DENGAN DEKOMPENSASI
KORDIS (GAGAL JANTUNG)
Posted on September 1, 2018by samoke2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jantung merupakan struktur kompleks yang
terdiri atas jaringan fibrosa, otot-otot jantung,
dan jaringan konduksi listrik. Jantung
mempunyai fungsi utama untuk
memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan
den gan baik apabila kemampuan otot
jantung untuk memompa cukup baik, sistem
katup, serta irama pemompaan yang baik.
Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah
satu atas, maka akan mempengaruhi efisiensi
pemompaan dan kemungkinan dapat
menyebabkan kegagalan
memompa. (Muttaqin, 2012, hal. 196)
Saat ini gagal jantung merupakan satu-
satunya penyakit kardiovaskuler yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko
kematian akibat gagal jantung berkisar antara
5-10% pertahun pada gagal jantung ringan
yang akan meningkat menjadi 30-40% pada
gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung
merupakan penyakit yang paling sering
memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat
jalan telah diberikan secara optimal. (Kasron,
2016, hal. 183-184)
1. Batasan masalah
Batasan masalah di dalam makalah ini
dibatasi pada definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofiologi, klasifikasi, komplikasi dan
asuhan keperawatan pada dekompensasi
cordis
1. Rumusan Masalah
2. Apa definisi Dekompensasi Cordis ?
3. Apa etiologi Dekompensasi Cordis ?
4. Apa Manifestasi Klinis Dekompensasi
Cordis ?
5.Bagaimana Patofisiologi dari
Dekompensasi Cordis ?
6. Apa saja Klasifikasi Dekompensasi
Cordis ?
7.Apa saja Komplikasi Dekompensasi
Cordis ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan
Dekompensasi Cordis ?
1. Tujuan
2. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep
gagal jantung dan asuhan keperawatan
dengan gagal jantung
2. Tujuan Khusus
Memahami definisi Dekompensasi Cordis
Mengetahui etiologi Dekompensasi
Cordis
Mengetahui manifestasi klinis
Dekompensasi Cordis
Memahami patofisiologi Dekompensasi
Cordis
Memahami apa saja klasifikasi
Dekompensasi Cordis
Mengetahui apa komplikasi
Dekompensasi Cordis
Mengetahui asuhan keperawatan yeng
meliputi pengkajian, diagnosa dan
intervensi dalam Dekompensasi Cordis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
DEKOMPENSASI KORDIS
2. Definisi
Gagal jantung sering disebut dengan gagal
jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompakan darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrisi. (Kasron, 2016, hal.
184)
2. Etiologi
3. Kelainan otot jantung
Kelainan otot jantung sering terjadi pada
penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung.
1. Aterosklerosis Koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot
1. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan
dalam perkembangan dan beratnya gagal
ginjal. Asidosis respiratorik dan abnormalita
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung .
3. Manifestasi Klinis
4. Lelah
5.Anoreksia
6. Kaheksia
7.Mual/muntah
8. Takipnea
9. Dispnea
10. Takikardia
11. Irama gallop
12. ronkhi
Gagal Ventrikel Kiri
1. Sesak nafas
2. Gelisah
3. Dispnea
4. Ortopnea
5.Takipnea
6. Ronkhi(Manurung, 2016, hal. 109-110)
Gagal Ventrikel Kanan
1. Peningkatan tekanan vena/distensi vena
di leher
2. Oedema : diekstemitas perifer, sacrum
dan genital, asites
3. Hepatosplenomegali
4. Refleks hepatojugular
5.Peningkatan berat badan
6. Penurunan haluaran urine
(Manurung, 2016, hal. 110)
Kriteria major
1. Paroksimal nocturnal dispnea
2. Distensia vena leher
3. Ronkhi paru
4. Kardiomegali
5.Edema paru akut
6. Gallop S3
7.Peninggian vena jugularis
8. Refluks hepatojugular(Amin, 2015,
hal. 20)
Kriteria Minor
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dipnea d’effort
4. Hepatomegali
5.Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital 1/3
7.Takikardia (>120/menit) (Amin, 2015,
hal. 20)
Major atau Minor
Penurunan BB≥ 4.5 Kg dalam 5 hari
pengobatan (Amin, 2015, hal. 20)
4. Patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespons
terhadap stres tidak adekuat dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka
jantung gagal untuk melakukan tugasnya
sebagai pompa, akibatnya terjadilah gagal
jantung. Juga pada tingkat awal, disfungsi
komponen pompa dapat mengakibatkan
kegagalan. Jika cadangan jantung normal
mengalami payah dan kegagalan, respons
fisiologis tertentu pada penurunan curah
jantung adalah penting. Semua respons ini
menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital
normal. (Muttaqin, 2012, hal. 200-201)
Gangguan aliran darah ke otot jantung
Beban sytole
kontraktilitas
Disfungsi miokardium
Arteriosklerosis koroner
preload
COP
Beban jantung
kontraktilitas
Gagal jantung
aldosteron
LVED naik
Back fallure
Forward failure
Renal flow
Suplai o² otak
RAA
Metabolisme anaerob
sinkop
ADH
Asisdosis metabolis
Retensi Na +H₂O
ATP
fatgue
Edema paru
Beban ventrikel
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ronkhi basah
Penumpukan sekret
Reflek batuk
Tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secar normal kembali dari
sirkulasi vena
Tekanan diastole
lien
hepar
splenomegali
hepatomagali
nyeri
Sesak nafas
ansietas
ansietas
Pitting edema
5.Klasifikasi
Beberapa istilah gagal jantung :
1. Gagal Jantung Sistolik adalah
ketidakmampuan kontraksi jantung
memompa sehingga curah jantung
menurun menyebabkan kelemahan, fatik,
kemampuan aktivitas fisik menurun dan
gejala hipoperfusi lainnya
2. Gagal jantung diastolik adalah
gangguan reaksi dan gangguan pengisian
ventrikel
Klasifikasi menurut gejala dan intensitas
gejala
1. Gagal jantung akut adalah timbulnya
gejala secara mendadak, biasanya selama
beberapa hari atau beberapa jam.
2. Gagal jantung kronis adalah
perkembangan gejala selama beberapa
bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan
sehari-hari.
Klasifikasi gagal jantung menurut
letaknya
1. Gagal jantung kiri adalah kegagalan
ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengan benar dan dapat
lebih lanjut diklasifikasikan menjadi
disfungsi sistolik dan diastolik
2. Gagal jantung kanan merupakan
kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara adekuat. Penyebab
gagal jantung kanan yang paling sering
terjadi adalah gagal jantung kiri, tapi
gagal jantung kanan dapat terjadi dengan
adanya ventrikel kiri yang benar-benar
normal dan tidak menyebabkan gagal
jantung kiri. Gagal jantung kanan dapat
juga disebabkan oleh penyakit paru dan
hipertensi arteri pulmonari primer
Klasifikasi berdasarkan beratnya keluhan
dan kapasitas latihan menurut NYHA
1964 :
1. Derajat I : Tanpa keluhan- anda masih
bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak
napas
2. Derajat II : Ringan- aktivitas fisik
sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi jika aktivitas ini
dihentikan maka keluhan pun hilang
3. Derajat III : Sedang-aktivitas fisik
ringan menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang
jika aktivitas dihentikan
4. Derajat IV : Berat-tidak dapat
melakukan aktivitas fisik sehari-hari,
bahkan pada saat istirahat pun keluhan
tetap ada dan semakin berat jika
melakukan aktivitas walaupun aktivitas
ringan.(Amin, 2015, hal. 19)
6. Komplikasi
7.Edema paru
8. Emboli
9. Infark paru
10. Syok kardiogenik(Manurung, 2016,
hal. 110)
1. KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN DECOMPENSASI
CORDIS
2. Pengkajian
3. Identitas
Penyakit gagal jantung adalah kejadian yang
umum pada populasi tertentu, kebanyakan
terutama lansia dan pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, infark miokardium atau
keduanya. (Patricia Gonce Morton, 2013, hal.
502)
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
1. Kesadaran
Gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran
yang baik atau compos mentis dan akan
berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf
pusat. (Muttaqin, 2012, hal. 211)
1. Tanda-tanda vital
Pasien yang mengalami disfungsi sisitolik
dapat memiliki tekanan darah yang sangat
rendah, tetapi asimtomatik (sistolik, 80-
99mmHg, diastolik, 40-49mmHg). Frekuensi
jantung dapat cepat 90x/menit atau lebih
rendah saat istirahat pasien yang mengalami
fungsi diastolik mungkin hipertensif atau
tidak. (Patricia Gonce Morton, 2013, hal. 514)
Body system
1. Sistem pernapasan
Inspeksi
Pasien nampak Dispnea, ortopnea, dispnea
nokturnal paroksimal, dan batuk
Palpasi
Adanya Edema pulmonal akut
Auskultasi
Terdengan suara Crackles atau Ronkhi basah
halus pada dasar posterior paru (Muttaqin,
2012, hal. 211)
1. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi
Adanya parut pasca pembedahan jantung,
terdapat distensi vena jugularis, dan edema
Palpasi
Takikardi, pitting edema, hipotensi sistolik di
temukan pada gagal jantung yang lebih berat
Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang
menandakan adanya hipertrofi jantung
(kardiomegali)
Auskultasi
Bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4)
serta crackles pada paru-paru. S4 atau gallop
atrium, mengikuti kontraksi atrium dan
terdengar paling baik (Muttaqin, 2012, hal.
212-215)
1. Sistem persyarafan
Kesadarannya compos mentis
Didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat
Pasien nampak meringis, menangis,
merintih, meregang dan menggeliat
(Muttaqin, 2012, hal. 215)
1. Sistem perkemihan
Inspeksi
Mengukur volume keluaran urine, asupan
cairan, dan adanya oliguria
Palpasi
Adanya edema ekstremitas (Muttaqin, 2012,
hal. 215)
1. Sistem pencernaan
Penting untuk memalpasi dan memperkusi
abdomen guna mengindentifakasi adanya
asites dan tepi bawah hati. Tekanan atrium
kanan yang tinggi yang berubah menjadi
tekanan vena yang tinggi menandakan gagal
jantung kanan, dan hati menjadi reservoir
untuk peningkatan volume vena dan
ukurannya meningkat (hematomegali).
(Patricia Gonce Morton, 2013, hal. 515)
1. Sistem integument
Inspeksi
Warna kulit pucat
capilary refill time > 2 detik, suhu akral
dingin, diaforesis, dan pitting
edema(Muttaqin, 2012, hal. 216)
1. Sistem muskoloskeletal
Inspeksi
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang
kurang, anorexia
Palpasi
Kulit dingin, bisa juga terjadi demam ringan,
dan keringat yang berlebihan (Muttaqin,
2012, hal. 216)
1. Sistem reproduksi
Edema dimulai pada kaki dan tumit edema
dependen dan secara bertahap bertambah ke
atas tungkai yang pada akhirnya ke genitalia
eksterna serta tubuh bagian
bawah. (Muttaqin, 2012, hal. 213).
1. Sistem endokrin
Pelepasan adrenalin (epinefrin) dan
noradrenalin (nonepinefrin) dari kelenjar
adrenal ke dalam aliran darah, nonadrenalin
juga dilepaskan oleh syaraf. Adrenalin dan
nonadrenalin adalah sistem pertahanan tubuh
yang pertama muncul setiap kali terjadi stress
mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan
nonadrenalin menyebabkan jantung bekerja
lebih keras, untuk membantu meningkatkan
curah jantung dan mengatasi gangguan
pompa jantung sampai derajat
tertentu. (Kasron, 2016, hal. 188)
1. Sistem imunitas
Ketika sistem limfe tidak lagi mampu menarik
cairan yang cukup untuk mengurangi tekanan
maka akan terjadi asites. (Patricia Gonce
Morton, 2013, hal. 515)
Pemeriksaan Penunjang
1. Electro kardiogram(EKG)
Mengetahui Hipertopi atrial atau ventrikuler,
Penyimpangan aksis, iskemia, distrimia,
takikardi, fibrilasi atrial (Amin, 2015, hal. 20)
1. Uji stres
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang
betrujuan untuk menentukan kemungkinan
iskemia atau infark yang terjadi
sebelumnya (Amin, 2015, hal. 20)
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi model M (Berguna
mengeluasi volume baik dan kelainan
regional, model M paling sering dipakai
dan di tayangkan bersama EKG
Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan)
Ekokardiografi doppler (Memberikan
pencitraan dan pendekatam
transesofageal terhadap jantung)(Amin,
2015, hal. 20)
1. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan
dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi. (Amin, 2015, hal. 20)
1. Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung,
bayangan mencerminkan dialitas atau
hipertropy bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal dan pembesaran
jantung (kardiomegali) sangat jelas terlihat
pada mayoritas klien dengan dekompensasi
cordis (Amin, 2015, hal. 20)
1. Elektrolit
Munkin berubah karena perpindahan cairan
/ penurunan fungsi ginjal terapi
diuretik (Amin, 2015, hal. 20)
1. Oksimetri nadi
Satursi Oksigen mungkin rendah terutama
jika gagal jantung kongestif akut menjadi
kronis (Amin, 2015, hal. 20)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan kelas NYHA :
1. Non Farmakologis
CHF Kronik
Meningkatkan oksigenasi dengan
pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktivitas
Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari)
untuk menurunan edama
Menghentikan obat-obatan yang
memperparah seperti NSAIDs karena
efek prostagladin pada ginjal
menyebaban retensi air dan natrium
Pembatasan cairan ( kurang lebih 1200-
1500 cc/hari).
Olahraga secara teratur(Kasron, 2016,
hal. 200-201)
2) CHF Akut
2. Diagnosis keperawatan
3. Penurunan curah jantung (PPNI,
2016, pp. 34-35)
Definisi: Ketidak adekuatan jantung mompa
darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Penyebab : perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi jantung, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload, perubahan
afterload
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Perubahan irama
jantung (palpitasi), Perubahan
preload (lelah), perubahan
afterload (dispnea), perubahan
kontratilitas (paroxymal nocturnal dyspnea
(PND), ortopnea, batuk)
Objektif : Perubahan irama
jantung (brakikardia/takikardia, gambran
EKG aritmia atau gangguan
konduksi), Perubahan preload (edema,
distensi vena jugularis, central venous
pressure (CVP), hepatomegali), perubahan
afterload (tekanan darah
meningkat/menurun, nadi perifer teraba
lemah, cappillary refill time>3 detik, oliguria,
waena kulit pucat dan atau
sianosis), perubahan
kontraktilitas (terdengar suara jantung S3
dan atau S4, ejection function (EF) menurun)
Gejala dan tanda Minor
Subjektif : perubahan preload (tidak
ada), perubahan afterload (tidak ada),
perubahan kontraktilitas (tidak ada),
perilaku/emosional (cemas dan gelisah)
Objektif : perubahan preload (murmur
jantung, berat badan bertambah, pulmonary
artery wedge pressure (PAWP)
menurun), perubahan
afterload (pulmonary vascular resistence
(PVR) meningkat/menurun, systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun), Perubahan
kontraktilitas (cardiac index CI menurun,
left ventricular stroke work index (LVSWI)
menurun, Stroke volume index (SVI)
menurun), Perilaku Emosional (tidak
tersedia)
Kondisi klinis terkait : Gagal jantung
kongestif, Sindrom coroner akut, Stenosis
mitral, Regurgitas mitral, Stenosis aorta,
Regurgitas aorta, Stenosis trikuspidal,
Regurgitasi triskupidal, Stenosis pulmonal,
Regurgitasi pulmonal, Aritmia, Penyakit
jantung bawaan
3. Intervensi
4. Penurunan curah jantung
5.Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang
memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas
pompa jantumh, Status
sirkulasi, perfusi jaringan (oergan
abdomen, jantung, serebral, selular, dan
pulmonal); dan status tanda-tanda vital
Menunjukan Status
sirkulasi, dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan
ekstream, berat, sedang, ringan atau
tidak mengalami gangguan): Tekanan
darah sistolik, diastolic dan rerata
tentang tekanan darah (TD), Frekuensi
nadi karotis kanan dan kiri kuat.
Frekuensi nandi kanan dan kiri [perifer]
kuat [mis ; brachialis, radialis, femoralis,
pedis]. Tekanan vena sentral dan tekanan
baji pulmonal PaO dan PaCO
2 2
Menunjukan Status
sirkulasi, dibuktikan oleh indicator
gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstream, berat, sedang, ringan
atau tidak mengalami gangguan) :
Klaudikasio intermiten, distensi vena
leher, edema perifer, asietas, bruit
pembuluh darah besar, angina, gangguan
kognitif, ulkus ekstremitas bawah
2. Kriteria hasil
Mempunyai indeks jantung dan fraksi
ejeksi dalam batas normal
Mempunyai haluaran urine, berat jenis
urine, bload nitrogen (BUN) dn kretinin
plasma dalam batas normal
Mempunyai warna kulit yang normal
Menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktifitas fisik (mis., tidak
mengalami dyspnea, nyeri dada, atau
sinkope)
Menggambarkan diet, obat, aktivitas, dan
batasan yang diperlukan (mis, untuk
penyakit jantung)
Mengidentifikasi tanda dan gejala
perburukan kondisi yng dapat dilaporkan
3. Aktivitas keperawatan
Pengkajian
5.Aktivitas kolaboratif
6. Konsultasikan dengan dokter
menyangkut parameter pemberian atau
pengehentian obat tekanan darah
7.Berikan dan titrasikan antiaritma,
inotropic, nitrogliserin dan vasodilatoe
untuk mempertahanakan kontraklitas,
preload dan after load sesuai dengan
program medis atau protocol
8. Berikan antikoagulan untuk mencegah
pembentukan thrombus perifer, sesuai
dengan program atau protocol
9. Tingkatkan penuruanan afterload
(mis., debgan pompa balon intraorta)
sesuai dengan program medis atau
protocol
10. Lakukan perujukan keperawat praktisi
lanjutan untuk tindak lanjut, jika
diperlukan
11. Pertimbangkan perujukan kepetugas
social, manajer kasus, atau layanan
kesehatan komunitas dan layanan
kesehatan dirumah
12. Lakuka perujukan kepetugas social
untuk mengevaluasi kemampuan
membayar obat yang diresepkan
13. Lakukan perujukan kepusat
rehabilitas jantung jika diperlukan
14. Aktifitas lain
Ubah posisi pasien keposisi datar atau
Trendelenburg ketika tekanan darah
pasien berada pada rentang lebih rendah
dibandingkan dengan yang biasanya
Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat
atau lama, pasang akses intravena untuk
pemberian cairan intra vena atau obat
untuk meningkatkan tekanan darah
Hubungkan efek nilai laboratorium,
oksigen, obat, aktivitas, ansietas,
dan/atau nyeri pada disritma
Jangan mengukur suhu dari rectum
Ubah posisi pasien setiap dua jam atau
perahankan aktivitas lain yang sesuai
atau dibutuhkan untuk menurunkan
statis sirkulasi perifer
Regulasi hemodinamik (NIC)
Minimalkan atau hilangkan stesor lingkungan
Pasang kateter urine, jika diperlukan.
(Wilkinson J. M., 2016, pp. 63-66)
2. Kriteria hasil
Batuk efektif
Mengeluarkan sekret secara efektif
Mempunyai jalan napas yang paten
Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki
suara napas yang jernih
Mempunyai irama dan frekuensi
pernapasan dalam rentang normal
Mempunyai fungsi paru dalam batas
normal
Mampu mendeskripsikan rencana untuk
perawatan dirumah
3. Aktivias keperawatan
Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut
ini
Keefektifan pemberian oksigen dan
terapi lain
Keefektifan obat yang diprogramkan
Hasil oksimetri nadi
Kecendrungan pada gas darah arteri , jika
tersedia
Frekuensi, kedalaman, dan upaya
pernapasan
Factor yang berhubungan, seperti nyeri,
batuk tidak efektif, mucus kental, dan
keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan
posterior untuk mengetahui penurunan
atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara
napas tambahan
Pengisapan jalan napas (NIC)
Tentukan kebutuhan pengisapan oral
atau trakea
Pantau status oksigen pasien (tingkat Sa
dan Sv ) dan status hemodinamik
(tingkat MAP [mean arterial pressure]
dan irama jantung) segera sebelum,
selama, da setlah pengisapan
Catat jenis dan jumlah secret yang
dikumpulkan (wilkinson, 2016, pp. 25-
28)
4. Penyuluhan untuk pasien dan kelurga
Jelaskan penggunaan yang benar
peralatan pendukung (mis, oksigen,
mesin pengisapan, spirometer, inhaler,
dan intermitlent positive pressure
breathing [IPPB])
Informasikan kepada pasien dan
keluarga tentang larangan merokok di
dalam ruang perawatan, beri penyuluhan
tentang pentingnya berhenti merokok
Instruksikan kepada pasien tentang
batuk dan teknik napas dalam untuk
memudahkan pengeluaran secret
Ajarkan pasien untuk
membebat/mengganjal luka insisi pada
saat batuk
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
makna perubahan sputum, seperti warna,
karakter, jumlah, dan bau
Pengisapan jalan napas (NIC) :
instruksikan kepada pasien dan/atau
kelurga tentang cara pengisapan jalan
napas, jika perlu
5.Aktivitas kolaboratif
Rundingkan dengan ahli terapi
pernapasan, jika perlu
Konsultasikan dengan dokter tentang
kebutuhan untuk perkusi atau peralatan
pendukung
Berikan udara/oksigen yang telah
dihumidifikasi (dilembabkan) sesuai
dengan kebijakan institusi
Lakaukan atau bantu dalam terapi
aerosol, nebulizer ultrasonic, dan
perawatan paru lainya sesuai dengan
kebijakan dan protocol institusi
Beri tahu dokter tentang hasil gas darah
yang abnormal (Wilkinson J. M., 2016,
pp. 24-27)
1. Pola nafas
2. Tujuan
Menunjukkan pola pernapasan efektif,
yang dibuktikan oleh status pernapasan
yang tidak terganggu : ventilasi dan
status pernapasan : kepatenan jalan
napas; dan tidak ada penyimpangan
tanda-tanda vital dari rentang normal
Menunjukkan status pernapasan:
ventilasi tidak terganggu, yang
dibuktika oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat,
sedang, ringan, tidak ada gangguan)
Menunjukkan tidak adanya
gangguan Status pernapasan:
ventilasi, yang dibuktikan oleh
indicator berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstream, berat, sedang,
ringan, tidak ada gangguan) :
Penggunaan otot aksesoris, Suara napas
tambahan, Ortopnea
2. Kriteria hasil
Menunjukkan perapasan optimal pada
saat terpasang ventilator mekanis
Mempunyai kecepatan dan irama dan
pernapasan dalam batas normal
Mempunyai fungsi paru dalam batas
normal untuk pasien
Meminta bantuan pernapasan sat
dibutuhkan
Mampu menjelaskan rencana untuk
perawatan dirumah
Mengidentifikasi factor (missal, alergen)
yang memicu ketidakefektifan pola nafas,
dan tindkan yang dapat dilakukan utuk
menghindarinya
3. Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Pantau adanya pucat dan sianosis
Pantau efek obat pada status pernapasan
Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi
disangkar iga
Kaji kebutuhan insersi jalan napas
Observasi dan dokumentasikan ekspansi
dada bilateral pada pasien yang
terpasang ventilator
Pemantauan pernapasan (NIC)
Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan
upaya perapasan
Perhatikan pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot-otot
aksesoris, serta retraksi otot
supraklavikular dan interkosa
Pantau pernapasan yang berbunyi, seprti
melengking atau mendengkur
Pantau pola pernapasan: bradipnea;
takipnea; hiperventilasi; pernapasan
kussmual; pernapasan Cheyne-stokes;
dan pernapasan apneastik, penapasan
biot, dan pola ataksik
4. Penyuluhan untuk pasien/keuarga
Informasikan kepada pasien dan
keluarga tentang teknik relaksasi utuk
memperbaiki pola pernapasan; uraikan
teknik
Diskusikan perencanaan untuk
perawatan dirumah, meliputi
pengobatan, peralatan pendukung , tanda
dan gejala komplikasi yang dapat
dilaporkan sumber-sumber komunitas
Diskusikan cara menghindari alergen,
sebagai contoh
Memeriksa rumah untuk adanya jamur di
dinding rumah
Tidak menggunakan karpet dilantai
Menggunakan filter elektronik pada alat
perapian dan AC
Ajarkan teknik batuk efektif
Informasikan kepada pasien dan
keluarga bahwa tidak boleh merokok
didalam ruangan
Instruksikan kepada pasien dan keluarga
bahwa mereka harus memberi tahu
perawat pada saat terjadi
ketidakefektifan pola pernapasan
5.Aktivitas kolaboratif
Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan
untuk memastikan keadekuatan
ventrilator mekanis
Laporkan perubahan sensori, bunyi
napas, pola pernapasan, nilai GDA,
sputum, dan sebagainya, jika perlu atau
sesuai protocol
Berikan obat(mis, bronkodiltor) sesuai
dengan program atau protocol
Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan
udara atau oksigen yang dilembabkan
sesuai program atau protoko institusi
Berikan obat nyeri untuk
mengoptimalkan pola pernapasan,
uraikan jadwal
6. Aktivitas lain
Hubungkan dan dokumentasikan semua
data hasil pengkajian (missal, sensori,
suara napas, pola pernapaan, nilai GDA,
sputum, dan efek obat pada pasien)
Bantu pasien untuk menggunakan
spirometer instensif, jika perlu
Tenangkan pasien selama periode gawat
napas
Anjurkan napas dalam melalui abdomen
selama periode gawat napas
Untuk membantu memperlambat
frekuensi pernapasan, bimbing pasien
menggunakan teknik pernapasan bibir
mencucu dan pernapsan terkontrol
Lakukan pengisapan sesuai dengan
kebutuhan untuk membersihkan secret
Minta pasien untuk mengubah posisi,
batuk dan napas dalam
Informasikan kepada pasien sebelum
memulai prosedur, untuk menurukan
ansietas dan meningkatkan perasaan
kendali
Pertahankan oksige aliran rendah dengan
kanul nasal, masker atau sungkup.
Uraikan kecepatan aliran
Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan pernapasan, uraikan
posisi
Sinkronisasikan antara pola pernapasan
klien dan kecepatan ventiasi (Wilkinson
J. M., 2016, pp. 60-63)
1. Kelebihan cairan
2. Tujuan
Kelebihan volue cairan dapat dikurangi,
yang dibuktikan oleh keseimbangan
cairan, keparahan overload cairan
minimal, dan indicator fungsi ginjal yang
adekuat
Keseimbangan cairan tidak akan
terganggu (kelebihan) yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5: gangguan ekstream, berat, sedang,
ringan atau tidak ada gangguan) :
Keseimbanagan asupan dan haluaran
dalam 24 jam, Berat badan stabil, Berat
jenis urine dalam batas normal
Keseimbangan cairan tidak akan
terganggu (kelebihan) yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5: gangguan ekstream, berat, sedang,
ringan atau tidak ada gangguan) : Suara
napas tambahan, Asietas distensi vena
leher, dan edema perifer
2. Kriteria hasil
Menyatakan secara verbal pemahaman
tentang pembatasan cairan dan diet
Menyatakan secara verbal pemahaman
tentang obat yang diprogramkan
Mempertahankan tanda tanda vital
dalam batas normal untuk pasien
Tidak mengalami pendek napas
Hematokrit dalam batas normal
3. Aktifitas keperawatan
Pengkajian
6. Aktivitas lain
Ubah posisi setiap_____
Tinggikn ekstreminitas untuk
meningkatan aliran balik vena
Pertahan kan dan alokasikan pembtasan
cairan pasien
Manajemen cairan (NIC) : distribusikan
asupan cairan selama 24 jam, jika perlu
(Wilkinson J. M., 2016, pp. 180-182)
1. Defisit nutsrisi
A. Tujuan
Memperlihatkan Status nutrisi, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat,
sedang, ringan atau tidak ada
penyimpangan dari rentang normal) :
Asupan gizi, Asupan makanan, Asupan
cairan, Energy
2. Kriteria hasil
Mempertahankan berat badan
______Kg atau bertambah _______
Kg pada______(sebutkan tanggalnya)
Menjelaskan komponen diet bergizi
adekuat
Mungkapkan tekad untuk mematuhi diet
adekuat
Menoleransi diet yang dianjurkan
Mempertahankan massa tubuh dan berat
badan dalam batas normal
Memiliki nilai laboratorium (mis,
transferrin, albumin, dan elektrolit)
Melaporkan tingkat energy yang adekuat
2. Aktivitas keperawatan
pengkajian
2. Kriteria hasil
Menidentifikasi aktivitas atau situasi
yang menimbulkan kecemasan yang
dapat mengkibatkan inteleran aktivitas
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang
dibutuhkan dengan peningkatan normal
denyut jantung, frekuensi pernapasan,
dan tekanan darah serta memantau pola
dalam batas normal
Pada (tanggal target) akan mencapai
tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada saran
pengguna)
Mengungkapkan secara verbal
pemahaman tentang kebutuhan oksigen,
obat, dann/atau peralatan yang dapat
meningkatkan toleransi terhadap
aktivitas
Menampilkn kehidupan (AKS) dengan
beberapa bantuan (missal, eleminasi
dengan bantuan ambulansi untuk ke
kamar mandi)
Menampilkan manajemen peliharaan
rumah dengan beberapa bantuan (missal,
membutuhkan bantuan untuk kebersian
setiap minggunya)
3. Aktivitas keperawatan
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk
berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulansi dan melakukan AKS dn AKSI
Kaji respon emosi, sosisl dan spiritual
terhadap aktivitas
Ealuasi motivasi dan keinginan pasien
untuk meningkatkan aktiviyas
4. Aktivitas kolaborativ
Berikan pengobatan nyeri sebelum
aktifitas, apabila nyeri merupakan salah
satu factor penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi
akupasi, fisik (misalnya, untuk latihan
ketahanan) atau reaksi untuk
merencanakan dan memantau program
aktivitas
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa,
rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan
rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan perawat rumah
Rujuk pasien ke ahli gizi untuk
perencanaan diet guna meningkatkan
asupan makanan yang kaya energy
Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi
jantung jika keletihan berhubungan
dengan penyakit jantung
5.Aktivitas lain
Hindari menjadwalkan pelaksanaan
aktivitas perawatan selama periode
istirahat
Bantu pasien untuk mengubah posisi
secara berkala, bersandar, duduk berdiri,
dn ambulasi,
Pantau tanda-tanda vital sebelum,
selama dan setelahh aktivitas, hentikan
aktivitas jika tanda vital tidak rentang
normal bagi pasien atau jika ada tanda-
tanda bahwa aktivitas tidak dapat
ditoleransi (missal, nyeri dada, pucat,
vertigo, dispsnea)
Rencanakan aktivitas bersama pasien
dan keluarga yang meninkatkan
kemandirian dan kesehatan (Wilkinson J.
M., 2016, pp. 15-18)
1. Nyeri Akut
A. Tujuan
Memperlihatkan Aktivitas Nyeri , yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering, selalu) :
Mengenali awitan nyeri, Menggunakan
tindaka pencegahan, Melaporkan nyeri
dapat dikendalikan
Menunjukkan Tingkat nyeri, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: sangat berat, berat,
sedang, ringan atau tidak ada) : Ekspresi
nyeri pada wajah, Gelisah atau
ketegangan otot, Durasi episode nyeri,
Merintih dan menangis, Gelisah
2. Kriteria hasil
Memperlihatkan teknik relaksasi secara
individu yng efektif untuk mencapai
kenyamanan
Mempertahankan tingkat nyeri pada __
atau kurang (dengan skala 0-10)
Melaporkan kesejahtraan fisik dan
psikologi
Mengenali factor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk
memodifiksi factor tersebut
Melaporkan nyeri kepada penyedia
layanan kesehatan
Menggunakan tindakan meredakan nyeri
dengan analgesic dan non analgesic
secara tepat
Tidak megalami gangguan dalam
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung,
atau tekanan darah
Mempertahankan selera makan yang
baik
Melaporkan pla tidur yang baik
Melaporkan kemampuan untuk
meperthankan performa peran dan
hubungan interpesonal
2. Aktivitas perawat
Gunakan laporan dari pasien sendiri
sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri atau
ketidak nyamanan pada skala 0 sampai
10 (0 = tidak ada nyeri atau ketidak
nyamanan, 10 = nyeri berat)
Gunakan bagan alir nyeri untuk
memantau peredaran nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan efek
sampingnya
Kaji dampak agama budaya ,
kepercayaan dan lingkungan tehadap
nyeri dan respon pasien
Dalam mengakaji nyeri pasien, gunakan
kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Manajemen nyeri (NIC) :
Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor
presipitasinya.
Obsevasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khuusnya pada
mereka yag tidak mampu berkomunikasi
efektif. (Wilkinson, 2016, hal. 298-299)
2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Sertakan dalam instruksi pemulangan
pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek
samping, kemungkinan interaksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi
obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet), dan nama orang
yang harus dihubungi bila mengalami
seri membandel.
Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang
disarankan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang
analgesic narkotik dan opioid (mis, resko
ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri (NIC): Berikan
informasi tentang nyeri, seperti penyeab
nyeri, berapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi ketidaknyamanan, akibat
prosedur
Manajemen nyeri (NIC)
Gunakan penggunaan teknik nonfarmakologis
(mis, umpan balik biologis, transcutaneous
electrical nerve stimulation [TENS], hypnosis,
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas,
acupressure, kompres hangat atau dingin dan
masase) sebelum, setelah dan jika
memungkinkan, selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi
atau meningkatkan; dan bersama penggunaan
tindakan peredaran nyeri yang lain
5.Aktivitas kolaborasi
Kelola nyeri pascabedah awal dengan
pemberian opat yang terjadwal (mis,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri (NIC)
Gunakan tindakan pengendlian nyeri
sebelum nyeri menjadi lebih berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan
tidak berhsil aau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna
dari pengalaman nyeri pasien di masa
lalu (Wilkinson, 2016, hal. 298-299)
1. Ansietas
A. Tujuan
Ansietas berkurang, dibuktika oleh bukti
tingkat ansietasnya hanya ringan sampai
sedang, dan selalu menunjukkan
pengendalian diri terhadap ansietas,
konsentrasi, koping, dan tingkat
hiperaktiv
Menunjukkan pengendalian diri terhadap
ansietas, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering
atau selalu) : Merencanakan strategi
koping untuk situasi penuh tekanan,
Mempertahankan performa peran,
Memantau distorsi persepsi sensori,
Memantau manifestasi perilaku ansietas,
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas
2. kriteria hasil
meneruskan aktivitas yang dibutuhkan
meskipun mengalami kecemasan
menunjukkan kemampuan untuk
berfokus pada pengetahuan dan
keterampilan yang baru
mengomunukasikan kebutuan dan
prasaan negatif secara tepat
memiliki tanda-tanda vital dalam batas
normal
2. Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Pengkajian
Kaji dan dokumentasikan tingkat
ansietas pasien, termasuk reaksi fisik
Kaji untuk factor budaya (mis. Konflik
nilai) yang menjadi penyebab ansietas
Gali bersama pasien tentag teknik yang
berhasil dan tidak berhasil menurunkan
ansietas di masa lalu
Reduksi ansietas (NIC): menentukan
kemampuan pengambambilan keputusan
pasien
1. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Buat rencana penyuluhan dengan tujuan
yang realistis, termasuk kebutuhan untuk
pengulangan, dukungan, dan pujian
terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
Berikan informasi mengenai sumber
komunitas yang tersedia, seperti teman
tetangga, kelompok swabantu, tempat
ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi
Informasikan tentang gejala ansietas
Ajarkan anggota keluarga bagaimana
membedakan antara serangan panic dan
gejala penyakit fiisik
Penurunan ansietas NIC
Sediakan informasi factual menyangkut
diagnosis, terapi, dan prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Hardhi, A. (2015). Aplikasi NANDA NIC-
NOC. Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Morton, P. G. (2013). Keperawatan
Kritis. Jakarta: Kedokteran EGC.
Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Share this: