Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS CMHN

OLEH:

KELOMPOK I

GABRIELA ANGELINA PALABI 193223115


I GEDE PUTRA SAINAN JAYA 193223116
I GUSTI AYU TRISNADEWI 193223117
I KOMANG PRAYOGA 193223118
IKE SRI WULANDARI 193223124
NANIK EKA PURNAWATI 193223131
NI WAYAN SUKRIMI 193223154
I WAYAN BUDIANTO 193223122
RIFI AGNI FERLITA 193223160
VERONIKA DEBIE KOMALASARI 193223161
NI WAYAN SULASMI 193223155
FRANSISCA RENATA ARANTHA 193223114
NI KADEK KEMBAR DANI S. 193223133
DIAN WAHYU NIARTI 193223113
I PUTU SANDI ARTHA YASA 193223125

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi –
tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat
2010”,menurut Depkes 1999. (http://www.litbang.depkes.go.id).
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum,
diantaranya adalah peningkatan upaya kesehatan melalui pencegahan dan
pengurangan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan
kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita dan wanita hamil,
melahirkan dan masa nifas melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan dan
rehabilitasi. (http://www.litbang.depkes.go.id)
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
di Negara-negara maju,modern dan industri.Keempat masalah kesehatan utama
tersebut adalah penyakit degeneratif,kangker,gangguan jiwa dan kecelakaan
(Mardjono dalam Hawari 2001).Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak
dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung,namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta
invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat
pembangunan,karena mereka tidak produktif dan tidak efisien.
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan
terjadinya gempa dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal 28
Maret 2005 yang melanda Kepulauan Nias, yang kesemuanya mengakibatkan
dampak fisik dan psikologis, maka WHO memandang perlu program CMHN.

2
Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai
dari proses rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan,
pertemuan persiapan yang melibatkan beberapa sector yang terkait seperti
Dinas Kesehatan dan pemerintah daerah setempat dalam rangka memperoleh
dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan Pelatihan Dasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic Course of Community Mental Health
Nursing (BC-CMHN) berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan bagi
perawat Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien gangguan jiwa, selanjutnya implementasinya di
masyarakat dan kegiatan supervisi.
WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif
karena dapat memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien
gangguan jiwa di masyarakat. Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis
mencantumkan judul sebagai mana yaitu “Community Mental Healthy Nursing
(CMHN)”yg berarti keperawatan kesehatan jiwa komunitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan community mental heart nursing?
2. Apa yang dimaksud dengan kader kesehatan jiwa?
3. Apa yang dimaksud dengan posyandu jiwa?
4. Bagaimana peran serta masyarakat dalam kesehatan jiwa?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu keperawatan khususnya pada
bidang keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh informasi tentang keberadaan CMHN pada ilmu
keperawatan saat ini.
b. Mengetahui konseptual model keperawatan kesehatan jiwa
masayarakat yang ada.
c. Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kesehatan
jiwa komunitas

3
BAB II
CMHN (Comunity Mental Health Nursing)

A. Pengertian    
Pengertian dari CMHN (Comunity Mental Health Nursing) adalah
perawatan kesehatan jiwa atau upaya memajukan pelayanan kesehatan jiwa
dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapat
pelayanan lebih baik.
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan
yang komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat
yang sehat jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam
tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang berfokuskan
pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa,
pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial (resiko gangguan jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien
gangguan jiwa dengan proses pemulihan.
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua
aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
1. Aspek (bio-fisik)

Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang


tubuh yag dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan
pelayanan dala rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya.
Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut, kronis maupun
terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.

2. Aspek psikologis

Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami


masyarakat seperti ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang
lebih berat yang memerlukakan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi
dengan situasi tersebut.

3. Aspek sosial

4
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat,
kehilangan pekerjaan , tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan
pelayanan dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu
mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.

4. Aspek cultural

Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat


digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ditemukan.

5. Aspek spiritual

Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat


diperdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai
konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.

Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang


pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan
jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat
diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara
kesehatannya.

Perawat kesehatan jiwa masyarakat merupakan tenaga keperawatan dari


puskesmas yang bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan di
wilayah kerja puskesmas. Peran dan fungsi :

1. Membuat asuhan keperawatan

2. Pendidikan: Memberikan pendidikan kepada individu dan keluarga untuk


mengembangkan keluarga melakukan 5 tugas keluarganya :

a. Mampu mengenal masalah pasien

b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

d. Memodifikasi lingkungan keluarga yang mendukung pemulihan


pasien

5
e. Memamfaatkan kesehatan jiwa yang ada.

3. Koordinator yaitu melakukan koordinasi dalam melakukan penemuan


kasus dan rujukan:

a. Penemuan kasus : ditemukan langsung dalam keluarga kemudian


ditingkatkan ke dusun,kelurahan,dan kecamatan.

b. Rujukan ke puskesmas : bila pasien belum melihatkan kesehatan dapat


bersifat timbal balik.

B. Jenis-jenis CMHN

1. Basic Course (BC) CMHN

Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)

Kegiatan : perawat diberikan pelatihan cara memberikan ASKEP (7 dx


keperawatan) pada klien dan keluarga pasien gangguan jiwa di rumah.

2. Intermediate Course (IC) CMHN

Sasaran : kader keswa dan perawat keswa (puskesmas)

Kegiatan : 

a. Membentuk desa siaga sehat jiwa

b. Merekrut dan melatih kader keswa untuk skrening gangguan jiwa di


masyarakat , masalah psikososial dan sehat jiwa.

c. Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan maalah


psikososial dan mengembbangkan rehabilitasi pasien gangguan jiwa.

3. Advance Course (AC) CMHN

Sasaran : individu , keluarga , staf puskesmas , kelompok formal , dan


informal serta masyarakat luas .

Kegiatan : manajemen keperawatan kesehatan jiwa dan kerjasama lintas


sektoral

C. Perangkat CMHN :

1. Penanggung jawab dari kabupaten.

2. Menentukan puskesmas yang akan digunakan

6
3. Memilih daerah / desa (1 kader untuk 1 Rt)

4. Menjalankan kegiatan hasil pelatihan.

D. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa

1. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara


perawat dengan klien).

2. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan


jiwa).

3. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi


dalam keperawatan jiwa).

4. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis


dalam keperawatan jiwa).

5. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan


psikologis dalam keperawatan jiwa).

6. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial


budaya dalam keperawatan jiwa).

7. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan


lingkungan dalam keperawatan jiwa).

8. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal


etika dalam keperawatan jiwa).

9. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan


proses keperawatan: dengan standar- standar perawatan).

10. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance


Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan
standar-standar professional).

E. Kompetensi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas (Competent Of  Caring)

1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.

2. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.

7
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji,
negosiasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.

4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok,


untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental,
termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.

5. Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh


penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.

6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah


psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.

7. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan


kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.

F. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas

Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan


jiwa yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan
kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yag
memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer,
sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang
komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegaha primer ,
sekunder, dan tersier.

1. Pencegahan Primer

Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan


kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan
adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan
meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat
yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur
yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan
primer adalah program pendidikan kesehatan , program stimulasi
perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa , manajemen stress ,
persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :

8
1) Pendidikan menjadi orangtua

2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.

3) Memantau dan menstimulasi perkembangan

4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan

b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress

1) Stress pekerjaan

2) Stress perkawinan

3) Stress sekolah

4) Stress pasca bencana

c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu


yang kehilangan pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat
tinggal , yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa
kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan

2) Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi orangtua


asuhbagi anak yatim piatu.

3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing


untuk mendapatkan pekerjaan

4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh


tempat tinggal.

d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat


sering digunakan  sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan
yang dilakukan:

1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi


stress

2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan


tanpa menyakiti orang lain.

9
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada
pada diri seseorang.

e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu


cara penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus
asaan. Oleh karena itu perlu dilakukan program :

1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat


tentang tanda-tanda bunuh diri.

2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.

3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.

2. Pencegahan Sekunder

Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah


deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan
gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian
gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang
beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :

a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi


dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan
penemuan langsung.

b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah


sebagai berikut :

1) Melakukan pengkajian 2 menit untuk memperoleh data fokus pada


semua pasien yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.

2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan


depresi maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan
pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.

3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan


jiwa (di tempat– tempat umum)

10
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang
ditemukan sesuai dengan standar pendelegasian program
pengobatan (bekerja sama dengan dokter) dan memonitor efek
samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum
obat.

5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat


lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang
dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).

6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga


agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya
tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak
lanjut.

7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat


yang aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan
melakukan rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.

8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan


untuk membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas
kelompok , terapi keluarga dan terapi lingkungan.

9) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok


keluarga, atau kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan
kelompok yang mebahas masalah-masalah yang terkait dengan
kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.

10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan


dalam 24 pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.

11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus


pelayana keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi
serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat

11
gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat mengalami
gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas pada pencegahan tersier
meliputi :

a. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber


dimasyarakat seperti : sumber pendidikan, dukungan masyrakat
(tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), dan pelayan terdekat yang
terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat


terhadap penerima pasien gangguan jiwa.

2) Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan


dalam penanganan pasien yang melayani kekambuhan.

b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga


hingga mandiri berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan
keluarga dengan cara :

1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan


dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat

2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan


keluarga dan masyarakat.

3) Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu


dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien
produktif kembali.

4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil


keputusan untuk dirinya.

c. Program sosialisasi

1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.

2) Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari


[ADL],mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi

3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke


tempat rekreasi.

12
4) Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian
bersama, majelis taklim, kegiatan adat)

d. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru


dalam masyarakat terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu
diberikan program mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan
deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang
dilakukan, yaitu :

1) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang


kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan
tindakan menghargai pasien gangguan jiwa.

2) Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang


berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa.

13
BAB III
KADER KESEHATAN JIWA

A. Pengertian
Kader kesehatan jiwa adalah kader yang dapat membantu masyarakat
mencapai kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi
kesehatan jiwa masyarakat di wilayahnya (Keliat,2007). Kader Kesehatan
Jiwa berperan serta dalam meningkatkan, memelihara dan mempertahankan
kesehatan jiwa masyarakat (Keliat,2007)
B. Tugas Pokok kader Kesehatan Jiwa
1. Melaksanakan program Desa Siaga Sehat Jiwa
2. Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga yang beresiko mengalami
masalah psikososial, dan keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat
3. Menggerakkan individu, keluarga, dan kelompok sehat jiwa untuk
mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
4. Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang beresiko mengalami
masalah psikososial untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
5. Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang mengalami
gangguan jiwa untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
6. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti terapi aktifitas
kelompok (TAK) dan rehabilitas
7. Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri
8. Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada
perawat CMHN atau puskesmas

14
BAB IV
POSYANDU JIWA

A. Pengertian
Posyandu (PosKesehatanTerpadu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakatdandibantu oleh tenaga
kesehatan.Jadi posyandu merupakan kegiatan swadaya masyarakat dibidang
kesehatan dengan penanggungjawab kepala desa. A.A. Gdemuninjaya (2002:
169) mengatakan , “ pelayanan kesehatan terpadu ( yandu ) adalah suatu
bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan disuatu wilayah
kerja puskesmas.
Posyandu jiwa adalah pos pelayanan kesehatan terpadu yang berisi
pengarahan kepada masyarakat untuk mempertahankan derajat kesehatan jiwa
dan menggurangi resiko gangguan jiwa yang berada di lingkup esa.
Tujuan dilakukannya posyandu desa adalah untuk mencegah dan
menggurangi resiko seseorang untuk mengalami gangguan jiwa dan
memberikan pengobatan dan terapi bagi mereka yang mengalami ganngguan
jiwa. Upaya- upaya yang dilakukan dalam melaksanakan posyandu jiwa
adalah:
1. Preventive
Dilakukan dengan cara mencegah dan menggurangi resiko
gangguan jiwa dengan menciptakan masyarakat yang terbuka.
Contoh kegiatan untuk menciptakan masyarakat yang terbuka yaitu:
a. Dengan membentuk suatu kegiatan di lingkungan masyarakat,
bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan silaturahmi antar warga.
b. Selalu melakukan interaksi social.
c. Memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat untuk selalu
menjaga kesehatan jiwa mereka.
2. Promotif
Dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan masyakat
tentang gangguan jiwa baik pengertian, tanda dan gejala, dan cara
menghadapi orang yang mengalami gangguan jiwa .

15
3. Kuratif
Memberikan pengobatan dan terapi dan berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya seperti tenaga medis dan psikiatri.
4. Rehabilitative
Dilakukan dengan cara memberikan terapi sederhana pada pasien
gangguan jiwa. Namun bukan hanya pasien gangguan jiwa yang perlu di
terapi namun lingkungan juga harus diberi pengertian untuk dapat
menerima seseorang yang sudah sembuh dari gangguan jiwa dan tidak
mengucilkannya.
Dalam pelaksana posyandu jiwa terdapat beberapa tahapan yaitu:
1. Mejapertama ( meja I)
Meja pertama adalah pos untuk melakukan pendaftaran, yang
dilakukan oleh kader posyandu.
2. Mejakedua ( meja II)
Meja kedua adalah pos untuk melakukan pemeriksaan fisik, mengecek
tanda-tanda vital ( biasanya yang umum dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan tekanan darah), tinggi badan, berat badan dan keluhan
pasien. Ini dilakukan oleh kader yang terlatih atau tenaga kesehatan
seperti perawat.
3. Mejaketiga ( meja III)
Meja ketiga adalah untuk pengobatan .pengobatan ini dilakukan oleh
dokter.
4. Mejakeempat ( meja IV)
Meja keempat adalah posterapi yang dilakukan oleh perawat,
contohnya melakukan TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok) dan okupasi.
5. Mejakelima ( meja V)
Pemberian makanan ( Snack) untuk pasien, ini dapat dilakukan oleh
kader posyandu jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan angka gangguan jiwa di Indonesia
melalui pemberdayaan masyarakat.

16
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar
C. Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah gangguan jiwa
D. Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
E. Manfaat
1. Bagi masyarakat
a. Memperoleh kemudahan mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar.
b. Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah
kesehatan.
c. Mendukung perbaikan perilaku , keadaangizi, dan kesehatan keluarga.
d. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana.
f. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan.
2. Bagi Kader, Pengurus posyandu, dan Tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalahkesehatan.
3. BagiPuskesmas
a. Optimalisasi Fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat
c. Mendekatkan akses Yankesdas pada masyarakat

17
F. Lokasi
Posyandu berada di setiapdesa / kelurahan .Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan ,dimungkinkan untuk didirikan di RW , dusun .
G. Kedudukan
1. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintah Desa / Kelurahan : Sebagai
wadah pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan dan sosial dasar
lainnya yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa /
kelurahan
2. Kedudukan posyandu Terhadap Kelompok Kerja ( Pokja ) Posyandu :
Sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administrative ,
keuangan , dan program dari Pokja
3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM : Sebagai Mitra
4. Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan
Sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumber
daya dari Forum Peduli Kesehatan kecamatan
5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh
Puskesmas
Pelaksana
H. Pelaksana Posyandu adalah kader yang difasilitasi petugas.
Kader Posyandu diharapkan :
1. Berasal dari anggota masyarakat setempat
2. Dapat membaca danmenulis huruf latin
3. Berminat dan bersedia menjadi kader
4. Bersedia bekerja secara sukarela
5. Memiliki kemampuan dan waktu luang
I. Denah tempat posyandu jiwa dimasyarakat
Dalam penatalaksanaan posyandu jiwa yang ada dimasyarakat terdapat
urutan dalam pelaksanaan posyandu jiwa:
1. Meja pertama adalah tempat untuk pendaftaran

18
2. Meja kedua adalah tempat untuk memeriksa fisik pasien, seperti
TTV,TB,BB dan keluhan fisik(yang bertugas adalah kader terlatih,seperti
tenaga kesehatan),
3. Meja ketiga adalah tempat pengobatan (yang melaksanakan dokter),
4. Meja keempat adalah tempat penkes atau terapi yang diberikan pada
pasien(perawat) Contoh TAK,Okupasi atau terapi kerja
5. Meja kelima adalah pemberian makanan tambahan untuk pasien jiwa
untuk memberikan asupan nutrisi

19
BAB V
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM KESEHATAN JIWA

A. Peran Kabupaten
Dalam melaksanakan program Kesehatan Jiwa di masyarakat sering kali
terbengkalai tidak adanya dana untuk memfasilitasi kegiatan yang mendukung
masyarakat dalam Kesehatan Jiwa. Dalam kondisi nyata, Bupati atau pihak
Pemerinah Kabupaten sendiri tidak memberikan perhatian berupa materi
maupun nonmateri dikarenakan Pemerintah Kabupaten lebih mendukung
program Kesehatan Ibu dan Bayi. Hal ini memicu kurangnya perhatian
masyarakat dalam mengadakan program yang berhubungan dengan Kesehatan
Jiwa. Banyak masyarakat yang tidak ingin dirugikan bila tidak ada dukungan
materi. Pada dasarnya masyarakat sangat antusias dalam berpartisipasi
melaksanakan kegiatan Kesehatan Jiwa akan tetapi terhalang kurangnya
perhatian Pemerinah Kabupaten. Seharusnya Pemerintah Kabupaten dapat
mendukung kegiatan tersebut berupa fasilitas barang maupun materi.
B. Peran Dinas Kesehatan
Peran Dinas Kesehatan dalam kegiatan Kesehatan Jiwa yaitu dengan
adanya Rumah Sakit Jiwa. RSJ berperan sebagai fasilitator tenaga kesehatan
jiwa (perawat jiwa) bahkan adapula RSJ yang membantu dana untuk
melaksanakan dalam program dimasyarakat.
C. Peran Kecamatan
Peran Kecamatan dalam Kesehatan Jiwa masyarakat adalah dengan
adanya Puskesmas. Puskesmas berperan sebagai pendataan masyarakat dengan
masalah kejiwaan atau gangguan jwa agar mendapat penanganan yang baik.
Puskesmas juga berperan dalam pengadaan posyandu jiwa.
D. Peran Kelurahan
Kelurahan berperan dalam fasilitas tempat yang memadai untuk
pelaksanaan kegiatan Kesehata Jiwa.
E. Peran RT/RW

20
Peran RT/RW yaitu menghilangkan budaya pasung, memotivasi keluarga
dan penggerak kegiatan dalam lingkungan desa agar keluarga dengan anggota
masalah jiwa tidak merasa malu atau terisolasi
F. Peran Keluarga
Peran keluarga adalah peran yang paling penting dalam mendukung
kegiatan tersebut. Keluarga harus mampu menerima dan membuka diri agar
anggota yang memiliki masalah kejiwaan mendapat fasilitas dan terapi untuk
kehidupan yang lebih sejahtera.

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
CMHN adalah perawatan kesehatan jiwa yang bertujuan memajukan
pelayanan kesehatan jiwa, pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapat pelayanan lebih baik. Dengan cara menciptakan kader-kader yang
dapat membantu masyarakat melalui pelatihan-pelatihan dan
membuat Posyandu (PosKesehatanTerpadu) yang diselenggarakan dari, oleh,
dan untuk masyarakat dan dibantu oleh tenaga kesehatan.Jadi posyandu merup
akan kegiatan swadaya masyarakat dibidang kesehatan dengan penanggungjaw
ab kepala desa. Dan kegiatan ini membutuhkan peran serta masyarakat dari
tingkat Kabupaten, Dinas Kesehatan, Kecamatan, Kelurahan, RT/RW dan
peran serta Keluarga.

B. Saran
Kelompok kami berharap semoga penyusunan makalah tentang CMHN
(Comunity Mental Health Nursing) ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga
dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk praktik keperawatan
Komunitas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas


CMHN Basic. Jakarta: EGC.

Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14


Maret 2012. Diambil pada tanggal 15 April 2013, dari alamat
http://makalahkeperawatanku.blogspot.com/2012/03/community-mental-health-
nursing.html

23

Anda mungkin juga menyukai