Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Community Mental Health
Nursing (CMHN)
Dosen Pengampu :
Ns. Khusnul Aini, M.Kep.,Sp.KepJ
Disusun Oleh
KEPERAWATAN REGULER A
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini berjalan selaras dengan orang lain. Rosdahl dalam (Kusumawati, Farida
penyakit jiwa akan membuat individu merasa bahwa penyakit jiwa berasal dari
roh-roh jahat, kutukan, hukuman atau bagian dari garis keturunan, padahal
penyakit jiwa tersebut berasal dari diri individu itu sendiri (Chen, 2016).
menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk
ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum
terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit,
formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas dan
wilayah kerja Puskesmas Darma pada tahun 2015 tercatat : 50.957 jiwa yang
Cageur, Tugumulya, Cimenga. Dimana desa Darma terdiri dari 5 dusun, 39 RT,
dan jumlah penduduk 7.975 . Menurut hasil survey yang dilakukan oleh
sama dengan pihak desa dan puskesmas pada tahub 2019 didapat data track
record pasien gangguan dan pasien resiko. Untuk desa Darma jumlah pasien
untuk menciptakan lingkungan desa siaga sehat jiwa. Masyarakat yang mampu
mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satu jawaban untuk
mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa. Masyarakat diharapkan mampu
merawat anggota keluarga yang sudah sakit ( menderita gangguan jiwa ), dan
gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan dapat menurunkan angka
terjadinya kejadian gangguan jiwa. Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa,
kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah kesehatan jiwa
dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa
kehilangan produktifitasnya.
gangguan jiwa berulang. Program Desa Siaga Sehat Jiwa patut untuk diajukan
gangguan jiwa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan terkait desa siaga sehat jiwa
kepada masyarakat desa darma sehingga terbentuknya desa siaga sehat jiwa yang
anggota masyarakatnya mampu merawat anggota masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa secara mandiri melalui penerapan konsep dan prinsip manajemen
keperawatan kesehatan jiwa komunitas dan aplikasi asuhan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas.
D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Puskesmas, manfaat dari pembentukan desa siaga sehat jiwa ini adalah
membantu menyelesaikan masalah khususnya terkait dengan kesehatan jiwa
secara operasional dari aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
sehingga diharapkan dapat membantu puskesmas untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, yang akhirnya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
2. Bagi Desa Darma pembentukan Desa Siaga Sehat jiwa ini adalah membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya kesehatan jiwa
sehingga dapat mendukung terbentuknya Desa Siaga Sehat Jiwa.
3. Bagi masyarakat, manfaat dari pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa ini adalah
menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa.
Masyarakat menjadi siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di
masyarakat.
4. Bagi mahasiswa, kegiatan ini sebagai bentuk implementasi dari ilmu dan
pembelajaran mata kuliah CMHN yang diterapkan di masyarakat oleh
mahasiswa sebagai wadah pengalaman dan pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Desa Siaga
Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri ( Depkes RI, 2006)
Menurut Bambang Hartono (Kepala Pusat Promosi Kesehatan) Desa Siaga
adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan mencegah serta
mengatasi masalah masalah kesehatan.
2. Indikator proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu
frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa, berfungsi/tidaknya Poskesdes,
berfungsi/tidaknya UKBM yang ada, berfungsi/tidaknya sistem
kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana;
berfungsi/ tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat
4. Indikator dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak
dan hasil kegiatan di desa dalama rangka pengembangan desa Siaga yaitu
jumlah penduduk yang menderita sakit, jumlah penduduk yang menderita
gangguan jiwa. (Depkes RI, 2006)
2. Misi pelayanan
Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat
sehat jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader
kesehatan jiwa.
3. Strategi pelayanan
Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang
disiapkan adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan
kesehatan jiwa (CMHN) di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program
CMHN di desa siaga adalah
a. Kegiatan perawat CMHN.
1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat :
Keluarga dengan bayi
Keluarga dengan kanak-kanak
Keluarga dengan usia pra sekolah
Keluarga dengan usia sekolah
Keluarga dengan remaja
Keluarga dengan dewasa muda
Keluarga dengan dewasa
Keluarga dengan lanjut usia
2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko
masalah psikososial :
Kehilangan bentuk, struktur, fungsí tubuh
Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat
tinggal, sekolah, harta benda
3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami
gangguan jiwa :
Pasien dengan Perilaku kekerasan
Pasien dengan Isolasi sosial
Pasien dengan Harga diri rendah
Pasien dengan Halusinasi
Pasien dengan Kurang Perawatan Diri
4) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan
jiwa mandiri
5) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri
6) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa
.
b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa :
1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah
psikososial dan gangguan jiwa
2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa
sesuai dengan usia
3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah
psikososial
4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara
merawat
5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi
Aktifitas Kelompok dan Rehabilitasi
6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah
mandiri
7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN
8) Mendokumentasikan semua kegiatan
c. Pelaporan
1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya
2) Kader mencatat data – data keluarga yang mempunyai risiko
masalah psikososial
3) Kader mencatat data – data keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing – masing
kelompok dicatat
5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang
bertanggung jawab (Keliat dkk, 2011)
H. Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial,
gangguan jiwa dan sehat jiwa
a. Risiko terjadinya masalah psikososial
Tabel 1
Risiko masalah psikososial
NO FAKTOR RISIKO
1 Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai
2 Kehilangan pekerjaan,
3 Kehilangan harta benda,
4 Kehilangan anggota tubuh
5 Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal,
Rhematik
6 Hamil dan postpartum
b. Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya
fungsi jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas,
motivasi, belajar) sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan
fungsi sosial (interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah
ketidakmampuan seseorang beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa
dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Perilaku yang menunjukkan
seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat beragam (lihat table 2).
(Keliat dkk, 2011).
Tabel 2
Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa
NO CIRI PERILAKU
1 Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
2 Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan,
minum, aktivitas) berkurang
3 Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
4 Marah – marah tanpa sebab
5 Bicara atau tertawa sendiri
6 Mengamuk
7 Menyendiri
8 Tidak mau bergaul
9 Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
10 Mengatakan atau mencoba bunuh diri
c. Sehat Jiwa
Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya
tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.
Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga,
kemudian dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa
dibagi dalam kelompok, demikian pula risiko dan gangguan jiwa. (Keliat dkk,
2011)
M. Kunjungan Rumah
1. Pengertian
Kunjungan rumah adalah kunjungan kader kesehatan jiwa ke keluarga yang
anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dan telah dirawat oleh
perawat CMHN dan telah mandiri. Kunjungan dilakukan 2 minggu sekali.
Saat melakukan kunjungan rumah, kader melakukan penilaian terhadap
kemampuan pasien gangguan jiwa dan keluarga dalam perawatan pasien
(lihat buku panduan supervisi kader).
2. Tujuan
Melalui kunjungan rumah diperoleh informasi terkini tentang kemampuan
pasien mengatasi masalahnya dan keterlibatan keluarga dalam perawatan
pasien dirumah
3. Sasaran
Sasaran kunjungan rumah kader adalah pasien dan keluarga yang
mempunyai masalah harga diri rendah, menyendiri, mendengar suara-suara
(halusinasi), mengamuk dan kurang merawat diri (lihat buku panduan
supervisi kader), yang telah mandiri.
4. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
Persiapan yang harus dilakukan adalah :
1) Menyiapkan buku supervisi kader
2) Mempelajari isi buku
3) Melakukan perjanjian/kontrak dengan keluarga
b. Pelaksanaan
1) Memberikan salam terapeutik
2) Melakukan perjanjian/kontrak
3) Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan
pasien dan keluarga tentang kemampuan pasien
4) Menyampaikan pujian terhadap kemampuan pasien dan keluarga,
5) Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya
dengan tujuan tertentu
c. Pelaporan
Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan
kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)
N. Rujukan Kasus
1. Pengertian
Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang
bertanggungjawab. Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan
rumah/deteksi keluarga kader menemukan :
Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap
perilaku pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader :
supervisi pasien)
Pasien baru yang ditemukan
2. Tujuan
Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih
baik lagi
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Persiapan
1) Kader menyiapkan laporan kunjungan rumah/supervisi yang
menunjukkan kemunduran perilaku pasien atau adanya masalah
kesehatan baru
2) Kader mengisi format rujukan kasus
b. Pelaksanaan
1) Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat
CMHN
2) Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN
c. Pelaporan
Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan
kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)
O. Pendokumentasian
1. Pengertian
Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan
kader (deteksi, penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan
menggunakan panduan pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader
kesehatan jiwa).
2. Tujuan
Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan
perkembangan kondisi kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan
yang telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa tercatat dengan baik
3. Bentuk dokumentasi
Bentuk dokumentasi laporan kader adalah :
Buku pegangan kader : deteksi keluarga
Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa
Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa
Surat rujukan (Keliat dkk, 2011)
BAB III
KERANGKA KEGIATAN
DINKES
KABUPATEN PUSKESMAS
Perawat CMHN
Pelatihan
Kompetensi Kader
Sehat Jiwa (Deteksi
Dini, TAK,
1. Terbentuknya kader
Pendkes, Rujukan,
sehat jiwa per posyandu
Dokumentasi
yang memiliki skill
terlatih di bidang
kesehatan jiwa : Buku pegangan
2. Setiap dusun memiliki kader : deteksi
Kegiatan Kader kader kesehatan jiwa keluarga
Kesehatan Jiwa dengan rasio 1 kader Buku pegangan
terhadap 15-20 keluarga kader :
yang ada disekitar penyuluhan
tempat tinggalnya kesehatan jiwa
3. Seluruh keluarga di
Buku pegangan
Desa Siaga Sehat Jiwa
kader : supervisi
memiliki kader
pasien
kesehatan jiwa
gangguan jiwa
Surat rujukan
ALUR PEMERIKSAAN PASIEN DI POLI JIWA
Perawat CMHN
PEMERIKSAAN
memfasilitasi
DI POLI JIWA
untuk pemeriksaan
PUSKESMAS
lebih lanjut ke poli
jiwa puskesmas
2. Konseling Kesehatan
Jiwa dan kondisi Rencana Rujukan ke
kesehatan jiwa pasien RSJ di
kabupaten/provinsi
terkait
Inform consent keluarga
& pasien
setuju menolak
Perawat Kontrol
Memenuhi kelengkapan CMHN ke poli
RSJ dokumentasi rekam medis puskesmas jiwa
dan asuhan keperawatan merujuk ke
jiwa pasien RSJ di
kabupaten/pro
Pasien Pulang vinsi terkait
b. Materi sosialisasi
Secara garis besar materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :
a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
b. Konsep desa siaga sehat jiwa
c. Metode sosialisasi
Beberapa metode yang di gunakan saat melakukan sosialisasi Desa Siaga Sehat
Jiwa sesuai dengan tujuan adalah sebagai berikut :
1. Ceramah interaktif
Penyampaian materi diberikan secara lisan/verbal oleh penyuluh. Metode ini
efektif jika menggunakan alat bantu yang tepat seperti transparansi, slide, video.
Ceramah interaktif dilakukan untuk memotivasi masyarakat terlibat aktif
mengikuti materi yang disampaikan dengan cara menyampaikan pendapatnya.
Awal ceramah adalah pembukaan 10 – 15 menit kemudian penyampaian materi
yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab.
2. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dilakukan bila materi yang dipelajari perlu dibahas lebih
mendalam atau dipraktekkan. Dalam diskusi kelompok perlu dipilih ketua dan
sekretaris kelompok yang akan memimpin diskusi. Hasil diskusi dicatat dan
disampaikan pada seluruh anggota agar terjadi kesepahaman atau kesamaan
persepsi antar anggota kelompok.
3. Demonstrasi atau simulasi
Demonstrasi dilakukan jika materi yang dibahas memerlukan aktivitas motorik
atau penampilan sikap yang sesuai sehingga perlu diperagakan untuk
memperoleh gambaran materi yang utuh. Lakukan demonstrasi tahap demi tahap
agar mudah diingat dan di pahami oleh peserta. Setelah diperagakan peserta
melakukan simulasi. Selama atau setelah demonstrasi peserta dapat mengajukan
pertanyaan untuk hal-hal yang belum dimengerti dan pelatih mengamati atau
memperbaiki kemampuan peserta.
4. Bermain peran
Bermain peran adalah melakukan simulasi dengan berakting secara spontan.
Peserta diberi tugas untuk memperagakanperilaku tertentu secara total. Misalnya
seorang peserta berperan sebagai pasien/keluarga dan peserta lainnya berperan
sebagai kader keswa yang memberi penyuluhan.
5. Studi kasus
Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dan mempergunakan kasus nyata
maupun fiktif yang berfokus pada isyu, problem, tujuan atau topik yang spesifik.
Peserta mempelajari dan memberikan tanggapan terhadap kasus secara tertulis
atau lisan. Metode ini dapat digabungkan dengan bermain peran bila pelatih
menginginkan hasil yang lebih efektif.
6. Praktek dan supervisi
Metode praktek dilakukan bila peserta harus melakukan serangkaian aktivitas
tertentu di situasi nyata untuk mencapai kemampuan yang ditetapkan. Melalui
praktek di tatanan nyata diharapkan peserta akan lebih mudah mengingat dan
mempunyai pengalaman tersendiri dalam melakukan aktivitasnya. Hasil belajar
yang optimal dicapai bila saat praktek dilakukan supervisi yang berfungsi untuk
memperbaiki kinerja dan memotivasi peserta untuk lebih giat melakukan
tindakan.
d. Evaluasi
1. Fokus : Gabungan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif
2. Metode : Pre dan post tes (soal tertulis)
3. Penampilan kinerja (performance)
4. Waktu : Selama dan setelah selesai pelatihan
ANGGARAN DAN JADWAL KEGIATAN
A. Anggaran Dana
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan Penunjang (Dekorasi,Dokumentasi) Rp. 500.000
2. Bahan Habis Pakai (ATK) Rp. 350.000
3. Transportasi Rp. 150.000
4. Pembuatan Banner Rp. 250.000
5. ID Card Rp. 250.000
6. Lain-lain (konsumsi) Rp. 500.000
Jumlah Rp. 2.000.000
B. Jadwal Kegiatan
Dilaksanakan dalam waktu 1 hari ( 25 Januari 2020)
Pembicara/
Hari Kegiatan
Petugas
Kunjungan Kepala Desa: - Perangkat Desa
1. Perkenalan tim dengan perangkat desa dan - Preseptor akademik
tokoh masyarakat - Presepti
2. Penjelasan maksud dan tujuan kegiatan
Kegiatan sosialisasi Desa Siaga Sehat Jiwa di - Perangkat Desa
desa Darma. - Tokoh Masyarakat
Susunan acara : - Preseptor akademik
1. Pembukaan - Presepti
2. Sambutan ketua pelaksana dan sambutan - kader posyandu
kepala desa. - bidan desa dan
3. Sosialisasi Desa Siaga Sehat Jiwa dengan perawat desa
materi:
a. Konsep keperawatan kesehatan jiwa
komunitas
b. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa
BAB V
PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat. Besar harapan kami kegiatan ini bisa berjalan dengan
baik sebagaimana yang kami harapkan. Kami menyadari dan memahami bahwa sebuah kegiatan
tidak dapat diwujudkan secara individual, namun harus dijalankan secara kolektif. Untuk itu kami
selaku panitia mengucapkan terimakasih atas perhatian dan kerja sama dari semua pihak dalam
menyukseskan acara ini. Kami memohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam
pelaksanaan kegiatan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kelapangan rizki serta rahmat
dan hidayah-Nya, semoga Allah membalas kebaikan dalam setiap gerak dan langkah yang kita
lakukan. Aamiin.
Lampiran 1
Kepanitian
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Panitia Pelaksana yang dibentuk oleh Keperawatn Reguler A
tahun ajaran 2019-2020 dengan :
Pelindung
PANITIA PELAKSANA
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan Ka. Bidang Lembaga Pengabdian Masyarakat