Anda di halaman 1dari 68

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN SUPERVISI PADA Ny. S


DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULAR
“CONGESTIF HEART FAILURE (CHF) “
DI UPTD PUSKESMAS BINA KARYA UTAMA
LAMPUNG TENGAH

( STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH )

DISUSUN OLEH :
SETIA SUKMA DARWANTO
2021207209097

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU -
LAMPUNG 2021/2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan

1. Definisi Congestif Hearth Failure

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

jaringan terhadap oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi

jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau

disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. (Ardiansyah, 2012).

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan

(dimana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini

mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah

atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung

tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Padila,2012).

Gagal jantung adalah kondisi dimana kemampuan jantung dalam

mempertahankan kemampuan kerjanya berkurang. Dalam kondisi tersebut,

jumlah darah yang dipompa oleh jantung tidak memenuhi kebutuhan tubuh

terhadap oksigen dan zat makanan lainnya (Bahari, 2013).

Gagal jantung kongestif adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai

pompa untuk mengantarkan darah yang oksigen ke tubuh tidak cukup untuk

memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Wijaya,&Putri,2013).

Klasifikasi Gagal Jantung Menurut NYHA

Grade I : Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas

fisik ( disfungsi ventrikel kiri yang asimtomatik).


Grade II : klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit

pembatasan aktivitas fisik (gagal jantung ringan).

Grade III : klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan banyak

pembatasan aktifitas fisik (gagal jantung sedang).

Grade IV : klien dengan kelainan jantung yang segala bentuk aktivitas

fisiknya akan menyebabkan keluhan (gagal jantung berat)

2. Etiologi

Etiologi Gagal Jantung Kongestif menurut Padila, 2012 adalah :

a. Kelainan otot jantung, Gagal jantung sering terjadi pada penderita

kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.

Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup

aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau

inflamasi.

b. Aterosklerosis koroner, mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel

jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan

penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung

karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung

menyebabkan kontraktilitas menurun.

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal, (peningkatan after load)

meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan

hipertrofi serabut otot jantung.


d. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan

gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut

jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung

(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah

(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),

peningkatan mendadak after load.

f. Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju

metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga

dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau

metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas

jantung.

3. Patofisiologi

Bila kekuatan jantung untuk merespon stress tidak mencukupi dalam

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk

melakukan tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadilah yang

namanya gagal jantung. Pada tingkat awal, disfungsi komponen pompa dapat

mengkibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan

kegagalan respon psiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah

penting. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan

perfungsi organ vital normal. (Arif muttaqin, 2012)


Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada tiga mekanisme respon

primer, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya

beban awal akibat aktifasi neurohormon, hipertrovi ventrikel. Ketiga respon

ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-

mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada

tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan

normal (Ardiansyah, 2012).

Kegagalan mekanisme kompensansi dapat dipercepat oleh adanya

volume darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan

resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung

memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria.

MenurunnyaCardiac Output (COP) dan menyebabkan oksigenasi yang tidak

adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan

peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama

pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan

mekanisme pemompaan (Padila, 2012).

4. Manifestasi Klinis

Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat

penurunan curah jantung. Manifestasi kongestif berbeda tergantung pada

kegagalan ventrikel mana yang terjadi. Manifestasi klinis gagal jantung

kongestif menurut buku Wijaya Andra dan Putri Yessie, ( 2013) yaitu:

a. Gagal jantung kiri ;


Kongestif paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena

ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru.

Manifestasi klinis yang terjadi yaitu ;

1) Dispnea, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan

mengganggu pertukaran gas, dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien

dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan

Paroksimal Noktural Dispnea (PND).

2) Batuk, pada dasarnya batuk adalah tindakan refleks naluriah atau

mekanisme kerja tubuh untuk mengusir benda asing yang dapat

mengiritasi saluran pernapasan. Bahkan produksi lendir (ketika batuk)

merupakan sebuah mekanisme perlindungan yang digunakan untuk

tujuan yang sama. Namun, batuk yang keras dan terus-menerus

(kronis) biasa disebakan karena penyakit tertentu dan tidak boleh

dianggap enteng. Batuk kronis umumnya menjadi sebuah indikasi

infeksi saluran pernapasan. Tapi hal itu, mungkin juga memiliki kaitan

dengan penyakit jantung. Mudah lelah, terajdi karena curah jantung

yang kurang menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen

serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi.

3) Karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan

insomnia yang terjadi karena distress pernapasan dan batuk.

4) Kegelisahan atau kecemasan, terjadi karena akbiat gangguan

oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan

bahwa jantung tidak berfungsi denga baik.


b. Gagal jantung kanan ;

1) Kongestif jaringan perifer dan visceral

2) Edema ekstremitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,

penambahan BB.

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

akibat pembesaran vena hepar.

4) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena

dalam rongga abdomen.

5) Nokturia

6) Kelemahan

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik gagal jantung kongestif menurut Padila,

(2012) yatiu :

a. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung. Edema

atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa gagal jantung kongestif.

b. Elektrokardiografi (EKG) dapat mengungkapkan adanya tachikardi,

hipertrofi bilik jantung dan iskemikjika disebabkan Akut Miokard Infark

(AMI), ekokardiogram.

c. Pemeriksaan Lab meliputi ; Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar

natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya

kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.

d. Enzim jantung

Analisa enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil

diagnostik, yang meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram, untuk

mendiagnosa infark miokard.


6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit gagal jantung kongestifmenurut Padila,

(2012) adalah :

a. Terapi Non Farmakologis

Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan cara istirahat untuk

mengurangi beban kerja jantung, oksigenasi, dan dukungan diit diantaranya

pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan

edema.

b. Terapi Farmakologis

1) Glikosida jantung

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung.

Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan

vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi

edema.

2) Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natriumdan air

melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping

hiponatremia dan hipokalemia.

3) Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi

impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat

ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas

vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.


c. Komplikasi

Komplikasi penyakit gagal jantung kongestif menurutPadila,( 2012)

yaitu :

1) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.

2) Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongsetif akibat

penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ

vital (jantung dan otak).

3) Episode trombolitik

Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan

aktivitas trombus dapat menyumbat pembuluh darah.

4) Efusi perikardial dan tamponade jantung

Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan

perikardium sampai ukuran maksimal. COP menurunkan dan aliran balik

vena ke jantung tamponade jantung.


B. Konsep Proses Keperawatan Congestif Hearth Failure

Proses keperawatan terdiri dari lima langkah penting yang harus

dilakukan secara berurutan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian terdiri atas tiga yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan diagnostik menurut Ardiansyah, (2012) yaitu :

a. Anamnesis

Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah biodata pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu,

riwayat keluarga, psikososial, dan spritual.

1) Biodata

a) Biodata pasien

Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal

masuk, nomor rekam medik.

b) Biodata penanggung jawab

Nama lengkap, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga.

2) Keluhan Utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk

meminta pertolongan pada tenaga kesehatan adalah :

a) Dispnea

Keluhan dispnea atau sesak napas merupakan manifestasi

kongestif pulmonalis sekunder akibat kegagalan ventrikel kiri

dalam melakukan kontraktilitas, sehingga akan mengurangi


curah jantung (cardiac output atau banyaknya darah yang

dikeluarkan ventrikel kiri kedalam aorta setiap menit).

b) Kelemahan Fisik

Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah

kelemahan dan kelelahan dalam melakukan aktivitas.

c) Edema Sistemik

Tekanan arteri paru dapat meningkat sebagai respon terhadap

peningkatan kronis terhadap tekanan vena paru. Hipertensi

pulmonari meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel

kanan. Mekanisme kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri

juga akan terjadi pada jantung kanan, yang akhirnya akan terjadi

kongestif sistemik dan edema sistemik.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan

memberikan serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan

utama. Pengkajian yang didapat dengan adanya gejala-gejala

kongestif vascular pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,

dispnea nocturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.

Pada pengkajian dispnea (yang ditandai oleh pernapasan cepat,

dangkal, dan sensasi sulit dalam mendapatkan udara yang cukup

menekan pasien). Tanyakan apakah gejala-gejala itu mengganggu

aktivitas penderita. Tanyakan juga jika sekitarnya muncul keluhan-

keluhan lain, seperti insomnia, gelisah, atau kelemahan yang

disebabkan oleh dispnea.


4) Riwayat Penyakit Dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu, tanyakan

apakah sebelumnya pasien pernah menderita nyeri dada khas infark

miokardium, hipertensi, diabetes militus, atau hiperlipidemia.

Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh

pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Catat jika ada

efek samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu, tanyakan pula

sekiranya ada alergi terhadap suatu jenis obat dan tanyakan reaksi

alergi apa yang mungkin timbul.

5) Riwayat Keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami

oleh keluarga. Bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka

penyebab kematian juga perlu ditanyakan. Penyakit jantung iskemik

pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor

resiko utama untuk penyakit jantung iskemik bagi keturunannya.

6) Psikososial

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan

oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernapas, dan

pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan

lebih lanjut dari curah jantung dapat disertai insomnia atau

kebingungan.

7) Spritual

Pada pengkajian ini tanyakan pada pasien tentang

kepercayaan atau agama yang dianut serta kebiasaan shalat saat di

rumah maupun di rumah sakit.


b. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian temuan fisik dilakukan untuk mendukung data yang

diperoleh dari riwayat kesehatan. Bagi pasien jantung akut, pemeriksaan

fisik dilakukan dengan mengukur tanda vital secara rutin (tiap 4 jam, atau

lebih sering bila perlu). (Brunner & Suddarth, 2013).

Selain pengkajian keadaan umum pasien, pengkajian jantung

harus pula berisi evaluasi diantaranya ; Efektifitas jantung sebagai

pompa, volume dan tekanan pengisian, jantung dan mekanisme

kompensansi. (Brunner & Suddarth, 2013).

Faktor yang menunjukkan bahwa jantung tidak mampu

berkonsentrasi secara memadai atau berfungsi secara efektif sebagai

pompa meliputi : penurunan tekanan nadi, pembesaran jantung, dan

adanya murmur dan irama gallop (bunyi jantung abnormal). (Brunner &

Suddarth, 2013).

Jumlah darah yang mengisi atrium dan ventrikel serta tekanan

yang terjadi (dinamakan volume dan tekanan pengisian) dapat

diperkirakan dengan derajat distensi vena jugularis (JVD) dan ada atau

tidaknya kongesti paru, edema perifer, dan perubahan tekanan postural

yang terjadi saat bangun atau berdiri. Curah jantung dicerminkan oleh

frekuensi jantung, tekanan nadi, tahanan vaskuler perifer, haluaran urin,

dan manifestasi sistem saraf pusat. Urutan pemeriksaan berjalan secara

logis dari kepala ke kaki, dan bila telah terlatih dapat dilakukan hanya

dalam waktu sekitar 10 menit : keadaan umum, tekanan darah, nadi,

tangan, kepala dan leher, jantung, paru, abdomen, dan kaki serta tungkai.

(Brunner & Suddarth, 2013).


1) Keadaan Umum

Observasi tingkat distres pasien. Tingkat kesadaran harus

dicatat dan dijelaskan. Evaluasi terhadap kemampuan pasien untuk

berpikir secara logis sangat penting dilakukan karena merupakan cara

untuk menentukan apakah oksigen mampu mencapai otak (perfusi

otak). Anggota keluarga terdekat dapat mengingatkan pemeriksa bila

ada perubahan tingkah laku sampai ke yang paling kecil. Catat

tingkat ansietas pasien pada status, disertai setiap faktor emosional

yang mempengaruhi. Perawat harus mengusahakan agar pasien

merasa nyaman sepanjang pemeriksaan.

2) Vital Sign

a) Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti curah jantung, dan volume, laju serta kekentalan

(viskositas) darah. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai

rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai

dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata

tekanan darah normal biasanya 120/80.

Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak

langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke

dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan

spygmomanometer dan stetoskop.


b) Pemeriksaan Nadi

Saat memeriksa nadi, faktor-faktor yang perlu dievaluasi

adalah kecepatan, irama, kualitas, konfigurasi gelombang nadi,

dan kualitas pembuluh darah itu sendiri. Ansietas sering juga

meningkatkan kecepatan nadi selama pemeriksaan fisik, bila

kecepatannya lebih dari yang diharapkan, maka perlu dikaji

ulang pada akhir pemeriksaan fisik. Irama nadi sama pentingnya

dengan frekuensi nadi untuk dikaji. Ketidakteraturan minimal

pada nadi masih dianggap normal. Kecepatan nadi, terutama

pada orang muda, meningkat selama inspirasi dan melambat

selama ekspirasi. Dinamakan distrima sinus. Untuk pemeriksaan

jantung awal atau bila irama nadi tidak teratur, maka frekuensi

jantung harus dihitung dengan mengauskultasi denyut apikal

selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi. (Brunner &

Suddarth, 2013).

3) Ekstremitas Atas

Pada pasien jantung, yang berikut merupakan temuan yang

paling penting untuk diperhatikan saat memeriksa ekstremitas atas

menurutBrunner & Suddarth, (2013) adalah sebagai berikut :

a) Sianosis perifer, dimana kulit tampak kebiruan, menunjukkan

penurunan kecepatan aliran darah ke perifer, sehingga perlu

waktu yang lebih lama bagi hemoglobin mengalami desaturasi.

Normal terjadi pada vasokontriksi perifer akibat udara dingin,


atau pada penurunan aliran darah patologis, misalnya, syok

jantung.

b) Pucat dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan

vaskuler sistemik.

c) Waktu pengisian kapiler merupakan dasar memperkirakan

kecepatan aliran darah perifer. Reperfusi yang melambat

menunjukkan kecepatan aliran darah perifer yang melambat,

seperti terjadi pada gagal jantung.

d) Temperatur dan kelembaban tangan dikontrol oleh sistem saraf

otonom. Normalnya tangan terasa hangat dan kering. Pada

keadaan stres, akan terasa dingin dan lembab. Pada syok jantung,

tangan sangat dingin dan basah akibat stimulasi sistem saraf

simpatis dan mengakibatkan vasokontriksi.

e) Edema meregangkan kulit dan membuatnya susah dilipat.

f) Penurunan turgor kulit terjadi pada dehidrasi dan penuaan.

g) Penggadaan (clubbing) jari tangan dan jari kaki menunjukkan

desaturasi hemoglobin kronis, seperti pada penyakit jantung

kongenital.

4) Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala sebagai bagian pengkajian kardiovaskuler

difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping telinga guna mengetahui

adanya sianosis perifer atau kebiruan. Sianosis perifer disebabkan

oleh penurunan aliran darah ke perifer. Semakin banyak oksigen

yang dilepaskan dari hemoglobin, akan menimbulkan warna

kebiruan. Perkiraan fungsi jantung kanan dapat dibuat dengan


mengamati denyutan vena jugularis di leher. Distensi vena jugularis

disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi

kanan jantung. (Brunner & Suddarth, 2013).

5) Jantung

Jantung diperiksa secara langsung dengan inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi dinding dada. Pendekatan sistemik merupakan

dasar pengkajian yang seksama. Pemeriksaan dinding dada dilakukan

pada enam daerah dibawah ini menurut Brunner & Suddarth, (2013)

adalah sebagai berikut :

a) Daerah aorta ruang interkostal kedua pada sternum kanan

b) Daerah pulmonal ruang interkostal kedua pada sternum kiri

c) Titik Erb ruang interkostal ketiga pada sternum kiri

d) Daerah trikuspid atau ventril kanan ruang interkostal empat dan

lima pada sternum kiri

e) Daerah apeks atau ventrikel kiri ruang interkostal kelima pada

sternum kiri

f) Daerah epigastrik di bawah prosesus xifoideus.

Pemeriksaan kebanyakan dilakukan dengan pasien dalam

posisi supine, dan kepala sedikit dinaikkan. Pemeriksa yang

menggunakan tangan kanan memeriksa sisi kanan pasien dan

pemeriksa yang kidal pada sisi kiri.

6) Paru

Temuan yang sering ditemukan pada pasien jantung meliputi

yang berikut menurut Brunner & Suddarth, (2013) adalah sebagai

berikut :
a) Takipnea, napas yang cepat dan dangkal dapat terlihat pada

pasien yang mengalami gagal jantung atau kesakitan, atau yang

sangat cemas.

b) Respirasi cheyne-stokes, pasien yang menderita gagal ventrikel

kiri berat dapat memperlihatkan pernapasan cheyne-stokes, yang

ditandai dengan napas cepat berseling dengan periode apnea.

c) Hemoptisis, sputum yang berbusa merah muda menunjukkan

adanya edema pulmo akut.

d) Batuk, batuk kering dan dalam akibat iritasi jalan napas kecil

sering dijumpai pada pasien kongesti pulmo akibat gagal jantung.

e) Krekels, gagal jantung atau atelektasis yang berhubungan dengan

tirah baring, atau efek obat penghilang nyeri dan penenang sering

mengakibatkan krekles.

f) Mengi, kompresi pada jalan napas kecil akibat edema jaringan

interstisial paru dapat mengakibatkan mengi. Agens penyekat

beta, seperti propanolol, dapat mencetuskan penyempitan jalan

napas, khususnya pada pasien dengan penyakit paru yang

mendasarinya.

7) Abdomen

Pada pasien jantung, ada dua komponen pemeriksaan

abdomen yang sering digunakan :

a) Refluks hepatojuguler :

Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran

balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar

menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan, dan halus. Refluks


hepatojuguler dapat diperiksa dengan menekan hepar secara kuat

selama 30 sampai 60 detik dan akan terlihat peninggian tekanan

vena jugularis sebesar 1 cm. Peninggian ini menunjukkan

ketidakmampuan sisi kanan jantung menanggapi kenaikan

volume.

b) Distensi Kandung Kemih :

Haluaran urin merupakan indikator fungsi jantung yang

penting maka, penurunan haluaran urin merupakan temuan

signifikan yang harus diselidiki untuk menentukan apakah

penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urin (yang

terjadi bila perfusi ginjal menurun) atau ketidakmampuan pasien

untuk buang air kecil.

Kebanyakan pasien yang menderita penyakit jantung

mengalami juga penyakit vaskuler perifer, atau edema vaskuler

akibat gagal ventrikel kanan. Maka, pada semua pasien jantung

penting dikaji sirkulasi arteri perifer dan balik vena. Selain itu,

tromboflebitis juga dapat akibat berbaring lama sehingga

memerlukan pengetahuan yang seksama.

c. Pemeriksaan Diagnostik

Tes dan prosedur diagnostik digunakan untuk menegakkan data yang

diperoleh dari riwayat dan pemeriksaan. Berikut beberapa pemeriksaan

diagnostik diantaranya menurut Friendly, (2013) yaitu :


1) Tes Laboratorium

Tes laboratorium dilakukan untuk alasan berikut :

a) Membantu diagnosa infark miokard akut (angina pektoris, yaitu

nyeri dada akibat kekurangan suplai darah ke jantung, tidak

dapat ditegakkan dengan pemeriksaan darah maupun urin.

b) Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi

prognosis pasien jantung

c) Mengkaji derajat proses radang

d) Skrining faktor risiko yang berhubungan dengan adanya penyakit

arteri koronaria aterosklerotik

e) Menentukan nilai dasar sebelum intervensi terapeutik

f) Mengkaji kadar serum obat

g) Mengkaji efek pengobatan (mis, efek diuretika pada kadar

kalium serum)

h) Skrining terhadap setiap abnormalitas. Karena terdapat berbagai

metode pengukuran yang berbeda, maka nilai normal dapat

berbeda antara satu tes laboratorium dengan tes lainnya.

2) Enzim Jantung

Enzim jantung adalah protein dilepaskan ke dalam darah

dengan kematian otot-otot jantung. Enzim jantung biasanya

meningkat dalam beberapa jam setelah timbulnya serangan jantung.

Analisa enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil

diagnostik, yang meliputi riwayat, gejala, dan elektrokardiogram.

Pemeriksaan laboratorium khusus tertentu seperti kadar

enzim jantung dalam darah diperlukan untuk menegakkan diagnosa.


Enzim jantung meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan

jantung, misal infark miokard (Kreatinin Fosfokinase/CPK, isoenzim

CPK dan Hehidrogenase Laktat/LDH isoenzim LDH). Otot miokard

yang mengalami kerusakan akan melepaskan beberapa enzim

spesifik sehingga kadarnya dalam serum meningkat. Peningkatan

kadar enzim ini juga akan ditemukan pada penderita setelah operasi

jantung, kardiofersi elektrikal, trauma jantung atau perikarditis.

3) Kimia Darah

a) Profil Lemak

Kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein diukur

untuk mengevaluasi risiko aterosklerotik, khususnya bila ada

riwayat keluarga yang positif. Kolesterol serum total yang

meningkat diatas 200 mg/ml merupakan predikator peningkatan

risiko penyakit jantung koroner Coronary Artery Disease (CAD).

Lipoprotein yang mengangkut kolesterol dalam darah, dapat

dianalisa melalui elektroforesis. High Density Lipoprotein

(HDL), yang membawa kolesterol dari sel perifer dan

mengangkut ke hepar, bersifat protektif, penurunan kadar

liporotein densitas tinggi dan peningkatan lipoprotein densitas

rendah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koronaria

aterosklerotik. Meskipun nilai kolesterol total relatif tetap stabil

sampai 24 jam. Stres berkepanjangan dapat meningkatkan

kolesterol total.
b) Elektrolit Serum

Elektrolit serum dapat mempengaruhi prognosis pasien

dengan infark miokard atau setiap kondisi jantung. Natrium

serum mencerminkan keseimbangan cairan relatif. Kalsium

samgat penting untuk koagulasi darah dan aktivitas

neuromuskuler. Hipokalsemia dan hiperkalsemia dapat

menyebabkan perubahan Elektrocardiografik (EKG) dan

distrimia.

c) Kalsium Serum

Dipengaruhi oleh fungsi ginjal dan dapat menurun akibat

beban diuretika yang sering digunakan untuk merawat gagal

jantung kongestif. Penurunan kadar kalium mengakibatkan

iritabilitas jantung dan membuat pasien yang mendapat preparat

digitalis cenderung mengalami toksisitas digitalis dan

peningkatan kadar kalium mengakibatkan depresi miokardium

dan iritabilitas ventrikel. Hipokalemia dan hiperkalemia dapat

mengakibatkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung.

d) Nitrogen Urea Darah

Blood Urine Nitrate (BUN) adalah produk akhir

metabolisme protein dan diekskresikan oleh ginjal. Pada pasien

jantung, peningkatan BUN dapat mencerminkan penurunan

perfusi ginjal (akibat penurunan curah jantung) atau kekurangan

volume cairan intravaskuler (akibat terapi diuretika).


4) Sinar-X Dada dan Fluoroskopi

Pemeriksaan sinar-x dilakukan untuk menentukan ukuran,

kontur dan posisi jantung. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan

adanya klasifikasi jantung dan perikardial dan menunjukkan adanya

perubahan fisiologi sirkulasi pulmonal. Pemeriksaan ini tidak

membantu diagnosis infark miokard akut, namun dapat menguatkan

adanya komplikasi tertentu (mis; gagal jantung kongestif).

Pemasangan kateter, seperti pacu jantung atau kateter arteri pulmonal

dapat juga dilihat melalui pemeriksaan sinar-x.

Pemeriksaan fluoroskopi dapat memberikan gambaran visual

jantung pada luminescent x-ray screen. Pemeriksaan ini

memperlihatkan denyutan jantung dan pembuluh darah serta sangat

tepat untuk mengkaji kontur jantung yang tidak normal. Fluoroskopi

adalah alat yang tepat untuk penempatan dan pemasangan elektrode

pemacu intravena serta untuk membimbing pemasukan kateter pada

kateterisasi jantung.

5) Echokardiografi

Echokardiografi adalah tes ultrasound non invasif (UNI)

yang digunakan untuk memeriksa ukuran, bentuk dan pergerakan

struktur jantung. Cara ini menggunakan pemancaran gelombang

suara frekuensi tinggi ke jantung melalui dinding dada dan mencatat

sinyal yang kembali. Ultrasound dibangkitkan oleh transduser yang

dapat dipegang dengan tangan dan diletakkan dibagian depan dada.

Transduser akan menangkap gema, kemudian mengubahnya menjadi

impuls listrik, dan menjalarkannya ke mesin Echokardiografi untuk


ditampilkan di layar osiloskop dan direkam dalam pita video.

Sementara itu dilakukan pula pencatatan Elektrokardografi (EKG)

sesuai siklus jantung. Echokardiografi M-mode menunjukkan dilatasi

ventrikel kiri. LVEDD dan LVESD yang menegaskan diagnose gagal

jantung kongestif.

6) Elektrokardiografi

Elektrokardiografi (EKG) dapat mengungkapkan adanya tachikardi,

hipertrofi bilik jantung dan iskemik jika disebabkan Akut Miokard

Infark (AMI), ekokardiogram yang menegaskan diagnosa gagal

jantung kongestif

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Doenges (1999) :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas

ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antar

suplai oksigen miokard dan kebutuhan.

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

pengaturan.

d. Gangguan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan,

kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli dan retensi

cairan intertisial..

e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan.


f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

berhubungan dengan kurang pemahaman atau kesalahan persepsi tentang

hubungan fungsi jantung, penyakit


30

3. Intervensi Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas

ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.

Tujuan : Penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda

vital dalam batas yang dapat diterima (distrimia terkontrol atau hilang

dan bebas gejala gagal jantung (seperti parameter hemodinamik dalam

batas normal, keluaran urine adekuat).

Kriteria Hasil : Melaporkan penurunan episode dispnea, berperan

aktivitas mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas

normal (120/80 mmHg), nadi 80 kali/menit, tidak terjadi aritmia, denyut

jantung dan irama jantung teratur.

Intervensi :

Mandiri

1) Auskultasi nadi apikal; kaji frekuensi dan irama jantung.

Rasional : Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat)

untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler.

2) Catat bunyi jantung

Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunya kerja

pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran

darah kedalam serambi yang distensi. Murmur dapat menunjukkan

inkompetensi/ stenosis katup


31

3) Palpasi nadi perifer

Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya

nadi radial, poplitea, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin

cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi.

4) Pantau tekana darah

Rasional :Pada GJK dini, sedang atau kronis TD dapat meningkat.

5) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

Rasional : Pucat menunjukkan menurunya perfusi perifer sekunder

terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokontriksi, dan anemia.

6) Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan kepekatan/

konsentrasi urine.

Rasional : Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan

menahan cairan dan natrium. Haluan urine biasanya menurun selama

sehari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat

pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila

pasien tidur.

7) Kaji perubahan pada sensori, contoh latergi, bingung, disorientasi,

cemas, dan depresi.

Rasional : Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral

sekunder terhadap penurunan curah jantung

8) Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji

dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi.

Rasional : Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK akut atau

refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan


32

menurunkan kebutuhan / konsumsi oksigen miokard dan kerja

berlebihan.

9) Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang;menjelaskan

manajemen medik/ keperawatan; membantu pasien menghindari

situasi stres, mendengar/ berespons terhadap ekspresi perasaan/ takut.

Rasional : Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi, yang

meningkatkan TD dan meningkatkan frekuensi/ kerja jantung.

10) Berikan pispot disamping tempat tidur. Aktivitas respon valsalva,

contoh mengejan selama defekasi. Menahan napas selama perubahan

posisi.

Rasional : Pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamar

mandi atau kerja keras menggunakan bedpan.

11) Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut. Dorong olahraga

aktif/ pasif. Tingkatkan ambulasi/ aktivitas sesuai toleransi.

Rasional : Menurunkan stasis vena dan dapat menurunkan insiden

trombus/ pembentukan embolus.

12) Periksa nyeri tekan betis, menurunnya nadi pedal, pembengkakan,

kemerahan lokal atau pucat pada ekstremitas.

Rasional : Menurunnya curah jantung, bendungan/ stasis vena dan

tirah baring lama meningkatkan resiko tromboflebitis.

Kolaborasi

1) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai

indikasi

2) Beri obat sesuai indikasi


33

a) Diuretik, contoh furosemid (Lasix), asam etakrinik (edecrin),

bumitanid (bumex), spironolakton (Aldakton).

b) Vasodilator, contoh nitrat (nitro-dur, isodril), arteriodilator,

contoh hidralazin (apresoline), kombinasi obat, contoh prazosin

(Minippres), Digoksin (Lanoxin).

c) Captopril (Capoten), lisinopril (Prinivil), enalapril (Vasotec).

d) Morfin sulfat.

e) Tranquilizer/ sedatif.

f) Antikoagulan, contoh heparin dosis rendah, warfarin

(Coumadin).

3) Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi.

Hindari cairan garam

4) Pantau seri EKG dan perubahan foto dada.

5) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, kreatinin.

a) Pemeriksaan fungsi hati (AST, LDH).

b) PT/ APTT/ pemeriksaan koagulasi.

6) Siapkan untuk insersi/ mempertahankan alat pacu jantung, bila

diindikasikan.

7) Siapkan pembedahan sesuai indikasi

Rasional :

mandiri

1) Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk

mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler.


34

2) S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunya kerja pompa. Irama gallop

umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang

distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis katup.

3) Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial,

poplitea, dorsalis pedis, dan postibial. Nadi mungkin cepat hilang atau

tidak teratur untuk dipalpasi.

4) Pada GJK dini, sedang atau kronis TD dapat meningkat.

5) Pucat menunjukkan menurunya perfusi perifer sekunder terhadap tidak

adekuatnya curah jantung, vasokontriksi, dan anemia.

6) Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan

dan natrium. Haluan urine biasanya menurun selama sehari karena

perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari

sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.

7) Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap

penurunan curah jantung

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antar

suplai oksigen miokard dan kebutuhan.

Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya

kemampuan beraktivitas.

Kriteria Hasil : Menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-

gejala yang berat.

Intervensi :

1) Catat frekuensi jantung; irama: dan perubahan TD selama atau

sesudah aktivitas.
35

Rasional : Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan

adanya penurunan oksigen miokard.

2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang

yang tidak berat.

Rasional : Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.

3) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen,

misal: mengejan, saat defekasi.

Rasional : Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi,

menurunkancurah jantungdan takikardi, serta peningkatan TD.

4) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh:

bangun dari kursi, bila tak ada nyeri lakukan ambulasi kemudian

istirahat selama 1 jam setelah makan.

Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,

meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.

5) Pertahankan klien pada posisitirah baring sementara sakit akut.

Rasional : Untuk mengurangi beban jantung.

6) Rujuk ke program rehabilitasi jantung.

Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian

miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan sampai dengan

iskemia.

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

pengaturan.

Tujuan : Tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik.


36

Kriteria Hasil : Edema ekstremitas berkurang, pitting edema (-), produksi

urine > 600 ml/hari.

Intervensi :

1) Kaji adanya edema ekstremitas.

Rasional : Curiga gagal kongestif atau kelebihan volume cairan.

2) Kaji tekanan darah.

Rasional : Sebagai salah satucara untuk mengetahui peningkatan

jumlah cairan yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban

kerja jantung yang dapat diketahui dari meningkatnya tekanan darah.

3) Timbang berat badan.

Rasional : Perubahan tiba-tiba berat badan menunjukkan ganguan

keseimbangan cairan.

4) Beri posisi yang membantu drainase ektremitas, lakukan latihan

gerak pasif.

Rasional : Meningkatkan venous return dan mendorong

berkurangnya edema perifer.

5) Pemberian obat sesuai indikasi.

Diuretik, contoh furosemid (Lasix); bumetanide (Bumex)

Rasional : Meningkatkan laju aliran urine dapat menghambat

reabsorpsi natrium dan klorida pada tubulus ginjal.

Tiazid dengan agen pelawan kalium, contoh spironolakton

(Aldakton).

Rasional : Meningkatkan dieresis tanpa kehilangan kalium

berlebihan.

Tambahan kalium contoh K Dur.


37

Rasional : Mengganti kehilangan kalium sebagai efek samping

diuretik, yang dapat mempengaruhi fungsi jantung.

d. Gangguan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan,

kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli dan retensi

cairan intertisial.

Tujuan : Mencegah terjadinya kerusakan pertukaran gas.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada

jaringan ditunjukan oleh GDA/oksimetri dalam rentang normal dan bebas

gejala distress pernapasan.

Intervensi :

1) Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengi.

Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan sekret

menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.

2) Anjurkan pada pasien batuk efektif, napas dalam.

Rasional : Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran

oksigen.

3) Dorong perubahan posisi sering

Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

4) Pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur

tinggi 20-30 derajat, posisi semi fowler.

Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan dan

meningkatkan inflamasi paru maksimal.

5) Kolaborasi berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat

memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.


38

6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan

pertukaran gas.

e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

tirah baring lama, edema, penurunan perfusi jaringan.

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit.

Kriteria hasil : Mendemonstrasikan perilaku atau teknik mencegah

kerusakan kulit.

Intervensi :

1) Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasi

terganggu/pigmentasi, atau kegemukan/kurus.

Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer,

imobilitas fisit, dan gangguan status bnutrisi.

2) Ubah posisi sering di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak

pasif/aktif.

Rasional : Memperbaiki sirkulasi /menurunkan waktu satu area yang

mengganggu aliran darah.

3) Berikan perawatan kulit sering.

Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan

mempercepat kerusakan.

4) Kolaborasi pemberian tekanan alternatif/kasur, perlindungan

siku/tumit.

Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit , dapat memperbaiki

sirkulasi.
39

f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan program pengobatan

berhubungan dengan kurang pemahaman atau kesalahan persepsi tentang

hubungan fungsi jantung, penyakit, ginjal.

Tujuan : Mampu memahami mengenai kondisi dan program pengobatan.

Kriteria hasil : Mengidentifikasi hubungan terapi (program pengobatan)

untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi dan

menyatakan tanda dan gejala yang memerlukan intervensi cepat.

Intervensi :

1) Diskusikan tentang fungsi jantung yang normal. Meliputi informasi

sehubungan dengan perbedaan pasien dan fungsi normal.

Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat

memudahkan ketaatan pada program pengobatan.

2) Jelaskan perbedaan antara serangan jantung dan gagal jantung

kongestif.

Rasional : Pengetahuan proses penyakitKuatkan rasional

pengobatan.

Rasional : Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat

meningkatakan kerja sama untuk mengontrol gejala.

3) Diskusikan pentingnya menjadi se aktif mungkin tanpa menjadi

kelelahan, dan istrahat diantara aktivitas.

Rasional : Aktivitas fisik berlebihan dapat berlanjut menjadi

melemahkan jantung, eksaserbasi kegagalan.

4) Bahas ulang tanda dan gejala yang memelurkan perhatian medik

cepat, contoh peningkata BB cepat, edema, napas pendek,

peningkatan kelelahan, batuk, hemoptisis, demam.


40

Rasional : pemantauan sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien

dalam pemeliharaan kesehatan dan alat mencegah komplikasi.

5) Tekankan pentingnya melaporkan tanda/gejala toksisitas, digitalis,

contoh terjadinya gangguan GI dan penglihatan, perubahan frekuensi

nadi/irama, memburuknya gagal jantung.

Rasional :

Pengenalan dini terjadinya komplikasi dan keterlibatan pemberi

perawatan dapat mencegah toksisitas/perawatan rumah sakit.

4. Implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang

spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah

membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan

kesehatan dan memfasilitasi koping. (Wilkinson & Ahem, 2014)

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan

melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal

ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisilogi, dan strategi

evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam


41

rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian

ulang (Wilkinson & Ahem, 2014)
42

RESUME

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. “S”

Tempat/tgl lahir : Lampung Tengah,05 Juli 1963

Umur : 59 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Lampung Tengah

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

No.RM : 01-0173

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 22 April 2022

Tanggal Pengkajian : 23 April 2022

Diagnosa Medik : Congestif Hearth Failure (CHF)

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. “S”

Umur : 63 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Lampung Tengah

Hub. Dengan Pasien : Suami Pasien

42
43

3. Status Kesehatan Saat Ini

a. Riwayat Keluhan

1) Keluhan Utama :

Sesak napas

2) Riwayat Keluhan Utama :

Pasien masuk UGD UPTD Puskesmas Bina Karya Utama

dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk

Puskesmas, pada saat dikaji Pasien masih merasa sesak.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu dan Sekarang

1) Riwayat Masa Lalu

Pasien sebelumnya belum pernah di rawat di Puskesmas ataupun

di rumah sakit.

2) Riwayat Keluhan Sekarang

Pasien sekarang dirawat di ruang rawat inap UPTD Puskesmas

Bina Karya Utama pada tanggal 22 April 2022 dengan keluhan sesak

yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk di Puskesmas.


44

3) Riwayat Kesehatan Keluarga/Genogram

Genogram

Tabel 3.1 Genogram 3 Generasi

? ? ?

81

49 46 43 39 37 35
45

59
63

31 25

Keterangan :

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Garis keturunan

: Pasien : Garis Perkawinan

? : Umur Tidak Diketahui : Garis Tinggal Serumah


45

GI : Kakek dan nenek pasien meninggal karena penyakit yang

tidak diketahui.

GII : Ayah pasien meninggal karena penyakit yang tidak diketahui,

sedangkan Ibu pasien masih hidup

GIII : Pasien anak ke tujuh dari tujuh bersaudara telah menikah dan

mempunyai dua orang anak, tapi sekarang pasien dirawat di Puskesmas

karena sakit Gagal Jantung (Congestf Hearth Failure).

4. Aspek Psikososial

a. Persepsi Indra

Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan ataupun

pendengaran.

b. Pola Pikir

1) Pasien saat ini memikirkan supaya dirinya cepat sembuh dan pulang

kembali ke rumah berkumpul dengan keluarganya.

2) Pasien berharap supaya penyakitnya tidak kambuh lagi.

3) Perubahan pasien yang dirasakan saat sakit adalah pasien merasa

lemas.

c. Suasana Hati

1) Pasien selalu bertanya-tanya tentang penyakit yang dideritanya saat.

2) Pasien terlihat gelisah

3) Pasien terlihat sedih

d. Hubungan/komunikasi

1) Cara bicara pasien jelas dan enak diajak ngobrol.

2) Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya.

5. Aspek Spritual
46

a. Keyakinan yang dianut oleh pasien adalah agama Islam.

b. Pasien rajin beribadah/melaksanakan shalat lima waktu, tapi selama

dirawat di Puskesmas pasien mengatakan tidak pernah shalat tapi selalu

berdo’a kepada ALLAH.

6. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum : Lemas

b. Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 M:4 V:5 M:6

c. TTV

TD : 160/100 mmHg P : 28 X/Menit

N : 80 X/Menit S : 36 ⁰c

d. Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala

Inspeksi :Bentuk kepala normal rambut ikal, kebersihan cukup,

tidak terdapat ketombe, rambut tampak tidak rapi.

Palpasi :Tidak teraba ada nyeri tekan

2) Mata

Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat,

penglihatan baik

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

3) Hidung

Inspeksi :Simetris, penciuman normal (mampu membedakan

bau), tidak tampak adanya sekret

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan


47

4) Telinga

Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak

ada benjolan, tidak tampak adanya serumen,

fungsi pendengaran baik

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

5) Mulut

Inspeksi :Mukosa bibir lembab, gigi masih lengkap,

kemampuan untuk menelan dan berbicara

baik, gigi tampak kotor

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

6) Leher

Inspeksi :Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar

tyroid

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

7) Dada

Inspeksi :Simetris, pergerakan dada mengikuti pernapasan,

bentuk dada normal, RR 28x/Menit

Palpasi :Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Auskultasi :Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lemah,

bunyi jantung S3 (gallop)

Perkusi :Bunyi pekak di lapang dada sebelah kiri (ICS 2, 3,

dan 4).

8) Abdomen

Inspeksi :Perut cembung, tidak ada luka

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan


48

9) Kulit

Inspeksi : Warna kulit sawo matang

Palpasi : Turgor kulit lembab, tidak ada nyeri tekan

10) Ekstremitas Atas

Inspeksi : Terdapat infus IFVD RL 15 tetes permenit pada

tangan bagian kiri.

Palpasi : Tidak terdapat udema, akral teraba dingin dan

lembab, nadi radialis teraba lemah.

N : 80x/Menit

11) Ekstremitas bawah

Inspeksi : Terdapat udema pada kedua kaki.

Palapasi : Teraba dingin dan tidak ada nyeri tekan

7. Pola Kegiatan Sehari-hari

Tabel 3,2 Pola kegiatan sehari-hari

No. Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Selama Sakit

1 2 3 4
1. Pola Nutrisi
Jenis Makanan Nasi, Ikan, sayur Bubur, Ikan, sayur
Frekuensi 3 × Sehari 2 × Sehari
Nafsu Makan Baik Baik
Porsi Habis Habis
Jenis cairan Air Mineral IVFD RL, Air Mineral
Frekuensi 5-8 gelas/hari 15 tpm, 4-6 gelas/hari
Jumlah 1500 cc 1200 cc

2 3 4
1
49

2. Pola Eliminasi
Buang Air Besar
Frekuensi 1 x Sehari 1 × Sehari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Padat Padat
Buang Air Kecil
Frekuensi 4 × Sehari 7 × Sehari
Warna Kuning Kuning
Bau Amoniak Amoniak
Pola Istirahat Tidur
3. Tidur Malam
22.00-05.00 Wib 24.00-04.00 Wib
Tidur Siang
Jarang Jarang
Kesulitan Saat Tidur
Tidak ada Sesak napas
Pola Aktivitas
4. Jenis Kegiatan
Memasak Cerita dengan keluarga
Frekuensi
Setiap Hari -
Personal Hygiene

5. Mandi dan Sikat Gigi


Ferekuensi
2 × Sehari
Alat
Sabun, pasta gigi Tidak Pernah
Shampo
Frekuensi -
2 × Seminggu Tidak pernah

8. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 22 April 2022

Parameter Hasil Rujukan Satuan

Glukosa Sewaktu 86 70-200 Mg/dl


UREUM 39 10-50 Mg/dl
Kreatinin 0,58* 0,6-1,1 Mg/dl
SGOT
172* <31 u/l
SGPT
163* <32 u/l
Cholesterol Total
132 <200 mg/dl
LDL
107* <100 mg/dl
HDL
50

17* >40 mg/dl

Tanggal : 23 April 2022

Parameter Hasil Rujukan Satuan


RBC 4.85 4.00-5.00 6
10 /mm
3

HGB 12.9 12.00-16.00 g/dl


HCT 39.2 36.00-48.00 %
MCV 81 84-96
µm 3
MCHC 26.6 28.0-34.0
pg
RDWcv 32.8 11.5-14.5
g/dl
RDW sd 40 39-52
µm 3
PLT 120 150-400
3 3
MPV 10.1 7.4-10.4 10 ¿ mm
PCT 0.121 0.150-0.500 µm 3
PDW 18.0 11.0-18.0 %
%

a. Pentalaksanaan Medis

1) Terapi Obat

a) IVFD RL 15 tpm

b) Lansoprazol 1 x 1

c) Furosemid (Lasix) 1Amp/12 Jam/ IV

d) Letonal 25 g 1x1

e) Sucralfat 5 gr 3 x 1
51

KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif

1. Pasien mengatakan sesak napas.

2. Pasien mengatakan lemah.

3. Pasien mengatakan kaki terasa berat

4. Pasien merasa cemas dan tak ingin berlama-lama di Rawat di Puskesmas.

5. Pasien mengatakan khawatir akan penyakitnya.

6. Pasien mengatakan nafsu makan pasien menurun

7. Pasien mengeluh tenggorkan selalu terasa kering

Data Objektif

1. Pasien tampak sesak

2. Pasien tampak lemah.

3. Pasien tampak edema pada ekstremitas bawah

4. Pasien tampak cemas dan tegang.

5. Pasien tampak gelisah.

6. Terdapat Bunyi pekak di lapang dada sebelah kiri( ICS 2,3 dan 4)

7. Akral teraba dingin

8. Terdengar Bunyi jantung S1 dan S2 lemah

9. Pasien sering menanyakan tentang penyakitnya.

10. TTV
52

TD : 150/100 mmHg P : 28 x/Menit

S : 36 ⁰C N : 80 x/ Menit

11. Congjuntiva pucat

12. Terpasang infuse RL 15 tetes/menit

13. Pasien Nampak tidak menghabiskan porsi makanan yang di berikan

ANALISA DATA

Tabel 3.3 Analisa data


No Data Etilogi Masalah
1 2 3 4
1. Data Subjektif : Jantung tidak berfungsi secara Gangguan
a. Pasien mengatakan sesak normal pertukaran
napas. gas
Data Objektif : Peningkatan vena pulmonalis
a. Pasien tampak sesak.
b. TTV Penimbunan cairan pada alveoli
TD : 150/100 mmHg
P : 28 x/ Menit Pertukaran gas O2 dan CO2
N : 80 x/ Menit terganggu
S : 36⁰c

Sesak

Gangguan pertukaran Gas

2. DS: Kontraktilitas Jantung menurun


1. Pasien mengatakan
lemah Penurunan

DO: Curah
Gagal jantung
1. Pasien Nampak Jantung

lemah
2. TTV
TD : 150/100 mmHg
P : 28x/Menit
53

S : 36⁰C N: 80x/i Curah jantung menurun


3.Kongjungtiva terlihat
pucat
4.Terdengar Bunyi
jantung S1 dan S2
lemah
5. Akral teraba dingin

2
1

Data Subjektif :
3 4
3 a. Pasien mengatakan
kaki terasa berat
Aliran darah ke ginjal Kelebihan
b. Pasien
Volume
mengatakan lemah.
RAA meningkat Cairan
Data Objektif :
a. Pasien tampak edema pada
Aldosteron meningkat
ekstremitas bawah
b. Pasien tampak lemah.
ADH meningkat
c.TTV
TD : 150/100 mmHg
P : 28x/Menit
N : 80x/Menit Retensi Na dan H2O
S : 36⁰c

Kelebihan Volume Cairan


Vaskuler

4 Data Subjektif : Hospitalisasi Ansietas


a. Pasien merasa cemas dan
tak ingin berlama-lama Kurangnya pengetahuan tentang
dirawat di Puskesmas. penyakitnya
b. Pasien mengatakan
khawatir akan Stressor meningkat
penyakitnya.
54

Data Objektif : Ansietas


a. Pasien tampak
cemas dan tegang.
b. Pasien tampak gelisah.
c. Pasien sering menanyakan
tentang penyakitnya.
d.TTV :
TD : 150/100 mmHg
P : 28x/ Menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tabel 3.4 Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tgl. ditemukan Tgl. teratasi

1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan 23 April 2022 23 April 2022


dengan perembesan cairan. Masalah belum teratasi
2. Penurunan curah jantung berhubungan 23 April 2022 23 April 2022
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel Masalah belum teratasi
kiri, perubahan frekuensi, irama

3. Kelebihan volume cairan b/d gangguan 23 April 2022 23 April 2022


mekanisme pengaturan. Masalah belum teratasi

4. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan klien 23 April 2022 23 April 2022


tentang penyakitnya. Masalah teratasi

C. RENCANA KEPERAWATAN

Tabel 3.5 Rencana Keperawatan


No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 2 3 4 5
1. Gangguan pertukaran setelah 1. Kaji pola napas pasien 1.untuk mengetahui pola
gas yang berhungan dilakukan tindakan 2. Atur posisi semi nafas pasien
dengan perembesan keperawatan fowler 2.Untuk kenyamanan
55

cairan. selama di RS. 3. Observasi TTV Pasien


DS : Kriteria hasil : 3.Sebagai dasar untuk
a. Pasien mengatakan a.Mendemonstrasikan menentukan intervensi
sesak ventilasi dan selanjutnya
DO : oksigenasi adekuat 4. Ajarkan tehnik 4.Untuk merilekskan diri
a.Pasien tampak sesak b.RR normal relaksasi napas dalam
b. TTV c.Tidak ada bunyi 5. kolaborasi pemberian 5.Untuk menghindari
TD:150/100 mmHg napas tambahan obat: sesak
N : 80 x/Menit pernapasan. Pemberian oksigen
P : 28 x/Menit sesuai kebutuhan pasien
S : 36 ⁰C

2 3 4 5
1
Penurunan curah setelah 1. Auskultasi nadi apikal; 1.Biasanya terjadi
2. jantung berhubungan dilakukan tindakan takikardia meskipun pada
kaji ferkuensi, irama
dengan penurunan keperawatan saat istirahat untuk
jantung (dokumentasi
mengompensasi
kontraktilitas ventrikel selama di RS. disritmia bila tersedia penurunan kontraktilitas
kiri, perubahan Kriteria Hasil : ventrikel, KAP, PAT,
telemetri).
frekuensi, irama. Melaporkan MAT, PCV, dan AF
DS: disritmia umum
penurunan episode
berkenaan dengan GJK
Pasien mengatakan dispnea, berperan meskipun lainnya juga
2.Catat bunyi Jantung
pasien lemah aktivitas mengurangi terjadi.
DO: 2.S1 dan S2 mungkin
beban kerja jantung,
lemah karena menurunnya
-Pasien tampak lemah tekanan darah dalam kerja pompa,
-Akral teraba dingin batas normal (120/80 3. Penurunan curah
-Terdengar Bunyi 3.Palpasi nadi perifer jantung dapat
mmHg), nadi 80 menunjukkan
jantung S1 dan S2 kali/menit, tidak menurunnya nadi radial,
lemah poplitea, dorsalis pedis,
terjadi aritmia, dan postibial. Nadi
- TTV denyut jantung dan mungkin cepat hilang atau
TD :150/100 mmHg tidak teratur untuk
irama jantung teratur. dipalpasi.
P : 28 x/ Menit 4.Pada GJK dini, sedang
S : 36 ⁰C atau kronis TD dapat
4.Pantau tekanan darah
meningkat sehubungan
N : 80 x/ Menit
dengan SVR. Pada CHF
lanjut tubuh tidak mampu
lagi mengkompensasi dan
56

hipotensi tak dapat normal


lagi.
5.Pucat menunjukkan
menurunnya perfusi
perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah
5.Kaji kulit terhadap jantung, vasokonstriksi
pucat dan sianosis. dan anemia.
6. Ginjal berespon untuk
menurunkan curah
jantung dengan menahan
cairan dan natrium.
Haluan urine biasanya
6. Pantau haluaran urine, menurun selama sehari
catat penurunan haluaran karena perpindahan cairan
dan kepekatan/ ke
konsentrasi urine.

2 3
jaringan .
7.Banyaknya obat dapat
1 4 digunakan untuk
meningkatkan volume
sekucup, memperbaiki
7.Panatalaksanaan kontraktilitas, dan
kolaborasi pemberian menurunnya kongesti
obat :
IVFD RL 20 tpm
Lansoprazol 1 x 1
Furosemid (Lasix)
1A/12 j/ IV
Letonal 25 g 1x1
Sucralfat 5 gr 3 x 1

1.Curiga gagal kongestif


atau kelebihan volume
Kelebihan volume setelah
cairan.
cairan. dilakukan tindakan

3. DS : keperawatan
2. Sebagai salah satu
a.Pasien mengatakan selama di RS dengan 1.Kaji adanya edema
cara untuk
mengatakan kaki terasa kriteria hasil : ektremitas
mengetahui
berat. a. Tidak terjadi
peningkatan jumlah
b.Pasien mengatakan kelebihan volume
cairan yang dapat
57

lemah cairan 2.Kaji tekanan darah diketahui dengan


DO : b. Edema meningkatkan beban
a.Pasien tampak lemah. ekstremitas kerja jantung yang
b.Pasien tampak berkurang dapat diketahui dari
edema pada meningkatnya
ektremitas bawah tekanan darah.
c. TTV
TD: 150/100 mmHg 3. Perubahan tiba-tiba
N : 80x/i berat badan
P : 28x/i menunjukkan
S : 36⁰C

3. Timbang berat badan

2 gangguan
3
keseimbangan cairan
4.Meningkatkan venous
1 4 return dan mendorong
berkurangnya edema
4.Beri posisi yang perifer
membantu drainase 5. Meningkatkan laju
ekstremitas, lakukan aliran urin dapat
latihan menghambat reabsorpsi
gerak pasif natrium dan klorida
5. Kolaborasi Pemberian pada tubulus ginjal
obat : 1.Sebagai dasar
Furosemid(Lasix) melakukan intervensi
1A/12 jam/ IV selanjutnya
2.Agar pasien merasa
diperhatikan

1.Kaji tingkat
Ansietas b/d kurangnya 3. Agar pasien merasa
58

pengetahuan Pasien Kecemasan kecemasan tenang


tentang penyakitnya
berkurang sampai
DS :
a. Pasien merasa hilang setelah 2.Beri kesempatan pada 4.Agar pasien dan
cemas dan tak dilakukan tindakan
4. pasien untuk keluarga tahu dengan
ingin berlama-
lama dirumah keperawatan selama mengungkapkan penyakit tersebut.
sakit. di Rawat dengan perasaannya 5.Agar pasien mengetahui
b. Pasien
mengatakan kriteria hasil : 3.Beri support dan dan memahami tentang
khawatir akan Ansietas anjurkan banyak penyakitnya.
penyakitnya
DO : berkurang/teratasi berdoa
a. Pasien tampak 4. Beri penjelasan
cemas dan
tegang tentang keadaan
b. Pasien tampak penyakitnya
gelisah
c. Pasien sering 5. Jelaskan resiko pada

menanyakan pasien tentang

tentang penyakitnya

penyakitnya

D. Implementasi dan EvaluasI

Tabel 3.6 Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal DX Jam Implementasi Evaluasi

1 2 3 4 5
11.00 1. Mengkaji pola napas pasien
Minggu I Pukul : 12.00
Hasil :
Pasien masih mengeluh sesak
24 April 2022 S:Pasien mengatakan sesak napas
P : 28x/Menit

11.10 2. Mengatur posisi semi fowler O: Pasien tampak sesak

Hasil : A : Masalah belum teratasi


Pasien mampu melakukannya dan
pasien merasa nyaman dengan posisi P :Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,
\ tersebut. 4 dan 5.
3. Mengobservasi TTV
11.20 Hasil:
59

TD :150/90 mmhg P: 28x/ Menit


1. Mengkaji pola napas pasien
N : 80 x/ Menit S: 37,2̊C
2. Mengatur posisi semi fowler
4. Menganjurkan tehnik relaksasi napas
3. Mengobservasi TTV
11.30 dalam
4. Menganjurkan tehnik
Hasil :
relaksasi napas dalam
Pasien mampu melakukannya
5. Melanjutkan
5. Melanjutkan penatalaksanaan
penatalaksanaan dengan tim
dengan tim medis dalam cara
11.45 medis dalam cara pemberian
pemberian O2
O2
Hasil :

Pasien setuju dengan saran ini dan mau


melakukannya Pukul : 14.30

4. Mengauskultasi nadi apikal; kaji


S : Pasien mengatakan masih
ferkuensi, irama jantung (dokumentasi
13.00 lemah
disritmia bila tersedia telemetri).
II

4
3 5
Hasil: Tidak terjadi takikardi,
1 2
terdapat nadi 80 x/menit O : -Pasien Nampak lemah
5. Mencatat bunyi Jantung - Bunyi Jantung S1 dan S2
13.15 Hasil:Bunyi Jantung S1 dan S2 lemah
lemah -Kongjungtiva pasien masih
6. Palpasi nadi perifer pucat.
13.25 Hasil : tidak dilakukan karna -Tekanan Darah belum
penulis tidak tahu letaknya normal
7. Memantau tekanan darah TD :150/100 mmHg
Hasil: Terjadi hipertensi ringan P : 28x/ Menit S: 36⁰C
13.26
TD :150/100 mmHg N : 80x/ Menit
P : 28x/ Menit A : Masalah belum Teratasi
S : 36⁰C (Penurunan curah jantung)
N : 80x/i P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
8. Mengkaji kulit terhadap pucat dan dan 5.
60

sianosis. 1. Auskultasi nadi apikal,


13.45
Hasil: kongjungtiva pucat, akral kaji frekuensi, dan irama
teraba dingin jantung.
9. Pantau haluaran urine, catat 2. Catat bunyi jantung
penurunan haluaran dan
3. Palpasi nadi perifar
kepekatan/ konsentrasi urine.
14.00 Hasil : tidak dilakukan karna 4. Pantau tekanan darah
peneliti tidak mengetahui
5. Kaji kulit terhadap pucat
10. Memberikan obat sesuai indikasi.
dan sianosis
Hasil :
6. Pantau haluaran urine,
14.05 IVFD RL 20 tpm
catat penurunan haluaran
Lansoprazol 1 x 1
dan kepekatan/
Furosemid (Lasix) 1A/12 j/ IV
konsentrasi urine
Letonal 25 g 1x1
7. Kolaborasi pemberian
Sucralfat 5 gr 3 x 1
obat sesuai indikasi

4
5
3
1. Mengkaji adanya edema ektremitas
Hasil : Pukul 17.00
3 Ektremitas bawah pasien S : Pasien mengatakan kaki
tampak edema.
1 2 masih terasa berat
16.15 2. Mengkaji Tekanan Darah
Hasil : O : - Pasien tampak lemah
III TD : 150/100 mmHg -Tampak edema pada
3. Menimbang berat badan pasien ektremitas bawah pasien
16.25 Hasil : A : Masalah belum teratasi
Berat Badan pasien : 47 kg (Kelebihan volume cairan)
P:Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4,
dan 5
4. Memberi posisi yang membantu 1. Mengkaji adanya edema
16.35
drainase ektremitas
Hasil : 2. Mengkaji tekana darah
Pasien mengikuti anjuran perawat 3. Menimbang berat
5. Pemberian obat sesuai indikasi.
16.45 badan pasien
Hasil :
Pemberian obat furosemid 4. Member posisi yang
61

membantu drainase
5. Pemberian obat sesuai
indikasi

1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien


Hasil : Pukul : 17.30
Pasien masih cemas dengan S : Pasien mengatakan masih
17.00
keadaannya
cemas
2. Memberi kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya. O : Pasien tampak gelisah
17.10 Hasil : A : Masalah belum teratasi
IV Pasien mau melakukannya walau (Ansietas)
masih sedikit
P : Pertahankan intervensi
3. Memberi dukungan dan anjurkan
banyak berdoa. 1.Kaji tingkat kecemasan
Hasil : 2.Beri kesempatan pada pasien
17.20
Pasien sanggup melakukannya untuk mengungkapkan
4. Memberi penjelasan tentang perasaannya
keadaan penyakit. 3.Beri support dan anjurkan
banyak berdoa
17.30 4. Beri penjelasan tentang
keadaan penyakitnya

5
Hasil :
3
Pasien sudah mengetahui dan
5. Jelaskan resiko pada pasien
Pasien sudah paham tentang
tentang
keadannya sekarang.
penyakitnya
5. Menjelaskan tentang resiko pada
1 2
pasien tetang penyakitnya.
Hasil :
Pasien sudah mengetahui tentang
penyakitnya.

Senin I 11.00 1. Mengkaji pola napas pasien Pukul : 12.00


25 April 2022 Hasil :
Pasien masih mengeluh sesak S :Pasien mengatakan sesak
62

P : 28x/i napas
2. Mengatur posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak

11.10 Hasil : A : Masalah belum teratasi


Pasien mampu melakukannya dan (Gangguan pertukaran Gas)
pasien merasa nyaman dengan P :Lanjutkan intervensi
posisi tersebut. 1, 2, 3, 4,
3. Mengobservasi TTV dan 5.
Hasil: 1. Mengkaji pola napas pasien
11.20
TD :150/90 mmhg P: 28x/i 2. Mengatur posisi semi fowler
N : 80 x/i S: 37,2̊C 3. Mengobservasi TTV
4. Menganjurkan tehnik relaksasi 4. Menganjurkan tehnik
napas dalam relaksasi napas dalam
Hasil : 5. Melanjutkan
11.30 Pasien mampu melakukannya penatalaksanaan dengan tim
5. Melanjutkan penatalaksanaan medis dalam cara pemberian
dengan tim medis dalam cara O2
pemberian O2

12.45 Hasil :
Pasien setuju dengan saran ini dan
mau melakukannya

13.00 5

4 Pukul : 14.30
S : Pasien mengatakan masih
1 1. Mengauskultasi nadi apikal; kaji
3 lemah
2 ferkuensi, irama jantung O : -Pasien Nampak lemah
(dokumentasi disritmia bila - Bunyi Jantung S1 dan S2
13.15
II tersedia telemetri) lemah
Hasil: Tidak terjadi takikardi, -Kongjungtiva pasien masih
terdapat nadi 80 x/menit pucat.
2. Mencatat bunyi Jantung -Tekanan Darah belum
Hasil:Bunyi Jantung S1 dan S2 normal
lemah TD :150/100 mmHg
13.25 3. Memantau tekanan darah P : 28x/I S: 36⁰C
Hasil: Terjadi hipertensi ringan N : 80x/i
63

TD :150/100 mmHg A : Masalah belum Teratasi


13.45 P : 28x/i (Penurunan curah jantung)
S : 36⁰C P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
N : 80x/i dan 5.
4. Mengkaji kulit terhadap pucat dan 1. Auskultasi nadi apikal,
sianosis. kaji frekuensi, dan irama
Hasil: kongjungtiva pucat, akral jantung.
teraba dingin 2. Catat bunyi jantung
14.00
5. Memberikan obat sesuai indikasi. 3. Pantau tekanan darah
Hasil : 4. Kaji kulit terhadap pucat
IVFD RL 20 tpm dan sianosis
Lansoprazol 1 x 1 5. Beri obat sesuai indikasi
14.10 Furosemid (Lasix) 1A/12 j/ IV
Letonal 25 g 1x1
Sucralfat 5 gr 3 x 1

4 5
1. Mengkaji adanya edema ektremitas Pukul : 17.00
Hasil : S:Pasien mengatakan kaki masih
Ektremitas bawah pasien tampak terasa berat
edema.
3 O :- Pasien tampak lemah
1 2 2. Mengkaji Tekanan Darah
16.15 - Tampak edema pada
III Hasil : ektremitas bawah pasien
TD : 150/100 mmHg A : Masalah belum teratasi
3. Menimbang berat badan pasien (Kelebihan volume cairan)
Hasil : P:Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,
16.25 Berat Badan pasien : 47 kg dan 4.
4. Memberi posisi yang membantu 1. Mengkaji adanya edema
drainase ektremitas
16.35 Hasil : 2. Mengkaji tekana darah
Pasien mengikuti anjuran perawat 3. Menimbang berat pasien
5. Pemberian obat sesuai indikasi. 4. Member posisi yang
16.45 Hasil : membantu drainase.
Pemberian obat furosemid 5. Pemberian obat sesuai
64

indikasi
1. Mengkaji tingkat kecemasan pasien
Hasil :

17.00 Pasien tidak cemas lagi dengan Pukul : 20.00


keadaannya S : Pasien mengatakan tidak
2. Memberi kesempatan untuk cemas lagi
mengungkapkan perasaannya. O : Pasien tampak tenang
IV 19.00
Hasil : A : Masalah teratasi
Pasien mau melakukannya walau (cemas)
masih sedikit P : Pertahankan intervensi
3. Memberi dukungan dan anjurkan 1.Kaji tingkat kecemasan
banyak berdoa. 2.Beri kesempatan pada pasien
19.10
untuk mengungkapkan
perasaannya

19.20

4 5

Hasil : 3.Beri support dan anjurkan


Pasien sanggup melakukannya banyak berdoa
4. Memberi penjelasan tentang 4. Beri penjelasan tentang
keadaan penyakit. keadaan penyakitnya
3 Hasil : 5. Jelaskan resiko pada pasien
2
Pasien sudah mengetahui dan tentang
1
19.30 Pasien sudah paham tentang penyakitnya
keadannya sekarang.
5. Menjelaskan tentang resiko pada
65

pasien tetang penyakitnya.


Hasil :pasien sudah mengetahui tentang
penyakitnya.

19.40

Selasa I 11.00 1. Mengkaji pola napas pasien Pukul : 12.00


26 April 2022 Hasil :
Pasien masih mengeluh sesak S : Pasien mengatakan sesak
P : 28x/i napas
2. Mengatur posisi semi fowler O: Pasien tampak sesak
11.10
Hasil : P: 28 x/menit
Pasien mampu melakukannya dan A : Masalah belum teratasi
pasien merasa nyaman dengan (Gangguan pertukaran Gas)
posisi tersebut. P:Lanjutkan intervensi
3. Mengobservasi TTV 1, 2, 3, 4,
11.20
Hasil: dan 5.
TD :150/90 mmhg P: 28x/i 1. Mengkaji pola napas pasien
N : 80 x/i S: 37,2̊C 2. Mengatur posisi semi fowler
4. Menganjurkan tehnik relaksasi 3. Mengobservasi TTV
11.30 napas dalam 4. Menganjurkan tehnik
Hasil : relaksasi napas dalam
Pasien mampu melakukannya
5. Melanjutkan penatalaksanaan

11.45 dengan tim medis dalam cara

5
4 5. Melanjutkan
pemberian O2 penatalaksanaan dengan tim
1 3
2 Hasil : medis dalam cara pemberian
Pasien setuju dengan saran ini dan O2
mau melakukannya

1. Mengauskultasi nadi apikal; kaji


Pukul : 14.30
ferkuensi, irama jantung
66

II 13.00 (dokumentasi disritmia bila


S : Pasien mengatakan masih
tersedia telemetri)
lemah
Hasil: Tidak terjadi takikardi,
terdapat nadi 80 x/menit
O : -Pasien Nampak lemah
2. Mencatat bunyi Jantung
- Bunyi Jantung S1 dan S2
Hasil:Bunyi Jantung S1 dan S2
lemah
lemah
13.15 -Kongjungtiva pasien masih
3. Memantau tekanan darah
pucat.
Hasil: Terjadi hipertensi ringan
-Tekanan Darah belum
TD :150/100 mmHg
13.25 normal
P : 28x/i
TD :150/100 mmHg
S : 36⁰C
P : 28x/I S: 36⁰C
N : 80x/i
N : 80x/i
4. Mengkaji kulit terhadap pucat dan
A : Masalah belum Teratasi
sianosis.
(Penurunan curah jantung)
Hasil: kongjungtiva pucat, akral
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
13.45 teraba dingin
dan 5.
5. Memberikan obat sesuai indikasi.
1. Auskultasi nadi apikal,
Hasi :
kaji frekuensi, dan irama
IVFD RL 20 tpm
jantung.
Lansoprazol 1 x 1
16.00 2. Catat bunyi jantung
Furosemid (Lasix) 1A/12 j/ IV
3. Pantau tekanan darah
Letonal 25 g 1x1
4. Kaji kulit terhadap pucat
Sucralfat 5 gr 3 x 1
dan sianosis
5. Beri obat sesuai indikasi

5
1. Mengkaji adanya edema ektremitas
Hasil :
Pukul : pukul 17.00
3 Ektremitas bawah pasien tampak
1 2 S:Pasien mengatakan kaki masih
edema.
terasa berat
16.30 2. Mengkaji Tekanan Darah
III
67

Hasil : O :- Pasien tampak lemah


TD : 150/100 mmHg - Tampak edema pada
3. Menimbang berat badan pasien ektremitas bawah pasien
Hasil : A : Masalah belum teratasi
Berat Badan pasien : 47 kg (Kelebihan volume cairan)
4. Memberi posisi yang membantu P:Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
16.40
drainase dan 5.
Hasil : 1. Mengkaji adanya edema
16.45
Pasien mengikuti anjuran perawat ektremitas
5. Pemberian obat sesuai indikasi. 2. Mengkaji tekana darah
Hasil : 3. Menimbang berat pasien.
16.50 Pemberian obat furosemid 4. Memberi posisi yang
membantu drainase
5. Pemberian obat sesuai
indikasi

17.00

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
68

Setelah melakaukan penelitian studi kasus dengan pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien Ny”S” dengan diagnosa Congestif Hearth Failure

(CHF) di ruang rawat inap UPTD Puskesmas Bina Karya Utama selama 3 hari

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian data yang ditemukan pada kasus Congestif Hearth Failure

(CHF) pada pasien Ny”S” yaitu dengan keluhan utama sesak napas sejak 3

hari yang lalu sebelum masuk Puskesmas.

2. Masalah keperawatan yang ditemukan berdasarkan data dari pengkajian yaitu :

a) Gangguan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan


b) Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama.
c) Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan dan
d) ansietas b/d kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
3. Intervensi keperawatan yang diberikan berdasarkan diagnose yang

ditemukan.

4. Pelaksanaan implementasi mengacu pada masalah dengan berpedoman pada

perencanaan dan tetap memperhatikan kondisi pasien, fasilitas yang ada dan

kebijakan regulasi yang ada di Puskesmas. namun ada beberapa bagian dari

intervensi itu tidak di implementasikan karena dengan keterbatasan dari

fasilitas.

5. Pada evaluasi keperawatan


dilakukan metode atau SOAP dalam
77
mengevaluasi. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari terdapat

masalah yang teratasi dan tidak teratasi

Dari empat masalah keperawatan tersebut,terdapat 1 masalah keperawatan

teratasi yakni Ansietas b/d kurangnya pengetahuan pasien tentang


69

penyakitnya. Dan terdapat 3 masalah keperawatan belum teratasi yakni

Gangguan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan, Penurunan

curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri,

perubahan frekuensi, irama.

Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan agar kiranya mahasiswa lebih

diajarkan atau dibimbing supaya mengerti tentang penerapan pada intervensi.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dalam upaya peningkatan keperawatan khususnya dalam kasus: Congestif

Hearth Failure (CHF) maka perawat perlu meningkatkan sumber daya

manusianya tentang teori dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan secara komprehensif serta meningkatkan hubungan kerja sama

dalam tim kerja profesi dan kolaborasi dengan profesi lain untuk mencapai

tujuan yang diharapkan bersama.

3. Pasien dan keluarga

Pasien hendaknya dapat memenuhi hal-hal yang diprogramkan oleh dokter,

perawat atupun tenaga kesehatan lainnya agar proses penyembuhanyang

optimal dapat dicapai dengan jangka waktu pengobatan dan perawatan yang

singkat-singkatnya. Untuk keluarga pasien kiranya dapat berpartisipasi

dalam memenuhi kebutuhan pasien yang dianggap menunjang dalam proses

pelaksanaan asuhan keperawatan ataupaun dalam tindak medis.


70
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, Ed. 1. Diva Press (Anggota
IKAPI). Jogjakarta

Bahari, H. (2013). Kanker dan Jantung, ed. 1. Buku Biru : jogjakarta

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed. 8. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Profil Kesehatan Indonesia, <


http://www.depkes.go.id> diakses tanggal 5 november 2015.

Doenges, Marylin E, Mary Frances Moorhouse, dan AliceC. Geisler 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3. Jakarta: EGC

Fatma, (2014). Kerja kerja fungsi anatomi fisiologi jantung, diakses tanggal 24 november
, www.newsfarras.com.

Friendly, (2013). Laboratorium Enzim Jantung, diakses tanggal 08 november 2015,


<iwhan.blogspot.com/?m=1>

Judith, W & Nancy, A. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA
Intervensi NIC kriteria Hasil NOC, ed. 9. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Muttaqin, A (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Salemba Medika : Jakarta

Oktavianus (2014). Asuhan Keperawatan Pada sistem Kardiovaskuler Dewasa. Graha


ilmu: Jogjakarta

Padila, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed. 1. Nuha Medika :
Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai