Anda di halaman 1dari 23

MODUL 3

BLOK URONEFROLOGI

SAKIT PERUT
MENDADAK

dr. Hj. Dahlia, M.Kes, MARS


KELOMPOK 6A

Resti 11020180006
Fitriah 11020180015
Dian Anugrah Safitri 11020180024
Naufal Ilmi Diennillah 11020180038
Hairunnisa 11020180049
Amirah Mardhiyah 11020180053
Musdalifah 11020180070
Nurhikmah 11020180078
Rasmah M 11020180087
Ahmad Fahd Alifian 11020180096
Skenario 2
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke
poliklinik umum dengan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah yang dialami sejak 2 minggu yang lalu
dan memberat sejak 1 hari. Nyeri dirasakan saat
berkemih.
Kalimat Kunci

01 02 03 04
Laki-laki
60 thn Nyeri perut Keluhan Nyeri dirasakan
bagian bawah memberat sejak saat berkemih
sejak 2 minggu 1 hari yang lalu
yang lalu
Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi, faal, histo, dan biokimia terkait
skenario !
2. Penyakit apa saja yang menyebabkan nyeri pada
perut bagian bawah ?
3. Jelaskan patomekanisme dari gejala pada skenario !
4. Jelaskan klasifikasi nyeri pada abdomen !
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis sesuai skenario !
6. Apa saja diagnosis banding sesuai skenario ?
7. Bagaimana pencegahan dan edukasi yang dapat
diberikan pada pasien terkait skenario ?
8. Apa perspektif islam terkait skeanrio ?
1. Anatomi, fisiologi, histologi dan biokimia organ terkait

Referensi:
1. PaulsenF.& J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC
2. Sherwood, Lauralee. 214. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta : EGC.
3. Guyton, Hall JE. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC
4. Janqueira, LC, Carnerio J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC
2. Penyakit penyakit yang menyebabkan
nyeri perut bawah

Cystitis Apendisitis Divertikulitis Hernia Peritonitis Urothero Vesico ISK Benign


Inguinalis litiasis lithiasis Bawah Hyperplasia
Prostat

Referensi : Buku Ilmu Penyakit Dalam dan Jurnal Clinical Key


Pada Skenario !
pengendapan Protein kolestrol

Batu saluran Pembengkakakan


kemih prostat

Menghambat Menyumbat
saluran kemih uretra

Retensi urin Menghambat


infeksi saluran kemih

iritasi

Nyeri perut bawah Nyeri berkemih

Referensi:
Sherwood,L.2014. Fisiologi Manusia Dari sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
EGC
4. Klasifikasi nyeri abdomen
● Tipe nyeri pada organ urogenitalia

Nyeri local Nyeri menjalar

● Sifat nyeri

Nyeri menetap kolik

Referensi :
1. John T. Boyle, MD. ABDOMINAL PAIN. Clinical Presentation of Disease. CHAPTER 14. Hal 225. Fakultas kedokteran universitas Sumatra utara.
2. Buku Ilmu Penyakit Dalam dan Jurnal Clincal Key.
3. Purnomo, B. Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung Seto. Halaman 15-31
5. Langkah - langkah Diagnosis
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Identitas pasien • Kesan umum pasien : kesadaran, status • Foto polos abdomen
Nama : Pasien Laki-Laki gizi, TTV • IVU
Umur : 60 tahun • Pemeriksaan abdomen (suprapubik) • USG Urografi
Pekerjaan : - • Pemeriksaan Urologi : pem.buli-buli, • CT Scan Urografi
Alamat : - pem.genitalia eksterna,
• Keluhan utama pem.skrotum&isinya, colok dubur
Nyeri pada perut PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Onset : 2 minggu yang lalu • Pemeriksaan urinalisis
Lokasi : bagian bawah • Pemeriksaan darah
Memberat sejak 1 hari yang lalu • Kultur urine
• Keluhan penyerta • Pemeriksaan silotogi urine
Nyeri dirasakan saat berkemih • Pemeriksaan histopatologi
• Riwayat penyakit terdahulu : -
• Riwayat penyakit keluarga : -
• Riwayat Lingkungan : - Referensi :
1. Penuntun CSL Fakultas Kedokteran UMI. Tahun 2019. Hal : 4-9
• Riwayar pengobatan sebelumnya : - 2. Irawanto, Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Keterampilan Pemeriksaan Kulit .Kementrian Riset, Teknologi, Dan
Pendidikan Tinggi Universitas Sebelas Sebelas Maret Fakultas Maret Fakultas Kedokteran. Halaman Kedokteran. Halaman 15 -37
3. Razi Alik. Pemeriksaan Fisik Urologi Dan Pemeriksaan Penunjang. Jakarta. 2013. Hal 1-18
4. Satyanegara, Pratistha. 2017. Radiology pada Urolithiasis. Fakultas Kedokteran : Universitas Yarsi
6. Diagnosis Banding
Benign Prostate Hiperplasia PROSTATITIS SISTITIS
(BPH)

Definisi merupakan perbesaran kelenjar Diagnosis yang diberikan bagi Sistitis adalah inflamasi kandung kemih
prostat, memanjang ke atas sekelompok pria yang mengalami yang paling sering disebabkan oleh
kedalam kandung kemih dan berbagai keluhan pada saluran urogenital penyebaran infeksi dari uretra.
menyumbat aliran urin dengan bagian bawah dan perineum
menutupi orifisium uretra akibatnya
terjadi dilatasi ureter (hidroureter)
dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap

Epidemiologi BPH merupakan tumor jinak yang Secara epidemiologi, prostatitis tampak • Dari berbagai peneliti epidemiologis
paling sering pada laki-laki,insidennya paling banyak terjadi di tempat-tempat di Indonesia di dapatkan prevelensi
berhubungan dengan usia. Prevalensi dengan angka penyakit infeksi menular cystitis sebesar 1,5-2,3% pada
histologis BPH meningkat dari 20% seksual dan prostitusi yang tinggi. penduduk usia lebih dari 15 tahun.
pada laki berusia 41-50 tahun, 50% Prostatitis dapat dialami oleh pria semua • Data kesehatan tahun 2013
pada laki usia 51-60 tahun hingga umur, tetapi lebih sering dialami pria penderita cystitis di Indonesia adalah
lebih dari 90% pada laki berusia berusia di bawah 50 tahun 2 juta jiwa.
diatas 80 tahun.

Etiologi Hingga sekarang masih belum - Prostatitis bakteri akut • Bakteri Escherichia coli
diketahui secara pasti penyebab Escherichia coli , Enterococcus , dan • Pada pria biasanya sebagai akibat
terjadinya BPH, tetapi beberapa Proteus dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh
hipotesis menyebutkan bahwa BPH - Prostatitis bakteri kronis karena adanya urine sisa (misalnya
erat kaitannya dengan peningkatan batang Gram negatif, jamur, karena hipertropi prostat, striktura
kadar dihydrotestosterone (DHT) dan mycobacterium, Ureaplasma urealyticum , uretra, neurogenik bladder) atau
proses penuaan. Beberapa hipotesis Chlamydia trachomatis dan Trichomonas karena infeksi dari usus.
Benign Prostate Hiperplasia PROSTATITIS SISTITIS
(BPH)
klasifikasi Menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong
( 2010 ), klasifikasi BPH meliputi :
- -
• Derajat 1 : Biasanya belum memerlukan
tindakan bedah, diberi pengobatan
konservatif.
• Derajat 2 : Merupakan indikasi untuk
melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopik melalui uretra ( trans
urethral resection / TUR ).
• Derajat 3 : Reseksi endoskopik dapat
dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah
cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam
sebaiknya dengan pembedahan terbuka,
melalui trans retropublik / perianal
• Derajat 4 : Tindakan harus segera dilakukan
membebaskan klien dari retensi urine total
dengan pemasangan kateter.

Faktor Resiko Faktor risiko terjadinya Benign • Hipertrofi prostat jinak • Gangguan pada aliran urin
Prostate Hyperplasia adalah • infeksi saluran kemih • Aktif secara seksual
umur, riwayat keluarga, • Perilaku seksual berisiko tinggi • Diabetes
kurangnya makan-makanan • Riwayat penyakit menular • Penggunaan kateter dalam jangka
berserat dan kebiasaan merokok. seksual panjang
• Kelainan imun • Penggunaan diafragma untuk
• Phimosis kontrasepsi
• Manipulasi prostat • Pasca radiasi atau kemoterapi
• Kehamilan atau menopause
Benign Prostate Hiperplasia PROSTATITIS SISTITIS
(BPH)
Patomekanisme BPH terjadi pada zona transisi prostat, Infeksi ini dapat terjadi dari inokulasi peradangan timbul dengan penjalaran
dimana sel stroma dan sel epitel berinteraksi. secara hematogen ataupun akibat
Sel sel ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh
langsung setelah biopsi prostat
hormon seks dan respon sitokin. Di dalam transrektal dan manipulasi transurethral obstruksi saluran kemih bagian bawah,
prostat, testosteron diubah menjadi (misalnya, kateterisasi dan sistoskopi). baik akut maupun kronik dapat bilateral
dihidrotestosteron (DHT), DHT merupakan maupun unilateral.Kemudian bakteri
androgen dianggap sebagai mediator utama Penyebaran langsung atau limfatik dari
tersebut berekolonisasi pada suatu
munculnya BPH ini. Pada penderita ini rektum atau penyebaran hematogen tempat misalkan pada vagina atau
hormon DHT sangat tinggi dalam jaringan melalui sepsis bakterial dapat
prostat. Sitokin berpengaruh pada genetalia eksterna menyebabkan
pembesaran prostat dengan memicu respon menyebabkan prostatitis bakterial akut organisme melekat dan berkolonisasi
inflamasi dengan menginduksi epitel. Prostat disuatu tempat di periutenial dan masuk
membesar karena hyperplasia sehingga ke kandung kemih.
terjadi penyempitan uretra yang
mengakibatkan aliran urin melemah dan
gejala obstruktif yaitu : hiperaktif kandung
kemih, inflamasi, pancaran miksi lemah

Gejala Gejala-gejala yang biasanya • Iritasi akut • Disuria


dirasakan oleh penderita • Obstruktif • Sering buang air kecil (poliuria)
pembesaran prostat jinak yaitu • nyeri suprapubik, rektal, atau atau kebutuhan mendesak untuk
perineum buang air kecil (urgensi kemih)
• nookturia, • Ejakulasi yang menyakitkan, • Piuria
• inkontinensia urin, hematospermia • Hematuria
• aliran urin tersendat-sendat, • buang air besar yang • Urin keruh / berbau tidak enak
• mengeluarkan urin disertai menyakitkan • Nyeri suprapubis
darah, dan • demam, menggigil, mual,
• merasa tidak tuntas setelah muntah, dan malaise
berkemih.
Benign Prostate Hiperplasia PROSTATITIS SISTITIS
(BPH)
Pemeriksaan • Pemeriksaan Abdomen • pemeriksaan perut • pemeriksaan buli-buli
Fisik • Pemeriksaan colok • pemeriksaan genital
dubur • pemeriksaan colok dubur.

Pemeriksaan • Pemeriksaan • Kultur darah • Urinalisis


Penunjang Laboratorium • Tes urine sebelum dan • Bakteriologis
• Pemeriksaan Radiologi sesudah pijat prostat • Pemeriksaan USG abdomen
• Uroflowmetri • Radiologi • Pemeriksaan photo BNO dan
BNO IVP
Benign Prostate Hiperplasia PROSTATITIS SISTITIS
(BPH)
Tataklasana • Pemantauan Ketat / didasarkan pada tingkat • Nitrofurantoin
Watchful Waiting keparahan gejala, faktor risiko, • Trimetoprim-sulfametoksazol
• Medikamentosa dan pola resistensi antibiotik lokal • Amoksisilin
• Antagonis Reseptor Durasi terapi antibiotik untuk • Sefalosporin
Alfa-1-Adrenergik infeksi ringan biasanya 10 sampai • Ciprofloxacin atau
• Penghambat 5-Alfa- 14 hari (dengan perpanjangan levofloksasin
Reduktase dua minggu jika pasien tetap • Doksisiklin
• Antimuskarinik bergejala), atau empat minggu
• Inhibitor untuk infeksi berat
Fosfodiesterase-5 Tindakan pendukung termasuk
• Agonis Beta-3- pemberian antipiretik, cairan
Adenoreseptor penghidrasi, dan pengendalian
• Pembedahan nyeri
• Prostatektomi
Terbuka / Open
Prostatectomy
Benign Prostate Hiperplasia PROSTATITIS SISTITIS
(BPH)
komplikasi Menurut Sjamsuhidajat dan De • Abses prostat • Pyelonefritis
Jong (2005) komplikasi BPH adalah • sistitis rekuren • Sepsis
: • Epididimitis • Pembentukan abses ginjal atau
• Retensi urin akut, terjadi • retensi urin perirenal
apabila buli-buli menjadi
• obstruksi saluran kemih
dekompensasi
• Infeksi saluran kemih • Pielonefritis
• Involusi kontraksi kandung • disfungsi ereksi
kemih • infertilitas
• Refluk kandung kemih
• Hidroureter dan hidronefrosis
• Gagal ginjal
• Hematuri
• Hernia atau hemoroid

Prognosis Prognosis BPH berubah-ubah Prognosis prostatitis tergantung pada Pasien dengan sistitis tanpa
dan tidak bisa diprediksi tiap respon inisial terhadap terapi. komplikasi biasanya mengalami
individu. BPH yang tidak diterapi Prognosis umumnya baik bila pasien perbaikan gejala dalam 3 hari setelah
akan menunjukkan efek samping memiliki tingkat kepatuhan yang dimulainya terapi antibiotik.
yang merugikan pasien itu tinggi untuk menjalankan program
sendiri seperti retensi urin, pengobatan antibiotik sampai tuntas
insufisiensi ginjal, infeksi saluran dan bila respons terhadap antibiotik
kemih yang berulang, dan tersebut baik
hematuria
Referensi :
1. Vasanwala FF, Wong MYC, Ho HSS, Foo KT. Benign prostatic hyperplasia and male lower urinary symptoms: a guide for
family physicians. AJUR. 2017;4:181–4.
2. Homma Y, Gotoh M, Kawauchi A, Kojima Y, Masumori N, Nagai A, et al. Clinical guidelines for male lower urinary tract
symptoms and benign prostatic hyperplasia. Int J Urol. 2017;24:716–29.
3. Deters L, Costabile R, Leveille R, Moore C. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Medscape. 2017.
4. Flannery M, Abel E, Chapple C. Benign Prostatic Hyperplasia. BMJ Best Prac. 2017.
5. Cunningham G, Kadmon D. Clinical manifestations and diagnostic evaluation of benign prostatic hyperplasia. Wolters
Kluwer. 2017
6. Ho, D. (2017). Prostate Inflammation: A Brief Review. Urological Science, 28(3), pp. 113-8.
7. Coker, T., & Dierfeldt, D. (2016). Acute Bacterial Prostatitis: Diagnosis and Management. American Family Physician, 93(2),
pp. 114-20.
8. Turek PJ. Prostatitis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/785418-overview
9. Davis NG, Silberman M. Bacterial Acute Prostatitis. StatPearls Publishing. 2020.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459257/
10. Gill BC, Shoskes DA. Bacterial prostatitis. Curr Opin Infect Dis. 2016;29:86
11. Douglas-Moore, J.L. & Goddard, J. (2018). Current Best Practice in The Management of Cystitis and Pelvic Pain. Ther Adv
Urol., 10(1), pp. 17-22.
12. Tan, C.W. & Chlebicki, M.P. (2016). Urinary Tract Infections in Adults. Singapore Med J., 57(9), pp. 485-90.
13. Suzane, C. Smelzer. Keperawatan medikal bedah vol. 2. hal.1432)
14. (Lewis.Medical Surgikal Nersing. Hal 1262)
15. Li R, Leslie SW. Sistitis. [Diperbarui 2020 Nov 20]. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan
StatPearls; 2020 Jan-.
7. Pencegahan dan edukasi yang dapat diberikan terkait skenario
Perilaku
pemeliharaan
• Jangan menunda buang air kecil • kesehatan
Perilaku pencegahan penyakit
• • Perilaku peningkatan
Perhatikan kebersihan secara baik
kesehatan
• Ganti selalu pakaian dalam setiap hari • Perilaku gizi (makanan) dan
• Pakailah bahan katun sebagai bahan minuman
pakaian dalam
• Minum air yang banyak.
• Buang air seni sesudah hubungan
kelamin

Referensi :
N.said. repository.unimus.ac.id.2018
8. Perspektif Islam
 

َ ِ ‫َم ْن َح َّدثَ ُك ْم أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬


‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ان يَبُو ُل إِاَّل َجا ِل ًسا‬ َ ‫ص ِّدقُوهُ؛ َما َك‬َ ُ‫بَا َل قَائِ ًما فَاَل ت‬

Siapa saja yang mengabarkan kepada kalian''


bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam buang air kecil sambil berdiri, janganlah
kalian benarkan. Beliau tidaklah buang air kecil
kecuali sambil duduk’’ (HR. An-Nasa’i no. 29 At-
Tirmidzi no. 12 dan Ibnu Majah no. 307, shahih)

Referensi :
Kitaabul Adab, karya Fuad ‘Abdul ‘Aziz Asy-Syahlub, hal. 182-184 (penerbit Daarul Qaasim Riyadh KSA, cetakan pertama tahun 1423).
Thank You

Anda mungkin juga menyukai