“GAGAL JANTUNG”
Disusun Oleh :
Widrison ( 2041151)
2. Etiologi
Penyebab gagal jatung menurut Kasron (2012) dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunya konraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel
jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload).
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah melalui jantung, ketidakmampuan jantung mengisi darah.
Penigkatan mendadak after load akibat hipertensi maligna dapat
menyebabkan gagal jantung meskipun tidak disertai hipertrofi
miokardial.
6. Faktor sistemik
Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Asidosis respiratorik atau metabolik
dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung.
3. Klasifikasi
1. Gagal jantung akut-kronik.
a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai
dengan penurunan kardiac output dan tidak adekuatnya
perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan
kolaps pembuluh darah.
b. Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan ditandai dengan
penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Gagal
jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel
sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel
dilatasi dan hipertrofi.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), klasifikasi gagal jantung menurut
letaknya yaitu :
a. Gagal jantung kiri
Kongestif paru menonjol pada gagal ventrikel kirikarena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari
paru, sehingga peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang terjadi pada gagal jantung kiri yaitu :
Dispnea
Batuk
Mudah lelah
Insomnia
Kegelisahan dan kecemasan
5. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami
payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah
jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon
primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya
beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga
respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan
curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal
jantung dini pada keadaan normal (Ardiansyah, 2012).
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
curah jantung normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf
simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan
curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang
harus menyesuaikan.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu perload (jumlah darah
yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila
salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan
tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri
dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling
sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan (Oktavianus & Febriana,
2014).
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Adiansyah (2012) pemeriksaan penunjang ada tiga yaitu:
1) Ekokardiografi
Pemeiksaan ini dapat digunakan untuk memperkirakan ukuran
dan fungsi ventrikel kiri. Dimensi ventrikel kiri pada akhir
diastolik dan sistolik dapat direkam dengan ekokardiografi.
2) Rontgen Dada
Foto sinar X-dada posterior-anterior dapat menunjukkan adanya
hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah diversi aliran darah
ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
3) Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG untuk pasien gagal jantung dapat
ditemukan kelainan EKG seperti berikut :
a) Left bundle brnch block atau kelainan ST/T yang
menunjukkan disfungsi fentrikel kiri kronis.
b) Jika pemeriksaan gelombang Q menunjukkan infark
sebelum dan kelainan pada segmen ST, maka ini
merupakan indikasi penyakit jantung iskemik.
c) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik
menunjukkan stenosis dan penyakit jantung
hipertensi.
d) Aritmia: deviasi aksis ke kanan, right bundle branch
block, dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan
adanya disfungsi ventrikel kanan. Menurut Padila
(2012) pemeriksaan penunjang ada tiga :
1. Thorax mengungkapkan adanya pembesaran
jantung, oedematau efusi pleura yang menegaskan
diagnosa gagal jantung kongestif 2. EKG dapat
mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik
jantung dan iskemia (jika disebabkan AMI),
ekokardiogram foto.
3. Pemeriksaan lab meliputi : elektrolit serum yang
mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga
hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi
air, K, Na, Ureum, Gula darah,CKMB, Trombolitik.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung menurut Oktavianus & Febriana (2014)
dibagi menjadi dua penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi :
1. Medis
Terapi Farmakologi :
a) Glikosida jantung Digitalis, meningkatkan
kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang
dihasilakan: peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah, peningkatan
diuresis, dan mengurangi edema.
b) Terapi diuretik, Diberikan untuk memacu sekresi
natrium dan air melalui ginjal penggunaan harus
hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
c) Terapi vasodilator, Obat-obatan fasoaktif
digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan
terhadap penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat
ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrkel kiri dapat diturunkan.
2. Keperawatan
Terapi nonfarmakologis :
a) Diet rendah garam
b) Pembatasan nutrium
c) Membatasi cairan
d) Mengurangi berat badan
e) Menghindari alkohol
f) Manajemen stress
g) Mengurangi aktifitas fisik
9. Komplikasi
1. Shock kadiogenik
Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi
ventrikel kiri. Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada
perfusi jaringan dengan penghantaran oksigen ke jaringan. Gejala
ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus shock
kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut.
Gangguan ini disebabkan oleh hilangnya 40% atau lebih jaringan
otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel,
karena ketidak seimbangan antara kebutuhan dan persediaan
oksigen miokardium.
2. Edema paru-paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang
muncul di bagian tubuh mana saja, termasuk faktor apa pun yang
menyebabkan cairan intersitial paru-paru meningkat dari batas
negatif menjadi batas positif.
3. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2012).
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
volume sekuncup.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar-kapiler.
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai oksigen.
5) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
asupan natrium.
6) Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
curah jantung.
7) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
4. Rencana keperawatan
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan pasien. Perencanaan yang tertulis dengan
baik akan memberi petunjuk dari arti pada asuhan keperawatan, karena
perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan
keperawatan pasien.
Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama, dan memelihara
kontinuitas asuhan keperawatan pasien bagi seluruh anggota tim (Setiadi,
2012).
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
volume sekuncup
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pompa jantung efektif
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam rentang normal
Dapat mentoleransi aktivitas
Tidak ada edema paru
Tidak ada penurunan kesadaran
Rencana tindakan :
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Evaluasi adanya nyeri dada
Monitor balance cairan
Monitor toleransi aktivitas pasien
C. Daftar pustaka
Auryn, virzara. 2009. Mengenal dan Memahami Hipertensi. Jogjakarta : Kata Hati
Widyanto dan Triwibowo. 2013. Trend Disease (trend penyakit saat ini). Jakarta :
CV. Trans Info Media
Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Widagdo, Wahyu dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Trans Info Media.