Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

Negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar

kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau

parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk

sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek

terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi

penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan

pertumbuhan akibat diare.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANANTOMI DAN FISIOLOGI


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

2
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia
.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan
lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang
bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung
faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:
οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi menjadi tiga
bagian:
- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
- bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
- serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

3
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus, Antrum.Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M
sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
- Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

4
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
- Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

II.2 FISIOLOGI DEFEKASI


II.2.1 DEFINISI
Defekasi adalah suatu proses evakuasi feses dari dalam rektum yaitu bahan yang
tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Proses defekasi diawali dengan adanya mass movement dari usus besar desenden
yang mendorong feses ke rektum. Mass movement +/- 15 menit setelah makan dan terjadi
beberapa kali dalam sehari. Adanya feses dalam rektum menyebabkan pereganggan rektum
dan pendorongan feses ke arah sfingter ani.
II.2.2 REFLEKS DEFEKASI
Refleks defekasi timbul saat feses memasuki rektum, maka pereganggan rektum
selanjutnya menimbulkan rangsangan sensoris pada dinding usus dan pelvis, sehingga
menimbulkan gelombang peristaltik pada usus besar desenden, sigmoid dan rektum,
mendorong tinja kearah anus. Distensi rektum menimbulkan impuls dan serat-serat senroris
asenden yang selanjutnya dibawa ke kortek yang menimbulkan kesadaran tentang adanya
distensi. Dan terjadi kontraksi sementara otot lurik sfingter ani eksterna, purborectal sling

5
(bagian dari musculus levator ani). Dengan demikian terjadinya refleks yang disebut refleks
defekasi.

II.3 DIARE
II.3.1 DEFINISI

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare akut adalah buang air
besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 1 minggu.
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari,
keadaan ini masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat
normal maka tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat
belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.1

II.3.2 EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang,


termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap
tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.
Berdasarkan Riskesdas 2007, sebanyak 42% kematian bayi disebabkan oleh diare, untuk
golongan 1-4 tahun, kematian akibat diare mencapai 25.5%.2

6
II.3.3 CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui
lalat. Singkatnya, dapat dikatakan melalui “4F” yakni finger (jari), flies (lalat), fluid (cairan),
dan field (lingkungan). Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
antara lain2,3:

 Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4–6 bulan pertama kehidupan
 Tidak memadainya penyediaan air bersih
 Pencemaran air oleh tinja
 Kurangnya sarana kebersihan (MCK)
 Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis
 Gizi buruk
 Imunodefisiensi
 Berkurangnya asam lambung menurunnya motilitas usus
 menderita campak dalam 4 minggu terakhir
 Faktor genetic
 Faktor lainnya:
o Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar
antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
o Infeksi asimtomatik
Proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun
dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang
mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung
7
virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius.
o Faktor musim
Di daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus
dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
o Epidemi dan pandemic
Vivrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan
pandemi yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semua golongan usia.

II.3.4 ETIOLOGI

Penyebab infeksi utama pada diare adalah sebagai berikut :

1. Infeksi : Virus, Bakteri dan Parasit :


a. Golongan virus : Astrovirus, Enteric Adenovirus, Coronavirus, Rotavirus,
Norwalk virus
b. Golongan bakteri : Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni,
Clostridium perfringens, Clostidium defficile, Eschericia coli,
Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, Yersinia
enterocolitica
c. Golongan parasit : Balantidium coli, Entamoeba histolitica, Giardia
lamblia, Strongyloides Stercoralis, Trichuris trichiura
2. Malabsorbsi : Karbhidrat (intoleransi laktosa). Lemak terutama trigliserida
panjang, atau protein seperti beta - laktoglobbulin
3. Makanan : makanan basi, makanan beracun. Diare karena keracunan makanan
terjadi akibat dua hal yaitu mengandung zat kimia beracun atau makanan
mengandung mikriorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain clostridiun
perfringens, Saphylococcus
4. Alergi terhadap makanan : terutama disebabkan oleh Cow’s Mik proteinsentitice
enteropathy (CMPSE) dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya

8
5. Imunosefisiensi : diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada penderita
AIDS
6. Psikologis : rasa takut dan cemas

Namun, telah diketahui bahwa penyebab utama diare pada anak adalah rotavirus.
Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab diare akut pada 20-8-% anak di dunia. Juga
merupakan penyebab kematian pada 440.000 anak dengan diare per tahunnya di seluruh
dunia. Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 55% kasus diare
akut pada balita disebabkan oleh rotavirus.2

II.3.5 PATOGENESIS

Patogenesis diare yang diakibatkan oleh virus diawali oleh hancurnya sel-sel ujung-
ujung villus pada usus halus. Kerusakan pada villus ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan absorpsi usus halus. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan
dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus halus dan terjadi hiperperistaltik usus
sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus,
menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.Enterosit
villus bagian atas juga berfungsi untuk menghidrolisis disakarida. Dengan rusaknya villus
tersebut akibat virus, maka akan terjadi juga malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama
laktosa.2,5

Rotavirus adalah penyebab terpenting diare terlebih karena sering terjadi pada anak
kurang dari 2 tahun. Rotavirus sendiri memiliki 4 serotipe pada manusia. Infeksi dengan 1
jenis serotipe menyebabkan imunitas yang tinggi terhadap serotipe tersebut dan memberikan
perlindungan sebagian terhadap serotipe yang lain. Hampir semua anak terinfeksi paling
tidak sekali sebelum berumur 2 tahun, dan infeksi ulangan sering terjadi.

Patogenesis diare yang diakibatkan oleh bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme
yang berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus, seperti cAMP, cGMP
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh Salmonella, Shigella,

9
E coli agak berbeda dengan patogenesis diare akibat virus. Pada bakteri, terjadi invasi ke
dalam sel mukosa usus halus sehingga dapat mengakibatkan reaksi sistemik.2

II.3.6 PATOFISIOLOGI

Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi.
Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Pembagian diare menurut etiologi


2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan gangguan
sekresi.
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi

Secara umum, diare disebabkan karena 2 hal, yaitu gangguan pada proses absorbsi
atau pada proses sekresi. Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di
kolon lebih besar daripada kapasitas absorbsi. Terdapat gangguan pada usus halus atau
kolon yang mengakibatkan terjadinya penurunan pada proses absorpsi atau peningkatan
proses sekresi. Diare juga dapat terjadi akibat gangguan motilitas, inflamasi dan
imunologi.2,6

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare akan terjadi jika terdapat suatu bahan yang aktif secara osmotik dan sulit
diserap. Diare akibat gangguan absorpsi atau diare osmotik dapat disebabkan karena : a)
Konsumsi magnesium hidroksida, sehingga menurunkan fungsi absorpsi usus; b) Defisiensi
sukrase-isomaltase; c) Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal
pada usus halus bagian proksimal akan bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat adanya perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus dan darah,
maka pada segmen jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen
jejunum, dan air akan terkumpul di dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam

10
lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na
yang normal.2

Diare akibat malabsorpsi umum biasanya disebabkan akibat kerusakan sel (yang
secara normal akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan oleh infeksi virus atau kuman,
seperti Salmonella, Shigella atau Campylobacter. Dapat juga disebabkan akibat inflamatory
bowel disease idiopatik, toksin, atau obat-obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit
yang menyebabkan malabsorpsi usus halus adalah atrofi villi.2

Diare akibat gangguan sekresi atau diare sekretorik dapat terjadi karena sekresi air
dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh villi gagal
sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya
adalah sekresi cairan yang menyebabkan dehidrasi. Penyebab lainnya adalah hiperplasia
kripta, luminal secretagogues, dan blood-borne secretagogeus. Hiperplasia kripta umumnya
akan menyebabkan atrofi villi. Pada luminal secretagogues, sekresi lumen dipengaruhi oleh
enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam
empedu bentuk dihidroxyl, serta asam lemak rantai panjang. Pada blood-borne
secretagogeus, diare umumnya disebabkan karena enterotoksin E. Coli atau Cholera.2

Diare akibat gangguan peristaltik disebabkan karena adanya perubahan motilitas


usus yang akan berpengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan
motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan yang pada akhirnya dapat menuebabkan diare. Diare akibat
hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena
hipermotilitas pada kasus kolon iritable pada bayi.2

Diare akibat inflamasi dapat terjadi akibat hilangnya sel-sel epitel dan kerusakan
tight junction, sehingga menyebabkan air, elektrolit, mukus dan protein menumpuk di dalam
lumen. Biasanya diare akibat inflamasi berkaitan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik
dan diare sekretorik. Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade
inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis

11
dan fungsi absorpsi dan perubahan susunan protein. Penelitian oleh Berkes J dkk. 2003
menunjukkan bahwa peranan bakteri enteral patogen pada diare terlerak pada perubahan
barrier tight junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellular
cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh dari salah satu atau kedua hal tersebut
akan menyebabkan terjadinya hipersekresi klorida yang akan diikuti oleh natrium dan air.2,7

Diare yang terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III
dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.
Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat
pada Coeliac disease dan protein loss enteropaties. Mediator-mediator kimia hasil dari
respon imun akan menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan
jaringan, merangsang sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.2

II.3.7 MANIFESTASI KLINIS

Infeksi usus dapat memberikan gejala berupa gangguan pada sistem gastrointestinal
berupa diare, kram perut dan muntah. Apabila telah terjadi komplikasi ekstra intestinal,
maka dapat pula ditemukan manifestasi neurologik maupun sistemik yang akan berbeda-
beda sesuai dengan penyebabnya.2

Pasien diare dapat mengalami dehidrasi, asidosis metabolik maupun hipokalemia


yang disebabkan karena kehilangan cairan tubuh secara terus menerus tanpa diimbangi oleh
intake cairan yang cukup. Pada pasien diare, terjadi kehilangan ion-ion seperti natrium,
klorida dan bikarbonat, sehingga terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Apabila terjadi
dehidrasi, jika tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian.2,8

Apabila sudah terjadi infeksi ekstraintestinal, pasien akan menunjukkan manifestasi


neurologis berupa paresthesia, hipotoni, dan kelemahan otot.2 Bila terdapat demam,
kemungkinan hal ini terjadi akibat proses peradangan atau akibat dehidrasi. Gejala ini
umumnya terjadi pada inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus yang
terjadi pada perut bagian bawah serta rektum terjadi bila terjadi infeksi pada usus besar.2

12
Mual dan muntah merupakan tanda non-spesifik yang diakibatkan oleh infeksi
saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,
Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada diare non inflammatory.2,9

Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


Klinik

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual Sering Jarang Sering + - -


muntah

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Sering


kramp kolik kramp kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit

Sifat Tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
Menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - ± Kadang - + -
Bau Langu Busuk + - Amis khas
Warna Kuning hijau Merah hijau kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Seperti air
cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-Lain Anoreksia Kejang± Sepsis + Metorismus Infeksi ±
sistemik

Tabel 1 Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.

II.3.8 DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir, dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang, atau
tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek,
otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:
member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-

13
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda utama dehidrasi: kesadara, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-
tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong
atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau
basah. Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic.
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada
tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. 2
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah pada pemeriksaan
makroskopis dinilai konsistensi, warna, apakah terdapat lendir, apakah terdapat
darah, dan baunya. Pada pemeriksaan mikroskopis, dinilai hitung leukosit, eritrosit,
parasit dan bakteri. Pada pemeriksaan kimia, dinilai pH, clinitest, dan elektrolit (Na,
K, HCO3). Sedangkan pemeriksaan biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada
diare akut.2,3,4
Dapat pula dilakukan analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis
dicurigai adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit..2

II.3.9 DERAJAT DEHIDRASI

Penilaian berat atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare dan subjektif dengan
menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lainnya 10.

14
 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Simptom Minimal atau tanpa Dehidrasi Ringan- Dehidrasi Berat,


dehidrasi, Sedang, Kehilangan Kehilangan BB > 9%
Kehilangan BB <3% BB 3%-9%
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apatis, letargi, tidak
irritable sadar
Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardia, bradikardia
pada kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tak
teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,
sianotik
Kencing Normal Berkurang minimal

 Penentuan derajat dehidrasi menurut system pengangkaan-Maurice King (1974)

Bagian Tubuh Yang Nilai Untuk Gejala Yang Ditemukan


Diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma atau
apatis, ngantuk syok
Kekenyalan Kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun Besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal kering Kering & Sianosis
Denyut Nadi/menit Kuat < 120 Sedang (120-140) Lemah >140

Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, atau 2 sesuai dengan table, kemudian
dijumlahkan. Bilai nilai 0-2 maka ringan, 3-6 maka sedang dan 7-12 adalah berat.

15
 Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar. *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering.
Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak *Haus, ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat
Hasil Tanpa dehidrasi Dengan dehidrasi Dehidrasi berat bila ada1
pemeriksaan: ringan-sedang bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau
tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain.
lebih tanda lain
Terapi : Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

II.3.10 PENATALAKSANAAN

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata


Laksana Pengobatan diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya
strategi dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan
menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu,
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare
yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,
yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru


Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan
suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20%
serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah
direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak.

16
Oralit Baru Osmolaritas Rendah Mmol/Liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolalitas 245

Ketentuan pemberian Oralit Baru :

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.


b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan
24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketemtuan
sebagai berikut :
- Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB.
- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan beratnya
diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak.1,2,4

Dosis Zinc
Umur Dosis
< 6 bulan 10 mg (1/2 tablet)/ hari
> 6 bulan 20 mg (1 tablet)/ hari.

Efek pemberian zinc terhadap diare adalah dengan menjaga integritas usus
melalui pengaktivan enzim superoxide dismutase (SOD) Zinc juga berperan sebagai
antioksidan yang merupakan stabilisator intramolekular, mencegah pembentukan ikatan

17
disulfida, dan berkompetisi dengan Cu dan Fe. Selain itu, Zinc juga mampu untuk
menghambat sintesis Nitric Oxide (NO). Zinc juga berperan dalam penguatan sistem
imun, yaitu dalam modulasi sel T dan sel B. Peranan zinc juga terlihat dalam aktivasi
limfosit T dan menjaga keutuhan epitel. Semua kegunaan inilah yang mendukung
dilakukannya pemberian zinc dalam tatalaksana diare akut.1,2,4

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak terjadi gizi
buruk. Pada diare berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu
makan menandakan fase kesembuhan. ASI tetap diteruskan selama terjadinya diare cair
akut maupun pada diare akut berdarah dan diberikan dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas sebaiknya mendapat makan seperti biasanya.1 Bila
anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau padat,
makanan ini harus diteruskan.2

4. Antibiotik selektif

Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, karena sebagian besar diare
infeksi disebabkan oleh rotavirus yang bersifat self limited dan tidak dapat dibunuh oleh
antibiotik.1,2 Pemberian antibiotik dilakukan atas indikasi yaitu pada diare berdarah dan
kolera.1,2,4

Pada disentri diberikan antibiotika oral selama 5 hari yang masih sensitif
terhadap Shigella menurut pola kuman setempat. Dahulu semua kasus disentri pada
tahap awal diberi antibiotika kotrimoksazol dengan dosis 5-8mg/KgBB/hari. Namun saat
ini telah banyak strain Shigella yang resisten terhadap amplisilin, amoksisilin,
mentronidazol,tetrasiklin, golongan aminoglikosida, kloramfenikol, sulfonamid, dan
kotromoksazol sehingga WHO tidak merekomendasikan penggunaan obat tersebut. Obat
pilihan untuk pengobatan disentri berdasarkan WHO 2005 adalah golongan Quinolon
seperti siprofloksasin dengan dosis 30-50mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5
hari. Pemantauan dilakukan setelah 2 hari pengobatan, dilihat apakah ada perbaikan

18
tanda-tanda seperti tidak adanya demam, diare berkurang, darah dalam feses berkurang
dan peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada perbaikan, maka amati adanya penyulit,
hentikan pemberian antibiotik sebelumnya dan berikan antibiotik yang sensitif terhadap
Shigella berdasarkan area.1,2

5. Nasihat kepada orang tua

Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering
atau minum belum membaik selama 3 hari.1,10

Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia
kurang dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan
disentri yang datang sudah dengan komplikasi.1

19
Tatalaksana rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi4,10:

1. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare Tanpa Dehidrasi

2. Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang

20
21
3. Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Berat

22
II.3.11 KOMPLIKASI

Komplikasi dari diare akut yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat atau muncul
pada saat dilakukan terapi rehidrasi diantaranya adalah gangguan elektrolit berupa
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalsemia, dan hipokalemia. Apabila upaya rehidrasi oral
mengalami kegagalan, dapat terjadi kejang yang disebabkan karena hipoglikemi,
hiperpireksia, hipernatremi atau hiponatremi.2

Komplikasi lainnya yang meskipun jarang tetapi juga penting adalah overhidrasi yang
menyebabkan edema, asidosis, ileus paralitik, malabsorpsi glukosa, muntah, dan gagal ginjal.

II.3.12 PENCEGAHAN

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah penyebaran kuman
patogen penyebab diare, dengan cara : pemberian ASI yang benar, memperbaiki penyiapan
dan penyimpanan makanan pendamping ASI, penggunaan air bersih yang cukup,
membudayakan kebiasaan mecuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum
makan, penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, dan
membuang tinja bayi yang benar.2,10

Selain itu, upaya pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan meningkatkan daya
tahan tubuh dengan cara pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun, meningkatkan nilai gizi
makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk
memperbaiki status gizi anak, dan dilakukannya imunisasi campak.2,10

Salah satu upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik
dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Perbiotik adalah
mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan melalui
terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pada sistematik review yang
dilakukan Komisi Nutrisi ESPGHAN (Eropean Society of Gastroenterology Hepatology and
Nutrition) pada tahun 2004, didapatkan laporan-laporan yang berkaitan dengan peran
probiotik untuk pencegahan diare.2

23
BAB III

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 04 Juni 2014
Umur : 4 tahun 7 bulan 1 hari
Alamat : Jl. H. Taiman RT02/09 Kel. Gedong, Pasar Rebo
Pendidikan : Belum Sekolah
Tanggal masuk : 05 Agustus 2018

Identitas Orang tua pasien


Data Orang Tua Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. R
Umur 43 tahun 39 tahun
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan Karyawan Swasta Ibu rumah tangga
Pangkat - -
Agama Islam Islam
Suku Bangsa Jawa Jawa

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
BAB cair sejak 3 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Muntah ± 10 kali dalam sehari

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan BAB cair ± 3-4 kali sehari sejak 3 hari SMRS. BAB
pasien cenderung lebih banyak cairan dibandingkan dengan ampas dan tidak disertai dengan
adanya lendir, darah, bau amis serta nyeri perut. Keluhan disertai dengan muntah sebanyak
10 kali sehari berisi makanan dan cairan. Menurut ibu pasien juga terdapat mual (+), pusing
(+) selama 3 hari SMRS. Riwayat adanya batuk atau pilek disangkal. Menurut ibu pasien,

24
selain memakan nasi dan lauk yang ia buat sendiri anaknya juga sering jajan makanan di
warung. Riwayat mengganti susu formula disangkal.

Riwayat Pengobatan
Belum diberikan pengobatan

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya. Riwayat Asma dan Kejang
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Dikeluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak kedua dari dua anak. Ibu rutin melakukan ANC ke dokter dan tidak
memiliki gangguan atau penyakit selama kehamilan.

Riwayat Kelahiran
- Tempat bersalin : Rumah sakit
- Penolong : Dokter
- Cara persalinan : Normal
- Berat badan lahir : 3600 gram
- Panjang badan lahir : 51 cm
- Masa gestasi : Cukup bulan (39 minggu)
- Keadaan setelah lahir : Langsung menangis, pucat (-), biru (-), kuning (-).
- Kelainan bawaan : Tidak ada
Riwayat Perkembangan
- Perkembangan psikomotor
o Duduk : 8 bulan
o Merangkak : 10 bulan
o Berdiri : 11 bulan
o Berjalan : 25 bulan
o Berbicara : 22 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur

25
Riwayat Makanan
Umur ASI/PASI Buah Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(Bln)
0-2 ASI - - - -
2-4 ASI - - - -
4-6 ASI - - - -
6-12 Susu Formula    

Kesan: kualitas pemberian nutrisi baik

Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi I II III IV Ulangan
BCG 2 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Campak - - - 9 bulan -
Hepatitis B 0 minggu 1 bulan 3 bulan -
Kesan : imunisasi lengkap

Riwayat Keluarga
No. Tgl lahir Kelamin Hidup Lahir Abortus Mati/sebab Keterangan
(umur) mati

1 12 tahun 10 Laki-laki 
bulan
2 4 tahun Laki-laki  Pasien

C. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di Ruang Perawatan IKA (Ade Irma)
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Berat badan : 12.5 kg
Tinggi badan : 90 cm
Data Antopometri
Berat badan ideal menurut usia dan tinggi badan : 12,5 kg (berdasarkan kurva WHO)

26
Status Gizi :
Berdasarkan BB/TB = BB sekarang x 100%
BB ideal menurut TB
= 12,5
x 100%
12,5
= 100 %
Kesan : status gizi normal
Tanda-tanda vital :
 Frekuensi Nadi : 110 kali/menit. kuat angkat, irama teratur, isi cukup
 Frekuensi Nafas : 24 kali/menit, teratur
 Suhu : 36.5oC (axilla)

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil
bulat, isokor diameter 3 mm, reflex cahaya langsung (+/+), reflex
cahaya tidak langsung (+/+), mata cekung (+/+).
Hidung : Tidak tampak napas cuping hidung, tidak ada deviasi septum nasi,
tidak terdapat sekret, konka hiperemis.
Telinga : Bentuk normal, tidak ada secret
Mulut : Mukosa bibir kering, bibir tidak sianotik, faring tidak
hiperemis.
Leher : KGB tidak ada pembesaran.
Thoraks : Dinding dada simetris statis dan dinamis
Paru :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi
Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan kiri.
Perkusi : Sonor pada keseluruh lapang paru.
Auskultasi : Napas vesikuler +/+, rhonki -/- dan wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS IV linea
midclavicula sinistra, kuat angkat
Perkusi : Redup

27
Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan 2 regular, tidak ada murmur,
tidak ada gallop
Abdomen :
Inspeksi : Datar, supel, tidak ada luka / sikatrik
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat, supel, timpani
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Turgor kulit baik, supel, tidak ada nyeri
tekan, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, edema tidak
ada, tonus baik, CRT < 2”

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan 05 Agustus 2018 Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Lengkap
 Hb 12,0 gr/dl 10,7-14,7 g/dl
 Ht 37 % 31-43% g/dl
 Leukosit 9700/ μl 4000-10.000 / μl
 Trombosit 443.000/ μl 150.000-450.000 / μl

Jenis Pemeriksaan 05 Agustus 2018 Nilai Rujukan


Feses Rutin
Feses Lengkap
MAKROSKOPIK
 Warna kuning coklat
 Konsistensi cair lunak
 Lendir (-) (-)
 Darah (-) (-)
MIKROSKOPIK
 Amylum (-) (-)
(-) (-)
 Amoeba
0-2/lbp 0-1/lbp
 Eritrosit
 Leukosit 1-2/lbp 1-3/lbp
 Telur Cacing (-) (-)
 Bakteri (-) (-)

28
E. RESUME
Pasien anak, laki-laki, usia 4 tahun, datang dengan keluhan BAB cair ± 3-4 kali sehari
sejak 3 hari SMRS. BAB pasien cenderung lebih banyak cairan dibanding ampas dan tidak
disertai dengan adanya lendir, darah, bau amis serta nyeri perut. Keluhan disertai dengan
muntah sebanyak 10 kali sehari berisi makanan dan cairan, mual dan pusing. BAK tidak ada
keluhan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak
sakit sedang. Tanda-tanda vital: Nadi 110 kali per menit, pernapasan 24 kali per menit, suhu
36,5 oC. Berat badan 12,5 kg. Pada pemeriksaan fisik didapati mata cekung +/+, mukosa bibir
tampak kering dan pada auskultasi abdomen didapatkan bising usus yang meningkat.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal. Pemeriksaan feses dalam batas
normal.

F. DIAGNOSIS KERJA
Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang

G. DIAGNOSIS BANDING
- Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang suspek rotavirus
- Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang suspek Eschericia coli

H. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Diet lunak rendah serat
Medikamentosa
- IVFD KAEN IB 12 ttm makro
- Paracetamol 3 x cth I PO
- Domperidon 3 x cth I PO
- Probiokid 1 x 1 sachet PO
- Zink sirup 2 x cth I PO

I. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad fuctionam : dubia ad bonam

29
Qua ad sanationam : dubia ad bonam

J. FOLLOW UP
Tanggal 06 Agustus 2018 Tanggal 07 Agustus 2018
Hari perawatan ke-I Hari perawatan ke-II
S BAB cair 3 kali sejak tadi pagi, sudah lebih BAB cair hri ini 1x sudah banyak ampas.
banyak ampasnya, tidak terdapat lendir atau Demam (+), Mual dan Muntah (-), makan
pun darah. Muntah tidak ada. Nafsu makan sudah mau. Minum banyak.
masih menurun.
O KU/Kes : Tampak sakit ringan /Compos KU/Kes : baik /Compos mentis
mentis
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
Nadi : 98 x/menit Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit. Pernapasan : 18 x/menit.
Suhu : 36.50C Suhu : 36.5 0C
Kepala : nomochepal Kepala : nomochepal
Mata : Mata cekung -/-, konjungtiva tidak Mata : Mata cekung -/-, konjungtiva tidak
anemis , sklera tidak ikterik. anemis , sklera tidak ikterik.
Telinga : liang telinga lapang, sekret -/- Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-
Hidung : sekret (-), tidak ada napas cuping Hidung : sekret (-), tidak ada napas cuping
hidung. hidung.
Mulut: mukosa bibir lembap, faring tidak Mulut: mukosa bibir lembab, faring tidak
hiperemis hiperemis
Leher : tidak ada pembesaran KGB Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thorax : Thorax :
BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada
gallop. gallop.
Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi, Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi,
tidak ada wheezing. tidak ada wheezing.
Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba,
lien tidak teraba, turgor kulit abdomen baik. lien tidak teraba, turgor kulit abdomen baik.
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2” Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Diare akut dengan dehidrasi ringan/sedang Diare akut dengan dehidrasi ringan/sedang

30
P - KAEN 1B 12 ttm makro - KAEN 1B 12 ttm makro
- Paracetamol 3 x cth I PO - Paracetamol 3 x cth I PO
- Domperidon 3 x cth I PO - Probiokid 1 x 1 sachet PO
- Probiokid 1 x 1 sachet PO - Zink sirup 2 x cth I PO
- Zink sirup 2 x cth I PO - Cek H2TL sore ini jika bagus boleh
pulang.

31
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien laki-laki An. F usia 4 tahun dengan diagnosis diare akut dehidrasi sedang
dengan suspek Rotavirus ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini ditemukan hal-hal yang mendukung penegakan
diagnosis ini, yaitu sbb :
1. Pasien diare sejak 3 hari yang lalu SMRS dengan konsistensi cair, terdapat tidak ada
ampas, berwarna kuning, dengan frekuensi 3-4/ kali per hari
2. Keluhan tambahan : mual dan muntah 10 x berisi makanan dan cairan.
Pada anamnesa didapatkan keluhan diare sejak 3 hari. Diare kurang dari 14
hari merupakan diare akut. Perlu dicurigai dengan adanya infeksi yang disebabkan
oleh rotavirus sebab rotavirus merupakan agen infeksius paling utama yang dapat
menyebabkan diare pada anak dengan usia < 5 tahun. Pasien juga mengeluhkan buang
air besar dengan konsistensi feses encer lebih banyak cairan dibandingkan ampas,
perlu di curigai telah terjadi suatu keadaan dehidrasi yang merupakan salah satu
manifestasi klinis dari diare. Selain itu diare lebih banyak cairan dibandingkan ampas
patut dicurigai diare disebabkan oleh rotavirus sebab diare pada rotavirus encer
dengan cairan lebih banyak dan feses wana kuning sementara terdapat agen infeksius
lain yang dapat menyebabkan diare dengan konsistensi encer seperti Eschericia coli
strain Enteroaggregative Eschericia coli (EAEC), Enteropthogenic Eschericia coli
(EPEC) dan Enterotoxigenic Eschericia coli (ETEC)11,14.

Di sertai keluhan mual dan muntah 10x menandakan pasien mengalami


kehilangan cairan dan elektronit. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metbolik dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia. menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat. Mual dan muntah
adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena
organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas.

32
Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan anamnesa maka dilakukan pemeriksaan fisik yaitu dengan hasil
sebagai berikut, kondisi pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tanda vital:
nadi 110x/menit, napas 24x/menit, suhu 36,5oC, ubun-ubun besar tertutup, air mata ada,
mata cekung, mukosa bibir kering, thoraks normal, bunyi jantung 1-2 murni regular tidak ada
murmur tidak ada gallop, suara napas vesikule, turgor abdomen cepat dan tidak ada nyeri
pada saat dilakukan palpasi, bising usus meningkat, pada ekstremitas dirasakan akral hangat
dan tes capillary refill time < 3 detik.
Dari hasil pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan terjadi dehidrasi sedang yaitu
gejala mata cekung, mukosa bibir kering5. Bising usus meningkat disebabkan karena
Kerusakan pada villus ini akan menyebabkan terjadinya gangguan absorpsi usus halus
sehingga cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid
osmotik usus halus dan terjadi hiperperistaltik usus.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil leukosit yang normal sehingga
penyebab infeksi bukan disebabkan oleh bakteri. Menguatkan adanya suspek infeksi rotavirus
dan melemahkan infeksi Eschericia coli.
Pada pemeriksaan feses lengkap di dapatkan hasil feses berwarna kuning dan cair,
lendir dan darah negative. Amylum, amoeba, bakteri dan telur cacing negative. Ciri khas dari
diare pada rotavirus itu feses encer dengan cairan lebih banyak dan feses wana kuning.
Menguatkan adanya suspek infeksi rotavirus dan melemahkan infeksi Eschericia coli.

Diagnosa Kerja
Diare akut dehidrasi ringan - sedang suspek Rotavirus
Disarankan perlu dilakukan pemeriksaan hitung jenis untuk memastikan penyebab
diare kearah virus.
Penatalaksanaan Pasien
 Rehidrasi
Pada pasien dilakukan rawat inap lalu diberikan KAEN 1B 12 ttm makro
Karena pasien diare dapat mengalami dehidrasi, asidosis metabolik maupun
hipokalemia yang disebabkan karena kehilangan cairan tubuh secara terus menerus
tanpa diimbangi oleh intake cairan yang cukup. Pada pasien ini, pasien mengalami

33
muntah 10x dan adanya tanda-tanda dehidrasi mengkondisikan pasien kekurangan
intake cairan. Pemberian KAEN 1B untuk tatalaksana awal kasus dehidrasi.
BB pasien : 12,5 => 100 x 10 = 1000
50 x 2,5 = 125
Jumlah total cairan pada pasien ini : 1000 + 125 = 1125
Karena BB pasien > 8 kg memakai tetesan makro maka total cairan pasien / 100.
1125/100 = 11,25 ≈ 12
Maka totalnya 12 tetes makro/ menit

 Supplement Zinc
Supplement zinc sirup 2 x cth I PO
Penggunaan supplement zinc dapat meningkatkan kecepatan penyembuhan
epitel usus sehingga akan mempercepat durasi penyembuhan diare9.

 Pemberian makanan
Pada pasien tetap diberikan makanan lunak rendah serat jadi sesuai dengan
teori bahwa tetap berikan nutrisi pada pasien diare9

 Pemberian antibiotik selektif


Pada kasus ini tidak ada indikasi pasien diberikan antibiotik maka tidak
diberikan antibiotik. Pemberian antibiotik jika ada sindrom disentri9.

 Edukasi Orang tua


o Tetap berikan minuman air putih, kuah sup
o Beritahu petugas medis atau dokter tanda-tanda syok seperti kesadaran pasien
menurun, telapak tangan dan kaki pasien dingin, nadi cepat, terdapat kebiruan
pada mukosa mulut.
o Jika diare masih berlangsung, berikan minum segera
o Tetap semangat member makanan pada anak
Edukasi kepada orang tua sangat penting sebab orang tua pasien yang selalu dapat
memantau keadaan pasien sehingga edukasi sangat penting untuk diberikan pada orang tua
pasien.

34
 Probiotik
Lactobacillus (Probiokid 1x1 sachet)
Memang penggunaan probiotik tidak masuk dalam lima langkah tuntaskan
diare namun pada penelitian-penelitian didapatkan hasil bahwa penyembuhan diare
lebih cepat sehari pada pasien yang diberikan probiotik dibandingkan yang tidak
mengkonsumsi probiotik16

 Pemberian obat paracetamol sirup 3 x cth I PO


Karena pasien diare dapat mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan
demam maka diberikan paracetamol sirup.

 Pemberian obat domperidon sirup 3 x cth I PO


Karena pasien mengeluh mual dan muntah >10x maka diberikan domperidon
sirup.

35
DAFTAR PUSTAKA

Subagyo B. Nurtjahjo NB. Diare Akut. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief
S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi. Jilid 1.
Jakarta: UKK Gastroenterohepatologi IDAI; 2011. p. 87-120.

Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H,
Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi. Jjilid 1.
Jakarta: UKK Gastroenterohepatologi IDAI; 201. p. 121-136.

Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis. In Behrman, Kliegman, Jenson. eds. Nelson
textbook of Pediatrics. 17th ed. St. Louis: Saunders Elsevier; 2004. p. 1272-6.

Diare. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan
Tingkat Pertama di Kabupaten/ Kota. Jilid 1. Jakarta: WHO; 2009. p. 131-156.

King CK, Glass R, Bresee JS, Duggan C. Managing acute gastroenteritis among children:
oral rehydration, maintenance, and nutritional therapy. MMWR Recomm Rep. 2003; 52:1-16.

Atia AN, Buchman AL. Oral rehydration solutions in non-cholera diarrhea: a review. Am J
Gastroenterol. 2009; 104(10): 2596-604.

Barclay L. Zinc supplements reduce diarrhea in children. Medscape Medical News. 2014;
102(2): 132-135.

Field M. Intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. J. Clin Invest. 2003;
111(7): 931-943.

Gorelick MH, Shaw KN, Murphy KO. Validity and reliability of clinical signs in the
diagnosis of dehydration in children. Pediatrics. 1997; 99(5): 66-69.

Dennehy PH. Acute diarrheal disease in children: epidemiology, prevention, and treatment.
Infect Dis Clin North Am. 2005; 12(3):585-602.

36

Anda mungkin juga menyukai