Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM TYPHOID

A. DEFINISI PENYAKIT
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kuman Salmonella ( Brunner and Sudart, 2009 ).
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12
– 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak
12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia &
Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella
Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart,
2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 2011).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran.(Mansjoer, 2011: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan

1
salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan
gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2010: 1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput lendir
usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh tubuh.
(Tambayong, 2011: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi.( Ovedoff, 2011: 514).
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran
pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1
minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran Demam tifoid
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 – 14 hari. Sedangkan
typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih
ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut. (FKUI,
2014).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
1. Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus meliputi, lapisan mukosa
(sebelah kanan), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

2
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari duodenum), usus
kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi usus halus terdiri dari pipa
berotot (> 6 cm), pencernaan secara kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi atas usus
12 jari (duodenum), usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pancreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa
Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
dari usus halus, diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yaitu sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
c. Usus Penyerapan (ileum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
3
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
2. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon
sigmoid (berhubungan dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam
usus besar berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan membantu penyerapan
zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
3. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa
jenis reptil. Sebagian besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan
karnivora ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
4. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen
atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing
adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda-beda di retrocaecal atau
di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ
vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi

4
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendiktomi.
5. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpang ditempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material didalam rectum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih
tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limba keluar dari
tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.

C. ETIOLOGI
Menurut (Rahmad Juwono, 2011) :
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
a. antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
b. antigen H(flagella)
c. antigen V1 dan protein membrane hialin
2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Faces dan Urin dari penderita thypus
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil gram
negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora.

5
Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik
sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati
pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B atau C (Soedarto,
2010). Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :
a. antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup
Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga merupakan somatik
antigen yang tidak menyebar
b. antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil
c. antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut (Suriadi, 2012) :
1. Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke
peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati,
limpa dan organ-organ lainnnya.
2. Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk
kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama
limpa, usus dan kandung empedu.
3. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar
limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi
ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai
perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
4. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.

6
E. PATHWAYS
Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin


usus halus

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Pendarahan dan Nyeri perabaan


perforasi Mual/tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi

Resiko kurang velume cairan

(Suriadi & Rita Y, 2012)

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala klinik demam thypoid :
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal) 100%
Kurang enak di perut >50%
Nyeri tulang, persendian, dan otot >50%
Berak-berak <50%
Muntah <50%
Gejala:
Demam 100%
Nyeri tekan perut 75%
Bronkitis 75%
Toksik >60%
Letargik >60%

7
Lidah tifus (“kotor”) 40%
 
(Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 2010.)
1. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris reminten, suhu tubuh
berangsur meningkat
2. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir kering pecah-pecah
(ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor (coated tongue, lidah limfoid) ujung dan
tepinya kemerahan, biasanya disertai konstipasi, kadang diare, mual muntah, dan
jarang kembung.
3. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam, apatis
sampai somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah
4. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan dan lebih singkat

G. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) (Mansjoer, Arif, 2011):
1. Perasaan tidak enak badan
2. Lesu
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Diare
6. Anoreksia
7. Batuk
8. Nyeri ototMenyusul
Gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Rahmad Juwono, 1996) :
1. Demam
a. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam hari
b. Minggu II: Demam terus
c. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
2. Gangguan pada saluran pencernaan                       
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan

8
c. Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan kesadaran          
a. Kesadaran yaitu apatis–somnolen
b. Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit)
Demam  lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam  tinggi.
1. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak
akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
2. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan
limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga
terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa
masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
3. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa
kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
4. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
5. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi dalam (Patriani Sarasan, 2011) :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstra intestinal


a. Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitie.
b. Darah : anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik

9
c. Paru : pneumonia, empiema, pleuritis.
d. Hepar dan kandung empedu : hipertitis dan kolesistitis.
e. Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
f. Tulang : oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
g. Neuropsikiatrik : delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie, perifer,
sindrom Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
h. Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.
Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan umum,
terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.
Di usus halus Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
1. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
a. Penurunan TD dan suhu tubuh
b. Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
c. Kulit pucat
d. Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
2. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal
ileum.
3. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
a. Nyeri perut hebat
b. Kembung
c. Dinding abdomen tegang (defense muskulair)
d. Nyeri tekan
e. TD menurun
f. Suara bising usus melemah dan pekak hati berkuran
g. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu singkat.

Diluar usus halus


1. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
2. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
3. Kolesistitis
10
4. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam
tinggi
5. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas, diare,
kelainan neurologis.
6. Miokarditis
7. Karier kronik

I. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan adalah (Pakdhe, 2010) :
1. Obat
Sampai saat ini masih menganut Trilogi penatalaksanaan demam thypoid, yaitu:
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan
selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan
menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian.
b. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. di RSUP Persahabatan), penggunaan
kloramphenikol masih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti
obat– obat terbaru dari jenis kuinolon.
c. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 – 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan selama 2
minggu.
d. Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametosazol-80 mg
trimetropim), diberikan selama dua minggu.
2. Diet
a. Cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas dapat
diberikan bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai tingkat kesembuhan.
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,
yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar)
dapat diberikan secara aman.
c. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif
dengan nutrisi parenteral total.
3. Istirahat
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien harus
tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan kondisi. Klien

11
dengan kondisi kesadaran menurun perlu diubah posisinya setiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu
perhatian karena kadang – kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.
4. Perawatan sehari – hari
Dalam perawatan selalu dijaga personal hygiene, kebersihan tempat tidur, pakaian,
dan peralatan yang digunakan oleh klien.
a. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan,
observasi dan diberikan pengobatan yakni :
1) Isolasi pasien.
2) Desinfeksi pakaian.
3) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
4) Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali
(istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri
kemudian berjalan diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik
dapat juga diberikan makanan biasa.
c. Obat
Obat anti mikroba yang sering digunakan :
1) Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari
bebas panas/minimal 14 hari.

2) Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas
panas/minimal 10 hari.

12
3) Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi
dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu
mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas (Abdi, 2012).

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif,
aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
2. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya
dalam minggu pertama sakit.
3. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi 1/200³ - Diperlukan  titer anti bodi
terhadap antigeno yang bernilai   4 kali antara masa akut dan konvalesene
mengarah³atau peningkatan  kepada demam typhoid.
4. Pemeriksaan darah
a. Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama
sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
b. Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis
thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu
masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk
kultur dan widal)
5. Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel
System (RES) dengan adanya sel makrofag.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

13
1. Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar
oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan
melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan
tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang
tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc
dan menyiapkan makanan (Abdi, 2012).
2. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,
nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi  ke dalam tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5. Riwayat penyakit keluarg
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah  saat
makan  sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan  sama sekali.
b. Pola eliminasi
Eliminasi alvi.  Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. 
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi
kuning kecoklatan.   Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh
yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. 
c. Pola aktivitas dan latihan

14
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak
mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham paad klien.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit
dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan  klien   tampak   lemah,   suhu   tubuh   meningkat     38 – 410C, muka
kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e. Sistem integument
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
g. Sistem musculoskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen
15
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen.  Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.    
                      
B. RUMUSAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan
anoreksia
3. Ganguan keseimbanagan cairan berhubungan dengan out put cairan berlebih
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhaadap penyakitnya

C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

16
1 Hipertermi berhubungan NOC Fever treatment
dengan proses inflamasi   Thermoregulation 1. Monitor suhu sesering mungkin
usus ditandai dengan 2. Monitor IWL
DS : Setelah dilakukan tindakan
3. Monitor warna dan suhu kulit
 klien mengeeluh keperawatan
4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
demam selama……….diharapkan
5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
 klien mengeluh lemas masalah keperawatan dapat
DO :    teratasi dengan criteria hasil: 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct

  kenaikan suhu tubuh   Suhu tubuh dalam rentang 7. Monitor intake dan output
diatas rentang normal normal 36,5-37,5 C 8. Berikan anti piretik
36,5-37,5 C   Nadi dan RR dalam 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi
  kulit kemerahan dan rentang normal 16-20 x/menit penyebab demam
kering   Tidak ada perubahan
10. Selimuti pasien
  pertambahan RR warna kulit dan tidak ada
11. Lakukan tapid sponge
Noormal 16-20 x/menit pusing, merasa nyaman
  tatikardi 12. Berikan cairan intravena

  kulit teraba panas 13. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara

15. Berikan pengobatan untuk mencegah


terjadinya menggigil

16. Temperature regulation


17. Monitor suhu minimal tiap 2 jam

18. Rencanakan monitoring suhu secara


kontinyu

19. Monitor TD, nadi, dan RR


20. Monitor warna dan suhu kulit

21. Monitor tanda-tanda hipertermi dan


hipotermi

22. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi


23. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
24. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
25. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan efek negatif dari

17
kedinginan
26. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan

27. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan


penanganan yang diperlukan

28. Berikan anti piretik jika perlu


29. Vital sign Monitoring
30. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
31. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

32. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,


atau berdiri

33. Auskultasi TD pada kedua lengan dan


bandingkan

34. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,


dan setelah aktivitas

35. Monitor kualitas dari nadi


36. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

37. Monitor suara paru


38. Monitor pola pernapasan abnormal

39. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit


40. Monitor sianosis perifer

41. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi


yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
42. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

18
2 Ketidakseimbangan NOC NIC :
nutrisi kurang dari          Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake 1)       Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 2)       Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
anoreksia keperawatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Ditandai dengan selama…………..diharapkan dibutuhkan pasien.
DS  :   masalah keperawatan dapat 3)       Anjurkan pasien untuk meningkatkan
 klien mengeluh teratasi dengan criteria hasil: intake Fe
mengalami penurunan 4)       Anjurkan pasien untuk meningkatkan
nafsu makan       Adanya peningkatan protein dan vitamin C
 klien mengeluh berat badan sesuai dengan 5)       Berikan substansi gula
mengalami penurunan tujuan 6)       Yakinkan diet yang dimakan
berat badan       Berat badan ideal mengandung tinggi serat untuk mencegah
DO: sesuai dengan tinggi badan konstipasi
-           BB sebelum       Mampu 7)       Berikan makanan yang terpilih
sakit : .....kg, BB mengidentifikasi kebutuhan ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
sesudah sakit : .....kg nutrisi 8)       Ajarkan pasien bagaimana membuat
      Tidak ada tanda tanda catatan makanan harian.
malnutrisi 9)       Monitor jumlah nutrisi dan
      Tidak terjadi kandungan kalori
penurunan berat badan yang 10)   Berikan informasi tentang kebutuhan
berarti nutrisi
11)   Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1)       BB pasien dalam batas normal
2)       Monitor adanya penurunan berat
badan
3)       Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4)       Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
5)       Monitor lingkungan selama makan
6)       Jadwalkan pengobatan  dan tindakan
19
tidak selama jam makan
7)       Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8)       Monitor turgor kulit
9)       Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10)   Monitor mual dan muntah
11)   Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12)   Monitor makanan kesukaan
13)   Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14)   Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15)   Monitor kalori dan intake nuntrisi
16)   Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17)   Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

20
3 Ganguan keseimbangan NOC NIC :
cairan berhubungan Keseimbangan cairan Keseimbangan cairan
dengan out put berlebih Setelah dilakukan tindakan 1. antau warna, jumlah dan frekuensi
ditandai dengan keperawatan kehilangan cairan
DS : selama…………..diharapk 2. Observasi khususna terhadap
 Klien mengatkan lelah an masalah keperawatan kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
 Dan sering buang air dapat teratasi dengan 3. Pantau perdarahan
Besar/diare criteria hasil: 4. Identifikasi factor pengaruh terhadap
DO: bertambah buruknya dehidrasi
  Perubahan status   status mental normal 5. Pantau hasil laboratorium yang relevan
mental   turgor kulit dan lidah dengan keseimbangan cairan
  Penurunan turgor normal 6. Kaji adanya vertigo atau hipotensi
kulit dan lidah   jumnlah urin normal postural
  Penurunan haluaran   Penurunan pengisian 7. Kaji orientasi terhadap orang, tempat
urin vena dan waktu
  Penurunan pengisian   Kulit dan membrane 8. Cek arahan lanjut klien untuk
vena mukosa lembab menentukan apakah penggantian cairan
  Kulit dan membrane   Kematokrit normal pada pasien sakit terminal tepat
mukosa kering   Suhu tubuh normal dilakukan
  Kematokrit   frekuensi nadi, 9. Manajemen cairan (NIC):
meningkat penurunan TD, penurunan 10. Pantau status hidrasi
  Suhu tubuh volume dan tekanan nadi 11. Timbang berat badan setiap hari dan
meningkat normal pantau kecenderungannya
  Peningkatan   berat badan yang 12. Pertaruhkan keakuratan catatan asupan
frekuensi nadi, normal dan haluaran
penurunan TD,   tidak merasa
penurunan volume dan Kelemahan
tekanan nadi
  Konsentrasi urin
meningkat
  Penurunan berat
badan yang tiba-tiba
  Kelemahan

21
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
4 Intoleran aktifitas NOC : NIC :
berhubungan dengan          Energy Energy Management
keletihan fase penyakit conservation 1)       Observasi adanya pembatasan klien
thypoid  ditandai dengan          Self Care : ADLs dalam melakukan aktivitas
Setelah dilakukan tindakan 2)       Dorong anal untuk mengungkapkan
DS:    keperawatan perasaan terhadap keterbatasan
  klien mengatakan selama…………..diharapk 3)       Kaji adanya factor yang menyebabkan
aktivitasnya dibantu an masalah keperawatan kelelahan
  klien mengatakan dapat teratasi dengan 4)       Monitor nutrisi  dan sumber energi
lemah dan cepat lelah criteria hasil: tangadekuat
  klien mengatakan   Berpartisipasi dalam 5)       Monitor pasien akan adanya kelelahan
adanya sesak membuat aktivitas fisik tanpa fisik dan emosi secara berlebihan
klien tidak nyaman saat disertai peningkatan 6)       Monitor respon kardivaskuler 
beraktivias tekanan darah, nadi dan terhadap aktivitas
DO:  RR 7)       Monitor pola tidur dan lamanya
 BAB dan BAK   Mampu melakukan tidur/istirahat pasien
diantum oleh keluarga aktivitas sehari hari Activity Therapy
dan perawat (ADLs) secara mandiri 1)       Kolaborasikan dengan Tenaga
 terpasang infus Rehabilitasi Medik dalammerencanakan
klien terlihat lemah progran terapi yang tepat.
2)       Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
3)       Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
4)       Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5)       Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
6)       Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai

22
7)       Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8)       Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
9)       Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
10)   Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
11)   Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual

NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

23
5 Cemas berhubungan NOC : NIC :
dengan kurang  Kowlwdge : Teaching : disease Process
pengetahuan tentang disease process 1)       Berikan penilaian tentang tingkat
penyakitnya  Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses penyakit
DS Behavior yang spesifik
klien mengatakan : Setelah dilakukan tindakan 2)       Jelaskan patofisiologi dari penyakit
  Tidak mengetahui keperawatan dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
tentang proses penyakit selama…………..diharapk anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
  Pasien tidak punya an masalah keperawatan tepat.
dana untuk berobat dapat teratasi dengan 3)       Gambarkan tanda dan gejala yang
DO criteria hasil: biasa muncul pada penyakit, dengan cara
klien terlihat :   Pasien dan keluarga yang tepat
  Cemas dengan menyatakan pemahaman 4)       Gambarkan proses penyakit, dengan
penyakit yang diderita tentang penyakit, kondisi, cara yang tepat
prognosis dan program 5)       Identifikasi kemungkinan penyebab,
pengobatan dengna cara yang tepat
  Pasien dan keluarga 6)       Sediakan informasi pada pasien
mampu melaksanakan tentang kondisi, dengan cara yang tepat
prosedur yang dijelaskan 7)       Hindari harapan yang kosong
secara benar 8)       Sediakan bagi keluarga informasi
  Pasien dan keluarga tentang kemajuan pasien dengan cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang 9)       Diskusikan perubahan gaya hidup
dijelaskan perawat/tim yang mungkin diperlukan untuk mencegah
kesehatan lainnya komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
10)   Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11)   Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
12)   Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13)   Rujuk pasien pada grup atau agensi di
24
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14)   Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo.(2012) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna

Publishing

Departemen Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Depkes RI,

Jakarta

Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika

Mansjoer, Arif. (2011). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

Simanjuntak, C. H, (2014). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian.

Cermin Dunia Kedokteran No. 83.)

Sjamsuhidayat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta.

Smeltzer & Bare. (2009). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:

IDAI)

Widodo, D. (2011). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI

25

Anda mungkin juga menyukai