A. Definisi
Demam Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Tipes atau Thypoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang
pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella parathypi A, B, C selainini
juga menyebabkan gastroenteritis (radang lambung) (Widoyono,2013)
Demam Thypoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi
manusia yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu penderita demam
Thypoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam
Thypoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya
(Nadyah, 2014).
Thypoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam.
Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnya
memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-turun. Hal ini
terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal
inilah yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga penderita (Dinkes,
2013).
B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
a. Mulut
Merupakan organ pencernaan yang pertam bertugas dalam proses
pencernaan , fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makannan
sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan kedalam perut
(Evelyn C. Pearce, 2011)
b. Lidah
Berfungsi sebagai membolak balikan makanan sehingga semua makanan
dihancurkan secara merata. Selain itu, lidah berfungsi membantu menelan
makanan (Evelyn C. Pearce, 2011).
c. Gigi
Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit menelan makanan yang
dimakannya. Menurut tugasnya gigi termasuk dari sistem pencernaan.
Gigi tumbuh didalam lesung pada rahang dan memiliki jaringan seperti
pada tulang, tetapi gigi bukan bagian dari kerangka (Evelyn C. Pearce,
2011)
d. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
e. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diapragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus
uteri.
f. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus meliputi,lapisan mukosa
(sebelah kanan), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot
memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus kosong
(jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa
berotot (> 6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi
atas usus 12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan
(ileum).
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya
bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna makanan
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri didalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
k. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivore
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora ekslusif memiliki yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
l. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk
dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda- beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendiktomi.
m. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus
C. Etiologi
Penyebab demam Thypoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella
paratyphii A, dan Salmonella Paratyphii B, Wujudnya berupa basil gram negative,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif
anaerob pada suhu 15-41oC (Optimum 37oC) dan pH pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah,
2012).
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar).
b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flgela dan bersifat
termolabil.
c. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella typhosa
juga memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple
antibiotic. Ada 3 spesies utama, yaitu :
D. Manifestasi Klinis
1 Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari
2 Demam meninggi sampai akhirminggu pertama
3 Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
4 Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari
5 Nyeri kepala, nyeri perut
6 Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7 Pusing, bradikardi, nyeri otot
8 Batuk
9 Epistaksis
10 Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)
11 Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
12 Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Periode infeksi demam Thypoid, gejala dan tanda :
Keluhan Dan Gejala Demam Thypoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu pertama Panas berlansung Gangguan saluran Bakterimia
insidious, tipe panas cerna
stepladder yang
mencapai 39-40oC,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu Kedua Rash, nyeri abdomen, Rose Spot, Vaskulitis, hiperplasi
diare, atau konstipasi, splenomegali, pada peyer’s patches
delirium hepatomegali nodul Thypoid pada
limpa dan hati
E. Patofisiologi
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di
usus, bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan
mekanisme membrane ruffl ing, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola
intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan
masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada
tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih
memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan
berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan
sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode
replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam system peredaran darah dan
menyebabkan bakteremia. sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode
inkubasi.Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala,
dan nyeri abdomen.
Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ-organ sistem
retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya
Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier.
(CDK, 2012).
F. Pathway
Makanan yang terinfeksi bakteri
salmonella typhosa
Lambung
Peradangan
Lambung tertekan
Nyeri Mual
Perforasi Anoreksia
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam Thypoid ada tiga, yaitu :
1. Pemberian antibiotic
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam Thypoid. Obat
yang sering dipergunakan adalah:
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.
d. Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6 hari; ofloxacin
600 mg/hari selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).
2. Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita
sebaiknya beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat
mekanisme penularan penyakit ini, kebersihan perorangan perlu dijaga karena
ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air kecil.
3. Nonfarmakologi dan Diet
a. Diharuskan untuk Bedrest
b. Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan
berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih
padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya.
Pemberian kadar gizi dan mineral perlu dipertimbangkan agar dapat
menunjang kesembuhan penderita (Widoyono, 2011).
I. Pencegahan
Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah :
1. Dari sisi manusia :
a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini
dilakukan vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau Thypoid yang disuntikan
atau diminum dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene, sanitasi, personal hygiene.
2. Dari sisi lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan
b. Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c. Pemberantasan lalat
d. Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual makanan
(Akhsin Zulkoni, 2011).
Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada demam Thypoid
adalah :
1. Hindari tempat yang tidak sehat
2. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
3. Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak/panaskan
sampai 570 beberapa menit dan secara merata
4. Salmonella thypi didalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 570 untuk
beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi
5. Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
6. Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol
7. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman
8. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
9. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, dan efek samping
10. Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala tersebut
11. Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan
12. Vaksin demam Thypoid
13. Buang sampah pada tempatnya
(Nurarif & Kusuma, 2015).
J. Komplikasi
1. Komplikasi demam typoid terbagi atas dua, yaitu :
a. Komplikasi Intestinal
Pendarahan usus,perforasi usus.
b. Komplikasi Ekstra Intestinal
Typoid encepalogi, meningitis pneumonia,endocarditis
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no
register, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan penanggung
jawab.
2. Alasan Masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa mual dan kembung, nafsu
makan menurun, diare/konstipasi, nyeri kepala.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia, mual , muntah,
diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri kepala, nyeri otot, lidah kotor,
gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam typoid atau pernah
menderita penyakit lainnya?
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit demam typoid atau
penyakit keturunan?
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Biasanya badan lemah
b. TTV : peningkatan suhu,perubahan nadi, respirasi
d. Kesadaran : Dapat mengalami penurunan kesadaran.
5. Pemeriksaan Head To toe
a. Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi rambut merata
dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik
konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil terhadap cahaya baik.
c. Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat peradangan.
d. Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat tanda-tanda
peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat pernafasan cuping hidung taka
ada epistaksis.
e. Mulut dan gigi
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan, mukosa
mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.
f. Leher
Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.
g. Dada
Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada sesak., tidak
ada batuk.
h. Abdomen
Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri tekan,bising usus
12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa
i. Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan bawah,tidak terdapat
fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama kuat
6. Data Psikologis
Biasanya pasien mengalami ansietas, ketakutan , perasaan tak berdaya dan depresi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hypertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera agens biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
anadekuat
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang anadekuat dan
peningkatan suhu tubuh
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
(penurunan motilitas usus)
6. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Hipertermia berhubungan dengan Termoregulasi (0800) Perawatan demam
penyakit - Tidak ada merinding saat - Monitor suhu sesering
dingin (skala 3-5) mungkin
- Tidak berkeringat saat - Monitor IWL
panas (skala 3-5) - Monitor warna dan suhu kulit
- Tidak menggigil saat - Monitor tekanan darah, nadi
dingin (skala 3-5) dan RR
- Monitor penurunan tingkat
Tanda – tanda vital (0802) kesadaran
- Suhu tubuh dalam rentang - Monitor WBC, Hb, dan Hct
normal (skala 3-5) - Monitor intake dan output
- Nadi dalam rentang - Berikan anti piretik
normal (skala 3-5) - Berikan pengobatan untuk
- Tekanan darah dalam mengatasi penyebab demam
rentang normal (skala 3-5) - Selimuti pasien
- Pernapasan dalam rentang - Lakukan tapid sponge
normal (skala 3-5) - Berikan cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat
Keparahan Infeksi (0703) paha dan aksila
- Tidak ada demam (skala - Tingkatkan sirkulasi udara
3-5) - Berikan pengobatan untuk
- Suhu tubuh dalam rentang mencegah terjadinya
normal (skala 3-5) menggigil
- Tidak ada menggigil
(skala 3-5)
- Jumlah sel darah putih Pengaturan Suhu
dalam rentang normal - Monitor suhu minimal tiap 2
(skala 3-5) jam
- Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
- Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu
Monitor nutrisi
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama
makan
-Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4. Resiko kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan (601) Manaje cairanmen
- Tekanan darah dalam - Timbang popok/pembalut jika
berhubungan dengan intake yang
rentang normal (skala 3-5) diperlukan
anadekuat dan peningkatan suhu - Denyut nadi dalam rentang - Pertahankan catatan intake dan
normal (skala 3-5) output yang akurat
tubuh
- Keseimbangan intake dan - Monitor status hidrasi
output dalam 24 jam (skala (kelembaban membran
3-5) mukosa, nadi adekuat, tekanan
- Tidak terganggunya turgor darah ortostatik), jika
kulit (skala 3-5) diperlukan
- Tidak terganggunya - Monitor vital sign
kelembaban membran - Monitor masukan makanan /
mukosa (skala 3-5) cairan dan hitung intake kalori
- Tidak terganggunya serum harian
elektrolit (skala 3-5) - Lakukan terapi IV
- Tidak terganggunya serum - Monitor status nutrisi
hematokrit (skala 3-5) - Berikan cairan
- Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
- Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
D. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan
dan sesuai intervensi yang telah direncanakan
E. EVALUASI
Melakukan evaluasi untuk setiap diagnosa yang telah ditegakkan dan mengacu
pada tujuan intervensi sebagai tolak ukur pencapaian keberhasilan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C.Pearce. 2011. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC. Jakarta
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan pemeriksaan widal.
Bali: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah