliki risiko dislokasi antara 4 dan 6%
meskipun setelah perbaikan kapsul ini dapat dikurangi menjadi 1%.
Perbandingan pendekatan bedah pada 3881 kasus dari database
nasional Inggris dan Wales tidak menemukan perbedaan yang signifikan
dalam risiko revisi atau revisi untuk dislokasi, tetapi peningkatan fungsi yang
secara signifikan lebih tinggi terkait dengan pendekatan posterior (Jameson et
al., 2014). Kegagalan komponen yang katastropik telah diturunkan dengan
pengembangan paduan baru dan kemajuan dalam persiapan dan sterilisasi
polietelena. Penelitian telah menunjukkan risiko kegagalan komponen
asetabular yang lebih besar pada individu yang lebih muda dan peningkatan
lebih lanjut diharapkan dengan logam yang aktif secara biologis. Masih ada
kekhawatiran tentang logam pada bantalan logam yang menghasilkan puing-
puing intra-artikular. Kegagalan katastropik bantalan keramik dengan beban
dampak tinggi menjadi perhatian meskipun bantalan keramik memiliki tingkat
keausan rendah. Resurfacing pinggul membawa risiko lebih sedikit dari
partisipasi atletik. (Golant et al., 2010).

Referensi :

1. Golant, A., Christoforou, D. C., Slover, J. D. & Zuckerman, J. D. 2010.


Athletic Participation After Hip And Knee Arthroplasty. Bull Nyu Hosp Jt
Dis, 68, 76-83.

2. Jameson, S. S., Mason, J., Baker, P., Gregg, P. J., Mcmurtry, I. A.,
Deehan, D. J. & Reed, M. R. 2014. A Comparison Of Surgical Approaches
For Primary Hip Arthroplasty: A Cohort Study Of Patient Reported
Outcome Measures (Proms) And Early Revision Using Linked National
Databases. J Arthroplasty, 29, 1248-1255.E1.

3. Neogi, T., Frey-Law, L., Scholz, J., Niu, J., Arendt-Nielsen, L., Woolf, C.,
Nevitt, M., Bradley, L. & Felson, D. T. 2015. Sensitivity And Sensitisation
In Relation To Pain Severity In Knee Osteoarthritis: Trait Or State? Ann
Rheum Dis, 74, 682-8.

10. Pencegahan

Osteoartritis, hnp, dan ischialgia dapat dicegah dengan beberapa langkah,


antara lain :
1. Menghindari setiap faktor risiko, misal mencegah obesitas
2. Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
3. Olah raga yang tepat untuk membantu mempertahankan kesehatan
tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi dan kekuatan otot- otot
disekitarnya sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik
4. Menjaga berat badan agar senantiasa dalam kondisi seimbang
5. Menjaga pola makan dan minum (diet) agar selalu baik dan seimbang
sehingga pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal
6. Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar
7. Senantiasa berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang
mengakibatkan sendi rusak
8. Dianjurkan menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang
tidak terlalu lembek dan tempat tidur yang dialas dengan papan
9. Menekan lembut dengan hati-hati pada bagian yang bengkak dan kaku
sambil memberi terapi pemanasan sederhana dengan minyak oles atau
krim balsem
10. Untuk nyeri pada jari tangan, dianjurkan merendam tangan dalam
campuran parafin panas dengan minyak mineral pada suhu 45-520C
atau mandi dengan air hangat.

Referensi : digilib.unimus.ac.id

11. Perspektif islam

َ ‫َّبَ َرأَََّّبهإهذْ هنََّّللاهََّّ َعز‬،‫ابََّّالد َواءََّّالدا َء‬


َّ‫ََّّو َجل‬ َ ‫ص‬َ َ ‫َّفَإهذَاَّأ‬،‫عنَّجابرَّبنَّعبدَّللاَّ هلك هلََّّدَاءََّّدَ َوا ٌء‬

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” (HR. Muslim)

َّ:َ‫َّأَنَتَدَ َاوى؟َّفَقَال‬،‫اَّرس ْو َلََّّللاه‬


َ ‫َّ َي‬:َ‫َّفَقَال‬،‫تََّّاْألَع َْراب‬ ‫َّو َجا َء ه‬،َ ‫سل َم‬َ ‫ََّّو‬ َ ‫صلىَّللاََّّ َعلَ ْي هه‬ َ ََّّ‫َّك ْنتََّّ هع ْندَََّّالن هبيه‬:‫عنَّاسامة‬
َّ‫َّ َماَّه َو؟‬:‫َّقَالوا‬.‫احد‬ َ ‫ض َعََّّلَهََّّ هشفَاءََّّ َغي َْرََّّدَاء‬
‫ََّّو ه‬ َ ‫ََّّو‬ َ ‫ََّّو َجلََّّلَ ْمََّّ َي‬
َ ‫ض ْعََّّدَاءََّّ هإل‬ َ ‫َّفَإهنََّّللاَََّّ َعز‬،‫َّتَدَ َاو ْوا‬،‫نَ َع ْمََّّ َياَّ هع َبادَََّّللاه‬
ْ ‫قَال‬
َّ‫َّال َه َرم‬:َ

Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu


datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah,
bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah,
berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah
penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka
bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR.
Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan
At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih.)

َّ‫اَّولَََّّتَدَ َاو ْواَّ هب َح َرام‬


َ ‫ََّّو َج َع َلََّّ هلك هلََّّدَاءََّّدَ َواءََّّفَتَدَ َاو ْو‬ َ ‫هإنََّّللاَََّّأ َ ْنزَ َلََّّالدا َء‬
َ ‫ََّّوالد َوا َء‬
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian
dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud
Darda` radhiallahu ‘anhu)

Pesan :

Setiap penyakit pasti ada obatnya, walaupun sebagian penyakit belum


ditemukan obatnya. Dan segala hal yang ada di dunia ini berasal dari Allah,
termasuk penyakit. Oleh karena itu, agama islam sangat menyuruh umatnya
untuk terus berusaha untuk mendapakan obat terhadap segala penyakit yang ia
alami, dan yang terpenting adalah kehalalan obat tersebut, karena islam sangat
melarang umatnya untuk berobat dengan hal-hal yang dilarang oleh agama
selama masih ada obat yang lain dan tidak dalam keadaan darurat.

Anda mungkin juga menyukai