LAPORAN PBL
“MODUL KUNING”
BLOK MEKANISME DASAR PENYAKIT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
SKENARIO 1
Seorang pria 20 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan kulit dan matanya
berwarna kuning. Dialami sejak 1 minggu yang lalu. Keluahan ini disertai dengan
demam, badan tersa lemah, nafsu makan turun dan kencing berwarna teh tua. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan suhu tubuh 38’C, denyut nadi 90x/i, frekuensi nafas
20x/i, tekanan darah 120/70 mmHg. Ekstremitas dan sklera tampak ikterus.
I. KATA SULIT
Ikterus
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang
berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit,sklera mata
atau jaringan lainnya yang menjadi kuning karena pewarnaan dari
bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah.
Sklera
Sklera atau selaput keras atau selaput putih adalah lapisan luar
mata yang berwarna putih, berserat, tidak tembus cahaya, elastis
dan mengandung kolagen.
Ekstremitas
Ekstremitas adalah anggota gerak tubuh.
IV. JAWABAN
yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati
terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang
terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2
lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit,
kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia
terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas
sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-
lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang
disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian
tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel
fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui
oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-
kapiler yang lain .Lempengan sel-sel
hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya
hubungan erat dengan sinusoid. Pada
pemantauan selanjutnya nampak
parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di
tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis
yg merupakan cabang dari vena-vena
hepatika (vena yang menyalurkan darah
keluar dari hepar).Di bagian tepi di
antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan GAMBAR 1.3 Struktur Hepar
jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena
porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah
banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg
terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi
akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih
besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu. (Kelompok Diskusi
Medikal Bedah, Universitas Indonesia)
Hati tersusun menjadi unit-unit
fungsional yang dikenal sebagi lobulus yaitu
susunan heksagonal jaringan yang
mengelilingi sebuah vena sentral. Hati
memiliki bagian terkecil yang melakukan
tugas diatas disebut sel hati (hepatosit), sel-sel
epithelial sistem empedu dalam jumlah yang
bermakna dan sel-sel parenkimal yang
termasuk di dalamnya endotolium, sel kupffer
dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang.
Histologi Hati
Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi kurana lebih 60%
sel hati,sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel epithelial system empedu dalam jumlah
yang bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel
kuffer dan sel stellatayang berbentuk seperti bintang. Hepatosit sendiri dipisahkan
oleh sinusoid yang tersusun melingkari efferent vena hepatica dan duktus hepatikus.
Saat darah memasuki hati melalui arteri hepatica dan vena porta serta menuju vena
sentralis maka akan didapatkan pengurangan oksigen secara bertahap. Sebagai
konsekuensinya, akan didapatkan variasi penting kerentanan jaringan terhadap
kerusakan asinus. Membrane hepatosit berhadapan langsung dengan sinusoid yang
mempunyai banyak mikrofili. Mikrofili juga tampak pada sisi lain sel yang
membatasi saluran empedu dan merupakan petunjuk tempat permulaan sekresi
empedu. Permukaan lateral hepatosit memiliki sambungan penghubung dan
desmosom yang saling bertautan dengn sebelahnya. Sinusoid hati memiliki lapisan
endothelial endothelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang disse (ruang
sinusoida). Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding inusoid adalah sel fagositik. Sel
Kuffer yang merupakan bagian penting sistem retikuloendothellial dan sel stellata
disebut sel itu, limposit atau perisit. Yang memiliki aktifitas miofibroblastik yang
dapat membantu pengaturan aliran darah. Sinosoidal disamping sebagai faktor
penting dalam perbaikan kerusakan hati. Peningkatan aktifitas sel-sel stellata
tampaknya merupakan faktor kunci dalam pembentukan jaringan fibrotik di dalam
hati.
Fisiologi Hati
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber
energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 - 25% oksigen darah. Ada
beberapa fungsi hati yaitu :
intrinsik.Fibrin harus isomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor
XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa
faktor koagulasi.
9. Fungsi hemodinamik
Hati menerima 士 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 士
1500 cc/ menit atau 1000 - 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica
士 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke
hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini
berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ
penting untuk mempertahankan aliran darah
2. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat dengan panjang
sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol
sedikit ke luar tepi hati, di bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral m. rektus
abdominis. Sebagian besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaringan hati.
Kandung empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum viseral, tetapi infudibulum
kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila
kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian
infudibulum menonjol seperti kantong Hartmann.
Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3 mm. Dinding lumennya
mengandung katup berbentuk spiral Heister, yang memudahkan cairan empedu
mengalir masuk ke dalam kandung empedu, tetapi menahan aliran keluarnya.
Saluran empedu ekstrahepatik terletak di dalam ligamentum hepatoduodenale
yang batas atasnya porta hepatis, sedangkan batas bawahnya distal papilla Vater.
Bagian hulu saluran empedu intrahepatik berpangkal dari saluran paling kecil yang
disebut kanalikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi empedu melalui
duktus interlobaris ke duktus lobaris, dan selanjutnya ke duktus hepatikus di hilus.
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm. Panjang
duktus hepatikus komunis sangat bervariasi, bergantung pada letak muara duktus
sistikus. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum menembus jaringan
pancreas dan dinding duodenum membentuk papilla Vater yang terletak di sebelah
medial dinding duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter Oddi, yang
mengatur aliran empedu ke dalam duodenum. Duktus pankreatikus umumnya
bermuara di tempat yang sama dengan duktus koledokus di dalam papilla Vater,
tetapi dapat juga terpisah.
Sering ditemukan variasi anatomi kandung empedu, saluran empedu, dan
pembuluh arteri yang mendarahi kandung empedu dan hati. Variasi yang kadang
ditemukan dalam bentuk luas ini, perlu diperhatikan para ahli bedah untuk
menghindari komplikasi pembedahan, seperti perdarahan atau cedera pada duktus
hepatikus atau duktus koledokus.
Salah satu fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu, normalnya antara
600-1200 ml/hari6. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu5.
Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam kandung empedu,
dan di sini mengalami pemekatan sekitar 50 %. Fungsi primer dari kandung empedu
adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kandung empedu
mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang terkandung dalam empedu hepatik
5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90%4.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
- Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak,
karena asam empedu yang melakukan dua hal antara lain: asam empedu
membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi
partikel yang lebih kecil dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan
dalam getah pankreas, Asam empedu membantu transpor dan absorpsi produk
akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.
- Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk
buangan yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari
penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel-
sel hati.
Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, hal ini
terjadi ketika makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah
makan. Dasar yang menyebabkan pengosongan adalah kontraksi ritmik dinding
kandung empedu, tetapi efektifitas pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang
bersamaan dari sfingter oddi yang menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis
kedalam duodenum. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat
oleh serat-serat saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik.
Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke duodenum terutama
sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat
dalam makanan, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila
terdapat jumlah lemak yang adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu
kosong secara menyeluruh dalam waktu sekitar 1 jam.
Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%)
cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam
empedu adalah steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol.
Pengaturan produksinya dipengaruhi mekanisme umpan balik yang dapat
ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal kalau diperlukan.
3. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk
yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini
hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan
cara menetralkan asam lambung.
2. Mekanisme demam
Ketika tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan diopsonisasi
(harfiah=siap dimakan) komplemen dan difagosit leukosit darah, limfosit, makrofag
(sel kupffer di hati). Proses ini melepaskan sitokin, diantaranya pirogen endogen
interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, 6, 8, dan 11, interferon α2 dan γ, Tumor nekrosis factor
TNFα (kahektin) dan TNFβ (limfotoksin), macrophage inflammatory protein MIP1.
Sitokin ini diduga mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar
darah otak. Sehingga terjadi demam pada organ ini atau yang berdekatan dengan area
preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) (daerah hipotalamus)
melalui pembentukan prostaglandin PGE₂.
Ketika demam meningkat (karena nilai sebenarnya menyimpang dari set level
yang tiba-tiba neningkat), pengeluaran panas akan dikurangi melalui kulit sehingga
kulit menjadi dingin (perasaan dingin), produksi panas juga meningkat karena
menggigil (termor). Keadaan ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya
mendekati set level normal (suhu normal). Bila demam turun, aliran darah ke kulit
meningkat sehingga orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan
keringat yang banyak.
Ambilan oleh sel hati memerlukan dua protein hati, yaitu protein Y dan Z.
konjugasi bilirubin dengan asam glukoronat dikatalisis oleh enzim glukoronil
transerase dalam reticulum endoplasma. Bilirubin terkonjugasi tidak larut dalam
lemak, tetapi larut dalam air dan dapat di ekskresi dalam empedu dan urine. Langkah
terakhir dalam metabolism bbilirubin hati adalah transport bilirubin terkonjugasi
melalui membrane sel ke dalam empedu melalui suatu proses aktif. Bilirubin tak
terkonjugasi tidak diekskresi ke dalam empedu, kecuali setelah proses foto – oksidasi
atau foto isomerisasi. Bakteri usus mereduksi bilirubin terkonjugasi menjadi
serangkaian senyawa yang disebut stercobilin atau urobilinogen. Zat – zat ini yang
menyebabkan feses berwarna cokelat. Sedangkan sejumlah kecil di ekskresi ke dalam
urine.
Hati (hepatosit)
Sel Retikuloendotel Empedu
Bilirubin tidak
(makrofag monosit) limpa, dll Bilirubin
terkonjugasi
terkonjugasi
+
Penghancuran eritrosit
Asam glukoronat Saluran Cerna
Plasma Urobilinogen
Fe co biliverdin globin
Bilirubin tidak
terkonjugasi
Dalam feses
Bilirubin tidak asam
+
Terkonjugasi amino
albumin Ginjal
Mekanisme Patofisiologi Ikterus
Ada empat mekanisme umum yang menyebabkan hiperbilirubinemia dan
ikterus, yaitu :
1. Over produksi
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah
tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin.
Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat
hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati)
atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus
hemolitik.Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin
tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin tak terkonjugasi
meningkat dalam darah. Karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air maka
tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi bilirubinuria. Tetapi
pembentukkan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi
dalam urine feces (warna gelap).Beberapa penyebab ikterus hemolitik : Hemoglobin
abnormal (cickle sel anemia hemoglobin), Kelainan eritrosit (sferositosis heriditer),
Antibodi serum (Rh. Inkompatibilitas transfusi), Obat-obatan.
2. Penurunan ambilan hepatic
Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya
dari albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti
asam flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini.
b. Sindrom Gilbert
Sindroma gilbert adalah gangguan hati ringan dimana hati tidak
memproses zat yang disebut bilirubin dengan baik. Sindroma gilbert
disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan. Seseorang yang mebidap
sindrom ini sejak lahir namun baru diketahui bertahun-tahun kemudian.
Sindrom gilbert adalah penyakit turunan yang ditandai oleh kadar
bilirubin indirek tinggi dalam darah. Sindrom gilbert disebabkan oleh
mutasi atau perubahan pada gen UG1A1 yaitu gen yang mengendalikan
kadar bilirubin dalam tubuh.
c. Thalasemia
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh
defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin.
Intra Hepatik :
a. Hepatitis (A, B, C, D, E, G)
Hepatitis disebabkan oleh infeksi virus
b. Sirosis Hepatis
Sirosis hati adalah tahap paling akhir dari seluruh tioe penyakit hati
kronik. Sirosis hati dalah penyakit hati menahun yang ditandai proses
peradangan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi dan terbentuknya fibrosis
hati yang difusi dengan terbentuknya modul yang mengganggi susunan
lobulus hati.
c. Pancreatitis
Panctreatitis adalah infeksi atau peradangan pada pancreas
Anoreksia
Pusat kenyang dan pusat lapar berada di otak, di bagian centero medial di
Hipotalamus. Jika terdapat implamasi, maka implamasi ini yang mengandung sel-sel
radang akan mengeluarkan sitokain-sitokain yang nantinya akan mengganggu peasat
keseimbangan dan pusat kenyang, sehingga menyebabkan anoreksia.
Hepatomegaly
Interleukin-1
Penyakit mata dan kulit kuning atau ikterus bisa disebabkan oleh peradangan
pada intrahepatik yang bisa diakibatkan oleh mikroba, mikroba yang masuk dan
menginfeksi hepar dapat merespon sel-sel tertentu seperti monosit, makrofag, dan sel
T-helpe, dan sel-sel ini akan mengaktifkan pirogen endogen seperti IL-1, IL-6 dan
Tumor Necrosis Factor (TNF) seperti pada mekanisme demam, namun IL-1 juga
bertanggung jawab terhadap gejala lain seperti timbulnya rasa kantuk, supresi nafsu
makan, dan penurunan sintesis albumin. Penurunan nafsu makan merupakan akibat
dari kerjasama IL-1 dan TNF-α. Keduanya akan meningkatkan ekspresi leptin oleh
sel adiposa. Peningkatan leptin dalam sirkulasi menyebabkan negatif feed back ke
hipotalamus ventromedial yang berakibat pada penurunan intake makanan.
Mual
Mual merupakan perasaan ingin muntah subjektif. Muntah adalah pengeluaran
isi lambung melaui osofagus dan mulut. Mual dan muntah merupakan pengalaman
yang hamper dirasakan semua orang. Muntah juga merupakan mekanisme pertahanan
tubuh dari bahan yang berbahaya dari saluran pencernaan. Reflek muntah dikontrol
oleh pusat muntah di otak.
Muntah
Muntah dapat terjadi akibat adanya rangsangan dari struktur pada sistem saraf
pusat atau perifer. Area postrema di permukaan dorsal medulla pada aspek kaudal
dari ventrikel diyakini sebagai zona kemoreseptor muntah dan berakibat kepada efek
luaspada aktivator neurochemical. Pada kasus ini lambung mungkin saja memberikan
sinyal kepada pusat muntah diotak untuk mengeluarkan isinya akibat adanya iritasi
dengan mukosa lambung yang mungkin sedang terluka atau mengalami
peradangan.Darah dapat nampak akibat adanya gesekan makanan dengan dinding
lambung atau esofagus yang mengakibatkan terjadinya erosi pada mukosa sehingga
mengakibatkan perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2.
Jakarta : EGC.
http://dokumen.tips/documents/referat-liver-abses-udah-jadi.html#
Maria Loho, Imelda. Hasan Irsan. 2014. CONTINUING Medical Education: Drug-
Induced Liver Injury – Tantangan dalam Diagnosis. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia.
(Kanoko, 2012)
Ganong, W. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Kanoko, M. 2012. Metabolisme Bilirubin dan Patofisologi Ikterus dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: CV. Sagung Seto
(kanoko, 2012)