Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan

Di Ruangan IGD (Instalasi Gawat Darurat)

Rumah Sakit Kuningan Medical Center

Nama : Erin Ely Lana Julfa

NIM : CKR0160015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2019/2020
A. Konsep Dasar Penyakit
I. Definisi
Diare adalah penyakit yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
buang air besar dari biasanya di sertai dengan adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja dari penderita yang bersangkutan (Depkes RI, 2002).
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suradi & Rita 2006).
Menurut WHO diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari
(Hikmayanti, 2015).
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering
dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare (Kurniati, 2014).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali
sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik
berlangsung lebih dari dua minggu.

II. Anatomi Fisiologi


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air
pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan
bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan
oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2) Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sangat tinggi
dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut
dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba
yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga, bagian media
disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah, bagian
inferior disebut laring ngofaring yang menghubungkan orofaring dengan
laring.
3) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4) Lambung
Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa,
submukosa, lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus
berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis ventriculus terbagi atas kardiaka,
fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan makanan masuk
ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus memasuki
oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat
sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum
(bagian usus halus) ke dalam ventriculus (Budiyanto, 2005; Faradillah,
Firman, dan Anita. 2009).
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel
goblet. Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada
bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus
dan corpus kelenjar mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan
faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus
mengandung sel G yang mensekresi gastrin (Chandrasoma, 2006).
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek
erosif asam lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik
yang mampu menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat
menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang
dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung dan
duodenum dengan merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus
lambung, aliran darah mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa.
Aliran darah mukosa yang bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan
mukosa (Price dan Wilson, 2006).
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan
makanan, menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit
secara teratur. Cairan asam lambung mengandung enzim pepsin yang
memecah protein menjadi pepton dan protease. Asam lambung juga
bersifat antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glukosa
dapat diabsorbsi dari lambung (Guyton, 1997).
5) Usus halus (Usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Dudenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar”
dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton,
jejunus, yang berarti “kosong”.
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi


mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,


seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7) Rektum dan Anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
8) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan


melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan
dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar
sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.

9) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan
hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk
hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.
10) Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.

III. Klasifikasi
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,
gradasi penyakit diare akut dapat di bedakan dalam empat kategori, yaitu :
1) Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada
tanda-tanda dehidrasi.
2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari
berat badan
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau
lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai
berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun,
tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar
5-8% dari berat badan
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing
yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang
dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang
dingin yang dingin dan pucat.
4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-
10% dari berat badan
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan
dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami
takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi
yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun
besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun
dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari
30 hari.
IV. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005) dalam Kurniati (2014), penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salomnella, Shigella,
Campylobacter , Yersinia , Aeromonas , dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie ,
Poliomyelitis), Adeno-virus , Rotavirus , Astrovirus , dan lain-lain.
- Infeksi parasit : cacing (Ascari, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas
Hominis); Jamur ( Candida Albicans ).
2) Infeksi Parenteral
Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut ( OMA ), Tonsilitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak yang berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorpsi
- Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
- Malabsorpsi lemak
- Malabsopsi protein
c. Faktor Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas.

V. Manifestasi Klinis
1) Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
rasa tidak enak, nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2) Diare Kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan berat badan dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah.

Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh
penderita. Diantaranya gejala tersebut adalah:

- Bising usus meningkat, sakit perut atau mules


- Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri
amuba)
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
- Kram abdominal
- Demam
- Mual dan muntah
- Anoreksia
- Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
- Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
- Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang
berkepanjangan
- Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari
- Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi
- Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
- Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan muntah-
muntah
- Badan lesu atau lemah

VI. Cara Penularan


 Kontak langsung dengan penderita
 Makanan yang tercemar
 Air minum yang tercemar
 Tangan yang kotor
 BAB disembarang tempat
 Botol susu yang kurang bersih

Cara terjadinya diare :


 Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab
diare.
 Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang
buang air besar disembarang tempat.
 Tinja tadi mencemari lingkungan misalnya tanah,sungai, air sumur.
 Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah
tercemari kemudian menderita diare.

VII. Patofisiologi
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa spesies tertentu bakteri
menghasilkan toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan
sekresi berlebihan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-
zat makanan yang tidak dapat di serap menyebabkan peningkatan tekanan
osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga
menyebabkan diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
 Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
 Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
 Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.
 Akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
VIII. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja
- Uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya dengan
melakukan pembiakan terhadap contoh tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

IX. Penatalaksanaan Medis


Hal pertama yang harus di perhatikan dalam penanggulangan diare adalah
masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak
segera di atasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi
penderita diare ringan di berikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu di
bantu dengan cairan intravena atau infuse. Hal yang tidak kalah penting adalah
pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan
makanan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan
makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan
metabolism selama sakit. (sitorus, 2008).
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi seseorang diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih
atau Oral Rehidration Solution (ORS) Seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat
melakukannya sendiri dirumah . kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian
ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh , atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai
alas an, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut bertambah parah
setelah masuk rumah sakit dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS, apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat di atasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti salmonella sp, giardia
lamblia., entamoeba coli perlu mendapat terapi antibiotic yang rasional, artinya
antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh karena itu penyebab
diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotic, maka
pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Dasar pengobatan diare adalah :
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa
untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar
natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan/
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut
oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantung tersedianya cairan
setempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan
tergantung berat/ ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya.
 Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
 Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml /
kg BB / hari
 Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya
125 ml / kg BB / hari
 Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien.
2) Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB
kurang dari 7 kg jenis makanan :
 Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang
/ tidak sejuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
 Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
 Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak
diberikan lagi.
 Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakan tetrasiklin 25-50 mg / kg
BB / hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit seperti :
OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.

X. Pencegahan
a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting :
 sebelum makan,
 setelah buang air besar,
 sebelum memegang makanan,
 setelah menceboki anak,
 sebelum menyiapkan makanan.
b. Meminum air minum sehat,atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
c. Pengolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas dan lain-lain).
d. Membuang air besar dan air kecil pada tempat nya, sebaik nya menggunakan
jamban dengan tangki septic.
e. Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang
disusui ibunya, tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.
f. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.
g. Imunisasi campak.

XI. Komplikasi
 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).
 Renjatan hipovolemik
 Hypokalemia (dengan gejala kelemahan, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram)
 Hipoglikemia
 Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus
 Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
 Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
B. Pengkajian
I. Wawancara
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
Biasanya pada kasus ini didapatkan BAB lebih dari 3 kali.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat Penyakit sekarang merupakan keluhan yang terjadi
sekarang. Jika pada keluhan utama tidak dijelaskan proses
munculnya riwayat penyakit sekarang, maka pada pengkajian
selanjutnya dapat dimunculkan berbagai keluhan lainnya. Hal yang
ditanyakan pada pasien adalah bagaimana kronologis atau alur
sehingga keluhan tersebut terjadi dan tindakan yang dilakukan
untuk mengatasinya, termasuk pengobatan yang dilakukan ketika
keluhan tersebut terjadi. Berbagai keluhan yang muncul
diantaranya seperti sakit perut, badan lemas, berkeringat, muntah,
dehidrasi, sering BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir,
konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan), lebih
dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pada riwayat penyakit dahulu, perawat dapat mengkaji waktu atau
berapa lama klien mengalami diare dan apakah sebelumnya
mengalami penyakit yang dapat memicu terjadinya diare, seperti
alergi (fruktosa dan laktosa). Perlu ditanyakan juga apakah
beberapa hari sebelumnya pernah mengkonsumsi makanan pedas
dan buah-buahan tertentu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dapat ditanyakan apakah dalam
keluarga juga ada yang mengalami penyakit diare yang sama.
Biasanya ada salah satu anggota keluarga yang mengalami diare.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

II. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum: Klien tampak lemah, lesu, kesakitan, gelisah, kesadaran
menurun.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital:
- Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
- Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
- Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
- Tekanan darah biasanya menurun karena dehidrasi
- Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
- Respirasi meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam
(kusmoul)
- Suhu tubuh meningkat apabila terjadi inflamasi
3. Pemeriksaan sistem pencernaan: Mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
4. Pemeriksaan sistem pernafasan: Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).
5. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler: Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
6. Pemeriksaan sistem integumen: Warna kulit pucat, turgor menurun > 2
detik, suhu meningkat > 37derajat celsius, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memanjang > 2 detik, kemerahan
pada daerah perianal.
7. Pemeriksaan sistem perkemihan: Urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

III. Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Data yang diperoleh Etiologi (penyebab) Masalah keperawatan
dari pasien langsung. adalah faktor klinik dan yang mungkin muncul
DO : Data yang personal yang dapat sesuai diagnosa medis.
diperoleh dari hasil merubah status kesehatan
pengamatan perawat. atau mempengaruhi
perkembangan masalah
Dsb.

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kekurangan NOC NIC  Mengetahui
volume cairan  Fluid balance  Monitor vital dengan cepat
berhubungan  Hydration sign adanya
dengan kehilangan  Nutritional  Monitor status penyimpangan
cairan aktif status: food snd hidrasi dari keadaan
fluid (kelembaban normalnya
 Intake membran  Untuk
Setelah dilakukan mukosa, nadi mengetahui
tindakan adekuat, adanya tanda-
keperawatan selama terkanan darah tanda
… kebutuhan cairan ortostatik) dehidrasi dan
pasien terpenuhi  Kolaborasi mencegah
dengan kriteria pemberian terjadinya
hasil: cairan IV syok
 Mempertahanka  Monitor status hipovolemik
n urine output cairan  Pemberian
sesuai dengan termasuk cairan IV
usia dan BB, BJ intake dan sangat penting
urine normal, HT output cairan bagi klien
normal  Dorong pasien yang
 Tekanan darah, untuk mengalami
nadi, suhu tubuh menambah deficit volume
dalam batas intake oral cairan untuk
normal memenuhi
 Tidak ada tanda- kebutuhan
tanda dehidrasi cairan
 Elastisitas turgor  Mengatahui
kulit baik keseimbangan
membran cairan dan
mukosa lembab, elektroit
tidak ada rasa dalam tubuh
haus yang  Untuk
berlebihan mempertahan
kan asupan
cairan
2. Ketidakseimbangan  Nutrional status:  Anjurkan klien  Meningkatkan
nutrisi kurang dari food and fluid untuk makan masukan yag
kebutuhan tubuh  intake sedikit-sedikit sesuai dengan
berhubungan  weight control taapi sering kalori
dengan penurunan Setelah dilakukan  Kolaborasi  Asupan nutrisi
intake makanan tindakan dengan ahli gizi sesuai dengan
keperawatan selama untuk kebutuhan
… menunjukkan menentukan nutrisi pasien
status nutrisi yang jumlah kalori  Dengan
adekuat dengan dan nutrisi yang pengetahuan
kriteria hasil: dibutuhkan yang baik
 Adanya pasien tentang nutrisi
peningkatan  Berikan akan
berat badan informasi memotivasi
sesuai dengan tentang untuk
tujuan kebutuhan meningkatkan
 Tidak ada nutrisi pemenuhan
tanda-tanda  Monitor adanya nutrisi
kekurangan penurunan berat  Untuk
nutrisi badan memantau
 Menunjukkan  Monitor mual adanya
fungsi muntah perubahan
pengecapan dari atau
menelan penurunan
 Tidak terjadi berat badan
penurunan berat  Menentukan
badan yang tindakan yang
berarti akan
diberikan
untuk
mengatasi
mual muntah
3. Nyeri akut  Pain level  Lakukan  Mengetahui
berhubungan  Pain control pengkajian daerah nyeri,
dengan  Comfort level nyeri secara kualitas nyeri,
hiperperistaltik Setelah dilakukan komprehensif kapan nyeri
usus tindakan termasuk lokasi, dirasakan, dan
keperawatan selama karakteristik, berat
… pasien tidak durasi, ringannya
merasakan nyeri frekuensi, nyeri
dengan kriteria kualitas, dan  Pernyataan
hasil: faktor memugkinkan
 Mampu presipitasi pengungkapan
mengontrol  Observasi reaksi emosi dan
nyeri, (tahu non verbal dari dapat
penyebab nyeri, ketidaknyamana meningkatkan
mampu n mekanisme
menggunakan  Kontrol koping
tehnik non lingkungan  Menurunkan
farmakologi yang dapat reaksi
untuk menguragi mempengaruhi terhadap
nyeri, mencari nyeri seperti stimulasi dari
bantuan) suhu ruangan, luar atau
 Melaporkan pencahayaan, senstivitas
bahwa nyeri dan kebisingan pada suara-
berkurang  Ajarkan tentang suara bising
dengan tekhnik non  Untuk
menggunakan farmakologi mengurangi
manajeman nyeri  Anjurkan pasien nyeri dan
 Mampu untuk meningkatkan
mengenali nyeri tingkatkan kenyamanan
(skala, intensitas, istirahat klien
frekuensi dan  Kolaborasikan  Meningkatkan
tanda nyeri) demgan dokter istirahat dapat
 Menyatakan rasa jika ada keluhan membantu
nyaman setelah dan tindakan meredakan
nyeri berkurang nyeri tidak rasa nyeri
berhasil  Untuk
menentukan
tidakan yang
akan
diberikan
kepada pasien
4. Hipertermi  Thermoregulatio  Monitor suhu  Proses
berhubungan n sesering peningkatan
dengan dehidrasi Setelah dilakukan mungkin suhu
tindakan  Monitor tekanan menunjukkan
keperawatan selama darah, nadi, dan proses
… suhu tubuh respirasi penyakit
pasien dalam batas  Monitor intake infeksi akut
normal dengan dan output  Merupakan
kriteria hasil:  Berikan obat acuan untuk
 Suhu tubuh antipiretik mengetahui
dalam rentang  Kolaborasi keadaan
normal pemberian umum pasien
 Nadi dan RR cairan IV  Melihat
dalam rentang  Berikan keseimbangan
normal kompres air antara
 Tidak ada hangat pemasukan
perubahan warna dan
kulit dan tidak pengeluaran
ada pusing  Pemberian
obat
antipiretik
untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
dan cepat
menurunkan
demam
 Untuk
memenuhi
kebutuhan
cairan dan
menghindari
dehidrasi
 Pemberian
kompres
hangat
mampu
mendilatasi
pembuluh
darah,
sehingga akan
mempercepat
menurunkan
demam
Daftar Pustaka

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta: EGC

Carpenitto.LJ. 2006. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.


Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M dan Nancy R Ahern.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan

Edisi 9. Jakarta: EGC.

Mattingly, David., Seward,Charles. 2006. Bedside Diagnosis 13th Edition.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.

Anda mungkin juga menyukai