NIM : CKR0160015
2019/2020
A. Konsep Dasar Penyakit
I. Definisi
Diare adalah penyakit yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
buang air besar dari biasanya di sertai dengan adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja dari penderita yang bersangkutan (Depkes RI, 2002).
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar
satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair (Suradi & Rita 2006).
Menurut WHO diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari
(Hikmayanti, 2015).
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering
dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare (Kurniati, 2014).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali
sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik
berlangsung lebih dari dua minggu.
4) Lambung
Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa,
submukosa, lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus
berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis ventriculus terbagi atas kardiaka,
fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan makanan masuk
ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus memasuki
oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat
sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum
(bagian usus halus) ke dalam ventriculus (Budiyanto, 2005; Faradillah,
Firman, dan Anita. 2009).
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel
goblet. Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada
bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus
dan corpus kelenjar mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan
faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus
mengandung sel G yang mensekresi gastrin (Chandrasoma, 2006).
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek
erosif asam lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik
yang mampu menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat
menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang
dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung dan
duodenum dengan merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus
lambung, aliran darah mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa.
Aliran darah mukosa yang bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan
mukosa (Price dan Wilson, 2006).
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan
makanan, menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit
secara teratur. Cairan asam lambung mengandung enzim pepsin yang
memecah protein menjadi pepton dan protease. Asam lambung juga
bersifat antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glukosa
dapat diabsorbsi dari lambung (Guyton, 1997).
5) Usus halus (Usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Dudenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar”
dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton,
jejunus, yang berarti “kosong”.
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
9) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan
hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk
hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum.
10) Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
III. Klasifikasi
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita,
gradasi penyakit diare akut dapat di bedakan dalam empat kategori, yaitu :
1) Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada
tanda-tanda dehidrasi.
2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari
berat badan
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau
lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai
berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun,
tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar
5-8% dari berat badan
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing
yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang
dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang
dingin yang dingin dan pucat.
4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-
10% dari berat badan
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan
dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami
takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi
yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun
besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun
dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare Kronik
Diare kronis adalah diare hilang timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari
30 hari.
IV. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005) dalam Kurniati (2014), penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salomnella, Shigella,
Campylobacter , Yersinia , Aeromonas , dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie ,
Poliomyelitis), Adeno-virus , Rotavirus , Astrovirus , dan lain-lain.
- Infeksi parasit : cacing (Ascari, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas
Hominis); Jamur ( Candida Albicans ).
2) Infeksi Parenteral
Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut ( OMA ), Tonsilitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak yang berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorpsi
- Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
- Malabsorpsi lemak
- Malabsopsi protein
c. Faktor Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas.
V. Manifestasi Klinis
1) Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
rasa tidak enak, nyeri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2) Diare Kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan berat badan dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah.
Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau dirasakan oleh
penderita. Diantaranya gejala tersebut adalah:
VII. Patofisiologi
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa spesies tertentu bakteri
menghasilkan toksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat menimbulkan
sekresi berlebihan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat terdapatnya zat-
zat makanan yang tidak dapat di serap menyebabkan peningkatan tekanan
osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus seperti
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga
menyebabkan diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula.
Akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
VIII. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- PH dan kadar gula dalam tinja
- Uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya dengan
melakukan pembiakan terhadap contoh tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
X. Pencegahan
a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting :
sebelum makan,
setelah buang air besar,
sebelum memegang makanan,
setelah menceboki anak,
sebelum menyiapkan makanan.
b. Meminum air minum sehat,atau air yang telah diolah, antara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
c. Pengolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas dan lain-lain).
d. Membuang air besar dan air kecil pada tempat nya, sebaik nya menggunakan
jamban dengan tangki septic.
e. Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang
disusui ibunya, tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.
f. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.
g. Imunisasi campak.
XI. Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).
Renjatan hipovolemik
Hypokalemia (dengan gejala kelemahan, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram)
Hipoglikemia
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
B. Pengkajian
I. Wawancara
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
Biasanya pada kasus ini didapatkan BAB lebih dari 3 kali.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat Penyakit sekarang merupakan keluhan yang terjadi
sekarang. Jika pada keluhan utama tidak dijelaskan proses
munculnya riwayat penyakit sekarang, maka pada pengkajian
selanjutnya dapat dimunculkan berbagai keluhan lainnya. Hal yang
ditanyakan pada pasien adalah bagaimana kronologis atau alur
sehingga keluhan tersebut terjadi dan tindakan yang dilakukan
untuk mengatasinya, termasuk pengobatan yang dilakukan ketika
keluhan tersebut terjadi. Berbagai keluhan yang muncul
diantaranya seperti sakit perut, badan lemas, berkeringat, muntah,
dehidrasi, sering BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir,
konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan), lebih
dari 14 hari (diare kronis).
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pada riwayat penyakit dahulu, perawat dapat mengkaji waktu atau
berapa lama klien mengalami diare dan apakah sebelumnya
mengalami penyakit yang dapat memicu terjadinya diare, seperti
alergi (fruktosa dan laktosa). Perlu ditanyakan juga apakah
beberapa hari sebelumnya pernah mengkonsumsi makanan pedas
dan buah-buahan tertentu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dapat ditanyakan apakah dalam
keluarga juga ada yang mengalami penyakit diare yang sama.
Biasanya ada salah satu anggota keluarga yang mengalami diare.
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.