Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn.R

DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTROENTERITIS

DI RUANG IPD LANTAI II RSU SYUBBANUL WATHON MAGELANG

Disusun Oleh :

Nama : Khaida Jihan Lailatul Afifah

NIM : P1337420520062

Kelas : Setyaki 2

PRODI D III KEPERWATAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2022


A. Definisi

Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang dapat menimbulkan gejala diare

yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit lebih sering dari biasanya yang mana

bersifat patogen. Gastroenteritis dibagi menjadi dua jenis menurut waktu onset dan

durasi yaitu Gastroenteritis Akut dan Gastroenteritis Kronis. (Nari, 2019). Gastroenteritis

akut atau GEA adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14

hari, gastroenteritis juga kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan karena frekuensi satu

atau lebih buang air besar berbentuk encer dan berair. (Nari, 2019)

B. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) dalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya

menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta

membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses

tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,

yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.


a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada

hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari

sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk

untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir-

Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari bahasa

yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam

lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini

terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu

makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui

kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan

faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi

tiga bagian:

1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2 Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3) Bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)


d. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke dalam

lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa

membuka dan menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya

kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan

enzimenzim

e. Usus Halus (Usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus .

melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan

pecahari-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah

kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus terdiri dari tiga

bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus

penyerapan (ileum) :

1) Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas

jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan

berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,

yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua

muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

2) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan

(ileum).Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter

adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam

tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus

dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.Secara

histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar

Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni

sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong

dan usus penyerapan secara makroskopis-Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune

yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya berasal dari bahasa

Laton, jejunus, yang berarti “kosong”

3) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7

dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram

empedu.

f. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.Usus besar terdiri dari

Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid

(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar

berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di

dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri

ini penting untuk fungsi normal dari usus.

g. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi | adalah

suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari

usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis

reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora

eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh

umbai cacing.

h. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang

berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. . Organ

ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini

kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens

Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan

untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding. rektum karena penumpukan

material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan

untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak, terjadi, sering kali material akan

dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan

terjadi.

C. Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab munculnya gastroenteritis menurut W idoyono. 2017)

diantaranya sebagai berikut :

1. Infeksi oleh virus : Virus tersebut antara lain Rotavirus, Enterovirus, Adenovirus,

dan Norwalk

2. Infeksi oleh bakteri : Bakteri tersebut antara lain Esherichia coli, Shigella sp, Vibrio

cholera, Salmonella, Campulobacter, Yersinia enterecolitic.

3. Infeksi oleh parasite Biasanya disebabkan oleh cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Trichomonas hominis), dan Jamur

(Candida albicang).

4. Obat-obatan

5. Keracunan makanan dan malabsorbsi

D. Patofosiologi

Menurut (Ardiansyah M. 2018) patofisiologi gastroenteritis antara lain sebagai

berikut:

Penyebab gastroenteristis adalah masuknya virus, bakteri atau toksin, dan

parasite, Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral, dalam beberapa kasus

terjadinya penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang

terkontaminasi tinja, ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan

makanan yang disajikan tanpa dimasak.


Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic

(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam

rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam

rongga usus, akibatnya isi rongga usus menjadi berlebihan sehingga timbul diare.

Selain itu, gangguan ini juga dapat menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di

dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan motilitas usus dapat mengakibatkan hiperperstaktik dan

hipoperistaltik. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan, sehingga .timbul diare. Sebaliknya, jika terjadi

hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga juga terjadi

diare. “Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang

mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hypokalemia),

gangguan gizi (intake kurang, dan output berlebihan), hypovolemia, hipoglekemia,

dan gangguan sirkulasi darah.


E. Pathways
Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk Tekanan osmotic Toksin tidak dapat


dan berkembang meningkat diabsorbsi
dalam usus

Toksin dalam Pergeseran air Hiperperistaltik


Dinding usus halus dan elektrolit ke
rongga usus

hipersekresi air dan isi rongga usus kemampuan absorbsi


elektrolit usus meningkat meningkat menurun

DIARE

BAB Sering dengan inflamasi saluran pencernaan

Konsistensi encer

Kulit di sekitar cairan yang frekwensi Agen pirogenik Mual dan

Anus lecet dan keluar banyak defekasi muntah

Iritasi Suhu tubuh


meningkat Anoreksia

Kemerahan dan dehidrasi BAB encer dengan

Gatal atau tanpa darah


Hipertermia Ketidakseimb
angan nutrisi
Resiko Kekurangan kurang dari
kerusakan Diare
volume cairan kebutuhan
F. kulit
intregitas Pengkajian Fokus
tubuh

1) Pengkajian

Menurut (Ernawati,2017) Pengkajian merupakan setiap awal dari proses

keperawatan,tujuan utama dalam pengkajian untuk memberi gambaran secara terus

menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan

keperawatan informasi subjektif dan objektif dari pasien, adapun data yang

dikumpulkan:

a. Identitas klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis

medis.

b. Alasan masuk

Gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan dirasakan dan hal-hal

yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya dengan fungsi fisiologis maupun

pengobatan yang pernah dialami.

c. Riwayat Keperawatan

1) Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam

mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan atau

keaddan lain yang sesuai dengan SDKI 2017.


2) Riwayat Keperawatan Penyakit Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit

sistem kardiovaskulear, riwayat penyakit sistem muskuloskctal.

3) Riwayat Kesehatan keluarga

Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang

sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang menular

dalam keluarga (Mutttaqin, Arif dan Sari, 2011)

d. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : kaji keadaan umum pasien

2. Tanda – tanda vital : kaji suhu tubuh, tekanan darah, nadi, pernapasan

pasien

3. Kepala : kaji bentuk wajah, kulit kepala bersih/kotor, terpadat

benjolan atau tidak

4. Mata : kaji kelengkapan dan keadaan sekitar mata

5. Hidung : kaji bentuk hidung, keadaan lubang hidung dan cuping

hidung

6. Telinga : kaji bentuk telinga ukuran, lubang, dan ketajaman

pendengaran

7. Mulut : kaji keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan

lidah

8. Leher : kaji tyroid dan denyut nadi karotis


9. Kulit :kaji warna kult, keadaan turgor, kulit hangat/dingin

10. Dada : lakukan ispeksi, perkusi, palpas dan auskultasi pada

paru-paru, jantung

11. Abdomen : lakukan ispeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi pada

abdomen

12. Genetalia : jenis kelamin pasien, terpasang/tidak kateter

13. Ekstermitas : tangan terpasang infus atau tidak, ada edema atau

tidak, akral hangat/dingin

2) Pengkajian pola fungsional

1. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada

mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.

2. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan

terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan

mengandung MSG.

3. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri

saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

4. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu

karena terjadi kelemahan dan nyeri.

5. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada

komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.


6. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

7. Persepsi dan Konsep Diri

Mammae merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat

operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya

sebagai wanita normal.

8. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan

perannya dalam berinteraksi social.

9. Reproduksi dan Seksual

Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat

kepuasan.

10. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.

11. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang

dada.

G. Diagnosa Keperawatan

a. Definisi

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat

professional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan

pasien, baik aktual ataupun potensial , yang ditetapkan berdasarkan analisis dan

interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosa keperawatan harus jelas,

singkat dan lugas terkait masalah kesehatan pasien berikut penyebabnya yang dapat

diatasi melalui tindakan keperawatan (Kristantri & Panjaitan, 2010). Menurut Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (2017), defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu. Penyebab defisit

pengetahuan adalah keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi, kurang

pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat, dan tidak familier

dengan informasi.

Gejala dan tanda menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), adalah sebagai

berikut:

a. Mayor

1) Subjektif

Menanyakan masalah yang dihadapi Misalnya : menanyakan keadaan ataupun

kondisi kehamilannya

2) Obyektif

a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

Misalnya : Jarang melakukan pemeriksaan kehamilan dan terlalu

melakukan kebiasaan (kepercayaan) yang bertentangan dengan kesehatan.

b) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Misalnya : Mempunyai pemikiran yang berbeda dari segi kesehatan

terhadap kehamilannya karena kesalahan informasi yang di terima.

H. Intervensi

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi

arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana,

kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam

menyusun rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat perlu

dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008). .Intervensi keperawatan adalah segala


pengobatan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25

penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP

PPNI, 2018).

I. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi


Berdasarkan SDKI (PPNI, 2016) diagnosa serta asuhan keperawatan yang kemungkinan
terjadi pada gastroenteritis adalah

DX Tujuan dan Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
Kekurangan Status cairan Manajemen
volume cairan (L.03028) hipovolemia
(hypovolemia) Setelah dilakukan (I.03116)
b.d kehilangan tindakan Observasi
- Untuk mengetahui
cairan aktif d.d keperawatan selama - Periksa tanda dan
gejala yang di alami
diare 3 x 24 jam, gejala hypovolemia
kekurangan volume (mis. Frekuensi
cairan (hypovolemia) nadi meningkat,
membaik dengan nadi teraba lemah,
kriteria hasil: tekanan darah
- Output urine ' menurun,
meningkat dengan hematocrit
skala 5 meningkat, haus,
- Frekuensi nadi lemah)
membaik dengan - Monitor intake - Untuk mengetahui
skala 5 dan output cairan balance cairan pada
- Tekanan nadi tubuh pasien
membaik dengan Terapeutik :
skala 5 - Hitung kebutuhan - Untuk mengetahui
- Berat badan cairan kebutuhan cairan
membaik dengan - Berikan posisi
- Agar memberikan
skala5 modified
posisi nyaman pada
- Intake cairan trendelenburg
pasien
membaik dengan | - Berikan asupan
skala 5 cairan oral - Untuk mencukupi
- Suhu badan kebutuhan cairan
membaik dengan Edukasi : pasien
skala 5 - Anjurkan
memperbanyak - Agar tidak terjadi

asupan cairan dehidrasi

oral

Kolaborasi :
- Kolaborasi - Agar kebutuhan cairan
pemberian cairan pasien tercukupi
IV isotonis (mis.
NaCl, RL) - Untuk mempercepat
- Kolaborasi rehidrasi pasien
pemberian cairan
IV hipotonis
(mis.glukosa 2,5%,
NaCI 0,4%)

Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen


b.d peningkatan (L.03030) Nutrisi
kebutuhan Setelah dilakukan (I.03119):
metabolisme d.d
Tindakan
intake makanan
keperawatan selama Observasi :
tidak adekuat - Untuk mengetahui
3 x 24 jam, status - Identifikasi status
kebutuhan nutrisi
nutrisi membaik nutrisi
pasien
dengan kriteria hasil: - Identifikasi
- Porsi makan yang makanan yang - Untuk menambah nafsu
dihabiskan disukai makan pasien
meningkat dengan - Monitor asupan - Untuk Mengetahui
skala 5 makanan intake asupan harian
- Perasaancepat - Monitor berat - Untuk mengetahui
kenyang menurun badan adanya kekurangan
dengan skala 5 - Monitor hasil nutrisi apa tidak
- Diare menurun pemeriksaan - Untuk mengetahui
dengan skala 5 laboraturium kesehatan pasien
- Berat badan
membaik dengan Terapeutik :
skala 5 - Berikan makanan - Agar tidak terjadi

- Indeks massa tubuh tinggi serat untuk sembelit

(IMT) membaik mencegah


dengan skala 5 konstipasi
- Agar nutrisi harian
- Nafsu makan - Berikan makanan
tercukupi
membaik dengan tinggi kalori dan
skala 5 tinggi protein
- Untuk menambah
- Membrane mukosa - Berikan suplemen
kadar nutrisi yang
membaik dengan makan, jika perlu
belum tercukupi
skala 5
Edukasi :
- Untuk mendapatkan
- Anjurkan posisi
posisi nyaman, dan
duduk, jika mampu
tidak terjadi bed rest
- Ajarkan diet yang
- Agar tidak
diprogramkan
memperparah keadaan

Kolaborasi :
- Kolaborasi
- Untuk mengurangi rasa
pemberian
nyeri pasien
medikasi sebelum
makan mis. Pereda
nyeri, antiemetic,
jika perlu)
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan - Agar kebutuhan pasien

jumlah kalori dan tercukupi

Jenis nutrient yang


di butuhkan, jika
perlu

Risiko Integritas Kulit dan Perawatan


gangguan Jaringan integritas kulit
integritas kulit (L.14125) (I.11353)
b.d perubahan Setelah dilakukan
status nutrisi tindakan Observasi :
- Untuk mengetahui
(kelebihan atau keperawatan selama - Identifikasi
lebih lanjut mengenai
kekurangan) 3 x 24 jam, integritas penyebab gangguan
penyakit ini
d.d kemerahan kulit dan integritas kulit
dan gatal jaringan ,meningkat (mis. Perubahan
disekitar anus dengan kriteria hasil : sirkulasi,
- Kerusakan jaringan perubahan status
menurun dengan nutrisi, penurunan
skala 5 kelembaban, suhu
- Kemerahan lingkungan
menurun dengan ekstrem, penurunan
skala 5 mobilitas)
- Suhu kulit
- membaik dengan Terapeutik :
skala 5 - Ubah posisi tiap 2 - Agar pasien tidak jenuh
dan tidak ada kekakuan
- Sensasi membaik jam jika tirah
baring otot
dengan skala 5
- Gunakan produk - Agar tidak terjadi

berbahan iritasi

ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive

- Hindari produk - Mencegah terjadinya

berbahan dasar iritasi

alcohol pada kulit


kering

Edukasi :

- Agar kebutuhan cairan


- Anjurkan minum
terpenuhi
air yang cukup
- Agar nutrisi yang
- Anjurkan
masuk kedalam tubuh
meningkatkan
tercukupi
asupan nutrisi
- Untuk mencukupi
- Anjurkan
kebutuhan nutrisi
meningkatan
harian
asupan buah dan
sayur
- Mencegah terjadinya
- Anjurkan mandi
iritasi
dan menggunakan
sabun secukupnya

J. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas 29 spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,

edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi

keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi,2012)


Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama

merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,

implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan

puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga

merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan

selesai dilakukan (Asmadi, 2018)

K. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana.

(Manurung,2011)

Evaluasi dapat berupa evalusi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari

evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.

Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan

informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani, 2011).


DAFTAR PUSTAKA
Kartikasari, Sofia Arini, Duwi Basuki, and Chaterina Janes Pratiwi. ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT DENGAN
MASALAH HIPOVOLEMIA DI RS KAMAR MEDIKA KOTA MOJOKERTO.
Diss. 2022.
Suharyono. 2018. Diare Akut Klinik dan Laboraturium.Jakarta : Rineka Cipta
Rani AA, Siadibrata KM, dkk. 2019. Buku Ajar Gastroentrologi. Jakarta : Interna Publishing
Suratun, Lusianah. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media -
Syaifuddin. 2017. Anatomi F isiologi: Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
“EGC.
135
Widyono. 2017. Penyakit Tropi Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya.
Jakarta: Airlangga | Ardiansyah M. 2018. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta :
Diva
Press
Ernawati. 2017. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : TIM
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil 
Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI | PPNI. 2018.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI PPNI. 2016.
Standar “Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1.
Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai