Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

D DENGAN

GANGGUAN SISTEM GASTRO INTESTINAL

GASTROENTERITIS

DI

OLEH :

Ns. Puput Heriyanto

2019
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Gastroenteritis

1. Definisi

Gastroenteritis (diare) merupakan suatu keadaan dimana frekuensi

buang air besar lebih dari 4 kali dan pada bayi lebih dari 3 kali pada anak,

konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur

lendir dan darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Setiap sel-sel dalam tubuh kita memerlukan adanya suplai makanan

yang terus menerus untuk dapat bertahan hidup terus. Makanan tersebut

akan memberikan energi, membangun jaringan-jaringan baru, mengganti

jaringan-jaringan yang tua atau rusak dan memegang peranan utama dalam

pertumbuhan. Fungsi utama Sistem Gastrointestinal ialah menyediakan

suplai yang berkesinambungan untuk tubuh seperti air, elektrolit, zat gizi

dan lain sebagainya.

Sebelum zat-zat air, elektrolit, zat gizi ini diperoleh tubuh makanan

yang kita makan harus berjalan atau digerakkan sepanjang saluran

pencernaan dengan kecepatan yang sesuai agar dapat berlangung fungsi

pencernaan dan absorbsi.

Tractus Gastrointestinal merupakan sebuah saluran makanan yang

panjang terbentang mulai dari mulut sampai dubur. Dalam keseluruhan

6
dinding Tractus Gastrointestinal terdiri dari empat lapisan dinding, yaitu :

tunico mukosa (lapisan terdalam yang merupakan lapisan terdalam dan

didalam tunico mukosa terdapat enzim yang membantu proses makanan

secara kimiawi). tunico submukosa merupakan lapisan jaringan ikat longgar

yang banyak mengandung pembuluh darah, tunica muskularis (merupakan

dua lapisan otot : lapisan otot sirkuler dan lapisan otot logitudinal), tunica

serosa / tunica adventitia merupakan lapisan terluar dan sangat tipis.

a. Mulut

Mulut (OS) dan rongga mulut merupakan bagian permulaan tractus

Gastrointestinal. Cavum Oris, mempunyai batas-batas : sebelah depan (rima

oris), belakang (istmus favcium), dinding samping bibir dan pipi, batas atas

(maxila) terdiri dari palatum mole dan palatum durum.

Dasar rongga mulut terdiri dari mandibula (rahang bawah), lidah, regio

submandibularis. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot

yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses mengunyah

(mastikasi), menelan (deglution) bicara (spech) dan pengecap, kemudian

terdapat kelenjar air utama yaitu : glandula parotis, glandula sublingualis,

glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang merupakan

salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat

pengunyah dan bicara.

b. Pharing

7
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang kira-

kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii (dasar tengorokan)

yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang rawan

cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang

dicerna mulut) dan lalunya udara.

c. Esophagus

Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari

jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan

bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.

d. Lambung

Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal

dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak

dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma.

Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi,

sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu proses

penyembuhan eritrosid.

e. Usus Halus

Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus

sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen

terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter.

Usus halus dibagi menjadi :

1) Duodenum

8
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila

vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak

mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum yang diebut kelenjar brunner.

2) Yeyenum dan Ileum

Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum

merekat pada dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang

sikenal sebagai mesentrum. Ujung bawah ileum berhubungan

dengan seikum dengan perantara lubang orifisium ileosinkalis.

Dialam tunica propria (bagian alam tunica mukosa) terdapat

jaringan-jaringan limfoid, noduli lymphatici yang ada sendiri-

sendiri atau berkelompok. Sementara di ileum plicae cirkulares dan

villi akan berkurang, sedangkan kelompok noduli lympathici akan

menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara 20 noduli

lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri, yang

menjadi tanda khas ileum.

Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang

sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam amino, menyerap

karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.

9
f. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-

olah seperti huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya

kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus

besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden dan

sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk kemudian

sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.

g. Anus

Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh

tiga spinter yaitu :

1) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak

2) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak

3) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

3. Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

a. Faktor infeksi:

1) Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella,

yersinis enterocolitica, campylobacter.

2) Virus; enterovirus-echoviruses, adenovirus, human retrovirus

seperti agent rota virus, astrovirus.

10
3) Jamur; candida enteritis.

4) Parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, srongyloides), protozoa

(entamoebahystolityca, giardialamblia).

5) Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis

media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak

berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malobsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerensi laktosa, maltosa

dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa,

2) Malabsrobsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan.

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor fsikologis.

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar).

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

a. Gangguan osmotik

11
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga

terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus

dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun kan mengakbatkan bakteri tumbuh berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

12
Menurunnya pemasukan/ hilangnya cairan akibat muntah, diare,

demam, hiperpentilasi

Tiba-tiba dengan cepat cairan ekstraseluler hilang

Ketidak seimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dalam intra seluler

Disfungsi seluler

Syok hipovolemik

Kematian

5. Tanda dan Gejala

Mula-mula klien cengeng, gelisah atau suhu tubuh biasanya

meningkat, napsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare,

tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah, warna tinja makin lama

berubah kehijau-hijawan karena bercampur dengan empedu. Anus dan

daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defikasi dan tinja makin lama

makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

13
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapt

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak

kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, BB menurun, pada

bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput

lendir mulut dan bibir terlihat kering. Berdasarkan banyak cairan yang

hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila

berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dedhidrasi hipotonik, isotonik

dan hipertonik.

Pasien diare yang dirawat biasanya dalam keadaan dehidrasi berat

dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5 %. Pada dehidrasi berat,

volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovelimik dengan

gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah

menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, samnolen,

kadang sampai soporokomateus).

Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila

sudah terjadi asidosis metabolik pasien tampak pucat dengan perbapasan

yang cepat dan dalam (perna[asan kussmaul) asidosis metabolik terjadi

karena :

a. Kehilangan Na HCO3 melalui tinja diare.

b. Ketosis kelaparan.

c. Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat

dikeluarkan (karena oliguria atau anuria)

14
d. Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel.

e. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan.

6. Komplikasi

a. Dehidrasi

Menurut banyaknya cairan yang hilang, Ashwill and Droske (1997)

membagi dehidrasi atas:

1. Dehidrasi ringan; berat badan menurun 3%-5%, dengan volume

cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg.

2. Dehidrasi sedang; berat badan menurun 6%-9%, dengan volume

cairan yang hilang 50-90 ml/kg.

3. Dehidrasi berat; berat badan menurun lebih dari 10%, dengan

volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.

Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas:

1) Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150

mEq/L.

2) Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na plasma kurang dari 131

mEq/L.

3) Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na plasma lebih dari 150 mEq/L

b. Syok hipovolemik

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardi, perubahan elektrokardiogram).

d. Hipokalsemia

15
e. Hiponatremia

f. Hipoglikemia

g. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa usus halus.

h. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

i. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

j. Asidosis.

7. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan

diagnosis (kausal) yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang

tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dikerjakan:

a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis.

2) Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.

3) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik.

4) pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance.

b. Pemeriksaan darah

1) Darah lengkap

Darah perifer lengkap, analisa gas darahdan elektrolit (terutama Na,

Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia

(hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena

16
mal nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses

imflemasi kronis), peningkatan sel-sel darah putih.

2) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal

ginjal.

c. Pemeriksaan elektrolit tubuh.

Terutama kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat terutama pada

penderita diare yang mengalami muntah-muntah, pernapaan cepat dan

dalam, kelemahan otot-otot, ilius paralitik.

d. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik

8. Pengobatan

Dalam garis besarnya pengobatan diare dibagi dalam:

a. Pengobatan kausal

Pada penderita diare antibiotik hanya boleh diberikan kalau:

1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau

biakan.

2) Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan

darah pada tinja.

3) Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi

enteral.

4) Di daerah endemik kolera.

5) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nasokomial.

17
b. Pengobatan simptomatik

1) Obat-obat anti diare.

2) Adsorbent.

3) Antiemetik.

4) Antipiretik.

c. Pengobatan cairan

Ada 2 jenis cairan, yaitu:

1) Cairan rehidrasi oral (CRO)

Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:

a) Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap mengandung

NaCl, KCl, NaHCO3 dan glukosa penggantinya, yang dikenal

dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat

komponen di atas, misalnya larutan gula-garam (LGG), larutan

tepung beras-garam, air tajin, air kelapa, dan lain-lain caiaran

yang tersedia di rumah, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan rehidrasi parenteral (CRP)

Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke I s/d IV

dan pertemuan ilmiah penelitian diare, Litbangkes (1982) digunakan

cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal

untuk digunakan di Indonesia, dan cairan inilah yang sekarang

terdapat di puskesmas-puskesmas dan di rumah-rumah sakit di

Indonesia. Pada diare dengna penyakit penyerta (KKP< jantung,

18
ginjal) cairan yang dianjurkan adalah Half Strength Darrow Glukose

yaitu cairan Hartmann setengah dosis di dalam 2,5 % glukosa atau

cairan Darrow setengah dosis di dalam glukosa 2,5%, karena

keduanya mengandung natrium, kalium, klorida, laktat (basa), dan

glukosa.

Kebutuhan cairan dapat dihitung sebagai berikut:

a) 24 jam pertama:

(1) Dehidrasi ringan; 180 ml/kg (sekitar 3 ¼ fl. oz per lb) per

hari.

(2) Dehidrasi sedang; 220 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per

hari

(3) Dehidrasi berat; 260 ml per kg (sekitar 4 ¾ fl. oz per lb) per

hari

b) Hari-hari berikutnya:

Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg (sekitar 2,5

fl. oz per lb), ditambah dengan penggantian pengeluaran cairan,

yang dihitung secara kasar lewat buang air besar atau lewat

muntahnya. Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara

diatas harus dicatat dan dijumlahkan sertiap hari.

d. Pengobatan diuretik

1) Untuk anak kurang dari 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg

Jenis makanan:

19
a) Susu (ASI/ susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

asam lemak tak jenuh misalnya; LLM, almiron.

b) Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi

tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah

biasa diberi makanan padat

c) Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu

dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan

kelainan yang ditemukan.

2) Untuk anak diatas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg

Jenis makanan: makanan padat atau makanan cair/susu sesuai

dengan kebiasaan makan di rumah.

e. Obat-obatan

Prinsif pengobatan diare ialah menggantikan yang hilang melalui tin ja

dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit

dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan

sebagainya).

B. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastroenteritis

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk

mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat

rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masaalah-masalah

tersebut. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan klien, keluarga, orang

terdekat, daan manusia (Allen, 1998: 21)

20
Asuhan keperawatan bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan

yang ada dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer et. Al,

1996). Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang

dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa

keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan data,

menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.

Adapun langkah-langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan nama ortu.

2) Keluhan utama klien

Biasanya mengeluh berak-berak encer dengan atau tanpa adanya

lendir dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-

hijauan dan berbau amis. Biasanya disertai muntah, tidak napsu

makan dan mungkin ada demam ringan atau demam tinggi pada

anak-anak yang menderita infeksi usus (Ngastiyah 1997).

21
3) Riwayat penyakit sekarang

a) Lamanya keluhan : masing-masing orang berbeda tergantung

pada tingkat dehidrasi, status gizi, keadaan sosial ekinomi,

hygiene dan sanitasi (Jellife, 1994)

b) Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan menjadi gelisah,

badan menjadi lemah dan beraktifitas bermain kurang

(Ngastiyah, 1997).

c) Faktor memperberat : ibu menghentikan pemberian makanan,

anak tidak mau makan dan minum, tidak ada pemberian cairan

tambahan (larutan oralitr atau larutan gula garam).

4) Riwayat penyakit dahulu

Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit

yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang

tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit

keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus

dirawat di rumah sakit.

5) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Disini hal-hal yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi,

usia kehamilan dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup

kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir, dan keadaan anak setelah

lahir.

22
6) Tumbuh kembang

Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai

dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik

halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial atau

kemandirian.

7) Imunisasi

Dalam pengkajian ini yang ditanyakan kepada orang tua adalah

apakah anak mendapatkan imunisasi secara lengkap sesuai dengan

usianya dan jadual pemberian serta efek samping dari pemberian

imunisasi seperti panas, alergi, dan sebagainya.

8) Psikososial

Dalam pengkajian ini yang ditanyakan meliputi tugas

perkembangan sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit,

mekanisme koping yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon

emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress

mencakup juga harapan-harapan keluarga terhadap kesembuhan

penyakit anak.

9) Kesehatan fisik

Beberapa hal yang perlu ditanyakan meliputi pola nutrisi seperti

frekuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak

disukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi

seperti frekuensi buang air besar dan buamg air kecil di rumah dan

23
di rumah sakit. Selain itu ditanyakan tentang konsistensi , warna dan

bau dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam,

kebiasaan sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan

baik di rumah maupun di sekolah, juga bagaimana pola hygiene

tubuh seperti mandi, keramas, gosok gigi dan ganti baju.

10) Kesehatan mental

Dalam hal ini ditanyakan mengenai pola interaksi anak, pola

kognitif anak, pola emosi anak saat dirawat, pola psikologi keluarga

serta kopingnya dan pengetahuan keluarga dalam mengenali

penyakit anaknya.

11) Kesehatan sosial dan spiritual

Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan meliputi pola kultural

atau norma yang berlaku dalam keluarga dan pola rekreasi serta

keadaan lingkungan rumah. Mengenai pola spiritual yang

ditanyakan mengenai pola ibadah apakah klien sudah bisa beribadah

dan nilai-nilai spiritual yang sudah ditanamkan oleh keluarga.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum klien

Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang mendukung

perlu dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, ubun-

ubun besar cekung, mukosa bibir kering dan turgor kulit berkurang

keelastisitasannya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB, adanya

24
nyeri atau distensi abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat

badan

2) Dasar data pengkajian pasien dengan gastroentritis

(Marylinn.E.Doenges, 1999)

a) Aktifitas/istirahat

Gejala : gangguan pola tidur, misalnya : insomnia dini hari,

kelemahan , perasaan hiper dan atau ansietas.

Tanda : periode hiperaktifasi, latihan keras terus menerus.

b) Sirkulasi

Gejala : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat.

Tanda : tekanan darah rendah, bradikardi, distritmia.

c) Integritas Ego

Gejala : ketidak berdayaan putus asa

Tanda :status emosi depresi, menolak , marah, ansietas.

d) Eliminasi

Gejala : Diare, nyeri abdomen tidak jelas dan distres, kembung,

penggunaan laktatif atau diuretik

e) Makanan/cairan

Gejala lapar terus menerus atau menyangkal lapar nafsu makan

normal atau meningkat (kadang menghilang sampai gangguan

lanjut.)

25
f) Hygene

Tanda : rambut rontok, kuku kotor dan rapuh, tanda erosi email

gigi, kondisi gusi buruk.

g) Neurosensori

Tanda : efek depresi, perubahan mental (apatis, bingung,

gangguan memori) karena mal nutrisi/kelaparan.

h) Nyeri/ketidaknyamanan

Gejal : sakit kepala

i) Keamanan

Tanda : peningkatan suhu tubuh, berulangnya proses infeksi,

eksim atau masalah kulit lain.

j) Interaksi sosial

Gejala : merasa tidak berdaya

3) Pemeriksaan penunjang

Pada gastroenteritis biasanya dilakukan pemeriksaan tinja untuk

mengetahui jenis kuman penyebab, pemeriksaan elektrolit, BUN,

creatinin dan glukosa serta perlu diketahui adanya riwayat alergi

terhadap makanan dan obat-obatan.

c. Analisa data

Analisa data merupakan tahap kedua dari proses keperawatan yang

merupakan proses memeriksa dan mengkategorigan informasi untuk

mendapatkan sebuah kesimpulan tentang kebutuhan klien (Doenges,

2000: 42). Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian

26
dianalisa sebagai berikut : untuk menganalisa data dapat dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu data subyektif dan data obyektif.

Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan

klien dalam hal ini anak dan ortu sedangkan data obyektif yaitu data

yang didapat dari suatu pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil

pemeriksaan. Data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan

peranannya untuk menunjang suatu masalah, dimana masalah tersebut

berfokus pada klien dan respon klien.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menjelaskan

status atau masalah kesehatan potensial atau aktual (Gaffar, 1999: 61).

Diagnosa keperawatan berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan

masalah klien yang dapat ditangani oleh perawat (Doenges, 2000: 46).

Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sering ditemukan

pada pasien diare, yaitu :

a. Menurut Lynda Juall Carpenito ( 1999 ), halaman 188-191

1). Resiko tinggi terhadap defisit cairan berhubungan dengan

kehilangan sekunder terhadap muntah dan diare.

2). Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen, diare

dan muntah sekunder terhadap dilatasi sekunder dan hiperperistaltik.

3). Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen

terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

kondisi, pembatasan diit dan tanda-tanda serta gejala komplikasi.

27
b. Menurut Tucker et all ( 1999 ), halaman 958-960

1). Diare yang berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi atau mal

absorbsi usus.

2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan

mentoleransi cairan peroral tanpa muntah dan diare.

3). Perubahan integritas kulit yang berhubungan dengan seringnya

defekasi sehingga iritasi pada daerah anal dan bokong.

4). Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai kebutuhan perawatan di rumah dan prosedur

yang diikuti jika diare berulang.

c. Menurut Walley and Wong ( 1996 ), halaman 406-407

1). Defisit volume cairan yang berhubungan dengan cairan yang

berlebihan melalui muntah dan diare.

2). Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan diare dan intake tidak adekuat.

3). Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan masuknya

mikroorganisme dalam saluran gastrointestinal.

4). Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi akibat

frekuensi diare yang sering.

5). Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,

kurangnya informasi.

28
3. Perencanaan

Perencanaan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan

untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi klien (Depkes RI,

1998). Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan

dimana tujuan/ hasil ditentukan dan intervensi dipilih. Sedang rencana

perawatan adalah bukti tertulis dari tahap dua dan tiga proses keperawatan

yang mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tujuan/ hasil

perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan

menangani masalah atau kebutuhan klien (Marilynn E. Doenges, 1999).

Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit

gastroenteritis adalah sebagai berikut :

Dx. 1. Diare b/d mal absorbsi usus

Tujuan :

Diare teratasi

Kriteria hasil :

Orangtua mengatakan frekuensi BAB kurang dengan konsistensi tidak

encer.

Rencana Keperawatan :

a. Kaji dan observasi defekasi, karateristik, jumlah dan factor pencetus.

b. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.

c. Mulai berikan pemasukan cairan peroral secara bertahap, hindari

minuman dingin.

d. Jelaskan manfaat istirahat adekuat.

29
e. Observasi demam, letargi,takikardi.

f. Kolaborasi dalam pemberian antikolinergik dan antibiotic.

Rasional :

a. Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya

diare.

b. Untuk menghindari iritasi dan meningkatkan istirahat usus.

c. Memberikan istirahat kolon dengan menurunkan/ menghilangkan

rangsangan makanan/ cairan.

d. Istirahat menurunkan mobilisasi usus, juga menurunkan laju

metabolisme bila terjadi infeksi.

e. Untuk menentukan intervensi yang tepat untuk dilakukan.

f. Anti kolinergik untuk menurunkan peristaltic usus, antibiotic

mengobati infeksi supurati lokal.

Dx. 2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake dan output

tidak seimbang.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil :

Berat badan dalam batas normal sesuai dengan tinggi dan umur klien,

porsi makan dihabiskan.

Rencana Tindakan :

a. Kaji status nutrisi klien serta intake dan outputnya.

b. Timbang BB setiap hari.

30
c. Observasi dan catat respon terhadap diit yang diberikan.

d. Sesudah dehidrasi, anjurkan untuk tetap memberi ASI.

e. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama makan.

f. Anjurkan untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering.

Rasional :

a. Sebagai perbandingan dalam menentukan perubahan nutrisi klien

selama sakit.

b. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien selama sakit.

c. Untuk menilai toleransi klien terhadap diit yang diberikan.

d. Pemberian ASI dapat membantu dalam mempercepat proses

penyembuhan.

e. Nafsu makan terangsang pada situasi yang rileks dan

menyenangkan.

f. Pemberian makan sedikit tapi sering tidak akan menekan gastric

sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.

Dx. 3. Resiko terjadi defisit volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan

melalui diare dan muntah.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan

tubuh dalam batas normal.

Kriteria hasil :

Berat badan normal, mukosa bibir lembab, keluaran urin normal 10-20

ml/ jam dan turgor kulit normal.

31
Rencana tindakan :

a. Kaji masukan dan haluaran tiap delapan jam.

b. Ukur tanda-tanda vital tiap 1-2 jam.

c. Timbang BB tiap hari.

d. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

e. Beri anti diare sesuai program.

Rasional :

a. Untuk mengetahui keefektifan terapi.

b. Untuk mengetahui hipotensi dan peningkatan suhu tubuh akibat

dehidrasi.

c. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi setiap hari.

d. Pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan

gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.

e. Agen dari diare mengurangi jumlah cairan feses.

Dx. 4 Perubahan integritas kulit (iritasi pada daerah anal) b/d frekuensi diare

yang sering.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kulit tanpa

eksloriasis lebih lanjut.

Kriteria hasil :

Tanda kemerahan pada daerah anal tidak ada lagi.

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat perubahan integritas kulit.

32
b. Anjurkan orangtua untuk membersihkan daerah perianal dengan air

dan sabun bebas parfum.

c. Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian yang terbuat dari

bahan katun.

d. Anjurkan orangtua menjaga daerah popok tetap bersih dan kering.

Rasional :

a. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kedaruratan kulit.

b. Pembersihan membantu mengontrol baud an menghilangkan

substansi pengiritasian.

c. Bahan katun membantu sirkulasi udara dan menyerap keringat.

d. Kelembaban meningkatkan pertumbuhan bakteri.

Dx. 5 Ansietas orangtua b/d perubahan terhadap status kesehatan anaknya.

Tujuan :

Orangtua menyatakan bahwa sudah tidak cemas lagi.

Kriteria hasil :

Ekspresi wajah tenang dan rileks.

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat cemas.

b. Pertahankan kontak sering dengan orangtua, selalu sedia untuk

mendengarkan dan bicara bila dibutuhkan.

c. Identifikasi cara-cara dimana pasien mendapat bantuan jika

dibutuhkan.

33
d. Sediakan informasi yang kurang sesuai kebutuhan dan jika diminta

oleh pasien atau orang terdekat.

Rasional :

a. Respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang

dipelajari.

b. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar

perasaan.

c. Memantapkan hubungan dan membantu orangtua untuk melihat

realisasi dari penyakit/ pengobatan yang diberikan.

d. Memberikan jaminan bahwa staf bersedia untuk mendukung /

membantu.

Dx. 6 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anak sakit di

rumah b/d kurang informasi.

Tujuan :

Ibu mengerti tentang kondisi penyakit dan perawatan anak sakit di

rumah,

Kriteria hasil :

Ibu mampu menjelaskan kembali tentang apa yang telah dijelaskan.

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit dan perawatan

anaknya.

b. Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya.

34
c. Berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan

keperawatan.

d. Berikan penjelasan kepada orangtua tentang perawatan anak diare di

rumah, seperti pembuatan larutan gula garam.

Rasional :

a. Untuk dapat menentukan intervensi secara tepat.

b. Menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya.

c. Berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan berdasarkan

kebutuhan.

d. Pembuatan larutan gula garam dilakukan sebagai penanganan

pertama untuk mengganti cairan tubuh akibat diare dan muntah.

4. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang

diharapkan dari pasien dan/ atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat

(Marylynn E. Doenges, 1999). Intervensi dipilih untuk membantu pasien dalam

mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangannya. Harapannya

adalah bahwa prilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan

keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah

yang di identifikasi dan tujuan yang telah dipilih.

Intervensi atau tindakan keperawatan dibagi menjadi dua, yaitu tindakan

mandiri (dilakukan perawat) dan tindakan kolaboratif (dilakukan oleh pemberi

35
perawatan lainnya). Contoh dari kedua tindakan yang dilakukan secara

professional berbeda ini adalah :

Tindakan mandiri : membatasi jumlah pengunjung, merapikan tempat

tidur pasien, menimbang berat badan anak, menganjurkan ibu untuk tetap

memberikan ASI pada anaknya yang sakit diare.

Tindakan kolaboratif : memberikan obat anti diare seperti yang

dipesankan.

5. Evaluasi

Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dan tolak ukur

dari hasil yang telah dicapai . Sebagai proses akhir berarti evaluasi

merupakan umpan balik bagi perawat akan berhasil atau tidaknya tujuan

atau mungkin bahkan timbul masalah baru yang sama sekali tak terduga.

Dalam hal ini evaluasi berarti juga sebagai langkah koreksi terhadap

langkah perawatan semula untuk melakukan rencana perawatan berikutnya

yang lebih relevan. Evaluasi dalam hal ini berupa penentuan kriteriase yang

telah dicapai sebagian maupun semuanya dan sama sekali tidak tercapai

atau bahkan timbul masalah baru. Bila masalah teratasi maka rencana

tindakan dipertahankan tapi bila rencana tindakan belum teratasi maka perlu

modifikasi dan begitu pula bila timbul masalah baru. (Tucker et all, 1998)

Adapun rencana tindakan dikatakan tercapai apabila memenuhi

kriteria : anak akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan

36
nutrisi, anak akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan,

anak tidak menunjukkan tanda tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut,

anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat

perkembangan anak-anak akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas

normal.

37
BAB III

C. TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan pada
An. D dengan diagnosa medis Gastroenteritis.

A. Pengkajian

I. Identitas klien

Nama : An D

Umur : 1 tahun 6 bulan

Suku/Bangsa : Jawa

Agama :Islam

Bahasa yang digunakan : Jawa / Indonesia

Alamat : Mulawarman Kec. Tenggatong Seberang

2. Identitas Orang tua

1) Ayah

Nama : Tn D

Umur : 26 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tani

Bahasa yang digunakan : Jawa/Indonesia

Alamat : Mulawarman Kec. Tenggatong Seberang

2) Ibu

Nama : Ny M

38
Umur : 32 tahun

Suku/Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Bahasa yang digunakan : Jawa/Indonesia

Alamat : Mulawarman Kec. Tenggatong Seberang

Penanggung jawab/penanggung biaya : Orang tua

3. Keluhan Utama : berak-berak cair 5 kali.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

1) Prenatal

ANC di puskesmas Separi 4 kali kehamilan, 36 minggu, imunisasi TT

2 kali, obat-obat yang dimonsumsi SF, Kalk.

2) Natal

Di tolong bidan, lahir spontan, langsung menangis, BB 2,8 kg dan

tidak ada liliotan tali pusat.

3) Postnatal

Bayi menangis segera setelah lahir, tidak ada sianosis, menghisap asi

kuat, tidak terdapat icterik.

4) Riwayat Kesehatan

5. Riwayat kesehatan dahulu

a. Penyakit yang pernah diderita : batuk pilek

b. Pernah dirawat/tempatnya : belum pernah

39
c. Lamanya dirawat : -

d. Tindakan/obat yang didapat : sirup batuk pilek

e. Riwayat alergi sebutkan : tidak ada riwayat alergi

f. Riwayat imunisasi :

- BCG setelah lahir

- DPT 3 kali, 2 – 11 bulan

- Polio 4 kali, 0 – 11 bulan

- Campak 1 kali, 9 – 11 bulan

- Hepatitis 3 kali

6. Riwayat Kesehatan saat ini

Ibu mengatakan sejak tanggal 17 Juni 2019 jam 09.00 tiba-tiba

anak berak cair 5 kali, anak rewel/cengeng, makan dan minum tidak mau

mata cekung badan lemah, suhu 37 º C, tanggal 17 juni 2019 jam 09.30

anak di bawa ke Praktik

7. Riwayat Kesehatan keluarga

a. Komposisi keluarga

- Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 4 orang anak

- Klien anak ke 4

- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular,

keturunan, atau sakit serius lainnya.

8. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Personal sosial

- Menggunakan sendok tampa banyak tumpah

40
- Dapat membantu pekerjaan sederhana

- Membuka baju

b. Motorik kasar

- Menendang bola ke depan

- Melempar bola

- Naik tangga

c. Bahasa

- Mengikuti perintah 2 dari 3

d. Motorik halus

- Membuat menara dari kubus

- Mengeluarkan manik-manik dari botol

- Mengeluarkan manik-manik dengan contoh

9. Pola Kesehatan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi dan metabolik

Kegiatan Di rumah Di Rumah Sakit

1. Makan

a. Frekuensi Pagi, siang malam Pagi, siang, sore

b. Jenis makanan Nasi, lauk pauk Bubur saring

(makanan kelurga)

c. Makanan yang Biskuit -

disukai - -

d. Makanan pantangan

2. Minum Air putih, teh, asi Air putih, teh, asi

41
a. Jenis minuman

b. Jumlah (ml/24 jam)

c. Minuman yang

disukai

b. Pola aktifitas dan latihan

Kegiatan Di rumah Di Rumah Sakit

1. Kegiatan khusus tiap hari Bermain Aktifitas bermain

2. Jumlah jam kegiatan/24 3 – 4 jam kurang

jam -

3. Pernah/sedang bekerja -

4. Peran/sebagai anak -

c. Pola tidur dan istirahat

Kegiatan Di rumah Di Rumah Sakit

1. Tidur

a. Tidur siang (jam/hari) 2 – 3 jam

b. Tidur malam 10 – 12 jam

(jam/hari)

c. Kesulitan tidur - Rewel, sering BAB,

gelisah

d. Cara mengatasi - Komunikasi

42
2. Istirahat

a. Istirahat siang hari 2 – 3 jam

(jam/hari)

b. Istirahat malam 10 – 12 jam

(jam/hari)

d. Pola eliminasi

Kegiatan Di rumah Di Rumah Sakit

1. B A B (buang air besar)

a. Frekuensi 1 – 2 kali sehari < 5 kali sehari

b. Jumlah - -

c. Warna Kuning kuning

d. Konsistensi Lembek encer/cair

e. Gangguan/kelainan - -

2. B A K (buang air kecil)

a. Frekuensi 4 – 5 kali sehari

b. Jumlah 500 – 600 ml 300 – 400 ml

c. Warna jernih kuning

d. Gangguan/kelainan - -

43
e. Pola persepsi dan gaya hidup sehat

Kegiatan Di rumah Di Rumah Sakit

1. Mandi 2 – 3 kali sehari Belum mandi

2. Gosok gigi 1 – 2 kali sehari Belum gosok gigi

3. Potong kuku 1 minggu sekali -

4. Cuci rambut 2 – 3 kali sehari -

Kebiasaan -

f. Pola penanggulangan stress

1) Penyebab stress : Keadaan sakit

2) Upaya mengatasi : menangis, memegang orang tua

3) Dampak terhadap diri : anak rewel

10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum :

1) Keadaan penyakit : sedang

2) Kesadaran : compos mentis

3) S u h u : 37º C

4) N a d i : 110 kali/menit

5) Tekanan darah : 95/65 mmhg

6) Pernapasan : 25 x/menit

7) Berat badan sebelum sakit : 11 kg

8) Berat badan sekarang : 9,3 kg

9) Tinggi badan : 80 cm

44
b. Kepala : kepala simetris, lingkar kepala 49 cm, rambut hitam dan bersih,

distribusi merata

c. Mata : Visus 6/6, tidak anemis pupil isokor, reflek terhadap cahaya baik

d. Hidung : simetris, dapat membedakan bermacam bau.

e. Pola hubungan dan peran : yang mengasuh anak orang tua / ibu,

hubungan dengan anggota keluarga cukup baik, perhatian terhadap

lawan bicara cukup responsif. Peran anak sebagai orang yang berhak

mendapat kasih sayang dan pehatian / dukungan orang tua.

f. Pola sensori dan kognitif : fungsi penciuiman dapat mengidentifikasi

bermacam-macam bau, fungsi perabaan bisa membedakan panas dan

dingin. Kognitif proses berpikir cepat tanggap, daya ingat mampu

mengingat dengan baik, responsif.

g. Pola seksual dan reproduksi anak mampu mengenal alat kelaminnya.

h. Telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen dan tidak

memakai alat bantu.

i. Mulut : bentuk bibir tidak terdapat labioscisis, jumlah gigi 10 gigi, tidak

ada caries.

j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, vena jugularis

teraba jelas dan tidak ada kaku kuduk.

k. Thorak simetris kiri dan kanan, tidak ada kiposis atau lardosis, lingkar

dada 50 cm. Jantung : ictus cordis berada di ICS 5 pada linea

medio clavikula sinistra, teraba kurang dari 1 cm persegi, batas-batas

jantung terdengar jelas. Bj 1 pada ics 2-3 linea sentralis dekstra sinistra,

45
Bj 2 pada ics 4-5 linea sentralis sinistra dan linea linea medioclafikularis

sinistra, terdengar jelas dan teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan,

mur-mur tidak ada.

l. Paru : Pergerakan kiri kanan sama, suara napas vesikuler.

m. Abdomen : tidak ada terlihat bayangan / gambaran pembuluh darah,

abdomen sedikit membusung, tidak ada benjolan/masa, peristaltik usus

8 kali/menit.

n. Genitalia-Anus : tidak terdapa pembesaran scrotum, kelenjar limfe, ada

kemerahan daerah anus.

o. Punggung : simetris, tidak ada lordosis dan kiposis.

p. Ekstremitas : keadaan reflek sendi baik ,refleks patologis negatif dan

lingkar lengan 18 cm.

q. Integumen : kulit bersih terasa hangat dan tuirgor cukup baik.

11. Pemeriksan Penunjang :

--

12. Therapy 17 juni 2019

a. Kaotin sy 3 x 1

b. Zink Kids Sy 2x1

c. Cefadroxil sy 125 mg 3 x 1

d. Antasida sy 3 x ½

46
B. Data Fokus

1. Data Subjektif

- Anak saya berak encer sudah lima kali sejak kemarin pagi, berwarna

kuning

- Anak saya setiap diberi makan ,pasti dimuntahkan lagi.

- Anak saya sering terbangun malam hari karena harus BAB.

- Mengapa anak saya berak , beraknya tidak berhenti .

- Kenapa anak saya tidak ada perubahan,berak berak terus.

- Ini obat apa?

2. Data Objektif

- KU lemah.

- Aktifitas bermain kurang.

- BB sebelumnya 11 kg dan BB sekarang 9,3 kg..

- Temp 37° C

- Respirasi 25 kali/menit.

- Pols 110 kali/menit.

- Mata cekung

- Ada kemerahan pada daerah anal.

- Turgor cukup baik.

- .

47
D. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABORASI

Tgl Diagnosa Keperawatan/Masalah Tgl Paraf


No.
Ditemukan Kolaborasi Teratasi Nama
(1) (2) (3) (4) (5)
1 17 juni 2019 Diare b/d mal absorbsi usus ditandai 17 Juni
2019
dengan :
Ds :
“ Anak saya berak encer tiga kali sejak
tadi pagi “
Do : - BAB encer 5x
- Warna kuning
- BB = 9,3 kg (- 1,7 kg)
- BB sebelumnya
11 kg
- P = 110 x / mnt
- RR = 25 x / mnt

Gangguan kebutuhan nutrisi ( kurang


2 17 juni 2019
dari kebutuhan tubuh ) b/d intake dan
output tidak seimbang, ditandai dengan
Ds :
“ Anak saya setiap diberi makan
dimuntahkannya lagi “
Do : - Pasien lemah
- BB = 9,3 kg BB
sebelumnya 11 kg
- Aktifitas bermain
kurang.

48
(1) (2) (3) (4) (5)
5 17 juni 2019 Gangguan pola tidur b/d BAB sering 17 juni
ditandai dengan : 2019
Ds :
“ Anak saya sering terbangun karena
BAB “
Do : - Anak gelisah
- BAB encer
- Warna kuning
- P : 110 x / mnt
- Jumlah jam tidur 8-10 jam
-
Kurang pengetahuan orang tua tentang
17 juni 2019
6 penyakit dan perawatan untuk anak b/d
17 juni
kurangnya informasi ditandai dengan :
2019
Ds :
“Orang tua sering bertanya”
“ Ini obat apa ? “
Do : Pendidikan ibu SD

49

Anda mungkin juga menyukai